5. Latar Belakang
Ketahanan energi pertama kali dipopulerkan
oleh IEA (International Energy Agency) ketika
terjadi krisis minyak pada tahun 1973.
Adanya embargo minyak oleh negara-negara
eksportir di sepanjang Teluk Persia (Persian
Gulf) akibat peristiwa Arab Spring.
8. Definisi dan Dimensi
Ketahanan energi merupakan ketersediaan sumber energi yang tidak
terganggu dengan harga yang terjangkau (IEA, 2007)
Ketahanan energi dari perspektif ekonomi sebagai kemampuan suatu
perekonomian untuk menghasilkan energi berkelanjutan yang cukup,
terjangkau, dan ramah lingkungan sehingga dapat mempertahankan
kesejahteraan maksimum (Blum & Legey, 2012).
Ketahanan energi merupakan strategi bagaimana membuat
permintaan dan penawaran energi tetap seimbang di masa depan
sehingga menciptakan perekonomian yang berkelanjutan
(sustainable) (Medlock III, 2009)
9. Definisi dan Dimensi
Dimensi-dimensi ketahanan energi
(APERC, 2007):
• Ketersediaan (availability) dari dimensi
geologis
• Aksesibilitas (accessibility) dari dimensi
geopolitik
• Keterjangkauan (affordability) dari
dimensi ekonomi
• Keberterimaan (acceptability) dari
dimensi lingkungan hidup
10. Penawaran dan Permintaan
Energi
Penawaran energi menjelaskan bagaimana sumber energi tidak
terbarukan dialokasian dalam ruang dan waktu (Medlock III, 2009)
Penawaran energi memiliki dua fokus utama: masalah valuasi dan
infrastruktur energi
11. Penawaran dan Permintaan
Energi
Permintaan energi merupakan permintaan derivatif (derived demand)
yaitu permintaan suatu barang atau jasa yang terjadi sebagai akibat dari
permintaan barang atau jasa lainnya (Medlock III, 2009).
Permintaan energi memiliki tiga permasalahan utama: konsumsi
energi, intensitas energi & efisiensi konsumsi, serta elastisitas permintaan
energi
12. Penawaran dan Permintaan
Energi
Konsumsi Energi – Melihat konsumsi
energi bukan dari komoditas energi
mentah (raw energy); konversi dalam
bentuk marketable atau final consumption
Intensitas Energi – rasio jumlah konsumsi
energi terhadap PDB riil; semakin rendah
semakin efisien
Elastisitas Energi – pengaruh perubahan
harga terhadap besar kecilnya energi yang
diminta
14. Indikator Sederhana
Ketahanan Energi
Cadangan rasio produksi (reserves
to production ratio)
Semakin tinggi nilai cadangan rasio
produksi suatu negara maka semakin
tinggi nilai ketahanan energi negara
tersebut (Greene et al., 2005)
Ketergantungan Impor
Semakin tinggi impor netto energi maka
semakin rendah ketahanan energi di
negara tersebut (Alhajji dan
James, 2003)
Perhitungan diversifikasi
Indeks diversifikasi harus
mempertimbangkan tiga elemen yaitu
variasi (variety), keseimbangan
(balance), dan disparitas (disparity)
energi (Stirling, 2009)
15. Indikator Sederhana
Ketahanan Energi
Stabilitas Politik
Goncangan politik negara pemasok
(supplier) memboikot sumber daya
energi mereka untuk diekspor
ICRG (International Country Risk
Guide) yang digunakan IEA (IEA, 2004)
Indeks political stability and absence
of violence/terrorism yang digunakan
World Bank (IEA, 2007)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
yang digunakan UNDP (Jansen et
al., 2004).
Harga Energi
Harga minyak yang selalu naik karena
beberapa faktor pembentuknya, salah
satunya adalah kelangkaan komoditas
tersebut (Kruyt et al., 2009)
Sisi Permintaan
Semakin besar belanja maka
mengindikasikan semakin sulit memasok
energi (Kendel & James, 1998)
16. Indikator Agregat Ketahanan
Energi
Indeks Shannon
Indeks Shannon menghitung
diversifikasi sumber energi,
diversifikasi pemasok energi, stabilitas
politik dan menipisnya sumber daya
energi.
Energy Security Index
ESIprice merupakan penjumlahan resiko
kosentrasi energi untuk setiap bahan
bakar dikali dengan pangsa (share)
bahan bakar
ESIvol merupakan pembagian net impor
gas dengan total pasokan energi primer
(IEA, 2007).
17. Indikator Agregat Ketahanan
Energi
Willingness to pay
Kesediaan (willingness) meningkat
ketika resiko ketahanan energi
meningkat juga
Tingginya kuota impor dan tingginya
pangsa (share) minyak dan gas dalam
total pasokan energi primer dan
tingginya intensitas energi (Bollen,
2008)
Oil Vulnerability Index
Indikator resiko pasokan (supply risk
indicator):
•Cadangan minyak domestik
•Resiko geopolitik minyak
•Likuiditas pasar energi (market
liquidity).
Indikator resiko pasar (market risk
indicator):
•GDP per kapita
•Intensitas minyak
•Biaya minyak dalam pendapatan
nasional
•Pangsa (share) minyak (Gupta, 2008)
18. Kebijakan Ketahanan Energi
Kebijakan Ketahanan Energi
Indonesia
Kebijakan energi di Indonesia mempunyai
tujuan berdasarkan pada UUD 1945 pasal 33
ayat 2
Kebijakan tersebut dituangkan dalam Perpres
No. 5 Tahun 2006 yaitu
diversifikasi, konservasi, intensifikasi
(Kemenristek, 2006)
Penilaian kebijakan tersebut masih
menggunakan beberapa indikator sederhana
saja
19. Kebijakan Ketahanan Energi
Kebijakan Ketahanan Energi
Kawasan ASEAN
ASEAN Power Grid (APG) merupakan jaringan
interkoneksi negara-negara ASEAN dalam
memenuhi kebutuhan energi listrik. Berkerja
sama memasok energi listrik dan
menghubungkan jaringan listrik di kawasan
ASEAN.
Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) merupakan
jaringan interkoneksi yang menghubungkan
pipa gas melewati batas negara.
Dasar perhitungan menggunakan indikator
sederhana
20. Simpulan
Meskipun ketahanan energi menjadi isu yang terus diperbincangkan tetapi tidak
adanya konsensus dalam mengukur ketahanan energi suatu negara.
Pengukuran ketahanan energi dapat menggunakan indikator sederhana dan
indikator agregat yang berdasarkan konsep penawaran dan permintaan energi.
Indikator energi dapat menentukan arah kebijakan energi suatu negara.
Kebijakan-kebijakan energi yang ada saat ini hanya berdasarkan perhitungan
sederhana. Penggunaan beberapa indikator agregat dapat membantu menilai
ketahanan energi secara lebih komprehensif.