Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut menjelaskan tentang ibadah haji Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, dimulai dari persiapan mereka di Madinah hingga menunaikan haji terakhir Nabi di Arafah dan Mina sebelum wafatnya. Ibadah haji dipandang sebagai manifestasi persatuan dan pengorbanan umat Islam.
2. MELIHAT HAJI DAN UMRAH
NABI MUHAMMAD SAW.
Seumur hidup, Nabi Muhammad saw. Hanya
melaksanakan haji sekali, dan umrah 4 kali.
Rasulullah saw. umrah pertama, tahun 6 H.
Disebut Umrah Hudaibiyyah.
Umrah Kedua, tahun 7 H. Disebut Umrah Qadha’.
Umrah Ketiga, tahun 8 H, saat Penaklukan Kota
Makkah.
Umrah Keempat, tahun 10 H, saat Haji Wada’.
3. NABI BERANGKAT
DARI MADINAH
Nabi saw. meninggalkan Madinah, selepas Dhuhur.
Waktu Ashar, baginda dan para sahabat sampai di
Bir ‘Ali [Dzulhulaifah].
Baginda dan para sahabat mengambil Miqat
Makani di Bir ‘Ali. Mandi, wudhu’, memakai pakaian
ihram, shalat dua rakaat, lalu berangkat ke
Makkah.
Baginda menjatuhkan niatnya tempat bernama
Baida’.
4. Dua kali baginda saw. dan para sahabat
mengambil Miqat Makani di Bir ‘Ali. Pertama, saat
Umrah Hudaibiyyah [6 H]. Kedua, saat Haji Wada’
[10 H].
Saat Umrah Hudaibiyyah [6 H], yang dilakukan
bersamaan Sulh Hudaibiyyah, orang-orang Munafik
tidak ikut, dengan berbagai alasan. Orang Mukmin
yang ikut Umrah Hudaibiyyah ini berjumlah kurang
lebih 10,000 orang. Ada yang mengatakan 3,000
orang.
Dari Madinah mereka berjalan kaki, kadang naik
kendaraan, secara bergantian ke Makkah, sejauh
450 KM.
5. Dengan pakaian ihram, membawa sembelihan,
mereka berjalan menyusuri bebatuan dan gurun
yang panas. Suhu waktu itu diperkirakan lebih dari
40 derajar celcius.
Mereka bukan hanya kaum pria, tetapi juga
wanita. Tidak hanya remaja, tetapi juga orang-
orang yang sudah berumur. Ummu Salamah, salah
satu isteri Nabi saw. yang usia sudah lanjut
termasuk yang ikut di dalamnya.
Mereka terus melantunkan “Talbiyyah”, sehingga
pepohonan, bebatuan, hewan, Malaikat dan orang-
orang yang ada di sekelilingnya pun menjawab.
6. Sesampai di Kota Makkah, Nabi saw. istirahat di
Dzi Tuwa. Di sana ada sumur tua. Nabi bermalam
di sana bersama para sahabat. Mandi, dan
membersihkan diri.
Keesokan harinya, baru melanjutkan rencana
untuk masuk ke Kota Makkah, mengerjakan
Umrah. Tapi, apa daya, pasukan kaum Kafir
Quraisy yang dipimpin Khalid bin al-Walid dengan
senjata lengkap menghadang jamaah Umrah Nabi
saw. ini.
Demi menghindari pertumpahan darah, Nabi
berbelok ke Hudaibiyyah. Di sini, baginda dan para
sahabat mendirikan tenda. Selama tiga hari ini,
mereka menunggu di sini.
7. HUDAIBIYYAH SAKSI
PENGORBANAN DAN KEMENANGAN
Hudaibiyyah, perbatasan Makkah menuju Madinah,
jalur lama. Di tengah gurun pasir, dengan sedikit
pepohonan khas gurun.
Di sinilah, Nabi saw. dan para sahabat mendirikan
tenda. Selama 3 hari menunggu ‘Utsman bin ‘Affan
yang dikirim untuk melakukan negosiasi dengan
kaum Kafi Quraisy.
‘Utsman malah ditangkap, dan ditahan selama 3
hari.
8. Ketika mendengar ‘Utsman dibunuh oleh kaum
Kafir, Nabi saw. memanggil para sahabat. Mereka
dibai’at Nabi dengan Bai’at Ridhwan. Bai’at untuk
berjuang, hingga tetes darah terakhir, jika sampai
‘Utsman terbunuh.
Peristiwa ini diabadikan dalam Q.s. al-Fath: 18.
Tepat di bawah pohon di Hudaibiyyah itu peristiwa
penting ini terjadi.
Kaum Kafir Quraisy yang mendengar Bai’at ini
ketakutan. Mereka mengirim ‘Utsman beserta
utusan mereka. Terjadilah negosiasi, hingga Sulh
Hudaibiyyah.
9. Perjanjian Damai [Sulh] Hudaibiyyah ini terkesan
merugikan umat Islam. Padahal, ini strategi Nabi
saw. ‘Umar protes, tetapi Nabi saw. tidak
bergeming.
Atas saran Ummu Salamah, Nabi saw. melakukan
tahalul di luar tenda. Mereka pun membatalkan
Umrah Hudaibiyyah ini, mengikuti Nabi, dengan
tahalul di sini. Menyembelih sembelihan yang
mereka bawa dari Madinah.
Mereka kembali ke Madinah dengan penat dan
gundah. Tapi, di tengah jalan, Allah turunkan Q.s.
al-Fath.
10. إ
يِبُّم اًحْتَف َكَل َانْحَتَف اَّن
،اًن
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu
kemenangan yang nyata.” [Q.s. al-Fath: 01]
Padahal, mereka belum meraih kemenangan. Tapi,
Allah sudah menyatakan “telah memberikan
kepadamu kemenangan yang nyata.”
Ketika ayat ini turun, ‘Umar dan para sahabat yang
masih masygul hatinya sadar, bahwa mereka salah.
Apa yang dilakukan Nabi tak lain adalah wahyu.
11. Ini dikuatkan dengan Q.s. al-Fath: 28.
َدُهْالِب ُهَلوُسَر َلَس ْرَأ يِذَّال َوُه
ْظُيِل ِقَحْال ِينِد َو ٰ
ى
ىَلَع ُهَرِه
َش ِ َّ
اَّللِب ٰ
ىَفَك َو ۚ ِهِلُك ِينِالد
ًاديِه
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan
membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan
cukuplah Allah sebagai saksi.” [Q.s. al-Fath: 28]
Ayat ini memberi penegasan, sekaligus janji, bahwa
Islam akan menang.
12. KEMENANGAN DEMI KEMENANGAN
PASCA HUDAIBIYAH
Tahun 7 H, Nabi saw. dan para sahabat mengganti
Umrah Hudaibiyyah yang gagal ditunaikan. Umrah
ini disebut Umrah Qadha’. Mereka mengambil
Miqat dari Hudaibiyyah.
Hanya saja, Nabi saw. dan para sahabat sudah
terserang virus Yatsrib sejak di Madinah. Agar tak
tampak sakit, Nabi saw. instruksikan agar kaum
prianya melakukan Idhtiba’ dan Raml saat thawaf.
13. Kaum Kafir Quraisy yang sudah menunggu di
Darun Nadwah pun kecele, Karena mereka
membayangkan orang Islam yang akan melakukan
Umrah dalam keadaan lemah. Tetapi, itu tak
tampak.
Umrah Qadha’ tahun 7 H ini sekaligus tes in the
water. Dari sana, Rasulullah saw. dan para sahabat
tahu bagaimana reaksi, respons dan sikap kaum
Kafir Quraisy kepada Nabi dan para sahabat.
Maka, setelah Umrah Qadha’ ini pun Nabi saw.
tahu persis bagaimana situasi dan kondisi di
Makkah.
14. Sulh Hudaibiyyah pun memberikan ruang kepada
kaum Muslim untuk berdakwah secara lebih
leluasa di Makkah, sebaliknya kaum Kafir Quraisy
juga leluasa menyaksikan indahnya Islam
diterapkan secara kaffah oleh Negara Islam di
Madinah.
Tepat, tahun 8 H, Penaklukan Makkah terjadi. Nabi
memimpin di bawah, dan Khalid bin al-Walid
memimpin pasukan di atas. Nabi berhasil
menaklukkan Makkah. Bendera warna hitam,
Rayah “Lailaha illa-Llah Muhammad Rasulullah”
ditancapkan di kota itu. Persis dekat tempat
kelahiran Nabi.
15. Peristiwa ini diabadikan dalam Q.s. an-Nashr: 1-3.
Penduduk Makkah pun berbondong-bondong
masuk Islam. Nyaris tanpa pertumpahan darah.
Peristiwa ini terjadi tanggal 20 Ramadhan 8 H. 20
hari lamanya, Nabi saw. menetap di Makkah.
Tanggal 10 Syawal 8 H, Nabi saw. melakukan
Perang Hunain bersama para mualaf.
Peperangan ini untuk menguji kesetiaan mereka.
Setelah menang, mereka pun diikat hatinya
dengan ghanimah yang banyak. Pembagian itu
dilakukan di Ji’ranah.
16. Setelah membagi ghanimah, Nabi saw. dan para
sahabat mandi besar, memakai pakaian ihram dan
mengambil Miqat di sini. Inilah Umrah Ketiga Nabi.
Jarak tempuh Ji’ranah dengan Makkah kurang
lebih 1-2 jam jika naik bis. Dengan perjalanan kaki
bisa setengah hari.
Setelah usai Umrah Ketiga, Nabi saw. kembali ke
Madinah bersama sahabat Anshar dan Muhajirin.
Mereka tidak mendapatkan ghanimah, kecuali
yang miskin. Tapi, mereka membawa pulang Nabi
saw.
17. HAJI WADA’ SEKALIGUS
HAJI AKBAR
Tahun 9 H, Nabi saw. tidak bisa menunaikan
ibadah haji. Maka, Amir Hajj pun diserahkan
kepada Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar berangkat, Allah menurunkan
Q.s. at-Taubah. Dimulai dengan “Bara’atun Mina-
Llah”. Sejak itu, Makkah memang dibersihkan.
Tidak ada toleransi lagi dengan kekufuran.
Nabi saw. sendiri sibuk menerima delegasi di
Madinah dari 73 kabilah.
18. Mereka datang, menyatakan keislaman mereka.
Tunduk dan patuh kepada Negara Islam, di bawah
kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
Nabi saw. pun menyampaikan kepada mereka,
tahun depan akan menunaikan Haji Wada’. Maka,
dari berbagai penjuru Jazirah Arab datang untuk
menyertai Nabi berhaji.
Nabi berangkat dari Madinah, dengan Miqat Makani
di Bir ‘Ali. Nabi membawa sembelihan.
Sebagaimana perjalanan Umrah Hudaibaiyyah
sebelumnya. Mereka bergantian jalan dan naik
kendaraan.
19. Di sepanjang perjalanan, banyak kaum Muslim
yang bergabung dengan rombongan Nabi saw.
Jumlah mereka pun mencapai 100,000 orang.
Sayyidina ‘Ali yang diutus ke Yaman, juga ikut
bersama kaum Muslim dari sana, dengan
membawa sembelihan. Mereka bertemu Nabi saw.
di Makkah.
Nabi dan ‘Ali pun menunaikan Haji Qiran,
sedangkan yang lain diperintahkan untuk
menunaikan Haji Tamattu’. Karena hanya Nabi dan
‘Ali yang membawa sembelihan. Nabi sembelih 63
sembelihannya, sisanya ‘Ali yang menyembelih.
20. MASYHAD A’DHAM
Tanggal 8 Dzulhijjah 10 H, Nabi berangkat dari
Makkah ke Mina, saat matahari setinggi galah.
Menjelang zawal, Nabi dan para sahabat sampai di
Mina. Mereka mendirikan tenda untuk melakukan
Tarwiyah. Tepat, di tempat yang kini berdiri Masjid
Khaif itulah Nabi dan para sahabat melakukan
tarwiyah [persiapan haji].
Dhuhur, Ashar, Isya’ diqashar tapi tidak dijamak.
Hari dan malamnya diisi dengan dzikir dan
munajat.
21. Setelah shalat Subuh, tepat waktu Dhuha, Nabi
meninggalkan Mina menuju ke Arafah. Sebelum
zawal, Nabi sampai di sana. Tepat, di Wadi
‘Uranah.
Di sinilah Nabi melakukan menyampaikan khutbah
‘Arafah, shalat Dhuhur dan Ashar, lalu bergerak
meninggalkan Wadi ‘Uranah memasuki area wukuf
untuk melakukan wukuf.
Mereka semuanya berpakaian sama, wukuf di
Padang Arafah, dzikir dan munajat kepada Allah.
Maka, Allah pun membanggakan mereka kepada
para Malaikat.
Doa mereka mustajab. Dosa mereka diampuni.
22. Momentum persatuan ini diisi Nabi sebagai kepala
Negara, dengan menyampaikan pidato. Pidato
perpisahan, yang membuat Abu Bakar menangis.
Nabi menetapkan kesucian darah, harta dan
kehormatan. Sebagaimana kesucian bulan, tanah
dan hari itu [Arafah].
Nabi mengingatkan kehormatan wanita, dan
menetapkan pria terbaik adalah pria yang
menghormati wanita.
Nabi menetapkan keharaman riba untuk selama-
lamanya.
23. Pesan itu tak hanya disampaikan sekali, tetapi juga
ketika hendak berpisah, saat di Ghadir Hum.
Q.s. al-Maidah: 3 juga diturunkan di saat itu,
tepatnya di lereng Jabal Rahmah. Tepat, hari
Jum’at, Haji Akbar.