Modul ini membahas tentang kabel telekomunikasi seperti kabel tembaga multipair, kabel udara, dan kabel duct. Terdapat penjelasan mengenai struktur, jenis, dan fungsi masing-masing kabel. Topik lain yang dibahas adalah propagasi gelombang radio, antena, sistem komunikasi nirkabel, dan infrastruktur jaringan akses.
1. 1.1 Identifikasi Mata Pelajaran
Judul Mata Pelajaran : Koneksi Jaringan Telekomunikasi
Kelas/Jurusan : XI / Teknik Jaringan Akses
Telekomunikasi
Jumlah Jam/minggu : 6 jam/minggu
1.2 Ringkasan Topik
Modul Koneksi Jaringan Telekomunikasi berisikan pembahasan
terkait kabel tembaga multipair, sistem jaringan akses tembaga, propagasi
gelombang radio dan frekuensinya, karakteristik antena, sistem
komunikasi radio, sistem transmisi, trafik telekomunikasi, teknik
switching dan softswitch, sentral telepon otomat (STO), MSAN,sistem
routing dan signaling, teknik broadband wireline, dan infrastruktur
jaringan akses.
1.3 Tujuan Pembelajaran Khusus
Siswa dapat memahami materi serta mampu merealisasikannya
sesuai dengan pokok pembahasan yang ada. Selain itu, siswa juga mampu
menyajikan hasil realisasi kedalam bentuk laporan portofolio.
DESKRIPSI MATA PELAJARAN
2. 1.1 Pengertian Kabel Multipair
Kabel merupakan kumpulan dari satuan dasar yang tersusun
menjadi satu kesatuan dan terbungkus oleh pelindung elektris dan
selubung PE. Kabel multipair adalah sekumpulan dari beberapa konduktor
berisolasi yang lebih dari dua pasang dengan kapasitas tertentu. Kabel
multipair yang digunakan dalam sistem telepon biasanya memiliki
kapasitas 5x2, 10x2, 20x2,100x2, 1200x2, 1800x2, dan seterusnya.
Bila terdapat suatu kabel dengan kapasitas 20x2, artinya kabel
tersebut terdiri dari 20 pasang kawat berisolasi dan 40 urat kabel. Dimana
urat kabel merupakan sebuah satuan yang mendefinisikan satu kawat
kabel. Urat kabel merupakan sebuah kawat yang berisolasi PE (Polietilen)
atau kertas.
1.2 Jenis Kabel Tembaga Multipair
Berdasarkan isolasi konduktor pada kabel, terdiri dari 3 jenis, yaitu :
1. Kabel dengan isolasi Polyethylen
2. Kabel dengan isolasi Foam Skin
3. Kabel dengan isolasi Polyvynil Chloride (PVC)
Berdasarkan cara pemasangannya, kabel multipair terdiri atas :
1. Kabel Tanah Tanam Langsung/Burried Cable (STEL-K-007)
Kabel Tanah Tanam Langsung merupakan kabel yang ditanam
secara langsung dibawah permukaan tanah.
MODUL 1
KABEL MULTIPAIR
3. Struktur Kabel Tanah Tanam Langsung
Gambar 1 Struktur Kabel Tembaga
Fungsi Lapisan Kabel Tanah Tanam Langsung
(1) Urat-urat kabel
Fungsinya sebagai penghantar dan yang menyambungkan
pesawat telepon langganan dan sentral
(2) Isolasi warna berpetrojelly
Berfungsi untuk mengidentifikasi no urat kabel tembaga
dan petrojelly berfungsi untuk mencegah air masuk ke dalam urat
kabel.
(3) Pita pelilit Kode Warna
Fungsinya mempermudah penghitungan urat kabel
(4) Pembungkus inti kabel
Fungsinya untuk membalut inti kabel supaya padat dan
bulat, dan juga berfungsi sebagai pelindung atau bantalan antara
urat kabel dan lapisan alumunium
(5) Lapisan alumunium Foil
Fungsinya sebagai pelindung elektris terhadap induksi dari
teganan asing dari Iuar.
4. (6) Kulit dalam kabel (PE hitam)
Fungsinya :
- Sebagai pelindung kemungkinan masuknya air
- Sebagai bantalan antara lapisan amouring dengan lapisan
alumunium.
(7) Armouring baja.
Amouring dapat berupa plat/pita baja atau berupa kawat baja.
Fungsinya:
- Sebagai pelindung mekanis terbadap benturan benda
tajam/keras.
- Sebagai pelindung elektris terhadap induksi tegangan
asing dari luar
(8) Kulit luar kabel (PE hitam).
Fungsinya:
- Sebagai pelindung kemnugkinan masuknya air
- Sebagai bantalan pada waktu penarikan kabel
Tanda Pengenal Kabel Tanah Tanam Langsung
STEL-K-007 : Kabel Tanah berperisai, berisolasi dan
berselubung polyethelene, berisi petrojelly. Kabel tembaga jenis ini
biasa dikenal dengan istilah KTTL ( Kabel Tanah Tanam Langsung
), karena pada saat instalasi, kabel tersebut tidak diberikan lagi
pelindung seperti pipa atau HDPE, karena sudah mempunyai
pelindung mekanis berupa perisai yang terbuat dari baja.
T - Kabel Bawah Tanah jenis standar dengan penghantar tembaga
( Cu )
E – Isolasi Polyethelene
J – Petrojeli
Pem – Pelindung elektris ( lapisan alumunium ) dan mekanis ( pita
baja )
E – Selubung polyethelene
Contoh :
T – E J (Pem) E 200 X 2 X 0,6
5. Menyatakan suatu kabel tanah berkapasitas 200 pasang
dengan penghantar tembaga berdiameter 0,6 mm, berisolasi
polyethelene, berisi petrojeli, memakai pelindung elektris pita
alumunium , berperisai pita baja dan berselubung polyethelene.
Kapasitas Kabel Tanah Tanam Langsung
Gambar 2 Kapasitas Kabel Tanah Tanam Langsung
2. Kabel Udara/Aerial Cable (STEL-K-001)
Kabel Udara merupakan kabel yang konstruksinya khusus
untuk dipasang diatas tanah/diatas tiang. Berdasarkan kawat
penggantungnya, kabel udara terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Separate Bearer Aerial Cable
Yaitu kabel udara yang penggantungnya terpisah.
Dalam pemasangannya, untuk menegangkan kabel udara
ini penggantungnya digunakan kawat baja atau seng
sepanjang rute kabel udara, dan diikat dengan kawat ikat
pada jarak tertentu.
Gambar 3 Kabel Udara Jenis Separate Bearer Aerial Cable
6. b. Integrated Bearer Aerial Cable
Adalah kabel udara dengan kawat penggantung (
bearer ) menjadi satu konstruksi dengan kabel udaranya.
Dilihat dari posisi/letak dari kawat penggantungnya
terhadap urat kabelnya, kabel udara ini ada 2 ( dua )
macam, yaitu :
(1) Dilihat dari posisi/letak dari kawat penggantungnya
terhadap urat kabelnya
(a) Penggantung terpisah dengan urat kabel
Urat kabel beserta kawat penggantungnya dibungkus
menjadi satu dengan kulit kabel, sehingga membentuk
seperti angka delapan
Gambar 4 KU dengan Penggantung Terpisah
Konstruksi inilah sekarang banyak digunakan di
indonesia.
(b) Penggantung melingkari urat/inti kabel
Gambar 5 KU dengan Penggantung Melingkari Inti
7. (2) Dilihat dari susunan urat kabelnya
Kabel udara dibedakan menjadi beberapa tipe :
(a) Type AEI ( Agency Electrical Industri )
Susunan urat kabelnya berpasangan ( pair ) dan berlapis dua ( 2 )
urat dipilin menjadi satu, membentuk pair. Perhitungan uratnya dimulai
dari lapisan paling luar menuju ke inti kabel.
Isolasi urat kabel a untuk pair pertama dari setiap lapisan berwarna
merah. Sedangkan untuk pair selanjutnya berwarna putih
Untuk urat kabel b, warna isolasinya berturut-turut sebagai berikut :
- Biru -Hijau -Hitam
- Kuning -Coklat
Dan seterusnya mulai lagi dari biru adapun susunan dan jumlah
pair dari setiap lapisan untuk beberapa kapasitas kabel adalah sebagai
berikut :
Tabel 1 Perhitungan Urat Kabel Type AEI
KAPASITAS
KABEL
JUMLAH PAIR
INTI
LAPISAN KE
1 2 3 4
10 2 8
20 1 6 13
30 4 10 16
40 1 7 13 9
50 4 10 15 21
60 1 6 12 18 24
8. Tabel 2 Warna Isolasi KU type AEI
PAIR KE
WARNA ISOLASI
A B
1 MERAH BIRU
2 PUTIH KUNING
3 PUTIH HIJAU
4 PUTIH COKLAT
5 PUTIH HITAM
6 PUTIH BIRU
7 PUTIH KUNING
8 PUTIH HIJAU
Tabel 3 Warna Isolasi Inti KU type AEI
PAIR KE
WARNA ISOLASI
a b
9 MERAH COKLAT
10 PUTIH HITAM
Tanda Pengenal Kabel Udara Multipair
Sesuai dengan spesifikai PERUMTEL Nomot STEL K-001,
kabel udara mempunyai kode pengenal sebagai berikut :
U - menandakan kabel udara jenis standar dengan
penghantar tembaga
E – Isolasi Polyethylene
(PE) – Pelindung Elektris ( berupa alumunium foil)
E – Selubung Polyethylene
S – Penguat sendiri ( berupa bearer )
Contoh : U – E (Pe) – E S 60 x 2 x 0.6
Menyatakan suatu kabel udara berkapasitas 60 pasang dengan
penghantar tembaga berdiameter 0,6 mm, berisolasi polyethelene
memakai pelindung elektris dari alumunium, berselubung
polyethelene, berpenguat sendiri.
9. Struktur Kabel Udara Multipair
Struktur kabel udara sesuai dengan spesifikasi Telkom dapat dilihat
pada gambar berikut ini
Gambar 6 Konstruksi Kabel Udara Multipair
Gambar 7 Contoh Kabel Udara Multipair
Fungsi Lapisan Kabel Udara
(1)Urat Kabel
a. Penghantar
Penghantar harus terbuat dari bahan tembaga lunak hasil
proses annealing dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Merata kualitasnya
- Berupa kawat padat bulat, mengkilat dan bersih
- Bebas dari segala macam cacat
10. - Harga tahanan urat kabel yang diukur harus sesuai dengan
diameternya
b. Isolasi
Masing-masing penghantar akan dibungkus merata dengan
isolasi berwarna.Isolasi harus terbuat dari bahan kompon
polyethelene yang memenuhi persyaratan.
(2)Pita pengikat satuan
Setiap 10 pair ( 5 quad ) kabel satuan dililit pita pengikat
berwarna yang terbuat dari bahan polypropilin atau sejenisnya.
(3)Pita pembungkus inti
Untuk pembungkusan inti kabel dipergunakan pita non
higroskopis yang terbuat dari bahan polypropilin atau sejenisnya (
plastik transparan ). Dipasang dengan cara dililitkan pada inti kabel
secara helikal atau tumpang tindih.Pita pembungkus ini disamping
berfungsi sebagai pembungkus inti kabel, juga berfungsi sebagai
pencegah lelehnya isolasi penghantar pada proses pembuatan kulit
kabel.
(4)Kawat telanjang tembaga
Kawat telanjang tembaga ( yang biasanya dipertin atau
dilapisi timah ) pada setiap kabel belum tentu ada, dengan diameter
0,6 mm.Kawat tembaga ini berfungsi sebagai peng-ardean atau
penghubung ke tanah/ground pada waktu terminasi. Bila kabel
tidak diperlengkapi ini harus dibuat dengan cara melilitkan kawat
tembaga pada lapisan alumunium
(5)Pelindung elektris
Untuk pelindung terhadap kemungkinan induksi ataupun
kelembaban. Pelindung elektris harus terbuat dari pita alumunium
polos atau pita alumunium berlapis polyethylene pada salah satu
sisinya.Lapisan alumunium ini diletakkan di atas pita pembungkus
inti dengan membelitkan secara helikal pada inti kabel dengan
tumpang tindih
11. (6)Penggantung / Bearer
Kabel udara ini mempunyai penggantung dari pilinan kawat
baja galvanist serta yang berkekuatan tarik tinggi. Ukuran kawat
baja penggantung kabel berikut ini :
(1) Kapasitas 10 pair sampai dengan 50 pair jumlah kawat
baja penggantung 7 buah, dan berdiameter 1,2 mm,
serta daya tahan beban penyebab kerusakan 11.000
Newton
(2) Kapasitas 60 pair sampai dengan 120 pair jumlah kawat
baja untuk penggantung 7 buah dengan diameter 2 mm
atau 19 buah dengan diameter 1,2 mm serta daya tahan
beban penyebab kerusakan 29.000 Newton.
(7)Kulit kabel
Inti kabel yang telah dilapisi pita pembungkus dan
pelindung elektris bersama-sama dengan kawat penggantung baja
dilapisi selubung polyethelene berwarna hitam. Sehingga bentuk
penampang kabel seperti angka 8 ( delapan )
Kapasitas Kabel Udara
Gambar 8 Kapasitas Kabel Udara
12. 3. Kabel Duct (STEL-K-008/STEL-K-009)
Kabel Duct merupakan Kabel yang dapat dipasang dibawah tanah
dengan menggunakan pipa duct dan penjaluran.
Struktur Kabel Duct
Gambar 9 Konstruksi Kabel Duct
Fungsi Lapisan Kabel:
(1) Urat-urat kabel
Fungsinya sebagai penghantar dan yang menyambungkan
pesawat telepon langganan dengan sentral telepon
(2) Isolasi warna
Berfungsi untuk mempermudah mengidentifikasi no. Urat.
Ada yang berpetrojelly adajuga yang tidak.
(3) Pita pelilit kode warna
Fungsinya untuk mempermudah perhitungan urat kabel
(4) Pembungkus inti kabel
Fungsinya untuk membalut inti kabel supaya padat dan
bulat, dan juga berfungsi sebagai pelindung/bantalan antara
urat kabel dan lapisan alumunium.
(5) Lapisan alumunium foil.
Fungsinya sebagai pelindung elektris terhadap induksi dari
tegangan asing.
(6) Kulit kabel (PE hitam).
Sebagai pelindung kemungkinan masuknya air
Sebagai bantalan pada waktu penarikan kabel
13. Kode Pengenal Kabel Duct
T – Kabel Tanah jenis standar dengan penghantar tembaga ( Cu ).
E – Isolasi polyethelene
J – Petrojely
(Pe) – Pelindung elektris ( Lapisan Alumunium )
E – Selubung Polyethelene
Dibagi menjadi 2 jenis :
(a)Kabel Duct berisi jelly
Masuk dalam standar STEL-K-008 yaitu kabel tanah tanpa
perisai berisolasi dan berselubung polyethelene berisipetrojelly.
Biasa juga dikenal dengan kabel duct dengan jelly. Pemasangan
kabel ini dilakukan dibawah tanah dengan ditambah pelindung
kabel berupa pipa PVC
Contoh :
T – E – J(Pe) – E 200 X 2 X 0,6
Menyatakan suatu kabel tanah berkapasitas 200 pasang
dengan penghantar tembaga berdiameter 0,6 mm, berisolasi
polyethelene berisi petrojelly, memakai pelindung elektris pita
alumunium dan berselubung polyethelene.
Kapasitas Kabel Duct Berisi Jelly
Gambar 10 Kapasitas Kabel Duct Berisi Jelly
(b) Kabel Duct tanpa jelly
Masuk ke dalam standar STEL-K-009 : Kabel Tanah tanpa
perisai berisolasi dan berselubung polyethelene berisi udara
kering. Kabel tembaga jenis ini masuk ke dalam golongan kabel
duct, hanya saja untuk kabel duct jenis ini tidak mempunyai jelly.
Untuk instalasi dibutuhkan pelindung berupa pipa PVC
14. Contoh :
T – E (Pe) E 200 X 2 X 0,6
Menyatakan suatu kabel tanah tanpa perisai
berkapasitas 200 pasang dengan penghantar tembaga
berdiameter 0,6 mm, berisolasi polyethelene, memakai
pelindung eletris pita alumunium dan berselubung
polyethelene.
Kapasitas Kabel Duct Tanpa Jelly
Gambar 11 Kapasitas Kabel Duct Tanpa Jelly
4. Kabel Indoor (STEL-K-002)
Kabel Indoor merupakan kabel yang terpasang didalam rumah,
yang menghubungkan KTB dengan Roset Telepon. Mempunyai kapasitas
2 s/d 100 pair penghantar dari tembaga lunak dengan diameter 0,6 mm.
Struktur Kabel Indoor
Gambar 12 Kabel Indoor
15. Fungsi Lapisan Kabel
1) Urat-urat kabel
Fungsinya sebagai penghantar dan yang menyambungkan
pesawat telepon langganan dengan sentral telepon.
2) Pita pelilit kode warna
Fungsinya untuk mempermudah perhitungan urat kabel
3) Lapisan alumunium foil.
Fungsinya sebagai pelindung elektris terhadap induksi dari
tegangan asing.
4) Pembungkus inti kabel
Fungsinya untuk membalut inti kabel supaya padat dan bulat,
dan juga berfungsi sebagai pelindung/bantalan antara urat kabel
dan lapisan alumunium.
5) Kulit kabel (PVC)
Sebagai pelindung kemungkinan masuknya air
Sebagai bantalan pada waktu penarikan kabel
Kode Pengenal Kabel Indoor
R = kabel rumah dengan penghantar tembaga (Cu).
V = Isolasi PVC
V = Selubung PVC
(Pe) = Pelindung elektris (Lapisan aluminium)
Contoh :
R V V 1 x 2 x 0,6
Menyatakan saluran rumah berkapasitas 1 pair dengan
penghantar tembaga berdiameter 0,6 mm, berisolasi dan berselubung
PVC.
16. 1.3 Bahan-bahan kabel
a) Urat kabel
Terbuat dari bahan tembaga lunak hasil proses annealing
(prosespemijaran dan penarikan) serta memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
- Merata kualitasnya.
- Berupa karwat padat bulat, mengkilap dan bersih.
- Bebas dari segala cacat.
b) Isolasi
Masing-masing penghantar akan dibungkus merata dengan isolasi
polyethylene berwarna.isolasi harus terbuat dari bahan kompon
polyethylene sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
c) Pita pembukngkus inti
Pita pembungkus inti dipasang secara longitudinal atau dibelitkan
secara helikal dengan tumpang tindih secukupnya. Pita pembukus
inti terbuat dari bahan kertas, kain katun, PE (plastik transparan) atau
bahan ]ain yang sesuai.
d) Pelindung elektris
Pelindung elektris harus terbuat dari pita alumunium setebal kira-
kira 0,2 mm dan berlapis polyethelene pada kedua sisinya. lapisan
alumunium ini dipasang secara longitudinal di atas pita pembungkus
inti kabel dengan tumpang tindih
e) Selubung dalam
Inti kabel yang telah diberi lapisan pembungkus inti dan
alumunjum dilapisi selubung Polyethylene berwana hitam. bila
selubung telah diberikan, tumpang tindih pita alumunium harus
melekat dengan erat, selubung harus melekat pada lapisan pita
alumunium. selubung dalam harus terbuat dari.bahan kompon
polyethylene yang stabil terbadap keretakan akibat tekanan serta
sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
17. f) Pelindung mekanis
Pelindung mekanis harus terbuat dari pita baja atau kawat baja
yang digalvanisir. Pelindung mekanis terdiri atas dua lapis pita baja
dengan tebal nominal 0,3 mm. Kedua lapisan pita baja dililitkan
searah secara helikal sedemikian rupa sehingga lapisan Iuar
menutupi celah pita Iapisan dalam. Untuk kabel-kabel dengan
diameter dibawah pelindung mekanis kurang dari 15 mm, dapat
dipergunakan kawat kawat baja.
g) Selubung luar
Kabel yang telah diberi pelindung mekanis dilapisi lagi
selubung polyethylenebewanra hitam. Selubung luar harus terbuat
dari bahan kompon polyethylene serta memenuhi spesifikasi sama
dengan spesifikasi selubung dalam.
1.4 Perhitungan, Susunan, Kategori dan Warna Kabel Multipair
1. Perhitungan dan Susunan Kabel Multipair
Setiap penghantar/ urat kabel dibungkus dengan isolasi PVC
berwarna
Setiap dua penghantar dipilin membentuk satu pasangan (pair).
Setiap empat penghantar (2 pair) dipilin bersama-sama
membentuk satu empatan (quad) yang simetris
Setiap lima quad dipilin membentuk satuan dasar 10 pair/pasang
(unit atau sub unit) yang diikat dengan pita berwarna.
Setiap lima sub unit membentuk satuan dasar (unit) 50
pair/pasang yang diikat dengan pita berwarna.
Setiap sepuluh sub unit membentuk satuan dasar (unit) 100
pair/pasang yang diikat dengan pita berwarna.
18. Gambar 13 Perhitungan dan Susunan Kabel Multipair
2. Kategori Kabel
Kategori I (Kapasitas 10 -120 pair)
Gambar 14 Kategori I
19. Kategori II (Kapasitas 150-300 pair)
Gambar 15 Kategori II
Kategori III (Kapasitas 400-2400 pair)
20. Gambar 16 Kategori III
3. Warna Kabel Multipair
Warna isolasi dalam satu unit / sub unit adalah sebagai berikut :
Gambar 17 Warna Isolasi Kabel Multipair
21. Warna Pita Pelilit :
Unit/Sub Unit awal pada setiap lapisan ditandai dengan pita pelilit
warna merah
Bila inti hanya 1 (satu) unit,maka warna pita pelilitnya adalah
putih.
Unit/Sub Unit berikutnya ditandai dengan pita pelilit warna putih
dan kuning secara bergantian.
Kepala Dan Ekor Kabel
Kepala Kabel adalah ujung kabel dimana urutan warna pengikat
unit / sub unit berlawanan arah dengan putaran jarum jam(kekiri.)
Ekor Kabel adalah ujung kabel dimana urutan warna pengikat unit
/ sub unit searah dengan putaran jarum jam(kekanan.)
Arah urutan warna isolasi BOHCAP menunjukan arah urutan
warna pita pengikat unit / sub unit.
22. 2.1 Pengertian Jarlokat
Jarlokat merupakan singkatan dari Jaringan Lokal Akses Tembaga. Yang
dimana merupakan Jaringan Lokal Akses yang memanfaatkan media tembaga
sebagai media transmisinya.
2.2 Struktur Jarlokat
Gambar 18 Konfigurasi Jarlokat
Keterangan gambar :
1) Sentral Telepon
2) MDF/RPU ( Main distribution frame/Rangka Pembagi Utama )
3) Kabel Primer
4) RK ( Rumah Kabel )
5) Kabel Sekunder
6) KP/DP ( Kotak Pembagi/Distribution point )
7) KP/DP ( Daerah Catu Langsung)
8) Saluran Penanggal/Drop wire
9) KTB ( Kotak Terminal Batas)
10) Saluran Rumah ( Indoor cable )
11) Roset
12) Kawat Utas (RJ 11)
13) Terminal Pelanggan (Pesawat Telepon)
Kondisi di lapangan, jarlokat dibagi menjadi tigainfrastruktur jaringan,
yaitu Daerah Catu Langsung ( DCL ), Daerah Catu Tidak Langsung ( DCTL )
dan Jaringan Catu Kombinasi.
MODUL 2
SISTEM JARINGAN AKSES TEMBAGA
23. 1) Daerah Catu Langsung ( DCL )
Yaitu jaringan dimana pelanggan mendapat pencatuan saluran dari KP (
Kotak Pembagi = DP = Distribution point) terdekat dan langsung
dihubungkan dengan RPU ( Rangka Pembagi Utama = Main distribution
frame/MDF) tanpa melalui Rumah Kabel (RK)
Gambar 19 Konfigurasi Daerah Catu Langsung
Pemakaian Jaringan Catu Langsung
a) Di daerah dekat sentral, biasanya di kota besar.
b) Kota-kota kecil yang pelanggannya masih sedikit (jumlah KP juga
sedikit)
c) Daerah dengan demand/pelanggan terpusat
d) Daerah dengan pelanggan VIP
Keuntungan pemakaian Jaringan Catu Langsung :
a) Dari segi ekonomi menguntungkan (biaya rendah) karena pada jaringan
ini tidak digunakan RK
b) Administrasi kabel menjadi lebih sederhana
c) Titik rawan gangguan kecil
24. Kerugian Pemakaian Jaringan Catu Langsung :
a) Tidak fleksibel
b) Sulit melokalisir gangguan karena kabel primer yang digunakan terlalu
panjang sehingga kesulitan untuk menentukan letak kerusakan dengan
tepat
2) Daerah Catu Tidak Langsung
Yaitu jaringan dimana saluran para pelanggan dicatu dari KP terdekat,
yang dihubungkan terlebih dahulu dengan Rumah Kabel (RK), yang akan
diteruskan ke RPU (MDF). Penyambungan saluran dari KP ke RK sama
dengan jaringan catu langsung (tetap), tetapi penyambungan seterusnya ke
RPU di RK dilakukan tidak tetap (melalui jumper wire).
Gambar 20 Konfigurasi Daerah Catu Langsung
Pemakaian Jaringan Catu Tidak Langsung :
a) Saluran di kota-kota yang jumlah pelanggannya besar
b) Daerah yang lokasinya jauh dari sentral
c) Daerah yang pelanggannya menyebar
Keuntungan Jaringan Catu Tidak Langsung :
a) Lebih Fleksibel
b) Mudah dalam melokalisir gangguan karena dapat diurut dari RK ke RK.
Kerugian Jaringan Catu Tidak Langsung :
a) Dari segi ekonomi tidak menguntungkan (karena membutuhkan RK yang
banyak sehingga biayanya menjadi lebih mahal)
b) Sumber gangguan lebih banyak
25. 3) Jaringan Catu Kombinasi
Sistem jaringan ini digunakan di kota sedang atau besar, karena letak
sentral telephone biasanya pada pusat kota atau pusat kepadatan penduduk,
sehingga lokasi pelanggan menyebar mulai dari yang dekat dengan sentral
hingga yang jauh dari sentral tersebut. Untuk gambar konfigurasinya dapat
dilihat pada gambar 1.1. Konfigurasi umum jarlokat.
Untuk kota-kota besar, biasanya dibangun lebih dari satu sentraltelephone
local ( multi exchange area) . Hubungan antara sentral-sentral telephone
didalam wilayah kota mempergunakan kabel-kabel penghubung dan
gabungan kabel penghubung tersebut dinamakan jaringan penghubung atau
junction.
a) Macam – macam jaringan penghubung :
(1) Jaringan bintang ( star network )
Sebuah sentral telephone dihubungkan langsung dengan
sentral-sentral lain di dalam jaringan local tersebut. Pada gambar
berikut ini telihat 6 sentral ( a1,a2,a3,a4,a5 dan a6 ). Sejumlah 5
sentral yaitu a2, a3, a4, a5, dan a6 dihubungkan dengan sentral a1
yang bertindak sebagai pusat perhubungan antar sentral-sentral
dan disebut sentral tandem atau sentral toll. Untuk n buah sentral
yang dhubungkan dengan jaringan jenis ini dibutuhkan jaringan
penghubung (n – 1).
Gambar 21 Jaringan tipe bintang/star
26. Keuntungan :
-Jumlah junction sedikit -Instalasi lebih sederhana
-Mudah dalam mengisolir gangguan
Kerugian :
-Tidak ada hubungan langsung antar sentral lokal, selalu harus
melalui sentral tandem
-Bila ada kerusakan pada salah satu junction ( putus ) maka
sentral lokal yang dihubungkan dengan junction tersebut akan
terisolir (tidak dapat bethubungan dengan sentral lain )
(2)Jaringan mata jala ( mesh )
Setiap sentral yang ada pada jaringan ini saling terhubung satu
dengan yang lainnya.
Keuntungan :
-Antar sentral dihubungkan secara langsung , tidak menempuh
jarak panjang.
-Jika salah satu jalur terisolir maka masih bisa melalui jalur
yang lain.
Kerugian :
-Bila jumlah sentral banyak, jumlah junction akan banyak dan
ruwet
-Perangkat yang diinstalasi pada sentral akan menjadi lebih
banyak
-Sulit melokalisir gangguan
Gambar 22 Jaringan mata jala/mesh
27. 2.3 Fungsi Terminal Jarlokat
1) Sentral Telepon Otomat (STO)
Merupakan suatu tempat pemrosesan data (informasi) untuk
disalurkan dari penelepon (subscriber) kepada subscriber lain yang dituju.
Gambar 23 Sentral Telepon Manual
Gambar 24 Contoh Modul dalam Sentral Otomat
Fungsi Sentral Telepon :
a) Menyelenggarakan fungsi switching (penyambungan).
b) Menyelenggarakan fungsi kontrol.
c) Menyelenggarakan fungsi signaling internal.
d) Menyelenggarakan fungsi operasi dan pemeliharaan.
e) Menyediakan interface transmisi dan signaling
28. 2) MDF/RPU ( Main distribution framee / Rangka Pembagi Utama)
Ruangan Rangka Pembagi Utama adalah suatu ruangan dimana
ditempatkan perangkat-perangkat :
a) Rangka Pembagi Utama
b) Cable chamber
c) Perangkat yang berkaitan dengan jaringan kabel antara lain :
Sistem Alarm Tekanan Gas (SATG).
Pengganda Saluran
Dan lain-lain
MDF merupakan susunan rangka dari plat logam yang digunakan
sebagai tempat menginstalasi terminal- terminal sebagai titik sambung
ujung kabel kearah jaringan dan ke arah sentral. Antara sentral dengan
MDF dihubungkan menggunakan interface V5x.
Dalam suatu MDF terdapat tempat terminasi kabel yang biasa
disebut dengan BTRPU. Blok Terminal Rangka Pembagi Utama (BTRPU)
ialah suatu terminal yang berfungsi sebagai titik peralihan yang terdiri dari
susunan titik titik kontak dimana ujung ujung urat kabel, baik yang berasal
dari jaringan luar maupun dari arah sentral, diterminasikan. Titik-titik
kontak blok terminal tersebut terdiri dari beberapa sistem antara lain :
solder, sekrup, puntir dan tekan sisip. Di dalam MDF terdapat 2 jenis tempat
terminasi yaitu strock horisontal dan strock vertikal.
a) Terminal Blok Horisontal ( Strock Horizontal )
Seluruh kabel yang datang dari sentral di terminasikan pada terminal
blok horisontal. Terminal blok horisontal ini dipasang pada RPU disisi
sentral dan mempunyai kapasitas 100 pasang urat kabel dengan jenis tekan
sisip.
29. Alat yang digunakan untuk menyisipkan kabel ke dalam strock vertical,
horisontal maupun pada LSA di sebut insertion tool. Berikut ini adalah
bentuk insertion tool :
Gambar 25 Insertion Tool Strock vertikal dan Horisontal
Gambar 26 Insertion LSA
Gambar 27 Strock Horizontal pada MDF
b) Terminal Blok Vertikal ( StrockVertikal )
Tempat diterminasikan kabel primer. Terminal blok vertikal
mempunyai berbagai kapasitas yaitu kapasitas 25, 50 dan 100 pasang
urat kabel Dengan menggunakan jumper wire, terminal blok vertikal
dihubungkan dengan terminal blok horisontal.
30. Gambar 28 Strock Vertikal pada MDF
Didalam MDF ini terdapat meja ukur. Meja Ukur ialah suatu
perangkat pengukur yang di tempatkan diruangan RPU, yang fungsinya
untuk mengukur besaran elektris saluran, baik yang ke arah sentral
maupun kearah jaringan luar. Selain itu juga terdapat arrestor atau
komponen kelengkapan Blok Terminal yang berfungsi sebagai penyalur
tegangan / arus lebih yang melewati urat kabel langsug ke Sistem
Pentanahan.
A.Fungsi MDF
1. Tempat penyambungan antara kabel primer dengan kabel dari
sentral, dan sebagai
2. Tempat pengetesan dalam melokalisir gangguan.
B. Persyaratan Ruangan RPU
1. Ruangan harus bersih dari segala kotoran
2. Dilengkapi dengan Fire Alarm Protector
3. Mempunyai ventilasi udara yang baik
4. Dilengkapi dengan alat pemadam kebakran
5. Dilengkapi tangga sorong beroda yang tingginya disesuaikan dengan
kondisi ruangan RPU
31. C. Denah Lokasi RPU
Denah lokasi perangkat pada ruangan RPU secara garis besar
dikelompokkan menjadi :
1. Letak dan posisi RPU
2. Letak dan posisi perangkat selain RPU
D. Posisi RPU
Posisi perangkat pada ruangan RPU secara garis besar dibagi
menjadi 3 kelompok :
1. Perangkat yang berada dirangka Vertikal
2. Perangkat yang berada dirangkaHorisontal
3. Perangkat yang berada di luar Rangka Vertikal dan Horisontal sesuai
jenis perangkatnya
Pada dasarnya Rangka Pembagi Utama (RPU) dirancang dan
disupply oleh pabrik yang memproduksi perangkat instalasi sentral.
RPU dirancang dengan kapasitas tertentu sesuai kebutuhan, dan dapat
diperluas sampai dengan kapasitas maksimumnya, dengan bentuk dan
ukuran diusahakan sama dengan RPU yang sudah ada.
E. Bahan Rangka :
1. Besi lempeng dan besi siku dibuat dari bahan tahan karat atau
2. Alumunium berbentuk lempeng dan siku
F. Cara merakit :
1. Menggunakan las
2. Dengan cara keeling atau
3. Menggunakan mur-baut
G. Konstruksi Rangka :
1. Bagian bawah Rangka Vertikal dipasang mati pada lantai dengan
menggunakan angker.
2. Rangka Horisontal melintang dihubungkan pada Rangka Vertikal
dengan cor alas, keeling maupun denga mur-baut.
3. Rangka Horisontal memanjang untuk mengikat Rangka Vertikal dan
Rangka Horisontal melintang, dengan car alas, keeling atau dengan
mur-baut.
32. 4. Pada bagian bawah Rangka Vertikal dilengkapi dengan beberapa
stop kontak listrik untuk keperluan catuan solder listrik dan lampu
penerangan kerja.
H. Penomoran Rangka Vertikal :
1. Rangka Vertikal diberi nomer urut dari kiri ke kanan ( V01, V02,
V03 dan seterusnya ).
2. Pemasangan dimulai dari kiri ke kanan dan diatur sedemikian rupa
sehingga :
Terdapat ruang gerak yang leluasa bagi para petugas untuk
melakukan pekerjaan, seperti terminasi kabel pada blok terminal
atau pemasangan kawat sambung ( jumper wire ).
Masih ada tempat / ruang untuk memperluar RPU di kemudian hari.
3) Cable chamber
Adalah sebuah ruang yang berada di bawah RPU/MDF. Di dalam
ruang tersebut dipasang rangka besi guna menambatkan kabel–kabel primer
dari luar sebelum terdistribusi ke RPU
Gambar 29 Cable chamber
4) Kabel Primer
Berada diantara MDF/RPU menuju ke RK. Kabel primer bisa
berupa Kabel Tanah Tanam Langsung ( KTTL ) ataupun Kabel Duct ( KD ).
Kapasitas maksimum adalah 2400 pair ( pasang ) dengan diameter urat 0,4
mm ( Foam Skin Cable ). Untuk STO kapasitas besar, kabel primer ditanam
langsung atau dipasang melalui polongan yang dicor beton ( system duct ).
33. Penamaan/tanda P1, P2, P3 dst dimulai dari kiri ke kanan, bila menghadap
RPU. Kapasitas kabel primer berkisar antara 1.1 s/d 1.5 kapasitas sentral.
5) Rumah Kabel ( RK )
Rumah Kabel (kabinet) biasanya terletak dipinggir jalan yang
merupakan pertemuan antara kabel primer dengan kabel sekunder (
maksimum 200 pasang dengan diameter 0.8 mm )
a) Fungsi RK :
(1)Tempat penyambungan antara kabel primer dengan kabel
sekunder.
(2)Tempat melaksanakan pengetesan untuk melokalisir gangguan.
(3)Tempat melaksanakan penjumperan antara terminal blok disisi
primer dengan terminal blok disisi sekunder
Gambar 30 Rumah Kabel
b) Kapasitas RK
Ketentuan kapasitas maksimum kabel primer dan sekunder di
dalam RK ( Rumah Kabel ).
(1) Paling kecil berkapasitas 800 pasang artinya jumlah
pasangan primer dan pasangan sekunder yang dapat
diterminasikan adalah 800 pasang
(2) Paling besar berkapasitas 2400 pasang ( dimensi RK sama
dengan kapasitas 1600 pasang )
Pada umumnya perbandingan primer dan sekunder adalah 2:3.
34. Jenis RK yang digunakan saat ini terbuat dari fiber glass
produksi pabrik KRONE dan QUANTE kedua-duanya dari jerman.
Yang membedakan kedua RK tersebut adalah jenis terminal blok
di dalamnya. Pada RK jenis KRONE terminal blok menggunakan
sistem tekan sisip ( LSA PLUS ) sedangkan pada RK jenis
QUANTE terminal blok menggunakan sistem solder-srew.
Gambar 31 LSA
Tabel 4 Ketentuan kapasitas k primer dan sekunder dalam RK
c) Macam-macam RK
(1)Terbuat dari beton ( tipe lama, sekarang tidak digunakan lagi
-Bentuk kuat ( seperti gardu )
-Tempat kerja leluasa dan Aman.
-Perlu tanah agak luas untuk membangunnya
-Kapasitas besar
(2)Terbuat dari besi/fiber glas
-Bentuk bulat lonjong/kotak persegi
-Warna abu-abu
-Dipasang ditepi jalan, trotoar pada tempat yang tidak
mengganggu lalu lintas dan aman
-Tidak memerlukan tanah yang luas
-Kapasitas terbatas
-Mudah diganggu/rusak/dicuri
35. 6) Kabel Sekunder
Jaringan kabel sekunder berkapasitas lebih kecil dari kabel primer
dipasang dari terminal RK sampai ke DP. Kapasitas maksimum 200 pasang,
dengan diameter urat bervariasi mulai 0.4 mm sampai dengan 0.8 mm.
Kabel sekunder dipasang dengan cara tanam langsung atau atas tanah (kabel
udara).
7) DP/KP ( Distribution point/Kotak Pembagi )
Merupakan tempat penyambungan antara kabel sekunder dengan
kabel distribusi (penanggal).
a) Fungsi DP :
(1)Titik tumpu akhir dari jaringan kabel sekunder.
(2)Titik tambat awal dari jaringan distribusi.
(3)Titik temu atau titik peralihan antara kabel sekunder dengan
penanggal.
(4)Tempat pengetesan dan lokalisir gangguan
b) Macam-macam DP/KP
(1)DP/KP di atas tiang ( on pole )
Jenis ini mempunyai kapasitas DP pada umumnya antara 10
pair s.d 30 pair. Digunakan untuk mencatu pelanggan yang
terpencar dengan menggunakan drop wire.
(2)DP/KP dinding ( on wall )
Jenis ini dapat dipasang pada dinding sebelah luar, biasanya
digunakan untuk mencatu pertokoan/rumah yang letaknya
berdampingan secara teratur. Dapat pula dipasang pada dinding
sebelah dalam, biasanya digunakan untuk mencatu tiap tingkat
pada gedung bertingkat ( High Rise Building ) atau komplek
industri, kampus, perkantoran. DP jenis ini mempunyai kapasitas
lebih besar dibandingkan dengan DP/KP atas tiang dan biasanya
paling kecil 60 pasang dan paling besa 400 pasang. Bahan DP/KP
tersebut diatas terbuat dari logam dan ada juga yang terbuat dari
sejenis fiber glass. Jenis DP/KP fiber glas diproduksi oleh pabrik
KRONE, harganya 6 kali lipat harga DP/KP logam.
36. (3)DP dibawah tanah ( SPBT )
Titik sambung diletakkan pada dinding Pit Hand Hole. Pit
Hand Hole adalah ruangan bawah tanah yang mempunyai dimensi
lebih kecil dibandingkan Hand Hole.
Dilihat dari sudut keindahan jenis DP ini sangat memenuhi
syarat, namun pada kenyataannya sangat rawan terhadap air,
sehingga gangguan sering terjadi dikarenakan masuknya air ke
dalam sambungan urat kabel di dalam SPBT tersebut.
Berdasarkan kenyataan tersebut, SPBT tidak digunakan lagi
sejak tahun 1987.
Gambar 32 Distribution point
8) Saluran Penanggal/Drop wire
Adalah kabel yang digunakan untuk menghubungkan antara Kotak
Pembagi (KP/DP =Distribution point) dengan KTB (Kotak Terminal Batas)
dan pada umumnya mempunyai panjang standar 500 meter.
Pada pita/plastik pembungkus harus tercetak jelas data seperti
berikut:
a) Saluran penanggal bawah tanah / dengan bearer / tanpa bearer
(kawat penggantung),
b) Nomor spesifikasi
37. c) Diameter penghantar
d) Tanda pengenal produsen dan tahun pembuatan
e) Panjang dalam meter
Ada 3 macam jenis drop wire yaitu
a) Drop wire Bawah Tanah,
Yaitu drop wire yang digunakan untuk saluran penanggal
bawah tanah mempunyai kode pengenal T – E 1 X 2 0,6 yang
mempunyai saluran penanggal bawah tanah dengan penghantar
tembaga 0,6 mm, berisolasi polyethylene, kapasitas 1 pair.
Kontruksi kabel drop wire bawah tanah seperti gambar berikut
Gambar 33 Konstruksi DW bawah tanah
Bahan kabel terbuat dari tembaga lunak hasil proses
annealing dan isolasi yang keduanya disusun sejajar bersama-sama
dari bahan kompon polyethylene berwarna hitam setebal 0,7 mm
sebagai identifikasi maka isolasi salah sati penghantar harus
mempunyai tonjolan sepanjang kabel sebagai urat a. Tahanan
penghantar untuk diameter 0,6 mm kurang lebih 65 Ohm/km dan
untuk diameter 0,8 mm kurang lebih 36,5 Ohm/km, tahanan isolasi
minimal 10.000 Mohm.km diukur pada suhu 20⁰ C dengan
tegangan 500 Volt DC per menit.
b) Drop wire dengan bearer
Digunakan untuk saluran penanggal atas tanah dengan
kawat penggantung dari baja menggunakan kode pengenal U – ES
1 X 2 X 0,6 yang menyatakan saluran penanggal atas tanah dengan
penghantar tembaga diameter 0,6 mm, berisolasi polyethylene,
berpenguat sendiri dan kapasitas 1 pair. Konstruksinya dapat dilihat
seperti gambar berikut:
38. Gambar 34 Kabel DW dengan bearer
Masing-masing penghantar terbuat dari tembaga lunak dari
hasil proses annealing, kedua urat diselubung isolasi dari bahan
kompon polyethylene berwarna hitam tebal 0,75 mm, sebagai
identitas maka isolasi salah satu penghantar harus mempunyai
tonjolan sepanjang kabel sebagai urat a. Penggantung (bearer)
terbuat dari baja yang digalvanisir dan mempunyai tegangan tarik
tinggi yaitu minimal 155 Kgf, Disusun sejajar dengan kawat
penghantar berdiameter 1,2 mm dan tidak boleh disambung
sepanjang kabel. Sifat kelistrikan untuk diameter 0,6 mm 65 Ohm /
km dan diameter 0,8 mm 36,5 Ohm/km, tahanan isolasi minimal
10.000 Mohm.km diukur pada suhu 20ᵅ C dengan tegangan 500 Volt
DC per menit
c) Drop wire tanpa bearer
Yaitu drop wire yang digunakan untuk saluran penanggal
atas tanah, mempunyai kode pengenal Ub – V 1 X 2 X 0,6 yang
menyatakan saluran penanggal atas tanah dengan penghantar baja
sepuh tembaga (brinze) berdiameter 1,2 mm, berisolasi
polyethylene, kapasitas 1 pair. Kontruksi kabel drop wire bawah
tanah seperti gambar berikut
39. Gambar 35 Kabel DW tanpa bearer
Bahan kabel terbuat dari tembaga lunak hasil proses annealing
dan isolasi yang keduanya disusun sejajar bersama-sama dari bahan
kompon polyethylene berwarna hitam setebal 1,65 mm sebagai
identifikasi maka isolasi salah satu penghantar harus mempunyai
tonjolan sepanjang kabel sebagai urat a. Tahanan penghantar untuk
diameter 1,2 mm kurang lebih 26,5 Ohm/km dan tahanan isolasi
minimal 10.000 Mohm.km diukur pada suhu 20⁰ C dengan tegangan
500 Volt DC per menit
(4) KTB ( Kotak Terminal Batas )
KTB adalah tempat pertemuan antara kabel DW/ penanggal dari
luar rumah dengan kabel PVC di dalam rumah.
Fungsi KTB :
a) Tempat terminasi kabel indoor dengan kabel penanggal
b) Tempat melokalisir gangguan
Gambar 36 Kotak Terminal Batas
40. (5) Kabel Indoor
Merupakan kabel penghubung antara KTB dengan rosettelepon.
Berupa kabel PVC berwarna abu-abu/hitam, mempunyai fungsi
menghubungkan antara terminal blok ( 1x2 ) dengan roset pesawat
telepon. Alur kabel ini di dalam rumah pelanggan, pemasangannya harus
memperhatikan keindahan dan keamanan.
Gambar 37 Kabel Indoor
(6) Roset Telepon
Merupakan suatu titik terminasi dari kabel indoor dan kabel RJ 11
( Kawat Utas ). Selain itu roset mempunyai fungsi sebagai tempat untuk
melokalisir gangguan
Gambar 38 Roset
41. (7) Kawat Utas / Kabel RJ 11
Berfungsi untuk menghubungkan antara soket dengan pesawat
telepon. Biasanya terdiri dari 2 atau 4 urat kabel ( merah, kuning, hijau dan
hitam )
Gambar 39 Kawat Utas
(8) Pesawat Telepon
Berfungsi sebagai terminal awal atau akhir dari sebuah komunikasi
suara dengan menggunakan media kabel tembaga.
Gambar 40 Pesawat Telepon
2.4 Pemberian Tanda dan Simbol
a. Pemberian Tanda
1) Kabel Primer
Kabel primer pada tiap daerah pelayanan sentral
diterminasikan pada RPU sentral tersebut diberi tanda huruf awal
P dengan menambah dibelakangnya angka sebagai nomor dari
kabel primer yang dimulai dari sebelah kiri ke sebelah kanan (kita
menghadap RPU). Pasangan urat kabel primer yang terdapat
dalam sebuah kabel primer diberi nomor urut 1 , 2 , 3 dan
seterusnya.
42. 2) Kabel Sekunder
Kabel sekunder pada tiap tiap daerah pelayanan rumah
kabel diberi tanda huruf awal “s” dengan menambahkan
dibelakangnya angka sebagai nomer dari kabel sekunder,dimulai
dengan kabel sekunder yang terpajang sebagai s1,dan seterusnya
menurut arah jarum jam.
3) Rumah Kabel
Setiap rumah kabel dalam sebuah pelayanan sentral diberi
tanda huruf awal “R” dnegan menambahklan dibelakangnya huruf
menurut abjad dimulai dengan huruf A yang keduannya ditulis
dengan huruf besar dengan cacatan bahwa huruf I dan O tidak
dipakai.jadi tanda rumah kabel adalah RA,RB,RC,dst sampai
dengan RZ.apabila penanaman rumah kabel setelah RZ masih ada
lagi rumah kabel kain,maka rumah kabel selebihnya diberikan
tanda 2(dua) huruf awal dimulai dengan RA dan ditambahkna
dibelakangnya huruf menurut abjad yang dimulai dengan huruf A
dan ketiga huruf tersebut dengan huruf besar.
Misanya : RAA,RAB,RAC,…..RAZ dan seterusnya.
Pemberian tanda rumah kabel seperti diuraikan diatas dimulai
dengan rumah kabel yang mendapat satu dari kabel primer T1 dan
mempunyai jarak yang terpanjang dari RPU sentral yang
bersangkutan diantara rumah kabel yang mendapat catu dari kabel
primer yang sama.
4) Daerah Catu Langsung ( DCL )
Daerah catu langsung diberi tanda huruf awal DCL dengan
menambahkan dibelakangnya hurud menurut abjad dimulai
dengan huruf A dan empatnya ditulis dengan huruf besar ,seperti
DCLA,DCLB, dan seterusnya.
Pemberian tanda DCL tersebut dimulai dengan DCL yang dicatu
dari kabel primer dengan nomor yang terkecil dan mempunyai
43. jarak yang terpanjang dari RPU sentral yang bersangkutan
diantara DCL yang mendapat catu dari kabel primer yang sama.
5) Kotak Pembagi
a) Didalam daerah catu langsung (dicatu langsung oleh kabel
primer)
Titik pembagi baik atas tanah (TPAT) maupun bawah tanah
(TPBT) dalam daerah catu langsung dan dicatu langsung dari
kabel primer diberi tanda huruf awal besar menurut daerah
catu langsung yang bersangkutan ditambah dibelakangnya
nomor sevcara berurutn sebagai contoh TP yang terdapat
dalam DCCLA diberi tanda A1,A2, dan seterusnya.
Pemberian tanda yang dimaksud dimulai dengan TPAT
atau TPBT yang mempunyai jarak yang terpanjang dalam
daerah catu langsung yang bersangkutan.
b) Dalam jaringan kabel sekunder (dihubungkan melalui
kabel sekunder dengan RK).
Titik pembagi atas dan bawah tanah yang dihubungkan
dengan rumah kabel melalui kabel sekunder diberi tanda sesuai
dengan tanda dari rumah kabel yang bersangkutan ditambah
dibelakangnya nomor secara berurutan,misalnya titik pembagi
pertama yang dihubungkan dengan RA diberi tanda RA1.
Pemberian tanda tersebut dimulai dengan titik pembagi yang
mendapat catu dari kabel sekunder dengan nomor paling kecil
(S1) dan mempunyai jarak terpanjang dari rumah kabel yang
bersangkutan.
Apabila pemberian tanda titi pembagi yang dicatu kabel
sekunder S1 selesai diteruskan dan pemberian tanda titik
oembagu yang tersambung dengan kabel sekunder S2 dan
seterusnya.
44. 6) Pekerjaan Sipil
a) Rute Duct
(1) Rute duct utama ( main duct route )
Setiap rute ductyang keluar dari sentral diberi tanda
huruf awal singkatan dari STO yang bersangkutan,ditulis
dengan huruf besar.dengan menambah di belakangnya dua
angka sebagai nomor urut dimulai dengan O1.
Misalnya SMO1 (SM singkatan STO semarang,rute duct
no.1).
(2) Rute duct samping ( side duct route )
Apabila rute utama tersebut diatas mempunyai rute
samping,maka rute samping yang pertama diberi tanda
huruf awal yang sama dengan rute utama dengan
menambahkan dibelakangnya dua angka dengan nomor
urut berikutnya(O2),demikian seterusnya sampai semua
rute samping dari rute induk tersebut selesai.
Baru kemudian dapat berpindah memberi tanda rute duct
utama lainnya(bila ada).
b) Manhole
Setiap manhole pada setiap rute duct utama dan rute duct
smaping dibeli tanda 2 angka sebagai nomor urut dimulai
dengan O1,ditulis dibelakangnya tanda rute duct utama atau
rute duct samping dengan garis miring diantaranya sebagai
garis pemisah,misalnya SM/O1…..SMO1/10 dan seterusnya.
c) Hand Hole
Setiap handhole diberi tanda huruf RK yang
membawahinya ditambahkan huruf H dan dibelakangnya
diberi angka berurutan,misalnya HR1….HR3 dan seterusnya