SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
Download to read offline
“Kamu ngapain ikut? Pingin tau orang pacaran
                                                               ya?”

                                                               Lulu tak menjawab. Tetap aja maksa ingin ikut.
                                                               “Pokoknya saya harus keluar rumah!”

                                                               Gila, anak ini memang keras kepala. Segala
                                                               keinginannya harus dituruti. Tapi keinginan untuk
                                                               keluar malam bukan hal yang biasa direwelinnya.
                                                               Tiap malam minggu, dia jarang terlihat keluar
                                                               rumah. Malah mendekam di kamar sambil asyik
                                                               dengan boneka-bonekanya. Tak pernah mau kalau
                                                               diajak teman-temannya kelayapan. Apalagi ke
                                                               diskotek. Padahal remaja seusia dia, sudah
                                                               termasuk wajar kalau mulai suka gila-gilaan di
                                                               luar rumah.

                                                               Jadi kali ini pasti ada apa-apanya.

                                                               “Iya, ya? Ada apa-apanya, ya? Ayo, terus terang
                                                               aja. Apa kamu udah kepingin pacaran? Udah
                                                               kepingin belajar keluar malam? Hati-hati lho,
                                                               nanti masuk angin. Kasihan ibu kalau besoknya
                                                               disuruh ngeroki kamu?” ledek Lupus.

                                                               Lulu tetap diam. Kali ini dia malah maksa ibunya.
                                                               “Ayo dong, bu, sekali-sekali kita pergi. makan-
                                                               makan kek, ke diskotek kek...”

Buku : Ririn Febriani                                          Ibunya melotot. Wong sudah tua kok diajak ke
Retype : Raynold                                               diskotek?
www.tagtag.com/tamanbacaan
                                                               “Nggak apa-apa, bu. Sekalian nyari jodoh. Siapa
------------------------------------------------------------   tau aja ibu masih laku.”

                                                               “Hus! Tapi ibu memang mau pergi, dan kamu
                                                               nggak bakalan mau ikut. Itu lho, tante Neli kan
1. CINTA OLIMPIADE                                             lagi di Jakarta. Dia menginap di rumah Oom Prap.
                                                               Ibu mau ke sana. Gimana, mau ikut?”
LULU ge-er. Malam minggu kemarin dia maksa
ikut Lupus pergi.                                              “Ikut!” jawab Lulu mantap. Lupus mendadak
                                                               mengorek-ngorek kupingnya. Apa nggak salah
“Bawalah daku pergi, Pus. Ke mana aja...”                      denger nih? Kok Lulu mau-mauan ketemu Tante
rujuknya. Gombal sekali. Lupus jelas jadi rada                 Neli yang cerewet banget itu? Ini sudah jelas.
bingung. Wong mau ngapel kok malah disuruh                     Pasti ada yang kurang beres.
bawa adik?
Belakangan baru terbongkar. Ternyata dia lagi       mengangguk hormant. Lupus jadi nyengir, kayak
dikejar-kejar cowok. Dan cowok itu sudah janji      kuda.
mau datang malam minggu ini, meski Lulu sudah
menolak keras. Dan itulah, akhirnya Lulu terpaksa   Tapi tipe cowok itu memang tipe cowok nekat.
harus melarikan diri. Tetapi setelah puas dalam     Dia dengan rela duduk sopan menunggu berjam-
pelariannya, dan kembali malam harinya, ternyata    jam saat Lulu lagi ngambek, nggak mau keluar
tak seorang pun yang datang. Sang pembantu          atau berlagak lagi pergi. Lulu sering memaksa
yang mengatakan hal ini. Kontan aja Lupus           Lupus untuk menemui atau menemani cowok itu
ngakak. “Hulu...., ge-er. Makanya jangan girang     kalau dia datang. Seperti malam minggu depannya
dulu!”                                              ketika makhluk itu muncul lagi.

“Sial, siapa yang girang?” maki Lulu garang         “Pus, sana gih temenin si Pinokio itu. Saya males,
                                                    ngomongnya kayak bapak-bapak. Tentang masa
“Ayo, sudah malam. Jangan berantem lagi,” seru      depan melulu. Ih sebel! Sana cepetan. Atau
ibunya dari ruang tengah.                           bilangin saya lagi sakit perut...!”

***                                                 “Wah sori, lu. Saya lagi sibuk!” sahut Lupus yang
                                                    lagi asyik jaipongan gila-gilaan diiringi lagi
Dan ternyata besok Minggunya pagi-pagi sekali       Zoolook-nya Jean Michel Jarre di kamarnya.
saat kokok ayam jago belum lagi reda, cowok
yang mengejar-ngejar Lulu itu datang. Lulu tak      Lulu makin empet.
bisa menghindar, karena saat itu dia lagi asyik
nyiram bunga di taman depan rumah.                  Dan cowok itu makin nekat. Kini datangnya suka
                                                    bawa buah-buahan. Pisang, jeruk, apel, anggur.
“Maaf, dik Lulu, tadi malam saya nggak bisa         Wah, pokoknya segala macam deh. Lupus yang
datang,” sapa cowok itu sopan sekali. Lulu tak      doyan makan itu, jelas keenakan. Dia yang tukang
bisa berbuat apa-apa. Tak bisa mengambil            ngabisin semuanya. Sedangkan Lulu tak
ancang-ancang untuk melarikan diri. Diam            menyentuh sedikit-dikit acan.
terpaku di tempat. Lupus yang mengintip dari
jendela tidak bisa menahan tawa. “ Cieee....,       “Idih, haram menikmati barang suapan!” maki
mesra ni yeee...!” teriaknya keras.                 Lulu ketus.

Lulu kaget dan menoleh dengan sengit.               Lupus acuh saja. Tetapi sebenarnya dia kasihan
Cowoknya juga. Bujubune, pantesan aja Lulu          juga kalau adiknya jadi nggak tenang begitu.
begitu menghindarinya. Ternyata cowok yang          Serba ketakutan. Meski sebetulnya bukan pertama
ngejar-ngejar itu tipe cowok zaman rikiplik.        kali buat dia untuk kenal cowok secara dekat.
Kadaluwarsa. Berkacamata tebal, bibir tebal,        Dulu Lulu pernah kelihatan akrab dengan cowok
muka tebal (maksudnya nggak kenal malu, gitu!),     teman sekolahnya. Tampangnya..., ya lumayanlah
sisiran rapi mengkilap. Pokoknya cocok jadi         daripada kejeduk tembok. Lulu juga kelihatannya
bapak idela.                                        ngasih respons yang baik untuk cowok itu. Tapi
                                                    kencan     pertamanya      berantakan    gara-gara
“Hei, Lulu, kok temennya diangguri aja? Ajak        keisengan Lupus. Nggak tau apa karena Lupus
masuk dong!” teriak Lupus lagi. Sekali lagi Lulu    keki sebab saat itu dia belum punya, atau memang
mendelik sewot. Dan ketika cowok itu lewat dekat    lagi nakal-nakalnya (biasa, cowok!), yang jelas
jendela kamar Lupus, dia memberi salam dan          secara diam-diam dia meletakkan tip kecil
                                                    miliknya di dekat kursi depan di mana mereka
berdua nge-date. Secara otomatis, tip yang             betapa saya sangat mencintainya. Kamu tau,
biasanya dipakai buat wawancara itu merekam            biasanya cowok sekarang itu pandai mengobral
semua percakapan Lulu dengan cowoknya. Dan             cinta, sehingga membuat derita pada sang cewek.
bisa dibayangkan, betapa malunya Lulu ketika           Tapi saya tidak. Cinta saya pada Lulu adalah
besok paginya Lupus memutar ulang hasil                ibarat api olimpiade yang tak kunjung padam...!”
rekaman yang penuh rayuan-rayuan gombal itu di
depan seluruh keluarga. Lulu ngamuk berat. Dia         Lupus hanya manggut-manggut. Bukannya ngerti,
langsung mengacak-acak tempat tidur. Dan sejak         tapi ngantuk diceramahi begitu. Tapi dia toh
saat itu tak pernah terdengar lagi kisah kasih         senang, berarti masalahnya telah beres. Dan Lulu
tentang Lulu dengan cowok manapun. Sampai              pun senang mendengar usahanya berhasil. Sebab
kejadian sekarang ini.                                 sejak saat itu si pinokio itu tak pernah datang lagi.

Makanya Lupus kasihan. Sebetulnya dia benar-           ***
benar nggak mau memperalat adiknya untuk
menikmati hasil-hasil suapan itu. Dia hanya            Tapi Lulu tetaplah Lulu. Makhluk aneh yang
berprinsip seperti dulu : nggak mau ngecewain          Lupus pun tak bisa mengerti keinginannya. Sejak
orang yang ngasih makanan. Tapi kalau ada              kejadian itu, dia sering melamun. Bengong
maksud-maksud dibalik itu semua ya entar dulu.         sendirian di depan rumahnya. Lupus jadi curiga,
Bagaimanapun mengkomersilkan adik sendiri              apa adiknya telah kena pelet. Satu dua kali Lupus
adalah perbuatan yang kurang baik. Oleh karena         tanyai, adiknya nggak mau ngaku, tapi akhirnya
itu, pada suatu pagi, saat mereka berdua selalu        dia buka mulut juga.
bersama-sama berjalan ke tempat pemberhentian
bis yang jauh, saat udara masih begitu bersih dan      “Aneh, saya kok jadi mikirin si Pinokio itu. Saya
segar, saat bulan masih tersisa di barat (wi, puitis   kasihan. Dia telah begitu baik. Setelah ini berakhir
ni yel...), Lupus menawarkan jasanya untuk bicara      saya baru mikir bahwa semua kata-katanya itu
dari hati ke hati dengan cowok nekat itu. Sebagai      benar. Kata-kata yang selalu dia ucapkan kala dia
sesama remaja, sesama cowok. Asal saja Lulu            datang kemari. Dia begitu penuh perhatian. Kamu
punya alasan yang tepat untuk menolak cintanya.        tau. Pus, kalau saya butuh sesuatu, dak tak sengaja
                                                       saya ucapkan di depan dia, besoknya dia sati
“Bilang aja saya masih ingin belajar. Masih nggak      membawa barang yang saya butuhkan. Buku
mau terganggu oleh hal-hal seperti itu dan             pelajaran, rapido, cat air... dan saya jadi mersa
selebihnya bisa kamu karang sendiri. Kan kamu          hutang budi. Merasa dosa telah mengecewakan
bisaan kalo bohong!” sahut Lulu.                       dia. Saya kasihan. Saya kok jahat, ya? Padahal
                                                       bisa saja saya belajar mencintainya.”
“Sialan! Tapi kamu memang serius masih mau
konsentrasi ke pelajaran kan?”                         Lupus tertegun.

“Iya dong! Kan sebentar lagi saya ujian esempe.”       “Enggak, Lu. Kamu salah kalau kamu memulai
                                                       mencintai seseorang dari rasa kasihan. Kamu akan
Dan sorenya Lupus langsung ke rumah cowok itu.         menyesal. Percaya deh. Oke, untuk beberapa saat
Datang dengan sopan dan penuh kekeluargaan.            kamu bisa mencintainya. Tapi selanjutnya kamu
Sehingga cowok itu pun bisa mengerti.                  akan merasa terjebak. Ingin melepaskan diri tapi
Jawabannya pun terdengar sopan sekali, “Saya           nggak bisa. Kamu masih terlalu kecil, Lu, untuk
mengerti. Okehlah kalau memang belum saatnya           serius pacaran seperti itu. Kamu masih butuh
bagi dia, saya akan menunggu. Sampai kapan pun.        banyak mencoba. Seseorang itu untuk memilih
Sampai dia merasa siap. Sampai dia menyadari           pilihan yang tepat, butuh menjajaki beberapa
calon. Kita kan tak mungkin bisa menilai satu       “Enak aja. Lu pikir gue tukang ojek!” maki cewek
yang terbaik tanpa membandingkannya dengan          itu dan langsung tancap gas. Meninggalkan Lupus
yang lain. Makannya, Lu, kamu nggak salah.          yang memaki-maki tak keruan.
Teruskan aja menuruti apa kata hatimu. Dengan
begitu kamu kan akan matang sendiri.”

“Kamu emang pinter berkicau, Pus!” ledek Lulu       2. MEMBURU BINTANG
gembira.
                                                    Aji masih berkutet di kamarnya. Bolak-balik
***                                                 mencobai semua bajunya. Yang kuning, hijau,
                                                    putih... dan semua. Bolak-balik ke kaca. Dan kini,
Lupus terbangun ketika matahari sudah mulai         dengan baju kotak-kotak biru, dia seperti tak
tinggi. Dia kaget dan langsung menyambar            mengenali siapa yang di kaca. Siapa ya? Pikirnya
handuk untuk cepat-cepat mandi. Mandinya juga       norak. Soalnya jadi lain. Kece banget! Sementara
ala koboi. Asal cibang-cibung. Tapi ini             Lupus yang keki kelamaan menunggu di luar,
mendingan, dia pernah saking nggak sabarannya,      nggak sabar langsung melongokkan kepalanya ke
langsung jebur ke bak mandi.                        jendela. Dan terbengong-bengong melihat Aji
                                                    yang tak berkedip mengagumi dirinya sendiri di
Setelah berpakaian seadanya, dia duduk di meja      kaca.
makan untuk menghabiskan roti dan susunya. Saat
itu Lulu sudah siap pamit. Lupus memaki, “kamu      “Duileee... muka kayak perabotan lenong gitu aja
kok jahat gitu, Lu. Nggak bangunin saya. Kenapa     ngaca terus. Lama bener sih, ditunggui juga!”
sih?”                                               maki Lupus.

Lulu cuwek. Setelah cium tangan sama ibunya dia     “Cerewet. Hampir kelar nih. Ngiri ya kalo saya
ngeloyor ke depan.                                  kelihatan kece?”

“Eeeee... tungguin dong. Saya hampir kelar nih!”    “Cepetan deh, kita berangkat. Kan harus ke Hai
teriak Lupus sambil meneguk susunya. Mulutnya       dulu pinjam tip kecil.”
sampai belepotan. Tapi Lulu tetap ninggalin. Dan
ketika Lupus menyusul ke depan, dia tertegun. Di    Aji mengangguk dan langsung menyambar
situ Lulu sudah siap duduk di boncengan motor       kameranya. Dia sudah janjian mau diajak Lupus
seorang cowok kece. Masih muda. Dan cowok itu       wawancara penyanyi yang baru naik daun. Kece
mengangguk pada Lupus sebelum pergi. Lupus          banget. Makanya baik aji maupun Lupus benar-
terbengong-bengong di pinggir jalan. Pantesan aja   benar    menjaga penampilan. Jangan sampai
Lulu ninggalin. Dan dia pun dengan lesu             mengecewakan.
menelusuri jalan. All alone. Tanpa seorang teman.
                                                    Setelah mengeluarkan pick-up-nya yang rada
Di tikungan jalan, dia bertemu dengan seorang       kadaluwarsa, Aji dan Lupus langsung bertolak ke
cewek yang asyik sendirian dengan motor             kantor Hai. Menitipkan kartu pengenal pada
bebeknya. Lupus pun dengan semangat                 resepsionis yang kece, dan langsung naik ke lantai
menyetopnya.                                        tiga. Di sana suasananya masih seperti biasa.
                                                    Rame. Ada yang asyik senam pagi, ada juga yang
“Eh, ikutan dong sampai ke depan!” sahut Lupus.     lagi terbengong berat nyari inspirasi. Semua
                                                    anggota komplet, kecuali beberapa orang yang
diculik dengan paksa untuk menggarap majalah          bukannya karena kangen, lama nggak ketemu bos-
baru.                                                 nya itu, tapi karena di mejanya ada sekantong tahu
                                                      goreng. Siapa tau bisa dirojer, gitu.
Lupus langsung menuju ke bangkunya. Dan di
sana, dia hampir menginjak Tia kecil yang sibuk       “Halo, Mas, lama nggak kelihatan. Sibuk ngurus
buka-buka majalah di lantai. Buset, anak ini          sandiwara tipi, ya?” sahut Lupus manis,
memang kecil sekali bodinya. Apalagi kalo lagi        sementara tangannya bergerilya. Menyusup
jongkok begitu, nyaris menghilang di balik            masup ke kantong tahu. Mas Wendo belakangan
tumpukan majalah-majalah. Bapaknya tega juga,         ini memang aktif di televisi. Ngajarin anak kecil
masih kecil begitu kok sudah disuruh kerja? Tapi      bikin puisi dengan stil sok serius, tawa bikin
kalo diledek begitu, dia suka ngamuk dan              beberapa naskah film seri tivi. Seperti ACI. Tapi
langsung mengeluarkan KTP-nya. Ke mana-               bedanya dia dengan Michael Landon – yang juga
mana, termasuk kalau mau nonton film 17 tahun         dikenal dengan serial-serial tivinya. Mas Wendo
ke atas, dia memang selalu bawa-bawa KTP.             orangnya jauh lebih rendah hati. Kalau Michael
Supaya pada percaya kalau dia itu umurnya sudah       Landon suka ke-ge-er-an untuk melibatkan
lumayan banyak. Soalnya dia sering ditolak            dirinya sebagai tokoh utama cerita yang
masuk bioskop, nggak boleh ikutan nonton film         diproduksinya; jadi bapak ideal, jadi malaikat
orang gede. Malah disuruh pulang, cuci kaki dan       penolong, dan sebagainya! Tapi kalau Mas
langsung bobok. Tapi ada enaknya, kalau ke            Wendo cukup puas Cuma jadi tukang pukul bel
mana-mana dia ini simpel sekali. Bisa berdiri         sekolah.... hehehe. (Eh, jangan bilang-bilang ke
tanpa membungkuk kalau metro mini-nya penuh,          dia ya, entar ngamuk..., atau malah suka?)
bisa dengan mudah menyusup ke bawah kolong
kalau lagi main petak umpet, de el el. Dan ke         “Kamu mau wawancara siapa, Lup?”
mana-mana dia selalu membawa bekal dan termos
plastik buat minum. Persis anak TK. Tapi dia itu      “Itu... atlet angkat besi,” jawab Lupus
orangnya baik kok. Suka bagi-bagi makanan ke          sembarangan. Sebab kalau dia jujur ngaku mau
orang. Apalagi kalau kamu iseng muji begini           wawancara artis penyanyi yang kece, Mas Wendo
padanya,” Eh, kamuu rada tinggikan deh                suka maksa kepingin ikut. Kan repot ngurusnya
sekarang...” Wah, pasti kamu langsung dikasih         nanti.
coklat. Coba aja. Tapi dia itu paling takut kalau
duduk di meja. Soalnya pernah lagi enak-enakan        Lupus langsung cabut. Hasil kunjungannya ke
duduk, ditawar orang. Dikira boneka pajangan.         meja bos-nya itu, yah lumayanlah. Sempat
Abis lucu sekali.                                     mengantongi beberapa tahu goreng dan cemilan-
                                                      cemilan ringan lainnya buat sekedar ngisi perut.
Ya, itulah sedikit cerita tentang Tia kecil. Buat     Dan di bawah, ketika baru keluar dari kompleks
ngasih gambaran aja, supaya kamu bisa                 perkantoran, sempat ketemu Gun Saratoga.
ngebayangin kalau dia itu ternyata lebih besar dari   Fotografer muda Hai yang lagi ngejepret anak-
jempol kaki kamu.                                     anak sekolah yang kece-kece dari atas sepeda
                                                      balapnya. Dia emang termasuk doyan daun muda.
Setelah menyiapkan segala macam yang                  Pacarannya aja sama anak SMP. Dan bakat jepret-
diperlukan, termasuk minta film gratis dari mbak      menjepretnnya memang terlihat dari kecil. Umur
Sri. Lupus slonong boy pergi. Dan sempat mampir       10 tahun, dia sudah hobi menjepret capung pake
sebentar ke mejanya Mas Wendo yang                    karet; lalu umur 15 tahun meningkat menjepret
belakangan menghilang entah ke mana. Mejanya          mangga pake katapel. Dan kini, dai boleh bangga
nampak seperti biasa. Berantakan. Saingan sama        bisa menjepret pake kamera beneran.
rambutnya. Dan kunjungan Lupus ke mejanya itu
Itulah Gun. Setelah ber-hai-hai (bukan promosi,     profesional!” sahut Lupus lantang. Orang itu
lho!) sebentar dengannya, Lupus langsung            memandang ke arah Lupus dari ujung kaki sampai
melesat bersama Aji ke rumah sang artis.            ujung rambut. Seolah kurang percaya. Juga
Rumahnya lumayan jauh. Di pinggiran kota. Rada      kepada Aji yang dibilang fotografer prof itu. Dia
ndeso.                                              curigation. Kok fotografer Cuma bawa kamera
                                                    yang serba otomatis? Sekali jepret jadi, tanpa
***                                                 mengubah jarak, diafragma, de el el. Wah, pasti
                                                    ada yang kurang beres.
Dan kini Lupus dan Aji sudah berdiri di depan
pagar yang tinggi. Rumahnya tampak begitu           “Evita lagi pergi! Dia sibuk terus. Kapan-kapan
besar. Sementara di pagar depan tertulis ‘Awas      aja datang lagi!”
anjing galak; jangan berdiri dekat pagar!’ Lupus
langsung melompat mundur. Wong dia paling           “Wah bohong! Saya tadi udah janjian sama dia
takut sama anjing. Makannya dia tidak pernah        via telepon. Dan dia ada di rumah!” sahut Lupus
berani lari pagi di kompleks perumahannya.          ngebohong. Soalnya sungguh mati, dia tak tau
Banyak anjing. Soalnya dia kurus. Suka dikejar-     nomor telepon Evita. Tapi dia juga yakin Evita
kejar anjing. Dikira tulang.                        pasti ada. Dia sudah biasa dibohongi macam
                                                    begitu. Biasa, artis yang lagi naik daun memang
“Kamu aja yang masuk, Ji!” perintah Lupus.          suka jual mahal. Padahal wartawan penting lho,
                                                    buat menunjang karier mereka.
“Enak aja. Emangnya saya tumbal? Kita tekan bel
aja. Masak sih nggak ada belnya?”                   “Tapi dia mau pergi. Ada rekaman di studio!”

“Iya. Lagi pula belum tentu beneran ada             Balas orang itu lagi.
anjingnya. Siapa tau Cuma nakut-nakutin aja!”
                                                    “Kamu tau nggak apa persamaan saya sama
Akhirnya setelah baca Bismillah, mereka             kamu?” sahut Lupus lagi.
memencet bel yang tersembunyi di balik
rerimbunan tanaman yang merambat di pagar.          “Apaan memang?”
Terdengar suara anjing menggonggong dari balik
pagar. Lupus langsung melompat mundur.              “Sama-sama tukang bohong. Makanya sesama
                                                    tukang bohong dilarang saling membohongi!”
“Tenang, Pus. Wartawan kok penakut amat?”
ledek Aji.                                          “Sialan jadi kamu juga bohong ya? Kamu pasti
                                                    bukan wartawan! Kok masih kecil begitu? Mana
Beberapa saat kemudian, ada kepala yang muncul      kartu Pers-nya?”
dari pagar yang tinggi.
                                                    Lupus langsung merogoh kantung celananya.
“Hei, anak kecil, ngapain di situ? Mau mainin bel   Tapi..., oh, God! Kartu itu ternyata tertinggal di
ya?” bentaknya galak.                               meja tugasnya di kantor. Bener-bener sial!

Lupus keki berat dikatain mau mainin bel.           “Eh, saya lupa bawa. Tapi beneran kok saya
                                                    wartawan!”
“Saya wartawan, tau! Saya mau ketemu Evita
Fanny. Artis penyanyi itu. Di sini kan rumahnya?    Orang itu tersenyum sinis.
Dan ini teman saya Aji. Dia fotografer
“Nah, anak-anak, kalau Cuma mau minta tanda           “Iya, ya.”
tangan, lewat surat aja. Sekarang kalian boleh
pulang...” sahutnya dan langsung menghilang di        Dan mereka pun secara bergantian menekan bel.
balik pagar.                                          Berulang-ulang. Ada suara anjing yang
                                                      menggonggong lagi. Sampai akhirnya wajah
Lupus cepat-cepat berteriak, “ Hei, tunggu! Saya      seram yang tadi muncul lagi di balik pagar yang
bener-bener     wartawan, kok! Kalau nggak            ke tinggi. Siap menyemprotkan amarahnya. Tapi
percaya, telepon aja ke majalah Hai. Serius!!”        Lupus cepat-cepat menyapa, “Assalamualaikum!
                                                      Kayaknya kita pernah ketemu deh. Kapan, ya? O
Tapi makhluk itu sudah menghilang. Tinggal            ya, beberapa menit yang lalu. Apa khabar? Gini
Lupus dan Aji yang saling berpandangan.               lho, saya dari majalah...”

                                                      “Bosen! Kalian ini belum pernah mendapat
                                                      pelajaran ya? Sudah pernah merasakan gimana
3. EVITA FANNY                                        enaknya digigit si Pleki?”

Lupus dan Aji masih berada di depan rumah artis       “Belum. Siapa itu? Bapak kamu ya?”
penyanyi Evita Fanny. Benar-benar tak tau apa
yang harus dilakukan lagi. Meski Lupus sudah          “Sialan! Kalian benar-benar kurang ajar!”
lumayan sering wawancara begini, tapi toh dia         bentaknya marah sambil melompat turun. Tapi
masih belum bisa santai. Malah sering kedapatan       baru orang itu membuka pintu pagar, ada suara
lagi dorong-dorongan atau ber-suit-ria sama           yang memanggil. Terpaksa marahnya tertunda
temannya untuk menentukan siapa yang masuk            dan langsung tergopoh-gopoh menghampiri si
duluan. Kan malu-maluin banget tuh! Tapi ya           pemanggil.
nggak apa-apa. Lupus nggak pernah putus asa
Cuma karena hal-hal yang begitu. Segalanya kan        “Bang Kerpa, tolong siapkan mobil saya. Saya
bisa saja karena biasa kalau kita sering              mau ke studio setengah jam lagi. Tolong barang-
melakukannya.                                         barang belanjaan tadi pagi diturunin dulu,” sahut
                                                      si pemanggil yang ternyata Evita itu.
“Kita bikin keributan aja di sini, nanti kan mereka
pada keluar!” sahut Lupus kumat gilanya.              “Baik Nona.”

“Gila lu, nanti kalau diciduk polisi gimana?”         “O ya, kamu ngapain naik-naik terus ke pagar
                                                      macam tadi? Pacaran sama babu sebelah, ya?”
“Emangnya kita teroris? Maksud saya, kita Cuma
mengadakan aksi unjuk perasaan, gitu!”                “Oh, anu, Nona....itu ada dua pemuda kecil.
                                                      Ngakunya sih wartawan yang mau wawancara.
“Kamu kalau sudah nekat memang gawat, Pus!            Tapi nggak ada kartu pers-nya. Ya udah, saya usir
Terus, ngapain dong?”                                 saja. Tapi kok ya nekat anak itu!”

“Misalnya kita tekan bel terus-terusan. Kan lama-     “Ya, Nona, dan dua pemuda kecil yang manis-
lama mereka kesal lalu keluar. Nyamperin kita         manis itu adalah kami sendiri!” tiba-tiba ada suara
atau malah ngusir kita. Tapi nggak apa-apa.           sopan menyambung dari belakang Bang Kerpa.
Namanya juga orang usaha. Kan nggak ada               Bang Kerpa langsung menoleh kaget!
salahnya!”
“Hei, kurang ajar. Bagaimana kamu bisa masuk         "Tapi saya mau pergi. Kalian toh belum bikin
kemari? Loncat pagar, ya?”                           janji. "

“Bagaimana? Mudah. Siapa yang suruh pintu            "Sudah, kok!"
pagar itu ditinggal tanpa terkunci barusan,
sementara anjing kamu itu asyik mengejar-ngejar      "Kapan? Saya kok belum dikasih tau?"
kucing sampai keluar pekarangan rumah...,”
jawab Lupus kalem.                                   "Lima menit yang lalu. Tadi lho, waktu pesuruh
                                                     kamu yang cowok itu dengan noraknya naik-naik
Bang Kerpa langsung kaget, dan cepat-cepat           ke atas pagar...."
memburu keluar. Memanggil-manggil anjingnya.
Meninggalkan Lupus dan Aji berhadapan dengan         "Ah. T api bolehlah kalau kalian memaksa. cuma,
Evita Fanny.                                         sebentar aja, ya? Yuk masuk!"

Lupus tak berkedip. Penyanyi ini memang masih        Dengan langkah ringan, Lupus dan Aji berjalan
muda. Paling-paling baru sekitar 17 tahun.           masuk.
Wajahnya, bukan main. cakep banget. Dengan
bibir yang tipis tapi seksi, mata yang indah bagai   Di ruang tamu, suasananya cukup membuat
kucing, kulit tubuh yang kuning langsat. Wah,        keduanya terkesima. Satu set mewah kursi tamu
emang nggak salah kalau dia jadi artis penyanyi.     besar warna biru, dengan karpet yang bagai
Dengan penampilan yang serba sempurna untuk          rumput manila terhampar megah. Dipadukan
seorang gadis remaja, siapa sih yang enggak betah    dengan hiasan-hiasan dinding yang serba biru,
memandangi berjam-jam?                               menyejukkan suasana. Sementara foto close-up
                                                     Evita Fanny terpampang megah di dinding
Lupus langsung kasih angka sembilan untuknya.        sebelah kiri. Di atas barang-barang antik yang
                                                     disusun rapi. Dari dalam mengalun lembut musik
"Situ siapa?" tanya Evita pelan. Suaranya, wah.      instrumentalia yang kebetulan Lupus kenai
Bikin dek-dekan.                                     judulnya, Cantabile. Lagu yang menarik, dan
                                                     Lupus dulu sering mendengar ayahnya
"Di sini Lupus dan Aji. Dari majalah remaja. Di      memainkan lagu itu lewat gitar klasiknya.
situ siapa?" balas Lupus.
                                                     Nggak nyangka, selera musik Evita boleh juga.
"Oo..., kalian wartawan, toh?"                       Padahal kalau dibandingkan dengan lagu-lagu
                                                     yang sering dibawakannya yang berlirik dan
"Iya, hebat ya?"                                     bernada amat cengeng itu, wah, kontras sekali.

"Kok masih kecil? Wartawan bo'ongan ya? Mana         Lupus serasa memasuki ruang istana.
kartu pers kalian?"
                                                     "Ayo, silakan duduk. Kok pada berdiri begitu?"
"Justru itu, ketinggalan. Tapi kalau tak percaya,
boleh deh telepon ke redaksi Hai. .. . "             Lupus tersentak. Ya, dia tadi lagi ngelamun. Kok
                                                     ada orang yang begini kaya. Dia jadi ingat sama
"Oke deh, saya percaya. Terus kalian mau apa?"       teman-teman     seperjuangannya      di   kantor.
                                                     Kayaknya jadi jauuuh sekali. Mereka-mereka itu
"Wawancara. Boleh, kan?"                             walau suka ngaku orang kaya, tapi kalau lapar
                                                     malah pada tiduran di kolong meja. Sambil
berharap semoga setelah bangun nanti rasa               "Sekarang kamu duduk aja di situ, saya yang
laparnya hilang. Kan bisa menghemat uang                nanyain dari sini. Oke?" balas Lupus keki. Evita
makan. Tapi ya tak apa. Malah memudahkan                tertawa lepas. Keakraban baru saja terjadi.
kalau mau bikin puisi atau cerita yang sedih-
sedih. Nggak usah sulit-sulit mengkhayal. Tinggal       "Tapi ingat, waktunya nggak lama lho. Saya mau
tulis aja pengalaman pribadinya, beres!                 pergi!" .

Sedang Evita kan sulit kalau mau bikin cerita           Interviu pun berlangsung dengan akrab. Sampai
sedih. Butuh penghayatan luar biasa. Tapi lupakan       suatu ketika, Evita merasa harus pergi. Dengan
dulu hal itu. Kita lihat saja Lupus yang lagi sedikit   sedikit berat, dia pun bangkit. Lupus cepat-cepat
panas dingin karena diliatin terus oleh Evita yang      menahannya, "Eh, jangan repot-repot!"
manis. Nggak tau kenapa, dia memang suka grogi
begitu kalau diliatin cewek cakep.                      "Lho? Saya mau ganti baju, kok. Saya kan mau
                                                        pergi. ..."
Dengan kaku, Lupus mengeluarkan tip dan
secarik kertas yang berisi daftar pertanyaan. Evita     "Ooo, kirain mau bikinin minum...."
tergelitik untuk melirik apa yang tertulis di balik
daftar penanyaan. Maka dengan sedikit paksa, dia        "Ya ampun, saya lupa. Kalian haus, ya?"
merebut secarik kertas itu.
                                                        "Ah enggak. cuma saya mikir, kok samaan sama
"Lihat deh. Boleh, kan?"                                di rumah ya? Kalau ada tamu dari jauh suka lupa
                                                        nyuguhin minum. Padahal kan mungkin saja tamu
"Eh, jangan...," Lupus kaget, tapi Evita sudah          itu merasa haus setelah berjalan begitu jauh. Iya
merebutnya. "Itu daftar pertanyaan kok. Saya            nggak, Ji?" celoteh Lupus sambil melirik ke arah
bikin supaya nggak lupa. Soalnya terus terang,          Aji yang hampir mati kehausan.
saya kalo lagi grogi suka lupa apa yang mau
ditanya. Balikin dong...."                              Lagi-Iagi Evita ketawa.        Dia    cepat-cepat
                                                        menyiapkan minuman.
Evita cuwek. Sambil mengernyitkan kening
membaca kertas itu. Lalu senyum-senyum sendiri.         ***

Lupus jadi curiga.                                      Dan Evita ternyata artis yang baik. Dia menawari
                                                        Lupus dan Aji ikut ke studio sambil melanjutkan
"Kamu mau wawancara atau mau belanja? Kok               wawancaranya di jalan. Di sana Evita cerita
isinya ada ikan asin satu kilo, cabe rawit tiga biji,   banyak. Tentang tiga albumnya yang direkam
jengkol sepuluh biji, permen karet..."                  dalam waktu singkat. Tentang kasetnya yang laku
                                                        keras. Tentang bonus mobil yang dia dapat.
Lupus langsung merebut dan membacanya. Oh,              Pokoknya semua.
God! Ternyata dia salah keluarin. Itu catatan
belanja yang dititipkan ibunya tadi pagi. Dengan        Buat artis penyanyi, dia memang memiliki
wajah kayak traffic light; merah kuning ijo, dia        segalanya. Meski lagu-lagunya hampir setipe;
buru-buru mengantonginya. Diganti secarik kertas        tentang kecengengan cinta, tapi suaranya tidak
yang lain. Yang isinya beneran daftar pertanyaan.       mengecewakan. Padahal banyak anggapan yang
                                                        mengatakan penyanyi pop sekarang cuma modal
                                                        tampang    doang,   tapi   Evita    merupakan
                                                        pengecualian. Karena dia punya vokal dan
penghayatan yang baik buat lagu-lagu komersil       Evita terdiam. Makhluk yang duduk di
yang dibawakannya.                                  sampingnya ini memang kelewat banyak omong,
                                                    kayak tukang obat. Apa emang begitu ya, kalau
Sebaik-baiknya lagu pop, kalau tidak didukung       wartawan ngerayu minta traktir?
penghayatan dan vokal yang sempurna, tak akan
berhasil. Omong kosong buat yang mengatakan         "Kamu mau no dong atau mau nyulik saya?"
untuk jadi penyanyi cuma modal tampang doang.       sahut Vita galak.
Setinggi-tingginya teknik studio yang bisa meno-
long vokal sang artis, tidak akan membantu          "Dua-duanya. Tapi tebusannya nggak berat. Fried
banyak. Paling jadinya seperti komet. Muncul        chicken!"
sebentar, ngetop, lalu menghilang. Tak terkenang.
                                                    Dan Lupus kegirangan setengah mati ketika
Ini yang ingin Lupus tekankan pada Evita.           Volvo Evita berbelok ke fried chicken.
Penyanyi ini sangat berbakat. Tapi kenapa begitu
sering mengeluarkan album yang senada? Apa          ***
mau pakai aji mumpung seperti yang lainnya,?
                                                    Beberapa hari kemudian, Lupus sudah berada di
"Seharusnya kamu lebih selektif, Vita. Batasi       kantor redaksi lagi. Dia lagi excited banget karena
pengeluaran album kamu. Kamu punya vokal            baru dapat telepon dari Evita. Gimana nggak
yang baik. Saya sering lihat kamu nyanyi lagu-      senang, Evita meneleponnya dalam keakraban.
lagu daerah di tivi. Di situ kelihatan sekali
kemampuan vokal kamu. Bukan sekadar penyanyi        "Meski saya kadang ragu apa kamu ini wartawan
pop murahan. Kalau kamu lebih jarang                gadungan atau wartawan beneran, atau malah
mengeluarkan album, kamu bisa mengikat fans         tukang obat yang buka praktek liar, tapi saya kok
kamu. Membuat mereka penasaran menunggu             ya mikirin juga apa yang kamu bilang. Thanks.
terbitnya album-album kamu yang berikutnya.         Saya suka kamu merhatiin saya kayak gitu. Saya
Dan dengan sedikit variasi, mereka tak mudah        udah batalin jadwal rekaman dalam waktu dekat
bosan. Dan kamu nggak bakalan cepat                 ini. Bos memang marah dan kaget, tapi lama-lama
dicampakkan fans kamu yang merasa bosan             dia pasti ngertiin saya. Sebab saya ingin dia yang
karena kamu keseringan mengeluarkan album           butuh saya, bukan saya yang butuh dia. Saya udah
yang senada. Kamu jangan mau dikerjain para         minta untuk menyeleksi lagu, menyeleksi
produser yang cuma mau mengeruk keuntungan          aransemen. Kalo kamu mau tau, saya sendiri di
sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan nasib          rumah nggak pernah nyetel lagu-Iagu saya. Kamu
kamu setelah itu. Mereka mudah saja mencari         denger sendiri kan waktu ke rumah? Saya
penyanyi baru. Sedang kamu apa? Itulah, Vita.       memang nggak pernah bangga pada lagu-lagu
Makanya, ngapain sekarang ke studio? Lebih baik     saya sendiri selama ini. Sekali lagi trims berat
kita ke fried chicken atau ke mana, gitu.           buat kamu. Kapan mau maen ke rumah lagi?"
Ngomongin masalah ini. Kamu jangan seperti
mesin. Disuruh ke studio, disodori lagu, lalu       Itulah. Makanya Lupus jadi senyum-senyum
langsung     menyanyikannya     hanya   dengan      terus. Seriang Mas Veven yang baru masuk tadi
mempelajari sebentar tanpa kamu dikasih             langsung menodongnya dengan teka-teki orisinal
kesempatan memilih lagu yang cocok buat             karyanya sendiri, "Ayo, apa bahasa Indonesianya:
karakter vokal kamu. Buat selera kamu. Eh, sori.    Mother goes to the market?"
Saya kok jadi cerewet banget, ya? Tapi gimana
kamu aja deh. Mau ke fried chicken atau ke          "Apaan, ya? Nggak tau tuh!" sahut Lupus (pura-
studio..."                                          pura) nggak tau.
"Belanja ni yee...," jawabnya girang setengah        kita kembali seperti dulu. cari bintang baru lagi
mati. Soalnya jarang-jarang teka-tekinya nggak       yang cakep, terus kita wawancara sama-sama lagi.
bisa ketebak Lupus.                                  Siapa tau yang berikutnya jodoh kamu. Hehehe....
                                                     Gimana? Asyik, kan? Petualangan begini penting
Atau juga seriang Mas Wendo yang lagi disalamin      lho untuk mengenal beberapa karakter cewek-
temen-temennya gara-gara nongol di tivi dalam        cewek. Jadi kalau udah dapet pacar kayak gitu
acara FFI. "Ah, apalah aninya orang seperti saya     nggak kaget lagi. Satu hal yang harus kita jaga,
ini...," sahutnya ngerendahin diri, ninggiin mutu.   jangan mudah ge-er kalau ada orang-orang seperti
                                                     itu nampak memberi perhatian yang lebih kepada
Tapi yang Lupus heran, sejak saat itu Aji nggak      kita. Karena kan belum tentu dia naksir kita. Iya,
pernah kelihatan lagi. Pun di sekolahnya. Sebab      nggak?"
Aji memang teman sekolah, cuma lain kelas.
Padahal dia kan teman seperjuangan sewaktu           Aji bangkit. Memandang tersenyum ke arah
wawancara Evita. Maka besoknya Lupus khusus          Lupus. Lalu meninju perutnya dengan pelan.
mencari dia ke kelas-kelas. Dan ketemu lagi          Keduanya pun tertawa keras berbarengan.
mojok di kantin. Tetap dalam stil cuwek walau
Lupus kelihatan menghampiri. Lupus jadi inget
Iwan yang redaktur musik di Hai. Doi juga cuwek
berat kalau lagi dengerin walkman. Dipanggilin       4. PHK
nggak nyaut-nyaut! Ada kebakaran juga cuwek
aja.                                                 Pasalnya ya karena si Lupus. Makhluk itu selama
                                                     ini memang dikenal sebagai 'teman tetap' Poppi.
"Halo, Ji, kamu sakit ya? Kok nggak pernah           Kadang jajan di kantin sama-sama, ngerjain temen
keliatan?" tegur Lupus ramah. Aji malah              sekelas sama-sama, bikin pe-er sama-sama atau
melengos. Lupus jelas heran. Setelah diusut-usut,    juga ngejar layangan putus yang kadang nyasar ke
ternyata dia sempat keki karena waktu itu Lupus      lapangan kalau lagi pelajaran olahraga.
akrab banget dengan Evita. Dia sampai tak
dikasih kesempatan ikutan ngobrol. Padahal kan       Pokoknya kompak deh! Apalagi kalau lagi musim
dia udah dandan rapi banget.                         ulangan. Tapi belakangan ini Lupus jarang masuk.
                                                     Jarang maen ke rumah Poppi. Meski memang
Lupus jadi ketawa.                                   tidak pernah rutin malam Minggu apel, tapi nggak
                                                     biasanya sampai tiga kali berturut-turut seperti
"Aduh, Aji, kamu cemburu ya? Apa kamu pikir          kali ini. Poppi memang maklum sama sifat Lupus
saya naksir dia? Wah, jangan mimpi dong. Saya        yang angin-anginan. Yang nggak bisa dipegang
cukup tau diri kok. Apa enaknya sih pacaran          buntut-buntutnya. Sebagai cewek, dia udah begitu
dengan artis terkenal kayak gitu? Bikin tekanan      cukup pengertian. Tapi Lupusnya ini, kok ya
batin aja. Kita kan belum terbiasa dengan gaya       nggak sadar-sadar. Selalu bikin keki.
hidup mereka. Yang easy come easy go itu. Wah,
mending jangan deh. Lagian belum tentu dia bisa      Seperti waktu Ruri, cewek yang doyan nggosip
terbuka sama saya kayak gini kalau dia jadi pacar    itu, sibuk nggosip tentang dirinya sendiri (Kok
saya. "                                              ada ya orang yang begitu?). Ke sana ke sini
                                                     memamerkan foto close-up yang katanya
"Jadi mendingan seperti sekarang. Saya cuma          cowoknya yang baru, "Newcomer. Baru semalem
bikin laporan yang bagus buat majalah. Masa sih      resmi jadi pacar saya yang ketujuh," katanya
persahabatan kita bisa puttlS cuma karena hal-hal    bangga.
yang sepele kayak gini, Ji? Lupakan semuanya, Ji,
Dadanya sampai membusung (eh, nggak jorok,          Poppi tadinya nggak begitu mudah percaya, tapi
lho!). Lupus yang datang ke kelas belakangan, tak   bukti-bukti memang ada. Dua hari yang lalu, anak
luput kena pameran foto tunggal tersebut.           itu memang masuk. Dengan santainya menaruh
                                                    tas di bangku, lalu kelayapan keluar kelas lagi.
"Kece nggak, Pus?" Ruri berkata penuh semangat.     Sama sekali tak menyapa Poppi yang duduk
                                                    dengan manis di bangkunya. Sibuk ngeceng ke
"Siapa sih? Penyanyi dangdut, ya?" tanya Lupus      kelas-kelas baru.
serius.
                                                    Poppi jelas panas. Buntut-buntutnya ya seperti
Ruri jelas keki berat.                              tadi itu. Samaan sama kamu. Suka ngelamun
                                                    sendirian. Kenapa ya, cowok itu cenderung nggak
SUATU kali dalam hidupmu, pernahkah kamu            setia? Apa karena di dunia ini memang lebih
merasa begitu sepi? Membuka jendela kamar kala      banyak cewek, sehingga cowok leluasa pacaran
semuanya terlelap dalam mimpi, dan merasa           dengan lebih dari satu cewek? Biar adil, kebagian
sendirian di tengah alam semesta yang begitu        semua, begitu? Ih, amit-amit. Itu pendapat gila.
luas?                                               Nggak berperikewanitaan. Lebih baik cewek-
                                                    cewek nggak usah pacaran sama sekali. Lagi
Pernahkah?                                          pula, apa sih hebatnya Lupus itu? Kalau mau saya
                                                    bisa aja mendapat sejuta 'lupus' lain yang lebih
Pernahkah kamu merasa begitu benci kepada tawa      dan dirinya, batin Poppi.
anak-anak kecil yang bermain di halaman sebelah
rumahmu? Sehingga lagu terindah bagimu              Memang benar. Poppi toh cantik. Dengan
hanyalah gesekan angin pada pucuk-pucuk             rambutnya yang lebat itu, banyak cowok yang
cemara dan rontoknya daun-daun kering di musim      enggak tahan untuk tidak melirik beberapa detik
kemarau?                                            kepadanya. Terus kenapa Poppi jadi begitu
                                                    frustasi hanya karena Lupus?
Nah, ketauan. Kalau begitu kamu pasti lagi
frustasi. Ngaku aja. Samaan kok sama Poppi.         Itulah cima.
Poppi ini belakangan memang sering uring-
uringan kayak gitu. Kerjanya seharian, kalo         Poppi sudah terlanjur menyukai semua yang ada
enggak dengerin kaset-kaset model Patah Hatinya     pada diri Lupus. Orang yang lebih baik atau lebih
Rachmat Kartolo (enggak usah berlagak mikir,        cakep dari Lupus itu banyak. Jalan-jalan di pasar
kamu pasti apal lagunya. Eh, kita nggak nuduh       swalayan, kamu bisa menemukan makhluk kayak
lho, cuma nebak aja!), ya nyoret-nyoretin buku      begitu sepuluh biji. T api ibarat barang tiruan,
harian. Atau bengong berat kayak seniman            yang sama ya luarnya aja. Isinya tetap nggak ada
keabisan inspirasi. N ggak napsu makan, nggak       yang se-qualified Lupus (taela!). Maksudnya
napsu bobok, dan yang paling gawat, jadi segen      sifatnya, tingkah lakunya, lengkap sama gaya-
mandi.                                              gayanya yang rada norak. Juga sikapnya yang
                                                    penuh perhatian, walau kadang bikin keki.
Tapi sebetulnya nggak bakalan segawat ini kalo      Gimana nggak penuh perhatian? Dia bisa begitu
nggak ada gosip yang mengatakan bahwa Lupus         sopan di depan orang tua Poppi. Bukan sopan
punya cewek lagi. Nggak jelas pacaran sama          yang dibuat-buat, tapi nampak wajar. Di samping
siapa, tapi desas-desus itu memang lagi ngetop.     juga sering membawakan mereka oleh-oleh.
Ada yang bilang sama artis penyanyi kondang         Jarang-jarang lho, ada cowok yang begitu
Evita Fanny; ada yang bilang sama anak kelas        memperhatikan calon mertuanya kayak gitu. Pun
satu yang baru:                                     ketika lebaran kemarin, dia dengan serius
ngomong sama Poppi, "Pop, sayang sekali untuk         Itu hanya sebagian keunikan Lupus. Belum lagi
lebaran kali ini, rejeki saya nggak begitu banyak.    kisah gombal Lupus waktu nonton film sama
T api biar deh, demi kamu saya ngalah aja. Saya       Poppi. Dia kelupaan ninggalin Poppi di bioskop
rela, lebaran kali ini biar calon mertua kamu aja     sendirian. Langsung pulang aja. Soalnya nggak
yang saya kasih hadiah...."                           biasa nonton bareng cewek sih. Di tengah jalan
                                                      dia baru sadar, ketika merasa ada yang kurang
Poppi yang tadinya udah siap-siap untuk terharu,      beres.
jadi keki banget.
                                                      Tapi sabar itu memang ada batasnya. Saling
Di samping itu, Lupus juga ngetop sekali. Fans-       pengertian itu bisa jalan kalau ada kesadaran dari
nya bukan hanya di lingkungan sekolah dia aja,        dua belah pihak. Poppi sudah menjalankan semua
tapi juga melimpah ke luar sekolah. Buktinya          itu dengan baik. Tinggal Lupus yang belum. Jadi
kalau dia turun dari bis sepulang sekolah, histeria   kenapa harus menyesal putus dengan dia? Poppi
massa selalu terjadi. Puluhan abang-abang becak       malah harus bersyukur, karena dia tau kejelekan-
dengan semangat '45 menarik-narik bajunya.            kejelekan Lupus lebih awal. Sebelum segalanya
Bukan minta tanda tangan, cuma mau menawari           terlambat. Dan cinta itu tidak buta. Justru
(dengan sedikit paksa) Lupus untuk naik               sebaliknya, kita harus melihat kepribadian pacar
becaknya.                                             kita sampai yang terkecil.

Lupus juga termasuk anak yang susah dikerjain.        Saya bisa berbuat seperti Lupus! tekad Poppi.
Padahal dia hobi banget ngerjain orang. Sampai        Maka, Poppi pun mencampakkan foto Lupus yang
pernah suatu ketika anak-anak cowok di kelasnya       lagi nyengir di atas meja belajarnya. Lalu duduk
kompakan untuk sekali-sekali ngerjain Lupus.          di depan kaca, dan mencoba menyisir rambutnya
Mereka semua ngumpul di toilet. Mengatur              yang kusut. Di sana, dia seakan menemukan
strategi penjebakan.                                  dirinya sendiri. Dirinya yang baru. Dengan
                                                      semangat baru.
"Kita kunci aja di WC. Dia kan hobi banget ke
belakang. Beberapa dari kita memantau ke mana         Dan besoknya, dia langsung menolak ketika mau
dia pergi. Begitu masuk wc, kita kunci dari luar.     diamar ke sekolah, "Enggak, Pa. Saya mau naik
Biarkan beberapa saat sampai dia mabok dulu.          bis aja. Sekali-sekali kan boleh. Pingin seperti
Setuju?"                                              teman-teman. "

Agak sadis memang, tapi toh pada setuju. wc di        Bapaknya jelas heran. Soalnya baru sekali ini
sekolah Lupus memang rada sulit dibuka dari           Poppi nggak mau diantar ke sekolah. Tapi Poppi
dalam, tapi dengan mudah dikunci dari luar.           memang punya alasan yang nggak boleh diketahui
Tinggal mengaitkan engsel kuncinya, beres!            orang tuanya. Dia sering denger cerita, orang yang
                                                      naik kendaraan umum itu lebih enteng jodoh
Namun ketika mereka baru selesai berembuk,            ketimbang yang diantar jemput. Soalnya,
sampai bela-belain menahan bau yang ngujubileh        kemungkinan ketemu orang yang belum dikenal
itu biar nggak ketauan, tiba-tiba Lupus keluar dari   lebih besar daripada diantar supir sendiri. Apalagi
wc sambil cengengesan. "Hayo, mau merencana           pada jam-jam sekolah, kala bis kota seperti bis
kan usaha pembunuhan ya?"                             sekolah saja. Berisi anak-anak sekolah dari segala
                                                      jenis.
Teman-temannya yang mengira aman berembuk
di toilet itu, jelas pada keki berat. Usaha mereka    Poppi belum pernah merasakan itu. Makanya ia
jadi gatot. Gagal total.                              begitu ingin. Dia juga tau kalo Lupus itu sering
kenalan dengan cewek-cewek lain di bis. Seperti      memberikan kursinya kepada Pppi. Malah asyik
gosip yang menyebar itu, yang mengatakan bahwa       baca buku teks sekolah. Sial, apa ini yang
Lupus kenal sama cewek baru kelas satu itu di bis.   namanya emansipasi?
Katanya rumah ceweknya itu dekat dengan rumah
Lupus. Suka naik bis bareng-bareng.                  Tapi pemuda itu ya nggak bisa disalahkan. Dia
                                                     toh nggak mungkin bela-belain ngasih duduk buat
Jadi kenapa Poppi nggak coba begitu?                 Poppi, untuk kemudian ikutan berbungkuk-ria
                                                     bersama para penumpang lainnya. Kan pegel
"Tapi sekolah kamu kan jauh, Pop? Harus dua          sekali tuh. Mana biasanya metro itu jalannya
kali naik bis?" bapaknya mencoba membujuk.           kayak keong. Pelan banget. Nggak puas-puasnya
                                                     cari penumpang lain. Poppi jadi nyesel. Ternyata
"Nggak apa-apa."                                     naik bis umum tak seindah yang dia bayangkan.

"Kalau ada tukang copet atau apa begitu?"            Gimana bisa cari jodoh dengan keadaan kelipet-
                                                     lipet begini? Apa karena belum biasa aja? Untung
"Nggak takut."                                       hari masih pagi. Saat orang baru pada mandi, dan
                                                     belum berkeringat. Coba kalo nanti siang. Idih!
Dan pagi itu, jalanlah Poppi sendirian ke tempat     POPPI jadl nyesel tadi pesan kalo siang nanti
pemberhentian bis. Menunggu metro-mini jurusan       nggak usah dijemput.
Blok M. Tapi Poppi bener-bener nggak nyangka
kalau pada jam-jam sekolah begini bis-bis pada       ***
penuh semua. Sarat dengan penumpang, yang
bukan anak sekolah aja. Tapi kuli-kuli bangunan,     Tapi usaha untuk membalas sakit hatinya tidak
orang kantoran atau juga inem-inem yang mau ke       kandas sampai di situ. Tak seperti biasanya, Poppi
pasar. Poppi yang tak mau menanggung rekiso eh,      menerima ajakan Fadly yang memang sering
risiko terlambat, langsung saja menyetop metro-      menggodanya. Nonton bersama, ke diskotik
mini walau sarat dengan penumpang. Metro itu         bersama; ke restoran mewah bersama. Kencan
langsung berhenti. Sejenak Poppi terpana di          dengan Fadly memang lebih enak. Dia lebih
tempat. Gimana cara masuknya? Kok penuh              banyak tau tentang tempat-tempat yang biasa
banget?                                              dikunjungi remaja. Yang sebelumnya nggak
                                                     pernah dikunjungi Poppi. Tetapi tetap, Poppi
"Ayo, Neng, .cepat! Kosong kok di dalam," rayu       merasa ada yang kurang. Saban malam, dia masih
kondektur itu sambil menarik-narik tangan Poppi.     sering merasa sendiri lagi. Kebahagiaan itu
Sementara di bangku belakang, sederetan anak         memang hadir saat dia berjalan-jalan dengan
muda bersorak-sorak menggodanya. Dia stil            Fadly. Tetapi setelah itu, dia seperti dikembalikan
cuwek.                                               kepada dunianya yang sepi. Merasa sendiri lagi di
                                                     waktu malam. Aneh, biasanya nggak begini kok.
Poppi naik ke tangga. Dari belakang, kondektur
yang kurang ajar itu mendorong-dorong dia.           Dia bener-bener nggak bisa membohongi dirinya
Memaksanya untuk masuk lebih ke dalam lagi. A-       sendiri, kalau kadang-kadang saat malam telah
duh . orang kok udah kayak sarden aja? Dijejel-      larut-dia rindu pingin ketemu Lupus. Pingin
jejelin. Mana atap metro itu rendah sekali.          ngobrol-ngobrol dengannya. Pingin jalan-jalan
Terpaksa Poppi berdiri sambil membungkuk.            lagi menelusuri pusat pertokoan. Jalan sama
Berbaur dengan keringat-keringat orang lainnya.      Lupus banyak seninya.
Dan ia keki banget, karena cowok-cowok yang
kebagian duduk, nggak mau berdiri untuk
Maka malam itu Poppi sudah nggak tahan lagi.        "Lho, apa kamu anggap saya ini nggak punya
Dia buat surat yang panjang sekali buat Lupus.      rasio?"
Menanyakan kebenaran gosipnya dengan anak-
anak baru di kelas satu. a ya, Lupus sekarang       "Punya, tapi ketutup emosi kamu. Coba aja kamu
sudah naik ke kelas dua.                            pikir, mana sempat saya pacaran dengan gadis
                                                    sebanyak itu. Sama kamu aja, saya udah sering
***                                                 kerepotan. Saya kan meski masih sampingan,
                                                    udah kerja juga. Coba-coba belajar cari duit.
Di suatu pagi yang dini, Lupus terlihat             Hampir seluruh waktu luang saya tersita untuk
menghampiri Poppi yang sendirian di kantin sepi.    kerjaan saya di majalah. Wawancara, nulis berita,
Anak-anak banyak yang belum datang. Memang -        les Inggris, melukis, belum lagi kalau di kampung
sudah diatur begitu kok, supaya suasananya lebih    ada kondangan. Kan rugi sekali kalau enggak
mesra.                                              datang.

"Hai, Pop, saya udah terima surat kamu. Hebat.      "Jadi mana sempat? Dan semua itu saya lakukan
Ternyata kamu berbakat jadi pengarang novelet,"     demi kamu., Demi masa depan saya...."
sapa Lupus begitu dekat. Poppi membuang muka.
                                                    Poppi jadi diam. Tapi toh belum puas, "Lalu,
Tapi, oh God, dia rindu suara jelek Lupus itu.      ngapain kamu setiap masuk sekolah sering
                                                    ngeceng ke kelas-kelas satu heh? Pokoknya saya
"Dan sekarang terbongkar bukan skandal-skandal      minta PHK!"
mu dengan para bintang-bintang baru itu? Iya?"
sahut Poppi ketus.                                  "Apa itu PHK?"

"Hei, you have no right to say like that to me!"    "Putus Hubungan Kekasih."
Lupus jadi serius.
                                                    "Aduh, Poppi, kamu kok sempit amat pikirannya?
"0, yes I do!" Poppi nggak mau kalah, "Ngaku aja.   Saya ke kelas satu itu juga dalam rangka tugas.
Beritanya sudah menyebar kok. Kamu pacaran          Kali ini saya mau nulis abis-abisan tentang posma
sama artis Evita itu, sama anak kelas satu atau     sekolah. Yang meski dilarang, tapi masih juga
sama anaknya ibu kantin yang di Bandung. Iya,       ada. Dan sebetulnya tujuannya kan baik. Buat
kan? Apa sih yang kurang dari saya selama ini?      menjalin keakraban, asal tidak disalahgunakan.
Saya sudah cukup pengertian, cukup sabar,           Itulah, makanya saya bolak-balik ke kelas satu.
cukup... apa lagi ya?"                              Minta pendapat dari masing-masing mereka.
                                                    Kamu ngerti kan sekarang?"
"Cukup kasih sayang...."
                                                    Poppi diam.
"Ya, betul. Cukup kasih sayang. Terus apa lagi
yang kamu tuntut, he?"                              "Sebetulnya saya sedih banget nggak ketemu-
                                                    ketemu kamu. Apalagi saya tau kamu belakangan
"Enggak ada. Saya nggak nuntut apa-apa kok.         ini sering pergi sama Fadly. Iya, kan?" Lupus
Cuma kamu lupa, pacaran itu juga harus pake         berkata sedih.
rasio dong. Pake pikiran yang matang.
Kedewasaan."                                        Kali ini Poppi benar-benar terharu. "Kamu
                                                    cemburu ya, Pus?"
"Iya. "                                                 sih SMA Merah Putih' itu? Kayak lembaga yang
                                                        gimanaaa gitu. Mau masuk aja harus ikut PPS,
"Lupus..., sebetulnya saya nggak mau begitu.            Posma, Mapram, Mapras, Plonco, dsb, dst, dll....
Saya cuma cari kompensasi aja. Abis kamu juga
sih gara-garanya. T api sekarang saya percaya kok       Padahal pas udah jadi pelajar beneran juga belum
sama kamu...," suara Poppi makin pelan. Dan             temu serius belajar. Nggak terus jadi hebat, kuat
mereka saling membisu.                                  mental, tahan cobaan, dsb! Kebanyakan malesnya.
                                                        Sekolah cuma buat formalitas, iseng-iseng
Suasana haru itu terganggu ketika seorang gadis         daripada nganggur. Numpang bercanda, nggosip,
masuk ke kantin. Celingak-celinguk ke dalam.            nampang, cari perhatian, nyombong... wah,
Dan matanya bersinar ketika melihat Lupus.              macem-macem deh. Iya, kan? Hayo, ngaku aja.

"Eh, Kakak namanya Lupus ya?" sahut gadis itu           Makanya, buat apa ikutan program tersebut?
kemudian.
                                                        Apalah artinya jika setelah itu kita masih bersikap
Lupus mengangguk heran.                                 childish. Kekanak-kanakan. Apa tujuan program
                                                        itu diadakan! Jawaban dari mereka-mereka adalah
"Aduh, dari tadi dicariin. Ini lho, ada titipan surat   (sudah pasti) klise, "Begini, soalnya agar para
dari Wida. Tau, kan? Yang anak kelas satu itu.          siswa nantinya cinta pada sekolah 1m, mentalnya
Katanya balesan surat Kakak yang kemarin....”           kuat. Ini kan sebagai tes mental. Sebagai cobaan.
                                                        Supaya begini agar nanti begitu...."
Poppi langsung melotot ke arah Lupus.
                                                        Gombal!
"Eh, sabar, Pop. Sabar. Namanya juga orang
usaha. .. kan boleh. Sabar dong kamunya. Siapa          Ketahuilah bahwa tes mental yang sebenarnya ada
tau isinya ditolak...."                                 pada kehidupan yang sedang kita jalani.
                                                        Bagaimana kita menghadapi segala cobaan yang
Tapi Poppi langsung pergi meninggalkan Lupus.           menerpa diri kita. Itu baru namanya tes mental!
Tinggal Lupus yang kerepotan seharian merayu            Bukan seperti Posma, Mapras, Plonco..., yang
Poppi.. ..                                              begini sih apaan. Norak! Yang ada di kegiatan
                                                        tersebut cuma sandiwara belaka. Kepura-puraan
                                                        yang nggak lucu. Permainan orang-orang
                                                        frustrasi, gila hormat, gila perhatian, kompensasi
5. Ngritik Ni Ye...                                     negatif..., pokoknya nggak sehat sama sekali.

PPS, Posma, Plonco, Mapram, Mapras atau apa             Apa sih yang mau ditunjukin oleh mereka-mereka
kek namanya, persetan!                                  sebagai panitia program tersebut? Memerintah ini
                                                        dan itu, marah-marah, membentak-bentak orang
Gini ya, sebetulnya saya masih nggak ngerti apa         tanpa alasan yang jelas (pura-pura galak ni ye...).
yang bisa ditarik dan didapat dari program kuno         Emangnya main drama? Atau mungkin mereka
norak tersebut. Coba apa? Apa hikmah pelajaran          adalah para seniman gagal? Bisa jadi.
yang didapat dari itu semua? Terus terang, saya
antipati dengan yang begituan itu. Hanya orang-         Tapi, apa nggak ada cara yang lebih manusiawi?
orang yang bodo aja yang mau terjebak ikut              Terutama kalau di universitas-universitas. Ih! Kan
gituan' Beneran. Saya heran, kok ya selama ini          ada penataran P4 sebagai gantinya itu semua.
ada orang yang mau ngikut program gituan. Apa           Jangan dikira orang-orang yang digojlok .itu
nggak sakit hati, lho! Mereka kan juga manusia,      Jika saja saya nantinya mengalami hal-hal seperti
bukan robot.                                         tersebut di atas dan untuk itu saya diberi sertifikat
                                                     Posma/PPS, saya akan bakar kertas sialan itu.
Ada juga yang bilang sebagai perkenalan antara
para senior dengan murid baru. Kayaknya kalau        Fortunately, I didn't have such a disgusting,
cuma sebagai perkenalan nggak perlu pake             miserable and useless thing. Because I didn't and
guling-gulingan di tanah, push-up, muka              I'll never participate in an uncivilized program for
dicoreng-coreng kayak Hiawata (kalo nggak tau        the rest of my life. Honest! (Yang masih susah
Hiawata, Humpa-pa juga boleh!)                       menangkap arti kata-kata ini, atau emang nggak
                                                     ngerti sama sekali, bunuh diri aja mendingan.:..)
Demi Tuhan, dari kecil saya nggak punya cita-cita
untuk diperlakukan seperti itu. Udah gitu seharian   Sembilan dari sepuluh dokter yang saya minta
lagi. Kadang sampai malam (katanya!).                pendapatnya mengatakan bahwa Posma tidak baik
                                                     dan sangat tidak sehat bagi perkembangan mental.
Coba bayangkan, bagaimana kalau sampai ada           Memperlemah daya hidup. Dengan kata lain,
yang pingsan lalu koit. Mungkin saya terlalu         hanya orang-orang idiot sajalah yang mau
berlebihan dan emosional dalam melihat masalah       mengikuti, dan hanya orang-orang yang
ini, tapi bukan tak mungkin hal itu terjadi.         berpenyakit jiwa sajalah yang terlibat sebagai
Soalnya daya tahan orang kan nggak sama.             panitia.
Terutama yang cewek-cewek. Coba bayangkan,
bagaimana perasaan orang tua mereka jika anak        Bener. It's okay? Mudah-mudahan selebaran ini
yang diharapkan untuk jadi 'orang', meninggal        bisa jadi input buat kita. Agar mata hati kita jadi
hanya gara-gara ikut Posma. Saya bukan               terbuka. Abu Nidal.
mengada-ada nih. Emang bener ada. Adda aja!
Adalah bohong alias nonsense bahwa Posma itu         ***
untuk menambah keakraban antara para senior
dengan siswa baru (sok akrab ah!). Kalau mau         Itulah selebaran yang beredar tadi pagi. Ditempel
akrab, kenapa nggak kenalan aja secara baik-baik     di tembok-tembok, di papan pengumuman atau di
dalam suasana damai dan bersahabat. Kan lebih        kantin. Dan tentu saja para panitia Mapras seperti
simpatik dan beradab, ya nggak? Percaya deh,         ditempeli tai kodok wajahnya. Marah, malu,
program 'pembantaian' itu sungguh nggak sehat.       kesal. Tapi siapa yang mengedarkan selebaran
Cuma menimbulkan rasa tak senang, rasa               gelap itu? Yang meminjam nama teroris jebolan
dendam, rasa permusuhan dan rasa-rasa antipati.      PLO itu? Gila, penulis gelap itu benar-benar mau
Pokoknya yang bersifat negatif.                      cari setori.

Bayangkan, udah uang sekolah masuk SMA ini           Bisa     ditebak, Andang-lah   yang    paling
mahal, ikut Posma (bayar uang formulir juga),        kebingungan dengan beredarnya selebaran gelap
disiksa.... Wah! Tapi kok pada nurut aja? Aneh       tersebut. Soalnya, dia yang paling ambisius
tapi nyata. Berontak dong! Kita kan di negara ini    mengadakan program Mapras itu.
punya hak untuk bersuara. Bebas. Merdeka. Hak -
untuk tidak diperlakukan semena-mena. Sesuai         Kemarin-kemarin, dia memang nampak (sok)
dengan UUD '45 pasal 28 dan pasal 27 ayat 2          sibuk sekali ngurusin pembentukan panitia. Walau
(Cie... hapal ni ye...). .                           bukan ketua OSIS, tapi semangatnya melebihi
                                                     semangat kaum pejuang angkatan '45. Waktu ada
                                                     rapat panitia, bicaranya berapi-api. Kayak uler
                                                     naga.
Makanya, kini dia bingung sekali. Dengan cepat,       anak-anak senior tak punya izin dari kepala
dia mengumpulkan para anak buahnya dalam              sekolah.
rapat gelap seusai sekolah.
                                                      Makanya mereka sekarang kebingungan. .
"Bagaimana ini? Semua bisa berantakan.
Bagaimana mungkin kita bisa kecolongan kayak          "Ayo dong, gimana jalan keluarnya. Apa kita
gini. Kalian tau semua, pamflet itu sudah tersebar    harus mencari siapa yang membuat dan
ke mana-mana. Semua anak baru pasti sudah             menyebarkan pamflet tersebut? Ayo dong. Ada
membaca. Dan bagaimana kalau mereka                   pendapat nggak? Lupus, kamu kok dari tadi diem
terpengaruh dan mengadakan aksi protes? Huh,          melulu. Gimana nih wartawan kita...."
sial. Pasti ada oknum yang nggak suka sama
rencana kita bikin Mapras. Memang sih, kegiatan       Lupus cuma menggaruk-garuk rambutnya dengan
kayak begini nggak boleh lagi. Tapi yang              males. Dia di samping ngantuk memang lagi sedih
namanya tradisi nggak boleh hilang dong!"             banget. Gara-gara di- PHK sama ceweknya,
Andang nyerocos.                                      Poppi. Jadi sama sekali nggak lagi mood untuk
                                                      ngasih ide. Andang pun melemparkan pertanyaan
Teman-temannya cuma manggut-manggut aja.              kepada anak lainnya. Di situ ada Irvan, Boim
                                                      playboy duren tiga, Andy, Roni, bahkan Ruri
Lupus juga. Lagi nggak interes sama kicauan           biang gosip yang cerewet. Tumben, kali ini Ruri
Andang. Dia ngamuk berat. Ini kan jamnya orang        nggak banyak omong. Mungkin lagi sakit gigi.
tidur siang. Mending kalau rapatnya ada               Tapi kompensasinya jadi kentut melulu. Sudah
konsumsi. Huh!                                        tiga anak jadi korban, dan pindah tempat duduk.
                                                      Nggak mau dekat-dekat dia lagi.
Tapi kamu nggak tau masalahnya, ya? Gini. Si
Andang, dengan rekomendasi dari ketua OSIS            Rapat pun semakin ramai ketika ketua OSIS
terpilih jadi ketua program Mapras. Kegiatan ini      muncul. Anak-anak lain juga mulai berdatangan.
sendiri secara tertulis sebetulnya tidak boleh. Pun   Membahas kemungkinan siapa yang membuat
di universitas-universitas. Diganti dengan yang       pamflet itu. Membahas jalan keluar yang
lebih mendidik, seperti P4, kebersihan kelas, dan     ditempuh. Ketika mereka saling berdebat, Lupus
sebagainya! Tapi, seperti biasa, apa yang tertulis    jadi suntuk. Secara diam-diam dia menyelinap
tidak selalu cocok dengan kenyataannya. Apalagi       keluar.
SMA Merah Putih ini bukan sekolah negeri. Jadi
peraturan bisa sedikit lain dengan negeri. Dan        Dia memang kurang suka acara begituan.
Mapras itu sudah mentradisi di setiap tahun ajaran    Mending jajan, terus pulang.
baru. Nggak berat sih, nggak kayak di universitas
swasta. Tapi ya yang namanya Mapras, tetap saja       ***
nyebelin. Jadi nggak adil dong kalau tahun ini
program gelap itu ditiadakan. Makanya anak-anak       Sampai keesokan harinya, mereka para senior
kelas dua dan tiga ngotot mau mengadakan              belum menemukan jalan keluar yang baik. Juga
Mapras. Sedangkan guru-guru cuma angkat bahu          siapa penulis selebaran gelap itu. Meski sudah
saja, memaklumi acara yang sudah mentradisi ini.      dipastikan ada dua kemungkinan; anak baru atau
                                                      justru seorang senior yang nggak setuju
Tapi kalau anak-anak kelas satunya berontak,          diadakannya acara tersebut.
berarti mengancam kelangsungan jalannya
kegiatan tersebut. Beneran. Soalnya secara resmi,     Cuma Lupus yang kelihatan tak peduli.
Ketika bel istirahat, dia duduk sendirian di       malam hari. Dan sekaligus memudahkan saya
belakang kantin. Menikmati bihun goreng yang       mencari rumahmu.
dibungkus daun. Secara iseng membaca selebaran
yang konon membuat heboh itu. Sebagian             "Ngomong-ngomong, jago juga Inggris-mu.
memang sudah dirobek, tapi secara misterius bisa   Belajar di mana? Pernah ke luar negeri, ya?"
muncul kembali.                                    tanya Lupus panjang lebar.

Lupus membaca dengan saksama. Hm, boleh            Rina tak menjawab. Dia masih tampak ketakutan.
juga, gumamnya. Tapi tiba-tiba dia menemukan
sesuatu. Sesuatu yang mungkin bisa mengungkap      "Tap... tapi, Kak, saya tidak... eh, maksud saya,
kan rahasia si penulis gelap tersebut. Ini pasti   saya cuma melampiaskan rasa kesal saya. Saya
bikinan anak baru. Yang nggak setuju diadakan      benci sekali acara mapras-maprasan seperti itu."
Mapras. Karena di beberapa bagian, dia
menyebutkan bahwa dia belum pernah mengikuti       "Kenapa?"
Mapras.     Dan    meski    tampak     berusaha
menghilangkan identitas, emosinya menunjukkan      Dia tak segera menjawab. Seperti menimbang-
emosi seorang cewek. Ditambah beberapa kalimat     nimbang dulu. Lupus tetap menunggu.
berbahasa Inggris yang kelihatan nge-prof. Aha,
dengan data-data ini masak nggak bisa              "Karena Kakak saya. Dia cedera waktu ikut
menemukan siapa penulisnya?                        Mapras di universitasnya. Ketika itu dia disuruh
                                                   membawa balon gas yang banyak ke atas gedung
***                                                untuk dilepaskan. Tiba-tiba ada seorang panitia
                                                   yang merokok. Apinya mengenai balon tersebut.
Lupus sama sekali tak mengira kalau yang           Seketika meledak. Wajah kakak saya terbakar.
namanya Rina itu orangnya kecil, lembut dan        Terpaksa dirawat di rumah sakit. Siapa yang
ehm, manis. Anak itu begitu pucat dan ketakutan    menanggung risiko kalau begini?"
ketika sadar bahwa rahasianya telah terbongkar.
                                                   Lupus tercekat. Dia melihat mata Rina berair.
"Nggak sulit, tadinya cuma menebak aja. Saya
melihat ada tiga petunjuk. Pamflet itu             Dia sendiri sebetulnya kurang suka pada acara
menunjukkan kelincahan, emosi, dan kemampuan       tersebut. Apalagi kalau mendengar cerita-cerita
berbahasa Inggris si penulis. Tak banyak yang      orang lain yang tampak sadis. Pantas saja Rina
memiliki tiga kelebihan seperti itu. Maka saya     begitu menentang mapras di SMA Merah Putih.
pergi ke kantor administrasi sekolah. Melihat
semua data anak kelas satu. Kamu mungkin ingat,    "Tapi kamu lupa, Rin, itu kan di universitas. Dan
ketika baru masuk sekolah setiap siswa             kini juga mulai dilarang kalau sampai keterlaluan.
diharuskan menyerahkan biografi singkat beserta    Itu juga bukan disengaja. Nah, untuk SMA kita,
prestasi yang pernah diraih, untuk memudahkan      nggak terlalu berat kok. Paling membersihkan
penyaluran pelajaran ekstrakurikuler. Iya, kan?    halaman, kelas, dan-yeah, dibentak-bentak sedikit.
Dan di situ saya membaca namamu. Rina.             Kamu tau, Rin, masa-masa perkenalan sekolah itu
Prestasi: juara mengarang berbahasa Inggris yang   adalah masa yang paling berkesan buat kita,
diadakan oleh UNICEF. Nah, klop sudah. Hanya       sebagai remaja. Saat kita merasa senasib, nggak
kamu yang memenuhi tiga petunjuk itu. Ditambah     beda kaya atau miskin. Sama-sama dicabut
lagi alamat rumahmu dekat dengan sekolah. Itu      haknya. Pokoknya berkesan deh, meski kalau
memudahkan kamu untuk menempel pamflet di          disuruh mengulangi... wah. Amit-amit. Ogah.
                                                   Saya juga tadinya benci sekali. Tapi pas malam
terakhir, di mana kita semua bikin acara ke luar     Semua menyanyikan lagu Auld Lang Syne.
kota, wah- rasanya terharu sekali. Rugi deh, kalau
nggak pernah ngerasain."                             Tapi sebetulnya lagu itu lebih pantas Lupus
                                                     nyanyikan untuk Poppi, bukan untuk Rina. Dan
Dan beberapa hari kemudian, Mapras itu sendiri       kayaknya sekarang sudah jelas, apa arti Mapras
tetap dilaksanakan. Kep-sek berbaik hati             bagi mereka semua. Ya, apa lagi sih kalo bukan
menurunkan izin resminya, sehingga anak-anak         cari jodoh. He he he....
kelas satu mau nggak mau harus ikut. Tentu saja
Lupus tetap merahasiakan identitas Rina,
sehingga ketika Mapras itu berlangsung, para
panitia sudah melupakan selebaran tersebut.          6. Permen. Karet

Lupus kini sedang sibuk mencari-cari Rina di         PERNAH sakit gigi?
antara para siswa baru yang dikuncir lima
rambutnya. Maksudnya, siswa cewek, gitu. Semua       Kalau mau tau rasanya, tanya aja sama Lupus.
siswa baru itu sedang mendapat tugas meminta         Sekarang ini dia lagi uring-uringan banget nggak
tanda tangan para senior sebanyak-banyaknya.         bisa tidur gara-gara sakit gigi. Rasanya,
Tentu saja para senior jadi serasa bintang film      ngujubileh! Senut-senut kayak disetrum listrik
ngetop, dikejar-kejar untuk dimintai tanda tangan.   ribuan watt. Kalau disuruh milih, Lupus lebih mau
                                                     sakit hati daripada sakit gigi. Kalau sakit hati kan
Hm, Rina bener juga. Anak-anak senior memang         setidak-tidaknya bisa cuwek. Nggak usah
lagi pada norak. Apalagi Boim. Dengan                dipikirin, walau hatinya dongkol. Tapi kalau sakit
kampungannya dia menyuruh setiap siswa baru          gigi? Gimana bisa cuwek? Tidur aja nggak bisa.
merayunya untuk mendapatkan satu tanda tangan.       Padahal segala macam obat sudah dicoba. Dari
                                                     ramuan tradisional macam minum air garam,
"Lupuuuus..." panggilan nyaring di kejauhan          menetesi gigi dengan getah daun kemboja, sampai
mengagetkannya. Lupus menoleh, eh... itu dia si      minum antibiotika, tetap aja terasa sakit.
Rina. Berlari-lari kecil ke arahnya sambil tertawa
senang.                                              Dasar penyakit nggak tau diri. Padahal kan ini sda
                                                     leat jam dua belas malam. Waktunya orang lain
"Trims ya, kamu nggak ngadu soal selebaran itu.      tertidur nyenyak. Mbok ya ditunda dulu
Bayangin aja kalau para senior tau. Wah, saya        dilanjutkan besok pagi. Kasihan kan si Lupus
bakalan dikerjain. O ya, minta tanda tangannya       nggak bisa tidur. Mana besok pagi ada ulangan
dong, Kak Lupus."                                    lagi.

Lupus tersenyum sambil memberikan sepuluh            Tapi Lupus memang bandel juga sih. Kebanyakan
tanda tangan di buku Rina.                           makan permen karet atau makanan yang manis-
                                                     manis lainnya. Makanya nggak heran kalau
Dan ketika Mapras berakhir, semua siswa baru         giginya jelek banget. Pada bolong-bolong. (Tapi
berkumpul membentuk lingkaran api unggun.            nggak kuning, lho. Dia cukup rajin gosok gigi
Udara malam dingin menggigit. Tapi kehangatan        kok. Sehari tiga kali.)
menyelimuti masing-masing siswa. Irvan, tampak
lengket dengan salah satu siswa baru. Boim juga      Sebetulnya tadi siang, waktu Lupus mengeluh
begitu. Apalagi Andang. Wih, mesra. Maka nggak       terus karena sakit gigi, ibunya sudah menyuruh ke
salah kalau Lupus pun berdiri berdekatan dengan      dokter gigi. Tapi Lupus ogah. Dia paling alergi
Rina.                                                pergi ke dokter. Ngeri ngeliat alat kedokteran
yang tajem-tajem. "Serasa menyerahkan diri          "Iya. Waktu itu dia langsung ngirim surat sama
untuk dibantai!" tolaknya.                          Reagan. Isinya singkat, 'Ngebom ni ye...' "

Dan akibatnya sekarang? Semaleman dipaksa           Lupus jadi setengah mati menahan senyum.
begadang. Rasanya pingin banget dia teriak keras-
keras. Habis keki, kok yang lain bisa-bisanya       Tapi malamnya dia benar-benar kapok. Dan
tertidur lelap. Apalagi si Lulu, adiknya.           bersumpah akan ke dokter gigi besok pagi.
Ngoroknya terdengar saingan dengan suara            Whatever will be, will be. Mau dicabut kek, dibor
kodok-kodok di luar. Sinkron banget. Seolah         ek, atau. skadar dikritik, '0, Lupus, betapa
ngeledek Lupus. Hampir-hampir aja Lupus punya       Jeleknya gigimu....' Terserah!
niat jahat membunyikan weker antiknya yang bisa
ngebangunin orang sekelurahan. Biar pada ikutan     Dan besoknya, pagi-pagi, dia sudah nongkrong di
bangun.                                             rumah sakit. Di poliklinik gigi. Menunggu dengan
                                                    pasrah sampai seorang suster memanggil namanya
Besoknya, Lupus belum mau ke dokter. Dia masih      dan menyuruh masuk.
berharap rasa sakitnya akan hilang sendiri.
                                                    "Silakan lho, jangan malu-malu...," kata suster itu
"Kan sesuatu itu nggak ada yang abadi...,"          genit.
kilahnya. Tapi sampai sepulang sekolah, penyakit
itu masih betah mengidap di giginya yang kecil -    Lupus mencibir sewot.
kecil.
                                                    Dan di dalam, dia diinterogasi dengan pertanyaan-
"Mungkin kamu jarang sikat gigi...,” cetus Boim     pertanyaan norak. Seperti, 'Sering sikat gigi?';
kala mereka barengan pulang sekolah.                'Punya sikat gigi berapa di rumah?'; 'Odolnya
                                                    pake merek apa?', Apa suka gosok gigi pake batu
"Enak aja nuduh! Kamu barangkali yang kayak         bata?'; and so on.
gitu...!" sahut Lupus kesal.
                                                    Sampai akhirnya, "Oke deh, saya periksa gigi
Di rumah, Lulu juga berbaik hati menghiburnya.      kamu. Silakan duduk di kursi periksa itu."
Coba-coba cerita yang lucu-lucu. Tapi Lupus
nggak ketawa sedikit pun.                           Lupus nurut. Dan sempat bergidik melihat alat-
                                                    alat pembantai yang berjejer di hadapannya.
"Jangan coba-coba ngelucu ya, di kala orang lain    Sementara dokter cewek itu memakai penutup
kesusahan! Nggak bakalan sukses!" bentak Lupus      hidung (itu lho, kayak orang mau dioperasi), dan
sewot.                                              menyiapkan alat-alat pemeriksa dibantu oleh
                                                    suster. Lupus jadi rada tersinggung. Dikata
"Siapa bilang? Kamu aja yang nggak punya sense      mulutnya bau banget apa, sampe perlu pakai tutup
of humor yang tinggi. Khadafi aja waktu             hidung segala.
negaranya dibom Amerika sempet- ngelawak
juga. Nggak kayak kamu, baru sakit segitu aja       Dokter itu lalu menyuruh Lupus membuka mulut
bingungnya kayak orang kebakaran jenggot...."       lebar-lebar.

Lupus mengernyitkan alisnya. "Kok kamu tau?         "Ck, ck, ck..., giginya jelek amat? Kamu pasti
Baca di mana?"                                      suka makan makanan yang manis-manis, ya?"
Lupus sudah mengira bakalan dikritik begitu.         "Hah? Cewek?" Lupus langsung melompat turun.
Makanya dia tabah.                                   "Kok nggak bilang dari tadi? Kece nggak?"

"Ya, Dokter. Saya suka sekali makan permen           "Liat aja sendiri. Ogut mau mandi."
karet, coklat."
                                                     Lupus langsung nyerobot ke kamar mandi. Cuci
"Kayak anak kecil aja. Makanya giginya pada          muka dulu dan sikat gigi bersih-bersih. Lalu -
bolong-bolong begini. Kenapa sih kamu suka           berjalan ke depan.
yang manis-manis ?"
                                                     "Eh, kamu. Kok tumben datang?" sapa Lupus
"Kan biar tambah manis.... "                         begitu melihat Rina duduk termalu-malu di teras
                                                     rumah.
Dokter itu ketawa ngakak.
                                                     "Iya. Eng... saya abis dari rumah sodara di ujung
"Oke deh. Sekarang siap-siap aja. Giginya mau        gang sana. Kebetulan lewat sini. Jadi ya mampir
saya tambal. Soalnya kalau terasa sakit, nggak       aja. Saya juga nggak bisa lama, kok. Ditungguin
boleh dicabut. Lagian, selama masih bisa             Mama. Saya cuma mau ngasih bingkisan ini. Buat
diselamatkan nggak usah dicabut dulu. Jadi tahan     kamu. Mau, kan?"
aja. Nggak sakit kok. Paling cuma ngilu sedikit.
Siap?"                                               "Buat saya?" Lupus terheran-heran menerima
                                                     bungkusan itu.
Lupus langsung menutup matanya rapat-rapat.
                                                     "Iya. Y uk deh, saya pulang dulu...."
***
                                                     "Eh, tunggu. Eng, kok cepet-cepet banget?"
Siang itu Lupus lagi tertidur dengan nyenyaknya,
ketika Lulu membangunkan.                            "Abis ditungguin. sih. Sampe ketemu deh di
                                                     sekolah. Yuk!"
"Bangun, Pus, itu ada temen kamu di depan."
                                                     "O... iya deh. Makasih banyak, ya?"
"Aaaah, siapa sih? Tamu kok nggak tau waktu. Ini
kan saatnya tidur siang.... Suruh pulang aja deh.    Rina tersenyum malu, lalu gadis kecil itu berlari
Saya ngantuk banget...," keluh Lupus malas.          ke arah mobil yang berhenti di depan. Sesaat
                                                     sebelum pergi, dia melambaikan tangannya.
Dia memang sudah dua hari ini kurang tidur.          Lupus membalas dengan senyumnya yang lebar.
Sekarang giliran bisa tidur, dibangunin.             Mimpi apa ya dia?

"Apa-apaan sih kamu? Kayak artis aja."               Lupus segera membuka bingkisannya. Ada
                                                     secarik kertas yang jatuh. Berwarna biru muda.
"Tapi salahnya sendiri datang pada Jam tidur.... "   Warna      favorit   Lupus.    Lupus     segera
                                                     memungutnya, dan membaca.
"Jam tidur? Sekarang sudah setengah lima, tau!
Udah sore. Sana cepet temuin. Kasian kan datang      "Buat Kak Lupus,
dari jauh. Cewek lagi...."
                                                     Kebetulan tadi saya jalan-jalan di pasar
                                                     swalayan, dan saya melihat sekotak permen karet
dalam kemasan yang manis terpampang di sana.         luar memang sedang turun hujan (nenek-nenek
Saya jadi ingat kamu. Kamu yang suka mengulum        juga tau!). Dan air menggenang di mana-mana. Di
permen karet kalau pulang sekolah. Makanya,          lapangan olahraga, di dekat perpustakaan, dan
saya ingin sekali membelikannya untuk kamu.          yang paling gila-gilaan di bak WC sekolah. Di
Supaya kamu senang.                                  sana penuh sekali.

Sekarang permen karet itu sudah berada di            Juga di jalanan kecil menuju jalan besar. Air got
tanganmu. Untuk sekadar nyenengin saya, mau          sudah melimpah ke jalanan. Banjir. Padahal hujan
kan kamu memakannya? Sampai abis juga boleh.         turun belum lama. Dan tadi pagi, waktu Lupus
Nanti saya kasih lagi deh.                           berangkat sekolah, cuaca belum nampak
                                                     mendung. Masih cerah. Tapi kini, air menggenang
Salam manis,                                         di mana-mana.

Rina. "                                              Betapa suburnya alam Indonesia.

Lupus nggak tau harus ngomong apa. Mau senang        Tapi Lupus tidak bersyukur. Karena dia terpaksa
atau, malah sebel. Senangnya karena dia memang       harus menanti hujan reda, untuk dapat pulang
naksir si Rina waktu Mapras kemarin itu.             tanpa kehujanan. Bikin kesel aja. Tapi apa boleh
Sebelnya, ya... kamu kan tau sendiri, saat ini dia   buat? Terpaksa dia dengan sabarnya bersandar di
baru sembuh dari sakit gigi. Masak disuruh makan     dinding sekolah. Sambil mengulum permen karet
permen karet? Satu kotak, lagi.                      yang rasanya udah ngujubileh pait.

Tapi siapa sih yang bisa mengukur kekuatan           Habis bayangin aja, sudah satu jam lebih dia
cinta? Apalagi cinta yang baru saja tumbuh. Maka     mengulum, belum dibuang-buang juga. Soalnya
tanpa berpikir panjang, sore itu dia asyik           dia memang lagi krisis ekonomi. Duitnya kini
mengulum permen karet lagi. Demi menebus             cuma cukup untuk ongkos pulang. Mana perut
dosa, karena dia telah keduluan Rina dalam           lapar, lagi.
menyatakan perasaannya. Dan juga supaya Rina
nggak kecewa. Dia sama sekali nggak peduli           Sementara teman-temannya yang lain ada yang
sama nasihat dokter untuk tidak memakan permen       masih asyik di kantin. Makan bakso hangat sambil
karet lagi.                                          menunggu hujan reda. Ada juga yang masih asyik
                                                     di kelas. Sibuk dengan pe-er yang ditugaskan buat
Dan malamnya, sekali lagi Lupus nggak bisa           besok. Tapi tak banyak. Kebanyakan dari anak-
tidur. Giginya kumat lagi. Senut-senut kayak         anak SMA Merah Putih sudah pada pulang.
kesetrum. Tapi Lupus nggak sedih lagi. Sebab kali    Dijemput atau pakai kendaraan yang biasa mereka
ini, meski nggak bisa tidur, ada yang bisa           bawa. Ada juga yang nekat hujan-hujanan.
dipikirin.
                                                     Lupus tidak termasuk yang mana-mana. Tidak
Dan kadang, sakit gigi itu enak juga lho....         juga yang nekat melawan hujan. Bukannya takut
                                                     sakit, tetapi dia sedang membawa pulang tugas
                                                     gambar yang akan dikumpulkan besok. Kalau
                                                     sampai basah kan nggak lucu juga. Soalnya tadi
7. Ketika Hujan Turun Lagi                           aja dia mati-matian ngerjainnya. Memproyeksikan
                                                     berbagai bentuk bidang, kayak arsitektur
CUACA di luar gelap. Angin bertiup kencang. Ini      amatiran. Makanya Lupus nggak mau gambarnya
menandakan sudah tiba musim hujan. Karena di         basah.
"Halo, Pus, nggak pulang?" tiba-tiba si Boim         Boim manggut-manggut. Lalu dengan langkah
hadir di depannya. Lupus menggeleng.                 bak panglima perang, dia berjalan menerjang
                                                     hujan, menuju sang ratu Svida berteduh.
"Kenapa? Takut kehujanan? Hu... sama aer aja         Meninggalkan Lupus yang bersandar sendirian
takut. Kalau mau jadi seorang yang penuh             lagi. Dan dia sempat menangkap bayangan yang
kharisma kayak saya ini, hal-hal sepele begini tak   menatapnya lewat balik kaca Corona biru tua
akan menjadi halangan. Apa kamu takut kalau          yang perlahan lewat di depannya. Poppi. Lupus
kehujanan nanti rambut kamu jadi basah? Nggak        segera tersenyum lucu. Tapi eks ceweknya itu
bisa nge-duran-duran kayak gitu lagi? Itulah,        segera membuang muka. Ya, nasib! Lupus pun
kalau ketampanan yang kauperoleh bukan               langsung membuang pandangan pada anak-anak
ketampanan alami kayak saya. Biar kebasahan,         kecil yang asyik bermain bola di lapangan becek
rambut kucluk begini, tetap aja kece. Iya nggak?     di luar pekarangan sekolah.
Lihat, saya berani menentang badai sekalipun!"
sahut Boim sambil dengan mantap berjalan ke          Semen tara hujan kian deras.
arah hujan.
                                                     "H'ai, Lupus! Tak adakah keinginan di hatimu
".:..Dan kau tau, Pus," tambah Boim lagi, “Boim -    untuk meninggalkan tempat yang menjemukan
sebagai playboy paling top sejagat - tau betul       ini?" tiba-tiba terdengar suara cempreng dari
bagaimana cara menarik perhatian cewek. kamu         sampingnya. Lupus kaget setengah mati. Tapi
lihat Svida yang berteduh dekat warung nasi di       tanpa menoleh pun, dia tau siapa kali ini yang
sana itu? Nah, ini saat yang tepat untuk             datang. Siapa lagi kalau bukan Gusur, seniman
mengalahkan hatinya yang sekeras karang. Sebab       kesasar anak bahasa itu ? Yang kalo ngomong
sebenarnya di dalam tasku ada payung. Nah,           selalu sok nyastra. Biar dikata kayak Rendra. Ya,
kamu nggak nyangka, kan? Tapi, biarlah saya          dia memang rendramania sekali. Ke mana-mana
tidak pakai payung itu. Saya akan khusus             selalu bawa tas koper yang isinya penuh puisi-
membawakan untuk Svida. Dia pasti terharu            puisi ciptaannya yang katanya akan laku
sekali melihat pengorbanan saya. Basah-basahan       dipublikasikan sekian abad kemudian. "Soalnya
demi membela dia supaya enggak kehujanan.            puisi-puisi saya adalah puisi yang jauh melangkah
                                                     ke depan. Yang baru bisa dinikmati oleh orang-
"Dan kamu tau, Pus," kali ini bicaranya jadi         orang masa depan," kilahnya suatu ketika, tetap
mendadak    pelan,     Sambil     mendekatkan        membawa koper.
moncongnya ke telinga Lupus. Buset baunya!
                                                     Teman-temannya banyak yang bilang dia itu
Dipandangnya Lupus lekat-lekat. "Seorang cewek       seniman gagal. T api nggak juga tuh. Dia ternyata
biasanya berprinsip lebih baik pacaran dengan        cukup sukses juga. Buktinya setiap ada perayaan
cowok yang mencintainya, walau ia sendiri            hari besar, dia selalu dipanggil tampil ke depan
sebenarnya tidak mencintai cowok itu. Dan            untuk membacakan puisi karyaI1ya. Kalau sudah
cowok, lebih baik mencintai cewek yang ia cintai,    begitu, kardus-kardus bekas teh botol dan
kalau cewek itu tidak mencintainya. Nah, prinsip     pembungkus makanan pada berseliweran di udara.
itu yang saya terapkan saat ini. Sebagai konsep      Menyemarakkan suasana. Tinggal Gusurnya yang
ke-playboy-an saya. That's true. That's love!        sibuk tunggang-langgang ke balik panggung.
Kamu setuju pada pendapat itu?"                      Berlagak mau ke wc.

"Setuju,” sahut Lupus mantap. "Saya juga lebih       Yang lucu lagi, dia tuh orangnya suka sok akrab.
baik pacaran dengan cewek yang saya cintai,          Kalau lagi jalan (biasanya suka terbungkuk-
walau cewek itu mencintai saya mati-matian!"         bungkuk dan terbatuk-batuk), dia dengan sok
akrabnya menyapa setiap orang yang dia jumpai.        Borg dan dipakai di kepala. (Tau, kan? Kalau
Menurutnya, setiap orang yang dijumpai adalah         nggak tau berarti kamu lebih norak dari si Gusur.)
para penggemarnya. Perutnya juga rada gendut
(katanya biar lebih mirip Rendra), kadang             Udah gitu, payungnya warna full-color lagi.
menyebabkan ritsluiting celananya sulit tertutup      Merah, kuning, ijo, biru, pink. Warna-warna yang
rapi. Sehingga nggak jarang udelnya piknik ke         menyolok.
mana-mana.
                                                      Wah, kentara sekali noraknya. Wong sekolah kok
Di rumahnya dia juga jarang pake baju. Sering         sempat-sempatnya bawa payung kayak gitu., Biar
ber-tarsan-ria. 'Biar dibilang seksi, ya? Dan kini,   top kali! Tapi barangkali aja sebagai seniman, dia
makhluk ajaib ini sudah berada di sampingnya.         punya indra keenam. Punya inner feeling. Lha
                                                      buktinya, kok tau-taunya sih bakal turun hujan.
"Hayolah, Pus, berlalu. Kupikir badai prahara ini     Pake siap bawa payung topi segala ke sekolah.
kan lama menyelimuti!" bujuknya lagi. Tapi
Lupus diam saja. Cuwek malah. Dan Gusur makin         Selanjutnya, karena bujukannya terhadap Lupus
gigih.                                                nggak digubris sedikit pun, lama-lama dia sebel
                                                      sendiri. Dengan judes, dia membuang muka,
"Lihatlah halimun hitam di sana," katanya lagi        menghindar delikan sewot dari Lupus. Lalu
dengan gaya bak Gatotkaca hendak terbang. "Ia         akhirnya pulang sendirian. Wah, lagaknya. Pake
akan datang lagi dengan selaksa ancamannya!"          ngingsot segala. Padahal di depan banjir sudah
                                                      mulai meninggi. Semata kaki. Tapi sebelum
Lupus makin cuwek. Dia berlagak buang muka.           makhluk itu berlalu, sempet juga ia berkicau.
Berlagak asyik memandangi anak-anak yang              Masih tetap nyastra. "Tak kumengerti, apa yang
bermain bola. Tapi matanya tetap mengerling.          membuatmu terpaku di situ. Atau kau takut?
Dan seniman ini terus ngocol. Tetap nyastra.          Ketahuilah, ketakutan adalah belenggu diri yang
"Wahai, Lupus, ketahuilah, jarum-jarum hujan          menyesatkan. Karena itu, Pus, bukan salahku
yang jatuh adalah irama alam semesta. Ia              andai dikau kutinggalkan. Kita berdiri di dunia
mengajakmu berdansa." (Waktu ngomong begini,          kita masing-masing. Kau pengecut, aku berani.
si Gusur turun berputar-putar seperti orang balet.    Selamat tinggal, Lupus, hujan telah memanggilku
Bisa dibayangin sendiri deh, gimana orang yang        dengan iramanya yang sangat merdu. O, rinai
bulat begitu ber-balet-ria. Lupus setengah mati       hujan, 'ku rindu lumat dalam dekapmu!" ujarnya.
menahan senyum. "Maka, mari kita berlalu. Basah
tak jadi apa. Daripada di sini sendiri disiksa        Kemudian dia sendiri semakin jauh. Berjalan
berjuta derita. Dingin, resah, dan di dalam           tanpa kerepotan meski kostum yang dikenakan
perutmu cacing-cacing protes menuntut haknya          nampak complicated sekali. Tingkahnya seperti
(lapar, maksudnya!)."                                 biasa. Terbungkuk-bungkuk. Sementara bibirnya
                                                      tetap monyong. Habis sial-siul terus sih.
Lupus jadi mendelik sewot. Dikata cacingan apa?
                                                      Kini Lupus sendiri lagi. Makin segen pulang
Saat mendelik itu dia baru sadar bahwa makhluk        walau hujan mulai sedikit mereda. Perutnya
yang membujuk Lupus untuk pulang aja meski            semakin melilit dengan dingin yang menggigit.
hujan, nampak begitu aneh. Pakaiannya itu lho -
lengkap banget. Jas anti aer, lengkap dengan          "Hai, Lupus, belum pulang?" Kali ini ada suara
payung kecil yang sekaligus topi. Itu lho, yang       lembut menyapa. Lupus menoleh. N ah, ini! Ini
biasa dipakai pedagang kaki lima kalau lagi           baru teman yang menyenangkan, batin Lupus
kepanasan. Yang ada head-bandnya ala Bjorn            ketika melihat Anggi yang datang.
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade
Lupus   cinta olimpiade

More Related Content

Similar to Lupus cinta olimpiade

Similar to Lupus cinta olimpiade (10)

Werewolf
WerewolfWerewolf
Werewolf
 
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
 
A. guardian angel
A. guardian angelA. guardian angel
A. guardian angel
 
A. guardian angel
A. guardian angelA. guardian angel
A. guardian angel
 
Perempuan bunga kertas (yetti a ka)
Perempuan bunga kertas (yetti a ka)Perempuan bunga kertas (yetti a ka)
Perempuan bunga kertas (yetti a ka)
 
Perempuan bunga kertas (yetti a ka)
Perempuan bunga kertas (yetti a ka)Perempuan bunga kertas (yetti a ka)
Perempuan bunga kertas (yetti a ka)
 
Untukmu_aku_ada
  Untukmu_aku_ada  Untukmu_aku_ada
Untukmu_aku_ada
 
Arabella
ArabellaArabella
Arabella
 
Kunti merah kos kosan
Kunti merah kos kosanKunti merah kos kosan
Kunti merah kos kosan
 
Amarga salah paham cerkak
Amarga salah paham cerkakAmarga salah paham cerkak
Amarga salah paham cerkak
 

Lupus cinta olimpiade

  • 1. “Kamu ngapain ikut? Pingin tau orang pacaran ya?” Lulu tak menjawab. Tetap aja maksa ingin ikut. “Pokoknya saya harus keluar rumah!” Gila, anak ini memang keras kepala. Segala keinginannya harus dituruti. Tapi keinginan untuk keluar malam bukan hal yang biasa direwelinnya. Tiap malam minggu, dia jarang terlihat keluar rumah. Malah mendekam di kamar sambil asyik dengan boneka-bonekanya. Tak pernah mau kalau diajak teman-temannya kelayapan. Apalagi ke diskotek. Padahal remaja seusia dia, sudah termasuk wajar kalau mulai suka gila-gilaan di luar rumah. Jadi kali ini pasti ada apa-apanya. “Iya, ya? Ada apa-apanya, ya? Ayo, terus terang aja. Apa kamu udah kepingin pacaran? Udah kepingin belajar keluar malam? Hati-hati lho, nanti masuk angin. Kasihan ibu kalau besoknya disuruh ngeroki kamu?” ledek Lupus. Lulu tetap diam. Kali ini dia malah maksa ibunya. “Ayo dong, bu, sekali-sekali kita pergi. makan- makan kek, ke diskotek kek...” Buku : Ririn Febriani Ibunya melotot. Wong sudah tua kok diajak ke Retype : Raynold diskotek? www.tagtag.com/tamanbacaan “Nggak apa-apa, bu. Sekalian nyari jodoh. Siapa ------------------------------------------------------------ tau aja ibu masih laku.” “Hus! Tapi ibu memang mau pergi, dan kamu nggak bakalan mau ikut. Itu lho, tante Neli kan 1. CINTA OLIMPIADE lagi di Jakarta. Dia menginap di rumah Oom Prap. Ibu mau ke sana. Gimana, mau ikut?” LULU ge-er. Malam minggu kemarin dia maksa ikut Lupus pergi. “Ikut!” jawab Lulu mantap. Lupus mendadak mengorek-ngorek kupingnya. Apa nggak salah “Bawalah daku pergi, Pus. Ke mana aja...” denger nih? Kok Lulu mau-mauan ketemu Tante rujuknya. Gombal sekali. Lupus jelas jadi rada Neli yang cerewet banget itu? Ini sudah jelas. bingung. Wong mau ngapel kok malah disuruh Pasti ada yang kurang beres. bawa adik?
  • 2. Belakangan baru terbongkar. Ternyata dia lagi mengangguk hormant. Lupus jadi nyengir, kayak dikejar-kejar cowok. Dan cowok itu sudah janji kuda. mau datang malam minggu ini, meski Lulu sudah menolak keras. Dan itulah, akhirnya Lulu terpaksa Tapi tipe cowok itu memang tipe cowok nekat. harus melarikan diri. Tetapi setelah puas dalam Dia dengan rela duduk sopan menunggu berjam- pelariannya, dan kembali malam harinya, ternyata jam saat Lulu lagi ngambek, nggak mau keluar tak seorang pun yang datang. Sang pembantu atau berlagak lagi pergi. Lulu sering memaksa yang mengatakan hal ini. Kontan aja Lupus Lupus untuk menemui atau menemani cowok itu ngakak. “Hulu...., ge-er. Makanya jangan girang kalau dia datang. Seperti malam minggu depannya dulu!” ketika makhluk itu muncul lagi. “Sial, siapa yang girang?” maki Lulu garang “Pus, sana gih temenin si Pinokio itu. Saya males, ngomongnya kayak bapak-bapak. Tentang masa “Ayo, sudah malam. Jangan berantem lagi,” seru depan melulu. Ih sebel! Sana cepetan. Atau ibunya dari ruang tengah. bilangin saya lagi sakit perut...!” *** “Wah sori, lu. Saya lagi sibuk!” sahut Lupus yang lagi asyik jaipongan gila-gilaan diiringi lagi Dan ternyata besok Minggunya pagi-pagi sekali Zoolook-nya Jean Michel Jarre di kamarnya. saat kokok ayam jago belum lagi reda, cowok yang mengejar-ngejar Lulu itu datang. Lulu tak Lulu makin empet. bisa menghindar, karena saat itu dia lagi asyik nyiram bunga di taman depan rumah. Dan cowok itu makin nekat. Kini datangnya suka bawa buah-buahan. Pisang, jeruk, apel, anggur. “Maaf, dik Lulu, tadi malam saya nggak bisa Wah, pokoknya segala macam deh. Lupus yang datang,” sapa cowok itu sopan sekali. Lulu tak doyan makan itu, jelas keenakan. Dia yang tukang bisa berbuat apa-apa. Tak bisa mengambil ngabisin semuanya. Sedangkan Lulu tak ancang-ancang untuk melarikan diri. Diam menyentuh sedikit-dikit acan. terpaku di tempat. Lupus yang mengintip dari jendela tidak bisa menahan tawa. “ Cieee...., “Idih, haram menikmati barang suapan!” maki mesra ni yeee...!” teriaknya keras. Lulu ketus. Lulu kaget dan menoleh dengan sengit. Lupus acuh saja. Tetapi sebenarnya dia kasihan Cowoknya juga. Bujubune, pantesan aja Lulu juga kalau adiknya jadi nggak tenang begitu. begitu menghindarinya. Ternyata cowok yang Serba ketakutan. Meski sebetulnya bukan pertama ngejar-ngejar itu tipe cowok zaman rikiplik. kali buat dia untuk kenal cowok secara dekat. Kadaluwarsa. Berkacamata tebal, bibir tebal, Dulu Lulu pernah kelihatan akrab dengan cowok muka tebal (maksudnya nggak kenal malu, gitu!), teman sekolahnya. Tampangnya..., ya lumayanlah sisiran rapi mengkilap. Pokoknya cocok jadi daripada kejeduk tembok. Lulu juga kelihatannya bapak idela. ngasih respons yang baik untuk cowok itu. Tapi kencan pertamanya berantakan gara-gara “Hei, Lulu, kok temennya diangguri aja? Ajak keisengan Lupus. Nggak tau apa karena Lupus masuk dong!” teriak Lupus lagi. Sekali lagi Lulu keki sebab saat itu dia belum punya, atau memang mendelik sewot. Dan ketika cowok itu lewat dekat lagi nakal-nakalnya (biasa, cowok!), yang jelas jendela kamar Lupus, dia memberi salam dan secara diam-diam dia meletakkan tip kecil miliknya di dekat kursi depan di mana mereka
  • 3. berdua nge-date. Secara otomatis, tip yang betapa saya sangat mencintainya. Kamu tau, biasanya dipakai buat wawancara itu merekam biasanya cowok sekarang itu pandai mengobral semua percakapan Lulu dengan cowoknya. Dan cinta, sehingga membuat derita pada sang cewek. bisa dibayangkan, betapa malunya Lulu ketika Tapi saya tidak. Cinta saya pada Lulu adalah besok paginya Lupus memutar ulang hasil ibarat api olimpiade yang tak kunjung padam...!” rekaman yang penuh rayuan-rayuan gombal itu di depan seluruh keluarga. Lulu ngamuk berat. Dia Lupus hanya manggut-manggut. Bukannya ngerti, langsung mengacak-acak tempat tidur. Dan sejak tapi ngantuk diceramahi begitu. Tapi dia toh saat itu tak pernah terdengar lagi kisah kasih senang, berarti masalahnya telah beres. Dan Lulu tentang Lulu dengan cowok manapun. Sampai pun senang mendengar usahanya berhasil. Sebab kejadian sekarang ini. sejak saat itu si pinokio itu tak pernah datang lagi. Makanya Lupus kasihan. Sebetulnya dia benar- *** benar nggak mau memperalat adiknya untuk menikmati hasil-hasil suapan itu. Dia hanya Tapi Lulu tetaplah Lulu. Makhluk aneh yang berprinsip seperti dulu : nggak mau ngecewain Lupus pun tak bisa mengerti keinginannya. Sejak orang yang ngasih makanan. Tapi kalau ada kejadian itu, dia sering melamun. Bengong maksud-maksud dibalik itu semua ya entar dulu. sendirian di depan rumahnya. Lupus jadi curiga, Bagaimanapun mengkomersilkan adik sendiri apa adiknya telah kena pelet. Satu dua kali Lupus adalah perbuatan yang kurang baik. Oleh karena tanyai, adiknya nggak mau ngaku, tapi akhirnya itu, pada suatu pagi, saat mereka berdua selalu dia buka mulut juga. bersama-sama berjalan ke tempat pemberhentian bis yang jauh, saat udara masih begitu bersih dan “Aneh, saya kok jadi mikirin si Pinokio itu. Saya segar, saat bulan masih tersisa di barat (wi, puitis kasihan. Dia telah begitu baik. Setelah ini berakhir ni yel...), Lupus menawarkan jasanya untuk bicara saya baru mikir bahwa semua kata-katanya itu dari hati ke hati dengan cowok nekat itu. Sebagai benar. Kata-kata yang selalu dia ucapkan kala dia sesama remaja, sesama cowok. Asal saja Lulu datang kemari. Dia begitu penuh perhatian. Kamu punya alasan yang tepat untuk menolak cintanya. tau. Pus, kalau saya butuh sesuatu, dak tak sengaja saya ucapkan di depan dia, besoknya dia sati “Bilang aja saya masih ingin belajar. Masih nggak membawa barang yang saya butuhkan. Buku mau terganggu oleh hal-hal seperti itu dan pelajaran, rapido, cat air... dan saya jadi mersa selebihnya bisa kamu karang sendiri. Kan kamu hutang budi. Merasa dosa telah mengecewakan bisaan kalo bohong!” sahut Lulu. dia. Saya kasihan. Saya kok jahat, ya? Padahal bisa saja saya belajar mencintainya.” “Sialan! Tapi kamu memang serius masih mau konsentrasi ke pelajaran kan?” Lupus tertegun. “Iya dong! Kan sebentar lagi saya ujian esempe.” “Enggak, Lu. Kamu salah kalau kamu memulai mencintai seseorang dari rasa kasihan. Kamu akan Dan sorenya Lupus langsung ke rumah cowok itu. menyesal. Percaya deh. Oke, untuk beberapa saat Datang dengan sopan dan penuh kekeluargaan. kamu bisa mencintainya. Tapi selanjutnya kamu Sehingga cowok itu pun bisa mengerti. akan merasa terjebak. Ingin melepaskan diri tapi Jawabannya pun terdengar sopan sekali, “Saya nggak bisa. Kamu masih terlalu kecil, Lu, untuk mengerti. Okehlah kalau memang belum saatnya serius pacaran seperti itu. Kamu masih butuh bagi dia, saya akan menunggu. Sampai kapan pun. banyak mencoba. Seseorang itu untuk memilih Sampai dia merasa siap. Sampai dia menyadari pilihan yang tepat, butuh menjajaki beberapa
  • 4. calon. Kita kan tak mungkin bisa menilai satu “Enak aja. Lu pikir gue tukang ojek!” maki cewek yang terbaik tanpa membandingkannya dengan itu dan langsung tancap gas. Meninggalkan Lupus yang lain. Makannya, Lu, kamu nggak salah. yang memaki-maki tak keruan. Teruskan aja menuruti apa kata hatimu. Dengan begitu kamu kan akan matang sendiri.” “Kamu emang pinter berkicau, Pus!” ledek Lulu 2. MEMBURU BINTANG gembira. Aji masih berkutet di kamarnya. Bolak-balik *** mencobai semua bajunya. Yang kuning, hijau, putih... dan semua. Bolak-balik ke kaca. Dan kini, Lupus terbangun ketika matahari sudah mulai dengan baju kotak-kotak biru, dia seperti tak tinggi. Dia kaget dan langsung menyambar mengenali siapa yang di kaca. Siapa ya? Pikirnya handuk untuk cepat-cepat mandi. Mandinya juga norak. Soalnya jadi lain. Kece banget! Sementara ala koboi. Asal cibang-cibung. Tapi ini Lupus yang keki kelamaan menunggu di luar, mendingan, dia pernah saking nggak sabarannya, nggak sabar langsung melongokkan kepalanya ke langsung jebur ke bak mandi. jendela. Dan terbengong-bengong melihat Aji yang tak berkedip mengagumi dirinya sendiri di Setelah berpakaian seadanya, dia duduk di meja kaca. makan untuk menghabiskan roti dan susunya. Saat itu Lulu sudah siap pamit. Lupus memaki, “kamu “Duileee... muka kayak perabotan lenong gitu aja kok jahat gitu, Lu. Nggak bangunin saya. Kenapa ngaca terus. Lama bener sih, ditunggui juga!” sih?” maki Lupus. Lulu cuwek. Setelah cium tangan sama ibunya dia “Cerewet. Hampir kelar nih. Ngiri ya kalo saya ngeloyor ke depan. kelihatan kece?” “Eeeee... tungguin dong. Saya hampir kelar nih!” “Cepetan deh, kita berangkat. Kan harus ke Hai teriak Lupus sambil meneguk susunya. Mulutnya dulu pinjam tip kecil.” sampai belepotan. Tapi Lulu tetap ninggalin. Dan ketika Lupus menyusul ke depan, dia tertegun. Di Aji mengangguk dan langsung menyambar situ Lulu sudah siap duduk di boncengan motor kameranya. Dia sudah janjian mau diajak Lupus seorang cowok kece. Masih muda. Dan cowok itu wawancara penyanyi yang baru naik daun. Kece mengangguk pada Lupus sebelum pergi. Lupus banget. Makanya baik aji maupun Lupus benar- terbengong-bengong di pinggir jalan. Pantesan aja benar menjaga penampilan. Jangan sampai Lulu ninggalin. Dan dia pun dengan lesu mengecewakan. menelusuri jalan. All alone. Tanpa seorang teman. Setelah mengeluarkan pick-up-nya yang rada Di tikungan jalan, dia bertemu dengan seorang kadaluwarsa, Aji dan Lupus langsung bertolak ke cewek yang asyik sendirian dengan motor kantor Hai. Menitipkan kartu pengenal pada bebeknya. Lupus pun dengan semangat resepsionis yang kece, dan langsung naik ke lantai menyetopnya. tiga. Di sana suasananya masih seperti biasa. Rame. Ada yang asyik senam pagi, ada juga yang “Eh, ikutan dong sampai ke depan!” sahut Lupus. lagi terbengong berat nyari inspirasi. Semua anggota komplet, kecuali beberapa orang yang
  • 5. diculik dengan paksa untuk menggarap majalah bukannya karena kangen, lama nggak ketemu bos- baru. nya itu, tapi karena di mejanya ada sekantong tahu goreng. Siapa tau bisa dirojer, gitu. Lupus langsung menuju ke bangkunya. Dan di sana, dia hampir menginjak Tia kecil yang sibuk “Halo, Mas, lama nggak kelihatan. Sibuk ngurus buka-buka majalah di lantai. Buset, anak ini sandiwara tipi, ya?” sahut Lupus manis, memang kecil sekali bodinya. Apalagi kalo lagi sementara tangannya bergerilya. Menyusup jongkok begitu, nyaris menghilang di balik masup ke kantong tahu. Mas Wendo belakangan tumpukan majalah-majalah. Bapaknya tega juga, ini memang aktif di televisi. Ngajarin anak kecil masih kecil begitu kok sudah disuruh kerja? Tapi bikin puisi dengan stil sok serius, tawa bikin kalo diledek begitu, dia suka ngamuk dan beberapa naskah film seri tivi. Seperti ACI. Tapi langsung mengeluarkan KTP-nya. Ke mana- bedanya dia dengan Michael Landon – yang juga mana, termasuk kalau mau nonton film 17 tahun dikenal dengan serial-serial tivinya. Mas Wendo ke atas, dia memang selalu bawa-bawa KTP. orangnya jauh lebih rendah hati. Kalau Michael Supaya pada percaya kalau dia itu umurnya sudah Landon suka ke-ge-er-an untuk melibatkan lumayan banyak. Soalnya dia sering ditolak dirinya sebagai tokoh utama cerita yang masuk bioskop, nggak boleh ikutan nonton film diproduksinya; jadi bapak ideal, jadi malaikat orang gede. Malah disuruh pulang, cuci kaki dan penolong, dan sebagainya! Tapi kalau Mas langsung bobok. Tapi ada enaknya, kalau ke Wendo cukup puas Cuma jadi tukang pukul bel mana-mana dia ini simpel sekali. Bisa berdiri sekolah.... hehehe. (Eh, jangan bilang-bilang ke tanpa membungkuk kalau metro mini-nya penuh, dia ya, entar ngamuk..., atau malah suka?) bisa dengan mudah menyusup ke bawah kolong kalau lagi main petak umpet, de el el. Dan ke “Kamu mau wawancara siapa, Lup?” mana-mana dia selalu membawa bekal dan termos plastik buat minum. Persis anak TK. Tapi dia itu “Itu... atlet angkat besi,” jawab Lupus orangnya baik kok. Suka bagi-bagi makanan ke sembarangan. Sebab kalau dia jujur ngaku mau orang. Apalagi kalau kamu iseng muji begini wawancara artis penyanyi yang kece, Mas Wendo padanya,” Eh, kamuu rada tinggikan deh suka maksa kepingin ikut. Kan repot ngurusnya sekarang...” Wah, pasti kamu langsung dikasih nanti. coklat. Coba aja. Tapi dia itu paling takut kalau duduk di meja. Soalnya pernah lagi enak-enakan Lupus langsung cabut. Hasil kunjungannya ke duduk, ditawar orang. Dikira boneka pajangan. meja bos-nya itu, yah lumayanlah. Sempat Abis lucu sekali. mengantongi beberapa tahu goreng dan cemilan- cemilan ringan lainnya buat sekedar ngisi perut. Ya, itulah sedikit cerita tentang Tia kecil. Buat Dan di bawah, ketika baru keluar dari kompleks ngasih gambaran aja, supaya kamu bisa perkantoran, sempat ketemu Gun Saratoga. ngebayangin kalau dia itu ternyata lebih besar dari Fotografer muda Hai yang lagi ngejepret anak- jempol kaki kamu. anak sekolah yang kece-kece dari atas sepeda balapnya. Dia emang termasuk doyan daun muda. Setelah menyiapkan segala macam yang Pacarannya aja sama anak SMP. Dan bakat jepret- diperlukan, termasuk minta film gratis dari mbak menjepretnnya memang terlihat dari kecil. Umur Sri. Lupus slonong boy pergi. Dan sempat mampir 10 tahun, dia sudah hobi menjepret capung pake sebentar ke mejanya Mas Wendo yang karet; lalu umur 15 tahun meningkat menjepret belakangan menghilang entah ke mana. Mejanya mangga pake katapel. Dan kini, dai boleh bangga nampak seperti biasa. Berantakan. Saingan sama bisa menjepret pake kamera beneran. rambutnya. Dan kunjungan Lupus ke mejanya itu
  • 6. Itulah Gun. Setelah ber-hai-hai (bukan promosi, profesional!” sahut Lupus lantang. Orang itu lho!) sebentar dengannya, Lupus langsung memandang ke arah Lupus dari ujung kaki sampai melesat bersama Aji ke rumah sang artis. ujung rambut. Seolah kurang percaya. Juga Rumahnya lumayan jauh. Di pinggiran kota. Rada kepada Aji yang dibilang fotografer prof itu. Dia ndeso. curigation. Kok fotografer Cuma bawa kamera yang serba otomatis? Sekali jepret jadi, tanpa *** mengubah jarak, diafragma, de el el. Wah, pasti ada yang kurang beres. Dan kini Lupus dan Aji sudah berdiri di depan pagar yang tinggi. Rumahnya tampak begitu “Evita lagi pergi! Dia sibuk terus. Kapan-kapan besar. Sementara di pagar depan tertulis ‘Awas aja datang lagi!” anjing galak; jangan berdiri dekat pagar!’ Lupus langsung melompat mundur. Wong dia paling “Wah bohong! Saya tadi udah janjian sama dia takut sama anjing. Makannya dia tidak pernah via telepon. Dan dia ada di rumah!” sahut Lupus berani lari pagi di kompleks perumahannya. ngebohong. Soalnya sungguh mati, dia tak tau Banyak anjing. Soalnya dia kurus. Suka dikejar- nomor telepon Evita. Tapi dia juga yakin Evita kejar anjing. Dikira tulang. pasti ada. Dia sudah biasa dibohongi macam begitu. Biasa, artis yang lagi naik daun memang “Kamu aja yang masuk, Ji!” perintah Lupus. suka jual mahal. Padahal wartawan penting lho, buat menunjang karier mereka. “Enak aja. Emangnya saya tumbal? Kita tekan bel aja. Masak sih nggak ada belnya?” “Tapi dia mau pergi. Ada rekaman di studio!” “Iya. Lagi pula belum tentu beneran ada Balas orang itu lagi. anjingnya. Siapa tau Cuma nakut-nakutin aja!” “Kamu tau nggak apa persamaan saya sama Akhirnya setelah baca Bismillah, mereka kamu?” sahut Lupus lagi. memencet bel yang tersembunyi di balik rerimbunan tanaman yang merambat di pagar. “Apaan memang?” Terdengar suara anjing menggonggong dari balik pagar. Lupus langsung melompat mundur. “Sama-sama tukang bohong. Makanya sesama tukang bohong dilarang saling membohongi!” “Tenang, Pus. Wartawan kok penakut amat?” ledek Aji. “Sialan jadi kamu juga bohong ya? Kamu pasti bukan wartawan! Kok masih kecil begitu? Mana Beberapa saat kemudian, ada kepala yang muncul kartu Pers-nya?” dari pagar yang tinggi. Lupus langsung merogoh kantung celananya. “Hei, anak kecil, ngapain di situ? Mau mainin bel Tapi..., oh, God! Kartu itu ternyata tertinggal di ya?” bentaknya galak. meja tugasnya di kantor. Bener-bener sial! Lupus keki berat dikatain mau mainin bel. “Eh, saya lupa bawa. Tapi beneran kok saya wartawan!” “Saya wartawan, tau! Saya mau ketemu Evita Fanny. Artis penyanyi itu. Di sini kan rumahnya? Orang itu tersenyum sinis. Dan ini teman saya Aji. Dia fotografer
  • 7. “Nah, anak-anak, kalau Cuma mau minta tanda “Iya, ya.” tangan, lewat surat aja. Sekarang kalian boleh pulang...” sahutnya dan langsung menghilang di Dan mereka pun secara bergantian menekan bel. balik pagar. Berulang-ulang. Ada suara anjing yang menggonggong lagi. Sampai akhirnya wajah Lupus cepat-cepat berteriak, “ Hei, tunggu! Saya seram yang tadi muncul lagi di balik pagar yang bener-bener wartawan, kok! Kalau nggak ke tinggi. Siap menyemprotkan amarahnya. Tapi percaya, telepon aja ke majalah Hai. Serius!!” Lupus cepat-cepat menyapa, “Assalamualaikum! Kayaknya kita pernah ketemu deh. Kapan, ya? O Tapi makhluk itu sudah menghilang. Tinggal ya, beberapa menit yang lalu. Apa khabar? Gini Lupus dan Aji yang saling berpandangan. lho, saya dari majalah...” “Bosen! Kalian ini belum pernah mendapat pelajaran ya? Sudah pernah merasakan gimana 3. EVITA FANNY enaknya digigit si Pleki?” Lupus dan Aji masih berada di depan rumah artis “Belum. Siapa itu? Bapak kamu ya?” penyanyi Evita Fanny. Benar-benar tak tau apa yang harus dilakukan lagi. Meski Lupus sudah “Sialan! Kalian benar-benar kurang ajar!” lumayan sering wawancara begini, tapi toh dia bentaknya marah sambil melompat turun. Tapi masih belum bisa santai. Malah sering kedapatan baru orang itu membuka pintu pagar, ada suara lagi dorong-dorongan atau ber-suit-ria sama yang memanggil. Terpaksa marahnya tertunda temannya untuk menentukan siapa yang masuk dan langsung tergopoh-gopoh menghampiri si duluan. Kan malu-maluin banget tuh! Tapi ya pemanggil. nggak apa-apa. Lupus nggak pernah putus asa Cuma karena hal-hal yang begitu. Segalanya kan “Bang Kerpa, tolong siapkan mobil saya. Saya bisa saja karena biasa kalau kita sering mau ke studio setengah jam lagi. Tolong barang- melakukannya. barang belanjaan tadi pagi diturunin dulu,” sahut si pemanggil yang ternyata Evita itu. “Kita bikin keributan aja di sini, nanti kan mereka pada keluar!” sahut Lupus kumat gilanya. “Baik Nona.” “Gila lu, nanti kalau diciduk polisi gimana?” “O ya, kamu ngapain naik-naik terus ke pagar macam tadi? Pacaran sama babu sebelah, ya?” “Emangnya kita teroris? Maksud saya, kita Cuma mengadakan aksi unjuk perasaan, gitu!” “Oh, anu, Nona....itu ada dua pemuda kecil. Ngakunya sih wartawan yang mau wawancara. “Kamu kalau sudah nekat memang gawat, Pus! Tapi nggak ada kartu pers-nya. Ya udah, saya usir Terus, ngapain dong?” saja. Tapi kok ya nekat anak itu!” “Misalnya kita tekan bel terus-terusan. Kan lama- “Ya, Nona, dan dua pemuda kecil yang manis- lama mereka kesal lalu keluar. Nyamperin kita manis itu adalah kami sendiri!” tiba-tiba ada suara atau malah ngusir kita. Tapi nggak apa-apa. sopan menyambung dari belakang Bang Kerpa. Namanya juga orang usaha. Kan nggak ada Bang Kerpa langsung menoleh kaget! salahnya!”
  • 8. “Hei, kurang ajar. Bagaimana kamu bisa masuk "Tapi saya mau pergi. Kalian toh belum bikin kemari? Loncat pagar, ya?” janji. " “Bagaimana? Mudah. Siapa yang suruh pintu "Sudah, kok!" pagar itu ditinggal tanpa terkunci barusan, sementara anjing kamu itu asyik mengejar-ngejar "Kapan? Saya kok belum dikasih tau?" kucing sampai keluar pekarangan rumah...,” jawab Lupus kalem. "Lima menit yang lalu. Tadi lho, waktu pesuruh kamu yang cowok itu dengan noraknya naik-naik Bang Kerpa langsung kaget, dan cepat-cepat ke atas pagar...." memburu keluar. Memanggil-manggil anjingnya. Meninggalkan Lupus dan Aji berhadapan dengan "Ah. T api bolehlah kalau kalian memaksa. cuma, Evita Fanny. sebentar aja, ya? Yuk masuk!" Lupus tak berkedip. Penyanyi ini memang masih Dengan langkah ringan, Lupus dan Aji berjalan muda. Paling-paling baru sekitar 17 tahun. masuk. Wajahnya, bukan main. cakep banget. Dengan bibir yang tipis tapi seksi, mata yang indah bagai Di ruang tamu, suasananya cukup membuat kucing, kulit tubuh yang kuning langsat. Wah, keduanya terkesima. Satu set mewah kursi tamu emang nggak salah kalau dia jadi artis penyanyi. besar warna biru, dengan karpet yang bagai Dengan penampilan yang serba sempurna untuk rumput manila terhampar megah. Dipadukan seorang gadis remaja, siapa sih yang enggak betah dengan hiasan-hiasan dinding yang serba biru, memandangi berjam-jam? menyejukkan suasana. Sementara foto close-up Evita Fanny terpampang megah di dinding Lupus langsung kasih angka sembilan untuknya. sebelah kiri. Di atas barang-barang antik yang disusun rapi. Dari dalam mengalun lembut musik "Situ siapa?" tanya Evita pelan. Suaranya, wah. instrumentalia yang kebetulan Lupus kenai Bikin dek-dekan. judulnya, Cantabile. Lagu yang menarik, dan Lupus dulu sering mendengar ayahnya "Di sini Lupus dan Aji. Dari majalah remaja. Di memainkan lagu itu lewat gitar klasiknya. situ siapa?" balas Lupus. Nggak nyangka, selera musik Evita boleh juga. "Oo..., kalian wartawan, toh?" Padahal kalau dibandingkan dengan lagu-lagu yang sering dibawakannya yang berlirik dan "Iya, hebat ya?" bernada amat cengeng itu, wah, kontras sekali. "Kok masih kecil? Wartawan bo'ongan ya? Mana Lupus serasa memasuki ruang istana. kartu pers kalian?" "Ayo, silakan duduk. Kok pada berdiri begitu?" "Justru itu, ketinggalan. Tapi kalau tak percaya, boleh deh telepon ke redaksi Hai. .. . " Lupus tersentak. Ya, dia tadi lagi ngelamun. Kok ada orang yang begini kaya. Dia jadi ingat sama "Oke deh, saya percaya. Terus kalian mau apa?" teman-teman seperjuangannya di kantor. Kayaknya jadi jauuuh sekali. Mereka-mereka itu "Wawancara. Boleh, kan?" walau suka ngaku orang kaya, tapi kalau lapar malah pada tiduran di kolong meja. Sambil
  • 9. berharap semoga setelah bangun nanti rasa "Sekarang kamu duduk aja di situ, saya yang laparnya hilang. Kan bisa menghemat uang nanyain dari sini. Oke?" balas Lupus keki. Evita makan. Tapi ya tak apa. Malah memudahkan tertawa lepas. Keakraban baru saja terjadi. kalau mau bikin puisi atau cerita yang sedih- sedih. Nggak usah sulit-sulit mengkhayal. Tinggal "Tapi ingat, waktunya nggak lama lho. Saya mau tulis aja pengalaman pribadinya, beres! pergi!" . Sedang Evita kan sulit kalau mau bikin cerita Interviu pun berlangsung dengan akrab. Sampai sedih. Butuh penghayatan luar biasa. Tapi lupakan suatu ketika, Evita merasa harus pergi. Dengan dulu hal itu. Kita lihat saja Lupus yang lagi sedikit sedikit berat, dia pun bangkit. Lupus cepat-cepat panas dingin karena diliatin terus oleh Evita yang menahannya, "Eh, jangan repot-repot!" manis. Nggak tau kenapa, dia memang suka grogi begitu kalau diliatin cewek cakep. "Lho? Saya mau ganti baju, kok. Saya kan mau pergi. ..." Dengan kaku, Lupus mengeluarkan tip dan secarik kertas yang berisi daftar pertanyaan. Evita "Ooo, kirain mau bikinin minum...." tergelitik untuk melirik apa yang tertulis di balik daftar penanyaan. Maka dengan sedikit paksa, dia "Ya ampun, saya lupa. Kalian haus, ya?" merebut secarik kertas itu. "Ah enggak. cuma saya mikir, kok samaan sama "Lihat deh. Boleh, kan?" di rumah ya? Kalau ada tamu dari jauh suka lupa nyuguhin minum. Padahal kan mungkin saja tamu "Eh, jangan...," Lupus kaget, tapi Evita sudah itu merasa haus setelah berjalan begitu jauh. Iya merebutnya. "Itu daftar pertanyaan kok. Saya nggak, Ji?" celoteh Lupus sambil melirik ke arah bikin supaya nggak lupa. Soalnya terus terang, Aji yang hampir mati kehausan. saya kalo lagi grogi suka lupa apa yang mau ditanya. Balikin dong...." Lagi-Iagi Evita ketawa. Dia cepat-cepat menyiapkan minuman. Evita cuwek. Sambil mengernyitkan kening membaca kertas itu. Lalu senyum-senyum sendiri. *** Lupus jadi curiga. Dan Evita ternyata artis yang baik. Dia menawari Lupus dan Aji ikut ke studio sambil melanjutkan "Kamu mau wawancara atau mau belanja? Kok wawancaranya di jalan. Di sana Evita cerita isinya ada ikan asin satu kilo, cabe rawit tiga biji, banyak. Tentang tiga albumnya yang direkam jengkol sepuluh biji, permen karet..." dalam waktu singkat. Tentang kasetnya yang laku keras. Tentang bonus mobil yang dia dapat. Lupus langsung merebut dan membacanya. Oh, Pokoknya semua. God! Ternyata dia salah keluarin. Itu catatan belanja yang dititipkan ibunya tadi pagi. Dengan Buat artis penyanyi, dia memang memiliki wajah kayak traffic light; merah kuning ijo, dia segalanya. Meski lagu-lagunya hampir setipe; buru-buru mengantonginya. Diganti secarik kertas tentang kecengengan cinta, tapi suaranya tidak yang lain. Yang isinya beneran daftar pertanyaan. mengecewakan. Padahal banyak anggapan yang mengatakan penyanyi pop sekarang cuma modal tampang doang, tapi Evita merupakan pengecualian. Karena dia punya vokal dan
  • 10. penghayatan yang baik buat lagu-lagu komersil Evita terdiam. Makhluk yang duduk di yang dibawakannya. sampingnya ini memang kelewat banyak omong, kayak tukang obat. Apa emang begitu ya, kalau Sebaik-baiknya lagu pop, kalau tidak didukung wartawan ngerayu minta traktir? penghayatan dan vokal yang sempurna, tak akan berhasil. Omong kosong buat yang mengatakan "Kamu mau no dong atau mau nyulik saya?" untuk jadi penyanyi cuma modal tampang doang. sahut Vita galak. Setinggi-tingginya teknik studio yang bisa meno- long vokal sang artis, tidak akan membantu "Dua-duanya. Tapi tebusannya nggak berat. Fried banyak. Paling jadinya seperti komet. Muncul chicken!" sebentar, ngetop, lalu menghilang. Tak terkenang. Dan Lupus kegirangan setengah mati ketika Ini yang ingin Lupus tekankan pada Evita. Volvo Evita berbelok ke fried chicken. Penyanyi ini sangat berbakat. Tapi kenapa begitu sering mengeluarkan album yang senada? Apa *** mau pakai aji mumpung seperti yang lainnya,? Beberapa hari kemudian, Lupus sudah berada di "Seharusnya kamu lebih selektif, Vita. Batasi kantor redaksi lagi. Dia lagi excited banget karena pengeluaran album kamu. Kamu punya vokal baru dapat telepon dari Evita. Gimana nggak yang baik. Saya sering lihat kamu nyanyi lagu- senang, Evita meneleponnya dalam keakraban. lagu daerah di tivi. Di situ kelihatan sekali kemampuan vokal kamu. Bukan sekadar penyanyi "Meski saya kadang ragu apa kamu ini wartawan pop murahan. Kalau kamu lebih jarang gadungan atau wartawan beneran, atau malah mengeluarkan album, kamu bisa mengikat fans tukang obat yang buka praktek liar, tapi saya kok kamu. Membuat mereka penasaran menunggu ya mikirin juga apa yang kamu bilang. Thanks. terbitnya album-album kamu yang berikutnya. Saya suka kamu merhatiin saya kayak gitu. Saya Dan dengan sedikit variasi, mereka tak mudah udah batalin jadwal rekaman dalam waktu dekat bosan. Dan kamu nggak bakalan cepat ini. Bos memang marah dan kaget, tapi lama-lama dicampakkan fans kamu yang merasa bosan dia pasti ngertiin saya. Sebab saya ingin dia yang karena kamu keseringan mengeluarkan album butuh saya, bukan saya yang butuh dia. Saya udah yang senada. Kamu jangan mau dikerjain para minta untuk menyeleksi lagu, menyeleksi produser yang cuma mau mengeruk keuntungan aransemen. Kalo kamu mau tau, saya sendiri di sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan nasib rumah nggak pernah nyetel lagu-Iagu saya. Kamu kamu setelah itu. Mereka mudah saja mencari denger sendiri kan waktu ke rumah? Saya penyanyi baru. Sedang kamu apa? Itulah, Vita. memang nggak pernah bangga pada lagu-lagu Makanya, ngapain sekarang ke studio? Lebih baik saya sendiri selama ini. Sekali lagi trims berat kita ke fried chicken atau ke mana, gitu. buat kamu. Kapan mau maen ke rumah lagi?" Ngomongin masalah ini. Kamu jangan seperti mesin. Disuruh ke studio, disodori lagu, lalu Itulah. Makanya Lupus jadi senyum-senyum langsung menyanyikannya hanya dengan terus. Seriang Mas Veven yang baru masuk tadi mempelajari sebentar tanpa kamu dikasih langsung menodongnya dengan teka-teki orisinal kesempatan memilih lagu yang cocok buat karyanya sendiri, "Ayo, apa bahasa Indonesianya: karakter vokal kamu. Buat selera kamu. Eh, sori. Mother goes to the market?" Saya kok jadi cerewet banget, ya? Tapi gimana kamu aja deh. Mau ke fried chicken atau ke "Apaan, ya? Nggak tau tuh!" sahut Lupus (pura- studio..." pura) nggak tau.
  • 11. "Belanja ni yee...," jawabnya girang setengah kita kembali seperti dulu. cari bintang baru lagi mati. Soalnya jarang-jarang teka-tekinya nggak yang cakep, terus kita wawancara sama-sama lagi. bisa ketebak Lupus. Siapa tau yang berikutnya jodoh kamu. Hehehe.... Gimana? Asyik, kan? Petualangan begini penting Atau juga seriang Mas Wendo yang lagi disalamin lho untuk mengenal beberapa karakter cewek- temen-temennya gara-gara nongol di tivi dalam cewek. Jadi kalau udah dapet pacar kayak gitu acara FFI. "Ah, apalah aninya orang seperti saya nggak kaget lagi. Satu hal yang harus kita jaga, ini...," sahutnya ngerendahin diri, ninggiin mutu. jangan mudah ge-er kalau ada orang-orang seperti itu nampak memberi perhatian yang lebih kepada Tapi yang Lupus heran, sejak saat itu Aji nggak kita. Karena kan belum tentu dia naksir kita. Iya, pernah kelihatan lagi. Pun di sekolahnya. Sebab nggak?" Aji memang teman sekolah, cuma lain kelas. Padahal dia kan teman seperjuangan sewaktu Aji bangkit. Memandang tersenyum ke arah wawancara Evita. Maka besoknya Lupus khusus Lupus. Lalu meninju perutnya dengan pelan. mencari dia ke kelas-kelas. Dan ketemu lagi Keduanya pun tertawa keras berbarengan. mojok di kantin. Tetap dalam stil cuwek walau Lupus kelihatan menghampiri. Lupus jadi inget Iwan yang redaktur musik di Hai. Doi juga cuwek berat kalau lagi dengerin walkman. Dipanggilin 4. PHK nggak nyaut-nyaut! Ada kebakaran juga cuwek aja. Pasalnya ya karena si Lupus. Makhluk itu selama ini memang dikenal sebagai 'teman tetap' Poppi. "Halo, Ji, kamu sakit ya? Kok nggak pernah Kadang jajan di kantin sama-sama, ngerjain temen keliatan?" tegur Lupus ramah. Aji malah sekelas sama-sama, bikin pe-er sama-sama atau melengos. Lupus jelas heran. Setelah diusut-usut, juga ngejar layangan putus yang kadang nyasar ke ternyata dia sempat keki karena waktu itu Lupus lapangan kalau lagi pelajaran olahraga. akrab banget dengan Evita. Dia sampai tak dikasih kesempatan ikutan ngobrol. Padahal kan Pokoknya kompak deh! Apalagi kalau lagi musim dia udah dandan rapi banget. ulangan. Tapi belakangan ini Lupus jarang masuk. Jarang maen ke rumah Poppi. Meski memang Lupus jadi ketawa. tidak pernah rutin malam Minggu apel, tapi nggak biasanya sampai tiga kali berturut-turut seperti "Aduh, Aji, kamu cemburu ya? Apa kamu pikir kali ini. Poppi memang maklum sama sifat Lupus saya naksir dia? Wah, jangan mimpi dong. Saya yang angin-anginan. Yang nggak bisa dipegang cukup tau diri kok. Apa enaknya sih pacaran buntut-buntutnya. Sebagai cewek, dia udah begitu dengan artis terkenal kayak gitu? Bikin tekanan cukup pengertian. Tapi Lupusnya ini, kok ya batin aja. Kita kan belum terbiasa dengan gaya nggak sadar-sadar. Selalu bikin keki. hidup mereka. Yang easy come easy go itu. Wah, mending jangan deh. Lagian belum tentu dia bisa Seperti waktu Ruri, cewek yang doyan nggosip terbuka sama saya kayak gini kalau dia jadi pacar itu, sibuk nggosip tentang dirinya sendiri (Kok saya. " ada ya orang yang begitu?). Ke sana ke sini memamerkan foto close-up yang katanya "Jadi mendingan seperti sekarang. Saya cuma cowoknya yang baru, "Newcomer. Baru semalem bikin laporan yang bagus buat majalah. Masa sih resmi jadi pacar saya yang ketujuh," katanya persahabatan kita bisa puttlS cuma karena hal-hal bangga. yang sepele kayak gini, Ji? Lupakan semuanya, Ji,
  • 12. Dadanya sampai membusung (eh, nggak jorok, Poppi tadinya nggak begitu mudah percaya, tapi lho!). Lupus yang datang ke kelas belakangan, tak bukti-bukti memang ada. Dua hari yang lalu, anak luput kena pameran foto tunggal tersebut. itu memang masuk. Dengan santainya menaruh tas di bangku, lalu kelayapan keluar kelas lagi. "Kece nggak, Pus?" Ruri berkata penuh semangat. Sama sekali tak menyapa Poppi yang duduk dengan manis di bangkunya. Sibuk ngeceng ke "Siapa sih? Penyanyi dangdut, ya?" tanya Lupus kelas-kelas baru. serius. Poppi jelas panas. Buntut-buntutnya ya seperti Ruri jelas keki berat. tadi itu. Samaan sama kamu. Suka ngelamun sendirian. Kenapa ya, cowok itu cenderung nggak SUATU kali dalam hidupmu, pernahkah kamu setia? Apa karena di dunia ini memang lebih merasa begitu sepi? Membuka jendela kamar kala banyak cewek, sehingga cowok leluasa pacaran semuanya terlelap dalam mimpi, dan merasa dengan lebih dari satu cewek? Biar adil, kebagian sendirian di tengah alam semesta yang begitu semua, begitu? Ih, amit-amit. Itu pendapat gila. luas? Nggak berperikewanitaan. Lebih baik cewek- cewek nggak usah pacaran sama sekali. Lagi Pernahkah? pula, apa sih hebatnya Lupus itu? Kalau mau saya bisa aja mendapat sejuta 'lupus' lain yang lebih Pernahkah kamu merasa begitu benci kepada tawa dan dirinya, batin Poppi. anak-anak kecil yang bermain di halaman sebelah rumahmu? Sehingga lagu terindah bagimu Memang benar. Poppi toh cantik. Dengan hanyalah gesekan angin pada pucuk-pucuk rambutnya yang lebat itu, banyak cowok yang cemara dan rontoknya daun-daun kering di musim enggak tahan untuk tidak melirik beberapa detik kemarau? kepadanya. Terus kenapa Poppi jadi begitu frustasi hanya karena Lupus? Nah, ketauan. Kalau begitu kamu pasti lagi frustasi. Ngaku aja. Samaan kok sama Poppi. Itulah cima. Poppi ini belakangan memang sering uring- uringan kayak gitu. Kerjanya seharian, kalo Poppi sudah terlanjur menyukai semua yang ada enggak dengerin kaset-kaset model Patah Hatinya pada diri Lupus. Orang yang lebih baik atau lebih Rachmat Kartolo (enggak usah berlagak mikir, cakep dari Lupus itu banyak. Jalan-jalan di pasar kamu pasti apal lagunya. Eh, kita nggak nuduh swalayan, kamu bisa menemukan makhluk kayak lho, cuma nebak aja!), ya nyoret-nyoretin buku begitu sepuluh biji. T api ibarat barang tiruan, harian. Atau bengong berat kayak seniman yang sama ya luarnya aja. Isinya tetap nggak ada keabisan inspirasi. N ggak napsu makan, nggak yang se-qualified Lupus (taela!). Maksudnya napsu bobok, dan yang paling gawat, jadi segen sifatnya, tingkah lakunya, lengkap sama gaya- mandi. gayanya yang rada norak. Juga sikapnya yang penuh perhatian, walau kadang bikin keki. Tapi sebetulnya nggak bakalan segawat ini kalo Gimana nggak penuh perhatian? Dia bisa begitu nggak ada gosip yang mengatakan bahwa Lupus sopan di depan orang tua Poppi. Bukan sopan punya cewek lagi. Nggak jelas pacaran sama yang dibuat-buat, tapi nampak wajar. Di samping siapa, tapi desas-desus itu memang lagi ngetop. juga sering membawakan mereka oleh-oleh. Ada yang bilang sama artis penyanyi kondang Jarang-jarang lho, ada cowok yang begitu Evita Fanny; ada yang bilang sama anak kelas memperhatikan calon mertuanya kayak gitu. Pun satu yang baru: ketika lebaran kemarin, dia dengan serius
  • 13. ngomong sama Poppi, "Pop, sayang sekali untuk Itu hanya sebagian keunikan Lupus. Belum lagi lebaran kali ini, rejeki saya nggak begitu banyak. kisah gombal Lupus waktu nonton film sama T api biar deh, demi kamu saya ngalah aja. Saya Poppi. Dia kelupaan ninggalin Poppi di bioskop rela, lebaran kali ini biar calon mertua kamu aja sendirian. Langsung pulang aja. Soalnya nggak yang saya kasih hadiah...." biasa nonton bareng cewek sih. Di tengah jalan dia baru sadar, ketika merasa ada yang kurang Poppi yang tadinya udah siap-siap untuk terharu, beres. jadi keki banget. Tapi sabar itu memang ada batasnya. Saling Di samping itu, Lupus juga ngetop sekali. Fans- pengertian itu bisa jalan kalau ada kesadaran dari nya bukan hanya di lingkungan sekolah dia aja, dua belah pihak. Poppi sudah menjalankan semua tapi juga melimpah ke luar sekolah. Buktinya itu dengan baik. Tinggal Lupus yang belum. Jadi kalau dia turun dari bis sepulang sekolah, histeria kenapa harus menyesal putus dengan dia? Poppi massa selalu terjadi. Puluhan abang-abang becak malah harus bersyukur, karena dia tau kejelekan- dengan semangat '45 menarik-narik bajunya. kejelekan Lupus lebih awal. Sebelum segalanya Bukan minta tanda tangan, cuma mau menawari terlambat. Dan cinta itu tidak buta. Justru (dengan sedikit paksa) Lupus untuk naik sebaliknya, kita harus melihat kepribadian pacar becaknya. kita sampai yang terkecil. Lupus juga termasuk anak yang susah dikerjain. Saya bisa berbuat seperti Lupus! tekad Poppi. Padahal dia hobi banget ngerjain orang. Sampai Maka, Poppi pun mencampakkan foto Lupus yang pernah suatu ketika anak-anak cowok di kelasnya lagi nyengir di atas meja belajarnya. Lalu duduk kompakan untuk sekali-sekali ngerjain Lupus. di depan kaca, dan mencoba menyisir rambutnya Mereka semua ngumpul di toilet. Mengatur yang kusut. Di sana, dia seakan menemukan strategi penjebakan. dirinya sendiri. Dirinya yang baru. Dengan semangat baru. "Kita kunci aja di WC. Dia kan hobi banget ke belakang. Beberapa dari kita memantau ke mana Dan besoknya, dia langsung menolak ketika mau dia pergi. Begitu masuk wc, kita kunci dari luar. diamar ke sekolah, "Enggak, Pa. Saya mau naik Biarkan beberapa saat sampai dia mabok dulu. bis aja. Sekali-sekali kan boleh. Pingin seperti Setuju?" teman-teman. " Agak sadis memang, tapi toh pada setuju. wc di Bapaknya jelas heran. Soalnya baru sekali ini sekolah Lupus memang rada sulit dibuka dari Poppi nggak mau diantar ke sekolah. Tapi Poppi dalam, tapi dengan mudah dikunci dari luar. memang punya alasan yang nggak boleh diketahui Tinggal mengaitkan engsel kuncinya, beres! orang tuanya. Dia sering denger cerita, orang yang naik kendaraan umum itu lebih enteng jodoh Namun ketika mereka baru selesai berembuk, ketimbang yang diantar jemput. Soalnya, sampai bela-belain menahan bau yang ngujubileh kemungkinan ketemu orang yang belum dikenal itu biar nggak ketauan, tiba-tiba Lupus keluar dari lebih besar daripada diantar supir sendiri. Apalagi wc sambil cengengesan. "Hayo, mau merencana pada jam-jam sekolah, kala bis kota seperti bis kan usaha pembunuhan ya?" sekolah saja. Berisi anak-anak sekolah dari segala jenis. Teman-temannya yang mengira aman berembuk di toilet itu, jelas pada keki berat. Usaha mereka Poppi belum pernah merasakan itu. Makanya ia jadi gatot. Gagal total. begitu ingin. Dia juga tau kalo Lupus itu sering
  • 14. kenalan dengan cewek-cewek lain di bis. Seperti memberikan kursinya kepada Pppi. Malah asyik gosip yang menyebar itu, yang mengatakan bahwa baca buku teks sekolah. Sial, apa ini yang Lupus kenal sama cewek baru kelas satu itu di bis. namanya emansipasi? Katanya rumah ceweknya itu dekat dengan rumah Lupus. Suka naik bis bareng-bareng. Tapi pemuda itu ya nggak bisa disalahkan. Dia toh nggak mungkin bela-belain ngasih duduk buat Jadi kenapa Poppi nggak coba begitu? Poppi, untuk kemudian ikutan berbungkuk-ria bersama para penumpang lainnya. Kan pegel "Tapi sekolah kamu kan jauh, Pop? Harus dua sekali tuh. Mana biasanya metro itu jalannya kali naik bis?" bapaknya mencoba membujuk. kayak keong. Pelan banget. Nggak puas-puasnya cari penumpang lain. Poppi jadi nyesel. Ternyata "Nggak apa-apa." naik bis umum tak seindah yang dia bayangkan. "Kalau ada tukang copet atau apa begitu?" Gimana bisa cari jodoh dengan keadaan kelipet- lipet begini? Apa karena belum biasa aja? Untung "Nggak takut." hari masih pagi. Saat orang baru pada mandi, dan belum berkeringat. Coba kalo nanti siang. Idih! Dan pagi itu, jalanlah Poppi sendirian ke tempat POPPI jadl nyesel tadi pesan kalo siang nanti pemberhentian bis. Menunggu metro-mini jurusan nggak usah dijemput. Blok M. Tapi Poppi bener-bener nggak nyangka kalau pada jam-jam sekolah begini bis-bis pada *** penuh semua. Sarat dengan penumpang, yang bukan anak sekolah aja. Tapi kuli-kuli bangunan, Tapi usaha untuk membalas sakit hatinya tidak orang kantoran atau juga inem-inem yang mau ke kandas sampai di situ. Tak seperti biasanya, Poppi pasar. Poppi yang tak mau menanggung rekiso eh, menerima ajakan Fadly yang memang sering risiko terlambat, langsung saja menyetop metro- menggodanya. Nonton bersama, ke diskotik mini walau sarat dengan penumpang. Metro itu bersama; ke restoran mewah bersama. Kencan langsung berhenti. Sejenak Poppi terpana di dengan Fadly memang lebih enak. Dia lebih tempat. Gimana cara masuknya? Kok penuh banyak tau tentang tempat-tempat yang biasa banget? dikunjungi remaja. Yang sebelumnya nggak pernah dikunjungi Poppi. Tetapi tetap, Poppi "Ayo, Neng, .cepat! Kosong kok di dalam," rayu merasa ada yang kurang. Saban malam, dia masih kondektur itu sambil menarik-narik tangan Poppi. sering merasa sendiri lagi. Kebahagiaan itu Sementara di bangku belakang, sederetan anak memang hadir saat dia berjalan-jalan dengan muda bersorak-sorak menggodanya. Dia stil Fadly. Tetapi setelah itu, dia seperti dikembalikan cuwek. kepada dunianya yang sepi. Merasa sendiri lagi di waktu malam. Aneh, biasanya nggak begini kok. Poppi naik ke tangga. Dari belakang, kondektur yang kurang ajar itu mendorong-dorong dia. Dia bener-bener nggak bisa membohongi dirinya Memaksanya untuk masuk lebih ke dalam lagi. A- sendiri, kalau kadang-kadang saat malam telah duh . orang kok udah kayak sarden aja? Dijejel- larut-dia rindu pingin ketemu Lupus. Pingin jejelin. Mana atap metro itu rendah sekali. ngobrol-ngobrol dengannya. Pingin jalan-jalan Terpaksa Poppi berdiri sambil membungkuk. lagi menelusuri pusat pertokoan. Jalan sama Berbaur dengan keringat-keringat orang lainnya. Lupus banyak seninya. Dan ia keki banget, karena cowok-cowok yang kebagian duduk, nggak mau berdiri untuk
  • 15. Maka malam itu Poppi sudah nggak tahan lagi. "Lho, apa kamu anggap saya ini nggak punya Dia buat surat yang panjang sekali buat Lupus. rasio?" Menanyakan kebenaran gosipnya dengan anak- anak baru di kelas satu. a ya, Lupus sekarang "Punya, tapi ketutup emosi kamu. Coba aja kamu sudah naik ke kelas dua. pikir, mana sempat saya pacaran dengan gadis sebanyak itu. Sama kamu aja, saya udah sering *** kerepotan. Saya kan meski masih sampingan, udah kerja juga. Coba-coba belajar cari duit. Di suatu pagi yang dini, Lupus terlihat Hampir seluruh waktu luang saya tersita untuk menghampiri Poppi yang sendirian di kantin sepi. kerjaan saya di majalah. Wawancara, nulis berita, Anak-anak banyak yang belum datang. Memang - les Inggris, melukis, belum lagi kalau di kampung sudah diatur begitu kok, supaya suasananya lebih ada kondangan. Kan rugi sekali kalau enggak mesra. datang. "Hai, Pop, saya udah terima surat kamu. Hebat. "Jadi mana sempat? Dan semua itu saya lakukan Ternyata kamu berbakat jadi pengarang novelet," demi kamu., Demi masa depan saya...." sapa Lupus begitu dekat. Poppi membuang muka. Poppi jadi diam. Tapi toh belum puas, "Lalu, Tapi, oh God, dia rindu suara jelek Lupus itu. ngapain kamu setiap masuk sekolah sering ngeceng ke kelas-kelas satu heh? Pokoknya saya "Dan sekarang terbongkar bukan skandal-skandal minta PHK!" mu dengan para bintang-bintang baru itu? Iya?" sahut Poppi ketus. "Apa itu PHK?" "Hei, you have no right to say like that to me!" "Putus Hubungan Kekasih." Lupus jadi serius. "Aduh, Poppi, kamu kok sempit amat pikirannya? "0, yes I do!" Poppi nggak mau kalah, "Ngaku aja. Saya ke kelas satu itu juga dalam rangka tugas. Beritanya sudah menyebar kok. Kamu pacaran Kali ini saya mau nulis abis-abisan tentang posma sama artis Evita itu, sama anak kelas satu atau sekolah. Yang meski dilarang, tapi masih juga sama anaknya ibu kantin yang di Bandung. Iya, ada. Dan sebetulnya tujuannya kan baik. Buat kan? Apa sih yang kurang dari saya selama ini? menjalin keakraban, asal tidak disalahgunakan. Saya sudah cukup pengertian, cukup sabar, Itulah, makanya saya bolak-balik ke kelas satu. cukup... apa lagi ya?" Minta pendapat dari masing-masing mereka. Kamu ngerti kan sekarang?" "Cukup kasih sayang...." Poppi diam. "Ya, betul. Cukup kasih sayang. Terus apa lagi yang kamu tuntut, he?" "Sebetulnya saya sedih banget nggak ketemu- ketemu kamu. Apalagi saya tau kamu belakangan "Enggak ada. Saya nggak nuntut apa-apa kok. ini sering pergi sama Fadly. Iya, kan?" Lupus Cuma kamu lupa, pacaran itu juga harus pake berkata sedih. rasio dong. Pake pikiran yang matang. Kedewasaan." Kali ini Poppi benar-benar terharu. "Kamu cemburu ya, Pus?"
  • 16. "Iya. " sih SMA Merah Putih' itu? Kayak lembaga yang gimanaaa gitu. Mau masuk aja harus ikut PPS, "Lupus..., sebetulnya saya nggak mau begitu. Posma, Mapram, Mapras, Plonco, dsb, dst, dll.... Saya cuma cari kompensasi aja. Abis kamu juga sih gara-garanya. T api sekarang saya percaya kok Padahal pas udah jadi pelajar beneran juga belum sama kamu...," suara Poppi makin pelan. Dan temu serius belajar. Nggak terus jadi hebat, kuat mereka saling membisu. mental, tahan cobaan, dsb! Kebanyakan malesnya. Sekolah cuma buat formalitas, iseng-iseng Suasana haru itu terganggu ketika seorang gadis daripada nganggur. Numpang bercanda, nggosip, masuk ke kantin. Celingak-celinguk ke dalam. nampang, cari perhatian, nyombong... wah, Dan matanya bersinar ketika melihat Lupus. macem-macem deh. Iya, kan? Hayo, ngaku aja. "Eh, Kakak namanya Lupus ya?" sahut gadis itu Makanya, buat apa ikutan program tersebut? kemudian. Apalah artinya jika setelah itu kita masih bersikap Lupus mengangguk heran. childish. Kekanak-kanakan. Apa tujuan program itu diadakan! Jawaban dari mereka-mereka adalah "Aduh, dari tadi dicariin. Ini lho, ada titipan surat (sudah pasti) klise, "Begini, soalnya agar para dari Wida. Tau, kan? Yang anak kelas satu itu. siswa nantinya cinta pada sekolah 1m, mentalnya Katanya balesan surat Kakak yang kemarin....” kuat. Ini kan sebagai tes mental. Sebagai cobaan. Supaya begini agar nanti begitu...." Poppi langsung melotot ke arah Lupus. Gombal! "Eh, sabar, Pop. Sabar. Namanya juga orang usaha. .. kan boleh. Sabar dong kamunya. Siapa Ketahuilah bahwa tes mental yang sebenarnya ada tau isinya ditolak...." pada kehidupan yang sedang kita jalani. Bagaimana kita menghadapi segala cobaan yang Tapi Poppi langsung pergi meninggalkan Lupus. menerpa diri kita. Itu baru namanya tes mental! Tinggal Lupus yang kerepotan seharian merayu Bukan seperti Posma, Mapras, Plonco..., yang Poppi.. .. begini sih apaan. Norak! Yang ada di kegiatan tersebut cuma sandiwara belaka. Kepura-puraan yang nggak lucu. Permainan orang-orang frustrasi, gila hormat, gila perhatian, kompensasi 5. Ngritik Ni Ye... negatif..., pokoknya nggak sehat sama sekali. PPS, Posma, Plonco, Mapram, Mapras atau apa Apa sih yang mau ditunjukin oleh mereka-mereka kek namanya, persetan! sebagai panitia program tersebut? Memerintah ini dan itu, marah-marah, membentak-bentak orang Gini ya, sebetulnya saya masih nggak ngerti apa tanpa alasan yang jelas (pura-pura galak ni ye...). yang bisa ditarik dan didapat dari program kuno Emangnya main drama? Atau mungkin mereka norak tersebut. Coba apa? Apa hikmah pelajaran adalah para seniman gagal? Bisa jadi. yang didapat dari itu semua? Terus terang, saya antipati dengan yang begituan itu. Hanya orang- Tapi, apa nggak ada cara yang lebih manusiawi? orang yang bodo aja yang mau terjebak ikut Terutama kalau di universitas-universitas. Ih! Kan gituan' Beneran. Saya heran, kok ya selama ini ada penataran P4 sebagai gantinya itu semua. ada orang yang mau ngikut program gituan. Apa Jangan dikira orang-orang yang digojlok .itu
  • 17. nggak sakit hati, lho! Mereka kan juga manusia, Jika saja saya nantinya mengalami hal-hal seperti bukan robot. tersebut di atas dan untuk itu saya diberi sertifikat Posma/PPS, saya akan bakar kertas sialan itu. Ada juga yang bilang sebagai perkenalan antara para senior dengan murid baru. Kayaknya kalau Fortunately, I didn't have such a disgusting, cuma sebagai perkenalan nggak perlu pake miserable and useless thing. Because I didn't and guling-gulingan di tanah, push-up, muka I'll never participate in an uncivilized program for dicoreng-coreng kayak Hiawata (kalo nggak tau the rest of my life. Honest! (Yang masih susah Hiawata, Humpa-pa juga boleh!) menangkap arti kata-kata ini, atau emang nggak ngerti sama sekali, bunuh diri aja mendingan.:..) Demi Tuhan, dari kecil saya nggak punya cita-cita untuk diperlakukan seperti itu. Udah gitu seharian Sembilan dari sepuluh dokter yang saya minta lagi. Kadang sampai malam (katanya!). pendapatnya mengatakan bahwa Posma tidak baik dan sangat tidak sehat bagi perkembangan mental. Coba bayangkan, bagaimana kalau sampai ada Memperlemah daya hidup. Dengan kata lain, yang pingsan lalu koit. Mungkin saya terlalu hanya orang-orang idiot sajalah yang mau berlebihan dan emosional dalam melihat masalah mengikuti, dan hanya orang-orang yang ini, tapi bukan tak mungkin hal itu terjadi. berpenyakit jiwa sajalah yang terlibat sebagai Soalnya daya tahan orang kan nggak sama. panitia. Terutama yang cewek-cewek. Coba bayangkan, bagaimana perasaan orang tua mereka jika anak Bener. It's okay? Mudah-mudahan selebaran ini yang diharapkan untuk jadi 'orang', meninggal bisa jadi input buat kita. Agar mata hati kita jadi hanya gara-gara ikut Posma. Saya bukan terbuka. Abu Nidal. mengada-ada nih. Emang bener ada. Adda aja! Adalah bohong alias nonsense bahwa Posma itu *** untuk menambah keakraban antara para senior dengan siswa baru (sok akrab ah!). Kalau mau Itulah selebaran yang beredar tadi pagi. Ditempel akrab, kenapa nggak kenalan aja secara baik-baik di tembok-tembok, di papan pengumuman atau di dalam suasana damai dan bersahabat. Kan lebih kantin. Dan tentu saja para panitia Mapras seperti simpatik dan beradab, ya nggak? Percaya deh, ditempeli tai kodok wajahnya. Marah, malu, program 'pembantaian' itu sungguh nggak sehat. kesal. Tapi siapa yang mengedarkan selebaran Cuma menimbulkan rasa tak senang, rasa gelap itu? Yang meminjam nama teroris jebolan dendam, rasa permusuhan dan rasa-rasa antipati. PLO itu? Gila, penulis gelap itu benar-benar mau Pokoknya yang bersifat negatif. cari setori. Bayangkan, udah uang sekolah masuk SMA ini Bisa ditebak, Andang-lah yang paling mahal, ikut Posma (bayar uang formulir juga), kebingungan dengan beredarnya selebaran gelap disiksa.... Wah! Tapi kok pada nurut aja? Aneh tersebut. Soalnya, dia yang paling ambisius tapi nyata. Berontak dong! Kita kan di negara ini mengadakan program Mapras itu. punya hak untuk bersuara. Bebas. Merdeka. Hak - untuk tidak diperlakukan semena-mena. Sesuai Kemarin-kemarin, dia memang nampak (sok) dengan UUD '45 pasal 28 dan pasal 27 ayat 2 sibuk sekali ngurusin pembentukan panitia. Walau (Cie... hapal ni ye...). . bukan ketua OSIS, tapi semangatnya melebihi semangat kaum pejuang angkatan '45. Waktu ada rapat panitia, bicaranya berapi-api. Kayak uler naga.
  • 18. Makanya, kini dia bingung sekali. Dengan cepat, anak-anak senior tak punya izin dari kepala dia mengumpulkan para anak buahnya dalam sekolah. rapat gelap seusai sekolah. Makanya mereka sekarang kebingungan. . "Bagaimana ini? Semua bisa berantakan. Bagaimana mungkin kita bisa kecolongan kayak "Ayo dong, gimana jalan keluarnya. Apa kita gini. Kalian tau semua, pamflet itu sudah tersebar harus mencari siapa yang membuat dan ke mana-mana. Semua anak baru pasti sudah menyebarkan pamflet tersebut? Ayo dong. Ada membaca. Dan bagaimana kalau mereka pendapat nggak? Lupus, kamu kok dari tadi diem terpengaruh dan mengadakan aksi protes? Huh, melulu. Gimana nih wartawan kita...." sial. Pasti ada oknum yang nggak suka sama rencana kita bikin Mapras. Memang sih, kegiatan Lupus cuma menggaruk-garuk rambutnya dengan kayak begini nggak boleh lagi. Tapi yang males. Dia di samping ngantuk memang lagi sedih namanya tradisi nggak boleh hilang dong!" banget. Gara-gara di- PHK sama ceweknya, Andang nyerocos. Poppi. Jadi sama sekali nggak lagi mood untuk ngasih ide. Andang pun melemparkan pertanyaan Teman-temannya cuma manggut-manggut aja. kepada anak lainnya. Di situ ada Irvan, Boim playboy duren tiga, Andy, Roni, bahkan Ruri Lupus juga. Lagi nggak interes sama kicauan biang gosip yang cerewet. Tumben, kali ini Ruri Andang. Dia ngamuk berat. Ini kan jamnya orang nggak banyak omong. Mungkin lagi sakit gigi. tidur siang. Mending kalau rapatnya ada Tapi kompensasinya jadi kentut melulu. Sudah konsumsi. Huh! tiga anak jadi korban, dan pindah tempat duduk. Nggak mau dekat-dekat dia lagi. Tapi kamu nggak tau masalahnya, ya? Gini. Si Andang, dengan rekomendasi dari ketua OSIS Rapat pun semakin ramai ketika ketua OSIS terpilih jadi ketua program Mapras. Kegiatan ini muncul. Anak-anak lain juga mulai berdatangan. sendiri secara tertulis sebetulnya tidak boleh. Pun Membahas kemungkinan siapa yang membuat di universitas-universitas. Diganti dengan yang pamflet itu. Membahas jalan keluar yang lebih mendidik, seperti P4, kebersihan kelas, dan ditempuh. Ketika mereka saling berdebat, Lupus sebagainya! Tapi, seperti biasa, apa yang tertulis jadi suntuk. Secara diam-diam dia menyelinap tidak selalu cocok dengan kenyataannya. Apalagi keluar. SMA Merah Putih ini bukan sekolah negeri. Jadi peraturan bisa sedikit lain dengan negeri. Dan Dia memang kurang suka acara begituan. Mapras itu sudah mentradisi di setiap tahun ajaran Mending jajan, terus pulang. baru. Nggak berat sih, nggak kayak di universitas swasta. Tapi ya yang namanya Mapras, tetap saja *** nyebelin. Jadi nggak adil dong kalau tahun ini program gelap itu ditiadakan. Makanya anak-anak Sampai keesokan harinya, mereka para senior kelas dua dan tiga ngotot mau mengadakan belum menemukan jalan keluar yang baik. Juga Mapras. Sedangkan guru-guru cuma angkat bahu siapa penulis selebaran gelap itu. Meski sudah saja, memaklumi acara yang sudah mentradisi ini. dipastikan ada dua kemungkinan; anak baru atau justru seorang senior yang nggak setuju Tapi kalau anak-anak kelas satunya berontak, diadakannya acara tersebut. berarti mengancam kelangsungan jalannya kegiatan tersebut. Beneran. Soalnya secara resmi, Cuma Lupus yang kelihatan tak peduli.
  • 19. Ketika bel istirahat, dia duduk sendirian di malam hari. Dan sekaligus memudahkan saya belakang kantin. Menikmati bihun goreng yang mencari rumahmu. dibungkus daun. Secara iseng membaca selebaran yang konon membuat heboh itu. Sebagian "Ngomong-ngomong, jago juga Inggris-mu. memang sudah dirobek, tapi secara misterius bisa Belajar di mana? Pernah ke luar negeri, ya?" muncul kembali. tanya Lupus panjang lebar. Lupus membaca dengan saksama. Hm, boleh Rina tak menjawab. Dia masih tampak ketakutan. juga, gumamnya. Tapi tiba-tiba dia menemukan sesuatu. Sesuatu yang mungkin bisa mengungkap "Tap... tapi, Kak, saya tidak... eh, maksud saya, kan rahasia si penulis gelap tersebut. Ini pasti saya cuma melampiaskan rasa kesal saya. Saya bikinan anak baru. Yang nggak setuju diadakan benci sekali acara mapras-maprasan seperti itu." Mapras. Karena di beberapa bagian, dia menyebutkan bahwa dia belum pernah mengikuti "Kenapa?" Mapras. Dan meski tampak berusaha menghilangkan identitas, emosinya menunjukkan Dia tak segera menjawab. Seperti menimbang- emosi seorang cewek. Ditambah beberapa kalimat nimbang dulu. Lupus tetap menunggu. berbahasa Inggris yang kelihatan nge-prof. Aha, dengan data-data ini masak nggak bisa "Karena Kakak saya. Dia cedera waktu ikut menemukan siapa penulisnya? Mapras di universitasnya. Ketika itu dia disuruh membawa balon gas yang banyak ke atas gedung *** untuk dilepaskan. Tiba-tiba ada seorang panitia yang merokok. Apinya mengenai balon tersebut. Lupus sama sekali tak mengira kalau yang Seketika meledak. Wajah kakak saya terbakar. namanya Rina itu orangnya kecil, lembut dan Terpaksa dirawat di rumah sakit. Siapa yang ehm, manis. Anak itu begitu pucat dan ketakutan menanggung risiko kalau begini?" ketika sadar bahwa rahasianya telah terbongkar. Lupus tercekat. Dia melihat mata Rina berair. "Nggak sulit, tadinya cuma menebak aja. Saya melihat ada tiga petunjuk. Pamflet itu Dia sendiri sebetulnya kurang suka pada acara menunjukkan kelincahan, emosi, dan kemampuan tersebut. Apalagi kalau mendengar cerita-cerita berbahasa Inggris si penulis. Tak banyak yang orang lain yang tampak sadis. Pantas saja Rina memiliki tiga kelebihan seperti itu. Maka saya begitu menentang mapras di SMA Merah Putih. pergi ke kantor administrasi sekolah. Melihat semua data anak kelas satu. Kamu mungkin ingat, "Tapi kamu lupa, Rin, itu kan di universitas. Dan ketika baru masuk sekolah setiap siswa kini juga mulai dilarang kalau sampai keterlaluan. diharuskan menyerahkan biografi singkat beserta Itu juga bukan disengaja. Nah, untuk SMA kita, prestasi yang pernah diraih, untuk memudahkan nggak terlalu berat kok. Paling membersihkan penyaluran pelajaran ekstrakurikuler. Iya, kan? halaman, kelas, dan-yeah, dibentak-bentak sedikit. Dan di situ saya membaca namamu. Rina. Kamu tau, Rin, masa-masa perkenalan sekolah itu Prestasi: juara mengarang berbahasa Inggris yang adalah masa yang paling berkesan buat kita, diadakan oleh UNICEF. Nah, klop sudah. Hanya sebagai remaja. Saat kita merasa senasib, nggak kamu yang memenuhi tiga petunjuk itu. Ditambah beda kaya atau miskin. Sama-sama dicabut lagi alamat rumahmu dekat dengan sekolah. Itu haknya. Pokoknya berkesan deh, meski kalau memudahkan kamu untuk menempel pamflet di disuruh mengulangi... wah. Amit-amit. Ogah. Saya juga tadinya benci sekali. Tapi pas malam
  • 20. terakhir, di mana kita semua bikin acara ke luar Semua menyanyikan lagu Auld Lang Syne. kota, wah- rasanya terharu sekali. Rugi deh, kalau nggak pernah ngerasain." Tapi sebetulnya lagu itu lebih pantas Lupus nyanyikan untuk Poppi, bukan untuk Rina. Dan Dan beberapa hari kemudian, Mapras itu sendiri kayaknya sekarang sudah jelas, apa arti Mapras tetap dilaksanakan. Kep-sek berbaik hati bagi mereka semua. Ya, apa lagi sih kalo bukan menurunkan izin resminya, sehingga anak-anak cari jodoh. He he he.... kelas satu mau nggak mau harus ikut. Tentu saja Lupus tetap merahasiakan identitas Rina, sehingga ketika Mapras itu berlangsung, para panitia sudah melupakan selebaran tersebut. 6. Permen. Karet Lupus kini sedang sibuk mencari-cari Rina di PERNAH sakit gigi? antara para siswa baru yang dikuncir lima rambutnya. Maksudnya, siswa cewek, gitu. Semua Kalau mau tau rasanya, tanya aja sama Lupus. siswa baru itu sedang mendapat tugas meminta Sekarang ini dia lagi uring-uringan banget nggak tanda tangan para senior sebanyak-banyaknya. bisa tidur gara-gara sakit gigi. Rasanya, Tentu saja para senior jadi serasa bintang film ngujubileh! Senut-senut kayak disetrum listrik ngetop, dikejar-kejar untuk dimintai tanda tangan. ribuan watt. Kalau disuruh milih, Lupus lebih mau sakit hati daripada sakit gigi. Kalau sakit hati kan Hm, Rina bener juga. Anak-anak senior memang setidak-tidaknya bisa cuwek. Nggak usah lagi pada norak. Apalagi Boim. Dengan dipikirin, walau hatinya dongkol. Tapi kalau sakit kampungannya dia menyuruh setiap siswa baru gigi? Gimana bisa cuwek? Tidur aja nggak bisa. merayunya untuk mendapatkan satu tanda tangan. Padahal segala macam obat sudah dicoba. Dari ramuan tradisional macam minum air garam, "Lupuuuus..." panggilan nyaring di kejauhan menetesi gigi dengan getah daun kemboja, sampai mengagetkannya. Lupus menoleh, eh... itu dia si minum antibiotika, tetap aja terasa sakit. Rina. Berlari-lari kecil ke arahnya sambil tertawa senang. Dasar penyakit nggak tau diri. Padahal kan ini sda leat jam dua belas malam. Waktunya orang lain "Trims ya, kamu nggak ngadu soal selebaran itu. tertidur nyenyak. Mbok ya ditunda dulu Bayangin aja kalau para senior tau. Wah, saya dilanjutkan besok pagi. Kasihan kan si Lupus bakalan dikerjain. O ya, minta tanda tangannya nggak bisa tidur. Mana besok pagi ada ulangan dong, Kak Lupus." lagi. Lupus tersenyum sambil memberikan sepuluh Tapi Lupus memang bandel juga sih. Kebanyakan tanda tangan di buku Rina. makan permen karet atau makanan yang manis- manis lainnya. Makanya nggak heran kalau Dan ketika Mapras berakhir, semua siswa baru giginya jelek banget. Pada bolong-bolong. (Tapi berkumpul membentuk lingkaran api unggun. nggak kuning, lho. Dia cukup rajin gosok gigi Udara malam dingin menggigit. Tapi kehangatan kok. Sehari tiga kali.) menyelimuti masing-masing siswa. Irvan, tampak lengket dengan salah satu siswa baru. Boim juga Sebetulnya tadi siang, waktu Lupus mengeluh begitu. Apalagi Andang. Wih, mesra. Maka nggak terus karena sakit gigi, ibunya sudah menyuruh ke salah kalau Lupus pun berdiri berdekatan dengan dokter gigi. Tapi Lupus ogah. Dia paling alergi Rina. pergi ke dokter. Ngeri ngeliat alat kedokteran
  • 21. yang tajem-tajem. "Serasa menyerahkan diri "Iya. Waktu itu dia langsung ngirim surat sama untuk dibantai!" tolaknya. Reagan. Isinya singkat, 'Ngebom ni ye...' " Dan akibatnya sekarang? Semaleman dipaksa Lupus jadi setengah mati menahan senyum. begadang. Rasanya pingin banget dia teriak keras- keras. Habis keki, kok yang lain bisa-bisanya Tapi malamnya dia benar-benar kapok. Dan tertidur lelap. Apalagi si Lulu, adiknya. bersumpah akan ke dokter gigi besok pagi. Ngoroknya terdengar saingan dengan suara Whatever will be, will be. Mau dicabut kek, dibor kodok-kodok di luar. Sinkron banget. Seolah ek, atau. skadar dikritik, '0, Lupus, betapa ngeledek Lupus. Hampir-hampir aja Lupus punya Jeleknya gigimu....' Terserah! niat jahat membunyikan weker antiknya yang bisa ngebangunin orang sekelurahan. Biar pada ikutan Dan besoknya, pagi-pagi, dia sudah nongkrong di bangun. rumah sakit. Di poliklinik gigi. Menunggu dengan pasrah sampai seorang suster memanggil namanya Besoknya, Lupus belum mau ke dokter. Dia masih dan menyuruh masuk. berharap rasa sakitnya akan hilang sendiri. "Silakan lho, jangan malu-malu...," kata suster itu "Kan sesuatu itu nggak ada yang abadi...," genit. kilahnya. Tapi sampai sepulang sekolah, penyakit itu masih betah mengidap di giginya yang kecil - Lupus mencibir sewot. kecil. Dan di dalam, dia diinterogasi dengan pertanyaan- "Mungkin kamu jarang sikat gigi...,” cetus Boim pertanyaan norak. Seperti, 'Sering sikat gigi?'; kala mereka barengan pulang sekolah. 'Punya sikat gigi berapa di rumah?'; 'Odolnya pake merek apa?', Apa suka gosok gigi pake batu "Enak aja nuduh! Kamu barangkali yang kayak bata?'; and so on. gitu...!" sahut Lupus kesal. Sampai akhirnya, "Oke deh, saya periksa gigi Di rumah, Lulu juga berbaik hati menghiburnya. kamu. Silakan duduk di kursi periksa itu." Coba-coba cerita yang lucu-lucu. Tapi Lupus nggak ketawa sedikit pun. Lupus nurut. Dan sempat bergidik melihat alat- alat pembantai yang berjejer di hadapannya. "Jangan coba-coba ngelucu ya, di kala orang lain Sementara dokter cewek itu memakai penutup kesusahan! Nggak bakalan sukses!" bentak Lupus hidung (itu lho, kayak orang mau dioperasi), dan sewot. menyiapkan alat-alat pemeriksa dibantu oleh suster. Lupus jadi rada tersinggung. Dikata "Siapa bilang? Kamu aja yang nggak punya sense mulutnya bau banget apa, sampe perlu pakai tutup of humor yang tinggi. Khadafi aja waktu hidung segala. negaranya dibom Amerika sempet- ngelawak juga. Nggak kayak kamu, baru sakit segitu aja Dokter itu lalu menyuruh Lupus membuka mulut bingungnya kayak orang kebakaran jenggot...." lebar-lebar. Lupus mengernyitkan alisnya. "Kok kamu tau? "Ck, ck, ck..., giginya jelek amat? Kamu pasti Baca di mana?" suka makan makanan yang manis-manis, ya?"
  • 22. Lupus sudah mengira bakalan dikritik begitu. "Hah? Cewek?" Lupus langsung melompat turun. Makanya dia tabah. "Kok nggak bilang dari tadi? Kece nggak?" "Ya, Dokter. Saya suka sekali makan permen "Liat aja sendiri. Ogut mau mandi." karet, coklat." Lupus langsung nyerobot ke kamar mandi. Cuci "Kayak anak kecil aja. Makanya giginya pada muka dulu dan sikat gigi bersih-bersih. Lalu - bolong-bolong begini. Kenapa sih kamu suka berjalan ke depan. yang manis-manis ?" "Eh, kamu. Kok tumben datang?" sapa Lupus "Kan biar tambah manis.... " begitu melihat Rina duduk termalu-malu di teras rumah. Dokter itu ketawa ngakak. "Iya. Eng... saya abis dari rumah sodara di ujung "Oke deh. Sekarang siap-siap aja. Giginya mau gang sana. Kebetulan lewat sini. Jadi ya mampir saya tambal. Soalnya kalau terasa sakit, nggak aja. Saya juga nggak bisa lama, kok. Ditungguin boleh dicabut. Lagian, selama masih bisa Mama. Saya cuma mau ngasih bingkisan ini. Buat diselamatkan nggak usah dicabut dulu. Jadi tahan kamu. Mau, kan?" aja. Nggak sakit kok. Paling cuma ngilu sedikit. Siap?" "Buat saya?" Lupus terheran-heran menerima bungkusan itu. Lupus langsung menutup matanya rapat-rapat. "Iya. Y uk deh, saya pulang dulu...." *** "Eh, tunggu. Eng, kok cepet-cepet banget?" Siang itu Lupus lagi tertidur dengan nyenyaknya, ketika Lulu membangunkan. "Abis ditungguin. sih. Sampe ketemu deh di sekolah. Yuk!" "Bangun, Pus, itu ada temen kamu di depan." "O... iya deh. Makasih banyak, ya?" "Aaaah, siapa sih? Tamu kok nggak tau waktu. Ini kan saatnya tidur siang.... Suruh pulang aja deh. Rina tersenyum malu, lalu gadis kecil itu berlari Saya ngantuk banget...," keluh Lupus malas. ke arah mobil yang berhenti di depan. Sesaat sebelum pergi, dia melambaikan tangannya. Dia memang sudah dua hari ini kurang tidur. Lupus membalas dengan senyumnya yang lebar. Sekarang giliran bisa tidur, dibangunin. Mimpi apa ya dia? "Apa-apaan sih kamu? Kayak artis aja." Lupus segera membuka bingkisannya. Ada secarik kertas yang jatuh. Berwarna biru muda. "Tapi salahnya sendiri datang pada Jam tidur.... " Warna favorit Lupus. Lupus segera memungutnya, dan membaca. "Jam tidur? Sekarang sudah setengah lima, tau! Udah sore. Sana cepet temuin. Kasian kan datang "Buat Kak Lupus, dari jauh. Cewek lagi...." Kebetulan tadi saya jalan-jalan di pasar swalayan, dan saya melihat sekotak permen karet
  • 23. dalam kemasan yang manis terpampang di sana. luar memang sedang turun hujan (nenek-nenek Saya jadi ingat kamu. Kamu yang suka mengulum juga tau!). Dan air menggenang di mana-mana. Di permen karet kalau pulang sekolah. Makanya, lapangan olahraga, di dekat perpustakaan, dan saya ingin sekali membelikannya untuk kamu. yang paling gila-gilaan di bak WC sekolah. Di Supaya kamu senang. sana penuh sekali. Sekarang permen karet itu sudah berada di Juga di jalanan kecil menuju jalan besar. Air got tanganmu. Untuk sekadar nyenengin saya, mau sudah melimpah ke jalanan. Banjir. Padahal hujan kan kamu memakannya? Sampai abis juga boleh. turun belum lama. Dan tadi pagi, waktu Lupus Nanti saya kasih lagi deh. berangkat sekolah, cuaca belum nampak mendung. Masih cerah. Tapi kini, air menggenang Salam manis, di mana-mana. Rina. " Betapa suburnya alam Indonesia. Lupus nggak tau harus ngomong apa. Mau senang Tapi Lupus tidak bersyukur. Karena dia terpaksa atau, malah sebel. Senangnya karena dia memang harus menanti hujan reda, untuk dapat pulang naksir si Rina waktu Mapras kemarin itu. tanpa kehujanan. Bikin kesel aja. Tapi apa boleh Sebelnya, ya... kamu kan tau sendiri, saat ini dia buat? Terpaksa dia dengan sabarnya bersandar di baru sembuh dari sakit gigi. Masak disuruh makan dinding sekolah. Sambil mengulum permen karet permen karet? Satu kotak, lagi. yang rasanya udah ngujubileh pait. Tapi siapa sih yang bisa mengukur kekuatan Habis bayangin aja, sudah satu jam lebih dia cinta? Apalagi cinta yang baru saja tumbuh. Maka mengulum, belum dibuang-buang juga. Soalnya tanpa berpikir panjang, sore itu dia asyik dia memang lagi krisis ekonomi. Duitnya kini mengulum permen karet lagi. Demi menebus cuma cukup untuk ongkos pulang. Mana perut dosa, karena dia telah keduluan Rina dalam lapar, lagi. menyatakan perasaannya. Dan juga supaya Rina nggak kecewa. Dia sama sekali nggak peduli Sementara teman-temannya yang lain ada yang sama nasihat dokter untuk tidak memakan permen masih asyik di kantin. Makan bakso hangat sambil karet lagi. menunggu hujan reda. Ada juga yang masih asyik di kelas. Sibuk dengan pe-er yang ditugaskan buat Dan malamnya, sekali lagi Lupus nggak bisa besok. Tapi tak banyak. Kebanyakan dari anak- tidur. Giginya kumat lagi. Senut-senut kayak anak SMA Merah Putih sudah pada pulang. kesetrum. Tapi Lupus nggak sedih lagi. Sebab kali Dijemput atau pakai kendaraan yang biasa mereka ini, meski nggak bisa tidur, ada yang bisa bawa. Ada juga yang nekat hujan-hujanan. dipikirin. Lupus tidak termasuk yang mana-mana. Tidak Dan kadang, sakit gigi itu enak juga lho.... juga yang nekat melawan hujan. Bukannya takut sakit, tetapi dia sedang membawa pulang tugas gambar yang akan dikumpulkan besok. Kalau sampai basah kan nggak lucu juga. Soalnya tadi 7. Ketika Hujan Turun Lagi aja dia mati-matian ngerjainnya. Memproyeksikan berbagai bentuk bidang, kayak arsitektur CUACA di luar gelap. Angin bertiup kencang. Ini amatiran. Makanya Lupus nggak mau gambarnya menandakan sudah tiba musim hujan. Karena di basah.
  • 24. "Halo, Pus, nggak pulang?" tiba-tiba si Boim Boim manggut-manggut. Lalu dengan langkah hadir di depannya. Lupus menggeleng. bak panglima perang, dia berjalan menerjang hujan, menuju sang ratu Svida berteduh. "Kenapa? Takut kehujanan? Hu... sama aer aja Meninggalkan Lupus yang bersandar sendirian takut. Kalau mau jadi seorang yang penuh lagi. Dan dia sempat menangkap bayangan yang kharisma kayak saya ini, hal-hal sepele begini tak menatapnya lewat balik kaca Corona biru tua akan menjadi halangan. Apa kamu takut kalau yang perlahan lewat di depannya. Poppi. Lupus kehujanan nanti rambut kamu jadi basah? Nggak segera tersenyum lucu. Tapi eks ceweknya itu bisa nge-duran-duran kayak gitu lagi? Itulah, segera membuang muka. Ya, nasib! Lupus pun kalau ketampanan yang kauperoleh bukan langsung membuang pandangan pada anak-anak ketampanan alami kayak saya. Biar kebasahan, kecil yang asyik bermain bola di lapangan becek rambut kucluk begini, tetap aja kece. Iya nggak? di luar pekarangan sekolah. Lihat, saya berani menentang badai sekalipun!" sahut Boim sambil dengan mantap berjalan ke Semen tara hujan kian deras. arah hujan. "H'ai, Lupus! Tak adakah keinginan di hatimu ".:..Dan kau tau, Pus," tambah Boim lagi, “Boim - untuk meninggalkan tempat yang menjemukan sebagai playboy paling top sejagat - tau betul ini?" tiba-tiba terdengar suara cempreng dari bagaimana cara menarik perhatian cewek. kamu sampingnya. Lupus kaget setengah mati. Tapi lihat Svida yang berteduh dekat warung nasi di tanpa menoleh pun, dia tau siapa kali ini yang sana itu? Nah, ini saat yang tepat untuk datang. Siapa lagi kalau bukan Gusur, seniman mengalahkan hatinya yang sekeras karang. Sebab kesasar anak bahasa itu ? Yang kalo ngomong sebenarnya di dalam tasku ada payung. Nah, selalu sok nyastra. Biar dikata kayak Rendra. Ya, kamu nggak nyangka, kan? Tapi, biarlah saya dia memang rendramania sekali. Ke mana-mana tidak pakai payung itu. Saya akan khusus selalu bawa tas koper yang isinya penuh puisi- membawakan untuk Svida. Dia pasti terharu puisi ciptaannya yang katanya akan laku sekali melihat pengorbanan saya. Basah-basahan dipublikasikan sekian abad kemudian. "Soalnya demi membela dia supaya enggak kehujanan. puisi-puisi saya adalah puisi yang jauh melangkah ke depan. Yang baru bisa dinikmati oleh orang- "Dan kamu tau, Pus," kali ini bicaranya jadi orang masa depan," kilahnya suatu ketika, tetap mendadak pelan, Sambil mendekatkan membawa koper. moncongnya ke telinga Lupus. Buset baunya! Teman-temannya banyak yang bilang dia itu Dipandangnya Lupus lekat-lekat. "Seorang cewek seniman gagal. T api nggak juga tuh. Dia ternyata biasanya berprinsip lebih baik pacaran dengan cukup sukses juga. Buktinya setiap ada perayaan cowok yang mencintainya, walau ia sendiri hari besar, dia selalu dipanggil tampil ke depan sebenarnya tidak mencintai cowok itu. Dan untuk membacakan puisi karyaI1ya. Kalau sudah cowok, lebih baik mencintai cewek yang ia cintai, begitu, kardus-kardus bekas teh botol dan kalau cewek itu tidak mencintainya. Nah, prinsip pembungkus makanan pada berseliweran di udara. itu yang saya terapkan saat ini. Sebagai konsep Menyemarakkan suasana. Tinggal Gusurnya yang ke-playboy-an saya. That's true. That's love! sibuk tunggang-langgang ke balik panggung. Kamu setuju pada pendapat itu?" Berlagak mau ke wc. "Setuju,” sahut Lupus mantap. "Saya juga lebih Yang lucu lagi, dia tuh orangnya suka sok akrab. baik pacaran dengan cewek yang saya cintai, Kalau lagi jalan (biasanya suka terbungkuk- walau cewek itu mencintai saya mati-matian!" bungkuk dan terbatuk-batuk), dia dengan sok
  • 25. akrabnya menyapa setiap orang yang dia jumpai. Borg dan dipakai di kepala. (Tau, kan? Kalau Menurutnya, setiap orang yang dijumpai adalah nggak tau berarti kamu lebih norak dari si Gusur.) para penggemarnya. Perutnya juga rada gendut (katanya biar lebih mirip Rendra), kadang Udah gitu, payungnya warna full-color lagi. menyebabkan ritsluiting celananya sulit tertutup Merah, kuning, ijo, biru, pink. Warna-warna yang rapi. Sehingga nggak jarang udelnya piknik ke menyolok. mana-mana. Wah, kentara sekali noraknya. Wong sekolah kok Di rumahnya dia juga jarang pake baju. Sering sempat-sempatnya bawa payung kayak gitu., Biar ber-tarsan-ria. 'Biar dibilang seksi, ya? Dan kini, top kali! Tapi barangkali aja sebagai seniman, dia makhluk ajaib ini sudah berada di sampingnya. punya indra keenam. Punya inner feeling. Lha buktinya, kok tau-taunya sih bakal turun hujan. "Hayolah, Pus, berlalu. Kupikir badai prahara ini Pake siap bawa payung topi segala ke sekolah. kan lama menyelimuti!" bujuknya lagi. Tapi Lupus diam saja. Cuwek malah. Dan Gusur makin Selanjutnya, karena bujukannya terhadap Lupus gigih. nggak digubris sedikit pun, lama-lama dia sebel sendiri. Dengan judes, dia membuang muka, "Lihatlah halimun hitam di sana," katanya lagi menghindar delikan sewot dari Lupus. Lalu dengan gaya bak Gatotkaca hendak terbang. "Ia akhirnya pulang sendirian. Wah, lagaknya. Pake akan datang lagi dengan selaksa ancamannya!" ngingsot segala. Padahal di depan banjir sudah mulai meninggi. Semata kaki. Tapi sebelum Lupus makin cuwek. Dia berlagak buang muka. makhluk itu berlalu, sempet juga ia berkicau. Berlagak asyik memandangi anak-anak yang Masih tetap nyastra. "Tak kumengerti, apa yang bermain bola. Tapi matanya tetap mengerling. membuatmu terpaku di situ. Atau kau takut? Dan seniman ini terus ngocol. Tetap nyastra. Ketahuilah, ketakutan adalah belenggu diri yang "Wahai, Lupus, ketahuilah, jarum-jarum hujan menyesatkan. Karena itu, Pus, bukan salahku yang jatuh adalah irama alam semesta. Ia andai dikau kutinggalkan. Kita berdiri di dunia mengajakmu berdansa." (Waktu ngomong begini, kita masing-masing. Kau pengecut, aku berani. si Gusur turun berputar-putar seperti orang balet. Selamat tinggal, Lupus, hujan telah memanggilku Bisa dibayangin sendiri deh, gimana orang yang dengan iramanya yang sangat merdu. O, rinai bulat begitu ber-balet-ria. Lupus setengah mati hujan, 'ku rindu lumat dalam dekapmu!" ujarnya. menahan senyum. "Maka, mari kita berlalu. Basah tak jadi apa. Daripada di sini sendiri disiksa Kemudian dia sendiri semakin jauh. Berjalan berjuta derita. Dingin, resah, dan di dalam tanpa kerepotan meski kostum yang dikenakan perutmu cacing-cacing protes menuntut haknya nampak complicated sekali. Tingkahnya seperti (lapar, maksudnya!)." biasa. Terbungkuk-bungkuk. Sementara bibirnya tetap monyong. Habis sial-siul terus sih. Lupus jadi mendelik sewot. Dikata cacingan apa? Kini Lupus sendiri lagi. Makin segen pulang Saat mendelik itu dia baru sadar bahwa makhluk walau hujan mulai sedikit mereda. Perutnya yang membujuk Lupus untuk pulang aja meski semakin melilit dengan dingin yang menggigit. hujan, nampak begitu aneh. Pakaiannya itu lho - lengkap banget. Jas anti aer, lengkap dengan "Hai, Lupus, belum pulang?" Kali ini ada suara payung kecil yang sekaligus topi. Itu lho, yang lembut menyapa. Lupus menoleh. N ah, ini! Ini biasa dipakai pedagang kaki lima kalau lagi baru teman yang menyenangkan, batin Lupus kepanasan. Yang ada head-bandnya ala Bjorn ketika melihat Anggi yang datang.