SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
MENGGAGAS ALTERNATIF
PEMBERANTASAN KORUPSI DI DAERAH
Diskusi di Kuliah Umum Universitas ANDALAS
Padang, 12 April 2010
DR. Bambang Widjojanto
PARTNERSHIP FOR GOVERNANCE REFORM
Pengajar Fakultas Hukum Univ. Trisakti
Senior Partner WSA LAWFIRM
PENDAHULUAN
• Korupsi sudah menjadi bagian dari diskursus publik;
• Modus operandi kejahatan kian canggih dan meningkat;
• Trend kejahatan  kombinasi dari penyalahgunaan
kewenangan atau “memperdagangkan pengaruh”, bertemu
dengan kepentingan bisnis dan kekuasaan;
• Sebaran kasus korupsi sudah mencakup daerah
• Konsolidasi human resources di bidang penegakan hukum
masih menjadi problem mendasar;
• Nasional dan daerah belum mempunyai fokus, prioritas,
strategi dan program yang lebih sistematis dan terstruktur
dalam pemberantasan korupsi;
• “Gerakan sosial anti korupsi” di nasional dan daerah belum
sepenuhnya mendorong keterlibatan publik secara lebih
luas;
POSISI KORUPSI INDONESIA
• Survei Corruption Perception Index (CPI) yang dilakukan
Transparancy International (TI) masih menempatkan
Indonesia pada posisi yang cukup memperihatinkan;
• Ada kecendrungan peningkatan angka Indeks tetapi
jumlahnya masih sangat kecil, terbatas serta belum
sangat konsisten.
– Tahun 2008, CPI Indonesia 2,6 berada diurutan ke-126;
– Tahun 2007, CPI Indonesia 2,3 urutan ke 143 dari 180 negara
yang di survei.
– Tahun 2006, CPI Indonesia, 2,4;
• IPK Indonesia tahun 2008, sebagian besar kota di
Indonesia pemerintah daerahnya dipersepsikan korup
(hanya Yogyakarta dan Palangkaraya kota  skor
diatas 6);
• Indeks yang tersebut dalam Global Corruption Barometer
tahun 2007,
– Responden yang menyatakan membayar suap mencapai 31%.
– Indeks menunjukan:
• Kepolisian skor nilai indeks 4,2;
• Peradilan dan DPR yang indeksnya 4,1.
• Partai politik nilainya 4,0,
• Pelayanan perijinan dan perpajakan indeksnya 3,8 dan 3,6.
• Survei Bribe Payer Indexs (Indeks Pembayar Suap/ IPS)
yang dilakukan Transparency International tahun 2006
mengungkapkan;
– Suap juga terjadi di perusahaan negara-negara pengekspor besar;
– Adanya kecenderungan perusahaan negara-negara pengekspor
terkemuka melakukan suap di luar negeri.
– Korporasi masih melakukan suap, terutama jika beroperasi di
negara-negara berkembang.
– Tindakan suap juga dilakukan perusahaan yang berasal dari
negara kekuatan ekonomi baru, seperti: Brasil, Rusia, India, dan
Cina (BRICs).
– Pada kasus Cina (BRICs lainya), penerapan prinsip bisnis anti-
korupsi tidak diterapkan perusahaan mereka ketika beroperasi di
luar negeri.
KONTEKS POTENSI INDONESIA
• Dana APBN Perubahan tahun 2010 berjumlah sekitar Rp.
1.047, 6 triliun dan target penerimaan pajak 733,24 Triliun;
• APBN 2010  Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp725, 2
triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp322,4 triliun a/
sekitar > 30% dari APBN diberikan ke daerah;
• Ada sekitar Rp. 435 triliun u/ belanja barang, modal, hibah,
bantun sosial, belanja lain2 & subsidi non energi
• Akhir Semester I TA 2009, ada lebih dari 62 ribu temuan
senilai hampir Rp. 3.000 triliun dng jumlah rekomendasi
lebih dari 112 ribu senilai Rp. 2.000 triliun.
• Sekitar 22 ribu rek. senilai Rp.1.285 triliun telah
ditindaklanjuti ttp belum sesuai dng rekomendasi atau masih
dalam proses tindaklanjuti; dan
• Sekitar 41 ribu rekomendasi senilai Rp. 313 triliun belum
ditindaklanjuti.
• (Data BPK Semester I Tahun 2009)
• Indikasi Pidana di Akhir semester I tahun 2009, Hasil
Pemeriksaan (HP) BPK yg disampaikan ke instansi
berwenang sebanyak
• 223 kasus senilai Rp30,5 triliun dan USD470 juta.
• 132 (59%) kasus telah ditindaklanjuti oleh Instansi
Penegak hukum (Kejaksaan, Kepolisian dan KPK) ke
dalam proses peradilan yaitu:
– penyelidikan 20 kasus (9%),
– penyidikan 15 kasus (7%),
– penuntutan 8 kasus (4%), putusan 37 kasus (17%),
– dihentikan 10 kasus (4%), dan
– dilimpahkan kepada Kejaksaan Tinggi atau KPK sebanyak 42
kasus (18%).
• Khusus selama semester I Tahun 2009 saja, hasil
pemeriksaan BPK berindikasi unsur pidana yang
diserahkan kepada instansi penegak hukum sebanyak
19 kasus senilai Rp340 miliar dan USD94,6 ribu.
• Kualitas akuntabilitas Laporan Keuangan Pemda (LKPD)
masih buruk;
• Opini dengan penilaian tidak wajar (adverse) meningkat
tajam dari jumlah 10 daerah (2004) menjadi 59 (2007),
• Opini Tidak memberikan pendapat (Disclaimer) tahun
2004 meningkat tajam dari 7 daerah tahun 2004 menjadi
120 daerah tahun 2008
• Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) tahun 2004
merosot tajam dari 249 (2004) menjadi 137 daerah
tahun 2008;
• Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) tahun 2004 ada
21 dan merosot menjadi hanya 8 daerah tahun 2008;
• Ada 293 LKPD Tahun 2008 yang telah diperiksa BPK
pada Semester I Tahun 2009, BPK memberikan:
– opini WTP atas 8 LKPD,
– opini WDP atas 217 LKPD,
– opini tidak wajar (TW) atas 21 LKPD, dan
– opini TMP atas 47 LKPD.
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah
Alternatif pemberantasan korupsi daerah

More Related Content

Viewers also liked

Le marketing adapté à une clientèle branchée
Le marketing adapté à une clientèle branchéeLe marketing adapté à une clientèle branchée
Le marketing adapté à une clientèle branchée
francoquebecetourisme
 
Audit personnalisé Performance Tourisme
Audit personnalisé Performance TourismeAudit personnalisé Performance Tourisme
Audit personnalisé Performance Tourisme
Performance_Tourisme
 
FR-Méga Nutrition Super Aliment Biologique_Final
FR-Méga Nutrition Super Aliment Biologique_FinalFR-Méga Nutrition Super Aliment Biologique_Final
FR-Méga Nutrition Super Aliment Biologique_Final
Sabine FAURE SA Mlle
 

Viewers also liked (13)

Kebutuhan Electrolit
Kebutuhan ElectrolitKebutuhan Electrolit
Kebutuhan Electrolit
 
Tema 9
Tema 9 Tema 9
Tema 9
 
Presentación Informe de Comercio Exterior 2015
Presentación Informe de Comercio Exterior 2015Presentación Informe de Comercio Exterior 2015
Presentación Informe de Comercio Exterior 2015
 
SMARTPHONE ADDICTED
SMARTPHONE ADDICTEDSMARTPHONE ADDICTED
SMARTPHONE ADDICTED
 
Coca Cola PEST & SWOT analysis.
Coca Cola PEST & SWOT analysis.Coca Cola PEST & SWOT analysis.
Coca Cola PEST & SWOT analysis.
 
Le marketing adapté à une clientèle branchée
Le marketing adapté à une clientèle branchéeLe marketing adapté à une clientèle branchée
Le marketing adapté à une clientèle branchée
 
Audit personnalisé Performance Tourisme
Audit personnalisé Performance TourismeAudit personnalisé Performance Tourisme
Audit personnalisé Performance Tourisme
 
ET12 - EX4 - Google adwords
ET12 - EX4 - Google adwordsET12 - EX4 - Google adwords
ET12 - EX4 - Google adwords
 
Dcf e marketing 25 juin 2015 besancon v1
Dcf e marketing 25 juin 2015 besancon v1Dcf e marketing 25 juin 2015 besancon v1
Dcf e marketing 25 juin 2015 besancon v1
 
FR-Méga Nutrition Super Aliment Biologique_Final
FR-Méga Nutrition Super Aliment Biologique_FinalFR-Méga Nutrition Super Aliment Biologique_Final
FR-Méga Nutrition Super Aliment Biologique_Final
 
Seocamp2016 : javascript et indexation, où en est-on ?
Seocamp2016 : javascript et indexation, où en est-on ?Seocamp2016 : javascript et indexation, où en est-on ?
Seocamp2016 : javascript et indexation, où en est-on ?
 
Article 02 (1)
Article 02 (1)Article 02 (1)
Article 02 (1)
 
Wordfence 2016
Wordfence 2016Wordfence 2016
Wordfence 2016
 

Similar to Alternatif pemberantasan korupsi daerah

Perbandingan kebijakan pemberantasan korupsi s h-i
Perbandingan kebijakan pemberantasan korupsi s h-iPerbandingan kebijakan pemberantasan korupsi s h-i
Perbandingan kebijakan pemberantasan korupsi s h-i
Hello Katie
 
324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf
324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf
324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf
SalmanLsm
 
20130415 paparan deputi bidang pelayanan publik mahasiswa ui wamen
20130415 paparan deputi bidang pelayanan publik mahasiswa ui wamen20130415 paparan deputi bidang pelayanan publik mahasiswa ui wamen
20130415 paparan deputi bidang pelayanan publik mahasiswa ui wamen
Mohammad Subhan
 
Ppt cg sap 12 fix tinggal slide show
Ppt cg sap 12 fix tinggal slide showPpt cg sap 12 fix tinggal slide show
Ppt cg sap 12 fix tinggal slide show
Ayuetika2
 
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Sarana Akuntabilitas dan Transparansi Keuang...
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Sarana Akuntabilitas dan Transparansi Keuang...Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Sarana Akuntabilitas dan Transparansi Keuang...
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Sarana Akuntabilitas dan Transparansi Keuang...
naim muhammad
 

Similar to Alternatif pemberantasan korupsi daerah (20)

Tren Penegakan Hukum Kasus Korupsi 2011
Tren Penegakan Hukum Kasus Korupsi 2011Tren Penegakan Hukum Kasus Korupsi 2011
Tren Penegakan Hukum Kasus Korupsi 2011
 
Strategi Percepatan RB Melalui Penguatan Akuntabilitas
Strategi Percepatan RB Melalui Penguatan AkuntabilitasStrategi Percepatan RB Melalui Penguatan Akuntabilitas
Strategi Percepatan RB Melalui Penguatan Akuntabilitas
 
Desain Pencegahan Korupsi di Indonesia
Desain Pencegahan Korupsi di IndonesiaDesain Pencegahan Korupsi di Indonesia
Desain Pencegahan Korupsi di Indonesia
 
Analisis Faktor2 yg mempengaruhi Kualitas Ausit di BPK RI (simposium)
Analisis Faktor2 yg mempengaruhi Kualitas Ausit di BPK RI (simposium)Analisis Faktor2 yg mempengaruhi Kualitas Ausit di BPK RI (simposium)
Analisis Faktor2 yg mempengaruhi Kualitas Ausit di BPK RI (simposium)
 
Perbandingan kebijakan pemberantasan korupsi s h-i
Perbandingan kebijakan pemberantasan korupsi s h-iPerbandingan kebijakan pemberantasan korupsi s h-i
Perbandingan kebijakan pemberantasan korupsi s h-i
 
Stranas ppk ac forum ipk_iph_aksi2014_diani
Stranas ppk ac forum ipk_iph_aksi2014_dianiStranas ppk ac forum ipk_iph_aksi2014_diani
Stranas ppk ac forum ipk_iph_aksi2014_diani
 
324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf
324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf
324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf
 
MPA-1, Kol inf Triadi Murwanto S.E,M.M., Prof Hapzi Ali, Analisis Kluster, Un...
MPA-1, Kol inf Triadi Murwanto S.E,M.M., Prof Hapzi Ali, Analisis Kluster, Un...MPA-1, Kol inf Triadi Murwanto S.E,M.M., Prof Hapzi Ali, Analisis Kluster, Un...
MPA-1, Kol inf Triadi Murwanto S.E,M.M., Prof Hapzi Ali, Analisis Kluster, Un...
 
20130415 paparan deputi bidang pelayanan publik mahasiswa ui wamen
20130415 paparan deputi bidang pelayanan publik mahasiswa ui wamen20130415 paparan deputi bidang pelayanan publik mahasiswa ui wamen
20130415 paparan deputi bidang pelayanan publik mahasiswa ui wamen
 
Pembangunan Aparatur yang Partisipatif menuju Good Governance Tinjauan Pening...
Pembangunan Aparatur yang Partisipatif menuju Good Governance Tinjauan Pening...Pembangunan Aparatur yang Partisipatif menuju Good Governance Tinjauan Pening...
Pembangunan Aparatur yang Partisipatif menuju Good Governance Tinjauan Pening...
 
Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi
Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti KorupsiSolusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi
Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi
 
Kepuasan wp
Kepuasan wpKepuasan wp
Kepuasan wp
 
03 jom 7(2) 2011 102 116 pujianik analisis peran dan fungsi
03 jom 7(2) 2011 102 116 pujianik analisis peran dan fungsi03 jom 7(2) 2011 102 116 pujianik analisis peran dan fungsi
03 jom 7(2) 2011 102 116 pujianik analisis peran dan fungsi
 
ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA(NPI) 2014 - 20...
ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA(NPI) 2014 - 20...ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA(NPI) 2014 - 20...
ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA(NPI) 2014 - 20...
 
Ppt cg sap 12 fix tinggal slide show
Ppt cg sap 12 fix tinggal slide showPpt cg sap 12 fix tinggal slide show
Ppt cg sap 12 fix tinggal slide show
 
Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Melalui Pembenahan Sistem Perij...
Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Melalui Pembenahan Sistem Perij...Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Melalui Pembenahan Sistem Perij...
Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Melalui Pembenahan Sistem Perij...
 
Kebijakan Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kerangka InvestasiKebijakan Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kerangka Investasi
 
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...
 
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Sarana Akuntabilitas dan Transparansi Keuang...
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Sarana Akuntabilitas dan Transparansi Keuang...Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Sarana Akuntabilitas dan Transparansi Keuang...
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Sarana Akuntabilitas dan Transparansi Keuang...
 
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...
 

Alternatif pemberantasan korupsi daerah

  • 1. MENGGAGAS ALTERNATIF PEMBERANTASAN KORUPSI DI DAERAH Diskusi di Kuliah Umum Universitas ANDALAS Padang, 12 April 2010 DR. Bambang Widjojanto PARTNERSHIP FOR GOVERNANCE REFORM Pengajar Fakultas Hukum Univ. Trisakti Senior Partner WSA LAWFIRM
  • 2. PENDAHULUAN • Korupsi sudah menjadi bagian dari diskursus publik; • Modus operandi kejahatan kian canggih dan meningkat; • Trend kejahatan  kombinasi dari penyalahgunaan kewenangan atau “memperdagangkan pengaruh”, bertemu dengan kepentingan bisnis dan kekuasaan; • Sebaran kasus korupsi sudah mencakup daerah • Konsolidasi human resources di bidang penegakan hukum masih menjadi problem mendasar; • Nasional dan daerah belum mempunyai fokus, prioritas, strategi dan program yang lebih sistematis dan terstruktur dalam pemberantasan korupsi; • “Gerakan sosial anti korupsi” di nasional dan daerah belum sepenuhnya mendorong keterlibatan publik secara lebih luas;
  • 3. POSISI KORUPSI INDONESIA • Survei Corruption Perception Index (CPI) yang dilakukan Transparancy International (TI) masih menempatkan Indonesia pada posisi yang cukup memperihatinkan; • Ada kecendrungan peningkatan angka Indeks tetapi jumlahnya masih sangat kecil, terbatas serta belum sangat konsisten. – Tahun 2008, CPI Indonesia 2,6 berada diurutan ke-126; – Tahun 2007, CPI Indonesia 2,3 urutan ke 143 dari 180 negara yang di survei. – Tahun 2006, CPI Indonesia, 2,4; • IPK Indonesia tahun 2008, sebagian besar kota di Indonesia pemerintah daerahnya dipersepsikan korup (hanya Yogyakarta dan Palangkaraya kota  skor diatas 6);
  • 4. • Indeks yang tersebut dalam Global Corruption Barometer tahun 2007, – Responden yang menyatakan membayar suap mencapai 31%. – Indeks menunjukan: • Kepolisian skor nilai indeks 4,2; • Peradilan dan DPR yang indeksnya 4,1. • Partai politik nilainya 4,0, • Pelayanan perijinan dan perpajakan indeksnya 3,8 dan 3,6. • Survei Bribe Payer Indexs (Indeks Pembayar Suap/ IPS) yang dilakukan Transparency International tahun 2006 mengungkapkan; – Suap juga terjadi di perusahaan negara-negara pengekspor besar; – Adanya kecenderungan perusahaan negara-negara pengekspor terkemuka melakukan suap di luar negeri. – Korporasi masih melakukan suap, terutama jika beroperasi di negara-negara berkembang. – Tindakan suap juga dilakukan perusahaan yang berasal dari negara kekuatan ekonomi baru, seperti: Brasil, Rusia, India, dan Cina (BRICs). – Pada kasus Cina (BRICs lainya), penerapan prinsip bisnis anti- korupsi tidak diterapkan perusahaan mereka ketika beroperasi di luar negeri.
  • 5. KONTEKS POTENSI INDONESIA • Dana APBN Perubahan tahun 2010 berjumlah sekitar Rp. 1.047, 6 triliun dan target penerimaan pajak 733,24 Triliun; • APBN 2010  Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp725, 2 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp322,4 triliun a/ sekitar > 30% dari APBN diberikan ke daerah; • Ada sekitar Rp. 435 triliun u/ belanja barang, modal, hibah, bantun sosial, belanja lain2 & subsidi non energi • Akhir Semester I TA 2009, ada lebih dari 62 ribu temuan senilai hampir Rp. 3.000 triliun dng jumlah rekomendasi lebih dari 112 ribu senilai Rp. 2.000 triliun. • Sekitar 22 ribu rek. senilai Rp.1.285 triliun telah ditindaklanjuti ttp belum sesuai dng rekomendasi atau masih dalam proses tindaklanjuti; dan • Sekitar 41 ribu rekomendasi senilai Rp. 313 triliun belum ditindaklanjuti. • (Data BPK Semester I Tahun 2009)
  • 6. • Indikasi Pidana di Akhir semester I tahun 2009, Hasil Pemeriksaan (HP) BPK yg disampaikan ke instansi berwenang sebanyak • 223 kasus senilai Rp30,5 triliun dan USD470 juta. • 132 (59%) kasus telah ditindaklanjuti oleh Instansi Penegak hukum (Kejaksaan, Kepolisian dan KPK) ke dalam proses peradilan yaitu: – penyelidikan 20 kasus (9%), – penyidikan 15 kasus (7%), – penuntutan 8 kasus (4%), putusan 37 kasus (17%), – dihentikan 10 kasus (4%), dan – dilimpahkan kepada Kejaksaan Tinggi atau KPK sebanyak 42 kasus (18%). • Khusus selama semester I Tahun 2009 saja, hasil pemeriksaan BPK berindikasi unsur pidana yang diserahkan kepada instansi penegak hukum sebanyak 19 kasus senilai Rp340 miliar dan USD94,6 ribu.
  • 7. • Kualitas akuntabilitas Laporan Keuangan Pemda (LKPD) masih buruk; • Opini dengan penilaian tidak wajar (adverse) meningkat tajam dari jumlah 10 daerah (2004) menjadi 59 (2007), • Opini Tidak memberikan pendapat (Disclaimer) tahun 2004 meningkat tajam dari 7 daerah tahun 2004 menjadi 120 daerah tahun 2008 • Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) tahun 2004 merosot tajam dari 249 (2004) menjadi 137 daerah tahun 2008; • Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) tahun 2004 ada 21 dan merosot menjadi hanya 8 daerah tahun 2008; • Ada 293 LKPD Tahun 2008 yang telah diperiksa BPK pada Semester I Tahun 2009, BPK memberikan: – opini WTP atas 8 LKPD, – opini WDP atas 217 LKPD, – opini tidak wajar (TW) atas 21 LKPD, dan – opini TMP atas 47 LKPD.