Kedua teks memiliki persamaan struktur yang terdiri dari abstraksi, orientasi, krisis, dan reaksi. Perbedaannya terletak pada isi abstraksi dan orientasi masing-masing yang berbeda konteks. Kedua teks juga sama-sama mengandung unsur lucu meski melalui cara yang berbeda.
2. Baju Termahal
Disebuah warung kopi yang berada di daerah Senayan, para pelanggan mulai
berdatangan untuk sarapan pagi atau sekedar minum kopi.
Beberapa diantara mereka terdapat dua orang politisi muda. Yang satu
bernama Igbal dan yang satunya lagi bernama Adam, mereka berdua sedang
berbincang-bincang. Lalu mereka berdua pun terlibat percakapan yang seru.
“Dam, teman-teman kita di dunia politik ini sudah banyak yang kaya ya” ujar
Adam sambil menyeruput kopinya. “Kalau masalah itu sih aku juga sudah tau
sejak dulu, Bal” jawab Adam. “Saking kayanya nih, banyak banget teman kita
yang punya baju termahal di Indonesia.” Ujar Igbal kembali dengan nada sedikit
kagum. “Lho, maksud kamu baju termahal itu apa, Bal?” tanya Adam dengan raut
wajah bingung. “Ya apalagi kalau bukan baju tahanan KPK” jawab Igbal santai.
“Kok baju tahanan KPK?” tanya Adam yang masih belum mengerti. “Coba deh
kamu pikir-pikir, seorang politisi minimal harus ‘nyolong’ uang negara sebesar 1
milyar dulu baru bisa pakai baju tahanan KPK” ujar Igbal menjelaskan.
“Ooh, maksud kamu gitu toh, baru ngerti aku, susah juga ya jadi politisi kalau
belum siap iman.” ujar Adam sambil mengangguk-angguk mengerti. “Betul sekali
itu, ya sudah lah mari kita pesan kopi lagi untuk mengenang teman-teman kita
yang sudah bisa pakai baju termahal itu” ajak Igbal.
Dan mereka berdua pun melanjutkan mengopi di warung kopi tersebut.
3. Abstraksi Disebuah warung kopi yang berada di daerah Senayan, para pelanggan mulai berdatangan
untuk sarapan pagi atau sekedar minum kopi.
Orientasi Beberapa diantara mereka terdapat dua orang politisi muda. Yang satu bernama Igbal dan
yang satunya lagi bernama Adam, mereka berdua sedang berbincang-bincang. Lalu mereka
berdua pun terlibat percakapan yang seru.
Krisis “Dam, teman-teman kita di dunia politik ini sudah banyak yang kaya ya” ujar Adam sambil
menyeruput kopinya. “Kalau masalah itu sih aku juga sudah tau sejak dulu, Bal” jawab Adam.
“Saking kayanya nih, banyak banget teman kita yang punya baju termahal di Indonesia.” Ujar
Igbal kembali dengan nada sedikit kagum. “Lho, maksud kamu baju termahal itu apa, Bal?”
tanya Adam dengan raut wajah bingung. “Ya apalagi kalau bukan baju tahanan KPK” jawab
Igbal santai. “Kok baju tahanan KPK?” tanya Adam yang masih belum mengerti. “Coba deh
kamu pikir-pikir, seorang politisi minimal harus ‘nyolong’ uang negara sebesar 1 milyar dulu
baru bisa pakai baju tahanan KPK” ujar Igbal menjelaskan.
Reaksi “Ooh, maksud kamu gitu toh, baru ngerti aku, susah juga ya jadi politisi kalau belum siap
iman.” ujar Adam sambil mengangguk-angguk mengerti. “Betul sekali itu, ya sudah lah mari
kita pesan kopi lagi untuk mengenang teman-teman kita yang sudah bisa pakai baju termahal
itu” ajak Igbal.
Koda Dan mereka berdua pun melanjutkan mengopi di warung kopi tersebut.
4.
5. Buaya dan Anjing Vs Para Khafilah
Disuatu padang pasir, angin berhembus sepoi-sepoi. Langit berwarna
biru cerah menambah indahnya pemandangan pada pagi itu.
Ditengah padang pasit itu lewatlah seekor anjing yang menunggangi
unta dan membawa kantung berisikan uang sebesar 67 triliun dan
dikawal oleh seekor buaya.
Tiba-tiba muncullah tiga orang khafilah yang kebetulan juga melewati
padang pasir tersebut. Karena kebingungan melihat dua binatang yang
membawa uang yang jumlahnya sangat banyak, ketiga khafilah itu pun
meneriaki dan menuduh mereka dengan sebutan ‘maling’, ‘penyamun’,
dan ‘perampok’.
Namun dua binatang liar yang diteriaki oleh tiga orang khafilah
tersebut hanya melihat sekilas, lalu tampak tidak peduli dan acuh.
Kedua binatang liar itu pun meninggalkan tempat tersebut, tak
menghiraukan teriakan-teriakan dari para khafilah.
6. Abstraksi
Disuatu padang pasir, angin berhembus sepoi-sepoi. Langit berwarna biru cerah menambah
indahnya pemandangan pada pagi itu.
Orientasi
Ditengah padang pasit itu lewatlah seekor anjing yang menunggangi unta dan membawa
kantung berisikan uang sebesar 67 triliun dan dikawal oleh seekor buaya.
Krisis
Tiba-tiba muncullah tiga orang khafilah yang kebetulan juga melewati padang pasir tersebut.
Karena kebingungan melihat dua binatang yang membawa uang yang jumlahnya sangat
banyak, ketiga khafilah itu pun meneriaki dan menuduh mereka dengan sebutan ‘maling’,
‘penyamun’, dan ‘perampok’.
Reaksi
Namun dua binatang liar yang diteriaki oleh tiga orang khafilah tersebut hanya melihat
sekilas, lalu tampak tidak peduli dan acuh.
Koda
Kedua binatang liar itu pun meninggalkan tempat tersebut, tak menghiraukan teriakan-
teriakan dari para khafilah.
8. Peternak Sapi
Ada seorang peternak sapi yang cukup berhasil dan punya beratus-
ratus ekor sapi.
Pada suatu hari datanglah seorang petugas peternakan yang
menyamar dan bertanya “Setiap hari sapi-sapi ini bapak beri makan apa?”
Peternak menjawab “Oh saya beri makan rumput-rumput saja.”
“Kalo begitu bapak saya denda karena telah memberi makan sapi-sapi
ini secara tidak layak.” kata si petugas. “Bapak saya denda 2 juta.”
Akhirnya selang beberapa minggu kemudian petugas tadi datang
kembali dan menanyakan hal yang sama kepada si peternak. “Bapak beri
makan apa sapi-sapi ini?” kata si petugas.
Si peternak menjawab “Saya beri makan keju, hamburger dan susu.”
“Kalo begitu bapak saya denda 3 juta rupiah karena memberi makan di
luar batas sewajarnya!!” kata si petugas.
Eh akhirnya seminggu kemudian datang lagi si petugas menayakan
hal sama kepada si peternak. “Bapak beri makan apa sapi-sapi ini…??”
tanya si petugas.
“Begini Pak” jawab si peternak, “setiap hari semua sapi-sapi ini saya
beri uang masing-masing tiga ribu rupiah, terserah mereka mau makan di
mana…!!”
9. Abstraksi Ada seorang peternak sapi yang cukup berhasil dan punya beratus-ratus
ekor sapi.
Orientasi Pada suatu hari datanglah seorang petugas peternakan yang menyamar
Krisis dan bertanya “Setiap hari sapi-sapi ini bapak beri makan apa?”
Peternak menjawab,“Oh saya beri makan rumput-rumput saja”.“Kalo begitu
bapak saya denda karena telah memberi makan sapi-sapi ini secara tidak
layak” kata si petugas, “Bapak saya denda 2 juta”
Akhirnya selang beberapa minggu kemudian petugas tadi datang kembali
dan menanyakan hal yang sama kepada si peternak. “Bapak beri makan apa
sapi-sapi ini?” kata si petugas.
Reaksi Si peternak menjawab “Saya beri makan keju, hamburger dan susu.”
Si petugas berkata,“Kalo begitu bapak saya denda 3 juta rupiah karena
memberi makan di luar batas sewajarnya!!” kata si petugas.
Dan akhirnya seminggu kemudian datang lagi si petugas menayakan hal
sama kepada si peternak. “Bapak beri makan apa sapi-sapi ini…??” tanya si
petugas.“Begini Pak” jawab si peternak, “setiap hari semua sapi-sapi ini saya
beri uang masing-masing tiga ribu rupiah, terserah mereka mau makan di
mana…!!”
Koda Tidak ada
10. Lucu
Unsur lucu di teks ini digambarkan dengan
jawaban dari si peternak yang mengatakan
bahwa ia memberi sapi-sapinya uang setiap
hari untuk membeli makanan mereka sendiri
11. Baju Termahal
Disebuah warung kopi yang berada di daerah Senayan, para pelanggan mulai
berdatangan untuk sarapan pagi atau sekedar minum kopi.
Beberapa diantara mereka terdapat dua orang politisi muda. Yang satu
bernama Igbal dan yang satunya lagi bernama Adam, mereka berdua sedang
berbincang-bincang. Lalu mereka berdua pun terlibat percakapan yang seru.
“Dam, teman-teman kita di dunia politik ini sudah banyak yang kaya ya” ujar
Adam sambil menyeruput kopinya. “Kalau masalah itu sih aku juga sudah tau
sejak dulu, Bal” jawab Adam. “Saking kayanya nih, banyak banget teman kita
yang punya baju termahal di Indonesia.” Ujar Igbal kembali dengan nada sedikit
kagum. “Lho, maksud kamu baju termahal itu apa, Bal?” tanya Adam dengan raut
wajah bingung. “Ya apalagi kalau bukan baju tahanan KPK” jawab Igbal santai.
“Kok baju tahanan KPK?” tanya Adam yang masih belum mengerti. “Coba deh
kamu pikir-pikir, seorang politisi minimal harus ‘nyolong’ uang negara sebesar 1
milyar dulu baru bisa pakai baju tahanan KPK” ujar Igbal menjelaskan.
“Ooh, maksud kamu gitu toh, baru ngerti aku, susah juga ya jadi politisi kalau
belum siap iman.” ujar Adam sambil mengangguk-angguk mengerti. “Betul sekali
itu, ya sudah lah mari kita pesan kopi lagi untuk mengenang teman-teman kita
yang sudah bisa pakai baju termahal itu” ajak Igbal.
Dan mereka berdua pun melanjutkan mengopi di warung kopi tersebut.
12. Abstraksi Disebuah warung kopi yang berada di daerah Senayan, para pelanggan mulai berdatangan
untuk sarapan pagi atau sekedar minum kopi.
Orientasi Beberapa diantara mereka terdapat dua orang politisi muda. Yang satu bernama Igbal dan
yang satunya lagi bernama Adam, mereka berdua sedang berbincang-bincang. Lalu mereka
berdua pun terlibat percakapan yang seru.
Krisis “Dam, teman-teman kita di dunia politik ini sudah banyak yang kaya ya” ujar Adam sambil
menyeruput kopinya. “Kalau masalah itu sih aku juga sudah tau sejak dulu, Bal” jawab Adam.
“Saking kayanya nih, banyak banget teman kita yang punya baju termahal di Indonesia.” Ujar
Igbal kembali dengan nada sedikit kagum. “Lho, maksud kamu baju termahal itu apa, Bal?”
tanya Adam dengan raut wajah bingung. “Ya apalagi kalau bukan baju tahanan KPK” jawab
Igbal santai. “Kok baju tahanan KPK?” tanya Adam yang masih belum mengerti. “Coba deh
kamu pikir-pikir, seorang politisi minimal harus ‘nyolong’ uang negara sebesar 1 milyar dulu
baru bisa pakai baju tahanan KPK” ujar Igbal menjelaskan.
Reaksi “Ooh, maksud kamu gitu toh, baru ngerti aku, susah juga ya jadi politisi kalau belum siap
iman.” ujar Adam sambil mengangguk-angguk mengerti. “Betul sekali itu, ya sudah lah mari
kita pesan kopi lagi untuk mengenang teman-teman kita yang sudah bisa pakai baju termahal
itu” ajak Igbal.
Koda Dan mereka berdua pun melanjutkan mengopi di warung kopi tersebut.
13. Lucu
Uncur lucu didalam teks ini digambarkan
dengan jawaban salah satu politikus yang
mengatakan bahwa baju termahal di Indonesia
adalah baju tahanan KPK
Menyindir
Sindiran didalam teks ini digmbarkan dengan
perkataan salah satu politikus yang merasa iba
dengan nasib teman mereka yang telah
mendapat baju termahal di Indonesia, dalam
arti mereka adalah koruptor
14. Identifikasilah persamaan struktur isi kedua
teks tersebut!
Identifikasilah perbedaan struktur isi kedua
teks tersebut!
Identifikasilah persamaan ciri kedua teks
tersebut!
Identifikasilah perbedaan ciri kedua teks
tersebut!
15. Kedua teks tersebut memiliki abstraksi
Kedua teks tersebut memiliki orientasi
Kedua teks tersebut memiliki krisis
Kedua teks tersebut memiliki reaksi
16. Abstraksi pada teks pertama membahas tentang
kehidupan seorang peternak yang kaya dan punya
banyak sapi, sedangkan abstraksi pada teks kedua
membahas tentang sebuah warung kopi yang
mulai ramai di datangi oleh pelanggan di pagi hari
Orientasi pada teks pertama ditandai dengan
datangnya seorang petugas peternakan yang
menyamar ke peternakan si peternak yang kaya,
sedangkan orientasi pada teks kedua ditandai
dengan perbincangan dua politikus muda yang
sedang minum kopi di warung kopi tersebut
17. Krisis pada teks pertama ditandai dengan di
petugas peternakan yang menanyakan makanan
apa yang diberikan si peternak kepada sapi-
sapinya, sedangkan krisis pada teks kedua
ditandai dengan pertanyaan salah satu politikus
muda kepada temannya tentang baju termahal di
Indonesia
Reaksi pada teks pertama ditandai dengan si
peternak yang menjawab bahwa ia memberikan
sapi-sapinya uang setiap hari dan membiarkan
mereka membeli makanan sendiri, sedangkan
reaksi pada teks kedua ditandai dengan politikus
kedua yang mengangguk paham saat temannya
berkata bahwa baju termahal di Indonesia adalah
baju tahanan KPK
Teks pertama tidak memiliki koda, sedangkan teks
kedua memiliki koda berupa kedua politikus
tersebut yang melanjutkan mengopi di warung
tersebut.
19. Unsur lucu di teks pertama digambarkan dengan
jawaban dari si peternak yang mengatakan bahwa
ia memberi sapi-sapinya uang setiap hari untuk
membeli makanan mereka sendiri sedangkan pada
teks kedua digambarkan dengan jawaban salah
satu politikus yang mengatakan bahwa baju
termahal di Indonesia adalah baju tahanan KPK
Teks pertama tidak berunsur sindiran sedangkan
teks kedua berunsur sindiran. Sindiran di dalam
teks kedua ini ditujukan kepada koruptor yang
banyak menghabiskan uang negara.
20. Panggilan Rahasia
Pada siang hari,terdapat dua pemuda sedang bersantai ria di
sebuah ruangan yang gelap tepatnya di gudang sekolah.Mereka
sengaja membolos karena memang guru nya tidak datang ke kelas
mereka.
Salah seorang dari mereka memulai membuka suara, “Ku rasa
sekarang sedang sepi bro,mau melakukan sesuatu yang
berbeda?”ucap Rudi sang penanya.”Memang apa yang berbeda?”
Nadhil yang di beri pertanyaan,balik bertanya. Rudi pun merogoh
sesuatu di dalam koceknya dan mengeluarkan suatu plastik kecil
berisi serbuk-serbuk putih.” Ini yang berbeda, kita belum pernah
kan mencobanya, selagi tidak ada yang melihatnya kita coba
shabu ini”Rudi pun melihatkan barang yang dia bawa kahadapan
Nadhil.
21. ”Tidak ah,aku takut di panggil”ucap Nadhil.”Siapa
yang manggil, kepala sekolah?come on,di sini tidak ada
yang melihat kita,dasar penakut”.jawab Rudi dengan
santainya.”Mau tau siapa yang manggil?”Rudi yang
mendengar,merasa penasaran,”Siapa?apa ada yang
mengintip kita?”.”Yang manggil itu yang maha kuasa,
kan gak mau kalau lagi makai ini terus dipanggil secara
tiba-tiba karena Allah lagi murka-murkanya ke
kita,emang mau seperti itu?”Rudi bergidik ngeri
mendengar nya,”Aku belum mau mati bro,gimana kalau
Allah marah karena mendengar ucapan ku yang
tadi”.”nyebut lah Rud”Nadhil memberi nasihat kepada
Rudi.Rudi yang memang telah ketakutan langsung
mempraktikkan apa yang disuruh oleh
Nadhil”Nyebut..,nyebut..,nyebut..”Nadhil
menggelengkan kepalanya,”maksud aku itu nyebut
Astaghfirullahal’adzim”Rudi hanya ber ‘Oh’ ria
mendengarnya
22.
Abstraksi
Pada siang hari,terdapat dua pemuda sedang bersantai
ria di sebuah ruangan yang gelap tepatnya di gudang
sekolah.Mereka sengaja membolos karena memang guru
nya tidak datang ke kelas mereka.
Orientasi
Salah seorang dari mereka memulai membuka suara,
“Ku rasa sekarang sedang sepi bro,mau melakukan
sesuatu yang berbeda?”ucap Rudi sang
penanya.”Memang apa yang berbeda?”Nadhil yang di
beri pertanyaan,balik bertanya.Rudi pun merogoh
sesuatu di dalam koceknya dan mengeluarkan suatu
plastik kecil berisi serbuk-serbuk putih.”Ini yang
berbeda,kita belum pernahkan mencobanya,selagi tidak
ada yang melihatnya kita coba shabu ini”Rudi pun
melihatkan barang yang dia bawa kahadapan Nadhil.
”Tidak ah,aku takut di panggil”ucap Nadhil.”Siapa yang
manggil,kepala sekolah?come on,di sini tidak ada yang
melihat kita,dasar penakut”.jawab Rudi dengan
santainya.
23.
Krisis
”Mau tau siapa yang manggil?”Rudi yang
mendengar,merasa penasaran,”Siapa?apa ada yang
mengintip kita?”.”Yang manggil itu yang maha
kuasa,kan gak mau kalau lagi makai ini terus
dipanggil secara tiba-tiba karena Allah lagi murka-
murkanya ke kita,emang mau seperti itu?”
Reaksi
Rudi bergidik ngeri mendengar nya,”Aku belum
mau mati bro,gimana kalau Allah marah karena
mendengar ucapan ku yang tadi”.”nyebut lah
Rud”Nadhil memberi nasihat kepada Rudi.
24. Koda
Rudi yang memang telah ketakutan
langsung mempraktikkan apa yang
disuruh oleh
Nadhil”Nyebut..,nyebut..,nyebut..”Nadhil
menggelengkan kepalanya,”Maksud aku
itu nyebut Astaghfirullahal’adzim” .Rudi
hanya ber ‘Oh’ ria mendengarnya.