ISRAEL DITUDING BERADA DI BALIK MALWARE MATA-MATA NEGOSIASI NUKLIR IRAN
1. INTERNASIONAL
160 | | 28 JUNI 2015
BERKAHDAN
KUTUKANDIMONAIsrael dituding berada di balik malware mata-mata Duqu 2.0.
Bukan aksi spionase pertama tentang isu nuklir Iran.
ISRAEL
HIKAYAT NEGOSIASI
OPOSISI Iran di pengasingan pada
Agustus 2002 membuka informasi
mengenai pembangunan fasilitas
nuklir di Natanz. Kabar ini memicu
kekhawatiran internasional bahwa Iran
sedang mengembangkan senjata nuklir.
Belakangan, Iran setuju ada inspeksi
Badan Energi Atom Internasional (IAEA)
pada 2003, diikuti perundingan dengan
Inggris, Jerman, dan Prancis (EU-3), serta
kemudian dengan negara P5+1.
JUNI 2006
Cina, Amerika Serikat,
Rusia, Inggris, Jerman,
dan Prancis membentuk
P5+1. Istilah ini mengacu
pada lima anggota
tetap Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-
Bangsa, ditambah
Jerman, salah satu mitra
dagang utama Iran.
JULI 2006
Resolusi pertama Dewan
Keamanan PBB menuntut Iran
menghentikan kegiatan pengayaan
uranium dan pengolahannya.
Selama 2006-2009, Dewan
Keamanan PBB mengadopsi total
enam resolusi dan sanksi terhadap
Iran, termasuk pembekuan aset
individu dan perusahaan yang
terkait dengan program nuklir.
SEPTEMBER
2009
Amerika
mulai serius
mendiskusikan
ancaman
serangan udara
terhadap Iran.
Israel juga
mengancam
akan bertindak.
2. 28 JUNI 2015 | | 161
A
NALIS Kaspersky Lab di kantor pusat
Leningradskoe Shosse, Moskow, Fede-
rasi Rusia, mendeteksi adanya penyu-
supan di dunia maya yang mempenga-
ruhi sistem internal perusahaan ke-
amanan Internet itu, awal 2015. Temuan itu lantas
diikuti oleh investigasi skala besar dan ternyata ber-
ujung pada ditemukannya malware baru dari salah
satu yang paling canggih, misterius, dan kuat dalam
kategori kelompok kejahatan dunia maya: Duqu.
Berdasarkan investigasi Kaspersky, yang hasil-
nya dituangkan dalam laporan The Duqu 2.0: Techni-
calDetails dan dirilis pada Kamis dua pekan lalu, mal-
ware—perangkat lunak yang digunakan untuk meng-
ganggu, mengambil informasi, atau memasuki suatu
sistem komputer—yang diduga berasal dari Israel ini
ditemukan di sejumlah negara Barat, Timur Tengah,
danAsia.“Patutdicatat,beberapainfeksibaru(Duqu)
pada 2014-2015 terkait dengan acara dan tempat ne-
gosiasi negara P5+1 dengan Iran tentang kesepakatan
nuklir,” tulis Kaspersky.
P5+1 adalah sebutan untuk lima anggota Dewan Ke-
amanan Perserikatan Bangsa-Bangsa—Amerika Seri-
kat, Inggris, Rusia, Cina, dan Prancis—ditambah Jer-
man yang melakukan negosiasi sejak sembilan tahun
lalu dan hasil finalnya ditargetkan kelar pada 30 Juni
mendatang. Negara Barat menuding Iran akan me-
ngembangkan nuklir, yang dibantah Teheran. Isra-
el, yang diyakini sebagai satu-satunya pemilik nuklir
di Timur Tengah, dituding berada di balik “malware
mata-mata” Duqu.
Ada tiga hotel yang dipakai negara P5+1 yang disu-
supi Duqu, tapi laporan Kaspersky tak menyebut na-
manya. Perundingan nuklir tujuh negara itu digelar
di sejumlah hotel mewah Eropa: Beau-Rivage Palace
di Lausanne, Royal Plaza Montreux di Montreux, dan
Hotel President Wilson di Jenewa, Swiss; Palais Co-
burg di Wina, Austria; serta Hotel Bayerischer Hof di
Muenchen, Jerman.
Kaspersky Lab mengatakan malware itu mung-
kin telah digunakan untuk menguping percakapan,
mencuri file, dan menguasai sistem yang terhubung
dengan komputer di hotel, seperti telepon, lift, dan
GETTYIMAGES
JUNI 2013
Hassan
Rouhani,
dari
kelompok
moderat,
terpilih
sebagai
Presiden
Iran.
NOVEMBER 2013
Iran dan P5+1 mencapai
kesepakatan sementara.
Produksi di reaktor air
berat Arak akan dihentikan
dan Iran akan menguras
persediaan uranium
yang diperkaya. Sanksi
terhadap Iran akan dicabut
dan aset yang dibekukan
akan dicairkan.
JULI 2014
Batas waktu
pembahasan
perjanjian
komprehensif
terlampaui.
Perundingan
diperpanjang
hingga November
2014.
NOVEMBER 2014
Batas waktu tak
terpenuhi dan
diperpanjangsampai
akhir Juni 2015.
Targetnya, kerangka
pemahaman
disepakati pada
akhir Maret.
MARET 2015
Dua pihak
bertemu di
Lausanne,
Swiss, untuk
menyelesaikan
kesepakatan
akhir.
2 APRIL 2015
Iran dan P5+1
mengumumkan
kerangka kesepakatan
untuk membatasi
program nuklir Iran
dengan imbalan
pencabutan sanksi.
Kesepakatan final
ditargetkan kelar pada
30 Juni.
Reaktor nuklir Dimona
di Gurun Negev, Israel.
3. 162 | | 28 JUNI 2015
alarm. Malware ini juga dapat membidik ja-
ringan Wi-Fi dan menembus komputer di
meja resepsionis hotel, yang memungkin-
kan pengendali virus Internet itu mengak-
ses nomor kamar anggota delegasi.
Versi awal Duqu diidentifikasi oleh Sy-
mantec, perusahaan perangkat lunak ke-
amanan pesaing Kaspersky, pada 2011.
Tapi keduanya punya kesimpulan sama
bahwa malware ini sangat mirip Stuxnet,
sebuah worm—semacam virus—komputer
yang menghantam komputer di fasilitas
nuklir Iran. Pada 2011 itu, The New York Ti-
mes memastikan bahwa Stuxnet merupa-
kanbagiandarioperasirahasiaIsrael-Ame-
rika untuk melumpuhkan nuklir Iran.
Israelmembantahtudinganmemata-ma-
tai perundingan. Wakil Menteri Luar Nege-
riTzipiHotovelymengatakankepadaRadio
Militer Israeli: “Tidak ada dasar dari semua
laporan internasional tentang keterlibatan
Israel dalam masalah ini.” Pejabat Ameri-
ka,yangberbicarasecaraanonim,menam-
pik bantahan ini. “Mereka melakukannya
sepanjang waktu. Ini bukan hal mengejut-
kan,” kata pejabat itu.
Ini bukan tudingan spionase pertama
terhadap Israel berkaitan dengan perun-
dingan nuklir Iran. Koran The Wall Street
Journal, Maret lalu, melansir berita bah-
wa diplomat Amerika yang mengikuti pe-
rundingan nuklir di Austria dan Swiss juga
diberi penjelasan singkat oleh pejabat kon-
tra-intelijen Amerika tentang ancaman pe-
ngupingan Israel.
Menurut The Guardian, dalam beberapa
kesempatan selama pembicaraan nuklir
Iran di Wina, radiasi gelombang mikro dari
penyadapanbegitukuatsehinggaparadip-
lomat harus berjalan agak jauh dari tempat
perundinganuntukmenggunakantelepon
seluler mereka.
Saat perundingan digelar di Lausanne,
Swiss, Maret lalu, diplomat Inggris dan
Prancis tampak berjalan-jalan ke taman
Beau-Rivage Palace Hotel untuk menele-
pon pejabat di ibu kotanya daripada berbi-
cara dari kamar mereka.
Menteri Luar Negeri Amerika John Ker-
ry juga tampak pergi berjalan-jalan di se-
kitar Jenewa dengan Menteri Luar Negeri
Iran Mohammad Javad Zarif, Januari 2015.
Ini secara luas dilihat sebagai aksi publisi-
tas meski juga bisa memberikan kesempat-
an untuk berbicara secara personal dan di
luar jangkauan perangkat penyadap.
Selain penyadapan, “medan perang”
dariisunuklirterasadiAmerika.American
Israel Public Affairs Committee (AIPAC),
yang berbasis di Washington, berada di po-
sisi berseberangan dengan pelobi Kongres
pro-Israel,JStreet.AIPAC,katapejabatAIP-
AC yang menolak disebut namanya, “Me-
lakukan mobilisasi besar.” Ia bergabung
dengan kelompok Republikan dan Komi-
te Yahudi Amerika, yang ragu Iran dapat
dipercaya.
J Street memproduksi materi yang mem-
promosikan perundingan nuklir pemerin-
tahBarackObamadenganIran.Iajugameri-
lisjajakpendapatyangmenunjukkan59per-
senakanmendukunglangkahObama.“Ang-
ka tersebut menunjukkan bahwa anggapan
tentangYahudiAmerikasebagaikaum’garis
keras’dalamsoalIranataukebijakanAmeri-
ka di Timur Tengah pada umumnya meru-
pakananggapanyangsalah,”kataPresidenJ
Street, Jeremy Ben-Ami.
Israel mengkritik keras perundingan
Iran dan P5+1, seperti dikatakan Perdana
Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Israel
yakin kesepakatan itu tak akan “mengha-
dangjalanIranuntukmemilikinuklir”.Ne-
tanyahu menyiratkan kekhawatiran bah-
wa langkah Iran akan mengakhiri mono-
poli negaranya atas kepemilikan senjata
mematikan itu.
Monopoli itu berlangsung sejak 1950-an.
Perdana Menteri David Ben-Gurion, kala
itu,menggunakandalihpembantaianwar-
ga Yahudi (Holocaust) dan mentalitas dike-
pung musuh-musuh Arabnya untuk mem-
benarkan hak Israel memiliki senjata nuk-
lir. Pada 1967, di kompleks Dimona di Gu-
run Negev, Israel merakit perangkat per-
tamanya dan menghasilkan senjata nuk-
lir beberapa tahun sesudahnya, meskipun
tak pernah diakuinya secara terbuka.
“Dimona memberi Israel setengah abad
keamanan relatif,” kata kolumnis Israel,
Ari Shavit, dalam buku terbitan 2013, My
PromisedLand,TheTriumphandTragedyof
Israel. Kini, “Hegemoni nuklir Israel di Ti-
mur Tengah akan segera habis. Cepat atau
lambat,monopoliIsraelakanhancur,”kata
Shavit, seperti dikutip Walter Pincus da-
lam kolom di The Washington Post edisi 15
Juni 2015.
Shavit mengutip percakapannya dengan
Yosef Tulipman, Direktur Jenderal Dimona
1965-1973, enam tahun lalu. Menurut Tu-
lipman, Iran kini mengikuti jejak Israel, ya-
itu membangun mini-Dimona di pabrik pe-
ngayaan uranium Natanz dan di kompleks
militer Parchin. Arab Saudi, Mesir, Turki,
dan Aljazair akan menjadi negara berikut-
nya jika Iran berhasil. “Mereka berpenda-
pat, jika Israel memiliki hak membangun
Dimona, mereka juga merasa punya hak
yang sama. Ketika negara-negara Timur
Tengah lainnya menggunakan haknya, Di-
mona kita akan berbalik dari berkah men-
jadi kutukan,” tulis Shavit.
● ABDUL MANAN (THE WASHINGTON POST, CNN,
THE GUARDIAN, GULF TIMES)
INTERNASIONAL ISRAEL
Peneliti laboratorium Kaspersky
di Moskow, Rusia.
REUTERS/SERGEIKAPUKHIN