SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Batam Pos 
Minggu, 08 Juli 2007 
Dongeng Penunggu Surau 
Cerpen: Mahmudi Arif D 
Adzan menyilet. Menyapa pintu-pintu. Menembus daun trembesi, ladang, lembah-lembah, 
orang-orang sibuk. Dan para petani itu. Perempuan-perempuan di kali, penyabit rumput, 
menyusui anak. Ada matahari terik. Ada lesung ditalu, bertalu-talu; suara paku dipalu 
pertanda kerja, sapi-sapi dihalu para gembala. Tertawa. Gembira. 
”Gusti,?” Muadzin Ali mendehem. Menatap Imam Mathori takjub, memandang jendela. 
Menunggu sesuatu.”Tak ada yang datang. Apakah speaker di surau ini kurang keras 
memanggil mereka, Ali?” 
?Musim tanam selalu membuat seluruh kampung sibuk. Seperti biasa. Lelaki dan 
perempuan. Bahkan anak-anak. Jangankan surau, bahkan sekolah selalu kosong. Maaf, 
Guru Brojol yang menceritakan hal itu kemarin sore.” jawab Ali. 
Jadi sunyi. Lalu Imam Mathori terpaksa tertawa, lantas murung. Ada gurat tak jelas ketika 
ia meludahkan dahak keras keluar jendela, “Bahkan tak ada waktu untuk Tuhan. Begitu 
katanya” 
Muadzin Ali mengangguk, tersentak.”Barangkali musim panen mereka akan ingat. Kita 
hanya bisa berharap, bukan begitu?” 
”Selalu,” Imam Mathori mengusap muka, menegaskan, “Adzan sekali lagi, Ali! Waktu 
sudah hampir habis” 
Suara Ali memanggil, suara adzan menembus atap menyayat dan berirama. Kembali 
lantang. Menuju lembah, sawah, menyeruak rumah-rumah, jendela-jendela: menyapa 
orang-orang yang tetap sibuk bekerja. Anak-anak ribut-riuh berkeliaran tanpa dosa di 
pematang. Perempuan-perempuan bebal menenteng rantang makanan suami, ayah, buyut, 
saudara. Orang hidup harus kerja. Harus makan. Lenguh sapi dipanggang matahari, 
menapak kaki-kaki basah di tanah, penuh lumpuh, harapan, penuh nyanyian, gairah hidup. 
Makan! Hidup! 
Sedang Imam Mathori berdiri sunyi di mimbar menyampaikan khotbah Jumat dengan 
setumpuk kisah tentang dosa. Tentang dunia, akherat dan neraka. Tak ada yang mendengar. 
Hanya Ali lantas dua orang lelaki udzur tertatih datang di pintu masuk: Dialah Lebai Otok 
Sukatno Gendut dan Wak Haji Besut. Hanya itu. Dua jamaah tua paling rajin, yang berobat 
pada beberapa bulan terakhir, tetapi nyaris selalu datang di surau paling akhir. Tak apa. 
Khusnul khatimah lebih baik, begitu agama ini mengajarkan. Pelan-pelan. Tak ada pilihan, 
bukankah begitu? Ini bukan jaman khalifah Umar, juga tidak hidup di cengkraman dua 
belas Imam kewibawaan Khomaeni. Bahkan Imam Mathori berkali menyeru, gagal, tak 
bisa memaksa. Setiap manusia punya pilihan sendiri, Tuhan tak akan merubah suatu kaum 
tanpa di berkehendak. Jadi tak apa. Begitu. Imam Mathori jadi sedih. 
Khotbah diakhiri, menantang langit-langit, menutup mulut lewat doa: “Kita berdoa untuk 
saudara-saudara kita. Amin?” 
Sembahyang wajib dua rakaat. Sunyi. Di luar cangkul-cangkul masih didentangkan, pecut 
sapi-sapi berteriak minta dirumputkan. Keringat tumpah. Tertawa, bekerja, dan bernyanyi. 
Jam satu siang memandang angkasa. Saatnya perut manusia diisi tiwul, gaplek, nasi. Wajib. 
Manusia pasti mati jika tak makan. Demi Tuhan! Para perempuan itu, para lelaki, anak-anak 
mengunyah-mengunyah mulut. Berkeciplak-keciplak. Bersama-sama sapi, tentu.
Kambing itu. Ayam-ayam kapung. Juga bebek. Tikus, ular sawah. Sedang Tuhan, 
dimanakah Tuhan? Lalu apa bedanya kambing, sapi, bebek, ayam, tikus-kecoak dan 
mereka.Tak usah peduli. 
*** 
Empat bulan Gusti Allah dengan mudah menumbuhkan biji yang ditebar dengan 
menganugerahkan air, angin, matahari dan tanah; mengatur kesuburan hingga aroma padi 
kuning dalam keharuman membentang. Saat panen tiba. Empat bulan orang-orang 
kampong letih menunggu. Datang pagi banting tulang, pulang tidur mengangkang. Ngorok. 
Dan sebagian bikin anak. Selalu begitu. Dan Muadzin Ali, pada saat semacam itu, terlihat 
bercahaya di muka surau. Yaitu pada Jumat ke sekian, entah. Di tepi Rumah Tuhan yang 
selalu sepi. Menunggu jamaah. Seperti biasa. 
”Lihatlah, Tuhan begitu baik melimpahkan keberuntungan. Panen raya! Padi-padi gembrot, 
padi harum, padi mentiung, di tanah subur!” Muadzin Ali berteriak, menyalami Imam 
Mathori yang datang kemudian. Keduanya tersenyum, haru. Menatap lembah, jauh 
berkelok, samping ke ujung kampung. Dan angin yang silir. Betapa tentram. 
”Kalau begitu, panggilah mereka, Ali. Hari Jumat, saatnya sembahyang,” Imam Mathori 
menukas. 
”Mereka harus bersyukur. Wajib bersyukur. Adzanlah dengan baik, seperti Bilal di zaman 
Rasulullah. Segera Ali! Aku sudah tak sabar melihat surau ini penuh. Ratusan jamaah! 
Keraskan volume speaker sampai habis. Mudah-mudahan kali ini mereka tergerak. Toh 
panen raya telah tiba.” Panen yang subur, di tanah yang gembur, pada rezeki mereka yang 
makmur! Ya Allah.? 
Berjingkat Muadzin Ali berbenah. 
Seperhentak kemudian suaranya lantang menyilet langit. Memekik. Gemetar ia dalam 
syukur dan takzim. Sedang Imam Mathori tetap berdiri di pintu. Dari jauh, lamat langkah 
dua orang tertatih-tatih masuk: Lebai Otok Sukatno Gendut dan Wak Haji Besut. 
”Alhamdulillah, ke marilah! Dua hamba Allah. Kalian orang yang pertama memenuhi 
panggilan muadzin. Beruntunglah. Hei di mana yang lain?” Muadzin Ali lelah melongok. 
Berkali-kali. Satu jam. Waktu merayap dan surau tetap sepi. Imam Mathori bangkit, bosan, 
sedang Lebai Otok Sukatno Gendut berzikir. Terlihat Wak Haji Besut sembahyang sunnah. 
Khsyuk. Wajahnya bening. 
”Gusti,” Imam Mathori menuding, “Kau lihat di pintu, Ali! Aku mendengar suara ribut 
orang di luar. Barangkali mereka yang datang. Tuhan Maha Besar!” Benar, orang-orang 
ribut. Dari rumah-rumah, di jalan-jalan. Para lelaki, perempuan, anak-anak. Dengan 
langkah tergesa berduyun-duyun. Menyongsong langkah, di depan surau! Bersorak-sorak: 
menyanyi. Cangkul-cangkul, sabit, bakul, keranjang, bahkan gerobak. Ya Tuhan, 
”Ke marilah saudara! Datanglah ke mari. Bersyukurlah di Rumah Tuhan. Kalian?” Terhenti 
berkoar Muadzin Ali melongo. Ajaib. Apakah itu? Heh!! Cangkul-cangkul, sabit, 
keranjang, bahkan gerobak. Astaga! Wajah berkerut suci ternganga, “Ke marilah!” Dia 
berteriak memanggil Imam. Terbadai. “Serombongan orang-orang ramai berangkat, 
berhamburan menuju ke sawah! Mereka tidak hendak ke masjid. Surau milik Tuhan. Tapi 
mereka hendak bekerja, menuai padi. Ya Allah?” katanya letih. 
Tak ada musim panen tak ada tanam. Semua sama. Orang-orang begitu sibuk. Tak pernah 
behenti. Wajah Imam Mathori tiba-tiba berubah jadi bening, ikhlas: “Allah kelak akan 
menutup pintu kasih sayang. Mencabut ilmu. Engaku tahu, Ali, sekaranglah tanda-tanda itu 
telah dimulai.” “Apakah artinya?” kini aku ganti bertanya. “Setelah kita berempat mati,
siapakah yang rela berpayah memanggil mereka untuk datang ke surau, Ali? Mengajari 
anak-anak mereka mengaji. Jawablah.” 
”Tak ada ilmu agama, Kiai? Tentu tak perlu bunuh Tuhan. Dengan bengis. Karena yakin 
hidup ini abadi. Tak akan mati.” 
”Bagus! Nah, sekarang tutup pintu surau. Adzanlah sekeras mungkin, seperti Bilal di 
zaman Rasulullah. Dan percayalah, sekarang pulalah tanda-tanda yang lebih menegaskan 
itu mulai diperlihatkan, tentu, hanya bagi orang-orang percaya: bahwa Allah, dengan 
ketegasan-Nya menutup rapat-rapat setiap telinga sehingga betul-betul tuli. Bukankah 
begitu Ali?” 
Ali diam. Tersedak. Sunyi. 
Kemudian suara adzab melengking seperti terompet Israfil. Pekak. Malamnya, runtuhan 
petir membelah langit.***

More Related Content

More from Arvinoor Siregar SH MH (20)

Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225
 
Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572
 
Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223
 
Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184
 
Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223
 
Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433
 
Thurgood marshall
Thurgood marshallThurgood marshall
Thurgood marshall
 
The rainbow coalition
The rainbow coalitionThe rainbow coalition
The rainbow coalition
 
The halls of power
The halls of powerThe halls of power
The halls of power
 
The dred scott decision
The dred scott decisionThe dred scott decision
The dred scott decision
 
Slavery
SlaverySlavery
Slavery
 
Rosa parks
Rosa parksRosa parks
Rosa parks
 
Martin luther king's dream
Martin luther king's dreamMartin luther king's dream
Martin luther king's dream
 
Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.
 
Jordon and ali
Jordon and aliJordon and ali
Jordon and ali
 
Jackie robinson
Jackie robinsonJackie robinson
Jackie robinson
 
Harriet tubman
Harriet tubmanHarriet tubman
Harriet tubman
 
George washington carver
George washington carverGeorge washington carver
George washington carver
 
Black power
Black powerBlack power
Black power
 
Rahasia kumari (agus dermawan t)
Rahasia kumari (agus dermawan t)Rahasia kumari (agus dermawan t)
Rahasia kumari (agus dermawan t)
 

Recently uploaded

Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024idmpo grup
 
IDMPO Link slot online kamboja terbaru 2024
IDMPO Link slot online  kamboja terbaru 2024IDMPO Link slot online  kamboja terbaru 2024
IDMPO Link slot online kamboja terbaru 2024idmpo grup
 
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang JackpotWen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang JackpotWen4D
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru 2024 kamboja
IDMPO Link Slot Online Terbaru 2024 kambojaIDMPO Link Slot Online Terbaru 2024 kamboja
IDMPO Link Slot Online Terbaru 2024 kambojaidmpo grup
 
KERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.doc
KERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.docKERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.doc
KERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.docEnaNorazlina
 
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungWa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungnicksbag
 
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekaSTD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekachairilhidayat
 
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTIDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTNeta
 
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot
 
PPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptx
PPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptxPPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptx
PPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptxMegaFebryanika
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...Neta
 
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdekaBAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdekachairilhidayat
 
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfBabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfDannahadiantyaflah
 

Recently uploaded (14)

Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
 
IDMPO Link slot online kamboja terbaru 2024
IDMPO Link slot online  kamboja terbaru 2024IDMPO Link slot online  kamboja terbaru 2024
IDMPO Link slot online kamboja terbaru 2024
 
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang JackpotWen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru 2024 kamboja
IDMPO Link Slot Online Terbaru 2024 kambojaIDMPO Link Slot Online Terbaru 2024 kamboja
IDMPO Link Slot Online Terbaru 2024 kamboja
 
KERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.doc
KERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.docKERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.doc
KERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.doc
 
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungWa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
 
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekaSTD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
 
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTIDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
 
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
 
PPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptx
PPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptxPPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptx
PPT SLIDE Kelompok 2 Pembelajaran Kelas Rangkap (4).pptx
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
 
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdekaBAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
 
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfBabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
 

MENGUNGKAP MISTERI

  • 1. Batam Pos Minggu, 08 Juli 2007 Dongeng Penunggu Surau Cerpen: Mahmudi Arif D Adzan menyilet. Menyapa pintu-pintu. Menembus daun trembesi, ladang, lembah-lembah, orang-orang sibuk. Dan para petani itu. Perempuan-perempuan di kali, penyabit rumput, menyusui anak. Ada matahari terik. Ada lesung ditalu, bertalu-talu; suara paku dipalu pertanda kerja, sapi-sapi dihalu para gembala. Tertawa. Gembira. ”Gusti,?” Muadzin Ali mendehem. Menatap Imam Mathori takjub, memandang jendela. Menunggu sesuatu.”Tak ada yang datang. Apakah speaker di surau ini kurang keras memanggil mereka, Ali?” ?Musim tanam selalu membuat seluruh kampung sibuk. Seperti biasa. Lelaki dan perempuan. Bahkan anak-anak. Jangankan surau, bahkan sekolah selalu kosong. Maaf, Guru Brojol yang menceritakan hal itu kemarin sore.” jawab Ali. Jadi sunyi. Lalu Imam Mathori terpaksa tertawa, lantas murung. Ada gurat tak jelas ketika ia meludahkan dahak keras keluar jendela, “Bahkan tak ada waktu untuk Tuhan. Begitu katanya” Muadzin Ali mengangguk, tersentak.”Barangkali musim panen mereka akan ingat. Kita hanya bisa berharap, bukan begitu?” ”Selalu,” Imam Mathori mengusap muka, menegaskan, “Adzan sekali lagi, Ali! Waktu sudah hampir habis” Suara Ali memanggil, suara adzan menembus atap menyayat dan berirama. Kembali lantang. Menuju lembah, sawah, menyeruak rumah-rumah, jendela-jendela: menyapa orang-orang yang tetap sibuk bekerja. Anak-anak ribut-riuh berkeliaran tanpa dosa di pematang. Perempuan-perempuan bebal menenteng rantang makanan suami, ayah, buyut, saudara. Orang hidup harus kerja. Harus makan. Lenguh sapi dipanggang matahari, menapak kaki-kaki basah di tanah, penuh lumpuh, harapan, penuh nyanyian, gairah hidup. Makan! Hidup! Sedang Imam Mathori berdiri sunyi di mimbar menyampaikan khotbah Jumat dengan setumpuk kisah tentang dosa. Tentang dunia, akherat dan neraka. Tak ada yang mendengar. Hanya Ali lantas dua orang lelaki udzur tertatih datang di pintu masuk: Dialah Lebai Otok Sukatno Gendut dan Wak Haji Besut. Hanya itu. Dua jamaah tua paling rajin, yang berobat pada beberapa bulan terakhir, tetapi nyaris selalu datang di surau paling akhir. Tak apa. Khusnul khatimah lebih baik, begitu agama ini mengajarkan. Pelan-pelan. Tak ada pilihan, bukankah begitu? Ini bukan jaman khalifah Umar, juga tidak hidup di cengkraman dua belas Imam kewibawaan Khomaeni. Bahkan Imam Mathori berkali menyeru, gagal, tak bisa memaksa. Setiap manusia punya pilihan sendiri, Tuhan tak akan merubah suatu kaum tanpa di berkehendak. Jadi tak apa. Begitu. Imam Mathori jadi sedih. Khotbah diakhiri, menantang langit-langit, menutup mulut lewat doa: “Kita berdoa untuk saudara-saudara kita. Amin?” Sembahyang wajib dua rakaat. Sunyi. Di luar cangkul-cangkul masih didentangkan, pecut sapi-sapi berteriak minta dirumputkan. Keringat tumpah. Tertawa, bekerja, dan bernyanyi. Jam satu siang memandang angkasa. Saatnya perut manusia diisi tiwul, gaplek, nasi. Wajib. Manusia pasti mati jika tak makan. Demi Tuhan! Para perempuan itu, para lelaki, anak-anak mengunyah-mengunyah mulut. Berkeciplak-keciplak. Bersama-sama sapi, tentu.
  • 2. Kambing itu. Ayam-ayam kapung. Juga bebek. Tikus, ular sawah. Sedang Tuhan, dimanakah Tuhan? Lalu apa bedanya kambing, sapi, bebek, ayam, tikus-kecoak dan mereka.Tak usah peduli. *** Empat bulan Gusti Allah dengan mudah menumbuhkan biji yang ditebar dengan menganugerahkan air, angin, matahari dan tanah; mengatur kesuburan hingga aroma padi kuning dalam keharuman membentang. Saat panen tiba. Empat bulan orang-orang kampong letih menunggu. Datang pagi banting tulang, pulang tidur mengangkang. Ngorok. Dan sebagian bikin anak. Selalu begitu. Dan Muadzin Ali, pada saat semacam itu, terlihat bercahaya di muka surau. Yaitu pada Jumat ke sekian, entah. Di tepi Rumah Tuhan yang selalu sepi. Menunggu jamaah. Seperti biasa. ”Lihatlah, Tuhan begitu baik melimpahkan keberuntungan. Panen raya! Padi-padi gembrot, padi harum, padi mentiung, di tanah subur!” Muadzin Ali berteriak, menyalami Imam Mathori yang datang kemudian. Keduanya tersenyum, haru. Menatap lembah, jauh berkelok, samping ke ujung kampung. Dan angin yang silir. Betapa tentram. ”Kalau begitu, panggilah mereka, Ali. Hari Jumat, saatnya sembahyang,” Imam Mathori menukas. ”Mereka harus bersyukur. Wajib bersyukur. Adzanlah dengan baik, seperti Bilal di zaman Rasulullah. Segera Ali! Aku sudah tak sabar melihat surau ini penuh. Ratusan jamaah! Keraskan volume speaker sampai habis. Mudah-mudahan kali ini mereka tergerak. Toh panen raya telah tiba.” Panen yang subur, di tanah yang gembur, pada rezeki mereka yang makmur! Ya Allah.? Berjingkat Muadzin Ali berbenah. Seperhentak kemudian suaranya lantang menyilet langit. Memekik. Gemetar ia dalam syukur dan takzim. Sedang Imam Mathori tetap berdiri di pintu. Dari jauh, lamat langkah dua orang tertatih-tatih masuk: Lebai Otok Sukatno Gendut dan Wak Haji Besut. ”Alhamdulillah, ke marilah! Dua hamba Allah. Kalian orang yang pertama memenuhi panggilan muadzin. Beruntunglah. Hei di mana yang lain?” Muadzin Ali lelah melongok. Berkali-kali. Satu jam. Waktu merayap dan surau tetap sepi. Imam Mathori bangkit, bosan, sedang Lebai Otok Sukatno Gendut berzikir. Terlihat Wak Haji Besut sembahyang sunnah. Khsyuk. Wajahnya bening. ”Gusti,” Imam Mathori menuding, “Kau lihat di pintu, Ali! Aku mendengar suara ribut orang di luar. Barangkali mereka yang datang. Tuhan Maha Besar!” Benar, orang-orang ribut. Dari rumah-rumah, di jalan-jalan. Para lelaki, perempuan, anak-anak. Dengan langkah tergesa berduyun-duyun. Menyongsong langkah, di depan surau! Bersorak-sorak: menyanyi. Cangkul-cangkul, sabit, bakul, keranjang, bahkan gerobak. Ya Tuhan, ”Ke marilah saudara! Datanglah ke mari. Bersyukurlah di Rumah Tuhan. Kalian?” Terhenti berkoar Muadzin Ali melongo. Ajaib. Apakah itu? Heh!! Cangkul-cangkul, sabit, keranjang, bahkan gerobak. Astaga! Wajah berkerut suci ternganga, “Ke marilah!” Dia berteriak memanggil Imam. Terbadai. “Serombongan orang-orang ramai berangkat, berhamburan menuju ke sawah! Mereka tidak hendak ke masjid. Surau milik Tuhan. Tapi mereka hendak bekerja, menuai padi. Ya Allah?” katanya letih. Tak ada musim panen tak ada tanam. Semua sama. Orang-orang begitu sibuk. Tak pernah behenti. Wajah Imam Mathori tiba-tiba berubah jadi bening, ikhlas: “Allah kelak akan menutup pintu kasih sayang. Mencabut ilmu. Engaku tahu, Ali, sekaranglah tanda-tanda itu telah dimulai.” “Apakah artinya?” kini aku ganti bertanya. “Setelah kita berempat mati,
  • 3. siapakah yang rela berpayah memanggil mereka untuk datang ke surau, Ali? Mengajari anak-anak mereka mengaji. Jawablah.” ”Tak ada ilmu agama, Kiai? Tentu tak perlu bunuh Tuhan. Dengan bengis. Karena yakin hidup ini abadi. Tak akan mati.” ”Bagus! Nah, sekarang tutup pintu surau. Adzanlah sekeras mungkin, seperti Bilal di zaman Rasulullah. Dan percayalah, sekarang pulalah tanda-tanda yang lebih menegaskan itu mulai diperlihatkan, tentu, hanya bagi orang-orang percaya: bahwa Allah, dengan ketegasan-Nya menutup rapat-rapat setiap telinga sehingga betul-betul tuli. Bukankah begitu Ali?” Ali diam. Tersedak. Sunyi. Kemudian suara adzab melengking seperti terompet Israfil. Pekak. Malamnya, runtuhan petir membelah langit.***