SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
TUGAS METFIS 2
PERBEDAAN LEVER RULE DAN SCHEIL GULLIVER
Ihsan fathurrahman
1306448205
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
Lever Rule
Lever rule adalah garis yang digunakan untuk menentukan persentase bobot masing-masing
fase diagram kesetimbangan fasa biner . Hal ini digunakan untuk menentukan persen berat
fase cair dan padat untuk komposisi biner yang diberikan dan suhu yang antara likuidus dan
solidus .
Dalam paduan dengan dua fasa , α dan β , yang sendiri mengandung dua unsur , A dan B ,
aturan tuas menyatakan bahwa persentase berat dari fase α adalah
Dimana
 a is the weight percentage of element B in the α phase
 b is the weight percentage of element B in the β phase
 c is the weight percentage of element B in the entire alloy
Sebelum perhitungan dapat dibuat tie line yang ditarik pada diagram fase untuk menentukan
persen berat setiap elemen; pada diagram fase ke kanan itu adalah segmen garis LS. Tie line
ini diambil secara horizontal pada suhu komposisi dari salah satu fase yang lain (di sini cairan
ke padatan). Persen berat dari elemen B di cair adalah wl dan berat persen elemen B di
solidus adalah ws. Persen berat padat dan cair kemudian dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan lever rule berikut:
Contoh perhitungan dari lever rule pada sistem biner,
Point 1
Pada titik ini paduannya liquid, dengan komposisi C dalah C=65% dari berat B.
Point 2
Pada titik 2, terdapat tie-lie, bentuk dari garis ini adalah horizontal. Garis ini merupakan garis
bantu untuk mempermudah kita dalam mengetahui kadari berat dari suatu elemen. Pada
pembentukan yang pertama kali dari fasa β setelah sebelumnya hanya terdapat fasa liquid,
persentasinya adalah 96% dari berat B.
Point 3
Pada titik 3 ini juga sama dengan menggunakan bantuan tie-line, sehingga nantinya terdapat
perpotongan dengan garis dari paduan yang ingin dicari komposisinya.
Perpotongannya menghasilkan komposisi dari C1 dan C2 :
C1 = 58 % berat B
C2 = 92 % berat B
Maka dapat diperoleh nilai fraksi :
Fraksi dari padatan β= (65 - 58) / (92 - 58) = 20%
dan
Fraksi dari liquid = (92 - 65) / (92 - 58) = 80 %
Point 4
Untuk
C3 = 48% berat B
dan
C4 = 87% berat B
Sehingga
Fraksi dari padatan β = (65 - 48) / (87 - 48) = 44%.
Karena paduannya didinginkan, padatan dari fasa β akan banyak terbentuk. Pada titik 4,
liquid yang tersisa akan menjad fasa eutectic α+β dan fraksi dari eutectic ini sebesar 56 %.
Point 5
Untuk
C5 = 9 % berat B
and
C6 = 91% berat B
Maka
Fraksi dari padatan β = (65 - 9) / (91 - 9) = 68%
dan
fraksi dari padatan α = (91 - 65) / (91 - 9) = 32%.
Scheil Equation
Scheil equation dapat digunakan untuk menghitung komposisi dari solid dan liquid
selama solidifikasi
. Berikut di bawah ini merupakan proses penurunan dari rumus Scheil Gulliver.
Menghitung jumlah zat terlarut yang terdapat pada luas yang berbayang(arsir), maka
didapatkan persamaan :
.
Semenjak koefisien partisinya (berhubungan dengan distribusi zat yang terlarut) yaitu
(persamaan di atas ditentukan dari fasa diagram)
Selanjutnya massa harus dijaga
Kesetimbangan massa dapat ditulis sebagai :
.
Dengan menggunakan kondisi garis batas
pada saat
Maka dapat ditulis pengintegralannya :
.
Hasil dari pengintegralannya yaitu persamaan Scheil-Gulliver untuk komposisi dari liquid
saat solidifikasi.
Atau untuk komposisi dari solid :
.
Dapat dilihat perbedaan pemakaian lever rule dan scheil equation pada diagram dibawah
Sumber :
Callister, William D.; Rethwisch, David (2009), Materials Science and Engineering An
Introduction (8th ed.), Wiley
http://www.doitpoms.ac.uk/tlplib/phase-diagrams/lever.php
Gulliver, G.H., J. Inst. Met., 9:120, 1913.
Porter, D. A., and Easterling, K. E., Phase Transformations in Metals and Alloys (2nd
Edition), Chapman & Hall, 1992.
Modeling kinetics during solidification,prof .A Roosz

More Related Content

What's hot

Perubahan Fasa
Perubahan FasaPerubahan Fasa
Perubahan FasaPTIK BB
 
Diagram fasa-lanjutan
Diagram fasa-lanjutanDiagram fasa-lanjutan
Diagram fasa-lanjutanAnna II
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasisyamsul huda
 
Laporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlichLaporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlichFirda Shabrina
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyawizdan ozil
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
Alat Kristalisasi
Alat KristalisasiAlat Kristalisasi
Alat Kristalisasiliabika
 
Termodinamika (11) b faktor_kompresibilitas
Termodinamika (11) b faktor_kompresibilitasTermodinamika (11) b faktor_kompresibilitas
Termodinamika (11) b faktor_kompresibilitasjayamartha
 
Praktek Kalorimeter Fisika Dasar
Praktek Kalorimeter Fisika DasarPraktek Kalorimeter Fisika Dasar
Praktek Kalorimeter Fisika DasarWidya arsy
 
Klasifikasi paduan aluminium
Klasifikasi paduan aluminiumKlasifikasi paduan aluminium
Klasifikasi paduan aluminiumhengkiirawan2008
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanichsan_madya
 
Susunan paduan
Susunan paduanSusunan paduan
Susunan paduanMn Hidayat
 
Bab6 kesetimbangan kimia
Bab6 kesetimbangan kimiaBab6 kesetimbangan kimia
Bab6 kesetimbangan kimiaImo Priyanto
 
Termodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanTermodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanAPRIL
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasDila Adila
 
Termodinamika1
Termodinamika1Termodinamika1
Termodinamika1APRIL
 
Struktur kristal ionik
Struktur  kristal ionik Struktur  kristal ionik
Struktur kristal ionik Ida Farida Ch
 

What's hot (20)

Perubahan Fasa
Perubahan FasaPerubahan Fasa
Perubahan Fasa
 
Diagram fasa-lanjutan
Diagram fasa-lanjutanDiagram fasa-lanjutan
Diagram fasa-lanjutan
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 
[Presentasi] Logam Besi (Fe)
[Presentasi] Logam Besi (Fe)[Presentasi] Logam Besi (Fe)
[Presentasi] Logam Besi (Fe)
 
Laporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlichLaporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlich
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinya
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
Alat Kristalisasi
Alat KristalisasiAlat Kristalisasi
Alat Kristalisasi
 
Termodinamika (11) b faktor_kompresibilitas
Termodinamika (11) b faktor_kompresibilitasTermodinamika (11) b faktor_kompresibilitas
Termodinamika (11) b faktor_kompresibilitas
 
Praktek Kalorimeter Fisika Dasar
Praktek Kalorimeter Fisika DasarPraktek Kalorimeter Fisika Dasar
Praktek Kalorimeter Fisika Dasar
 
Sol gel zefri
Sol gel zefriSol gel zefri
Sol gel zefri
 
Klasifikasi paduan aluminium
Klasifikasi paduan aluminiumKlasifikasi paduan aluminium
Klasifikasi paduan aluminium
 
Struktur mikro material teknik
Struktur mikro material teknikStruktur mikro material teknik
Struktur mikro material teknik
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahan
 
Susunan paduan
Susunan paduanSusunan paduan
Susunan paduan
 
Bab6 kesetimbangan kimia
Bab6 kesetimbangan kimiaBab6 kesetimbangan kimia
Bab6 kesetimbangan kimia
 
Termodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanTermodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutan
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
 
Termodinamika1
Termodinamika1Termodinamika1
Termodinamika1
 
Struktur kristal ionik
Struktur  kristal ionik Struktur  kristal ionik
Struktur kristal ionik
 

Metfis

  • 1. TUGAS METFIS 2 PERBEDAAN LEVER RULE DAN SCHEIL GULLIVER Ihsan fathurrahman 1306448205 DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2015
  • 2. Lever Rule Lever rule adalah garis yang digunakan untuk menentukan persentase bobot masing-masing fase diagram kesetimbangan fasa biner . Hal ini digunakan untuk menentukan persen berat fase cair dan padat untuk komposisi biner yang diberikan dan suhu yang antara likuidus dan solidus . Dalam paduan dengan dua fasa , α dan β , yang sendiri mengandung dua unsur , A dan B , aturan tuas menyatakan bahwa persentase berat dari fase α adalah Dimana  a is the weight percentage of element B in the α phase  b is the weight percentage of element B in the β phase  c is the weight percentage of element B in the entire alloy Sebelum perhitungan dapat dibuat tie line yang ditarik pada diagram fase untuk menentukan persen berat setiap elemen; pada diagram fase ke kanan itu adalah segmen garis LS. Tie line ini diambil secara horizontal pada suhu komposisi dari salah satu fase yang lain (di sini cairan ke padatan). Persen berat dari elemen B di cair adalah wl dan berat persen elemen B di solidus adalah ws. Persen berat padat dan cair kemudian dapat dihitung dengan menggunakan persamaan lever rule berikut:
  • 3. Contoh perhitungan dari lever rule pada sistem biner, Point 1 Pada titik ini paduannya liquid, dengan komposisi C dalah C=65% dari berat B. Point 2 Pada titik 2, terdapat tie-lie, bentuk dari garis ini adalah horizontal. Garis ini merupakan garis bantu untuk mempermudah kita dalam mengetahui kadari berat dari suatu elemen. Pada pembentukan yang pertama kali dari fasa β setelah sebelumnya hanya terdapat fasa liquid, persentasinya adalah 96% dari berat B. Point 3
  • 4. Pada titik 3 ini juga sama dengan menggunakan bantuan tie-line, sehingga nantinya terdapat perpotongan dengan garis dari paduan yang ingin dicari komposisinya. Perpotongannya menghasilkan komposisi dari C1 dan C2 : C1 = 58 % berat B C2 = 92 % berat B Maka dapat diperoleh nilai fraksi : Fraksi dari padatan β= (65 - 58) / (92 - 58) = 20% dan Fraksi dari liquid = (92 - 65) / (92 - 58) = 80 % Point 4
  • 5. Untuk C3 = 48% berat B dan C4 = 87% berat B Sehingga Fraksi dari padatan β = (65 - 48) / (87 - 48) = 44%. Karena paduannya didinginkan, padatan dari fasa β akan banyak terbentuk. Pada titik 4, liquid yang tersisa akan menjad fasa eutectic α+β dan fraksi dari eutectic ini sebesar 56 %. Point 5 Untuk
  • 6. C5 = 9 % berat B and C6 = 91% berat B Maka Fraksi dari padatan β = (65 - 9) / (91 - 9) = 68% dan fraksi dari padatan α = (91 - 65) / (91 - 9) = 32%.
  • 7. Scheil Equation Scheil equation dapat digunakan untuk menghitung komposisi dari solid dan liquid selama solidifikasi . Berikut di bawah ini merupakan proses penurunan dari rumus Scheil Gulliver. Menghitung jumlah zat terlarut yang terdapat pada luas yang berbayang(arsir), maka didapatkan persamaan : . Semenjak koefisien partisinya (berhubungan dengan distribusi zat yang terlarut) yaitu (persamaan di atas ditentukan dari fasa diagram) Selanjutnya massa harus dijaga Kesetimbangan massa dapat ditulis sebagai :
  • 8. . Dengan menggunakan kondisi garis batas pada saat Maka dapat ditulis pengintegralannya : . Hasil dari pengintegralannya yaitu persamaan Scheil-Gulliver untuk komposisi dari liquid saat solidifikasi. Atau untuk komposisi dari solid : . Dapat dilihat perbedaan pemakaian lever rule dan scheil equation pada diagram dibawah
  • 9. Sumber : Callister, William D.; Rethwisch, David (2009), Materials Science and Engineering An Introduction (8th ed.), Wiley http://www.doitpoms.ac.uk/tlplib/phase-diagrams/lever.php Gulliver, G.H., J. Inst. Met., 9:120, 1913. Porter, D. A., and Easterling, K. E., Phase Transformations in Metals and Alloys (2nd Edition), Chapman & Hall, 1992. Modeling kinetics during solidification,prof .A Roosz