1. BUKU PANDUANPENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSIPENDIDIKAN TINGGI Tim Penyusun: • TresnaDermawanKunaefi (DitjenDikti) • IllahSailah (IPB) • SylviDewajani (UGM) • Endrotomo (ITS) • SP Mursid (Polban) • Harsono M (UGM) • LudfiDjajanto (PoliteknikNegeri Malang) • Adam Pamudji (UGM) • Sarjadi (UNDIP)
2. A. Pendidikandankondisi global Visidanmisipendidikantinggiabad XXI dari UNESCO (1998) berintikanisilaporan The International Commission on Education for the Twenty-first Century (Learning: the Treasure Within) yang diketuaioleh Jacques Delors (UNESCO, 1998)2), dengan pokokisiantara lain: 1. Harapankedepanperanpendidikantinggi : a) Jangkauandarikomunitaslokalkemasyarakatdunia; b) Perubahankohesisosialkepartisipasidemokratis, diantaranyaberupa kenyataan: (i) pendidikandankrisiskohesisosial, (ii) pendidikanvs exclusion, (iii) pendidikandandesakanpekerjaandimasyarakat, serta (ii) partisipasi demokratisberupapendidikan civic danpraktekberkewarganegaraan; c) Dari pertumbuhanekonomikepengembangankemanusiaan. 2. Asaspengembanganpendidikan, berupa : a) Empatpilarpendidikan: (i) learning to know, (ii) learning to do (perubahan dariskill kecompetent, dematerialisasidaripekerjaandanthe rise of service sector, sertabekerjadibidangekonomi informal), (iii) learning to live together, learning to live with others (discovering others and working toward common objectives), dan (iv) learning to be; b) Belajarsepanjanghayat (learning throughout life) sebagaiwujud: (i) imperative for democracy, (ii) pendidikanmultidimesional, (iii) munculnya new times, fresh fields, (iii) pendidikanat the heart of society, dan (iii) kebutuhansinergidalampendidikan. 3. Arahpengembanganpendidikan, khususnyapendidikantinggi : a) Kesatuanpendidikandasarsampaikeperguruantinggi: (i) pendidikandasar sebagai ”pasport” untukberkehidupan, (ii) pendidikanmenengah (secondary education) sebagaipersimpanganjalanmenentukankehidupan, dan (iii) pendidikantinggidanpendidikansepanjanghayat; 1 ) Higher Education in the Twenty-first Century: Vision and Action. World Conference on Higher Education. UNESCO, Paris, 5-9 October 1998. 2 ) NaskahlengkapdalamLearning: the Treasure Within, 1996. Report to UNESCO of the International Comission on Education for the Twenty-first Century. UNESCO Publishing/The Australian National Commission for UNESCO. 266 hal. 3 b) Perguruantinggimenjaditempatpembelajarandansuatusumberdaya pengetahuan; c) Peranpendidikantinggiuntukmenanggapiperubahanpasarkerja; d) Perguruantinggisebagaipusatkebudayaandanpembelajaranterbukauntuk semua; dan e) pendidikanuntukwahanakerjasama international.
3. B. SistemPendidikanTinggidi Indonesia Padadasarnyasetiapsatuanpendidikanmemilikisistemuntukmenghasilkanlulusan yang berkualitas. Sistempendidikantinggidilihatsebagaisebuahprosesakan memilikiempattahapanpokokyaitu (1) Masukan; (2) Proses; (3) Luaran; dan (4) hasilikutan (outcome). Yang termasukdalamkatagorimasukanantara lain adalah dosen, mahasiswa, buku, stafadministrasidanteknisi, saranadanprasarana, dana , dokumenkurikulum, danlingkungan. Yang masukdalamkatagoriprosesadalah prosespembelajaran, prosespenelitian, prosesmanajemen. Yang dikatagorikanluaran adalahlulusan, hasilpenelitiandankarya IPTEKS lainnya, sedang yang termasuk dalamkatagorihasilikutan (outcome) antara lain adalahpenerimaandanpengakuan masyarakatterhadapluaranperguruantinggi, kesinambungan, peningkatanmutu hidupmasyarakatdanlingkungan. Sistempendidikan yang baikdidukungoleh beberapaunsur yang baik pula, antara lain : (1) Organisasi yang sehat; (2) Pengelolaan yang transparandanakuntabel; (3) KetersediaanRencanaPembelajaran dalambentukdokumenkurikulum yang jelasdansesuaikebutuhanpasarkerja; (4) KemampuandanKetrampilansumberdayamanusiadibidangakademikdan non akademik yang handaldanprofesional; (5) Ketersediaansarana-prasaranadan fasilitasbelajar yang memadai, sertalingkunganakademik yang kondusif. Dengan didukungkelimaunsurtersebut, perguruantinggiakandapatmengembangkaniklim akademik yang sehat, sertamengarahpadaketercapaianmasyarakatakademik yang professional. Namunsebagaisebuahsistem yang terbuka, perguruantinggijuga dituntutbersinergidenganlembagapendidikantinggi lain baikdidalammaupun diluar Indonesia, sehinggadapatberperansertadalampengembangan IPTEKS dan perkembanganmasyarakatdunia. Sistemperguruantinggisebagaisebuahproses dapatdigambarkandalamskemadibawahini.
4. C. PeranKurikulumdidalamSistemPendidikanTinggi Kurikulummemilikimakna yang beragambaikantarnegaramaupunantarinstitusi penyelenggarapendidikan. Hal inidisebabkankarenaadanyainterpretasi yang berbedaterhadapkurikulum, yaitudapatdipandangsebagaisuaturencana (plan) yang dibuatolehseseorangatausebagaisuatukejadianataupengaruhaktualdarisuatu rangkaianperistiwa (Johnson, 1974). SementaraitumenurutKepmendiknas No. 232/U/2000 didefinisikansebagaiberikut : ”Kurikulumpendidikantinggiadalahseperangkatrencanadan pengaturanmengenaiisimaupunbahankajiandanpelajaransertacara penyampaiandanpenilaian yang digunakansebagaipedoman penyelenggaraankegiatanbelajar-mengajardiperguruantinggi.” Kurikulumadalahsebuah program yang disusundandilaksanakanuntukmencapai suatutujuanpendidikan. Jadikurikulumbisadiartikansebuah program yang berupa dokumen program danpelaksanaan program. Sebagaisebuahdokumenkurikulum (curriculum plan) dirupakandalambentukrincianmatakuliah, silabus, rancangan pembelajaran, sistemevaluasikeberhasilan. Sedangkurikulumsebagaisebuah pelaksanan program adalahbentukpembelajaran yang nyata-nyatadilakukan (actual curriculum). Perubahansebuahkurikulumseringhanyaterfokuspadapengubahan dokumensaja, tetapipelaksanaanpembelajaran, penciptaansuasanabelajar, cara evaluasi/asesmenpembelajaran, seringtidakberubah. Sehinggadapatdikatakan perubahankurikulumhanyapadatatarankonsepataumengubahdokumensaja. Ini bisadilihatdalamsistempendidikan yang lama dimanakurikulumdiletakansebagai aspek input saja. Tetapidengancarapandang yang lebihluaskurikulumbisa berperansebagai : (1) Kebijakanmanajemenpendidikantinggiuntukmenentukan arahpendidikannya; (2) Filosofi yang akanmewarnaiterbentuknyamasyarakatdan iklimakademik; (3) Patron atauPolaPembelajaran; (4) Atmosferatauiklim yang terbentukdarihasilinteraksimanajerial PT dalammencapaitujuanpembelajarannya; (5) Rujukankualitasdariprosespenjaminanmutu; serta (6) Ukurankeberhasilan PT dalammenghasilkanlulusan yang bermanfaatbagimasyarakat. Denganuraiandiatas, nampakbahwakurikulumtidakhanyaberartisebagaisuatudokumensaja, namun mempunyaiperan yang kompleksdalamprosespendidikan.
5. II. ALASAN PERUBAHAN KURIKULUM Perubahan yang dimaksuddisiniadalahperubahankonsepdariKurikulumNasionaltahun 1994 keKurikulumIntidanInstitusionltahun 2000. TimbulnyaKurikulumNasional (Kurnas) yang tercantumpadaKeputusanMendikbud No. 56/U/1994 didasarkanpada masalah internal pendidikantinggidi Indonesia saatitu, yaitubelumadanyatatanan yang jelasdalampengembanganperguruantinggi. Untukmenatasistempendidikan tinggisaatitu, disusunKerangka Pembangunan PendidikanTinggiJangkaPanjang (KPPTJP) yang berisitiga program yaitu : penataanlembaga, penataan program studi, danpenataanarahdantujuanpendidikan. Pendidikantinggidibagidalamduajaluryaitu jalurakademikdanjalur professional. Hal initentudidasarkanpadaprediksidanasumsi tentangkemampuan yang harusdimilikiolehlulusanperguruantinggiuntukmampu menyelesaikanmasalah-masalah yang diperkirakanakandihadapinya. Di dalam Kepmendikbud No. 56/U/1994 inidisebutkankurikulumberdasarkanpadatujuanuntuk menguasaiisiilmupengetahuandanpenerapannya (content based). Padasituasi global sepertisaatini, dimanapercepatanperubahanterjadidisegalasektor, makaakansulit untukmenahanperkembanganilmupengetahuan, teknologidanseni. Padamasasebelum tahun 1999 (pre-millenium era) perubahan IPTEKS yang terjadimungkintidaksedahsyat pasca-millenium. Makabila program studimengembangkankurikulumnyadenganisi (IPTEKS) sebagaibasisnya, program studitersebutakantertinggalolehperkembangan IPTEKS itusendiri, karenakurikulumdisusundandilaksanakanuntukjangkawakturatarata 5 tahun (S1). Konsepkurikulum yang tercantumdalamKepmendiknas no 232/U/2000 dan no 045/U/2002 berbedalatarbelakangnya, yaitulebihbanyakdidorongolehmasalahmasalah global ataueksternal, terutama yang telahdiuraikandalamlaporan UNESCO diatas. Hal-haltersebutmenimbulkankeadaanseperti : (a) persaingandidunia global, yang berakibatjugaterhadappersainganperguruantinggididalamnegerimaupundiluar negeri, sehinggaperguruantinggidituntutuntukmenghasilkanlulusan yang dapat bersaingdalamdunia global; (b) adanyaperubahanorientasipendidikantinggi yang tidak lagihanyamenghasilkanmanusiacerdasberilmutetapijuga yang mampumenerapkan keilmuannyadalamkehidupandimasyarakatnya (kompetendanrelevan), yang lebih berbudaya; dan (c) Jugaadanyaperubahankebutuhandiduniakerja yang terwujuddalam perubahanpersyaratandalammenerimatenagakerja, yaituadanyapersyaratansoftskills yang dominandisampinghardskillsnya. Sehinggakurikulum yang dikonsepkanlebih didasarkanpadarumusankompetensi yang harusdicapai/ dimilikiolehlulusanperguruan tinggi yang sesuaiataumendekatikompetensi yang dibutuhkanolehmasyarakat pemangkukepentingan/ stakeholders (competence based curriculum). Disampingituperubahaninijugadidorongadanyaperubahanotonomiperguruan tinggiyang dijamindalamUndang-undangSistemPendidikanNasional, yang memberi kelonggaranterhadapperguruantinggiuntukmenentukandanmengembangkan kurikulumnyasendiri. Peran DIKTI jugaberubahyaituhanyamemfasilitasi, memberdayakan, danmendorongperguruantinggiuntukmencapaitujuannya, jaditidak lagiberperansebagaipenentuatau regulator sepertimasa-masasebelumnya. Disinisecara konseptualdipisahkanantarapengembangankelembagaandanpengembangan kurikulum/isipendidikannya. Sehinggaperguruantinggilebihbisamengembangkan dirinyasesuaidengankemampuandantujuan yang ingindicapai. Jadisangat dimungkinkanperubahankurikulumdisebabkanjugaolehadanyaperubahanrencana strategisperguruantinggi yang termuatdalamvisidanmisinya .
6. III.BENTUK PERUBAHAN Pembaharuankonsepkurikulumpendidikantinggi yang dituangkandalamKepmendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002 , yang mengacukepadakonseppendidikantinggi abad XXI UNESCO (1998) , terdapatperubahan yang mendasaryaitu: 1) Luaranhasilpendidikantinggi yang semulaberupakemampuan minimal penguasaanpengetahuan, ketrampilan, dansikapsesuaidengansasarankurikulum suatu Program studi, digantidengankompetensiseseoranguntukdapatmelakukan seperangkattindakancerdas, penuhtanggungjawabsebagaisyaratuntukdianggap mampuolehmasyarakatdalammelaksanakantugas-tugasdibidangpekerjaan tertentu. Luaranhasilpendidikantinggiini yang semulapenilaiannyadilakukan olehpenyelenggarapendidikantinggisendiri, dalamkonsep yang barupenilaian selainolehperguruantinggijugadilakukanolehmasyarakatpemangku kepentingan. 2) Kurikulum program studi yang semuladisusundanditetapkanolehPemerintah lewatsebuahKonsorsium (KurikulumNasional), diubah, yaknikurikuluminti disusunolehperguruantinggibersama-samadenganpemangkukepentingandan kalanganprofesi, danditetapkanolehperguruantinggi yang bersangkutan. 3) BerdasarkanKepmendikbud No. 056/U/1994 komponenkurikulumtersusunatas KurikulumNasional (Kurnas) danKurikulumLokal (Kurlok) yang disusun dengantujuanuntukmenguasaiisiilmupengetahuandanpenerapannya (content based), sedangkandalamKepmendiknas No. 232/U/2000 disebutkanbahwa kurikulumterdiriatasKurikulumIntidankurikulumInstitusional. KurikulumIntimerupakanpenciridarikompetensiutama, ditetapkanoleh kalanganperguruantinggibersamamasyarakatprofesidanpenggunalulusan. SedangkanKompetensipendukung, dankompetensi lain yang bersifatkhususdan gayutdengankompetensiutamasuatu program studiditetapkanolehinstitusi penyelenggara program studi (Kepmendiknas No.045/U/2002). 4) DalamKurikulumNasionalterdapatpengelompokanmatakuliah yang terdiri atas: Mata KuliahUmum (MKU), Mata KuliahDasarKeahlian (MKDK), dan Mata KuliahKeahlian (MKK). SedangkandalamKepmendiknas no 232/U/200, Kurikulumterdiriataskelompok-kelompok Mata KuliahPengembangan Kepribadian (MPK), Mata KuliahKeilmuandanKetrampilan (MKK), Mata KuliahKeahlianBerkarya (MKB), Mata KuliahPerilakuBerkarya (MPB), serta Mata KuliahBerkehidupanBersama (MBB). Namun, padaKepmendiknas No.045/U/2002, pengelompokkanmatakuliahtersebutdiluruskanmaknanya agar lebihluasdantepatmelaluipengelompokkanberdasarkanelemenkompetensinya, yaitu (a) landasankepribadian; (b) penguasaanilmudanketerampilan; (c) kemampuanberkarya; (d) sikapdanperilakudalamberkaryamenuruttingkat keahlianberdasarkanilmudanketerampilan yang dikuasai; (e) pemahaman kaidahberkehidupanbermasyarakatsesuaidenganpilihankeahliandalam berkarya. Konsepiniuntukdapatmengakomodasikebutuhanmasyarakat yang menjadikan perguruantinggimenjaditempatpembelajarandansuatusumberdaya pengetahuan, pusatkebudayaan, sertatempatpembelajaranterbukauntuksemua, makadimasukkanstrategikebudayaandalampengembanganpendidikantinggi.
7. Menyusunstrukturkurikulum Setelahdiperolehperkiraanbesarnyaskssetiapmatakuliah, makalangkah selanjutnyaadalahmenyusunmatakuliahtersebutdidalam semester. Penyajianmata kuliahdalam semester iniseringdikenalsebagaistrukturkurikulum. Secarateoritis terdapatduamacampendekatanstrukturkurikulum, yaitu(1) pendekatan serial; dan (2) pendekatan parallel. Pendekatan serial adalahpendekatan yang menyusunmata kuliahberdasarkanlogikaataustrukturkeilmuannya. Padapendekatan serial ini, mata kuliahdisusundari yang paling dasar (berdasarkanlogikakeilmuannya) sampaidi semester akhir yang merupakanmatakuliahlanjutan (advanced). Setiapmatakuliah salingberhubungan, denganditunjukkandariadanyamatakuliah pre-requisite (prasyarat). Mata kuliah yang tersajidi semester awalakanmenjadisyaratbagimata kuliahdiatasnya. Permasalahan yang seringmunculadalahsiapa yang harus membuathubunganantarmatakuliahantar semester? Mahasiswaataudosen? Jika mahasiswa, merekabelummemilikikompetensiuntukmemahamikeseluruhan kerangkakeilmuantersebut. Jikadosen, tidakada yang menjaminterjadinyakaitan tersebutmengingatantaramatakuliahsatudengan yang lain diampuolehdosen yang berbedadansulitdijaminadanyakomunikasi yang baikantardosen-dosen yang terlibat. Kelemahaninilah yang menyebabkanlulusandengan model struktur serial ini kurangmemilikikompetensi yang terintegrasi.
8. . Perkiraandanpenetapanbeban (sks) danpembentukanmatakuliah. Selamainipengertianskshanyaberkaitandenganwaktusatukegiatanpembelajaran, tanpadikaitkandenganvariabel lain. Hanyamacamkegiatan yang dideskripsikan. Sepertipengertian 1 sksmatakuliah yang dilakukandenganperkuliahan (ceramah) diartikantigamacamkegiatan, yaitukegiatantatapmukaselama 50 menit, kegiatan belajarterstrukturselama 60 menit, dankegiatanbelajarmandiriselama 60-100 menit, semuanyadalamsatuanperminggu, persemester. Banyak program studi yang hanyamenerimasksdaritahunketahuntanpamemahamicaramenetapkannya. Selamainiperkiraanbesarnyaskssebuahmatakuliahlebihbanyakditetapkanatas dasarpengalamandanterutamamenyangkutbanyaknyabahankajian yang harus disampaikan. Hal inibisadimengertikarenaselainskshanyaterkaitdenganwaktu, kurikulum yang dilaksanakanadalahkurikulumberbasisisi (KBI), sertakegiatannya lebihbanyakberupakuliah/ceramah (TCL). Sehinggabesarnyaskssuatumatakuliah sepertinyamenjadihakdosenpengampunya, yaituberdasarpadamateri yang ia kuasaidan yang harusiaajarkan. Denganparadigma KBK, makaseharusnyalahsks terkaitdengankompetensi yang harusdicapai. Pengertianskstetapberkaitandengan waktu , hanyaperkiraanbesarnyaskssebuahmatakuliahatausuatupengalaman belajar yang direncanakan, dilakukandenganmenganalisissecarasimultanbeberapa variabel, yaitu: (a)tingkatkemampuan/kompetensi yang ingindicapai; (b) tingkat keluasandankedalamanbahankajian yang dipelajari ; (c) cara/strategipembelajaran yang akanditerapkan; (d) danposisi (letak semester) suatukegiatanpembelajaran dilakukan; dan (e) perbandinganterhadapkeseluruhanbebanstudidisatu semester . Sehinggadalam KBK yang lebihmenitikberatkanpadakemampuan/kompetensi mahasiswanya, secaraprinsippengertiansksharusdipahamisebagai : waktu yang dibutuhkanolehmahasiswauntukmencapaikompetensitertentu, denganmelalui suatubentukpembelajarandanbahankajiantertentu.
9. PEMBELAJARAN DALAM KBK KondisiPembelajarandiperguruantinggisaatini Prosespembelajaran yang banyakdipraktekkansekaranginisebagianbesarberbentuk penyampaiansecaratatapmuka (lecturing), searah. Padasaatmengikutikuliahatau mendengarkanceramah, mahasiswaakankesulitanuntukmengikutiataumenangkap maknaesensimateripembelajaran, sehinggakegiatannyasebatasmembuatcatatan yang kebenarannyadiragukan. Polaprosespembelajarandosenaktifdengan mahasiswapasifiniefektifitasnyarendah, dantidakdapatmenumbuhkembangkan prosespartisipasiaktifdalampembelajaran. Keadaaniniterjadisebagaiakibat elemen-elementerbentuknyaprosespartisipasi yang berupa, (i) doronganuntuk memperolehharapan (effort), (ii) kemampuanmengikutiprosespembelajaran, dan (iii) peluanguntukmengungkapkanmateripembelajaran yang diperolehnyadidunia nyata/masyarakattidakadaatausangatterbatas. Intensitaspembelajaranmahasiswa umumnyameningkat (tetapitetaptidakefektif), terjadipadasaat-saatakhirmendekati ujian. Akibatnyamutumateridanprosespembelajaransangatsulituntukdiases. Dosenmenjadipusatperandalampencapaianhasilpembelajarandanseakan-akan menjadisatu-satunyasumberilmu.
10. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DALAM KBK A. Small Group Discussion Diskusiadalahsalahsatuelemenbelajarsecaraaktifdanmerupakanbagiandari banyak model pembelajaran SCL yang lain, seperti CL, CbL, PBL, dan lain-lain. Mahasiswapesertakuliahdimintamembuatkelompokkecil (5 sampai 10 orang) untukmendiskusikanbahan yang diberikanolehdosenataubahan yang diperoleh sendiriolehanggotakelompoktersebut. Denganaktivitaskelompokkecil, mahasiswa akanbelajar: (a) Menjadipendengar yang baik; (b) Bekerjasamauntuktugasbersama; (c) Memberikandanmenerimaumpanbalik yang konstruktif; (d) Menghormati perbedaanpendapat; (e) Mendukungpendapatdenganbukti; dan (f) Menghargai sudutpandang yang bervariasi (gender, budaya, dan lain-lain). Adapunaktivitas diskusikelompokkecildapatberupa: (a) Membangkitkanide; (b) Menyimpulkan poinpenting; (c) Mengasestingkatskill danpengetahuan; (d) Mengkajikembalitopik dikelassebelumnya; (e) Menelaahlatihan, quiz, tugasmenulis; (f) Memproses outcome pembelajaranpadaakhirkelas; (g) Memberikomentartentangjalannya kelas; (h) Membandingkanteori, isu, daninterpretasi; (i) Menyelesaikanmasalah; dan (j) Brainstroming.
27. D. Self-Directed Learning (SDL) SDL adalahprosesbelajar yang dilakukanatasinisiatifindividumahasiswasendiri. Dalamhalini, perencanaan, pelaksanaan, danpenilaianterhadappengalamanbelajar yang telahdijalani, dilakukansemuanyaolehindividu yang bersangkutan. Sementara dosenhanyabertindaksebagaifasilitator, yang memberiarahan, bimbingan, dan konfirmasiterhadapkemajuanbelajar yang telahdilakukanindividumahasiswa tersebut. Metodebelajarinibermanfaatuntukmenyadarkandanmemberdayakanmahasiswa, bahwabelajaradalahtanggungjawabmerekasendiri. Dengankata lain, individu mahasiswadidoronguntukbertanggungjawabterhadapsemuafikirandantindakan yang dilakukannya. Metodepembelajaran SDL dapatditerapkanapabilaasumsiberikutsudahterpenuhi. Sebagaiorangdewasa, kemampuanmahasiswasemestinyabergeserdariorang yang tergantungpadaorang lain menjadiindividu yang mampubelajarmandiri. Prinsip yang digunakandidalam SDL adalah: (a) Pengalamanmerupakansumberbelajar yang sangatbermanfaat; (b) Kesiapanbelajarmerupakantahapawalmenjadi pembelajarmandiri; dan (c) Orangdewasalebihtertarikbelajardaripermasalahan daripadadariisimatakuliahPengakuan, penghargaan, dandukunganterhadapproses belajarorangdewasaperludiciptakandalamlingkunganbelajar. Dalamhalini, dosen danmahasiswaharusmemilikisemangat yang salingmelengkapidalammelakukan pencarianpengetahuan.
28. E. Cooperative Learning (CL) CL adalahmetodebelajarberkelompok yang dirancangolehdosenuntuk memecahkansuatumasalah/kasusataumengerjakansuatutugas. Kelompokini terdiriatasbeberapaorangmahasiswa, yang memilikikemampuanakademik yang beragam. Metodeinisangatterstruktur, karenapembentukankelompok, materi yang dibahas, langkah-langkahdiskusisertaprodukakhir yang harusdihasilkan, semuanya ditentukandandikontrololehdosen. Mahasiswadalamhalinihanyamengikuti prosedurdiskusi yang dirancangolehdosen. Padadasarnya CL sepertiinimerupakan perpaduanantarateacher-centered danstudent-centered learning. CL bermanfaatuntukmembantumenumbuhkandanmengasah: (a) kebiasaanbelajar aktifpadadirimahasiswa; (b) rasa tanggungjawabindividudankelompokmahasiswa; (c) kemampuandanketerampilanbekerjasamaantarmahasiswa; dan (d) keterampilan sosialmahasiswa.
29. F. Collaborative Learning (CbL) CbLadalahmetodebelajar yang menitikberatkanpadakerjasamaantarmahasiswa yang didasarkanpadakonsensus yang dibangunsendiriolehanggotakelompok. Masalah/tugas/kasusmemangberasaldaridosendanbersifatopen ended, tetapi pembentukankelompok yang didasarkanpadaminat, prosedurkerjakelompok, penentuanwaktudantempatdiskusi/kerjakelompok, sampaidenganbagaimanahasil diskusi/kerjakelompokingindinilaiolehdosen, semuanyaditentukanmelalui konsensus bersamaantaranggotakelompok.
30. G. Contextual Instruction (CI) CI adalahkonsepbelajar yang membantudosenmengaitkanisimatakuliahdengan situasinyatadalamkehidupansehari-haridanmemotivasimahasiswauntukmembuat keterhubunganantarapengetahuandanaplikasinyadalamkehidupansehari-hari sebagaianggotamasyarakat, pelakukerjaprofesionalataumanajerial, entrepreneur, maupuninvestor. Sebagaicontoh, apabilakompetensi yang dituntutmatakuliahadalahmahasiswadapat menganalisisfaktor-faktor yang mempengaruhiprosestransaksijualbeli, makadalam pembelajarannya, selainkonseptransaksiinidibahasdalamkelas, jugadiberikan contoh, danmendiskusikannya. Mahasiswajugadiberitugasdankesempatanuntuk terjunlangsungdipusat-pusatperdaganganuntukmengamatisecaralangsungproses transaksijualbelitersebut, ataubahkanterlibatlangsungsebagaisalahsatu pelakunya, sebagaipembeli, misalnya. Padasaatitu, mahasiswadapatmelakukan pengamatanlangsung, mengkajinyadenganberbagaiteori yang ada, sampaiiadapat menganalisfaktor-faktorapasaja yang mempengaruhiterjadinyaprosestransaksijual beli. Hasilketerlibatan, pengamatandankajiannyainiselanjutnyadipresentasikandi dalamkelas, untukdibahasdanmenampung saran danmasukan lain dariseluruh anggotakelas. Padaintinyadengan CI, dosendanmahasiswamemanfaatkanpengetahuansecara bersama-sama, untukmencapaikompetensi yang dituntutolehmatakuliah, serta memberikankesempatanpadasemuaorang yang terlibatdalampembelajaranuntuk belajarsatusama lain.
31. H. Project-Based Learning (PjBL) PjBLadalahmetodebelajar yang sistematis, yang melibatkanmahasiswadalam belajarpengetahuandanketerampilanmelaluiprosespencarian/penggalian (inquiry) yang panjangdanterstrukturterhadappertanyaan yang otentikdankompleksserta tugasdanproduk yang dirancangdengansangathati-hati.
32. I. Problem-Based Learning/Inquiry (PBL/I) I. Problem-Based Learning/Inquiry (PBL/I) PBL/I adalahbelajardenganmemanfaatkanmasalahdanmahasiswaharusmelakukan pencarian/penggalianinformasi (inquiry) untukdapatmemecahkanmasalahtersebut. Padaumumnya, terdapatempatlangkah yang perludilakukanmahasiswadalam PBL/I, yaitu: (a) Menerimamasalah yang relevandengansalahsatu/beberapa kompetensi yang dituntutmatakuliah, daridosennya; (b) Melakukanpencarian data daninformasi yang relevanuntukmemecahkanmasalah; (c) Menata data dan mengaitkan data denganmasalah; dan (d) Menganalisstrategipemecahan masalahPBL/I adalahbelajardenganmemanfaatkanmasalahdanmahasiswaharus melakukanpencarian/penggalianinformasi (inquiry) untukdapatmemecahkan masalahtersebut.