SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
METODE PEMBUATAN CO-CRYSTAL
Lula Darojatul Aulia 31118171
Willy Wildan Ramdani 31118183
Alia Wahyuni 31118185
Dede Rina Riayatul Azizah 31118187
Siti Salma Salsabila 31118189
Intan Oktavilia Putrinda 31118191
Dina Lestari 31118193
Siti Nabila Fikria Anwary 31118195
KELOMPOK 3
ANGGOTA
01
Kokristal dibentuk dari interaksi antarmolekul yang kristal melibatkan modifikasi susunan kristal
dari bahan padat dengan mengubah interaksi antarmolekul yang mengatur pemutusan dan
pembentukan ikatan kovalen non-seperti ikatan hidrogen, ikatan van der Waals, tumpukkan
ikatan π, interaksi elektrostatik, dan ikatan halogen (Miroshnyk et al., 2009).
02
Pembentukan kokristal dapat dirasionalisasikan oleh pertimbangan donor ikatan
hidrogen dan akseptor bahan yang akan di kokristal kan dan bagaimana mereka bisa
berinteraksi
03
Despit Secara umum, metode atau teknik pembuatan kokristal yang sudah sering
digunakan adalah teknik penguapan secara lambat (slow evaporation) dan
penggilingan (grinding). Oleh karena itu, metode yang lazim digunakan ini dibagi
menjadi solvent-based dan grinding (Weyna, 2009).
METODE
1. Metode
Solvent-based
2. Grinding M
3. Antisolvent
Addition
4. Hot Me
5. Supercritical
Fluid Technology
1. Metode Solvent-based
A. Solvent Evaporation Co-crystal
 Prinsip : Teknik ini dianggap cukup mudah karena prinsipnya adalah mencampurkan zat aktif dan koformer
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai kemudian diuapkan secara perlahan. Yang terjadi pada saat penguapan
adalah molekul-molekul dalam larutan akan mengalami reaksi ikatan hidrogen.
 Keuntungan : Kokristal yang dihasilkan secara termodinamika disukai (Jayasankar, 2006).
 Kerugian : Dibutuhkan jumlah pelarut yang banyak, tingkat keberhasilan pertumbuhan kokristal rendah pada
pembuatan kokristal skala besar, disarankan hanya untuk senyawa yang termostabil karena memerlukan
pemanasan (Trask, 2006)
 Contoh : Asam niflumat dan asam maleat dalam asetonitril (Childs, 2007). Sebanyak lima
multikomponen kristal diperoleh dari gabapentin dan koformer (asam 3-hidroksibenzoat, asam 4-
hidroksibenzoat, asam salisilat, asam 1-hidroksi-2-naftat, dan asam mandelat dalam pelarut asetonitril, etanol,
atau air (Reddy, 2009). Artesunat-nikotinamida dalam metanol (Setyawan, 2014)
B. Slurry conversion
 Prinsip : Pembuatan kristal dengan cara slurry dilakukan dengan cara menambahkan pelarut kristal zat aktif dengan ko-
former yang dapat diterima oleh zat aktif tersebut.
 Prosedur secara umum yang dilakukan adalah menambahkan koformer padat pada larutan kemudian suspensi (bubur) yang
terbentuk diaduk hingga pembentukkan kokristal selesai. Bubur yang terbentuk anatara kedua komponen ini akan
menginduksi terbentuknya kokristal dan kemudian diuapkan selama 48 jam untuk memicu terjadinya kokristalisasi (Tieknik,
2006).
 Keuntungan : Pembuatan kokristal efisien (Zhang, 2007), preparasi kokristal dapat menggunakan pelarut sederhana seperti air
pada preparasi Trimetroprimsulfametoksazol, metode tidak memerlukan.
 Suhu ekstrem : Dapat dikerjakan pada suhu ruang selama enam hari (Kojima, 2010). atau dengan pengeringan selama dua
hari pada suhu 40°C (Setyawan, 2014).
 Kerugian : kerugian utama adalah hasil yang didapatkan tidak sebanyak metode penggilingan (solvent drop grinding)
(Padrela, 2010).
 Contoh : Kafein-asam oksalat, kafein-asam maleat, kafein-asam malonat, dan kafein-asam glutarat dalam pelarut asetonitril
(Trask, 2005). Indometasin-asam mandelat, indometasin- nikotinamid, indometasin-laktamid, indometasin benzamid (Kojima,
2010), Artesunat-nikotinamid (Setyawan,2014).
2. Grinding Method
A. Neat grinding
 Prinsip : Metode ini dilakukan dengan penggerusan bahan obat dengan koformer pada mortar selama 30
menit hingga terbentuk serbuk yang dapat dipisahkan (Sevukarajan, 2012).
 Selain menggunakan manual menggunakan mortar penggerusan juga dapat dilakukan dengan menggunakan
ball mill ataupun vibratory mill (Erizal, 2010).
 Keuntungan : sederhana, mudah, efektif untuk screening pembentukkan pembentukkan kokristal dengan
koformer garam (Trask, 2006b).
 Kekurangan : dibutuhkan waktu penggilingan manual pada mortar (Trask, 2006b). Tidak semua zat aktif yang
memiliki solubility rendah dapat dibuat menjadi kokristal dengan teknik ini sehingga sering terjadi kegagalan
dalam pembentukkan kokristal. Hal ini disebabkan oleh beberapa zat aktif memerlukan bantuan pelarut untuk
pembentukkan kokristalnya (Karki, 2007)
 Contoh : Obat acceclofenat dan nikotinamid (obat: koformer) disimpan di desikator (Sevukarajan, 2011)
B. Liquid Assisted Grinding (LAG)
 Prinsip : Teknik ini merupakan perpaduan antara solvent evaporation technique dengan solid state grinding
technique. Kedua komponen pembentuk kokristal dengan perbandingan stoikiometri tertentu dicampurkan
kedalam mortir kemudian diteteskn sedikit pelarut baru setelah itu dilakukan penggerusan selama beberapa menit.
Teknik ini dikembang dengan tujuan untuk meningkatkan laju pembentukkan kokristal (Jung, 2011).
 Keuntungan : Ramah lingkungan, dapat diandalkan untuk penemuan kokristal baru, dapat digunakan untuk
preparasi bahan yang tidak dapat dilakukan solid-state grinding (Trask, 2005). Lebih efisien untuk metode
skrining pada kokristal hidrat dan zat aktif farmaseutikal (API). Jika dibandingkan dengan metode neat grinding,
LAG ini lebih efisien karena lebih umum dan memberikan peningkatan kinetik (Karki, 2007a). Dapat digunakan
sebagai metode alternatif untuk zat yang memiliki melting point terlalu tinggi, seperti Teobromin (>400°C)
(Karki, 2007).
 Kerugian : Penambahan pelarut yang tidak sesuai tidak dapat membentuk kokristal tetapi membentuk larutan
(Trask, 2006a).
 Contoh Obat : Didanosin-obat dengan sturktur aromatik (asam benzoat dan asam salisilat) (Alatas, 2013).
Kafeinasam sitrat (Karki, 2007a).
 Prinsip : Prinsip dari metode ini adalah presipitasi atau
rekristalisasi dari kokristal former dan zat aktif.
Antisolvent ditambahkan pada suhu ruang dengan agitasi.
Pembentukkan inti kokristal terjadi pada menit ke 2-3.
Kokristalisasi sempurna terjadi pada menit ke 30 pada
penelitian karbamezepinsakarin (Wang, 2013).
 Keuntungan : Kokristal yang dihasilkan murni, cepat dan
menghasilkan produk yang banyak (Wang, 2013).
 Kerugian : Jika terbentuk hidrat dari zat aktif
(Carbamazepin hidrat), ikatan hydrogen antara molekul
air dan metanol menurun (Wang, 2013).
 Contoh Obat : Carbamazepin-saccharin dengan pelarut
metanol dengan air sebagai antisolvent Wang, 2013)
3. Antisolvent Addition
 Prinsip : Metode ini tidak membutuhkan pelarut. Penerapan metode ini digunakan untuk
pembentukkan kokristal karbamazepin-nikotinamid dengan polimer sebagai former. Pembuatan
kokirstal yang kontinu dilakukan pada ektruder twin dengan mencampurkan zat aktif dan
koformer dengan pengaturan suhu (Liu, 2012).
 Keuntungan : Mudah, tidak memerlukan pelarut, kokristalisasi yang kontinu, kokristal murni
(Dhumal, 2010).
 Kekurangan : Zat yang digunakan harus termostabil (Liu, 2012), butuh teknologi yang modern
(screw speeds dan screw configurations) (Dhumal, 2010). Tidak dapat digunakan untuk zat yang
memiliki titik leleh terlalu tinggi seperti Teobromin (>400°C) (Karki, 2007b).
 Contoh Obat : Kokristal Carbamazepinenicotinamide (Liu, 2012), Ibuprofen-nicotinamid
(Dhumal, 2010).
4. Hot Melt Extrusion
 Prinsip : Pembentukkan kokristal ini difokuskan pada tiga teknik SCF yaitu
sifat-sifat cairan superkritis, pelarut, antisolvent, dan proses peningkatan
atomisasi. Penelitian yang telah dilakukan meliputi kokristalisasi dengan pelarut
superkritis (CSS),anti-solvent superkritis (ASS), dan gabungan anti-solvent dan
atomisasi (AAS) (Padrela, 2010a).
 Keuntungan : Pemanfaatan teknologi modern ini dapat didapatkan kokristal
dalam berbagai morfologi dan ukuran (dari ukuran nano-mikron) serta sangat
mungkin dimanfaatkan untuk particle engineering (Padrela, 2010a).
 Kekurangan : Biaya mahal karena butuh teknologi yang modern.
Pengoperasian alat membutuhkan keahlian. Dibutuhkan preparasi terlebih dahulu
pada bahan aktif farmasi yang Akan dibuat menjadi kokristal sebelum diproses
dengan teknologi superkritis (Padrela, 2010a).
 Contoh Obat : Kokristal indometachinsaccharin (Padrela, 2010b).
5. Supercritical
Fluid Technology
Contoh obat-obat yang beredar
menggunakan teknologi co-crystal
 Valsaltran
Sebagai contoh, pengamatan yang dilakukan dalam pengembangan kokristal pada produk valsartan metabolisme oleh enzim hati
sitokrom P450 (CYP) pemastian pendinginan kristalisasi terhadap peningkatan kelarutan, IDR, dan bioavailabilitas, sehingga
meningkatkan respons dosis; penurunan tingkat higroskopisitas dan meningkatkan stabilitas juga diamati. (Thipparaboina et al.,
2016)
a. Kelarutan
Teknik karakterisasi fisikokimia seperti pemindaian mikroskopik elektron, kalorimetri pemindaian diferensial, analisis serbuk
X-RD yang memperlihatkan perubahan kristal dari valsartan dengan produk rekristalisasi dan karenanya peningkatan kelarutan dan sifat
pembubaran superior bila dibandingkan dengan valsartan yang tidak diubah bentuk kristalnya (Nalluri, et al., 2012).
b. Bioavaibilitas
Valsartan di dalam tubuh akan bekerja dengan enzimatik yang akan menghambat kerja angiotensin yang berpengaruh dalam
tekanan darah dalam tubuh. Berdasarkan sifat valsartan yang lebih asam, kerja valsartan dipengaruhi oleh OATP1B1. OATP1B1 adalah
Anion pengangkut organik polipeptida 1B1 (juga dikenal OATP-C) adalah transporter khusus hati yang memediasi Serapan senyawa
endosfer dan eksogen vena dari darah menjadi hepatosit, termasuk beberapa Obat penting, 3-hidroks-3-metil-glutaris - koenzim inhibitor
reduktase (seperti pravastatin), anti-bakteria cefazolin dan refampicin, Obat anti-kanker, metabolit aktif irinotecan SN-38 dan
methotrxate, dan Obat anti-hipertensi olmesartan dan valsartan. Protein OATP1B1 dikodekan oleh gen Bay The SLCO1B1 dan diprediksi
memiliki 12 transmembran domain (TMDs). Polimorfisme 521T> C (V174A) diketahui mengganggu ekspresi membran plasma protein
OATP1B1 dan mengurangi aktivitas Transportasi in vitro. Polimorfisme ini termasuk The SLCO1B1 *5, *15, dan *17 haplotype.
Asosiasi membuat peningkatan signifikan dalam AUC yang tidak dilaporkan untuk valsartan dan olmesartan tetapi reporter untuk
pravastatin yang memiliki polimorfisme yang sama (Uchimoto, et al., 2011).
 Ketopren
Ketoprofen merupakan analgetik, antipiretik non steroid. Nama kimianya 2-(3-benzoylphenyl)propionicacid. Rumus
molekulnya C16H14O3 dan berat molekul 254,3. Ketoprofen berbentuk serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau
hampir tidak berbau dan mempunyai titik lebur 93-96° .
a. Kelarutan
Ketoprofen memiliki kelarutan praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam alkohol, dalam aseton dan diklorometan.
Penyimpanannya terlindung dari cahaya. Konstanta disosiasi (pKa) memiliki nilai 4,5 dan koefisien partisi log P (octanol/ buffer pH 7.4) =
0. Pada spektrum ultraviolet, ketoprofen dalam larutan asam dapat terbaca pada 260nm sedangkan dalam larutan basa 262nm.
b. Bioavaibilitas
Ketoprofen dapat diabsorpsi segera setelah pemberian oral, rektal atau intramuskular. Sekitar 75% dosis tunggal oral
diekskresikan melalui urin pada 24 jam, 6 jam pertama sekitar 90% berupa konjugat glukoronid. Keterikatan protein sekitar 95% dalam
plasma dan waktu paruh yaitu 1 sampai 4 jam. Konsentrasi ketoprofen setelah diberikan melalui oral 100mg mencapai puncak konsentrasi
plasma dari 6.0-14.3 (10) mg/L yang dicapai pada 0,45 hingga 2.5 jam. Dosis 100-200mg sehari (Anonim, 2005). Pembentukan kokristal
dengan koformer asam tartrat melalui metode evaporasi menunjukkan kelarutan yang lebih rendah dibandingkan ketoprofen standar.
Contoh obat-obat yang beredar
menggunakan teknologi co-crystal
Tabel 1.
Jenis koformer yang biasa digunakan dalam
pembuatan kokristal :
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik and illustrations by
Stories.
TERIMAKASIH
KELOMPOK 3
TEORI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID

More Related Content

Similar to CO-KRISTAL

pengolahan air secara khusus share
pengolahan air secara khusus sharepengolahan air secara khusus share
pengolahan air secara khusus sharenurul isnaini
 
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gel
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gelPembuatan SiO2 dengan metode sol gel
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gelPrayoga Wibhawa
 
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...IRAWANPERWANDA
 
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...IRAWANPERWANDA
 
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...IRAWANPERWANDA
 
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...IRAWANPERWANDA
 
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...IRAWANPERWANDA
 
Skripsi ringkas leni
Skripsi ringkas leniSkripsi ringkas leni
Skripsi ringkas leniQurrota Ayun
 
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptxPPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptxamranfadila1
 
Proposal Kerja Praktek Limbah Cair Batu Bara
Proposal Kerja Praktek Limbah Cair Batu BaraProposal Kerja Praktek Limbah Cair Batu Bara
Proposal Kerja Praktek Limbah Cair Batu Baraadimasvoc12
 
Draft tube buffle crystalizer
Draft tube buffle crystalizerDraft tube buffle crystalizer
Draft tube buffle crystalizernurul isnaini
 
ghhghghghghghghghhgghghghghgghghghghghghghg
ghhghghghghghghghhgghghghghgghghghghghghghgghhghghghghghghghhgghghghghgghghghghghghghg
ghhghghghghghghghhgghghghghgghghghghghghghgAidilFitrah17
 

Similar to CO-KRISTAL (20)

pengolahan air secara khusus share
pengolahan air secara khusus sharepengolahan air secara khusus share
pengolahan air secara khusus share
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Proses pengelantangan
Proses pengelantanganProses pengelantangan
Proses pengelantangan
 
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gel
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gelPembuatan SiO2 dengan metode sol gel
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gel
 
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
 
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
 
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
 
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
 
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
Prarancangan pabrik metil salisilat proses esterifikasi metanol dengan asam s...
 
Pemanfaatan Selulosa Asetat Eceng Gondok
Pemanfaatan Selulosa Asetat Eceng Gondok Pemanfaatan Selulosa Asetat Eceng Gondok
Pemanfaatan Selulosa Asetat Eceng Gondok
 
Skripsi ringkas leni
Skripsi ringkas leniSkripsi ringkas leni
Skripsi ringkas leni
 
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptxPPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
 
Aplikasi bioteknologi 1
Aplikasi bioteknologi 1Aplikasi bioteknologi 1
Aplikasi bioteknologi 1
 
Sol gel
Sol gelSol gel
Sol gel
 
TA ku
TA kuTA ku
TA ku
 
Proposal Kerja Praktek Limbah Cair Batu Bara
Proposal Kerja Praktek Limbah Cair Batu BaraProposal Kerja Praktek Limbah Cair Batu Bara
Proposal Kerja Praktek Limbah Cair Batu Bara
 
832 1652-1-sm
832 1652-1-sm832 1652-1-sm
832 1652-1-sm
 
Draft tube buffle crystalizer
Draft tube buffle crystalizerDraft tube buffle crystalizer
Draft tube buffle crystalizer
 
ghhghghghghghghghhgghghghghgghghghghghghghg
ghhghghghghghghghhgghghghghgghghghghghghghgghhghghghghghghghhgghghghghgghghghghghghghg
ghhghghghghghghghhgghghghghgghghghghghghghg
 
Poster Penelitian revisi 5
Poster Penelitian revisi 5Poster Penelitian revisi 5
Poster Penelitian revisi 5
 

CO-KRISTAL

  • 1. METODE PEMBUATAN CO-CRYSTAL Lula Darojatul Aulia 31118171 Willy Wildan Ramdani 31118183 Alia Wahyuni 31118185 Dede Rina Riayatul Azizah 31118187 Siti Salma Salsabila 31118189 Intan Oktavilia Putrinda 31118191 Dina Lestari 31118193 Siti Nabila Fikria Anwary 31118195 KELOMPOK 3 ANGGOTA
  • 2. 01 Kokristal dibentuk dari interaksi antarmolekul yang kristal melibatkan modifikasi susunan kristal dari bahan padat dengan mengubah interaksi antarmolekul yang mengatur pemutusan dan pembentukan ikatan kovalen non-seperti ikatan hidrogen, ikatan van der Waals, tumpukkan ikatan π, interaksi elektrostatik, dan ikatan halogen (Miroshnyk et al., 2009). 02 Pembentukan kokristal dapat dirasionalisasikan oleh pertimbangan donor ikatan hidrogen dan akseptor bahan yang akan di kokristal kan dan bagaimana mereka bisa berinteraksi 03 Despit Secara umum, metode atau teknik pembuatan kokristal yang sudah sering digunakan adalah teknik penguapan secara lambat (slow evaporation) dan penggilingan (grinding). Oleh karena itu, metode yang lazim digunakan ini dibagi menjadi solvent-based dan grinding (Weyna, 2009).
  • 3. METODE 1. Metode Solvent-based 2. Grinding M 3. Antisolvent Addition 4. Hot Me 5. Supercritical Fluid Technology
  • 4. 1. Metode Solvent-based A. Solvent Evaporation Co-crystal  Prinsip : Teknik ini dianggap cukup mudah karena prinsipnya adalah mencampurkan zat aktif dan koformer dilarutkan dalam pelarut yang sesuai kemudian diuapkan secara perlahan. Yang terjadi pada saat penguapan adalah molekul-molekul dalam larutan akan mengalami reaksi ikatan hidrogen.  Keuntungan : Kokristal yang dihasilkan secara termodinamika disukai (Jayasankar, 2006).  Kerugian : Dibutuhkan jumlah pelarut yang banyak, tingkat keberhasilan pertumbuhan kokristal rendah pada pembuatan kokristal skala besar, disarankan hanya untuk senyawa yang termostabil karena memerlukan pemanasan (Trask, 2006)  Contoh : Asam niflumat dan asam maleat dalam asetonitril (Childs, 2007). Sebanyak lima multikomponen kristal diperoleh dari gabapentin dan koformer (asam 3-hidroksibenzoat, asam 4- hidroksibenzoat, asam salisilat, asam 1-hidroksi-2-naftat, dan asam mandelat dalam pelarut asetonitril, etanol, atau air (Reddy, 2009). Artesunat-nikotinamida dalam metanol (Setyawan, 2014)
  • 5. B. Slurry conversion  Prinsip : Pembuatan kristal dengan cara slurry dilakukan dengan cara menambahkan pelarut kristal zat aktif dengan ko- former yang dapat diterima oleh zat aktif tersebut.  Prosedur secara umum yang dilakukan adalah menambahkan koformer padat pada larutan kemudian suspensi (bubur) yang terbentuk diaduk hingga pembentukkan kokristal selesai. Bubur yang terbentuk anatara kedua komponen ini akan menginduksi terbentuknya kokristal dan kemudian diuapkan selama 48 jam untuk memicu terjadinya kokristalisasi (Tieknik, 2006).  Keuntungan : Pembuatan kokristal efisien (Zhang, 2007), preparasi kokristal dapat menggunakan pelarut sederhana seperti air pada preparasi Trimetroprimsulfametoksazol, metode tidak memerlukan.  Suhu ekstrem : Dapat dikerjakan pada suhu ruang selama enam hari (Kojima, 2010). atau dengan pengeringan selama dua hari pada suhu 40°C (Setyawan, 2014).  Kerugian : kerugian utama adalah hasil yang didapatkan tidak sebanyak metode penggilingan (solvent drop grinding) (Padrela, 2010).  Contoh : Kafein-asam oksalat, kafein-asam maleat, kafein-asam malonat, dan kafein-asam glutarat dalam pelarut asetonitril (Trask, 2005). Indometasin-asam mandelat, indometasin- nikotinamid, indometasin-laktamid, indometasin benzamid (Kojima, 2010), Artesunat-nikotinamid (Setyawan,2014).
  • 6. 2. Grinding Method A. Neat grinding  Prinsip : Metode ini dilakukan dengan penggerusan bahan obat dengan koformer pada mortar selama 30 menit hingga terbentuk serbuk yang dapat dipisahkan (Sevukarajan, 2012).  Selain menggunakan manual menggunakan mortar penggerusan juga dapat dilakukan dengan menggunakan ball mill ataupun vibratory mill (Erizal, 2010).  Keuntungan : sederhana, mudah, efektif untuk screening pembentukkan pembentukkan kokristal dengan koformer garam (Trask, 2006b).  Kekurangan : dibutuhkan waktu penggilingan manual pada mortar (Trask, 2006b). Tidak semua zat aktif yang memiliki solubility rendah dapat dibuat menjadi kokristal dengan teknik ini sehingga sering terjadi kegagalan dalam pembentukkan kokristal. Hal ini disebabkan oleh beberapa zat aktif memerlukan bantuan pelarut untuk pembentukkan kokristalnya (Karki, 2007)  Contoh : Obat acceclofenat dan nikotinamid (obat: koformer) disimpan di desikator (Sevukarajan, 2011)
  • 7. B. Liquid Assisted Grinding (LAG)  Prinsip : Teknik ini merupakan perpaduan antara solvent evaporation technique dengan solid state grinding technique. Kedua komponen pembentuk kokristal dengan perbandingan stoikiometri tertentu dicampurkan kedalam mortir kemudian diteteskn sedikit pelarut baru setelah itu dilakukan penggerusan selama beberapa menit. Teknik ini dikembang dengan tujuan untuk meningkatkan laju pembentukkan kokristal (Jung, 2011).  Keuntungan : Ramah lingkungan, dapat diandalkan untuk penemuan kokristal baru, dapat digunakan untuk preparasi bahan yang tidak dapat dilakukan solid-state grinding (Trask, 2005). Lebih efisien untuk metode skrining pada kokristal hidrat dan zat aktif farmaseutikal (API). Jika dibandingkan dengan metode neat grinding, LAG ini lebih efisien karena lebih umum dan memberikan peningkatan kinetik (Karki, 2007a). Dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk zat yang memiliki melting point terlalu tinggi, seperti Teobromin (>400°C) (Karki, 2007).  Kerugian : Penambahan pelarut yang tidak sesuai tidak dapat membentuk kokristal tetapi membentuk larutan (Trask, 2006a).  Contoh Obat : Didanosin-obat dengan sturktur aromatik (asam benzoat dan asam salisilat) (Alatas, 2013). Kafeinasam sitrat (Karki, 2007a).
  • 8.  Prinsip : Prinsip dari metode ini adalah presipitasi atau rekristalisasi dari kokristal former dan zat aktif. Antisolvent ditambahkan pada suhu ruang dengan agitasi. Pembentukkan inti kokristal terjadi pada menit ke 2-3. Kokristalisasi sempurna terjadi pada menit ke 30 pada penelitian karbamezepinsakarin (Wang, 2013).  Keuntungan : Kokristal yang dihasilkan murni, cepat dan menghasilkan produk yang banyak (Wang, 2013).  Kerugian : Jika terbentuk hidrat dari zat aktif (Carbamazepin hidrat), ikatan hydrogen antara molekul air dan metanol menurun (Wang, 2013).  Contoh Obat : Carbamazepin-saccharin dengan pelarut metanol dengan air sebagai antisolvent Wang, 2013) 3. Antisolvent Addition
  • 9.  Prinsip : Metode ini tidak membutuhkan pelarut. Penerapan metode ini digunakan untuk pembentukkan kokristal karbamazepin-nikotinamid dengan polimer sebagai former. Pembuatan kokirstal yang kontinu dilakukan pada ektruder twin dengan mencampurkan zat aktif dan koformer dengan pengaturan suhu (Liu, 2012).  Keuntungan : Mudah, tidak memerlukan pelarut, kokristalisasi yang kontinu, kokristal murni (Dhumal, 2010).  Kekurangan : Zat yang digunakan harus termostabil (Liu, 2012), butuh teknologi yang modern (screw speeds dan screw configurations) (Dhumal, 2010). Tidak dapat digunakan untuk zat yang memiliki titik leleh terlalu tinggi seperti Teobromin (>400°C) (Karki, 2007b).  Contoh Obat : Kokristal Carbamazepinenicotinamide (Liu, 2012), Ibuprofen-nicotinamid (Dhumal, 2010). 4. Hot Melt Extrusion
  • 10.  Prinsip : Pembentukkan kokristal ini difokuskan pada tiga teknik SCF yaitu sifat-sifat cairan superkritis, pelarut, antisolvent, dan proses peningkatan atomisasi. Penelitian yang telah dilakukan meliputi kokristalisasi dengan pelarut superkritis (CSS),anti-solvent superkritis (ASS), dan gabungan anti-solvent dan atomisasi (AAS) (Padrela, 2010a).  Keuntungan : Pemanfaatan teknologi modern ini dapat didapatkan kokristal dalam berbagai morfologi dan ukuran (dari ukuran nano-mikron) serta sangat mungkin dimanfaatkan untuk particle engineering (Padrela, 2010a).  Kekurangan : Biaya mahal karena butuh teknologi yang modern. Pengoperasian alat membutuhkan keahlian. Dibutuhkan preparasi terlebih dahulu pada bahan aktif farmasi yang Akan dibuat menjadi kokristal sebelum diproses dengan teknologi superkritis (Padrela, 2010a).  Contoh Obat : Kokristal indometachinsaccharin (Padrela, 2010b). 5. Supercritical Fluid Technology
  • 11. Contoh obat-obat yang beredar menggunakan teknologi co-crystal  Valsaltran Sebagai contoh, pengamatan yang dilakukan dalam pengembangan kokristal pada produk valsartan metabolisme oleh enzim hati sitokrom P450 (CYP) pemastian pendinginan kristalisasi terhadap peningkatan kelarutan, IDR, dan bioavailabilitas, sehingga meningkatkan respons dosis; penurunan tingkat higroskopisitas dan meningkatkan stabilitas juga diamati. (Thipparaboina et al., 2016) a. Kelarutan Teknik karakterisasi fisikokimia seperti pemindaian mikroskopik elektron, kalorimetri pemindaian diferensial, analisis serbuk X-RD yang memperlihatkan perubahan kristal dari valsartan dengan produk rekristalisasi dan karenanya peningkatan kelarutan dan sifat pembubaran superior bila dibandingkan dengan valsartan yang tidak diubah bentuk kristalnya (Nalluri, et al., 2012). b. Bioavaibilitas Valsartan di dalam tubuh akan bekerja dengan enzimatik yang akan menghambat kerja angiotensin yang berpengaruh dalam tekanan darah dalam tubuh. Berdasarkan sifat valsartan yang lebih asam, kerja valsartan dipengaruhi oleh OATP1B1. OATP1B1 adalah Anion pengangkut organik polipeptida 1B1 (juga dikenal OATP-C) adalah transporter khusus hati yang memediasi Serapan senyawa endosfer dan eksogen vena dari darah menjadi hepatosit, termasuk beberapa Obat penting, 3-hidroks-3-metil-glutaris - koenzim inhibitor reduktase (seperti pravastatin), anti-bakteria cefazolin dan refampicin, Obat anti-kanker, metabolit aktif irinotecan SN-38 dan methotrxate, dan Obat anti-hipertensi olmesartan dan valsartan. Protein OATP1B1 dikodekan oleh gen Bay The SLCO1B1 dan diprediksi memiliki 12 transmembran domain (TMDs). Polimorfisme 521T> C (V174A) diketahui mengganggu ekspresi membran plasma protein OATP1B1 dan mengurangi aktivitas Transportasi in vitro. Polimorfisme ini termasuk The SLCO1B1 *5, *15, dan *17 haplotype. Asosiasi membuat peningkatan signifikan dalam AUC yang tidak dilaporkan untuk valsartan dan olmesartan tetapi reporter untuk pravastatin yang memiliki polimorfisme yang sama (Uchimoto, et al., 2011).
  • 12.  Ketopren Ketoprofen merupakan analgetik, antipiretik non steroid. Nama kimianya 2-(3-benzoylphenyl)propionicacid. Rumus molekulnya C16H14O3 dan berat molekul 254,3. Ketoprofen berbentuk serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau hampir tidak berbau dan mempunyai titik lebur 93-96° . a. Kelarutan Ketoprofen memiliki kelarutan praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam alkohol, dalam aseton dan diklorometan. Penyimpanannya terlindung dari cahaya. Konstanta disosiasi (pKa) memiliki nilai 4,5 dan koefisien partisi log P (octanol/ buffer pH 7.4) = 0. Pada spektrum ultraviolet, ketoprofen dalam larutan asam dapat terbaca pada 260nm sedangkan dalam larutan basa 262nm. b. Bioavaibilitas Ketoprofen dapat diabsorpsi segera setelah pemberian oral, rektal atau intramuskular. Sekitar 75% dosis tunggal oral diekskresikan melalui urin pada 24 jam, 6 jam pertama sekitar 90% berupa konjugat glukoronid. Keterikatan protein sekitar 95% dalam plasma dan waktu paruh yaitu 1 sampai 4 jam. Konsentrasi ketoprofen setelah diberikan melalui oral 100mg mencapai puncak konsentrasi plasma dari 6.0-14.3 (10) mg/L yang dicapai pada 0,45 hingga 2.5 jam. Dosis 100-200mg sehari (Anonim, 2005). Pembentukan kokristal dengan koformer asam tartrat melalui metode evaporasi menunjukkan kelarutan yang lebih rendah dibandingkan ketoprofen standar. Contoh obat-obat yang beredar menggunakan teknologi co-crystal
  • 13. Tabel 1. Jenis koformer yang biasa digunakan dalam pembuatan kokristal :
  • 14.
  • 15. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik and illustrations by Stories. TERIMAKASIH KELOMPOK 3 TEORI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID