SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Pada suatumalam,Doni sedangdalamperjalananpulangkerumahnya,di perjalanandia
melewati rumahtuayangbesardan menyeramkan,tibatibadiamendengarsuarabisingdari
kejauhan,Donipunmulai mendekati sumbersuaraitu,danternyatasuaraituberasal dari dalam
rumah tua,diapun berjalanmendekati rumahitu.diamenerawangkekacarumah .tetepi tiada
orang satu pundi dalam rumah,diaketakutandanbergegaspulang .
pada keesokanharinya,Doni menceritanpengalamannyaitu kepadatemantemannyadi
sekolah,tetapi tidakadasatuorangpunyangmempercayainya,
“hei temantemanaku kemarinmalammelewati rumahtuayangada di sebrangjalanitu
loh..”
“ah..,masasih,manamungkinkamuberani melewati rumahtuaituDon?”
karenapenasarandengan suara yangdi dengarnyakemarinmalamia anakitu datanglagi
ke rumah yangbesar itulagi .diamelihatlagi ke kaca lagi .ahada orang .bukankemaren malam
tiada orang . kataanak sambil terkejut .tapi anehsekali kemarin malam seram dan banyaksarang
labalaba ,sekarangkojabi bersihsekali .anak itubernama lili adiknyadoni
“lili ayopergi,kakak nungguindirumah“kata umi
iya umi aku kesana UMI” kata lili sambil BERLARI,berlari kencangsekali sampe jatuh ,lili
menangis kencang sekali sampe umi lili batangmalihatlili menangiskencang ,umi keget sekali
“ya ampunkenapadisa begi ini astagfirullah aladzim” kataumi sambilterkejut dan lilidi bawa
ke rumahsakitterdekatlili di UGD , sesudahdiperisa doktorkeluatdari UGD dan menjelaskan
apa penyeakitnya
“maaf ternyataanaktulangkaki anak ibu, patah jadi anak ibutidak bisaderjalan,jadi anak
sementara disini ini .dirawat“ kata doter
“oh gitujadi berapabayar nyaya pak “ kata doni sambil cemas
Pendahuluan
Pembelajaran bahasa haruslah lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
daripada pembelajaran tentang sistem bahasa (Depdiknas, 2003: 2). Pendekatan yang paling
tepat adalah pende-katan pembelajaran yang memberi penekanan aspek keterampilan
berbahasa dalam praktik komunikasi keseharian. Dengan demikian, siswa mampu
memanfaatkan bahasa dalam kegiatan berbahasa, baik secara lisan maupun tulisan.
Ketercapaian kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia mengacu pada Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, dan Materi Pembelajaran (Depdiknas, 2003: 2). Kom-petensi-kompetensi
tersebut secara terpadu dikemas dalam keempat aspek keterampilan berbahasa, yakni
kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Depdiknas, 2003: 3-4).
Standar Kompetensi pembelajaran me-nulis adalah mampu mengungkapkan gagasan,
pendapat, dan perasaan (Depdiknas, 2005: 33). Lingkup materi meliputi pengembangan
paragraf narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Materi dirinci lagi menjadi pro-posal, hasil
wawancara, artikel, makalah, resensi, rangkuman, laporan, dan berbagai surat resmi.
Pembelajaran menulis di sekolah belum optimal baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Dewi,
2007). Persoalan yang dihadapi berupa tidak menariknya metode, kurangnya alokasi waktu, dan
orientasi pembelajaran pada materi.
Sonya Inna S. mengungkapkan hal senada. Pembelajaran menulis masih kurang efektif karena
guru belum menekankan pada penguasaan materi bukan kemampuan ber-bahasa (Inna S.,
2007). Kondisi ini menyebab-kan siswa malas, tidak berminat, dan tidak memiliki motivasi
mengikuti pelajaran menulis.
Pembelajaran menulis surat lamaran pe-kerjaan sebagai salah satu materi pembelajaran
menulis di kelas XII SMA, menghadapi kendala yang sama dengan belajar menulis pada
umumnya. Surat lamaran pekerjaan merupakan materi menulis di semester ganjil. Silabus
pembelajaran merumuskan “Menulis surat lamaran pekerjaan berdasarkan unsur-unsur dan
struktur”. Hasil pembe-lajaran menunjukkan kelemahan umum seperti yang dikelompokkan oleh
Thomas Wiyasa menjadi enam kategori.
1. Surat dengan susunan kalimat tidak lengkap dan berbelit-belit.
2. Surat dengan penggunaan tanda baca yang tidak perlu, salah, atau berlebihan
3. Surat dengan banyak ejaan yang salah, tidak sesuai ejaan yang disempurnakan.
4. Surat dengan pemakaian istilah asing yang tidak perlu.
5. Surat dengan tata bahasa yang tidak teratur.
6. Surat dengan penggunaan bentuk atau model surat yang tidak menentu.
(Wiyasa, 1996: 1)
Beberapa persoalan di atas menjadi pijakan pembahasan karya tulis ini. Persoalan utama adalah
pentingnya menentukan metode yang mampu membangkitkan minat dan motivasi siswa menulis
surat lamaran pekerjaan.
Banyak metode dapat dipilih guru untuk peningkatan pembelajaran. Pilihan metode harus sesuai
dengan kebutuhan, kepentingan, maupun karakteristik materi. Kreasi dan modifikasi metode
dapat juga dilakukan, tergantung pada situasi dan keadaan lingkungan tempat mengajar.Tulisan
ini akan menyajikan usaha peningkatan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan siswa
kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta dengan metode team game tour-nament (TGT). Metode
ini perlu dicoba sebagai bentuk variasi metode pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan.
TGT menurut Peter G. Cole “this is co-operative learning program that uses the same team
formation, organisation of in-struction and worksheet assignment as in STAD” (Cole, 1990: 337).
TGT merupakan program belajar kooperatif yang mengandung unsur formasi, instruksi, dan
lembar tugas. Formasi ditandai pengelompokan siswa dengan kemampuan beragam ke dalam
tim. Sedangkan instruksi berbentuk pertanyaan/ kuis dengan lembar tugas tertentu.
Pelaksanaan metode TGT dikemas menjadi “a series of games is organised”,(Cole, 1990: 337)
dan dilaksanakan ber-dasarkan seperangkat permainan pertandingan. Siswa dengan berbagai
kemampuan saling bertanding dalam turnamen. Guru (dapat juga menunjuk siswa) berperan
sebagai pemandu. Tim mempunyai hak yang sama menjawab pertanyaan. Jika menjawab salah
atau pass, kesempatan akan diberikan kepada tim lain. Jawaban betul mendapat skor yang
nantinya digabungkan untuk mendapatkan skor tim.
Menurut Peter G. Cole, “The advan-tages of this game format is that it is usu-ally enjoyed by
student and provides varia-tion from the more routine STAD Process”(Cole, 1990: 337).
Keuntungan metode TGT, siswa lebih rileks dalam pembelajaran dan menerima metode tersebut
sebagai variasi pembelajaran rutin.Keuntungan yang lain adalah unsur kerjasama dan kompetisi
selama pembelajaran berlangsung. Kompetisi merupakan unsur pal-ing menantang. Siswa
berpeluang menunjukkan kemampuannya di hadapan teman sekelas ketika melawan tim lain
dalam pertandingan (turnamen) tersebut.
Metode TGT dapat meningkatkan kepekaan sosial dan kerja sama siswa dalam memecahkan
masalah (Arixs, 2007). Metode TGT lebih mementingkan keberhasilan kelompok dibandingkan
keberhasilan individu. Namun, penghargaan yang didapatkan oleh kelompok sangat ditentukan
oleh keberhasilan penguasaan materi setiap anggota kelompok.
Ada lima komponen utama dalam metode TGT. Komponen-komponen tersebut meliputi
penyajian kelas, kelompok (tim), game (permainan), turnamen
(pertandingan), team recognize(penghargaan kelompok). Kelima komponen utama ini
memungkinkan pembe-lajaran lebih menarik, menyenangkan, dan menggairahkan. Situasi yang
berkembang di dalam kelas pun menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, persaingan
sehat, dan keterlibatan belajar secara aktif. Situasi menyenangkan dalam proses menjadikan
pembelajaran lebih bermakna sehingga hasil yang dicapai pun optimal.
TGT boleh digunakan oleh pelbagai kumpulan umur dalam pelbagai mata pelajaran (Arixs,
2007). Pembelajaan menulis surat lamaran pekerjaan dapat pula menggunakan metode ini.
Tentu saja perlu penyesuaian dan modifikasi seperlunya. Langkah-langkah dan prosedur
pelaksanaan harus dirancang secermat mungkin agar implementasinya dapat berjalan dengan
baik.
Alasan-alasan di atas dijadikan pertim-bangan pemakaian metode TGT dalam meningkatkan
kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan. Metode TGT diharapkan menjadikan
pembelajaran menarik, menyenangkan, dan menggairahkan. Situasi kelas mampu
menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, kompetisi, dan partisipasi yang diperlukan
dalam keberhasilan belajar.
Penelitian tindakan kelas (PTK) mene-rapkan metode TGT model Silberman untuk
meningkatkan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan. Modifikasi dilakukan sesuai
dengan situasi dan karakteristik objek penelitian.
Berikut prosedur pelaksanaan metode TGT (Siberman, 2004) dengan perubahan seperlunya.
1. Membagi siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan 5-6 siswa dengan jumlah
setiap tim sama.
2. Memerintahkan kepada tim untuk mencermati contoh lamaran peker-jaan yang
telah disiapkan guru.
3. Membagikan lembar tugas berisi pertanyaan yang menguji pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan.
4. Memerintahkan kepada siswa me-ngerjakan lembar tugas berdasar ronde-ronde
yang telah dipersiapkan.
5. Menampilkan jawaban benar untuk mengetahui perolehan skor atau nilai
perorangan.
6. Menjumlah perolehan skor untuk mengetahui jumlah perolehan skor atau nilai
masing-masing tim dan mengumumkan pemenang ronde 1.
7. Memberikan penghargaan kepada tim pemenang.
8. Memerintahkan siswa melakukan persiapan untuk ronde 2 turnamen.
9. Mengajukan lagi pertanyaan lanjutan yang terdapat di lembar tugas.
10. Menampilkan jawaban untuk mengetahui perolehan skor individu maupun skor
tim.
11. Mengumumkan pemenang ronde 2.
12. Menjumlah perolehan skor ronde 1 dan ronde 2 untuk menentukan pemenang di
akhir ronde 2.
Prosedur di atas akan terus berulang sampai materi pembelajaran habis. Di akhir ronde, seluruh
nilai perorangan dan tim dijumlahkan. Nilai perorangan sebagai nilai proses pembelajaran
masing-masing siswa. Nilai tim dijadikan dasar penentuan pemenang turnamen. Tim yang
memperoleh jumlah nilai tertentu dapat diberi predikat sesuai dengan pencapaiannya. Dapat
pula diberi hadiah sebagai bentuk penghargaan atas usaha dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran.
Dua tujuan hendak dicapai oleh PTK ini. Pertama, untuk memaparkan langkah penerapan
metode TGT dalam pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan. Kedua, untuk memaparkan
tingkat efektivitas metode TGT pada peningkatan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan
siswa kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta.
PTK bermanfaat bagi guru dan siswa. Bagi guru, (1) memberi umpan balik yang objektif, (2)
memberikan gambaran tingkat efektivitas metode TGT, dan (3) memotivasi guru
mengembangkan kreativitas tugas pro-fesionalnya. Bagi siswa, (1) memberi pengalaman dalam
meningkatkan kemampuan menulis, (2) memberi pengalaman kerja sama dan kompetisi, (3)
memberi dorongan minat dan motivasi siswa, dan (4) memberi keterampilan menulis.
2. Metode Penelitian
2.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta, Kota Surakarta, Jateng.
Jumlah siswa 30 orang, 16 wanita dan 14 pria. Penelitian dilaksanakan pada semes-ter ganjil
Tahun Pelajaran 2007 / 2008. Lokasi SMA di Kecamatan Serengan, Surakarta. Tahun Pelajaran
2007 / 2008 terdapat 5 kelas X, 7 kelas XI, dan 5 kelas XII yang diampu oleh 44 orang guru.
2.2. Prosedur PTK
Langkah-langkah PTK mengacu panduan usulan yang dikeluarkan Dikti dengan empat
tahapannya. Keempat tahapan tersebut(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pemantauan, dan
(4) refleksi (Dikti, 2007). Tahapan dilaksanakan setelah diadakan analisis situasi (aspek
kemampuan menulis siswa), analisis kebiasaan penilaian, dan analisis proses pembelajaran.
Proses penelitian selanjutnya disusun dalam rangkaian siklus berulang. Jika Siklus I belum
menunjukkan keberhasilan yang diharapkan, langkah-langkah PTK tersebut diulangi pada Siklus
II setelah dilakukan refleksi. Demikian seterusnya sampai kegiatan dianggap berhasil.
Berikut ini diuraikan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas.
1) Perencanaan
Tahap perencanaan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi a) penyusunan
silabus, b) penyusunan RPP, c) penyusunan ronde-ronde permainan/turnamen, d) penyusunan
lembar pengamatan, dan e) penyusunan daftar nilai keberhasilan siklus.
2) Pelaksanaan
Proses pembelajaran dilaksanakan setelah seluruh rangkaian persiapan selesai. Pelaksanaan
sesuai jadwal penelitian berdasar jadwal pelajaran. Setiap tatap muka berlangsung selama 1 x
45 menit, masing-masing siklus berlangsung selama empat kali tatap muka.
3) Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan bersamaan proses pembelajaran sesuai dengan jadwal ma-sing-
masing siklus untuk mendapatkan data penelitian, baik data kualitatif maupun kuantitatif.
Aktivitas siswa diamati sebagai data kualitatif sedangkan skor/nilai sebagai data kuantitatif.
4) Refleksi
Refleksi dilakukan berdasar data yang didapat melalui pengamatan setiap siklus. Hasil yang
diperoleh dijadikan bahan evaluasi dan refleksi siklus berikutnya. Kekurangan-kekurangan
dianalisis dan dievaluasi sehingga pada setiap tahapan kualitas pembelajaran dapat
ditingkatkan.
2.3. Kriteria Keberhasilan
Keberhasilan pembelajaran menitikberat-kan aspek proses dan aspek hasil. Proses dilihat dari
kinerja guru dalam menerapkan metode TGT, partisipasi siswa, dan perkem-bangan
kemampuan menulis (ronde 1-7 turnamen). Aspek hasil dilihat dari nilai menulis surat lamaran
pekerjaan. Jika 75% siswa pada ronde 8 mendapat nilai 70 maka penerapan TGT telah
dianggap berhasil.
2.4. Analisis Data
1) Analisis Kriteria Keberhasilan Proses Analisis kinerja guru berdasar data
pengamatan guru dan catatan pengamat. Metode TGT dianggap tidak maksimal jika terdapat
penyimpangan, atau pelaksanaan tidak sempurna. Partisipasi siswa dianalisis ber-dasar data
guru dan catatan pengamat. Jika lebih dari 75% siswa terlibat aktif maka pem-belajaran
dianggap berhasil.
Perkembangan kemampuan menulis siswa diamati dari lembar pengamatan tiap ronde
pelaksanaan turnamen. Kegiatan dianggap berhasil jika tiap ronde, terdapat 75% siswa yang
telah menguasasi materi.
2) Analisis Hasil Tulisan
Tulisan siswa dinilai berdasarkan kete-patan unsur surat,format surat, dan bahasa surat.
Rentang nilai Ronde1, skor maksimal 20; Ronde 2, skor maksimal 10; Ronde 3, skor maksimal
20; Ronde 4, skor maksimal 20; Ronde 5, skor maksimal 10; Ronde 6, skor maksimal 10; Ronde
7, skor maksimal 10; dan Ronde 8, skor maksimal 100 (Ronde 8 dasar analisis hasil
pembelajaran)
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Pembelajaran Menulis Surat Lamaran Pekerjaan dengan TGT pada Siklus I
3.1.1 Pelaksanaan Siklus I
Pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan pada Siklus I dilaksanakan dalam empat tatap
muka. Setiap tatap muka menggunakan lembar tugas sebagai pedoman turnamen sekaligus
dasar analisis proses.
a) Tatap Muka Pertama
Tatap muka pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Agustus 2007 pukul 08.30 – 09.15.
Selama 15 menit awal dilakukan per-siapan mulai penyusunan kelompok, mema-hami materi,
membagi lembar tugas, dan penjelasan permainan.
Turnamen diawali dengan memerintahkan siswa mengerjakan pertanyaan pada ronde 1. Siswa
melihat contoh penulisan yang benar. Siswa diminta menilai hasil pekerjaan berdasar kriteria..
Kendala berikut dicatat oleh pengamat maupun oleh guru. (1) Jawaban tidak bisa dipakai menilai
secara individual. (2) Waktu pelaksanaan lebih lama dari perkiraan. (3) Guru mondar-mandir
melayani pertanyaan kelompok. (4) Proses penjumlahan nilai dan pengumuman skor tim tidak
lancar karena tidak ada petugas khusus.
b) Tatap Muka Kedua
Tatap muka kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Agustus 2007 pukul 09.30 – 10.15. Siswa
diberi kesempatan melakukan persiapan untuk ronde berikutnya. Guru memerintahkan siswa
mengerjakan soal ronde 2 - 4. Siswa melihat contoh penulisan yang benar. Kompetisi antartim
sudah mulai tampak. Tim dengan nilai tertinggi melakukan perayaan setelah jumlah nilai
perolehan diumumkan. Kendala pada tatap muka pertama masih muncul di tatap muka kedua.
Berdasarkan catatan pengamatan, ditemukan fakta bahwa pencapaian nilai/skor siswa belum
menunjukkan hasil maksimal.
c) Tatap Muka Ketiga
Tatap muka ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Agustus 2007 pukul 12.00 – 12.45. Siswa
diberi kesempatan melakukan persiapan. Siswa mengerjakan pertanyaan ronde 5– 7. Proses
berikutnya pencocokan. Hasil menunjukkan masih belum mencapai standar yang diharapkan.
Kemampuan siswa menyusun kalimat belum maksimal. Kelengkapan isi surat lamaran pekerjaan
kurang sempurna. Kalimat penutup surat lamaran pekerjaan masih banyak yang salah.
d) Tatap Muka Keempat
Tatap muka keempat dilaksanakan pada hari Kamis, 30 Agustus 2007 pukul 07.45 – 08.30.
Siswa diminta membawa masing-masing contoh iklan lowongan pekerjaan. Mereka diberi
kesempatan melakukan persiapan menghadapi ronde terakhir permainan. Siswa mengerjakan
pertanyaan ronde 8. Hasil pengamatan menunjukkan sejumlah fakta, nilai tidak akurat, siswa
mampu cenderung membantu siswa kurang mampu, kemampuan menulis surat belum
memuaskan, dan kerja sama bersifat negatif.
3.1.2 Evaluasi Siklus I
a) Evaluasi Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran menunjukkan sejumlah kelemahan pada Siklus I. Tingkat partisipasi siswa
hanya 67,67% dari seha-rusnya 75 %. Kelemahan lain, nilai individu tidak akurat; (2) waktu lebih
lama dari perkiraan; (3) efektivitas waktu kurang; (4) tidak ada petugas khusus; (5) muncul sifat
ketergantungan; dan (6) guru kesulitan memberi contoh jawaban yang benar.
Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran belum sesuai harapan. Persentase siswa
yang menguasai materi pembelajaran tiap-tiap ronde belum melewati 75 % (lihat Tabel 1).
b) Evaluasi Hasil Pembelajaran
Evaluasi hasil pembelajaran difokuskan ronde terakhir turnamen. Dari batasan 75 %, baru 65,80
% siswa yang menguasai materi pembelajaran. Ketidaksempurnaan tulisan
Tabel 1: Rekapitulasi Hasil Pengamatan Ronde-ronde TGT Siklus I
No Ronde dan Partisipasi Persentase
1 R 1 70,17
2 R 2 63,67
3 R 3 65,50
4 R 4 64,83
5 R 5 64,00
6 R 6 63,67
7 R 7 65,67
8 R 8 65,80
9 Partisipasi Aktif 67,67
siswa terlihat dari format surat, unsur surat, maupun bahasa surat.
3.1.3 Refleksi Siklus I
Hasil evaluasi proses dan hasil pembe-lajaran belum mencapai kriteria yang dite-tapkan.
Kegagalan terlihat pada pelaksanaan yang belum sempurna dan adanya sejumlah kelemahan.
Kelemahan menyebabkan pembelajaran kurang optimal. Misalnya, jawaban tidak bisa dipakai
menilai kemampuan individu secara akurat. Pembagian dan pengelompokan siswa, pencocokan
jawaban, dan adaptasi terhadap metode menyebabkan waktu menjadi lebih lama dari perkiraan.
Efektivitas waktu pembelajaran kurang. Proses penjumlahan nilai dan pengumuman skor tim
kurang lancar. Muncul sifat ketergantungan yang merugikan kelompok. Iklan beragam
menyulitkan guru dalam memberi contoh jawaban yang benar. Pemahaman siswa terhadap
materi pem-belajaran belum menunjukkan keberhasilan yang diharapkan. Persentase siswa
yang menguasai materi tiap-tiap ronde belum terlewati. Evaluasi hasil pembelajaran masih
rendah, baru 65,80 %.
3.2 Pembelajaran Menulis Surat Lamaran Pekerjaan dengan TGT pada Siklus II
3.2.1 Pelaksanaan Siklus II
Pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan pada Siklus II dilaksanakan dalam empat tatap
muka. Tatap muka menggunakan lembar tugas yang sama dengan Siklus I sebagai pedoman
turnamen sekaligus dasar analisis proses.
a) Tatap Muka Pertama
Tatap muka pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 4 September 2007 pukul 08.30 – 09.15.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran, selama 15 menit awal dilakukan persiapan. Guru memilih
masing-masing seorang anggota kelompok untuk mengawasi kelompok lain agar tidak terjadi
kecurangan. Turnamen diawali dengan memerintahkan siswa mengerjakan pertanyaan pertama
dan kedua pada ronde 1. Guru membagikan kepada masing-masing kelompok contoh penulisan
yang benar. Siswa menilai hasil pekerjaan berdasar kriteria yang diberikan oleh guru di bawah
pengawasan anggota tim lain. Pelaksanaan ronde 1 memperlihatkan ke-majuan yang signifikan.
Siswa yang menguasai materi pembelajaran mencapai 85, 50 %. Waktu pembelajaran lebih
efektif. Tingkat objektivitas hasil yang dicapai setiap siswa lebih tinggi. Kontribusi siswa kepada
kelompok lebih positif. Pengumuman hasil perolehan skor berjalan lancar karena dilakukan
pengamat khusus dari kelompok lain.
b) Tatap Muka Kedua
Tatap muka kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 4 September 2007 pukul 09.30 – 10.15. Guru
mengingatkan materi yang menjadi fokus pembicaraan pada ronde 2 – 4 selanjutnya
mengerjakan soal ronde 2 – 4. Persaingan antartim menunjukkan peningkatan. Setiap kali
jumlah nilai perolehan diumumkan, tim dengan nilai tertinggi merayakan dengan yel-
yelkebanggaan. Keberhasilan ronde 2 – 4 cukup me-muaskan. Persentase penguasaan materi
meningkat dari 63,67 % menjadi 79,33 % siswa di ronde 2. Dari 65,50 % menjadi 77, 83 % siswa
di ronde yang ke-3. Dan dari 64,83 % menjadi 75,83 % di ronde 4.
c) Tatap Muka Ketiga
Tatap muka ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 5 September 2007 pukul 12.00 – 12.45. Siswa
diberi kesempatan mempersiap-kan diri menghadapi ronde 5 – 7 turnamen. Guru menyampaikan
pertanyaan secara bertahap. Persentase penguasaan materi meningkat. Ronde 5 dari 64,00 %
menjadi 77,67 % siswa. Ronde 6 dari 63,67 % menjadi 75,00 % siswa. Ronde 7 dari 65,67 %
menjadi 75,33 % siswa.
d) Tatap Muka Keempat
Tatap muka keempat dilaksanakan Kamis, 6 September 2007 pukul 07.45 – 08.30. Pada tatap
muka ini disediakan contoh iklan lowongan pekerjaan. Guru menugasi siswa memahami dan
mencermati iklan. Siswa melakukan diskusi persiapan menghadapi ronde terakhir.
Kemampuan siswa menulis surat lamaran pekerjaan meningkat. Siswa yang menguasai
keterampilan menulis surat lamaran pekerjaan 65,80 % di Siklus I sedangkan Siklus II sebanyak
78,57 % siswa.
3.2.2 Evaluasi Siklus II
Evaluasi Siklus II mengacu Siklus I. Evaluasi didasarkan pada hasil pengamatan guru, catatan
pengamat, dan nilai pencapaian siswa maupun tim. Evaluasi ditekankan pada catatan proses
pembelajaran dan hasil pem-belajaran. Hasil evaluasi disampaikan dalam uraian berikut ini.
a) Evaluasi Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran menunjukkan peningkatan kualitas. Keterlibatan siswa menunjukkan
perubahan dari Siklus I ke Siklus II. Persentase keaktivan siswa meningkat dari 67,67 % menjadi
75,17 %.
Kendala pembelajaran diatasi dengan perencanaan yang lebih cermat. Kerja sama dalam
menjawab soal diantisipasi dengan penunjukan pengamat. Ketergantungan siswa tidak terjadi
lagi. Objektivitas nilai lebih akurat untuk menilai kemampuan individu.
Kendala mengenai efektivitas waktu diatasi dengan penyiapan perangkat yang lebih lengkap,
jawaban pertanyaan tinggal dibagikan kepada kelompok sehingga waktu tidak banyak terbuang.
Peningkatan juga dapat diamati melalui perubahan persentase siswa yang menguasai materi
pembelajaran pada setiap rondenya (lihat Tabel 2).
b) Evaluasi Hasil Pembelajaran
Hasil akhir menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Persentase siswa yang memenuhi
kriteria keberhasilan meningkat 12,77 %, Siklus I 65,80 % menjadi 78,57 %.Tabel 2:
Perbandingan Pencapaian Keberhasilan Siklus I – Siklus II
No Ronde dan Partisipasi
Persentase Persentase
Siklus I Siklus II
1 R 1 70,17 85,50
2 R 2 63,67 79,33
3 R 3 65,50 77,83
4 R 4 64,83 75,83
5 R 5 64,00 77,67
6 R 6 63,67 75,00
7 R 7 65,67 75,33
8 R 8 65,80 78,57
9 Partisipasi Aktif 67,67 75,17
3.2.3 Refleksi Siklus II
Hasil evaluasi Siklus II menunjukkan pembelajaran telah berhasil mencapai kriteria yang
ditetapkan. Suasana kompetisi mening-katkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Keinginan
menjadi pemenang membangkitkan motivasi siswa untuk tampil lebih baik. Metode TGT
memberi kegembiraan dalam pembe-lajaran. Langkah pembelajaran menyadarkan siswa pada
tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab kelompok. Kerja sama pembelajaran memberikan
pengalaman berharga di samping perasaan dihargai atas prestasi dan kerja kerasnya.
4. Simpulan
Berdasarkan uraian dua siklus pembela-jaran menulis surat lamaran pekerjaan dengan metode
TGT di atas dapat dirumuskan bebe-rapa simpulan. Pertama, metode TGT cukup efektif
dipergunakan dalam pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan. Kedua, metode TGT cukup
efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan. Ketiga, metode TGT
cukup efektif meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran menulis surat lamaran
pekerjaan. Keempat, metode TGT cukup efektif meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam
pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arixs. 2007. “Tiga Guru Sains Wanita Penerima Science Education Awward Kreatif Menekuni
Sains”. http://www.cybertokoh.com/php?mod=publisher&op= viewarticle&artid=6772-23k.
Cole, Peter G. dan Lorna K.S.Chan. 1990. Methods and Strategies for Special Education. Sydney: Prentice
Hall of Australia Pty, Ltd.
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian MataPelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia. Digandakan oleh: Proyek Peningkatan Mutu SMU Jawa Tengah Tahun
2003.
Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus BerbasisKompetensi
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Penerbit PT BinatamaRaya.
Dewi, Rische Purnama. 2007. “Pemanfaatan Model Peta Pikiran”. http://www. usd.ac.id./06/
publ_dosen/gatra/jan05/rische.htm(diakses Jumat, 10 Agustus 2007)
Heniati, Diah. 2007. “Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Teknik 5W + 1H (Studi Kuasi
Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Kota
Cimahi)”.http://sps.upi.edu/v3/?page=abstrak&option+tesis&action= view&id=049519 (diakses
Jumat, 10 Agustus 2007)
Dikti. 2007. Panduan usulan dan Laporan PTK. http://www.dikti.go.id. (diakses Jumat, 10 Agustus 2007).
Inna S., Sonya. 2007. “Pengembangan Program Pembelajaran Kontekstual dalam Pelajaran
Menulis”.http://sps.upi.edu/v3/?page=abstrak&option+tesis&action= view&id=019565 (diakses
Jumat, 10 Agustus 2007)
Siberman, Melvin L.(terjemahan Raisul Mutaqqin).2004. Active Learning. Bandung: Penerbit Nusa Indah
Media dan Penerbit Nuansa.
Wiyasa, Thomas. 1996. Pola Dasar Penyusunan Surat-surat Resmi (cetakan ke-3 edisi revisi). Jakarta:
Pradnya Paramita.
ENINGKATAN KETERAMPILAN PIDATO PERSUASIF
PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI
METODE SIMULASI LOMBA PIDATO BERBAHASA INDONESIA
PADA KELAS XII IPS 1 SEMESTER 1 SMA NEGERI AJIBARANG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Sutoro*
Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar bahasa
Indonesia kelas XII IPS 1 SMA Negeri Ajibarang. Tujuan penelitian ini
untuk membuktikan bahwa Metode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa
Indonesia dapat meningkatkan keterampilan pidato persuasif siswa
kelas XII IPS 1 semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus. Alat yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi lembar pengamatan, bagan lomba, lembar soal evaluasi,
lembar penilaian. Data yang diperoleh menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar, yaitu hasil evaluasi tertulis siklus I adalah
68,40 siklus II 86,06. psikomotorik siklus I 63,20, siklus II 69,00.
Ketuntasan belajar siklus I 25%, siklus II 82%.
Kata kunci: ketrampilan, metode simulasi, pidato.
Pendahuluan.
Kesan bahwa materi pelajaran berpidato pada mata pelajaran bahasa
Indonesia tidak menyenangkan (membosankan), yang muncul setiap
siswa diajar ketrampilan berpidato, menjadi cermin betapa
mengajarkan materi berpidato sebagai materi yang harus diusahakan
sungguh-sungguh. Pidato masih dianggap momok,sesuatu yang
menakutkan bagi siswa. Untuk dapat berpidato di depan khalayak
memang harus menguasai materi yang hendak disajikan, harus
mempunyai teknik berbicara yang baik, mempunyai keberanian
mental. Jadi tidak sekadar teori pidato, apalagi tanpa praktik.
Teknik mengajar yang konvensional tidak lagi dipercaya sebagai
sistem yang relevan dengan tuntutan kemampuan psikomotorik pada
hasil belajar siswa. Guru dituntut inovatif dalam menggali metode-
metode pembelajaran. yang kreatif. Guru tidak lagi harus
mempertahankan dan membanggakan teknik maupun metode masa
lalunya. Zaman semakin berkembang, tuntutan masyarakat semakin
meningkat. Metode mengajar pun harus semakin bervariatif. Guru
yang masih berkutat dengan metode mengajar masa lalunya, akan
“ditinggalkan” oleh siswa-siswanya.
Proses belajar di sekolah bukan sekadar memorisasi dan recall,bukan
sekadar penekanan pada penguasaan tentang apa yang diajarkan
(logos). Akan tetapi, lebih menekankan pada internalisasi
tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai
muatan nurani dan dihayati serta dipratikkan dalam kehidupan oleh
peserta didik (etos).(Depdiknas MPMBS, 2001).
Berbicara di depan publik, suka atau tidak, merupakan keterampilan
yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita,
pastilah kita harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk
menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau pendapat kita
tentang sesuatu hal yang kita yakini. (http://sinarharapan.co.id,
2002).
Diakui atau tidak, lebih dari 60% siswa merasa takut bila harus
berpidato dalam forum formal di depan banyak orang (public). Baik
pada diskusi, ceramah, presentasi, maupun pidato perpisahan, bahkan
pidato di depan teman sekelasnya.
Fenomena ini sangat memprihatinkan bagi guru bahasa Indonesia.
Betapa tidak, keterampilan berbicara adalah bagian dari empat aspek
keterampilan pelajaran bahasa yang harus diajarkan kepada siswa.
Jadi bukan hanya teori yang harus dikuasai, namun kemampuan
praktik berbahasa pun harus dikuasai.
Sering pengajaran pidato, guru menggunakan metode ceramah , siswa
kurang mendapat kesempatan melakukan praktik berbicara di depan
orang lain, karena lebih banyak bersifat teori. Maka dapat diartikan
kemampuan berpidato siswa sebatas teori.
Dari fenomena di atas maka upaya peningkatan kemampuan berpidato
para siswa merupakan hal yang mendesak dan segera diatasi jalan
keluarnya.
Salah satu upaya untuk itu adalah menerapkan Model Pembelajaran
dengan Metode Simulasi Lomba Pidato pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia, yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
berpidato para siswa.
Dengan demikian maka masalah dalam penelitian tindakan ini ialah:
Apakah Hasil prestasi siswa dapat ditigkatkan melalui Motode Simulasi
Lomba Pidato Berbahasa Indonesia?
Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia, bertujuan
meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan metode
pembelajaran pidato, sehingga dapat meningkatkan ketuntasan belajar
siswa, terutama pada pembelajaran pidato. Dan meningkatkan prestasi
akademik siswa.
Lima Hukum Yang Komunikatif (The 5 Inevitable Laws of Effective
Communication) yang dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan
esensi dari komunikasi yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible,
Clarity, Humble), yang berarti merengkuh atau meraih. Karena
diyakini bahwa komunikasi pada dasarnya adalah upaya bagaimana
meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan,
maupun respon positif dari orang lain. (http://sinarharapan.co.id,
2002).
Jadi pidato merupakan perpaduan ketrampilan dalam meraih perhatian
pendengar, menyampaikan materi pidato dengan penuh cinta kasih,
membangkitkan minat pendengar terhadap materi pidato, sehingga
tumbuh kepedulian, dan simpati positif, serta berani memberikan
tanggapan dan respon positif terhadap peristiwa dalam materi pidato.
Pidato menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pengungkapan
pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
Dalam hal ini pikiran yang akan disampaikan kepada orang banyak
tentu merupakan informasi atau ilmu bagi orang lain, yang dapat
berasal dari bidang lain, di luar bahasa Indonesia. Ini artinya seorang
yang berpidato membutuhkan penguasaan materi pidato, di samping
itu harus menguasai teknik berpidato, bagaimana menyampaikan
materi yang runtut, jelas, mudah dimengerti. Ini semata-mata karena
mereka akan berhadapan dengan orang banyak (public).
Banyak cara yang telah dilakukan oleh guru untuk menyampaikan
pelajarannya di depan kelas. Tidak sedikit variasi yang dipakai guru
dalam kegiatan belajar mengajar. Segala teknik telah diterapkan untuk
mempermudah penyampaian materi pelajaran kepada siswa, sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif. Teknik, cara, ataupun apa
istilahnya, dalam kegiatan belajar mengajar dinamakan metode.
Bagaimana sesungguhnya metode yang dapat digunakan dalam
pengajaran pidato di kelas?
Pidato merupakan jenis keterampilan yang menuntut keberanian untuk
mencoba, bukan sekadar teori berpidato. Agar siswa benar-benar
diberi kesempatan pidato, minimal di depan teman sekelasnya, maka
metode simulasi adalah salah satu metode yang dapat digunakan.
Dengan keseringan mencoba praktik pidato akan tumbuh keberanian,
dan selanjutnya mampu meningkatkan kemampuan diri sehingga
dapat memperbaiki kesalahan sendiri.
Metode Simulasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk
mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental
maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang
nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan
untuk melakukan praktik di dalam situasi yang sesungguhnya.
(http://media.diknas.go.id/media/document/3553.pdf).
Setidaknya metode simulasi memberi kesempatan pada siswa untuk
mencoba pidato, mulai dari persiapan sampai dengan penampilan di
depan orang lain. Bukan sekadar belajar teori pidato, atau sebatas
pengetahuan pidato, tetapi belajar teori pidato yang sekaligus
mempraktikannya. Maka keterampilan pidato, yang memang
membutuhkan banyak pengetahuan. Metode simulasi ini dapat
membantu guru bahasa Indonesia untuk mempermudah dan
mengefektifkan pembelajaran pidato di hadapan para siswanya.
Lomba pidato adalah ajang kompetisi ketrampilan pidato bagi siswa.
Ajang simulasi pidato dapat dimanfaatkan sebagai ajang berlatih bagi
para siswa sebelum mereka terjun ke masyarakat.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian lomba adalah 1.
adu kecepatan (berlari, berenang, dsb). 2. adu ketrampilan
(ketangkasan, kekuatan dsb.). Jadi pada situasi lomba yang dimaksud
dalam pengertian ini adalah mengubah kondisi kelas pembelajaran
menjadi situasi berlomba. Dalam hal ini penekanannya pada; adanya
adu ketrampilan antarsiswa, sehingga ada rasa bersaing sesama siswa,
ada unsur penilaian. Penilaian ini akan berdampak siswa
mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Ada unsur kemenangan.
Siswa akan merasa bangga atas prestasi yang dapat dicapai. Ada
unsur penghargaan. Penghargaan ini hanya sebatas pada nilai maupun
pujian, ataupun sebutan tertentu, seperti super orator atau sebutan
yang lain.
Namun, kembali lagi bahwa lomba ini hanya merupakan simulasi untuk
pembelajaran. Jadi sifatnya penyemangat, dan klinis, memperbaiki
kemampuan belajar siswa, suasana menyenangkan, dan pada
penilaiannya pun tidak membuat siswa jera, bagi yang tidak dapat
meraih prestasi baik. Dan tidak menjadikan siswa takabur, bagi yang
berprestasi baik.
Pada cakupan ini, lomba yang dimaksud adalah lomba pidato
berbahasa Indonesia. Artinya materi pidato boleh dari berbagai tema,
tidak harus tema-tema ilmu bahasa Indonesia, tetapi boleh tema
ekonomi, lingkungan, politik, sosial, budaya, atau yang lain sebatas
tidak melanggar hukum maupun kaidah SARA. Dan pidato ini harus
menggunakan bahasa Indonesia.
Pidato, di samping untuk memberi informasi kepada pendengar, bisa
untuk mempengaruhi atau memerintahkan sesuatu kepada
pendengarnya supaya berbuat sesuatu yang diinginkan pembicaranya.
Menurut Burgoon & Rufner, persuasi ialah proses komunikasi yang
bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar
menyesuaikan pendapat & keinginan komunikator. Atau proses
komunikasi yang mengajak atau membujuk orang lain dengan tujuan
untuk mengubah sikap, keyakinan, dan pendapat sesuai keinginan
komunikator. Namun ajakan ini bukan berarti paksaan atau ancaman.
(http://baguspsi.blog.unair.ac.id/2008/10/15/komunikasi-persuasi/)
Apabila pidato itu ditulis maka menjadi bentuk teks pidato yang siap
dibacakan (menggunakan teknik membaca teks) maka tulisan itu pun
harus bersifat persuasi.
Tulisan persuasif adalah tulisan yang berisi himbauan atau ajakan
kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan
oleh penulisnya. Agar hal yang disampaikan itu dapat mempengaruhi
orang lain, tulisan harus disertai penjelasan dan fakta-fakta. (Dwi
Hartati, http://www.oke.or.id/tutorial/BI-pargrafpersuasif.pdf).
Jadi intinya agar siswa dapat mempengaruhi orang lain (audiens)
untuk melakukan sesuatu, sesuai keinginan pembicara.
Pidato merupakan bagian dari proses komunikasi. Dalam sebuah
komunikasi tentu ada lawan bicara, ada kandungan informasi yang
disampaikan. Muatan informasi yang disampaikan dapat dipahami
dengan mudah dan benar. Di samping itu pidato dapat mengakibatkan
berubahnya pikiran pendengar selaras dengan isi pidato yang telah
didengarnya.
Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu komunikasi perbuatan-
perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yang
mengandung maksud dan tujuan. Komunikasi bukan merupakan suatu
kejadian, peristiwa, sesuatu yang terjadi, komunikasi adalah sesuatu
yang fungsional, mengandung maksud dan dirancang untuk
menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan para
penyimak dan para pembaca. Brown (dalam Tarigan, 1981:10-11).
Jadi pidato merupakan proses komunikasi yang berisi sebuah
informasi, mengandung maksud, dan menimbulkan efek berubahnya
pikiran seseorang.
Oleh karena itu untuk dapat melakukan pidato, seseorang harus dapat
menguasai informasi atau materi yang akan dikomunikasikan, harus
menguasai teknik berbicara agar maksud informasi dapat dipahami
dengan baik, pidato efektif, serta mampu mengubah pikiran
pendengar.
METODE
Kegiatan ini dirancang sebagai penelitian tindakan kelas. Subjek
penelitian ini siswa kelas XII IPS1 SMA Negeri Ajibarang.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus
terdiri atas tahap perencanaan, tahap Pelaksanaan
tindakan,tahap observasi, tahap refleksi. Secara singkat dapat dilihat
pada Tabel 1 di bawah ini.
TABEL 1 Pelaksanaan Tindakan pada Setiap Siklus
Siklus/Materi
Pokok/Waktu
Rencana Tindakan
Awal Pertengahan Akhir
Siklus 1
Cara berpidato
tanpa teks dengan
lafal, intonasi,
nada, dan sikap
yang tepat
4 x 45 menit
Siswa
mempersiapkan diri
untuk memper-oleh
pelajaran tentang
pidato, dan
penyiapan alat tulis
masing-masing. Guru
menyiapkan
perangkat mengajar,
lembar-lembar
pengamatan.
Siswa memperhatikan
penjelasan guru ten-
tang teknik pidato,
seperti komponen
pidato, teknik pidato
dari segi lafal,
intonasi, nada, dan
sikap pidato.
Siswa menyusun
teks pidato
Siswa mendisku-
sikan kekurangan
dan kelebihan dalam
pidato, melaksana-
kan nevaluasi. Guru
melakukan refleksi
persuasif.
Siswa pratik pidato
dan sekaligus meng-
amati teman lain
yang sedang
berpidato. Guru
melakukan
observasi.
Siklus 2
Cara berpidato
tanpa teks dengan
lafal, intonasi,
nada, dan sikap
yang tepat
(perbaikan teknik/
metode)
4 x 45 menit
Siswa lebih memper-
siapkan diri untuk
memperoleh
informasi yang lebih
lengkap.
Guru menyiapkan
materi
menggunakan media
pembelajaran
berbasis multimedia.
Siswa memperoleh
penjelasan dengan
metode mengajar
yang lebih lengkap.
Guru melakukan
presentasi
menggunakan media
pembelajaran
berbasis IT.
Siswa memberikan
komentar atas pem-
belajaran pidato
yang telah dilaku-
kan. Dan
melaksana-kan
evaluasi tertulis
Guru melakukan
refleksi
Pengamatan ini dipusatkan pada aktivitas pembelajaran dan
keterampilan siswa dalam melaksanakan tugas pelajaran.
Keunggulan metode simulasi ini, semua siswa mempersiapkan materi
pidato yang berupa teks. Semua siswa tampil di hadapan siswa lain di
kelasnya. Siswa diberi kesempatan mengamati dan diamati siswa lain
dalam berpidato. Baik dari segi bobot materi pidato, penampilan,
maupun bahasa yang digunakan.
Data yang akan diambil adalah kualitas teks pidato, data penampilan
yaitu: Keakuratan informasi, Hubungan antar-informasi, Ketepatan
struktur dan kosa kata, Kelancaran berpidato, Kewajaran urutan
wacana, Gaya pengucapan, Lafal, Intonasi, Nada, dan Sikap. Data
yang diperoleh dapat berupa nilai kualitatif. Sedangkan data kuantitatif
dapat diambil dari nilai evaluasi koqnitif secara tertulis.
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti dalam
pengambilan data, dengan saat praktik pidato yang hampir
bersamaan, maka penulis menggunakan teknik sampel. Pada
penelitian tindakan ini sekurang-kurangnya sampel yang digunakan
mencapai siswa 20 orang.
Indikator Kinerja penelitian ini setidak-tidaknya 80% dari jumlah siswa
dapat membuat teks pidato tertulis. Sekurang-kurangnya 80% jumlah
siswa dapat melaksanakan pidato di depan teman-temannya.
Sekurang-kurangnya 80% jumlah siswa dapat mengamati penampilan
siswa lain. Artinya siswa melihat kelebihan dan kekurangan teknik
berpidato siswa lain. Dan sekurang-kurangnya 70% jumlah siswa
dapat memahami konsep teknik pidato.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian.
Pada awalnya siswa pesimis atas kemampuannya dalam berpidato.
Namun setelah mendapatkan penjelasan tentang teknik menyiapkan
naskah pidato, teknik berpidato, dan menyaksikan simulasi lomba
pidato, maka siswa mulai berangsur lebih optimis. Ada pengetahuan
yang belum pernah didapatkan sebelum pembelajaran ini. Setidak-
tidaknya ada peningkatan pemahaman tentang konsep berpidato.
Namun demikian keterampilan pidato, seperti pembicara yang
profesional, belum mampu dikuasai. Masih butuh banyak waktu untuk
belajar.
Data observasi yang telah diperoleh dengan model lomba pidato
berbahasa Indonesia dalam Siklus 1 masih belum menunjukkan hasil
yang memuaskan. Nilai rata-rata kelas praktik berpidato baru
mencapai 63,20. Masih berada di bawah nilai KKM yang ditetapkan
yaitu 65. Adapun rata-rata skor keakuratan informasi pidato 6,70,
Hubungan antar-informasi 6,15, Ketepatan struktur dan kosa kata
6,45, Kelancaran berpidato 6,55, Kewajaran urutan wacana 6,35, Gaya
pengucapan 6,25, Lafal 6,45, Intonasi 6,10, Nada 6,15, dan Sikap
6,05. Belum sesuai dengan indikator KKM yang diharapkan. Dan nilai
rata-rata evaluasi koqnitif tertulis mencapai 68,40.
Ini berarti masih ada kekurangsempurnaan pada perencanaan ataupun
pada proses pembelajaran. Siswa belum dapat melakukan pidato
dengan baik, meskipun semua siswa telah mendapatkan kesempatan
untuk melaksanakan pidato di depan teman-temannya. Dan hasil
evaluasi tertulis menunjukkan hasil yang baik. Dari hasil refleksi pada
siklus 1 maka perlu ada perbaikan prosedur pembelajaran pada
penyempurnaan model pembelajaran, termasuk pada simulasi pidato.
Memperhatikan hasil Pelaksanaan Kegiatan dalam siklus II diperoleh
data bahwa pembelajaran dengan Motode Simulasi Lomba Pidato
Berbahasa Indonesia dapat mengalami peningkatan kemampuan dan
prestasi. Nilai yang dapat dicapai pada siklus II rata-rata praktik
(penampilan) adalah 69,00. Jumlah skor tersebut diperoleh dari rata-
rata skor: Keakuratan informasi pidato 7,45, Hubungan antar-
informasi 7,00, Ketepatan struktur dan kosa kata 7,09, Kelancaran
berpidato 6,91, Kewajaran urutan wacana 6,86, Gaya pengucapan
6,77, Lafal 6,59, Intonasi 6,55, Nada 6,95, dan Sikap 6,82.
Indikator kinerja yang dapat dicapai yaitu semua siswa dapat
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Ini berarti kinerja siswa
melaksanakan pidato di depan teman-temannya, siswa dapat
memberikan penilaian terhadap penampilan siswa lain, dapat
mencapai 100%. Nilai evaluasi koqnitif tertulis secara umum telah
mencapai target yang diinginkan yaitu 86,06 atau 86%.
Melihat dari rata-rata skor yang diperoleh pada masing-masing
tingkatan skala yang tersedia belum dapat mencapai skor yang
optimal. Belum ada yang dapat mencapai skala 8 (delapan) ke atas.
Guru dalam menyampaikan materi sudah lebih baik, lebih lengkap,
simulasi lebih mengena pada tujuan pembelajaran. Perhatian siswa
terhadap materi pelajaran tampak lebih sungguh-sungguh. Namun
melatih kemampuan berpidato siswa ternyata perlu waktu dan
keseringan. Motivasi belajar siswa sebenarnya sudah cukup baik, dan
antusias. Namun hasil yang dicapai belum dapat optimal, yaitu 69,00.
Akhir siklus II ternyata ketuntasan belajar klasikal sudah dapat
mencapai indikator yang diharapkan. Aktivitas guru dalam kegiatan
pembelajaran, pengamatan, dan memotivasi siswa semakin baik. Guru
semakin siap dalam memandu diskusi, penjelasan terlihat lebih
mantap.
Pembahasan
Berdasarkan evaluasi hasil belajar, observasi, dan penilaian tugas,
dihasilkan sebuah ringkasan sebagai berikut:
TABEL 2. RINGKASAN HASIL BELAJAR SIKLUS I DAN II
Hasil Belajar, Aktivitas, Nilai tugas
Hasil Belajar
Siklus I Siklus II
Nilai terendah (praktik) 57 62
Nilai tertinggi (praktik) 71 76
Rata-rata kelas Praktik) 63.20 69.00
Ketuntasan Belajar (praktik) 25% 82%
Rata-rata tugas (teks pidato) 64.05 68.50
Nilai terendah evaluasi koqnitif (tertulis) 63 73
Nilai tertinggi evaluasi koqnitif (tertulis) 78 100
Rata nilai Evaluasi Koqnitif (Tertulis) 68.40 86.06
Ketuntasan klasikal (tertulis) 90% 100%
Aktivitas membuat teks pidato 100% 85%
Aktivitas melakukan pidato 100% 85%
Aktif dalam diskusi/tanya jawab 18% 30%
 Foto Siswa SMA Negeri Ajibarang

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa penerapanMotode Simulasi Lomba
Pidato Berbahasa Indonesia dapat memperbaiki hasil belajar maupun
ketuntasan belajar klasikal. Nilai terendah yang dapat dicapai 57 pada
siklus I dan meningkat pada siklus II yaitu 62. Nilai tertinggi yang
dicapai adalah 71 pada siklus I, dan meningkat menjadi 76 pada siklus
II. Rata-rata kelas pada siklus I dapat mencapai nilai 63,20 dan
meningkat menjadi 69,00 pada siklus II. Ketuntasan belajar klasikal
pada siklus I hanya 25%, meningkat pada siklus II menjadi 82%. Dan
nilai rata-rata tugas menyusun teks pidato 64,05 pada siklus I
meningkat menjadi 68,50 pada siklus II. Jadi secara umum setiap
komponen pada siklus I meningkat pada siklus II.
Meskipun hasil penelitian ini secara keseluruhan belum
menggambarkan hasil nilai koqnitif yang optimal dan belum dapat
dikatakan “sangat memuaskan”. Teknik guru menggunakan metode
dan menggunakan media pembelajaran sudah ada peningkatan,
mampu menarik perhatian siswa. Motivasi belajar siswa pun ada
peningkatan.
Pembelajaran dengan Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa
Indonesia pada salah satu kegiatannya dilaksanakan di luar kelas.
Siswa tampak senang dan dapat menikmati belajar di luar kelas.
Suasana lebih santai, namun tetap sungguh-sungguh
melaksanakannya. Dapat menghilangkan rasa takut, yang biasa
dirasakan siswa, saat maju berpidato di depan teman-temannya di
kelas.
Metode ini lebih memberi kesempatan siswa untuk mencoba sendiri
atau mengalami sendiri, yaitu berpidato di depan teman-temannya
(eksperimen). Waktu untuk kegiatan belajar mengajar relatif lebih
singkat, meskipun semua siswa harus melakukan pidato secara
individual.
Simpulan dan Saran
Simpulan.
Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa penerapan Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa
Indonesia pada pengajaran materi pidato persuasi tanpa teks, dapat
meningkatkan ketrampilan berpidato pada siswa
Hasil belajar siswa ada peningkatan yang signifikan. Ini dapat dilihat
dari rata-rata nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata kelas, dan
ketuntasan belajar klasikal yang lebih baik daripada siklus
sebelumnya. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar lebih
baik, lebih termotivasi, lebih bersemangat, lebih menyenangkan.
Semua siswa diberi kesempatan untuk melaksanakan pidato di depan
teman-temannya, sambil diberi kesempatan mengamati kelebihan dan
kekurangan orang lain dalam berpidato, sehingga dapat meningkatkan
pemahaman terhadap konsep pidato persuasi yang lebih baik.
Saran
Mengingat Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia ini
dapat menajamkan pemahaman, dan memberikan pengalaman
individu yang lebih baik, maka metoda ini dapat digunakan untuk
mengajarkan materi pelajaran bahasa Indonesia yang menuntut
pengalaman siswa secara individual. Di samping itu metode ini akan
menarik, bila disertai dengan media pembelajaran berbasis teknologi
informasi, dengan kombinasi yang bervariasi. Namun tetap harus
diingat, sebaik-baik metode tidak akan dapat diterapkan pada semua
situasi dan kondisi materi pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah.Jakarta.
Hartati,Dwi. Paragraf Persuasif.
http://www.oke.or.id/tutorial/BI-pargrafpersuasif.pdf (diunduh 4
Agustus 2009)
http://baguspsi.blog.unair.ac.id/2008/10/15/komunikasi-persuasi/
http://media.diknas.go.id/media/document/3553.pdf
Jurnal Pendidikan Widya Tama Vol. 1 no. 3 LPMP Jawa Tengah.
September 2004.
Prijosaksono, Aribowo dan Roy Sembel. 2002. Berbicara di Depan
Publik. http://sinarharapan.co.id (diunduh 17 Juli 2009).
Nata, Abuddin. 2004. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara sebagai Suatu Ketrampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Winarno, Surachmad. 1984. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode
dan Teknik. Bandung: Tarsito.
-oOo-

More Related Content

What's hot

Pembelajaran Metode role playing
Pembelajaran Metode role playingPembelajaran Metode role playing
Pembelajaran Metode role playingObito Krunch
 
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DENGAN ...
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DENGAN ...MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DENGAN ...
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DENGAN ...dina suci
 
Makalah teams games tournament
Makalah teams games tournamentMakalah teams games tournament
Makalah teams games tournamentLara Mayangsari
 
seminar proposal skripsi pendidikan biologi
seminar proposal skripsi pendidikan biologiseminar proposal skripsi pendidikan biologi
seminar proposal skripsi pendidikan biologiannisaa hamasah
 
Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswaHasil belajar siswa
Hasil belajar siswaRumina Mina
 
Model pembelajaran make a match
Model pembelajaran make a matchModel pembelajaran make a match
Model pembelajaran make a matchAyu Triast
 
Jurnal metode role playing dan media gambar
Jurnal metode role playing dan media gambarJurnal metode role playing dan media gambar
Jurnal metode role playing dan media gambarrusnaini
 
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtSkripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtre_devan
 
Lembar pengesahan
Lembar pengesahanLembar pengesahan
Lembar pengesahanmiler1723
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaranNasika Kaban
 
Bmm3103 pentaksiran bahasa_melayu_sr
Bmm3103 pentaksiran bahasa_melayu_srBmm3103 pentaksiran bahasa_melayu_sr
Bmm3103 pentaksiran bahasa_melayu_srAMira LIzza
 
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3istana walet
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptkAgoes Sholeh
 
TUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIF
TUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIFTUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIF
TUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIFRafiza Diy
 

What's hot (20)

Model kartu arisan
Model kartu arisanModel kartu arisan
Model kartu arisan
 
Team Games Tournament
Team Games TournamentTeam Games Tournament
Team Games Tournament
 
Bab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadiBab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadi
 
Pembelajaran Metode role playing
Pembelajaran Metode role playingPembelajaran Metode role playing
Pembelajaran Metode role playing
 
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DENGAN ...
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DENGAN ...MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DENGAN ...
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DENGAN ...
 
Makalah teams games tournament
Makalah teams games tournamentMakalah teams games tournament
Makalah teams games tournament
 
seminar proposal skripsi pendidikan biologi
seminar proposal skripsi pendidikan biologiseminar proposal skripsi pendidikan biologi
seminar proposal skripsi pendidikan biologi
 
Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswaHasil belajar siswa
Hasil belajar siswa
 
Model pembelajaran make a match
Model pembelajaran make a matchModel pembelajaran make a match
Model pembelajaran make a match
 
Jurnal metode role playing dan media gambar
Jurnal metode role playing dan media gambarJurnal metode role playing dan media gambar
Jurnal metode role playing dan media gambar
 
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtSkripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
 
Lembar pengesahan
Lembar pengesahanLembar pengesahan
Lembar pengesahan
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Contoh ptk bahasa indonesia kelas iv
Contoh ptk bahasa indonesia kelas ivContoh ptk bahasa indonesia kelas iv
Contoh ptk bahasa indonesia kelas iv
 
Artikel PTK
Artikel PTKArtikel PTK
Artikel PTK
 
Bmm3103 pentaksiran bahasa_melayu_sr
Bmm3103 pentaksiran bahasa_melayu_srBmm3103 pentaksiran bahasa_melayu_sr
Bmm3103 pentaksiran bahasa_melayu_sr
 
Ppt model pembelajaran
Ppt model pembelajaranPpt model pembelajaran
Ppt model pembelajaran
 
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptk
 
TUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIF
TUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIFTUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIF
TUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIF
 

Similar to Cerita helmi

Similar to Cerita helmi (20)

Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Tgt circ
Tgt circTgt circ
Tgt circ
 
Bagian ii
Bagian ii Bagian ii
Bagian ii
 
Bab II
Bab IIBab II
Bab II
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Laporan heri purnomo, s.pd SMA11 tebo
Laporan heri purnomo, s.pd SMA11 teboLaporan heri purnomo, s.pd SMA11 tebo
Laporan heri purnomo, s.pd SMA11 tebo
 
Teams games tournament 1
Teams games tournament 1Teams games tournament 1
Teams games tournament 1
 
Ardiyansah yuliniar firdaus
Ardiyansah yuliniar firdausArdiyansah yuliniar firdaus
Ardiyansah yuliniar firdaus
 
Model pembelajaran kelompok tgt
Model pembelajaran kelompok tgtModel pembelajaran kelompok tgt
Model pembelajaran kelompok tgt
 
Pertemuan 9 - Model Model Pembelajaran Cooperative Learning.pptx
Pertemuan 9 - Model Model Pembelajaran Cooperative Learning.pptxPertemuan 9 - Model Model Pembelajaran Cooperative Learning.pptx
Pertemuan 9 - Model Model Pembelajaran Cooperative Learning.pptx
 
Model Pembelajaran Kooperatif
Model  Pembelajaran KooperatifModel  Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran Kooperatif
 
Modul media pembelajaran games
Modul media pembelajaran gamesModul media pembelajaran games
Modul media pembelajaran games
 
Modul media pembelajaran games
Modul media pembelajaran gamesModul media pembelajaran games
Modul media pembelajaran games
 
Paper
PaperPaper
Paper
 
Rpp kd 1 dan 2 statistika
Rpp kd 1 dan 2 statistikaRpp kd 1 dan 2 statistika
Rpp kd 1 dan 2 statistika
 
Model kooperatif tipe jigsaw
Model kooperatif tipe jigsawModel kooperatif tipe jigsaw
Model kooperatif tipe jigsaw
 
Jenis cooperative learning
Jenis cooperative learningJenis cooperative learning
Jenis cooperative learning
 
Teams games tournamen
Teams games tournamenTeams games tournamen
Teams games tournamen
 
Modul
ModulModul
Modul
 

Cerita helmi

  • 1. Pada suatumalam,Doni sedangdalamperjalananpulangkerumahnya,di perjalanandia melewati rumahtuayangbesardan menyeramkan,tibatibadiamendengarsuarabisingdari kejauhan,Donipunmulai mendekati sumbersuaraitu,danternyatasuaraituberasal dari dalam rumah tua,diapun berjalanmendekati rumahitu.diamenerawangkekacarumah .tetepi tiada orang satu pundi dalam rumah,diaketakutandanbergegaspulang . pada keesokanharinya,Doni menceritanpengalamannyaitu kepadatemantemannyadi sekolah,tetapi tidakadasatuorangpunyangmempercayainya, “hei temantemanaku kemarinmalammelewati rumahtuayangada di sebrangjalanitu loh..” “ah..,masasih,manamungkinkamuberani melewati rumahtuaituDon?” karenapenasarandengan suara yangdi dengarnyakemarinmalamia anakitu datanglagi ke rumah yangbesar itulagi .diamelihatlagi ke kaca lagi .ahada orang .bukankemaren malam tiada orang . kataanak sambil terkejut .tapi anehsekali kemarin malam seram dan banyaksarang labalaba ,sekarangkojabi bersihsekali .anak itubernama lili adiknyadoni “lili ayopergi,kakak nungguindirumah“kata umi
  • 2. iya umi aku kesana UMI” kata lili sambil BERLARI,berlari kencangsekali sampe jatuh ,lili menangis kencang sekali sampe umi lili batangmalihatlili menangiskencang ,umi keget sekali “ya ampunkenapadisa begi ini astagfirullah aladzim” kataumi sambilterkejut dan lilidi bawa ke rumahsakitterdekatlili di UGD , sesudahdiperisa doktorkeluatdari UGD dan menjelaskan apa penyeakitnya “maaf ternyataanaktulangkaki anak ibu, patah jadi anak ibutidak bisaderjalan,jadi anak sementara disini ini .dirawat“ kata doter “oh gitujadi berapabayar nyaya pak “ kata doni sambil cemas Pendahuluan Pembelajaran bahasa haruslah lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem bahasa (Depdiknas, 2003: 2). Pendekatan yang paling tepat adalah pende-katan pembelajaran yang memberi penekanan aspek keterampilan berbahasa dalam praktik komunikasi keseharian. Dengan demikian, siswa mampu memanfaatkan bahasa dalam kegiatan berbahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Ketercapaian kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia mengacu pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Materi Pembelajaran (Depdiknas, 2003: 2). Kom-petensi-kompetensi tersebut secara terpadu dikemas dalam keempat aspek keterampilan berbahasa, yakni kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Depdiknas, 2003: 3-4). Standar Kompetensi pembelajaran me-nulis adalah mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan (Depdiknas, 2005: 33). Lingkup materi meliputi pengembangan paragraf narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Materi dirinci lagi menjadi pro-posal, hasil wawancara, artikel, makalah, resensi, rangkuman, laporan, dan berbagai surat resmi. Pembelajaran menulis di sekolah belum optimal baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Dewi, 2007). Persoalan yang dihadapi berupa tidak menariknya metode, kurangnya alokasi waktu, dan orientasi pembelajaran pada materi. Sonya Inna S. mengungkapkan hal senada. Pembelajaran menulis masih kurang efektif karena guru belum menekankan pada penguasaan materi bukan kemampuan ber-bahasa (Inna S., 2007). Kondisi ini menyebab-kan siswa malas, tidak berminat, dan tidak memiliki motivasi mengikuti pelajaran menulis. Pembelajaran menulis surat lamaran pe-kerjaan sebagai salah satu materi pembelajaran menulis di kelas XII SMA, menghadapi kendala yang sama dengan belajar menulis pada umumnya. Surat lamaran pekerjaan merupakan materi menulis di semester ganjil. Silabus pembelajaran merumuskan “Menulis surat lamaran pekerjaan berdasarkan unsur-unsur dan struktur”. Hasil pembe-lajaran menunjukkan kelemahan umum seperti yang dikelompokkan oleh Thomas Wiyasa menjadi enam kategori. 1. Surat dengan susunan kalimat tidak lengkap dan berbelit-belit. 2. Surat dengan penggunaan tanda baca yang tidak perlu, salah, atau berlebihan 3. Surat dengan banyak ejaan yang salah, tidak sesuai ejaan yang disempurnakan. 4. Surat dengan pemakaian istilah asing yang tidak perlu. 5. Surat dengan tata bahasa yang tidak teratur. 6. Surat dengan penggunaan bentuk atau model surat yang tidak menentu. (Wiyasa, 1996: 1) Beberapa persoalan di atas menjadi pijakan pembahasan karya tulis ini. Persoalan utama adalah pentingnya menentukan metode yang mampu membangkitkan minat dan motivasi siswa menulis surat lamaran pekerjaan.
  • 3. Banyak metode dapat dipilih guru untuk peningkatan pembelajaran. Pilihan metode harus sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, maupun karakteristik materi. Kreasi dan modifikasi metode dapat juga dilakukan, tergantung pada situasi dan keadaan lingkungan tempat mengajar.Tulisan ini akan menyajikan usaha peningkatan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan siswa kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta dengan metode team game tour-nament (TGT). Metode ini perlu dicoba sebagai bentuk variasi metode pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan. TGT menurut Peter G. Cole “this is co-operative learning program that uses the same team formation, organisation of in-struction and worksheet assignment as in STAD” (Cole, 1990: 337). TGT merupakan program belajar kooperatif yang mengandung unsur formasi, instruksi, dan lembar tugas. Formasi ditandai pengelompokan siswa dengan kemampuan beragam ke dalam tim. Sedangkan instruksi berbentuk pertanyaan/ kuis dengan lembar tugas tertentu. Pelaksanaan metode TGT dikemas menjadi “a series of games is organised”,(Cole, 1990: 337) dan dilaksanakan ber-dasarkan seperangkat permainan pertandingan. Siswa dengan berbagai kemampuan saling bertanding dalam turnamen. Guru (dapat juga menunjuk siswa) berperan sebagai pemandu. Tim mempunyai hak yang sama menjawab pertanyaan. Jika menjawab salah atau pass, kesempatan akan diberikan kepada tim lain. Jawaban betul mendapat skor yang nantinya digabungkan untuk mendapatkan skor tim. Menurut Peter G. Cole, “The advan-tages of this game format is that it is usu-ally enjoyed by student and provides varia-tion from the more routine STAD Process”(Cole, 1990: 337). Keuntungan metode TGT, siswa lebih rileks dalam pembelajaran dan menerima metode tersebut sebagai variasi pembelajaran rutin.Keuntungan yang lain adalah unsur kerjasama dan kompetisi selama pembelajaran berlangsung. Kompetisi merupakan unsur pal-ing menantang. Siswa berpeluang menunjukkan kemampuannya di hadapan teman sekelas ketika melawan tim lain dalam pertandingan (turnamen) tersebut. Metode TGT dapat meningkatkan kepekaan sosial dan kerja sama siswa dalam memecahkan masalah (Arixs, 2007). Metode TGT lebih mementingkan keberhasilan kelompok dibandingkan keberhasilan individu. Namun, penghargaan yang didapatkan oleh kelompok sangat ditentukan oleh keberhasilan penguasaan materi setiap anggota kelompok. Ada lima komponen utama dalam metode TGT. Komponen-komponen tersebut meliputi penyajian kelas, kelompok (tim), game (permainan), turnamen (pertandingan), team recognize(penghargaan kelompok). Kelima komponen utama ini memungkinkan pembe-lajaran lebih menarik, menyenangkan, dan menggairahkan. Situasi yang berkembang di dalam kelas pun menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar secara aktif. Situasi menyenangkan dalam proses menjadikan pembelajaran lebih bermakna sehingga hasil yang dicapai pun optimal. TGT boleh digunakan oleh pelbagai kumpulan umur dalam pelbagai mata pelajaran (Arixs, 2007). Pembelajaan menulis surat lamaran pekerjaan dapat pula menggunakan metode ini. Tentu saja perlu penyesuaian dan modifikasi seperlunya. Langkah-langkah dan prosedur pelaksanaan harus dirancang secermat mungkin agar implementasinya dapat berjalan dengan baik. Alasan-alasan di atas dijadikan pertim-bangan pemakaian metode TGT dalam meningkatkan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan. Metode TGT diharapkan menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan menggairahkan. Situasi kelas mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, kompetisi, dan partisipasi yang diperlukan dalam keberhasilan belajar. Penelitian tindakan kelas (PTK) mene-rapkan metode TGT model Silberman untuk meningkatkan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan. Modifikasi dilakukan sesuai dengan situasi dan karakteristik objek penelitian.
  • 4. Berikut prosedur pelaksanaan metode TGT (Siberman, 2004) dengan perubahan seperlunya. 1. Membagi siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan 5-6 siswa dengan jumlah setiap tim sama. 2. Memerintahkan kepada tim untuk mencermati contoh lamaran peker-jaan yang telah disiapkan guru. 3. Membagikan lembar tugas berisi pertanyaan yang menguji pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. 4. Memerintahkan kepada siswa me-ngerjakan lembar tugas berdasar ronde-ronde yang telah dipersiapkan. 5. Menampilkan jawaban benar untuk mengetahui perolehan skor atau nilai perorangan. 6. Menjumlah perolehan skor untuk mengetahui jumlah perolehan skor atau nilai masing-masing tim dan mengumumkan pemenang ronde 1. 7. Memberikan penghargaan kepada tim pemenang. 8. Memerintahkan siswa melakukan persiapan untuk ronde 2 turnamen. 9. Mengajukan lagi pertanyaan lanjutan yang terdapat di lembar tugas. 10. Menampilkan jawaban untuk mengetahui perolehan skor individu maupun skor tim. 11. Mengumumkan pemenang ronde 2. 12. Menjumlah perolehan skor ronde 1 dan ronde 2 untuk menentukan pemenang di akhir ronde 2. Prosedur di atas akan terus berulang sampai materi pembelajaran habis. Di akhir ronde, seluruh nilai perorangan dan tim dijumlahkan. Nilai perorangan sebagai nilai proses pembelajaran masing-masing siswa. Nilai tim dijadikan dasar penentuan pemenang turnamen. Tim yang memperoleh jumlah nilai tertentu dapat diberi predikat sesuai dengan pencapaiannya. Dapat pula diberi hadiah sebagai bentuk penghargaan atas usaha dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Dua tujuan hendak dicapai oleh PTK ini. Pertama, untuk memaparkan langkah penerapan metode TGT dalam pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan. Kedua, untuk memaparkan tingkat efektivitas metode TGT pada peningkatan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan siswa kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta. PTK bermanfaat bagi guru dan siswa. Bagi guru, (1) memberi umpan balik yang objektif, (2) memberikan gambaran tingkat efektivitas metode TGT, dan (3) memotivasi guru mengembangkan kreativitas tugas pro-fesionalnya. Bagi siswa, (1) memberi pengalaman dalam meningkatkan kemampuan menulis, (2) memberi pengalaman kerja sama dan kompetisi, (3) memberi dorongan minat dan motivasi siswa, dan (4) memberi keterampilan menulis. 2. Metode Penelitian 2.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta, Kota Surakarta, Jateng. Jumlah siswa 30 orang, 16 wanita dan 14 pria. Penelitian dilaksanakan pada semes-ter ganjil Tahun Pelajaran 2007 / 2008. Lokasi SMA di Kecamatan Serengan, Surakarta. Tahun Pelajaran 2007 / 2008 terdapat 5 kelas X, 7 kelas XI, dan 5 kelas XII yang diampu oleh 44 orang guru. 2.2. Prosedur PTK
  • 5. Langkah-langkah PTK mengacu panduan usulan yang dikeluarkan Dikti dengan empat tahapannya. Keempat tahapan tersebut(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pemantauan, dan (4) refleksi (Dikti, 2007). Tahapan dilaksanakan setelah diadakan analisis situasi (aspek kemampuan menulis siswa), analisis kebiasaan penilaian, dan analisis proses pembelajaran. Proses penelitian selanjutnya disusun dalam rangkaian siklus berulang. Jika Siklus I belum menunjukkan keberhasilan yang diharapkan, langkah-langkah PTK tersebut diulangi pada Siklus II setelah dilakukan refleksi. Demikian seterusnya sampai kegiatan dianggap berhasil. Berikut ini diuraikan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas. 1) Perencanaan Tahap perencanaan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi a) penyusunan silabus, b) penyusunan RPP, c) penyusunan ronde-ronde permainan/turnamen, d) penyusunan lembar pengamatan, dan e) penyusunan daftar nilai keberhasilan siklus. 2) Pelaksanaan Proses pembelajaran dilaksanakan setelah seluruh rangkaian persiapan selesai. Pelaksanaan sesuai jadwal penelitian berdasar jadwal pelajaran. Setiap tatap muka berlangsung selama 1 x 45 menit, masing-masing siklus berlangsung selama empat kali tatap muka. 3) Pemantauan Pemantauan dilaksanakan bersamaan proses pembelajaran sesuai dengan jadwal ma-sing- masing siklus untuk mendapatkan data penelitian, baik data kualitatif maupun kuantitatif. Aktivitas siswa diamati sebagai data kualitatif sedangkan skor/nilai sebagai data kuantitatif. 4) Refleksi Refleksi dilakukan berdasar data yang didapat melalui pengamatan setiap siklus. Hasil yang diperoleh dijadikan bahan evaluasi dan refleksi siklus berikutnya. Kekurangan-kekurangan dianalisis dan dievaluasi sehingga pada setiap tahapan kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. 2.3. Kriteria Keberhasilan Keberhasilan pembelajaran menitikberat-kan aspek proses dan aspek hasil. Proses dilihat dari kinerja guru dalam menerapkan metode TGT, partisipasi siswa, dan perkem-bangan kemampuan menulis (ronde 1-7 turnamen). Aspek hasil dilihat dari nilai menulis surat lamaran pekerjaan. Jika 75% siswa pada ronde 8 mendapat nilai 70 maka penerapan TGT telah dianggap berhasil. 2.4. Analisis Data 1) Analisis Kriteria Keberhasilan Proses Analisis kinerja guru berdasar data pengamatan guru dan catatan pengamat. Metode TGT dianggap tidak maksimal jika terdapat penyimpangan, atau pelaksanaan tidak sempurna. Partisipasi siswa dianalisis ber-dasar data guru dan catatan pengamat. Jika lebih dari 75% siswa terlibat aktif maka pem-belajaran dianggap berhasil. Perkembangan kemampuan menulis siswa diamati dari lembar pengamatan tiap ronde pelaksanaan turnamen. Kegiatan dianggap berhasil jika tiap ronde, terdapat 75% siswa yang telah menguasasi materi. 2) Analisis Hasil Tulisan Tulisan siswa dinilai berdasarkan kete-patan unsur surat,format surat, dan bahasa surat. Rentang nilai Ronde1, skor maksimal 20; Ronde 2, skor maksimal 10; Ronde 3, skor maksimal 20; Ronde 4, skor maksimal 20; Ronde 5, skor maksimal 10; Ronde 6, skor maksimal 10; Ronde 7, skor maksimal 10; dan Ronde 8, skor maksimal 100 (Ronde 8 dasar analisis hasil pembelajaran)
  • 6. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Pembelajaran Menulis Surat Lamaran Pekerjaan dengan TGT pada Siklus I 3.1.1 Pelaksanaan Siklus I Pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan pada Siklus I dilaksanakan dalam empat tatap muka. Setiap tatap muka menggunakan lembar tugas sebagai pedoman turnamen sekaligus dasar analisis proses. a) Tatap Muka Pertama Tatap muka pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Agustus 2007 pukul 08.30 – 09.15. Selama 15 menit awal dilakukan per-siapan mulai penyusunan kelompok, mema-hami materi, membagi lembar tugas, dan penjelasan permainan. Turnamen diawali dengan memerintahkan siswa mengerjakan pertanyaan pada ronde 1. Siswa melihat contoh penulisan yang benar. Siswa diminta menilai hasil pekerjaan berdasar kriteria.. Kendala berikut dicatat oleh pengamat maupun oleh guru. (1) Jawaban tidak bisa dipakai menilai secara individual. (2) Waktu pelaksanaan lebih lama dari perkiraan. (3) Guru mondar-mandir melayani pertanyaan kelompok. (4) Proses penjumlahan nilai dan pengumuman skor tim tidak lancar karena tidak ada petugas khusus. b) Tatap Muka Kedua Tatap muka kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Agustus 2007 pukul 09.30 – 10.15. Siswa diberi kesempatan melakukan persiapan untuk ronde berikutnya. Guru memerintahkan siswa mengerjakan soal ronde 2 - 4. Siswa melihat contoh penulisan yang benar. Kompetisi antartim sudah mulai tampak. Tim dengan nilai tertinggi melakukan perayaan setelah jumlah nilai perolehan diumumkan. Kendala pada tatap muka pertama masih muncul di tatap muka kedua. Berdasarkan catatan pengamatan, ditemukan fakta bahwa pencapaian nilai/skor siswa belum menunjukkan hasil maksimal. c) Tatap Muka Ketiga Tatap muka ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Agustus 2007 pukul 12.00 – 12.45. Siswa diberi kesempatan melakukan persiapan. Siswa mengerjakan pertanyaan ronde 5– 7. Proses berikutnya pencocokan. Hasil menunjukkan masih belum mencapai standar yang diharapkan. Kemampuan siswa menyusun kalimat belum maksimal. Kelengkapan isi surat lamaran pekerjaan kurang sempurna. Kalimat penutup surat lamaran pekerjaan masih banyak yang salah. d) Tatap Muka Keempat Tatap muka keempat dilaksanakan pada hari Kamis, 30 Agustus 2007 pukul 07.45 – 08.30. Siswa diminta membawa masing-masing contoh iklan lowongan pekerjaan. Mereka diberi kesempatan melakukan persiapan menghadapi ronde terakhir permainan. Siswa mengerjakan pertanyaan ronde 8. Hasil pengamatan menunjukkan sejumlah fakta, nilai tidak akurat, siswa mampu cenderung membantu siswa kurang mampu, kemampuan menulis surat belum memuaskan, dan kerja sama bersifat negatif. 3.1.2 Evaluasi Siklus I a) Evaluasi Proses Pembelajaran Proses pembelajaran menunjukkan sejumlah kelemahan pada Siklus I. Tingkat partisipasi siswa hanya 67,67% dari seha-rusnya 75 %. Kelemahan lain, nilai individu tidak akurat; (2) waktu lebih lama dari perkiraan; (3) efektivitas waktu kurang; (4) tidak ada petugas khusus; (5) muncul sifat ketergantungan; dan (6) guru kesulitan memberi contoh jawaban yang benar. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran belum sesuai harapan. Persentase siswa yang menguasai materi pembelajaran tiap-tiap ronde belum melewati 75 % (lihat Tabel 1). b) Evaluasi Hasil Pembelajaran Evaluasi hasil pembelajaran difokuskan ronde terakhir turnamen. Dari batasan 75 %, baru 65,80 % siswa yang menguasai materi pembelajaran. Ketidaksempurnaan tulisan
  • 7. Tabel 1: Rekapitulasi Hasil Pengamatan Ronde-ronde TGT Siklus I No Ronde dan Partisipasi Persentase 1 R 1 70,17 2 R 2 63,67 3 R 3 65,50 4 R 4 64,83 5 R 5 64,00 6 R 6 63,67 7 R 7 65,67 8 R 8 65,80 9 Partisipasi Aktif 67,67 siswa terlihat dari format surat, unsur surat, maupun bahasa surat. 3.1.3 Refleksi Siklus I Hasil evaluasi proses dan hasil pembe-lajaran belum mencapai kriteria yang dite-tapkan. Kegagalan terlihat pada pelaksanaan yang belum sempurna dan adanya sejumlah kelemahan. Kelemahan menyebabkan pembelajaran kurang optimal. Misalnya, jawaban tidak bisa dipakai menilai kemampuan individu secara akurat. Pembagian dan pengelompokan siswa, pencocokan jawaban, dan adaptasi terhadap metode menyebabkan waktu menjadi lebih lama dari perkiraan. Efektivitas waktu pembelajaran kurang. Proses penjumlahan nilai dan pengumuman skor tim kurang lancar. Muncul sifat ketergantungan yang merugikan kelompok. Iklan beragam menyulitkan guru dalam memberi contoh jawaban yang benar. Pemahaman siswa terhadap materi pem-belajaran belum menunjukkan keberhasilan yang diharapkan. Persentase siswa yang menguasai materi tiap-tiap ronde belum terlewati. Evaluasi hasil pembelajaran masih rendah, baru 65,80 %. 3.2 Pembelajaran Menulis Surat Lamaran Pekerjaan dengan TGT pada Siklus II 3.2.1 Pelaksanaan Siklus II Pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan pada Siklus II dilaksanakan dalam empat tatap muka. Tatap muka menggunakan lembar tugas yang sama dengan Siklus I sebagai pedoman turnamen sekaligus dasar analisis proses. a) Tatap Muka Pertama Tatap muka pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 4 September 2007 pukul 08.30 – 09.15. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, selama 15 menit awal dilakukan persiapan. Guru memilih masing-masing seorang anggota kelompok untuk mengawasi kelompok lain agar tidak terjadi kecurangan. Turnamen diawali dengan memerintahkan siswa mengerjakan pertanyaan pertama dan kedua pada ronde 1. Guru membagikan kepada masing-masing kelompok contoh penulisan yang benar. Siswa menilai hasil pekerjaan berdasar kriteria yang diberikan oleh guru di bawah pengawasan anggota tim lain. Pelaksanaan ronde 1 memperlihatkan ke-majuan yang signifikan. Siswa yang menguasai materi pembelajaran mencapai 85, 50 %. Waktu pembelajaran lebih efektif. Tingkat objektivitas hasil yang dicapai setiap siswa lebih tinggi. Kontribusi siswa kepada
  • 8. kelompok lebih positif. Pengumuman hasil perolehan skor berjalan lancar karena dilakukan pengamat khusus dari kelompok lain. b) Tatap Muka Kedua Tatap muka kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 4 September 2007 pukul 09.30 – 10.15. Guru mengingatkan materi yang menjadi fokus pembicaraan pada ronde 2 – 4 selanjutnya mengerjakan soal ronde 2 – 4. Persaingan antartim menunjukkan peningkatan. Setiap kali jumlah nilai perolehan diumumkan, tim dengan nilai tertinggi merayakan dengan yel- yelkebanggaan. Keberhasilan ronde 2 – 4 cukup me-muaskan. Persentase penguasaan materi meningkat dari 63,67 % menjadi 79,33 % siswa di ronde 2. Dari 65,50 % menjadi 77, 83 % siswa di ronde yang ke-3. Dan dari 64,83 % menjadi 75,83 % di ronde 4. c) Tatap Muka Ketiga Tatap muka ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 5 September 2007 pukul 12.00 – 12.45. Siswa diberi kesempatan mempersiap-kan diri menghadapi ronde 5 – 7 turnamen. Guru menyampaikan pertanyaan secara bertahap. Persentase penguasaan materi meningkat. Ronde 5 dari 64,00 % menjadi 77,67 % siswa. Ronde 6 dari 63,67 % menjadi 75,00 % siswa. Ronde 7 dari 65,67 % menjadi 75,33 % siswa. d) Tatap Muka Keempat Tatap muka keempat dilaksanakan Kamis, 6 September 2007 pukul 07.45 – 08.30. Pada tatap muka ini disediakan contoh iklan lowongan pekerjaan. Guru menugasi siswa memahami dan mencermati iklan. Siswa melakukan diskusi persiapan menghadapi ronde terakhir. Kemampuan siswa menulis surat lamaran pekerjaan meningkat. Siswa yang menguasai keterampilan menulis surat lamaran pekerjaan 65,80 % di Siklus I sedangkan Siklus II sebanyak 78,57 % siswa. 3.2.2 Evaluasi Siklus II Evaluasi Siklus II mengacu Siklus I. Evaluasi didasarkan pada hasil pengamatan guru, catatan pengamat, dan nilai pencapaian siswa maupun tim. Evaluasi ditekankan pada catatan proses pembelajaran dan hasil pem-belajaran. Hasil evaluasi disampaikan dalam uraian berikut ini. a) Evaluasi Proses Pembelajaran Proses pembelajaran menunjukkan peningkatan kualitas. Keterlibatan siswa menunjukkan perubahan dari Siklus I ke Siklus II. Persentase keaktivan siswa meningkat dari 67,67 % menjadi 75,17 %. Kendala pembelajaran diatasi dengan perencanaan yang lebih cermat. Kerja sama dalam menjawab soal diantisipasi dengan penunjukan pengamat. Ketergantungan siswa tidak terjadi lagi. Objektivitas nilai lebih akurat untuk menilai kemampuan individu. Kendala mengenai efektivitas waktu diatasi dengan penyiapan perangkat yang lebih lengkap, jawaban pertanyaan tinggal dibagikan kepada kelompok sehingga waktu tidak banyak terbuang. Peningkatan juga dapat diamati melalui perubahan persentase siswa yang menguasai materi pembelajaran pada setiap rondenya (lihat Tabel 2). b) Evaluasi Hasil Pembelajaran
  • 9. Hasil akhir menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Persentase siswa yang memenuhi kriteria keberhasilan meningkat 12,77 %, Siklus I 65,80 % menjadi 78,57 %.Tabel 2: Perbandingan Pencapaian Keberhasilan Siklus I – Siklus II No Ronde dan Partisipasi Persentase Persentase Siklus I Siklus II 1 R 1 70,17 85,50 2 R 2 63,67 79,33 3 R 3 65,50 77,83 4 R 4 64,83 75,83 5 R 5 64,00 77,67 6 R 6 63,67 75,00 7 R 7 65,67 75,33 8 R 8 65,80 78,57 9 Partisipasi Aktif 67,67 75,17 3.2.3 Refleksi Siklus II Hasil evaluasi Siklus II menunjukkan pembelajaran telah berhasil mencapai kriteria yang ditetapkan. Suasana kompetisi mening-katkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Keinginan menjadi pemenang membangkitkan motivasi siswa untuk tampil lebih baik. Metode TGT memberi kegembiraan dalam pembe-lajaran. Langkah pembelajaran menyadarkan siswa pada tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab kelompok. Kerja sama pembelajaran memberikan pengalaman berharga di samping perasaan dihargai atas prestasi dan kerja kerasnya. 4. Simpulan Berdasarkan uraian dua siklus pembela-jaran menulis surat lamaran pekerjaan dengan metode TGT di atas dapat dirumuskan bebe-rapa simpulan. Pertama, metode TGT cukup efektif dipergunakan dalam pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan. Kedua, metode TGT cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan. Ketiga, metode TGT cukup efektif meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan. Keempat, metode TGT cukup efektif meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan. DAFTAR PUSTAKA Arixs. 2007. “Tiga Guru Sains Wanita Penerima Science Education Awward Kreatif Menekuni Sains”. http://www.cybertokoh.com/php?mod=publisher&op= viewarticle&artid=6772-23k. Cole, Peter G. dan Lorna K.S.Chan. 1990. Methods and Strategies for Special Education. Sydney: Prentice Hall of Australia Pty, Ltd. Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian MataPelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Digandakan oleh: Proyek Peningkatan Mutu SMU Jawa Tengah Tahun 2003. Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus BerbasisKompetensi Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Penerbit PT BinatamaRaya. Dewi, Rische Purnama. 2007. “Pemanfaatan Model Peta Pikiran”. http://www. usd.ac.id./06/ publ_dosen/gatra/jan05/rische.htm(diakses Jumat, 10 Agustus 2007)
  • 10. Heniati, Diah. 2007. “Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Teknik 5W + 1H (Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Kota Cimahi)”.http://sps.upi.edu/v3/?page=abstrak&option+tesis&action= view&id=049519 (diakses Jumat, 10 Agustus 2007) Dikti. 2007. Panduan usulan dan Laporan PTK. http://www.dikti.go.id. (diakses Jumat, 10 Agustus 2007). Inna S., Sonya. 2007. “Pengembangan Program Pembelajaran Kontekstual dalam Pelajaran Menulis”.http://sps.upi.edu/v3/?page=abstrak&option+tesis&action= view&id=019565 (diakses Jumat, 10 Agustus 2007) Siberman, Melvin L.(terjemahan Raisul Mutaqqin).2004. Active Learning. Bandung: Penerbit Nusa Indah Media dan Penerbit Nuansa. Wiyasa, Thomas. 1996. Pola Dasar Penyusunan Surat-surat Resmi (cetakan ke-3 edisi revisi). Jakarta: Pradnya Paramita. ENINGKATAN KETERAMPILAN PIDATO PERSUASIF PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE SIMULASI LOMBA PIDATO BERBAHASA INDONESIA PADA KELAS XII IPS 1 SEMESTER 1 SMA NEGERI AJIBARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Sutoro* Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia kelas XII IPS 1 SMA Negeri Ajibarang. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan bahwa Metode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan pidato persuasif siswa kelas XII IPS 1 semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar pengamatan, bagan lomba, lembar soal evaluasi, lembar penilaian. Data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar, yaitu hasil evaluasi tertulis siklus I adalah 68,40 siklus II 86,06. psikomotorik siklus I 63,20, siklus II 69,00. Ketuntasan belajar siklus I 25%, siklus II 82%. Kata kunci: ketrampilan, metode simulasi, pidato. Pendahuluan. Kesan bahwa materi pelajaran berpidato pada mata pelajaran bahasa Indonesia tidak menyenangkan (membosankan), yang muncul setiap siswa diajar ketrampilan berpidato, menjadi cermin betapa mengajarkan materi berpidato sebagai materi yang harus diusahakan sungguh-sungguh. Pidato masih dianggap momok,sesuatu yang
  • 11. menakutkan bagi siswa. Untuk dapat berpidato di depan khalayak memang harus menguasai materi yang hendak disajikan, harus mempunyai teknik berbicara yang baik, mempunyai keberanian mental. Jadi tidak sekadar teori pidato, apalagi tanpa praktik. Teknik mengajar yang konvensional tidak lagi dipercaya sebagai sistem yang relevan dengan tuntutan kemampuan psikomotorik pada hasil belajar siswa. Guru dituntut inovatif dalam menggali metode- metode pembelajaran. yang kreatif. Guru tidak lagi harus mempertahankan dan membanggakan teknik maupun metode masa lalunya. Zaman semakin berkembang, tuntutan masyarakat semakin meningkat. Metode mengajar pun harus semakin bervariatif. Guru yang masih berkutat dengan metode mengajar masa lalunya, akan “ditinggalkan” oleh siswa-siswanya. Proses belajar di sekolah bukan sekadar memorisasi dan recall,bukan sekadar penekanan pada penguasaan tentang apa yang diajarkan (logos). Akan tetapi, lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipratikkan dalam kehidupan oleh peserta didik (etos).(Depdiknas MPMBS, 2001). Berbicara di depan publik, suka atau tidak, merupakan keterampilan yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita, pastilah kita harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau pendapat kita tentang sesuatu hal yang kita yakini. (http://sinarharapan.co.id, 2002). Diakui atau tidak, lebih dari 60% siswa merasa takut bila harus berpidato dalam forum formal di depan banyak orang (public). Baik pada diskusi, ceramah, presentasi, maupun pidato perpisahan, bahkan pidato di depan teman sekelasnya. Fenomena ini sangat memprihatinkan bagi guru bahasa Indonesia. Betapa tidak, keterampilan berbicara adalah bagian dari empat aspek keterampilan pelajaran bahasa yang harus diajarkan kepada siswa. Jadi bukan hanya teori yang harus dikuasai, namun kemampuan praktik berbahasa pun harus dikuasai. Sering pengajaran pidato, guru menggunakan metode ceramah , siswa kurang mendapat kesempatan melakukan praktik berbicara di depan orang lain, karena lebih banyak bersifat teori. Maka dapat diartikan kemampuan berpidato siswa sebatas teori.
  • 12. Dari fenomena di atas maka upaya peningkatan kemampuan berpidato para siswa merupakan hal yang mendesak dan segera diatasi jalan keluarnya. Salah satu upaya untuk itu adalah menerapkan Model Pembelajaran dengan Metode Simulasi Lomba Pidato pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpidato para siswa. Dengan demikian maka masalah dalam penelitian tindakan ini ialah: Apakah Hasil prestasi siswa dapat ditigkatkan melalui Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia? Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia, bertujuan meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran pidato, sehingga dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa, terutama pada pembelajaran pidato. Dan meningkatkan prestasi akademik siswa. Lima Hukum Yang Komunikatif (The 5 Inevitable Laws of Effective Communication) yang dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble), yang berarti merengkuh atau meraih. Karena diyakini bahwa komunikasi pada dasarnya adalah upaya bagaimana meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. (http://sinarharapan.co.id, 2002). Jadi pidato merupakan perpaduan ketrampilan dalam meraih perhatian pendengar, menyampaikan materi pidato dengan penuh cinta kasih, membangkitkan minat pendengar terhadap materi pidato, sehingga tumbuh kepedulian, dan simpati positif, serta berani memberikan tanggapan dan respon positif terhadap peristiwa dalam materi pidato. Pidato menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak. Dalam hal ini pikiran yang akan disampaikan kepada orang banyak tentu merupakan informasi atau ilmu bagi orang lain, yang dapat berasal dari bidang lain, di luar bahasa Indonesia. Ini artinya seorang yang berpidato membutuhkan penguasaan materi pidato, di samping itu harus menguasai teknik berpidato, bagaimana menyampaikan materi yang runtut, jelas, mudah dimengerti. Ini semata-mata karena mereka akan berhadapan dengan orang banyak (public).
  • 13. Banyak cara yang telah dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pelajarannya di depan kelas. Tidak sedikit variasi yang dipakai guru dalam kegiatan belajar mengajar. Segala teknik telah diterapkan untuk mempermudah penyampaian materi pelajaran kepada siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Teknik, cara, ataupun apa istilahnya, dalam kegiatan belajar mengajar dinamakan metode. Bagaimana sesungguhnya metode yang dapat digunakan dalam pengajaran pidato di kelas? Pidato merupakan jenis keterampilan yang menuntut keberanian untuk mencoba, bukan sekadar teori berpidato. Agar siswa benar-benar diberi kesempatan pidato, minimal di depan teman sekelasnya, maka metode simulasi adalah salah satu metode yang dapat digunakan. Dengan keseringan mencoba praktik pidato akan tumbuh keberanian, dan selanjutnya mampu meningkatkan kemampuan diri sehingga dapat memperbaiki kesalahan sendiri. Metode Simulasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di dalam situasi yang sesungguhnya. (http://media.diknas.go.id/media/document/3553.pdf). Setidaknya metode simulasi memberi kesempatan pada siswa untuk mencoba pidato, mulai dari persiapan sampai dengan penampilan di depan orang lain. Bukan sekadar belajar teori pidato, atau sebatas pengetahuan pidato, tetapi belajar teori pidato yang sekaligus mempraktikannya. Maka keterampilan pidato, yang memang membutuhkan banyak pengetahuan. Metode simulasi ini dapat membantu guru bahasa Indonesia untuk mempermudah dan mengefektifkan pembelajaran pidato di hadapan para siswanya. Lomba pidato adalah ajang kompetisi ketrampilan pidato bagi siswa. Ajang simulasi pidato dapat dimanfaatkan sebagai ajang berlatih bagi para siswa sebelum mereka terjun ke masyarakat. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian lomba adalah 1. adu kecepatan (berlari, berenang, dsb). 2. adu ketrampilan (ketangkasan, kekuatan dsb.). Jadi pada situasi lomba yang dimaksud dalam pengertian ini adalah mengubah kondisi kelas pembelajaran menjadi situasi berlomba. Dalam hal ini penekanannya pada; adanya adu ketrampilan antarsiswa, sehingga ada rasa bersaing sesama siswa, ada unsur penilaian. Penilaian ini akan berdampak siswa mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Ada unsur kemenangan. Siswa akan merasa bangga atas prestasi yang dapat dicapai. Ada
  • 14. unsur penghargaan. Penghargaan ini hanya sebatas pada nilai maupun pujian, ataupun sebutan tertentu, seperti super orator atau sebutan yang lain. Namun, kembali lagi bahwa lomba ini hanya merupakan simulasi untuk pembelajaran. Jadi sifatnya penyemangat, dan klinis, memperbaiki kemampuan belajar siswa, suasana menyenangkan, dan pada penilaiannya pun tidak membuat siswa jera, bagi yang tidak dapat meraih prestasi baik. Dan tidak menjadikan siswa takabur, bagi yang berprestasi baik. Pada cakupan ini, lomba yang dimaksud adalah lomba pidato berbahasa Indonesia. Artinya materi pidato boleh dari berbagai tema, tidak harus tema-tema ilmu bahasa Indonesia, tetapi boleh tema ekonomi, lingkungan, politik, sosial, budaya, atau yang lain sebatas tidak melanggar hukum maupun kaidah SARA. Dan pidato ini harus menggunakan bahasa Indonesia. Pidato, di samping untuk memberi informasi kepada pendengar, bisa untuk mempengaruhi atau memerintahkan sesuatu kepada pendengarnya supaya berbuat sesuatu yang diinginkan pembicaranya. Menurut Burgoon & Rufner, persuasi ialah proses komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat & keinginan komunikator. Atau proses komunikasi yang mengajak atau membujuk orang lain dengan tujuan untuk mengubah sikap, keyakinan, dan pendapat sesuai keinginan komunikator. Namun ajakan ini bukan berarti paksaan atau ancaman. (http://baguspsi.blog.unair.ac.id/2008/10/15/komunikasi-persuasi/) Apabila pidato itu ditulis maka menjadi bentuk teks pidato yang siap dibacakan (menggunakan teknik membaca teks) maka tulisan itu pun harus bersifat persuasi. Tulisan persuasif adalah tulisan yang berisi himbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Agar hal yang disampaikan itu dapat mempengaruhi orang lain, tulisan harus disertai penjelasan dan fakta-fakta. (Dwi Hartati, http://www.oke.or.id/tutorial/BI-pargrafpersuasif.pdf). Jadi intinya agar siswa dapat mempengaruhi orang lain (audiens) untuk melakukan sesuatu, sesuai keinginan pembicara. Pidato merupakan bagian dari proses komunikasi. Dalam sebuah komunikasi tentu ada lawan bicara, ada kandungan informasi yang disampaikan. Muatan informasi yang disampaikan dapat dipahami
  • 15. dengan mudah dan benar. Di samping itu pidato dapat mengakibatkan berubahnya pikiran pendengar selaras dengan isi pidato yang telah didengarnya. Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu komunikasi perbuatan- perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yang mengandung maksud dan tujuan. Komunikasi bukan merupakan suatu kejadian, peristiwa, sesuatu yang terjadi, komunikasi adalah sesuatu yang fungsional, mengandung maksud dan dirancang untuk menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembaca. Brown (dalam Tarigan, 1981:10-11). Jadi pidato merupakan proses komunikasi yang berisi sebuah informasi, mengandung maksud, dan menimbulkan efek berubahnya pikiran seseorang. Oleh karena itu untuk dapat melakukan pidato, seseorang harus dapat menguasai informasi atau materi yang akan dikomunikasikan, harus menguasai teknik berbicara agar maksud informasi dapat dipahami dengan baik, pidato efektif, serta mampu mengubah pikiran pendengar. METODE Kegiatan ini dirancang sebagai penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini siswa kelas XII IPS1 SMA Negeri Ajibarang. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tahap Pelaksanaan tindakan,tahap observasi, tahap refleksi. Secara singkat dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. TABEL 1 Pelaksanaan Tindakan pada Setiap Siklus Siklus/Materi Pokok/Waktu Rencana Tindakan Awal Pertengahan Akhir Siklus 1 Cara berpidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat 4 x 45 menit Siswa mempersiapkan diri untuk memper-oleh pelajaran tentang pidato, dan penyiapan alat tulis masing-masing. Guru menyiapkan perangkat mengajar, lembar-lembar pengamatan. Siswa memperhatikan penjelasan guru ten- tang teknik pidato, seperti komponen pidato, teknik pidato dari segi lafal, intonasi, nada, dan sikap pidato. Siswa menyusun teks pidato Siswa mendisku- sikan kekurangan dan kelebihan dalam pidato, melaksana- kan nevaluasi. Guru melakukan refleksi
  • 16. persuasif. Siswa pratik pidato dan sekaligus meng- amati teman lain yang sedang berpidato. Guru melakukan observasi. Siklus 2 Cara berpidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat (perbaikan teknik/ metode) 4 x 45 menit Siswa lebih memper- siapkan diri untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap. Guru menyiapkan materi menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia. Siswa memperoleh penjelasan dengan metode mengajar yang lebih lengkap. Guru melakukan presentasi menggunakan media pembelajaran berbasis IT. Siswa memberikan komentar atas pem- belajaran pidato yang telah dilaku- kan. Dan melaksana-kan evaluasi tertulis Guru melakukan refleksi Pengamatan ini dipusatkan pada aktivitas pembelajaran dan keterampilan siswa dalam melaksanakan tugas pelajaran. Keunggulan metode simulasi ini, semua siswa mempersiapkan materi pidato yang berupa teks. Semua siswa tampil di hadapan siswa lain di kelasnya. Siswa diberi kesempatan mengamati dan diamati siswa lain dalam berpidato. Baik dari segi bobot materi pidato, penampilan, maupun bahasa yang digunakan. Data yang akan diambil adalah kualitas teks pidato, data penampilan yaitu: Keakuratan informasi, Hubungan antar-informasi, Ketepatan struktur dan kosa kata, Kelancaran berpidato, Kewajaran urutan wacana, Gaya pengucapan, Lafal, Intonasi, Nada, dan Sikap. Data yang diperoleh dapat berupa nilai kualitatif. Sedangkan data kuantitatif dapat diambil dari nilai evaluasi koqnitif secara tertulis. Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti dalam pengambilan data, dengan saat praktik pidato yang hampir bersamaan, maka penulis menggunakan teknik sampel. Pada penelitian tindakan ini sekurang-kurangnya sampel yang digunakan mencapai siswa 20 orang. Indikator Kinerja penelitian ini setidak-tidaknya 80% dari jumlah siswa dapat membuat teks pidato tertulis. Sekurang-kurangnya 80% jumlah siswa dapat melaksanakan pidato di depan teman-temannya. Sekurang-kurangnya 80% jumlah siswa dapat mengamati penampilan siswa lain. Artinya siswa melihat kelebihan dan kekurangan teknik berpidato siswa lain. Dan sekurang-kurangnya 70% jumlah siswa
  • 17. dapat memahami konsep teknik pidato. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian. Pada awalnya siswa pesimis atas kemampuannya dalam berpidato. Namun setelah mendapatkan penjelasan tentang teknik menyiapkan naskah pidato, teknik berpidato, dan menyaksikan simulasi lomba pidato, maka siswa mulai berangsur lebih optimis. Ada pengetahuan yang belum pernah didapatkan sebelum pembelajaran ini. Setidak- tidaknya ada peningkatan pemahaman tentang konsep berpidato. Namun demikian keterampilan pidato, seperti pembicara yang profesional, belum mampu dikuasai. Masih butuh banyak waktu untuk belajar. Data observasi yang telah diperoleh dengan model lomba pidato berbahasa Indonesia dalam Siklus 1 masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Nilai rata-rata kelas praktik berpidato baru mencapai 63,20. Masih berada di bawah nilai KKM yang ditetapkan yaitu 65. Adapun rata-rata skor keakuratan informasi pidato 6,70, Hubungan antar-informasi 6,15, Ketepatan struktur dan kosa kata 6,45, Kelancaran berpidato 6,55, Kewajaran urutan wacana 6,35, Gaya pengucapan 6,25, Lafal 6,45, Intonasi 6,10, Nada 6,15, dan Sikap 6,05. Belum sesuai dengan indikator KKM yang diharapkan. Dan nilai rata-rata evaluasi koqnitif tertulis mencapai 68,40. Ini berarti masih ada kekurangsempurnaan pada perencanaan ataupun pada proses pembelajaran. Siswa belum dapat melakukan pidato dengan baik, meskipun semua siswa telah mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan pidato di depan teman-temannya. Dan hasil evaluasi tertulis menunjukkan hasil yang baik. Dari hasil refleksi pada siklus 1 maka perlu ada perbaikan prosedur pembelajaran pada penyempurnaan model pembelajaran, termasuk pada simulasi pidato. Memperhatikan hasil Pelaksanaan Kegiatan dalam siklus II diperoleh data bahwa pembelajaran dengan Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia dapat mengalami peningkatan kemampuan dan prestasi. Nilai yang dapat dicapai pada siklus II rata-rata praktik (penampilan) adalah 69,00. Jumlah skor tersebut diperoleh dari rata- rata skor: Keakuratan informasi pidato 7,45, Hubungan antar- informasi 7,00, Ketepatan struktur dan kosa kata 7,09, Kelancaran berpidato 6,91, Kewajaran urutan wacana 6,86, Gaya pengucapan 6,77, Lafal 6,59, Intonasi 6,55, Nada 6,95, dan Sikap 6,82. Indikator kinerja yang dapat dicapai yaitu semua siswa dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Ini berarti kinerja siswa
  • 18. melaksanakan pidato di depan teman-temannya, siswa dapat memberikan penilaian terhadap penampilan siswa lain, dapat mencapai 100%. Nilai evaluasi koqnitif tertulis secara umum telah mencapai target yang diinginkan yaitu 86,06 atau 86%. Melihat dari rata-rata skor yang diperoleh pada masing-masing tingkatan skala yang tersedia belum dapat mencapai skor yang optimal. Belum ada yang dapat mencapai skala 8 (delapan) ke atas. Guru dalam menyampaikan materi sudah lebih baik, lebih lengkap, simulasi lebih mengena pada tujuan pembelajaran. Perhatian siswa terhadap materi pelajaran tampak lebih sungguh-sungguh. Namun melatih kemampuan berpidato siswa ternyata perlu waktu dan keseringan. Motivasi belajar siswa sebenarnya sudah cukup baik, dan antusias. Namun hasil yang dicapai belum dapat optimal, yaitu 69,00. Akhir siklus II ternyata ketuntasan belajar klasikal sudah dapat mencapai indikator yang diharapkan. Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran, pengamatan, dan memotivasi siswa semakin baik. Guru semakin siap dalam memandu diskusi, penjelasan terlihat lebih mantap. Pembahasan Berdasarkan evaluasi hasil belajar, observasi, dan penilaian tugas, dihasilkan sebuah ringkasan sebagai berikut: TABEL 2. RINGKASAN HASIL BELAJAR SIKLUS I DAN II Hasil Belajar, Aktivitas, Nilai tugas Hasil Belajar Siklus I Siklus II Nilai terendah (praktik) 57 62 Nilai tertinggi (praktik) 71 76 Rata-rata kelas Praktik) 63.20 69.00 Ketuntasan Belajar (praktik) 25% 82% Rata-rata tugas (teks pidato) 64.05 68.50 Nilai terendah evaluasi koqnitif (tertulis) 63 73 Nilai tertinggi evaluasi koqnitif (tertulis) 78 100 Rata nilai Evaluasi Koqnitif (Tertulis) 68.40 86.06 Ketuntasan klasikal (tertulis) 90% 100% Aktivitas membuat teks pidato 100% 85% Aktivitas melakukan pidato 100% 85% Aktif dalam diskusi/tanya jawab 18% 30%  Foto Siswa SMA Negeri Ajibarang
  • 19.  Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa penerapanMotode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia dapat memperbaiki hasil belajar maupun ketuntasan belajar klasikal. Nilai terendah yang dapat dicapai 57 pada siklus I dan meningkat pada siklus II yaitu 62. Nilai tertinggi yang dicapai adalah 71 pada siklus I, dan meningkat menjadi 76 pada siklus II. Rata-rata kelas pada siklus I dapat mencapai nilai 63,20 dan meningkat menjadi 69,00 pada siklus II. Ketuntasan belajar klasikal pada siklus I hanya 25%, meningkat pada siklus II menjadi 82%. Dan nilai rata-rata tugas menyusun teks pidato 64,05 pada siklus I meningkat menjadi 68,50 pada siklus II. Jadi secara umum setiap komponen pada siklus I meningkat pada siklus II. Meskipun hasil penelitian ini secara keseluruhan belum menggambarkan hasil nilai koqnitif yang optimal dan belum dapat dikatakan “sangat memuaskan”. Teknik guru menggunakan metode dan menggunakan media pembelajaran sudah ada peningkatan, mampu menarik perhatian siswa. Motivasi belajar siswa pun ada peningkatan. Pembelajaran dengan Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia pada salah satu kegiatannya dilaksanakan di luar kelas. Siswa tampak senang dan dapat menikmati belajar di luar kelas. Suasana lebih santai, namun tetap sungguh-sungguh melaksanakannya. Dapat menghilangkan rasa takut, yang biasa dirasakan siswa, saat maju berpidato di depan teman-temannya di kelas. Metode ini lebih memberi kesempatan siswa untuk mencoba sendiri atau mengalami sendiri, yaitu berpidato di depan teman-temannya (eksperimen). Waktu untuk kegiatan belajar mengajar relatif lebih singkat, meskipun semua siswa harus melakukan pidato secara individual. Simpulan dan Saran
  • 20. Simpulan. Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia pada pengajaran materi pidato persuasi tanpa teks, dapat meningkatkan ketrampilan berpidato pada siswa Hasil belajar siswa ada peningkatan yang signifikan. Ini dapat dilihat dari rata-rata nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata kelas, dan ketuntasan belajar klasikal yang lebih baik daripada siklus sebelumnya. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar lebih baik, lebih termotivasi, lebih bersemangat, lebih menyenangkan. Semua siswa diberi kesempatan untuk melaksanakan pidato di depan teman-temannya, sambil diberi kesempatan mengamati kelebihan dan kekurangan orang lain dalam berpidato, sehingga dapat meningkatkan pemahaman terhadap konsep pidato persuasi yang lebih baik. Saran Mengingat Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia ini dapat menajamkan pemahaman, dan memberikan pengalaman individu yang lebih baik, maka metoda ini dapat digunakan untuk mengajarkan materi pelajaran bahasa Indonesia yang menuntut pengalaman siswa secara individual. Di samping itu metode ini akan menarik, bila disertai dengan media pembelajaran berbasis teknologi informasi, dengan kombinasi yang bervariasi. Namun tetap harus diingat, sebaik-baik metode tidak akan dapat diterapkan pada semua situasi dan kondisi materi pelajaran. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.Jakarta. Hartati,Dwi. Paragraf Persuasif. http://www.oke.or.id/tutorial/BI-pargrafpersuasif.pdf (diunduh 4 Agustus 2009) http://baguspsi.blog.unair.ac.id/2008/10/15/komunikasi-persuasi/ http://media.diknas.go.id/media/document/3553.pdf
  • 21. Jurnal Pendidikan Widya Tama Vol. 1 no. 3 LPMP Jawa Tengah. September 2004. Prijosaksono, Aribowo dan Roy Sembel. 2002. Berbicara di Depan Publik. http://sinarharapan.co.id (diunduh 17 Juli 2009). Nata, Abuddin. 2004. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Winarno, Surachmad. 1984. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito. -oOo-