Pancasila merupakan sistem filsafat Indonesia yang terdiri dari lima sila yang menjadi dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Pancasila mencakup berbagai aspek kehidupan seperti hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan. Nilai-nilai Pancasila tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD.
3. 1.PENGERTIAN FILSAFAT
Secara etimologi, kata falsafah berasal dari bahasa Yunani, yaitu:
philosophia, philo/philos/philein yang artinya cinta/pecinta/mencintai dan
sophia, yang berarti kebijakan/wisdom/kearifan/hikmah/hakikat kebenaran.
Jadi, filsafat artinya cinta akan kebijakan atau hakikat kebenaran.
Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap
sesuatu secara metodik, sistematis, menyeluruh, dan universal, untuk
mencari hakikat sesuatu. Menurut D. Runes, filsafat berarti ilmu yang
paling umum serta mengandung usaha mencari kebijakan dan cinta akan
kebijakan (BP-7, 1993: 8)
.Pada umumnya, terdapat dua pengertian filsafat, yaitu filsafat dalam arti
proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu
filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Demikian pula,
dikenal ada filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
4. 2.SISTEM FILSAFAT
Pemikiran filsafat berasal dari berbagai tokol yang menjadikan manusia
sebagai subjek. Perbedaan latar belakang tata nilai dan alam kehidupan,
cita-cita dan keyakinan yang mendasari tokoh filsafat itu melahirkan
perbedaan-perbedaan mendasar antarajaran filsafat. Meskipun demikian,
antarajaran tokoh tokoh filsafat mempunyai persamaan, sehingga dapat
digolongkan dalam aliran berdasarkan watak dan inti ajarannya. Jadi, aliran
filsafat terbentuk atas beberapa ajaran filsafat dari berbagai tokoh dan dari
berbagai zaman. Tegasnya, perbedaan aliran bukan ditentukan oleh
tempat dan waktu lahirnya filsafat, melainkan oleh watak isi dan nilai
ajarannya.
Suatu ajaran filsafat yang bulat mengajarkan tentang berbagai segi
kehidupan yang mendasar Suatu sistem filsafat sedikitnya mengajarkan
tentang sumber dan hakikat realitas, filsafat hidup, dan tata nilai (etika),
termasuk teori terjadinya pengetahuan manusia dan logika. Sebaliknya,
filsafat yang mengajarkan hanya sebagian kehidupan (sektoral,
frakmentaris) tak dapat disebut sistem filsafat, melainkan hanya ajaran
filosofis seorang ahli filsafat.
5. 3. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
Aliran materialisme mengajarkan,
bahwa hakikat realitas
kesemestaan, termasuk makhluk
hidup dan manusia ialah materi.
Semua realitas itu ditentukan oleh
materi (misalnya: benda-ekonomi,
makanan) dan terikat pada hukum
alam, yaitu hukum sebab-akibat
(hukum kausalitas) yang bersifat
objektif.
Aliran idealisme atau spritualisme
mengajarkan bahwa ide atau spirit
manusia yang menentukan hidup dan
pengertian manusia. Subjek manusia
sadar atas realitas dirinya dan
kesemestaan, karena ada akal budi dan
kesadaran rohani. Manusia yang tak
sadar atau mati sama sekali tidak
menyadari dirinya apalagi realitas
semata. Jadi, hakikat diri dan
kenyataan ialah akal budi (ide dan
spirit).
A. ALIRAN MATERIALISME
B. ALIRAN
IDEALISME/SPRITUALISME
6. C. ALIRAN REALISME
Aliran realisme menggambarkan, bahwa kedua aliran di atas
materialisme dan idealisme yang bertentangan itu, tidak sesuai
dengan kenyataan (tidak realistis) Sesungguhnya, realitas
kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi)
semata-mata Kehidupan, seperti tampak pada tumbuh-
tumbuhan, hewan dan manusia, mereka hidup berkembang
biak, kemudian tua, akhirnya mati. Pastilah realitas demikian
lebih daripada materi. Karenanya, realitas itu adalah paduan
benda (materi dan jasmaniah) dengan yang nonmateri (spiritual
jiwa, dan rohaniah). Khusus pada manusia, tampak dalam gejala
daya pikir, cipta, dan bud. Jadi, realisme merupakan sintesis
antara jasmaniah-rohaniah, materi dengan non-materi
7. 4. NILAI-NILAI PANCASILA BERWUJUD
DAN BERSIFAT FILSAFAT
Pendekatan filsafat Pancasila adalah ilmu pengetahuaan yang
mendalam tentang Pancasila. Untuk mendapatkan pengertian
yang mendalam, kita harus mengetahui sila-sila Pancasila
tersebut. Dari setiap sila-sila, kita cari pula intinya. Setelah kita
ketahui hakikat dan intinya, maka selanjutnya kita cari hakikat dan
pokok-pokok yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :
a. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti bahwa
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu dijadikan dasar
dan pedoman dalam mengatur sikap dan tingkah laku manusia
Indonesia, dalam hubungannya dengan Tuhan, masyarakat, dan
alam semesta.
8. LANJUTAN...
b.Pancasila sebagai dasar negara, ini berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata kehidupan bernegara,
seperti yang diatur oleh UUD 1945.
c.Filsafat Pnacasila yang abstrak tercermin dalam pembukaan UUD 1945, dan
merupakan uraian terinci dari Proklamasi 17 Agustus 1945 yang dijawai pancasila.
d. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu
kebulatan yang utuh
e. Jiwa Pancasila yang abstrak setelah tercetus menjadi Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, tercermin dalam pokok-pokok yang terkandung dalam Pembukaan UUD
1945.
F. Berdasarkan penjelasan otentik UUD 1945, undang-undang dasar menciptakan
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 pada pasal-
pasalnya. Hal ini berarti, pasal-pasal dalam Batang Tubuh UUD 1945 menjelmakan
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai
perwujudan dari jiwa Pancasila.
g. Berhubung dengan itu, kesatuan tafsir sila-sila Pancasila harus bersumber dan
berdasarkan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.
h. Nilai-nilai yang hidup berkembang dalam masyarakat Indonesia dan belum
tertampung dalam pembukaan UUD 1945, perlu diselidiki untuk memperkuat dan
memperkaya nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang
Tubuh UUD 1945, dengan ketentuan sebagai berikut :
9. 1) Nilai-nilai i yang menunjang dan memperkuat kehidupan
bermasyarakat dan bernegara dapat kita terima, asal
tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa dan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, misalnya
referendum atau pemilihan presiden secara langsung.
2) Nilai-nilai yang melemahkan dan bertentangan dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan dan
Batang Tubuh UUD 1945, tidak dimasukkan sebagai
nilai-nilai Pancasila. Bahkan harus diusahakan tidak
hidup dan berkembang lagi dalam masyarakat
Indonesia, misalnya demonstrasi dengan merusak
bangunan/kantor, penjahat dihakimi massa, atau
penjarahan.
3) Nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan dan
Batang Tubuh UUD 1945, dipergunakan sebagai batu
ujian dari nilai-nilai yang lain agar dapat diterima
sebagai nilai-nilai Pancasila.