Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
the last session
1. dan
SKRIPSI
“UPAYA MEMPERBAIKI CACATMISPLATING PADA
PEMBUATAN KAIN RAJUT JENIS PLAIN DI MESIN RAJUT
BUNDAR SINGLEKNIT MEREK MAYER TIPE RELANIT 3.2 II.’’
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI PT SINAR PANGJAYA MULIA II
R. Santika Rosianti
09.T40039
SEKOLAHTINGGITEKNOLOGITEKSTIL
BANDUNG
2013
3. Jalan Soekarno Hatta No. 671 Bandung, kode pos 40286, Jawa
Barat.
Permodalan
Luas Tanah Keseluruhan yang dimiliki PT Sinar Pangjaya Mulia
II adalah 6.517 m², dengan luas bangunan sebesar 4.517m². .
Bentuk struktur organisasi perusahaan ini berupa garis, dengan
pimpinan tertinggi dipegang oleh Direktur utama.
Sistem permodalan murni berasal dari permodalan keluarga
secara turun-menurun dengan kepemilikan awal atas nama
Sheng Ho dan Fei Ling
Struktur
Organisasi
Luas Tanah
Lokasi
Perusahaan
PT Sinar Pangjaya Mulia II
Hasil produksi diekspor sekitar 90% dikirim ke Amerika dan
10% ke negara Korea, Kepulauan Haiti, dan Hongkong.
Pemasaran
4. Jenis dan Jumlah
Produksi
Memproduksi kain rajut grey dengan corak rib, interlock,
denim, jersey, handuk, dan lain-lain.
PT SINAR PANGJAYA MULIA II
Kain rajut yang diproduksi pada bulan Februari 2013 ini
mencapai 20.281 roll dengan berat 488.616,31 kg sesuai
dengan target produksi sebesar 22 ton/hari.
Mesin rajut bundar berjumlah 76 buah terdiri dari single knit
sebanyak 59 buah dan double knit sebanyak 17 buah.
Mesin di bagian
Produksi
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja yang dimiliki pada bulan Februari 2013 sekitar
180 orang, dengan rincian laki-laki sebanyak 157 orang dan
perempuan sebanyak 23 orang.
Sarana
Penunjang
Produksi
Sumber Tenaga listrik diperoleh dari jaringan PLN sebesar
500 kVA
5. “PENGELOLAAN BAHAN BAKU YANG BELUM LENGKAP DAPAT
MENYEBABKAN CACAT BELANG BARRE”
Pengelolaan bahan baku yang kurang karena tidak terdapatnya peralatan pengujian bahan
baku mempengaruhi kualitas kain. Pengujian ini dapat menunjukkan apakah bahan baku
tersebut sesuai standar atau tidak. Proses produksi dengan bahan baku yang tidak sesuai
standar baru terdeteksi pada hasil kain dan dapat menyebabkan terjadinya cacat pada kain.
Permasalahan yang diakibatkan kurangnya pengelolaan bahan baku yaitu cacat belang barre.
Cacat ini terlihat setelah mengalami proses pencelupan, dengan perbedaan penampakan
warna yang tidak rata pada kain secara berulang.
Rumusan Masalah
Cacat belang barre merupakan cacat ke 4 yang paling dihindari di PT Sinar Pangjaya Mulia II
dan mendapat persentase sebesar 7%. Persentase jumlah cacat dari bulan Januari hingga April
pada tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar dan Tabel berikut ini.
Data Pengamatan
Latar Belakang
6. 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
Miss
Platting
Jarum putus
dan rusak
Bolong Belang
barre
Putus
benang
No No. MC Jumlah Cacat Stop MC
1 E4 30 m belang barre (0-30) 6 jam
2 AQ 25m belang barre (15-40) 9 jam
3 50 49m belang barre (0-19;13-43) 7 jam
4 50 13m belang barre (0-13) 5 jam
5 E3 12m belang barre (48-60) 3 jam
6 E6 43m belang barre (2-45) 6 jam
7 AK 89m belang barre (0-89) 2 hari
8 A5 21m belang barre (54-75) 10 jam
9 50 45m belang barre (0-45) 7 jam
10 39 26m belang barre (0-26) 5 jam
11 AZ 15m belang barre (84-99) 2 jam
12 F1 55m belang barre (12-67) 7 jam
Data cacat belang barre tersebut memiliki indikasi bahan baku benang yang tidak sesuai standar, hal
ini dapat diketahui dari penyetelan mesin yang sudah sesuai tetapi masih terdapat cacat belang barre.
Cacat ini dapat diatasi dengan melakukan upaya perbaikan, salah satunya dilakukan upaya perbaikan
pada mesin F1. Upaya ini untuk meratakan belang pada kain dengan mengubah penyetelan pada
mesin. Upaya tersebut menghabiskan waktu stop mesin selama 7 jam.
Pembahasan
7. KESIMPULAN
SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Bahan baku benang tidak mengalami proses pengujian yang mencakup untuk menentukan
ketidakrataan benang, kekuatan benang, dan daya serap terhadap benang.
2. Kain yang dihasilkan terdapat cacat belang barre. Cacat ini memiliki kenampakan visual
berupa hasil kain yang tidak rata dan terlihat jelas setelah mengalami proses pencelupan.
3. Kain yang dihasilkan membuat mesin berhenti (stop mesin) selama 7 jam untuk memperbaiki
cacat belang barre.
4. Upaya perbaikan cacat belang barre mengurangi efisiensi waktu produksi.
5. Bahan baku yang tidak sesuai standar atau tidak rata menyebabkan hasil kain masuk ke
gudang BS.
1. Menyediakan laboratorium untuk mengadakan pengujian terhadap bahan baku yang akan
mengalami proses produksi.
2. Melatih SDM untuk lebih memperhatikan dan mengantisipasi terjadinya cacat belang
barre baik mekanik, operator, dan staf gudang.
3. Menyediakan peralatan pencelupan sederhana untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya hasil kain dengan cacat belang barre yang masuk ke gudang BS (Bawah
Standar) sebanyak 1 roll atau lebih.
9. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor penyebab
terjadinya cacat misplating yang dilaksanakan dengan tujuan untuk :
1. Memperbaiki cacat misplating pada hasil kain rajut jenis plain.
2. Meningkatkan mutu kain yang dihasilkan supaya tidak
mempengaruhi efisiensi produksi.
1. Apa faktor utama penyebab terjadinya cacat misplating ?
2. Bagaimana cara untuk memperbaiki cacat misplating ?
Maksud dan Tujuan
Cacat sangat mempengaruhi mutu produk dan cacat yang sering
terjadi dari bulan Januari hingga April 2013 adalah cacat misplating.
Cacat misplating yaitu benang spandex berada di posisi benang dasar
sehingga benang spandex diatas dipermukaan kain. Umumnya hasil
kain dengan cacat misplating langsung masuk ke gudang BS (Bawah
standar), karena hasil kain dengan cacat ini memiliki kenampakan
visual yang tidak dapat diperbaiki.
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
10. Pengumpulan Data Cacat
= benang spandex = benang dasar
Cacat misplating
Cacat misplating
No Meter Ke- Σ Cacat (Point)
1 1 150
2 2 140
3 3 150
4 4 160
5 5 140
Σ = 740 Point/5 Meter Kain
= 148 Poin/5 Meter Kain
Kain jenis Plain
Identifikasi Cacat Misplating
11. PEMBAHASAN
PEMECAHAN MASALAH
Penyebab cacat misplating dianalisis melalui diagram fishbone dengan indikasi :
1. Benang spandex terlepas dari roda spandex,
2. Tegangan belum optimum, dan
3. Kondisi feeder belum sesuai standar.
Hasil analisa menunjukkan implikasi dari faktor manusia, lingkungan, dan mesin. Analisa
tersebut menjadi acuan dilakukannya perbaikan dan pemeriksaan menyeluruh pada mesin.
Pemeriksaan dan perbaikan dilaksanakan pada faktor pertama dan kedua, kemudian
masing-masing dilakukan proses pemeriksaan kain dan hasilnya tidak terdapat hasil
perbaikan. Pada faktor ketiga ditemukan feeder bengkok dan hasil perbaikan feeder
menunjukan upaya perbaikan yang signifikan.
Hasil pemeriksaan dan perbaikan pada indikasi lepasnya benang spandex dari roda spandex
dan tegangan belum optimum ternyata tidak terbukti. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan kain yang masih memiliki cacat misplating dengan jumlah yang sama seperti
sebelum perbaikan. Perbaikan feeder yang bengkok ternyata berpengaruh terhadap cacat
misplating dengan hasil perbaikan yang signifikan. Feeder yang bengkok ke arah kiri tersebut
berdekatan dengan roda spandex sehingga feeder dapat menyuapkan benang spandex ke
jarum. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar berikut.
12. Feeder bengkok
Benang spandex
spandex
Benang dasar
Benang dasar
Feeder yang bengkokFeeder yang normal
Ilustrasi Feeder yang
Membentuk Cacat
Ilustrasi Penyuapan Benang
Benang
dasar
Benang
dasar
spandex
spandex
A, Cotton
B, Elastomer
A, Cotton
B, Elastomer
spandex
spandex
Benang dasar
Benang dasar
13. 1. Faktor utama penyebab terjadinya cacat misplating yaitu terdapat feeder yang rusak atau
bengkok.
2. Penyesuaian tension benang dasar dari 5/6 menjadi 7/8 tidak menunjukkan adanya hasil
perbaikan cacat misplating.
3. Penyesuaian tension penarikan kain dari 40 menjadi 38 tidak menunjukkan adanya hasil
perbaikan cacat misplating.
4. Pengubahan bahan baku tension ring untuk menjaga kestabilan penyuapan benang spandex
tidak menunjukkan adanya hasil perbaikan cacat misplating.
5. Cacat misplating pada hasil kain berhasil diperbaiki setelah dilakukannya perbaikan feeder yang
bengkok dan produksi dapat dilanjutkan sesuai JO dengan mutu yang lebih baik.
KESIMPULAN
Upaya perbaikan cacat misplating memiliki waktu stop mesin yang lama sekitar lima hari.
Hal ini terjadi karena tahapan perbaikan terlalu mengacu pada pemakaian benang yang
tipis. Padahal peralatan yang berpengaruh pada cacat adalah feeder, karena cacat misplating
terjadi jika benang spandex masuk ke feeder. Oleh karena itu, jika terjadi cacat misplating
maka upaya perbaikan yang harus diutamakan berupa pengecekan feeder kemudian
diikuti oleh pengecekan penyetelan dan kebersihan mesin. Pengutamaan pengecekan
feeder ini merupakan tindakan perbaikan yang bersifat preventif dalam menjaga mutu
kain dan menjaga efisiensi produksi.
SARAN