1. ii
MAKALAH
SENI TARI GAWIL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Jenjang Menengah Atas
Mata pelajaran Seni Budaya
SMK NEGERI 1 CIBADAK
Guru: Nurmala Nabila, S.pd
Disusun oleh:
Upi Dahlia
X B1
SMK NEGERI 1 CIBADAK
Jalan Raya Cibadak No. 183 Tlp (0263) 369029 Cibadak - Sukabumi
2018
2. i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang....................................................................................... 1
Rumusan Masalah.................................................................................. 1
Tujuan.................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
Sejarah Tari Gawil................................................................................. 2
Makna Tari Gawil.................................................................................. 2
Gerak Tari Gawil................................................................................... 3
Kostum Penari dan Iringan Musik......................................................... 3
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................ 4
Saran...................................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
3. ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang Tari Gawil dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Tari Gawil dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Sukabumi, 27 Maret 2018
Penyusun,
4.
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN MAKALAH
1. Latar Belakang
Indonesia memiliki berjuta kebudayaan yang telah ada sejak zaman nenek moyang.
Mulai dari ujung barat (sabang) sampai ujung timur (merauke), Indonesia mempunyai
kebudayaan yang berbeda dengan Negara lain dan mempunya kekhasannya tersendiri pada
setiap daerahnya. Dalam perkembangan di masyarakat umum, Tari Gawil Sumedang
memperoleh dan memiliki penampilan yang khas. Tari Gawil merupakan salah satu tari
tradisional yang berasal dari Sumedang. Tari Gawil ini merupakan tarian ladak (lincah)
menggambarkan karakter manusia yang lincah sehingga dalam pewayangan biasa ditarikan
oleh satria ladak seperti tari Dipatikarna, Arayana dan Ekalaya. Tari Gawil diciptakan
pada tahun 1930 oleh Rd. Ono Lesmana Kartadikusumah (Alm). Tari ini mapag perang
waktu amarta kehilangan jimat Layang Kalimusada, yang diambil oleh Mustaka Weni dari
negara Manik Mantaka. Nama tari tersebut diambil dari nama sebuah lagu yang terdapat
dalam gamelan Sunda, yaitu lagu Gawil. Oleh sebab itu, tari tersebut sekaligus diiringi oleh
lagu gawil.
2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kita akan menjelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan Seni
Tari Gawil, yaitu:
a) Bagaimana sejarah Tari Gawil?
b) Apa fungsi dari Tari Gawil
c) Apa saja unsur gerak dasar Tari Gawil serta busana dasar penari Gawil?
3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
a) Memberikan pengetahuan kepada generasi penerus tentang Tari Gawil
b) Agar warisan budaya terutama tari-tarian tetap lestari
c) Memberi pengetahuan tentang fungsi Tari Gawil; dan
6. 2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Tari Gawil
Menurut Anis (2002), perkembangan Tari Gawil berawal dari perkembangan
Tayuban di Sumedang yang berawal dari bupati Sumedang yaitu pangeran Suria Kusumah
Adinata (1863–1882 ) yang menyukai tari gagahan yang diiringi oleh lagu sonteng atau
panglima. Selama masa periode ke-tiga bupati Sumedang itu, muncul sebuah anjuran
bahwa para pejabat atau menak harus bisa menari. Atas dasar anjuran tersebut, para pejabat
atau kalangan menak saling berlomba untuk belajar menari, karena bagi mereka Tayuban
tersebut merupakan sebuah ajang unjuk gigi dan mengangkat derajatnya sebagai kalangan
terhormat.
Tayuban di Sumedang ternyata mulai tumbuh dan berkembang di daerah Priangan,
sehingga banyak para seniman yang membuka pengajaran atau kursus tari didaerah masing-
masing. Pada masa itu Tayuban menjadi sebuah kesenian yang tenar, bahkan sering muncul
dalam upacara perayaan, seperti pernikahan, khitanan, perayaan kenegaraan, dan lain-lain.
Hal itu berdampak pada perkembangan disetiap kursus-kursus tari yang diadakan di setiap
daerah, bahkan hingga memunculkan Ibing Tayub gaya baru yang lama kelamaan terus
berkembang dan selanjutnya dikenal dengan sebutan Ibing Keurseus
2. Makna Tari Gawil
Tari gawil adalah tari yang diambil dari judul lagu Gawil. Tari gawil berkarakter
lenyap atau lincah, hal itu digambarkan pada iringan musiknya yang bertempo sedang. Pada
ibing tayub, gerak pada Tari Gawil ini adalah gerak saka yang dilakukan secara spontan
oleh penarinya, sedangkan pada tari Keurseus, tari Gawil ini menjadi sebuah tarian yang
struktur koreografinya telah dibakukan setidaknya dilingkungan akademik.
Tari Gawil mengungkapkan gambaran suatu karakter seorang pria yang lincah dan
rancingeus. Tari Gawil mengambarkan keceriaan, kegembiraan dan mengandung makna ke
arah tuntunan hidup yang mesti terhindar dari sikap jumawa, selalu mengintropeksi diri dan
selalu bersyukur kepada sang penciptanya. Pada tari memiliki kebebasan dalam
7. 3
menuangkan idea tau gagasannya, tetapi selalu mengemban misi budaya sunda. Selain
mencerminkan kekuatan dalam mempertahankan dan memeperdayakan potensi (manusia
dalam bermasyarakat dan berbudaya serta alam dan lingkungan) khas tatar sunda, juga
mengandung didalamnya unsur filosofi yang memberi tuntunan kearah kebaikan hidup
yang bersifat profan (bermasyarakat) dan yang bersifat sakral (berketuhanan). Seperti Tari
Gawil sebagai salah satu bagian dari Tari Keurseus jelas sekali bahwa konsepsi isi dari
karya tari ini mengandung makna kearah tuntunan hidup yang mesti terhindar dari sikap
jumawa, selalu mengintropeksi diri dan selalu bersyukur kepada sang penciptanya.
Tuntunan hidup yang mesti terhindar dari sikap jumawa, selalu mengintropeksi diri
dan selalu bersyukur kepada sang penciptanya bisa dijadikan contoh untuk anak sekolah
sekarang agar mengintropeksi diri dan selalu bersyukur kepada sang penciptanya.
Intropeksi diri adalah langkah untuk memperbaiki diri untuk jadi lebih baik bisa menjadi
panutan hidup.
3. Gerak Tari Gawil
Gerak gerak yang terdapat pada tari Gawil ini bersumber dari gerak ibing Tayub, 16 dengan
patokan gerak antara lain;
a) Bukaan atau adeg-adeg;
b) Jangkung ilo;
c) Aced;
d) Mincid;
e) Keupat;
f) Engkeg;
g) Galayar; dan
h) Baksrai.
4. Kostum Tari Gawil
Tari Gawil memiliki beberapa ciri untuk menampilkan karakter tariannya, pada
kostumnya mencirikan seorang pakaian menak/bangsawan kerajaan dahulu yang
menggunakan, sampur, keris, samping dan blankon. Yaitu sebagai berikut:
8. 4
Keris Jawa
Seiring dengan perkembangan dan perubahan sistem sosial, fungsi keris pun
mengalami perubahan. Perubahan fungsi itu antara lain: keris sebagai senjata, dapat pula
menjadi benda keramat yang dihormati; pusaka yang dipuja; lambang ikatan keluarga;
tanda jasa; tanda pangkat atau jabatan; lambang prestise, barang mewah, benda seni, yang
akhirnya menjadi benda souvenir. Sebagai benda seni dan souvenir, senjata keris tak lebih
hanya menonjolkan nilai keindahan hiasannya belaka.
Pakaian
Pakaian menak masa itu, baju dengan model takwa tutup, prangwadana atau jas
buka. Sinjang (kain panjang) menggunakan berbagai motif batik. Pada umumnya
menggunakan motif Garutan atau motif lain yang ada di priangan. yang dipakai mecirikan
kaum kerajaan bangsawan menak pada zaman kerajaan dahulu. Mencerminkan
penghayatan hidup.
Bendo
Bendo adalah satu dari sekian pakaian khas Jawa yang pada umumnya dipakai
sebagai penutup kepala bagi pria mulai dari kalangan kerajaan, bangsawan, hingga
kalangan bawah pada era kerajaan Jawa sampai masa kolonial Belanda. Bendo pada
umumnya berfungsi sebagai penutup kepala dan melindunginya dari sengatan matahari atau
dinginnya cuaca. Pada perkembangannya, blankon menjadi sebuah simbol bagi para pria
dari suku Jawa. Bendo juga mempunyai banyak makna filosofis.
Sampur
Sampur adalah selendang yang sempit dan panjang sebagai pelengkap saat menari
(disampirkan di bahu atau dililitkan di pinggang). Bahwa inti dari sampur itu adalah untuk
menyimbulkan sebuah ‘amanat„, Orang (penonton) yang dikalungi sampur oleh penari
panggung atau yang sering dikatakan sebagai ‘orang yang ketiban sampur’ bisa saya
gambarkan sebagai orang yang menerima amanat.
9. 3
Iringan Musik
Tari Gawil juga diiringi oleh musik Gawil yang disebut karawitan dengan musik kering dua ke kering tilu (irama sedang
terus ke cepat) yaitu menggunakan gamelan.
Alat-alat musiknya terdiri dari:
-Kendang
-Demung, Saron, Peking
-Gong dan Kempul
- Bonang
- Slenthem
- Kethuk dan Kenong
- Gender
-Gambang
-Rebab
-Suling
1Gambar yang diperankan oleh laki laki Tari gawil
1 Seni budaya smkn 1 cibadak
10. 4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tari Gawil berasal dari Sumedang diciptakan pada tahun 1930 oleh Rd. Ono
Lesmana Kartadikusumah (Alm). Tari Gawil pada umumnya ditarikan oleh laki-laki dan
pada zaman dahulu seringkali disajikan dalam pergelaran tari Keurseus atau Tayuban. Kini
tari tersebut sudah sangat jarang disaksikan lagi, seiring dengan memudarnya pergelaran
tari Keurseus dan Tayuban.
B. Saran
Sebagai generasi muda, kita harus melestarikan kembali Tari Gawil yang ada di
Indonesia, agar tari ini tak hilang dimakan waktu sehingga generasi selanjutnya masih bisa
melihat keunikan yang sama yang ada dalam tarian ini.