SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
MusimPanas
Saljudi
“SometimesthesnowcomesdowninJune”, begitu lirik yang dinyanyikan Vanessa
Williams dalam lagunya yang paling terkenal, yang memang dapat benar-benar terjadi bila
berkunjung ke gunung-gunung berpuncak salju di Australia seperti Mount Buller
Teks & foto Arris Riehady
ngin dingin terasa menusuk tulang begitu
saya turun dari pesawat Airbus A330-200
milik maskapai Garuda Indonesia. Salju
di Australia turun deras-derasnya ketika
di belahan dunia lain sedang kegerahan.
Penerbangan langsung dari Jakarta ke
Melbourne yang berdurasi sekitar enam
jam dengan keberangkatan pukul 23:30,
membuat saya dilema untuk memilih
antara tidur atau menikmati in-flight
entertainment dari maskapai pemenang
penghargaan World Best Economy Class
dan World Best Economy Class Seat dari
Skytrax tersebut. Karena beragamnya
pilihan hiburan, baik audio maupun film
panjang dan pendek, saya menyerah
dan memilih untuk menikmati hiburan,
walaupun setibanya di Melbourne nanti
harus dibayar dengan wajah kuyu karena
kurang tidur. Toh, Melbourne kota yang
terkenal akan kultur kedai kopinya, pikir
saya sambil berharap begitu mendarat
nanti, dapat mampir di salah satu kedai
kopi untuk memesan flat white.
Namun harapan tinggal harapan.
Berhubung tiba di Melbourne pada jam
sibuk, yaitu pukul 08:00, tempat parkir
pesawat di Bandara Internasional Melbourne
penuh, sehingga pilot harus memarkir
pesawatnya di area satelit yang tidak memiliki
fasilitas garbarata, sehingga butuh waktu
lebih lama untuk mentransfer penumpang ke
gedung terminal dengan bus. Sesampainya
di loket Imigrasi pun antrean pendatang
dari luar Negara Persemakmuran Inggris
sudah sangat panjang. Sepertinya saya harus
mengubur niat untuk menikmati flat white di
kedai kopi di kota karena telah ditunggu supir
untuk menuju kawasan pegunungan Alpen
Australia di luar Melbourne.
Petugas Imigrasi yang melayani saya
mengingatkan pada tokoh Vernon Dursley,
paman Harry Potter dalam kisah rekaan
karya JK Rowling. Ia meminta paspor dan
menyuruh saya menghadap kamera. Sambil
mencocokkan data dan foto, tanpa menatap
saya ia bertanya, “Anda mau ke mana?”, yang
saya jawab dengan Mount Buller. Seketika
wajahnya menoleh ke saya, senyum tampak
terukir di wajahnya. Keadaan langsung
mencair, ketika petugas tersebut kemudian
berceloteh tentang betapa indahnya Mount
Buller. “Good luck, mate, hope you can still
see the snow, because this is the last week
of winter,” ujarnya, seraya menyerahkan
kembali paspor saya.
Kota Kecil yang Sepi
Butuh 60 menit sebelum akhirnya saya
dapat keluar Terminal 2 dan menemukan
Jimmy Chen, sopir dari Aulia Coach yang
akan membawa saya ke Mount Buller.
Baru saja membenamkan tubuh di kursi
mobil yang empuk, Jimmy berkata, “Ada
beberapa hal yang perlu saya beritahukan.
Pertama, saya hanya akan mengantar Anda
sampai Mansfield untuk makan siang,
kemudian perjalanan ke Mount Buller akan
diteruskan naik bus shuttle. Kedua, karena
Anda datang di minggu terakhir di musim
dingin, kemungkinan besar salju telah mulai
mencair, sehingga kesenangan bermain ski
atau snowboarding di Mount Buller akan
berkurang, terutama jika nanti malam tidak
turun salju.”
Dua kali sudah saya mendapat peringatan
tentang datang di waktu yang salah – akhir
musim dingin memang sepertinya tidak
direkomendasikan untuk berkunjung ke
Mount Buller. Ketinggian Mount Buller
A
hanya 1.805 meter di atas permukaan laut,
di sepanjang musim dingin pada Juni hingga
September, seluruh permukaan kawasan ini
diselimuti salju tebal. Karena kemudahan
akses, salah satu kawasan ski resor terbaik
di Australia ini juga telah lama difavoritkan
warga Melbourne untuk bersantai di akhir
pekan selama musim dingin, berhubung salju
memang tidak turun di Melbourne.
Kekhawatiran saya menguap, seiring
dengan mobil yang melaju meninggalkan
Melbourne. Pemandangan di luar jendela
perlahan berganti dari deretan gedung
pencakar langit penuh manusia menjadi
perbukitan hijau yang dihuni biri-biri, sapi,
dan kuda. Perjalanan ke Mansfield hanya dua
jam dan dapat diperkirakan secara akurat
dengan GPS. Terlebih semua jalan di Australia
menggunakan speed limit yang dipantau CCTV
oleh Kepolisian agar tidak ada kendaraan yang
terlalu pelan apalagi yang terlalu kencang.
Di negara bagian Victoria, batas kecepatan
maksimum adalah 110 kilometer per jam.
Mansfield adalah kota kecil yang hanya
berpenduduk 4.360 jiwa dan letaknya tepat
di tengah-tengah antara Melbourne dengan
Mount Buller. Semua toko dan perkantoran
di sini - seperti layaknya banyak tempat di
Australia - tutup pukul 17:00. Namun khusus
di kota kecil ini, Jimmy mengatakan bahwa
masyarakatnya sangat senang menghabiskan
waktu bersama keluarga di rumah, dan
biasanya hanya keluar rumah untuk berkumpul
bersama kerabat di akhir pekan.
Saya tiba di Mansfield sekitar pukul 12:30
ketika suasananya tampak sepi tanpa terlihat
manusia berkeliaran di jalan-jalan. Bagai kota
mati, yang terlihat hanyalah deretan mobil
yang terparkir. Mungkin karena musim dingin
juga, sehingga warganya malas berkeliaran di
luar ruangan. Jimmy pun mengajak saya ke
The Produce Store, restoran yang menyatu
dengan toko kebutuhan pokok. Barulah
ketika memasuki toko ini terlihat keramaian
dan bahkan saya harus menunggu untuk
mendapatkan tempat duduk karena ketika
itu jam makan siang. Saya memesan sup
kaki domba, pai apel, dan segelas picollo.
Mengantuk dan lapar, agar tidak jatuh tertidur,
sambil menunggu pesanan datang, saya
berjalan-jalan melihat-lihat rak berisi cokelat,
wine, keju, hingga bumbu-bumbu yang dijual
di sini, dan tak sengaja menemukan sebotol
Kectjap Manis Indonesia buatan Belanda.
Burung Pembawa
Keberuntungan
Bila menggunakan bus shuttle dari Mansfield,
Mount Buller dapat ditempuh selama satu
jam, sehingga total yang dibutuhkan dari
Melbourne adalah tiga jam atau sekitar
243 kilometer. Kawasan resor ski di Mount
Buller terhampar pada ketinggian 1.600
hingga 1.800 meter di atas permukaan laut.
Nama Buller konon diambil dari panggilan
Major Sir Thomas Livingstone Mitchell,
seorang penjelajah yang pernah bekerja di
kantor urusan kolonial di Victoria pada 1800.
Namun sebagian masyarakat menyatakan
bahwa Buller diambil dari kata dalam bahasa
Aborigin, yaitu “bulla bulla” yang berarti baik.
Selesai makan, Jimmy mengantar saya
berjalan kaki ke halte bus yang tak jauh dari
The Produce Store. Di situ telah menanti Kate
Monahan,MediaandMarketingOfficerMount
Buller yang akan memandu saya selama di
kawasan pegunungan salju ini. Perjalanan ini
adalah atas undangan Australia Tourism yang
ingin memperkenalkan destinasi baru musim
dingin di negara bagian Victoria, berhubung
negara bagian ini paling terkenal di kalangan
pejalan Indonesia, sehingga perlu untuk
mengedukasi tentang tempat-tempat lain di
luar Melbourne.
Kate membawa saya ke Hotel Pension
Grimus yang letaknya hanya beberapa meter
dari bukit yang tertutup salju. Melihat salju
putih yang masih tebal menutupi bukit, saya
1
2
3
91PANORAMA NOVEMBER-DESEMBER 2016
pun kegirangan. “Kalau saja kamu datang
lebih awal, salju sampai menutupi seluruh
desa. Jalanan, rumah, pohon, semuanya putih
tertutupi salju,” cerocos Kate.
Belum lima menit di kamar sehabis
meletakkan koper, terdengar ketukan pintu.
Dari balik pintu, Kate mengajak saya berjalan
keliling desa. Lupa dengan kantuk dan lelah,
saya langsung mengiyakan ajakannya untuk
menikmati Winter Wonderland di tengah
musim panas di belahan dunia lain. Hari
masih siang namun rasanya seperti sudah
hampir senja. Salju memang tidak terlalu
tebal, namun cukup untuk merasakan sensasi
bagai berjalan di dalam panorama yang kerap
dilukiskan di kartu-kartu Natal.
Kami melihat beberapa ekor flame robin
(Petroica phoenicae), sejenis burung gereja
berdada merah yang endemik Australia
berlompatan di ranting pohon. Menurut mitos
masyarakat setempat, burung tersebut hanya
muncul jika hujan salju datang. Kemunculan
burungtersebutsayaanggapsebagaipembawa
keberuntungan. Jika salju tidak bertambah
tebal, maka saya tidak dapat snowboarding,
sehingga Kate juga telah menyiapkan Plan B,
yaitu naik lift dan trekking ke puncak gunung.
Namun, tentu saya lebih ingin snowboarding
ketimbang mendaki karena pasti membuat
saya kepayahan dan terengah-engah.
Jatuh Bangun
Snowboarding
Terbangun pagi itu, saya langsung melompat
dan membuka tirai jendela kamar. Ternyata
di luar hujan - sayangnya hujan air, bukan
salju seperti yang diharapkan. Dengan
kecewa, saya pun berjalan tanpa semangat
ke restoran untuk sarapan. Di meja dekat
jendela, tampak Kate telah sarapan lebih
dulu. Sambil menyeruput kopinya dengan
perlahan, ia menjelaskan bahwa sebenarnya
waktu terbaik ke Mount Buller adalah pada
Juli hingga Agustus. Namun pertengahan
Juni hingga akhir September, Mount Buller
masih dapat dikunjungi untuk bermain salju.
Hal ini karena sejak 1994, Mount Buller telah
dilengkapi dengan 244 buah mesin pembuat
salju, di mana mesin ini akan mengubah air
hujan menjadi es. Mendengar hal tersebut,
semangat saya kembali timbul karena berarti
snowboarding tetap dapat dilakukan sesuai
rencana.
Benar saja, setelah sarapan saya
dikonfirmasi bahwa akan melakukan
snowboarding pagi itu. Untuk snowboarding,
diperlukan perlengkapan khusus berupa
jaket, celana, sarung tangan tebal, papan,
sepatu khusus, dan helm yang tersedia untuk
disewa (kecuali sarung tangan) di Grimus Ski
Tip
•	Membawa tunai dolar
Australia yang cukup, karena
di Mount Buller tidak ada
gerai penukaran uang.
•	Bila hendak membawa
kamera, pastikan sudah
freeze-proof, atau cukup
bawa action camera yang
lebih adaptif dengan cuaca
ekstrem.
•	Membawa botol minum
untuk diisi ulang dari keran,  
sehingga mengurangi
sampah plastik.
•	Mount Buller merupakan
kawasan rentan, sehingga
pengunjung disarankan
untuk menghemat air mandi.
•	Ski dan snowboarding
adalah aktivitas yang
memiliki risiko, sehinga
disarankan membeli
asuransi perjalanan sebelum
berangkat.
1. Walau suasana kotanya sepi, restoran ini
selalu ramai, terutama di jam-jam makan
siang 2. Taman kota Mansfield yang asri dan
tenang 3. Sup kaki domba, salah satu menu
favorit di The Produce Store 4. Peralatan ski
dan snowboarding ini tersedia lengkap di
tempat penyewaan Grimus Ski Centre 5. Pusat
perbelanjaan dan informasi Mount Buller
4
5
92 PANORAMA NOVEMBER-DESEMBER 2016
Centre tempat saya menginap. Sarung tangan tidak
disewakan untuk alasan higienis, namun tersedia
untuk dibeli seharga mulai 20 dolar Australia.
Pemilihan papan snowboarding pun ternyata tidak
sembarangan. Setiap orang harus memilih papan
yang tingginya tidak boleh melebihi bahu. Harga
sewa peralatan dan jasa instruktur snowboarding
selama dua jam mulai 20 dolar Australia. Usai
mengenakan jaket, celana, sarung tangan, dan
sepatu, yang serbatebal, tubuh mulai sulit bergerak.
Instruktur snowboarding saya pagi itu bernama
Danny Cahill, yang menurutnya saya nekat karena
sebagai pemula seharusnya saya memilih ski,
bukan snowboarding yang lebih susah. Ski lebih
mudah karena untuk keseimbangan akan dibantu
dengan tongkat, yang juga sebagai pengatur
kecepatan dan rem untuk menghentikan laju.
Sementara ketika melakukan snowboarding,
semuanya murni mengandalkan ketangkasan,
kekuatan, dan keseimbangan tubuh. Berbekal
pengalaman bermain skateboard, sandboarding di
Gumuk Pasir, Yogyakarta, surfing di Pantai Kuta,
serta menonton aksi snowboarding yang terlihat
mudah di YouTube, saya pun tak gentar mencicipi
snowboarding. Memang pada beberapa percobaan
pertama saya terjatuh dan bangkit dengan susah
payah untuk kembali berdiri di atas papan yang
ternyata sangat licin.
Butuh sekitar 30 menit penuh perjuangan
sebelum akhirnya saya dapat seimbang di atas
papan dan meluncur dengan benar. Untuk melaju,
berhenti, dan belok diperlukan kombinasi dari
kekuatan pergelangan kaki dan pinggul, serta
konsentrasi untuk mengalahkan rasa takut.
Apabila tak terkontrol, kecepatan luncurnya
dapat mencapai 80 kimometer per jam (rekor
dunia tercepat mencapai 203 kilometer
per jam!). Snowboarding dapat dilakukan
siapa saja, bahkan anak-anak mulai berusia
enam tahun sekalipun. Aktivitas ini aman,
asalkan mengikuti prosedur. Bila sudah
lancar, instruktur akan mengajak naik lift
ke ketinggian 300 meter untuk meluncur
dari lereng curam. Meski tak meliuk lincah
dan beberapa kali terjatuh, saya cukup
bangga dapat sampai ke bawah bukit, dan
mengulangi dua kali naik lift untuk meluncur.
Keberhasilan ini pun diapresiasi oleh Danny,
ia tak menyangka saya bisa ber-snowboarding
secepat itu. "Tahun depan kalau datang lagi
ke sini, kamu akan langsung jago!" katanya.
Kunjungan ke Mount Buller itu adalah
kali pertama saya menyentuh salju dan
melakukan olahraga musim dingin. Niat
Tourism Australia untuk memperkenalkan
aktivitas musim dingin kepada pasar
Indonesia sepertinya tepat sasaran, karena
sebagai warga negeri tropis yang ingin
mencoba hal-hal baru di tempat yang belum
terlalu terkenal secara internasional, Mount
Buller dapat dijadikan pilihan. Lagipula,
tentu akan menjadi pengalaman unik dapat
menikmati salju tebal ketika cuaca di tempat
asal sedang panas-panasnya.
HOW TO GET THERE
Dari Jakarta, Garuda Indonesia
(garuda-indonesia.com) melayani
penerbangan langsung ke
Melbourne setiap Senin, Rabu,
Jumat, dan Sabtu pukul 23:30.
Sesampainya di Melbourne, Mount
Buller dapat ditempuh dengan
mobil sewaan, luxury limousine,
atau bahkan helikopter. Alternatif
lainnya adalah naik taksi ke
Mansfield dari bandara, kemudian
naik bus shuttle ke Mount Buller.
Jadwal bus shuttle dari Mansfield
ke Mount Buller di musim dingin
dapat dilihat di www.mmbl.com.au/
winter_service.php.
WHERE TO STAY
Hotel Pension Grimus
Didirikan oleh Hans Grimus,
pendatang asal Austria yang telah
menetap di Mount Buller selama
54 tahun dan turut merancang
lift untuk membawa orang yang
ingin bermain ski, snowboarding,
atau trekking ke tempat yang lebih
tinggi, akomodasi ini memiliki
kamar dan apartemen dengan
balkon menghadap gunung.
Dilengkapi Restoran Kaplan
yang menyediakan aneka menu
Austria bercita rasa Australia, di
sini juga disewakan peralatan ski.
(pensiongrimus.com.au)
94 PANORAMA NOVEMBER-DESEMBER 2016
naikhelikopterdi12Apostles
Terbang dengan helikopter adalah cara terbaik
untuk menikmati pemandangan Twelve
Apostles, formasi bebatuan berupa pilar
setinggi 50 meter di Great Ocean Road. Harga
sekali terbang mulai 145 dolar Australia per
orang selama 15 menit dan menempuh jarak
45 kilometer. Selama penerbangan, lewat alat
komunikasi khusus, pilot akan menerangkan
tentang berbagai hal yang dilewati, seperti
Twelve Apostles; Loch Ard Gorge, pantai
tersembunyi di balik dua pilar batu karang; The
Sentinel; The Arch; serta London Bridge, batu
karang bolong yang menyerupai jembatan.
Meski bernama Twelve Apostles, namun
formasi pilar batu ini jumlahnya hanya tersisa
tujuh buah, dengan pilar terakhir runtuh pada
2005. (12apostleshelicopters.com.au)
TUR BERJALAN KAKI
Melbourne memiliki sejumlah tur berjalan
kaki menarik, seperti yang ditawarkan
Hidden Secret Tours (hiddensecretstours.
com) untuk menjelajahi berbagai tempat
bersejarah dan tersembunyi di Melbourne.
Dimulai di Federation Square, peserta
kemudian diajak menyusuri gang-gang
yang penuh mural, dengan kafe dan
restoran berkonsep unik sebagai cerminan
karakteristik warga Melbourne. Ada juga
ruang bawah tanah, dan toko-toko dengan
barang yang bervariasi, mulai dari busana
vintage hingga barang-barang magis untuk
sulap dan meramal. Dan tentu saja, tur ini
jugamampirke The BlockArcade, salah satu
pusat perbelanjaan tertua di Melbourne,
dan Bourke Street dengan pertunjukan
musisi jalanannya yang meriah.
Victoria’s
Old-Time
Favorite
Things to Do
QUICK GLANCE
Dengan Melbourne sebagai
pintu gerbang untuk menikmati
segala pesona negara bagian
Victoria, berikut berbagai hal
seru yang menyumbangkan
ketenaran bagi kawasan di
tenggara Australia ini.
21
1
95PANORAMA NOVEMBER-DESEMBER 2016
St. Kilda Beach
Disebut-sebutsebagaipantaipalingterkenal
di negara bagian Victoria, lokasinya hanya
20 menit dengan naik trem dari pusat kota.
Selain kerap dipadati untuk menikmati
kehangatan sinar matahari, pengunjung
juga ke sini untuk bermain selancar angin,
berlayar, bersepatu roda, voli pantai, jet ski,
dan ski air. Tersedia juga jalur pejalan kaki
dan jalur sepeda, selain terdapat Sunday
Art Market yang menjual berbagai suvenir
dan kerajinan khas Australia. Anak-anak
pun dapat puas bermain di Luna Park yang
dilengkapi berbagai fasilitas permainan dan
atraksi seru.
Ballarat Wildlife Park
Berlokasi di Ballarat atau sekitar satu
setengah jam berkendara dari Melbourne,
Ballarat Wildlife Park merupakan taman
margasatwa bagi hewan-hewan endemik
Australia yang terancam punah. Menempati
lahan seluas 32 hektar dan dirancang sesuai
habitat asli hewan-hewan tersebut, terdapat
setidaknya 100 ekor kanguru jinak yang
berkeliaran tanpa kandang. Walau begitu,
untuk dapat berinteraksi dengan kangguru
tetap harus didampingi pemandu. Selain
kandang khusus untuk koala, burung emu,
wombat, dingo, dan setan Tasmania, di
sini juga terdapat buaya air asin sepanjang
lima meter dengan bobot 500 kilogram.
(wildlifepark.com.au)
South Melbourne Market
Lebih mirip supermarket ketimbang
pasar tradisional, suasana pasar tertua
yang beroperasi sejak 1867 ini bersih dan
nyaman. Berbagai barang kebutuhan
tersedia di sini, seperti pakaian, aneka
bumbu masak, hasil tangkapan laut, hasil
peternakan, aneka olahan daging, suvenir,
mainan anak, hingga berbagai kebutuhan
hewan peliharaan, susu, butter, keju, wine,
vinegar, bahkan sabun. Pecinta kuliner juga
akan dimanjakan dengan aneka jajanan
yang melimpah di sini, seperti aneka pastry
dan kerang segar, yang juga dapat dinikmati
di tempat. Pasar ini buka setiap hari pukul
08:00 hingga 16:00 waktu setempat.
5
6
3
4
Sovereign Hill
Museum ruang terbuka terbesar di Victoria
ini merupakan bekas pertambangan emas
pada 1851 dan cikal bakal berdirinya
kota Ballarat. Ketika akhirnya tambang
emas ditutup, pada 1970 pemerintah
mengubahnya menjadi museum. Di atas
lahan seluas 25 hektar ini berdiri 60
bangunan dari tahun 1850-an, yang di
zamannya berfungsi sebagai restoran,
studio foto, penjual kuda, sekolah, dan
penjual perhiasan. Untuk menghidupkan
suasana masa lalu, para staf museum juga
mengenakan kostum kuno. Pengunjung
akan dikawal pemandu ke ruang bawah
tanah bekas tambang emas naik kereta. Di
sini tersimpan nugget emas terbesar kedua
di dunia seberat 69 kilogram. Pengunjung
juga dapat mencari biji emas di sungai yang
membelah Sovereign Hill, dan bila dapat,
emas tersebut dapat dibawa pulang sebagai
suvenir. (sovereignhill.com.au)
3
4

More Related Content

Featured

How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthThinkNow
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfmarketingartwork
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024Neil Kimberley
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Applitools
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at WorkGetSmarter
 

Featured (20)

How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
 
ChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slidesChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slides
 

Mt Buller

  • 1. MusimPanas Saljudi “SometimesthesnowcomesdowninJune”, begitu lirik yang dinyanyikan Vanessa Williams dalam lagunya yang paling terkenal, yang memang dapat benar-benar terjadi bila berkunjung ke gunung-gunung berpuncak salju di Australia seperti Mount Buller Teks & foto Arris Riehady
  • 2. ngin dingin terasa menusuk tulang begitu saya turun dari pesawat Airbus A330-200 milik maskapai Garuda Indonesia. Salju di Australia turun deras-derasnya ketika di belahan dunia lain sedang kegerahan. Penerbangan langsung dari Jakarta ke Melbourne yang berdurasi sekitar enam jam dengan keberangkatan pukul 23:30, membuat saya dilema untuk memilih antara tidur atau menikmati in-flight entertainment dari maskapai pemenang penghargaan World Best Economy Class dan World Best Economy Class Seat dari Skytrax tersebut. Karena beragamnya pilihan hiburan, baik audio maupun film panjang dan pendek, saya menyerah dan memilih untuk menikmati hiburan, walaupun setibanya di Melbourne nanti harus dibayar dengan wajah kuyu karena kurang tidur. Toh, Melbourne kota yang terkenal akan kultur kedai kopinya, pikir saya sambil berharap begitu mendarat nanti, dapat mampir di salah satu kedai kopi untuk memesan flat white. Namun harapan tinggal harapan. Berhubung tiba di Melbourne pada jam sibuk, yaitu pukul 08:00, tempat parkir pesawat di Bandara Internasional Melbourne penuh, sehingga pilot harus memarkir pesawatnya di area satelit yang tidak memiliki fasilitas garbarata, sehingga butuh waktu lebih lama untuk mentransfer penumpang ke gedung terminal dengan bus. Sesampainya di loket Imigrasi pun antrean pendatang dari luar Negara Persemakmuran Inggris sudah sangat panjang. Sepertinya saya harus mengubur niat untuk menikmati flat white di kedai kopi di kota karena telah ditunggu supir untuk menuju kawasan pegunungan Alpen Australia di luar Melbourne. Petugas Imigrasi yang melayani saya mengingatkan pada tokoh Vernon Dursley, paman Harry Potter dalam kisah rekaan karya JK Rowling. Ia meminta paspor dan menyuruh saya menghadap kamera. Sambil mencocokkan data dan foto, tanpa menatap saya ia bertanya, “Anda mau ke mana?”, yang saya jawab dengan Mount Buller. Seketika wajahnya menoleh ke saya, senyum tampak terukir di wajahnya. Keadaan langsung mencair, ketika petugas tersebut kemudian berceloteh tentang betapa indahnya Mount Buller. “Good luck, mate, hope you can still see the snow, because this is the last week of winter,” ujarnya, seraya menyerahkan kembali paspor saya. Kota Kecil yang Sepi Butuh 60 menit sebelum akhirnya saya dapat keluar Terminal 2 dan menemukan Jimmy Chen, sopir dari Aulia Coach yang akan membawa saya ke Mount Buller. Baru saja membenamkan tubuh di kursi mobil yang empuk, Jimmy berkata, “Ada beberapa hal yang perlu saya beritahukan. Pertama, saya hanya akan mengantar Anda sampai Mansfield untuk makan siang, kemudian perjalanan ke Mount Buller akan diteruskan naik bus shuttle. Kedua, karena Anda datang di minggu terakhir di musim dingin, kemungkinan besar salju telah mulai mencair, sehingga kesenangan bermain ski atau snowboarding di Mount Buller akan berkurang, terutama jika nanti malam tidak turun salju.” Dua kali sudah saya mendapat peringatan tentang datang di waktu yang salah – akhir musim dingin memang sepertinya tidak direkomendasikan untuk berkunjung ke Mount Buller. Ketinggian Mount Buller A
  • 3. hanya 1.805 meter di atas permukaan laut, di sepanjang musim dingin pada Juni hingga September, seluruh permukaan kawasan ini diselimuti salju tebal. Karena kemudahan akses, salah satu kawasan ski resor terbaik di Australia ini juga telah lama difavoritkan warga Melbourne untuk bersantai di akhir pekan selama musim dingin, berhubung salju memang tidak turun di Melbourne. Kekhawatiran saya menguap, seiring dengan mobil yang melaju meninggalkan Melbourne. Pemandangan di luar jendela perlahan berganti dari deretan gedung pencakar langit penuh manusia menjadi perbukitan hijau yang dihuni biri-biri, sapi, dan kuda. Perjalanan ke Mansfield hanya dua jam dan dapat diperkirakan secara akurat dengan GPS. Terlebih semua jalan di Australia menggunakan speed limit yang dipantau CCTV oleh Kepolisian agar tidak ada kendaraan yang terlalu pelan apalagi yang terlalu kencang. Di negara bagian Victoria, batas kecepatan maksimum adalah 110 kilometer per jam. Mansfield adalah kota kecil yang hanya berpenduduk 4.360 jiwa dan letaknya tepat di tengah-tengah antara Melbourne dengan Mount Buller. Semua toko dan perkantoran di sini - seperti layaknya banyak tempat di Australia - tutup pukul 17:00. Namun khusus di kota kecil ini, Jimmy mengatakan bahwa masyarakatnya sangat senang menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah, dan biasanya hanya keluar rumah untuk berkumpul bersama kerabat di akhir pekan. Saya tiba di Mansfield sekitar pukul 12:30 ketika suasananya tampak sepi tanpa terlihat manusia berkeliaran di jalan-jalan. Bagai kota mati, yang terlihat hanyalah deretan mobil yang terparkir. Mungkin karena musim dingin juga, sehingga warganya malas berkeliaran di luar ruangan. Jimmy pun mengajak saya ke The Produce Store, restoran yang menyatu dengan toko kebutuhan pokok. Barulah ketika memasuki toko ini terlihat keramaian dan bahkan saya harus menunggu untuk mendapatkan tempat duduk karena ketika itu jam makan siang. Saya memesan sup kaki domba, pai apel, dan segelas picollo. Mengantuk dan lapar, agar tidak jatuh tertidur, sambil menunggu pesanan datang, saya berjalan-jalan melihat-lihat rak berisi cokelat, wine, keju, hingga bumbu-bumbu yang dijual di sini, dan tak sengaja menemukan sebotol Kectjap Manis Indonesia buatan Belanda. Burung Pembawa Keberuntungan Bila menggunakan bus shuttle dari Mansfield, Mount Buller dapat ditempuh selama satu jam, sehingga total yang dibutuhkan dari Melbourne adalah tiga jam atau sekitar 243 kilometer. Kawasan resor ski di Mount Buller terhampar pada ketinggian 1.600 hingga 1.800 meter di atas permukaan laut. Nama Buller konon diambil dari panggilan Major Sir Thomas Livingstone Mitchell, seorang penjelajah yang pernah bekerja di kantor urusan kolonial di Victoria pada 1800. Namun sebagian masyarakat menyatakan bahwa Buller diambil dari kata dalam bahasa Aborigin, yaitu “bulla bulla” yang berarti baik. Selesai makan, Jimmy mengantar saya berjalan kaki ke halte bus yang tak jauh dari The Produce Store. Di situ telah menanti Kate Monahan,MediaandMarketingOfficerMount Buller yang akan memandu saya selama di kawasan pegunungan salju ini. Perjalanan ini adalah atas undangan Australia Tourism yang ingin memperkenalkan destinasi baru musim dingin di negara bagian Victoria, berhubung negara bagian ini paling terkenal di kalangan pejalan Indonesia, sehingga perlu untuk mengedukasi tentang tempat-tempat lain di luar Melbourne. Kate membawa saya ke Hotel Pension Grimus yang letaknya hanya beberapa meter dari bukit yang tertutup salju. Melihat salju putih yang masih tebal menutupi bukit, saya 1 2 3
  • 4. 91PANORAMA NOVEMBER-DESEMBER 2016 pun kegirangan. “Kalau saja kamu datang lebih awal, salju sampai menutupi seluruh desa. Jalanan, rumah, pohon, semuanya putih tertutupi salju,” cerocos Kate. Belum lima menit di kamar sehabis meletakkan koper, terdengar ketukan pintu. Dari balik pintu, Kate mengajak saya berjalan keliling desa. Lupa dengan kantuk dan lelah, saya langsung mengiyakan ajakannya untuk menikmati Winter Wonderland di tengah musim panas di belahan dunia lain. Hari masih siang namun rasanya seperti sudah hampir senja. Salju memang tidak terlalu tebal, namun cukup untuk merasakan sensasi bagai berjalan di dalam panorama yang kerap dilukiskan di kartu-kartu Natal. Kami melihat beberapa ekor flame robin (Petroica phoenicae), sejenis burung gereja berdada merah yang endemik Australia berlompatan di ranting pohon. Menurut mitos masyarakat setempat, burung tersebut hanya muncul jika hujan salju datang. Kemunculan burungtersebutsayaanggapsebagaipembawa keberuntungan. Jika salju tidak bertambah tebal, maka saya tidak dapat snowboarding, sehingga Kate juga telah menyiapkan Plan B, yaitu naik lift dan trekking ke puncak gunung. Namun, tentu saya lebih ingin snowboarding ketimbang mendaki karena pasti membuat saya kepayahan dan terengah-engah. Jatuh Bangun Snowboarding Terbangun pagi itu, saya langsung melompat dan membuka tirai jendela kamar. Ternyata di luar hujan - sayangnya hujan air, bukan salju seperti yang diharapkan. Dengan kecewa, saya pun berjalan tanpa semangat ke restoran untuk sarapan. Di meja dekat jendela, tampak Kate telah sarapan lebih dulu. Sambil menyeruput kopinya dengan perlahan, ia menjelaskan bahwa sebenarnya waktu terbaik ke Mount Buller adalah pada Juli hingga Agustus. Namun pertengahan Juni hingga akhir September, Mount Buller masih dapat dikunjungi untuk bermain salju. Hal ini karena sejak 1994, Mount Buller telah dilengkapi dengan 244 buah mesin pembuat salju, di mana mesin ini akan mengubah air hujan menjadi es. Mendengar hal tersebut, semangat saya kembali timbul karena berarti snowboarding tetap dapat dilakukan sesuai rencana. Benar saja, setelah sarapan saya dikonfirmasi bahwa akan melakukan snowboarding pagi itu. Untuk snowboarding, diperlukan perlengkapan khusus berupa jaket, celana, sarung tangan tebal, papan, sepatu khusus, dan helm yang tersedia untuk disewa (kecuali sarung tangan) di Grimus Ski Tip • Membawa tunai dolar Australia yang cukup, karena di Mount Buller tidak ada gerai penukaran uang. • Bila hendak membawa kamera, pastikan sudah freeze-proof, atau cukup bawa action camera yang lebih adaptif dengan cuaca ekstrem. • Membawa botol minum untuk diisi ulang dari keran, sehingga mengurangi sampah plastik. • Mount Buller merupakan kawasan rentan, sehingga pengunjung disarankan untuk menghemat air mandi. • Ski dan snowboarding adalah aktivitas yang memiliki risiko, sehinga disarankan membeli asuransi perjalanan sebelum berangkat. 1. Walau suasana kotanya sepi, restoran ini selalu ramai, terutama di jam-jam makan siang 2. Taman kota Mansfield yang asri dan tenang 3. Sup kaki domba, salah satu menu favorit di The Produce Store 4. Peralatan ski dan snowboarding ini tersedia lengkap di tempat penyewaan Grimus Ski Centre 5. Pusat perbelanjaan dan informasi Mount Buller 4 5
  • 5. 92 PANORAMA NOVEMBER-DESEMBER 2016 Centre tempat saya menginap. Sarung tangan tidak disewakan untuk alasan higienis, namun tersedia untuk dibeli seharga mulai 20 dolar Australia. Pemilihan papan snowboarding pun ternyata tidak sembarangan. Setiap orang harus memilih papan yang tingginya tidak boleh melebihi bahu. Harga sewa peralatan dan jasa instruktur snowboarding selama dua jam mulai 20 dolar Australia. Usai mengenakan jaket, celana, sarung tangan, dan sepatu, yang serbatebal, tubuh mulai sulit bergerak. Instruktur snowboarding saya pagi itu bernama Danny Cahill, yang menurutnya saya nekat karena sebagai pemula seharusnya saya memilih ski, bukan snowboarding yang lebih susah. Ski lebih mudah karena untuk keseimbangan akan dibantu dengan tongkat, yang juga sebagai pengatur kecepatan dan rem untuk menghentikan laju. Sementara ketika melakukan snowboarding, semuanya murni mengandalkan ketangkasan, kekuatan, dan keseimbangan tubuh. Berbekal pengalaman bermain skateboard, sandboarding di Gumuk Pasir, Yogyakarta, surfing di Pantai Kuta, serta menonton aksi snowboarding yang terlihat mudah di YouTube, saya pun tak gentar mencicipi snowboarding. Memang pada beberapa percobaan pertama saya terjatuh dan bangkit dengan susah payah untuk kembali berdiri di atas papan yang ternyata sangat licin. Butuh sekitar 30 menit penuh perjuangan sebelum akhirnya saya dapat seimbang di atas papan dan meluncur dengan benar. Untuk melaju, berhenti, dan belok diperlukan kombinasi dari kekuatan pergelangan kaki dan pinggul, serta konsentrasi untuk mengalahkan rasa takut. Apabila tak terkontrol, kecepatan luncurnya dapat mencapai 80 kimometer per jam (rekor dunia tercepat mencapai 203 kilometer per jam!). Snowboarding dapat dilakukan siapa saja, bahkan anak-anak mulai berusia enam tahun sekalipun. Aktivitas ini aman, asalkan mengikuti prosedur. Bila sudah lancar, instruktur akan mengajak naik lift ke ketinggian 300 meter untuk meluncur dari lereng curam. Meski tak meliuk lincah dan beberapa kali terjatuh, saya cukup bangga dapat sampai ke bawah bukit, dan mengulangi dua kali naik lift untuk meluncur. Keberhasilan ini pun diapresiasi oleh Danny, ia tak menyangka saya bisa ber-snowboarding secepat itu. "Tahun depan kalau datang lagi ke sini, kamu akan langsung jago!" katanya. Kunjungan ke Mount Buller itu adalah kali pertama saya menyentuh salju dan melakukan olahraga musim dingin. Niat Tourism Australia untuk memperkenalkan aktivitas musim dingin kepada pasar Indonesia sepertinya tepat sasaran, karena sebagai warga negeri tropis yang ingin mencoba hal-hal baru di tempat yang belum terlalu terkenal secara internasional, Mount Buller dapat dijadikan pilihan. Lagipula, tentu akan menjadi pengalaman unik dapat menikmati salju tebal ketika cuaca di tempat asal sedang panas-panasnya. HOW TO GET THERE Dari Jakarta, Garuda Indonesia (garuda-indonesia.com) melayani penerbangan langsung ke Melbourne setiap Senin, Rabu, Jumat, dan Sabtu pukul 23:30. Sesampainya di Melbourne, Mount Buller dapat ditempuh dengan mobil sewaan, luxury limousine, atau bahkan helikopter. Alternatif lainnya adalah naik taksi ke Mansfield dari bandara, kemudian naik bus shuttle ke Mount Buller. Jadwal bus shuttle dari Mansfield ke Mount Buller di musim dingin dapat dilihat di www.mmbl.com.au/ winter_service.php. WHERE TO STAY Hotel Pension Grimus Didirikan oleh Hans Grimus, pendatang asal Austria yang telah menetap di Mount Buller selama 54 tahun dan turut merancang lift untuk membawa orang yang ingin bermain ski, snowboarding, atau trekking ke tempat yang lebih tinggi, akomodasi ini memiliki kamar dan apartemen dengan balkon menghadap gunung. Dilengkapi Restoran Kaplan yang menyediakan aneka menu Austria bercita rasa Australia, di sini juga disewakan peralatan ski. (pensiongrimus.com.au)
  • 6. 94 PANORAMA NOVEMBER-DESEMBER 2016 naikhelikopterdi12Apostles Terbang dengan helikopter adalah cara terbaik untuk menikmati pemandangan Twelve Apostles, formasi bebatuan berupa pilar setinggi 50 meter di Great Ocean Road. Harga sekali terbang mulai 145 dolar Australia per orang selama 15 menit dan menempuh jarak 45 kilometer. Selama penerbangan, lewat alat komunikasi khusus, pilot akan menerangkan tentang berbagai hal yang dilewati, seperti Twelve Apostles; Loch Ard Gorge, pantai tersembunyi di balik dua pilar batu karang; The Sentinel; The Arch; serta London Bridge, batu karang bolong yang menyerupai jembatan. Meski bernama Twelve Apostles, namun formasi pilar batu ini jumlahnya hanya tersisa tujuh buah, dengan pilar terakhir runtuh pada 2005. (12apostleshelicopters.com.au) TUR BERJALAN KAKI Melbourne memiliki sejumlah tur berjalan kaki menarik, seperti yang ditawarkan Hidden Secret Tours (hiddensecretstours. com) untuk menjelajahi berbagai tempat bersejarah dan tersembunyi di Melbourne. Dimulai di Federation Square, peserta kemudian diajak menyusuri gang-gang yang penuh mural, dengan kafe dan restoran berkonsep unik sebagai cerminan karakteristik warga Melbourne. Ada juga ruang bawah tanah, dan toko-toko dengan barang yang bervariasi, mulai dari busana vintage hingga barang-barang magis untuk sulap dan meramal. Dan tentu saja, tur ini jugamampirke The BlockArcade, salah satu pusat perbelanjaan tertua di Melbourne, dan Bourke Street dengan pertunjukan musisi jalanannya yang meriah. Victoria’s Old-Time Favorite Things to Do QUICK GLANCE Dengan Melbourne sebagai pintu gerbang untuk menikmati segala pesona negara bagian Victoria, berikut berbagai hal seru yang menyumbangkan ketenaran bagi kawasan di tenggara Australia ini. 21 1
  • 7. 95PANORAMA NOVEMBER-DESEMBER 2016 St. Kilda Beach Disebut-sebutsebagaipantaipalingterkenal di negara bagian Victoria, lokasinya hanya 20 menit dengan naik trem dari pusat kota. Selain kerap dipadati untuk menikmati kehangatan sinar matahari, pengunjung juga ke sini untuk bermain selancar angin, berlayar, bersepatu roda, voli pantai, jet ski, dan ski air. Tersedia juga jalur pejalan kaki dan jalur sepeda, selain terdapat Sunday Art Market yang menjual berbagai suvenir dan kerajinan khas Australia. Anak-anak pun dapat puas bermain di Luna Park yang dilengkapi berbagai fasilitas permainan dan atraksi seru. Ballarat Wildlife Park Berlokasi di Ballarat atau sekitar satu setengah jam berkendara dari Melbourne, Ballarat Wildlife Park merupakan taman margasatwa bagi hewan-hewan endemik Australia yang terancam punah. Menempati lahan seluas 32 hektar dan dirancang sesuai habitat asli hewan-hewan tersebut, terdapat setidaknya 100 ekor kanguru jinak yang berkeliaran tanpa kandang. Walau begitu, untuk dapat berinteraksi dengan kangguru tetap harus didampingi pemandu. Selain kandang khusus untuk koala, burung emu, wombat, dingo, dan setan Tasmania, di sini juga terdapat buaya air asin sepanjang lima meter dengan bobot 500 kilogram. (wildlifepark.com.au) South Melbourne Market Lebih mirip supermarket ketimbang pasar tradisional, suasana pasar tertua yang beroperasi sejak 1867 ini bersih dan nyaman. Berbagai barang kebutuhan tersedia di sini, seperti pakaian, aneka bumbu masak, hasil tangkapan laut, hasil peternakan, aneka olahan daging, suvenir, mainan anak, hingga berbagai kebutuhan hewan peliharaan, susu, butter, keju, wine, vinegar, bahkan sabun. Pecinta kuliner juga akan dimanjakan dengan aneka jajanan yang melimpah di sini, seperti aneka pastry dan kerang segar, yang juga dapat dinikmati di tempat. Pasar ini buka setiap hari pukul 08:00 hingga 16:00 waktu setempat. 5 6 3 4 Sovereign Hill Museum ruang terbuka terbesar di Victoria ini merupakan bekas pertambangan emas pada 1851 dan cikal bakal berdirinya kota Ballarat. Ketika akhirnya tambang emas ditutup, pada 1970 pemerintah mengubahnya menjadi museum. Di atas lahan seluas 25 hektar ini berdiri 60 bangunan dari tahun 1850-an, yang di zamannya berfungsi sebagai restoran, studio foto, penjual kuda, sekolah, dan penjual perhiasan. Untuk menghidupkan suasana masa lalu, para staf museum juga mengenakan kostum kuno. Pengunjung akan dikawal pemandu ke ruang bawah tanah bekas tambang emas naik kereta. Di sini tersimpan nugget emas terbesar kedua di dunia seberat 69 kilogram. Pengunjung juga dapat mencari biji emas di sungai yang membelah Sovereign Hill, dan bila dapat, emas tersebut dapat dibawa pulang sebagai suvenir. (sovereignhill.com.au) 3 4