1. “mulailah dari yang terdekat yang anda fahami, kayak sahabat”
***
10 tahun silam yang lalu, tepatnya pas kali pertama Aku masuk sebuah
sekolah menengah pertama. Adalah SMP Islam Babakan Yayasan Sunan Gunung
Jati, satu-satunya sekolah mengenah pertama yang ada di DesAku. Desa
Babakan.
***
Jum’at-Sabtu pertama. Mengenal kepramukaan.
Tahun pertama, semester pertama. Semua siswa baru diharuskan
mengikuti ekstrAkurikuler, salahsatunya Pramuka, setiap hari kecuali hari Senin,
Selasa, Rabu, Kamis dan Minggu tentunya. Pertemuan pertama hanya
diperkenalkan “Apa itu pramuka?”, “Siapa pendiri pramuka?” “Dan apapun yang
berkaitan dengan kepramukaan”. Pertemuan berikutnya adalah mengenal baris-
berbaris, jalan ditempat, dan latihan (praktek).
Awalnya menyenangkan karena di sana “kita menemukan banyak teman
baru”, begitu kata kaka kelas yang memimpin ekstrAkurikuler kami. Kelamaan,
serasa mulai bosan dan jenuh karena pertama, tidak ada satupun ruangan lain
yang tidak berisik. Kedua, kami harus latihan baris-berbaris di tengah halaman
sekolah. Berpanas ria. Bukan karena panasnya, tetapi setelah baris berbaris itu
kami juga disuruh latihan jalan ditempat. Dan bukan karena jalan dittempatnya,
tetapi selama kami jalan ditempat kudu sambil mengucapkan “PRAMUKA TIDAK
KENAL LELAH !!! PRAMUKA TIDAK KENAL PANAS !!!”, itulah yang kami sesalkan.
Pertemuan berikutnya juga sama, materi, baris-berbaris, masuk kelas, menghafal
Dasadarma Pramuka, dan Hymne pramuka sebelum sayonara. Pulang. Dan
begitu setersunya, tidak lebih tidak kurang.
***
Jum’at-Sabtu kedua. Mengenal sandi-sandi kepramukaan.
Ada beberapa sandi dalam kepramukaan dan seingatku ada, sandi kotak,
sandi morse, dan sandi rumput. Tetapi yang ‘cukup’ kami dalami hanya sandi
kotak sebagai dasar. Tidak lebih tidak kurang. Yang satu ini, Aku cukup tertarik
karena baru pertama mendengar walaupun hasilnya, tidak teramat buruk.
Lumayan.
2. Adalah satu jam pertama, selebihnya diisi dengan latihan-latihan
sebanyak mungkin. Sefaham kami bisa. Setelahnya, seperti biasa kami berkumpul
di halaman sekolah. Latihan lain. Baris-berbaris. Jalan ditempat (dengan
“pramuka tidak kenal … “). Berpanas ria.
Menjelang sayonara, menghafal Dasadarma dan Hymne Pramuka sebagai
hidangan penutup sebelum pulang.
***
Jum’at ketiga. Ujian masuk.
Sudah diumumkan 6 hari sebelum pelaksanaan ujian ini. Ujian masuk
menjadi penggalang. Aku tidak begitu tertarik juga tidak antusias, lagian ujian ini
tidak begitu semenAkutkan waktu kelulusan Madrasah Ibtidaiyyah, sekolah MI
ku dulu. Artinya, ujian masuk ini “open book (membuka bukunya sendiri-sendiri)”
tapi tidak “colek teman”, dan OK tak masalah. Lagian, bucat (buku catatan) ku
cukup dari lengkap oleh materi.
Hasilnya, Aku termasuk lima besar tercepat keluar ujian terlepas dari
benar atau salah hasil garapanku. Dan dari kelima besar ini membuat peserta
sekelas kami panik, berhamburan macam pasar meminta jawaban soal
berikutnya, menyamakan jawaban, menyamakan rumus (sandi kotak),
mengurutkan bunyi Dasadarma Pramuka. Aku tertawa demi melihat ada yang
baru menuliskan nama pemilik lembar jawaban dan menulisi entah apalah
dengan cepat macam Dokter menuliskan resep untuk pasiennya. Pulang dini.
***
Jum’at kesekian. Pengumuman penggalang.
Tidak ada ketegangan setegang waktu pengumuman kelulusan MI ku dulu
karena Aku, sedikitpun tidak terpikirkan pertemuan yang entah kesekiannya.
Tiba-tiba, kakak kelas kami masuk dan membacakan entah daftar apalah Aku
tidak tertarik untuk mengira-ngira. Menelisik. Dan, Hei! Ada lima temanku yang
dipanggil bersasar daftar apalah itu dan Aku termasuk didalamnya. Aku masih
belum bisa menduga-duga daftar itu yang jelas setelah Aku tahu termasuk yang
dipanggil Aku panik dan menyangka-nyangka sesuatu yang buruk “apakah Aku
datang terlambat? Tidak kan!” atau “apakah seragam pramukAku tidak
lengkap?” atau, entahlah Aku semakin tegang setelah temanku yang lain (tidak
termasuk yang dipanggil) menAkutiku bahwa ada hukuman menunggu.
3. Adalah teman sekelasku yang juga dipanggil waktu awal-awal pertemuan
kepramukaan dulu. Mereka dipanggil saat pemberian materi berlangsung,
disuruh keluar kelas kemudian langsung berlari mengelilingi halaman sekolah,
jalan ditempat (kali lipat dari jadwal latihan biasa) tanpa berhenti sebelum dan
selain ada komando dari kakak kelas kami.
Itu adalah hukuman karena mereka datang terlambat, seragam pramuka
tidak lengkap, dan salah memakai warna kaus kaki. Aku terbahak.
Itulah yang Aku tAkutkan juga ketika Aku termasuk dalam daftar
panggilan itu dan, hei! Keteganganku surut demi mendengar pengumuman itu,
“Aku salah satu terpilih menjadi bagian penting dari ekstrAkurikuler
kepramukaan”. Penggalang Pramuka. Ya, walaupun masih calon karena kami
harus terlebih dahulu dilantik sebelum dibaeat oleh penggalang senior, pembina,
kepala sekolah dan ketua yayasan terutama.
Baris-berbasis Jum’at kesekian ini terasa diguyur hujan. Ah betapa.
***
Baris-berbaris.
SIAP GRAK! LURUSKAN! LURUS!
PERIKSA KERAPIHAN! LENGKAP!
HORMAT GRAK! TEGAP GRAK!
HADAP KANAN GRAK! HADAP KIRI GRAK! BALIK KANAN GRAK!
SERONG KANAN GRAK! SERONG KIRI GRAK! BALIK SERONG KANAN GRAK!
Berulang-ulang kami melAkukan gerakan itu karena ada satu, dua saja
yang salah maka semuanya mengulang. Dan itu baru berhenti setelah selama
setengah jam kami latihan. Setelahnya Kak senior melAkukan evaluasi, siapa yang
bingung, siapa yang belum faham, siapa yang masih kAku, siapa yang masih
merasa susah. Kami tak menjawab.
Oh ya, dalam kepramukaan, kepada siapa saja, harus memanggil nama
seseorang harus didahului “Kaka” atau “Kak”. Kak Iwan misalnya. Maka, siapa
saja yang mengucapkan selain itu maka siap-siap saja pulang paling akhir.
***
Sandi kotak.
Dari sekian banyak rumus Matematika dan Fisika yang diajarkan di
sekolah tidak ada istilah sandi kotak. Dengan segala rumusnya Aku sadar
Matematika adalah pelajaran yang rumit. Fisika, juga tidak kalah rumit. Aku tidak
membencinya tapi tidak juga menyukainya.
4. Tidak rumit tapi tidak juga gampang. Kalau dirumuskan;
Entah Aku yang terlalu pemalas atau Kak penggalangnya yang ‘kurang’
gamblang menjelaskan, sampai tiga pertemuan awal Aku belum juga bisa
menguasai sandi ini tanpa melihat. Aku mencoba menelisik, mencoba
memahami itu dengan carAku sendiri dan akhirnya Aku dibuat bosan oleh karena
terus menerus memelototi rumus itu tanpa ada titik temu. Sampai kuputuskan
merubuah rumus itu menjadi;
Semua sisi saya beri
garis. Dan Aku tambah tidak
mengerti nan semakin
bingung hingga akhirnya
salah satu temanku
menghampiriku membawa
berita itu.
***
Berita itu datang dari Nteng. Begitu dia akrab (minta) dipanggil. Adalah
teman wanitAku dulu sewaktu MI. Setelah lulus kami masuk bareng ke SMP
YSGD itu. SMP Islam Babakan Yayasan Sunan Gunung Djati, sayang kami tidak
satu kelas. Dia di kelas B dan Aku C.
5. Beberapa hari
sebelum pelaksanaan ujian
masuk anggota penggalang,
dia menghampiriku pada jam
istirahat lantas menunjukkan
rumus itu. Sandi itu. Ternyata,
sangat sederhana adanya;
dan kutulis ulang rumus itu
lagi seperti sediakala. Ah
betapa.
***
Jum’at yang entah kesekian, Aku tidak lagi menghitung.
Setelah pelantikan itu, pembaetan itu Aku sudah resmi menyandang “Kak
Penggalang” juga dia, Nteng. Untuk jum’at yang, ah entah keberapa, kami wajib
datang lebih awal dan kami juga harus memberi materi kepramukaan juga
mengawasi bahkan melatih baris-berbaris lalu, ah mengikuti rapat sebelum
akhirnya pulang.
***
Betapa, mendapatkan penjelasan yang menyenangkan hati. Terimakasih.
www.thohiriyyah.com www.iwanalitblogspot.com
6. Beberapa hari
sebelum pelaksanaan ujian
masuk anggota penggalang,
dia menghampiriku pada jam
istirahat lantas menunjukkan
rumus itu. Sandi itu. Ternyata,
sangat sederhana adanya;
dan kutulis ulang rumus itu
lagi seperti sediakala. Ah
betapa.
***
Jum’at yang entah kesekian, Aku tidak lagi menghitung.
Setelah pelantikan itu, pembaetan itu Aku sudah resmi menyandang “Kak
Penggalang” juga dia, Nteng. Untuk jum’at yang, ah entah keberapa, kami wajib
datang lebih awal dan kami juga harus memberi materi kepramukaan juga
mengawasi bahkan melatih baris-berbaris lalu, ah mengikuti rapat sebelum
akhirnya pulang.
***
Betapa, mendapatkan penjelasan yang menyenangkan hati. Terimakasih.
www.thohiriyyah.com www.iwanalitblogspot.com