SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
Branding Kalteng, Mungkinkah?
Priya Husada1
“Happiness comes from looking forward
to your next successful move, not from looking back
on your past successes.”
- Sun Tzu
Abstraksi
Bukan sebuah kebetulan ketika seorang tokoh Sarekat Islam (SI) pada masa awal Republik
Indonesia, Semaoen dan kemudian diteruskan oleh Ir. Soekarno, Bapak Bangsa pernah
“memimpikan” menjadikan Palangka Raya, Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah sebagai Ibukota
Republik Indonesia. Kota di tengah Pulau Kalimantan ini “nyaris” menjadi titik resultanta gaya
imbang wilayah Indonesia, atau dengan kata lain menjadi titik berat wilayah Indonesia.
Secara filosofis, Palangka Raya dan Kalimantan Tengah (Kalteng) pada umumnya dapat menjadi
pusat dari kebhinekaan ika dari budaya Indonesia. Jadi sebenarnya tepat ketika dalam situs resmi
www.kalteng.go.id mengatakan:
Dari Gubernur, walikota, bupati sampai pegawai biasa, dari kota sampai pelosok, terdiri dari
berbagai suku yang ada di Indonesia. Kalau boleh dikatakan, Kalimantan Tengah menjadi
tempat akulturasi nasional anak-anak suku bangsa Nusantara.
Kalteng adalah titik berat dari akulturasi nusantara.
Namun apa yang terjadi pada Kalteng kontemporer? Apakah Kalteng telah berada di jalur yang
tepat sebagai tempat seperti yang diimpikan oleh dua orang tokoh visioner bangsa ini?
Tulisan ini ditujukan untuk “Challenge the status quo” terhadap pendekatan pembangunan yang
tidak mempertimbangkan Branding dan juga untuk menggali kembali sebuah visi yang lebih
manusiawi.
Sekilas Perenungan
Ketika Malaysia mendeklarasikan menjadi the Truly Asia, secara jeli dan cerdas negara jiran
tersebut menentukan strategi pemasaran mereka yang kemudian meningkatkan kesadaran negara
di dunia. Malaysia melakukan strategi ini karena menyadari bahwa globalisasi dan kompetisi
diantara daerah, kota bahkan Negara begitu ketat serta menyadari bahwa di Malaysia terjadi
akulturasi seluruh kebudayaan di Asia. Sebuah proses pencarian strategi merek2
tidak dapat
dilakukan hanya sekejab. Malaysia melakukan ini selama bertahun-tahun sejalan dengan
pembangunan yang berlangsung di negara itu. Malaysia telah memiliki cetak biru ketika
melakukan strategi ini. Dengan keberhasilan tersebut secara keseluruhan Branding Negara jiran
turut berubah.
1
Penulis adalah kelahiran Jakarta, 37 tahun, Pemerhati Branding, Penikmat Wisata, Bekerja lebih dari 10
tahun di bidang komunikasi, saat ini bekerja di salah satu tambang yang berkegiatan di Kalimantan Tengah.
2
Untuk lebih mudahnya penulis menyebutkan merek sebagai Branding. Pengertian Branding dengan kata
miring ini lebih pada sebuah proses. Merek dalam bahasa Indonesia lebih dikenal sebagai sebuah kata
benda.
Dalam Indeks Persepsi 2008 yang dikeluarkan oleh East West Global Index 200, Malaysia
menduduki peringkat ketiga setelah Hongkong dan Singapura yang menduduki peringkat kedua
dan pertama. Selain itu pada survey yang dilakukan oleh FutureBrand pada tahun 2008, Malaysia
menduduki peringkat Ketujuh negara Terbaik dalam kategori Value for Money, artinya ngga rugi
deh bila mengeluarkan uang. Data penelitian ini telah berbicara bahwa ketika seluruh usaha
pembangunan dilakukan dengan terpadu, konsisten, sistematis dengan ”sadar” Branding maka
citra negara atau daerah akan meningkat.
Bagi negara-negara, atau daerah-daerah, sebagaimana layaknya sebuah perusahaan, keberhasilan
dalam persaingan pasar di tingkat global dapat dicapai melalui Pembedaan (Differentiation) yang
efektif yang didasari oleh strategi penentuan posisi dan merek (Strategic Positioning and
Branding).
Bila kita merujuk pada contoh kasus dalam negeri, beberapa kota di Indonesia juga mencoba
membuat strategi serupa. Ambil saja Jakarta dan Yogyakarta. Jakarta mencoba mempopulerkan
istilah Enjoy Jakarta, dan Yogyakarta dengan istilah Never Ending Asia.
Mari kita melihat fakta. Pada tahun 1999 angka pelancong manca negara yang datang ke
Malaysia sebesar 7,9 juta pelancong dan menghasilkan devisa 12 milyar ringgit Malaysia
(ekuvalend dengan 40 trilyun rupiah nilai sekarang)3
. Ketika program Malaysia the Truly Asia
berjalan, pada tahun 2008, jumlah pelancong yang datang ke negeri itu mencapai 22 juta orang
dan menghasilkan devisa sebesar hampir 50 milyar Ringgit Malaysia (150 trilyun Rupiah).
Bagaimana dengan Jakarta sebagai ibukota negara? Pada tahun 1999 angka kunjungan pelancong
luar negeri sebesar 820.000 orang (sumber BPS), pada tahun 2007 ketika program Enjoy Jakarta
telah berjalan selama 2 tahun angka pelancong luar negeri hanya sebesar 1.153.006 orang.
Menurut Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, setiap pelancong rata-rata menghabiskan
dolarnya sebesar 970,98, per kunjungan maka devisa yang diperoleh DKI Jakarta sekitar 1.2
trilyun rupiah. Membandingkan angka-angka itu terlihat bahwa strategi Malaysia lebih berhasil.
Mungkin tidak adil membandingkan program sebuah kota dengan program sebuah negara. Kalau
memakai tolok ukur Indonesia, pada tahun 2000, kunjungan pelancong manca negara berjumlah
5.064.217 orang dengan devisa sebesar USD 5.7 milyar (=Rp 57 Trilyun). Pada tahun 2007
jumlah pelancong manca negara hanya bergeser sedikit menjadi 5.505.759 orang dengan devisa
USD 5,3 milyar (=Rp 53 Trilyun , asumsi 1 USD = Rp 10.000).
Mem-branding Kalteng sebuah keniscayaan
Adakah yang salah dengan strategi Branding di Indonesia termasuk di kota dan daerah yang saat
berlomba mengangkat potensinya di mata dunia luar. Ada baiknya Provinsi Kalimantan Tengah
(Kalteng) belajar dari kesalahan umum daerah di Indonesia yang bersusah payah mem-branding-
kan daerahnya. Strategi Branding yang banyak dipahami oleh banyak pihak adalah mencari
keunikan daerah, kemudian membuat sosialisasi atau dikemas dengan komunikasi media dan
dengan membuat slogan yang mudah diingat..
Mari kita lihat Tabel 1, data tamu asing yang menginap di hotel (atau yang digolongkan sebagai
hotel) di seluruh provinsi di Kalimantan.
3
1 RM=Rp 3000
Tabel 1. Jumlah Tamu Asing di Tempat yang Diklasifikasikan Hotel per Provinsi di
Kalimantan dalam (000) (sumber BPS)
Daerah 2003 2004 2005 2006 2007
Kalimantan Barat 6,9 4,5 8,8 12,0 11,2
Kalimantan Tengah 0,2 0,4 0,4 0,5 0,6
Kalimantan Selatan 4,4 5,8 4,5 4,6 4,6
Kalimantan Timur 26,8 27,8 26,4 24,1 23,5
Provinsi Kalimantan Tengah merupakan provinsi yang paling rendah serapan pelancong asing.
Bagaimana dengan pelancong domestik? Lihat Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Tamu Domestik di Tempat yang Diklasifikasikan Hotel per Provinsi di
Kalimantan dalam (000) (sumber BPS)
Daerah 2003 2004 2005 2006 2007
Kalimantan Barat 80,7 81,5 130,8 164,1 135,5
Kalimantan Tengah 7,5 17,1 18,4 22,2 24,8
Kalimantan Selatan 90,8 106,1 119,9 165,4 197,7
Kalimantan Timur 264,1 260,8 256,8 268,8 295,3
Tabel 3. Jumlah Akomodasi, Rata-rata Pekerja, dan Tamu Per Hari Tingkat Provinsi
Indonesia tahun 2008
Jumlah
Rata-rata Pekerja
per
Tamu Per Hari
Provinsi
Hotel Kamar
Tempat
Tidur
Hotel Kamar Indonesia
Luar
Negeri
Total
Kalbar 11 1.069 1.581 122,182 1,257 890 52 942
Kalteng 2 118 194 50,000 0,847 22 2 24
Kalsel 23 1.470 2.189 94,043 1,471 878 38 916
Kaltim 36 3.480 4.891 123,583 1,278 1,437 145 1,582
Cukup miris melihat perbandingan ini, melihat usia provinsi ini yang telah beranjak usia 52
tahun. Perlu diingat bahwa proses pencitraan tidak dapat dilakukan sekejab dan dilakukan secara
parsial. Mem-branding-kan sebuah daerah bukan semata tugas dari dinas pariwisata dan
kebudayaan. Namun seluruh komponen masyarakat mesti terlibat dalam proses ini. Proses ini
tidak semata menjual keunikan atau keunggulan budaya tertentu. Proses branding merupakan
sebuah konsep terbuka dan egaliter
Dalam buku karangan Bill Baker, Destination Branding for Small Cities menyebutkan bahwa
logo yang bagus, slogan yang mudah diingat, dan kampanye periklanan (advertising) tidak berarti
bahwa strategi tersebut sudah berada di jalur yang benar dalam mem-branding-kan sebuah
daerah. Baker menekankan bahwa dibutuhkan sebuah kejujuran untuk menentukan identitas
sebuah merek (brand identity) sebuah daerah karena identitas sebuah daerah telah terbentuk
dalam benak orang-orang terutama pelancong yang mana hal ini akan menentukan pengalaman
orang terhadap merek (brand Experience). Banyak diantara kita keliru menafsirkan bahwa mem-
branding-kan sebuah daerah sama halnya dengan mempromosikan pariwisata. Pariwisata adalah
salah satu produk dalam proses branding ini dan data pariwisata yang digunakan di atas,
sebenarnya hanya ingin memperlihatkan salah satu aspek dari sebuah proses branding sebuah
daerah.
Menentukan dan Menemukan Kembali Visi Daerah
Proyek branding merupakan sebuah proyek jangka panjang. Seringkali proses ini terganggu oleh
dinamika politik dan sosial di sebuah daerah, atau pemerintah dengan para pemangku
kepentingannya ’sudah’ takut duluan dengan biaya atau dana yang dibutuhkan untuk tujuan ini.
Selain itu ada hal menarik yang seringkali terjadi di daerah Indonesia baik sengaja maupun tidak
citra sebuah daerah dipersonifikasikan sebagai citra seorang kepala daerah. Terbukti ketika
penulis datang ke beberapa lapangan udara perintis di beberapa daerah di Kalteng, terpampang
wajah kepala daerah di bandara. Tidak ada yang salah sih dengan simbol ini.
Simon Anholt, seorang penasehat Pemerintah Inggris untuk Diplomasi Publik mengatakan
bahwa sebuah proses pencitraan suatu daerah, terbentuk selama dekade dan beberapa generasi
dan yang pasti strategi periklanan serta kampanye kehumasan tidak cukup dengan serta merta
membuat brand sebuah daerah tergali. Memasarkan sebuah paket liburan atau sebuah acara
(event) sangat berbeda dengan memperbaiki pencitraan secara keseluruhan dari sebuah daerah,
dan memang dengan promosi periklanan yang baik banyak pelancong yang dapat diraih. Anholt,
mengatakan , kedatangan turis tersebut tidak akan merubah citra sebuah daerah. Lebih ekstrim
Anholt mengatakan ”strategy branding bukan berpura-pura mengatakan (suatu daerah) itu baik-
baik saja, padahal kenyataannya tidak”.
Merujuk pada temuan beberapa pernyataan visi dari beberapa daerah di Kalteng, ditemukan
bahwa orientasi visi masih terpusat pada “ekonomi”, “tempat”. Belum menempatkan ‘suasana
hati” dari para penduduknya. Inilah kesalahan umum yang terjadi di banyak daerah di Indonesia,
termasuk juga di Kalteng, yang menggunakan tokoh-tokoh politik dan pemerintahan sebagai
personifikasi pencitraan daerah. Lalu darimana Kalteng memulai sebuah proses ini? Pertama
harus disadari bahwa Kalteng mesti memikirkan apa pandangan mereka... Permulaan harus
dimulai dengan memikirkan pandangan akhir, begins with end of mind.
Coba kita lihat perbandingan visi yang dibuat oleh daerah-daerah yang ada di Kalteng dan juga
beberapa kota di Negara lain (tabel 4 dan tabel 5)
Tabel 4. Visi Provinsi Kalimantan Tengah dan beberapa kabupaten:
Provinsi Kalimantan Tengah
Mewujudkan kehidupan masyarakat Kalimantan Tengah
yang maju, sejahtera, mandiri dan bermartabat dalam
lingkungan yang lestari, diikuti suasana kehidupan yang
makin demokratis, damai dan berkeadilan, serta
pemerintahan yang bersih, profesional dan berwibawa,
sejalan dengan falsafah hidup “Huma Betang”, dalam
wadah negara kesatuan Republik Indonesia.
Kabupaten Kapuas
Bersama Membangun Ekonomi Kerakyatan Berbasis pada
Agribisnis dan Agroindustri Menuju Kapuas yang Amanah
(Aman, Maju, Mandiri, Sejahtera dan Tangguh)
Kabupaten Seruyan
Terwujudnya masyarakat Kabupaten Seruyan yang
beriman dan bertaqwa, maju, mandiri dan sejahtera dalam
kebersamaan yang aman dan damai
Kabupaten Kotawaringin
Timur
Terwujudnya masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur
yang madani, berkompetensi dan mandiri, adil dan
sejahtera dalam suasana agamis, aman, kebersamaan dan
kesetaraan
Kabupaten Murung Raya
Terwujudnya kabupaten otonom yang mandiri, maju dan
sejahtera dengan dukungan kualitas sumber daya manusia
dan potensi sumber daya alam yang tersedia dalam
lingkungan yang harmonis berdasarkan budaya dan adapt
istiadat yang dinamis
Kabupaten Lamandau
Terwujudnya Kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Lamandau dan terselenggaranya tata kelola
kepemerintahan yang baik, bebas dari kolusi, korupsi dan
nepotisme (KKN), yang dilandasi oleh keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
Kabupaten Pulang Pisau
Terwujudnya kesejahteraan Masyarakat yang bertumpu
pada Ekonomi Kerakyatan dan berwawasan lingkungan.
Tabel 5. Visi beberapa Negara dan kota:
Singapura
"Singapore 21 is about what the people of Singapore
want to make of this country. More than a house,
Singapore must be a home. The Government can
provide the conditions for security and economic
growth. But in the end, it is people who give feeling,
the human touch, the sense of pride and
achievement, the warmth. So beyond developing
physical infrastructure and hardware, we need to
develop our social infrastructure and software. In
Sony Corporation, they call this "heartware". We
need to go beyond economic and material needs, and
reorient society to meet the intellectual, emotional,
spiritual, cultural and social needs of our people.
Singapura abad 21 adalah tentang apa yang
penduduk Singapura ingin buat untuk negaranya.
Lebih dari sebuah bangunan, Singapura mesti
menjadi sebuah rumah tempat tinggal yang nyaman,
dimana pemerintahnya dapat menyediakan keadaan
keamanan dan pertumbuhan ekonomi. Namun pada
akhirnya, penduduk merasakan, sentuhan
manusiawi, perasaan bangga dan pencapain,
kehangatan. Di luar pembangunan fisik infrastruktur
dan sarana perangkat keras, kita butuh membangun
Visi
Negara
Singapura,
yang
dilontarkan
oleh PM
Goh Chok
Tong,
pada 5
Juni 1997
di depan
parlemen
negara
infrastruktur social dan perangkat lunak. Di
Perusahaan Sony, mereka menyebut ”perangkat-
hati”. Kita butuh untuk memperhatikan kebutuhan di
luar ekonomi dan materi, dan mengarahkan kembali
masyarakat kita dalam memenuhi kebutuhan
intelektual, emosional, spiritual, budaya dan sosial
dari rakyat kami.
Kota Covington
is a place where community, businesses and civic
leaders are partners in building a city that is family-
oriented, safe and pedestrian-friendly. A community
that proudly invests in enhancing our small town
character and natural environment, and provides
diverse recreational opportunities, as well as
remaining financially responsible.
Adalah sebuah tempat dimana masyarakatnya, kaum
bisnis dan tokoh sipil adalah mitra untuk
membangun kota yang berorienatasi pada keluarga,
aman dan jalur pejalan kaki yang nyaman. Sebuah
masyarakat yang dengan rasa bangga menanamkan
(modal) dalam meningkatkan karakter dari kota kecil
kita dan lingkungan alami serta menyediakan
beragam peluang rekreasi, sebagaimana halnya kita
tetap bertanggungjawab secara keuangan.
Kota Kalamazoo
We are an All-American organization committed to
public service, with a “can do” attitude to make
Kalamazoo a livable and sustainable community for
all citizens. We strive to create a work environment
driven by enthusiasm, where innovation and risk
taking are encouraged and rewarded. We respect the
diversity of our co-workers and recognize change as
an opportunity, and value teamwork, honesty, and
integrity. We celebrate and learn from our successes
and failures, and use those lessons to guide us in our
work to make Kalamazoo the best city possible.
In 2015, Kalamazoo will be a city where residents
move easily, by motorized or non-motorized means,
between vibrant neighborhoods and a vital
downtown. It will be a regional center of cultural,
educational, and economic activity and health care
services. It will have well-used greenways and open
spaces, including neighborhood and community
parks that are interconnected by bikeways,
pedestrian paths, and roads. Diversity will be a
virtue. Kalamazoo’s vitality will be sustainable with
a balance among the needs of the environment, the
economy, and the social needs of residents.
Kami adalah sebuah organisasi Amerika yang
bertekad untuk melayani masyarakat/umum, dengan
sebuah sikap mental “Kami Sanggup” untuk
membuat Kalamazoo sebuah kota dengan
masyarakat yang bergairah dan berkesinambungan
bagi seluruh penduduk. Kami berusaha untuk
menciptakan sebuah lingkungan kerja yang didasari
oleh kegairahan (antusias), dimana inovasi dan
keberanian menempuh risiko didorong dan dihargai.
Kami menghargai keberagaman para pekerja dan
mengenali perubahan sebagai sebuah peluang, dan
menghargai kerja tim, juju, dan penuh integritas.
Kami merayakan dan belajar dari kesuksesan dan
kegagalan, dan pelajaran itu membimbing kita dalam
verja kita untuk membuat Kalamazoo sebuah kota
terbaik yang memungkinkan.
Pada tahun 2015, Kalamazoo akan menjadi sebuah
kota dimana penduduknya dapat dengan mudah
bergerak, baik dalam arti dengan tenaga motor atau
tidak, antara kerukunan warga yang hidup dan
sebuah pusat kota yang vital. Hal itu akan
menjadikan pusat budaya regional, pusat pendidikan
dan kegiatan ekonomi serta layanan kesehatan. Kota
ini akan memiliki jalur hijau dan tempat terbuka
yang digunakan dengan baik, termasuk lahan parkir
bagi warga yang dihubungkan oleh jalur sepeda,
jalur pejalan kaki, dan jalan raya. Keberagaman akan
merupakan sebuah falsafah utama. Kekuatan
Kalamazoo akan berkesinambungan dengan
seimbang antara kebutuhan lingkungan, ekonomi,
dan kebutuhan sosial penduduk.
Kota Lakeway
The City of Lakeway will continue to be a unique,
prestigious, growth-managed community that will
meet the needs of its citizens through the efforts of its
local government and civic-minded volunteers.
Kota Lakeway akan berlanjut sebagai kota yang
unik, bergengsi, dimana pertumbuhan
masyarakatnya terkendali yang akan memenuhi
seluruh kebutuhan penduduknya melalui usaha dari
pemerintah local dan relawan yang berfikiran kota.
Kota Bangor
Bangor, the economic and cultural hub of Northern
and Central Maine and gateway to the Maritimes, is
a community providing abundant opportunities,
valued services, and quality of life for its citizens
and visitors.
Bangor yang merupakan penghubung secara
ekonomi dan budaya antara Maine sebelah Utara dan
Tengah serta sebagai gerbang ke akses maritime,
adalah sebuah masyarakat yang menyediakan
peluang yang melimpah, layanan yang bernilai dan
kualitas hidup bagi penduduknya maupun
pendatang.
Negara Bagian Selangor
The Sultan of Selangor, Sultan Sharafuddin Idris
Shah, says he has a vision – to have a state where its
people have a chance to be successful and parents
dream of making it a place to raise their children.
“I want Selangor to be a dream state, for every
resident who wants development and love peace. “I
want every child born in Selangor to be given a
hope, that with dedicated efforts, they, too, have a
chance to make their dreams come true,” the Sultan
said at the investiture ceremony in conjunction with
his 61st birthday at the Istana Alam Shah.
Sultan Selangor, Sultan Sharafuddin Idris Shah,
mengatakan bahwa ia memiliki sebuah pandangan-
menjadikan negara bagian dimana para penduduknya
memiliki peluang untuk berhasil dan menjadi tempat
impian para orang tua yang ingin membesarkan
anak-anak mereka.
“saya ingin Selangor menjadi negara bagian impian,
untuk setiap penduduk yang menginginkan
pembangunan dan cinta damai. Saya ingin setiap
anak yang lahir di Selangor diberikan sebuah
harapan, yang mana dengan usaha yang berdedikasi,
mereka juga memiliki sebuah kesempatan untuk
membuat mimpi mereka menjadi kenyataan,”
Kota Meridian
a vibrant community whose vision is to be a premier
city to live, work, and raise a family.
Sebuah kota yang masyarakatnya hidup yang akan
menjadi sebuah kota utama untuk tinggal, bekerja
dan membangun sebuah keluarga.
Melihat dan membandingkan pernyataan visi antara daerah di Kalteng dan beberapa daerah di
mancanegara maka kita dapat mengambil kesimpulan:
• Visi yang dinyatakan di Kalteng bersifat abstrak seperti: apa itu agamis? Adil? Sejahtera?
yang mungkin tidak dapat dimengerti oleh masyarakat di daerah Kalteng sendiri, apalagi
bagi orang luar. Sedangkan daerah mancanegara begitu mudah dipahami dan terukur,
seperti misalnya mereka membicarakan jalur pejalan kaki, pertumbuhan ekonomi,
perasaan bangga, bahkan mereka mencantumkan keluarga.
• Karena paradigma visi daerah Kalteng tidak berorientasi kepada “apa yang diinginkan
oleh masyarakat” melainkan “apa yang diinginkan dari pemerintah” maka Kalteng
seolah-olah tidak menjadi tempat orang yang hidup. Kalteng bukan sebuah “home”
melainkan “house”.
Jika kita mau menganggap Kalteng adalah sebuah Brand maka Brand ini harus menentukan
pandangan visinya dengan lebih jelas dan gamblang. Sebuah visi harus didasari oleh cara
pandang pihak luar bukan cara pandang pihak penyelenggara pemerintah. Dalam hal Kalteng
pihak luar yang dimaksud bisa saja masyarakat, pengusaha atau investor, pelancong. Sebuah
pernyataan visi untuk daerah di Kalteng mesti diformulasikan kembali dengan menggambarkan
cara pandang yang diinginkan para pihak luar ini terhadap Kalteng. Albert Einstein pernah
berujar, “Imajinasi lebih kuat daripada pengetahuan.”
Pencarian pernyataan visi sepertinya bisa sangat tidak jelas dan tidak perlu, namun dalam jangka
panjang sebuah visi sangat memberi manfaat. Setidaknya dengan adanya visi yang terukur, maka
seluruh pembangunan yang dilaksakan menjadi jelas arahnya. Sebuah visi juga menjangkau di
luar batasan pikiran kita. selain itu pula keterlibatan banyak pihak membuat adanya satu
komitmen yang mendorong keterbukaan dan membangun loyalias melalui keterlibatan bersama,
menghasilkan sebuah keunikan dan penyelesaian secara kreatif. Sebuah visi yang jelas dan
dimengerti akan membuat sebuah daerah percaya diri karena orang atau daerah lain dapat
mengerti.
Visi Kalteng Arahkan pada Positioning
Al Ries and Jack Trout dalam bukunya Positioning: The Battle for Your Mind, mengatakan
positioning berawal dari sebuah produk, bisa berupa benda, layanan, bahkan seseorang. Namun
positioning bukanlah apa yang ingin anda lakukan pada produk tersebut melainkan apa yang
ingin kita lakukan agar orang lain atau konsumen membayangkan atau memiliki persepsi
mengenai produk itu. Contoh sederhana yang ditemui oleh penulis ketika berkunjung ke kota-
kota di Kalteng adalah ketika seluruh papan iklan diletakkan dengan tidak memperhatikan kaedah
estetika, semua papan iklan tampaknya berusaha saling bertubrukan. Dalam hal ini saja, wilayah
Kalteng tidak ada bedanya dengan wilayah lainnya. Belum lagi bagaimana para pedagang
kakilima dapat berjualan di jalur pejalan kaki.
Dalam menetapkan positioning Kalteng mesti bertindak untuk merancang apa yang dapat Kalteng
tawarkan dan citrakan untuk “mengambil hati dan pikiran” dari khalayak sebagai tempat yang
unik, berkesan sebagaimana dikatakan oleh Philip Kotler4
.
4
“Positioning is the act of designing the company’s offering and image to occupy a distinctive place in the
target market’s mind.” Philip Kotler. Marketing Management: The Millennium Edition.
Coba bandingkan dengan beberapa positioning yang dilakukan oleh beberapa kota di Amerika.
Sederhana dan sangat berkesan serta menggoda dalam benak. Setelah Kalteng dapat mewujudkan
positioning secara tepat maka selanjutnya bagaimana khalayak “merasakan” aura dari perwujudan
positioning tersebut.
Ketika pertama kali penulis datang ke Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya, secara spontan
penulis ingin berfoto-foto di area tersebut untuk menandai bahwa penulis pernah menjejaki kaki
di Bumi Tambun Bungai. Ada sebuah baliho besar Gubernur dan dan Wakilnya. Andai saja ada
semacam papan ukuran satu banding satu yang menggambarkan Pak Gubernur, mungkin
ceritanya akan lain, penulis bisa berkata kepada teman-teman bahwa penulis sudah berjumpa
dengan Pak Gubernur.
Positioning yang diciptakan mesti dibangun atas dasar layak-dipercaya (credible) bukan sebuah
ide yang mengada-ada, mampu dilaksanakan (deliverable), membuat antusiasme bagi yang orang
yang mengalaminya (enthusing Brand Experience), dan menjadi pembicaraan (worth of mouth
atau buzz marketing). Penulis percaya bahwa Kalteng memiliki potensi luarbiasa, yang tidak
diragukan adalah sumberdaya alam dan posisinya yang menjadi titik berat dari nusantara. Namun
kekayaan tersebut dan proses pembangunan yang terjadi di dalamnya tidak akan memiliki arti
apa-apa ketika Kalteng bukan dijadikan tempat yang “menghidupkan”, terbuka dan memang
menjadi titik akulturasi budaya nusantara.
Sebuah kesadaran dalam memandang Kalteng sebagai sebuah Brand akan menggerakkan seluruh
proses pembangunan di Kalteng memiliki pencitraan, nilai, atribut, personality yang berorientasi
pada “hati” masing-masing pemangku kepentingan. Bila hal ini dicapai, maka Kalteng adalah
milik semua budaya yang ada di nusantara, ini yang akan membedakan Kalteng dengan daerah
lainnya di Indonesia bahkan di dunia. (30/4/2009-ph)

More Related Content

Similar to BRANDING KALTENG

Paparan Meningkatkan Peran Bidang Pariwisata
Paparan Meningkatkan Peran Bidang PariwisataPaparan Meningkatkan Peran Bidang Pariwisata
Paparan Meningkatkan Peran Bidang Pariwisataasholahuddin
 
R2_ANALISIS JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2022.pptx
R2_ANALISIS JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2022.pptxR2_ANALISIS JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2022.pptx
R2_ANALISIS JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2022.pptxssuser379d0c
 
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013Andrie Trisaksono
 
Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice
 Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice
Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_miceNitaMewaKameliaSiman
 
Pembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi Daerah
Pembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi DaerahPembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi Daerah
Pembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi DaerahHanin Pradita
 
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi KreatifTahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatifguztymawan
 
Pengembangan destinasi wisata pada tingkat tapak lahan dengan pendekatan anal...
Pengembangan destinasi wisata pada tingkat tapak lahan dengan pendekatan anal...Pengembangan destinasi wisata pada tingkat tapak lahan dengan pendekatan anal...
Pengembangan destinasi wisata pada tingkat tapak lahan dengan pendekatan anal...hary hermawan
 
Proposal expo pw2013_v1
Proposal expo pw2013_v1Proposal expo pw2013_v1
Proposal expo pw2013_v1Didi Adiana
 
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, BaliPotensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, BaliChandra Daru Nusastiawan
 
Koridor ekonomi bali nusa tenggara
Koridor ekonomi bali nusa tenggaraKoridor ekonomi bali nusa tenggara
Koridor ekonomi bali nusa tenggaraArif Budiman
 
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...STISIPWIDURI
 
Rencana aksi perubahan
Rencana aksi perubahanRencana aksi perubahan
Rencana aksi perubahanNoniet Hendra
 
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...Lalu Permadi
 

Similar to BRANDING KALTENG (20)

Paparan Meningkatkan Peran Bidang Pariwisata
Paparan Meningkatkan Peran Bidang PariwisataPaparan Meningkatkan Peran Bidang Pariwisata
Paparan Meningkatkan Peran Bidang Pariwisata
 
Artikel bagus maulana
Artikel bagus maulanaArtikel bagus maulana
Artikel bagus maulana
 
R2_ANALISIS JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2022.pptx
R2_ANALISIS JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2022.pptxR2_ANALISIS JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2022.pptx
R2_ANALISIS JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2022.pptx
 
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013
 
Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice
 Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice
Laporan kegiatan_sosialisasi_pariwisata_dan_mice
 
ROAD MAP BPPD NTB 2014 - 2017
ROAD MAP BPPD NTB 2014 - 2017ROAD MAP BPPD NTB 2014 - 2017
ROAD MAP BPPD NTB 2014 - 2017
 
HAHAHAHA
HAHAHAHAHAHAHAHA
HAHAHAHA
 
Pembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi Daerah
Pembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi DaerahPembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi Daerah
Pembangunan Pariwisata dalam Era Otonomi Daerah
 
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi KreatifTahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
 
The Planner ePortoFolio
The Planner ePortoFolioThe Planner ePortoFolio
The Planner ePortoFolio
 
Pengembangan destinasi wisata pada tingkat tapak lahan dengan pendekatan anal...
Pengembangan destinasi wisata pada tingkat tapak lahan dengan pendekatan anal...Pengembangan destinasi wisata pada tingkat tapak lahan dengan pendekatan anal...
Pengembangan destinasi wisata pada tingkat tapak lahan dengan pendekatan anal...
 
Cirebon.com
Cirebon.comCirebon.com
Cirebon.com
 
Cirebon.com
Cirebon.comCirebon.com
Cirebon.com
 
Proposal expo pw2013_v1
Proposal expo pw2013_v1Proposal expo pw2013_v1
Proposal expo pw2013_v1
 
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, BaliPotensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
 
Koridor ekonomi bali nusa tenggara
Koridor ekonomi bali nusa tenggaraKoridor ekonomi bali nusa tenggara
Koridor ekonomi bali nusa tenggara
 
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
 
Rencana aksi perubahan
Rencana aksi perubahanRencana aksi perubahan
Rencana aksi perubahan
 
TSPPD.pptx
TSPPD.pptxTSPPD.pptx
TSPPD.pptx
 
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFEREN...
 

BRANDING KALTENG

  • 1. Branding Kalteng, Mungkinkah? Priya Husada1 “Happiness comes from looking forward to your next successful move, not from looking back on your past successes.” - Sun Tzu Abstraksi Bukan sebuah kebetulan ketika seorang tokoh Sarekat Islam (SI) pada masa awal Republik Indonesia, Semaoen dan kemudian diteruskan oleh Ir. Soekarno, Bapak Bangsa pernah “memimpikan” menjadikan Palangka Raya, Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah sebagai Ibukota Republik Indonesia. Kota di tengah Pulau Kalimantan ini “nyaris” menjadi titik resultanta gaya imbang wilayah Indonesia, atau dengan kata lain menjadi titik berat wilayah Indonesia. Secara filosofis, Palangka Raya dan Kalimantan Tengah (Kalteng) pada umumnya dapat menjadi pusat dari kebhinekaan ika dari budaya Indonesia. Jadi sebenarnya tepat ketika dalam situs resmi www.kalteng.go.id mengatakan: Dari Gubernur, walikota, bupati sampai pegawai biasa, dari kota sampai pelosok, terdiri dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Kalau boleh dikatakan, Kalimantan Tengah menjadi tempat akulturasi nasional anak-anak suku bangsa Nusantara. Kalteng adalah titik berat dari akulturasi nusantara. Namun apa yang terjadi pada Kalteng kontemporer? Apakah Kalteng telah berada di jalur yang tepat sebagai tempat seperti yang diimpikan oleh dua orang tokoh visioner bangsa ini? Tulisan ini ditujukan untuk “Challenge the status quo” terhadap pendekatan pembangunan yang tidak mempertimbangkan Branding dan juga untuk menggali kembali sebuah visi yang lebih manusiawi. Sekilas Perenungan Ketika Malaysia mendeklarasikan menjadi the Truly Asia, secara jeli dan cerdas negara jiran tersebut menentukan strategi pemasaran mereka yang kemudian meningkatkan kesadaran negara di dunia. Malaysia melakukan strategi ini karena menyadari bahwa globalisasi dan kompetisi diantara daerah, kota bahkan Negara begitu ketat serta menyadari bahwa di Malaysia terjadi akulturasi seluruh kebudayaan di Asia. Sebuah proses pencarian strategi merek2 tidak dapat dilakukan hanya sekejab. Malaysia melakukan ini selama bertahun-tahun sejalan dengan pembangunan yang berlangsung di negara itu. Malaysia telah memiliki cetak biru ketika melakukan strategi ini. Dengan keberhasilan tersebut secara keseluruhan Branding Negara jiran turut berubah. 1 Penulis adalah kelahiran Jakarta, 37 tahun, Pemerhati Branding, Penikmat Wisata, Bekerja lebih dari 10 tahun di bidang komunikasi, saat ini bekerja di salah satu tambang yang berkegiatan di Kalimantan Tengah. 2 Untuk lebih mudahnya penulis menyebutkan merek sebagai Branding. Pengertian Branding dengan kata miring ini lebih pada sebuah proses. Merek dalam bahasa Indonesia lebih dikenal sebagai sebuah kata benda.
  • 2. Dalam Indeks Persepsi 2008 yang dikeluarkan oleh East West Global Index 200, Malaysia menduduki peringkat ketiga setelah Hongkong dan Singapura yang menduduki peringkat kedua dan pertama. Selain itu pada survey yang dilakukan oleh FutureBrand pada tahun 2008, Malaysia menduduki peringkat Ketujuh negara Terbaik dalam kategori Value for Money, artinya ngga rugi deh bila mengeluarkan uang. Data penelitian ini telah berbicara bahwa ketika seluruh usaha pembangunan dilakukan dengan terpadu, konsisten, sistematis dengan ”sadar” Branding maka citra negara atau daerah akan meningkat. Bagi negara-negara, atau daerah-daerah, sebagaimana layaknya sebuah perusahaan, keberhasilan dalam persaingan pasar di tingkat global dapat dicapai melalui Pembedaan (Differentiation) yang efektif yang didasari oleh strategi penentuan posisi dan merek (Strategic Positioning and Branding). Bila kita merujuk pada contoh kasus dalam negeri, beberapa kota di Indonesia juga mencoba membuat strategi serupa. Ambil saja Jakarta dan Yogyakarta. Jakarta mencoba mempopulerkan istilah Enjoy Jakarta, dan Yogyakarta dengan istilah Never Ending Asia. Mari kita melihat fakta. Pada tahun 1999 angka pelancong manca negara yang datang ke Malaysia sebesar 7,9 juta pelancong dan menghasilkan devisa 12 milyar ringgit Malaysia (ekuvalend dengan 40 trilyun rupiah nilai sekarang)3 . Ketika program Malaysia the Truly Asia berjalan, pada tahun 2008, jumlah pelancong yang datang ke negeri itu mencapai 22 juta orang dan menghasilkan devisa sebesar hampir 50 milyar Ringgit Malaysia (150 trilyun Rupiah). Bagaimana dengan Jakarta sebagai ibukota negara? Pada tahun 1999 angka kunjungan pelancong luar negeri sebesar 820.000 orang (sumber BPS), pada tahun 2007 ketika program Enjoy Jakarta telah berjalan selama 2 tahun angka pelancong luar negeri hanya sebesar 1.153.006 orang. Menurut Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, setiap pelancong rata-rata menghabiskan dolarnya sebesar 970,98, per kunjungan maka devisa yang diperoleh DKI Jakarta sekitar 1.2 trilyun rupiah. Membandingkan angka-angka itu terlihat bahwa strategi Malaysia lebih berhasil. Mungkin tidak adil membandingkan program sebuah kota dengan program sebuah negara. Kalau memakai tolok ukur Indonesia, pada tahun 2000, kunjungan pelancong manca negara berjumlah 5.064.217 orang dengan devisa sebesar USD 5.7 milyar (=Rp 57 Trilyun). Pada tahun 2007 jumlah pelancong manca negara hanya bergeser sedikit menjadi 5.505.759 orang dengan devisa USD 5,3 milyar (=Rp 53 Trilyun , asumsi 1 USD = Rp 10.000). Mem-branding Kalteng sebuah keniscayaan Adakah yang salah dengan strategi Branding di Indonesia termasuk di kota dan daerah yang saat berlomba mengangkat potensinya di mata dunia luar. Ada baiknya Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) belajar dari kesalahan umum daerah di Indonesia yang bersusah payah mem-branding- kan daerahnya. Strategi Branding yang banyak dipahami oleh banyak pihak adalah mencari keunikan daerah, kemudian membuat sosialisasi atau dikemas dengan komunikasi media dan dengan membuat slogan yang mudah diingat.. Mari kita lihat Tabel 1, data tamu asing yang menginap di hotel (atau yang digolongkan sebagai hotel) di seluruh provinsi di Kalimantan. 3 1 RM=Rp 3000
  • 3. Tabel 1. Jumlah Tamu Asing di Tempat yang Diklasifikasikan Hotel per Provinsi di Kalimantan dalam (000) (sumber BPS) Daerah 2003 2004 2005 2006 2007 Kalimantan Barat 6,9 4,5 8,8 12,0 11,2 Kalimantan Tengah 0,2 0,4 0,4 0,5 0,6 Kalimantan Selatan 4,4 5,8 4,5 4,6 4,6 Kalimantan Timur 26,8 27,8 26,4 24,1 23,5 Provinsi Kalimantan Tengah merupakan provinsi yang paling rendah serapan pelancong asing. Bagaimana dengan pelancong domestik? Lihat Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Tamu Domestik di Tempat yang Diklasifikasikan Hotel per Provinsi di Kalimantan dalam (000) (sumber BPS) Daerah 2003 2004 2005 2006 2007 Kalimantan Barat 80,7 81,5 130,8 164,1 135,5 Kalimantan Tengah 7,5 17,1 18,4 22,2 24,8 Kalimantan Selatan 90,8 106,1 119,9 165,4 197,7 Kalimantan Timur 264,1 260,8 256,8 268,8 295,3 Tabel 3. Jumlah Akomodasi, Rata-rata Pekerja, dan Tamu Per Hari Tingkat Provinsi Indonesia tahun 2008 Jumlah Rata-rata Pekerja per Tamu Per Hari Provinsi Hotel Kamar Tempat Tidur Hotel Kamar Indonesia Luar Negeri Total Kalbar 11 1.069 1.581 122,182 1,257 890 52 942 Kalteng 2 118 194 50,000 0,847 22 2 24 Kalsel 23 1.470 2.189 94,043 1,471 878 38 916 Kaltim 36 3.480 4.891 123,583 1,278 1,437 145 1,582 Cukup miris melihat perbandingan ini, melihat usia provinsi ini yang telah beranjak usia 52 tahun. Perlu diingat bahwa proses pencitraan tidak dapat dilakukan sekejab dan dilakukan secara parsial. Mem-branding-kan sebuah daerah bukan semata tugas dari dinas pariwisata dan kebudayaan. Namun seluruh komponen masyarakat mesti terlibat dalam proses ini. Proses ini tidak semata menjual keunikan atau keunggulan budaya tertentu. Proses branding merupakan sebuah konsep terbuka dan egaliter Dalam buku karangan Bill Baker, Destination Branding for Small Cities menyebutkan bahwa logo yang bagus, slogan yang mudah diingat, dan kampanye periklanan (advertising) tidak berarti bahwa strategi tersebut sudah berada di jalur yang benar dalam mem-branding-kan sebuah daerah. Baker menekankan bahwa dibutuhkan sebuah kejujuran untuk menentukan identitas sebuah merek (brand identity) sebuah daerah karena identitas sebuah daerah telah terbentuk dalam benak orang-orang terutama pelancong yang mana hal ini akan menentukan pengalaman orang terhadap merek (brand Experience). Banyak diantara kita keliru menafsirkan bahwa mem- branding-kan sebuah daerah sama halnya dengan mempromosikan pariwisata. Pariwisata adalah salah satu produk dalam proses branding ini dan data pariwisata yang digunakan di atas,
  • 4. sebenarnya hanya ingin memperlihatkan salah satu aspek dari sebuah proses branding sebuah daerah. Menentukan dan Menemukan Kembali Visi Daerah Proyek branding merupakan sebuah proyek jangka panjang. Seringkali proses ini terganggu oleh dinamika politik dan sosial di sebuah daerah, atau pemerintah dengan para pemangku kepentingannya ’sudah’ takut duluan dengan biaya atau dana yang dibutuhkan untuk tujuan ini. Selain itu ada hal menarik yang seringkali terjadi di daerah Indonesia baik sengaja maupun tidak citra sebuah daerah dipersonifikasikan sebagai citra seorang kepala daerah. Terbukti ketika penulis datang ke beberapa lapangan udara perintis di beberapa daerah di Kalteng, terpampang wajah kepala daerah di bandara. Tidak ada yang salah sih dengan simbol ini. Simon Anholt, seorang penasehat Pemerintah Inggris untuk Diplomasi Publik mengatakan bahwa sebuah proses pencitraan suatu daerah, terbentuk selama dekade dan beberapa generasi dan yang pasti strategi periklanan serta kampanye kehumasan tidak cukup dengan serta merta membuat brand sebuah daerah tergali. Memasarkan sebuah paket liburan atau sebuah acara (event) sangat berbeda dengan memperbaiki pencitraan secara keseluruhan dari sebuah daerah, dan memang dengan promosi periklanan yang baik banyak pelancong yang dapat diraih. Anholt, mengatakan , kedatangan turis tersebut tidak akan merubah citra sebuah daerah. Lebih ekstrim Anholt mengatakan ”strategy branding bukan berpura-pura mengatakan (suatu daerah) itu baik- baik saja, padahal kenyataannya tidak”. Merujuk pada temuan beberapa pernyataan visi dari beberapa daerah di Kalteng, ditemukan bahwa orientasi visi masih terpusat pada “ekonomi”, “tempat”. Belum menempatkan ‘suasana hati” dari para penduduknya. Inilah kesalahan umum yang terjadi di banyak daerah di Indonesia, termasuk juga di Kalteng, yang menggunakan tokoh-tokoh politik dan pemerintahan sebagai personifikasi pencitraan daerah. Lalu darimana Kalteng memulai sebuah proses ini? Pertama harus disadari bahwa Kalteng mesti memikirkan apa pandangan mereka... Permulaan harus dimulai dengan memikirkan pandangan akhir, begins with end of mind. Coba kita lihat perbandingan visi yang dibuat oleh daerah-daerah yang ada di Kalteng dan juga beberapa kota di Negara lain (tabel 4 dan tabel 5) Tabel 4. Visi Provinsi Kalimantan Tengah dan beberapa kabupaten: Provinsi Kalimantan Tengah Mewujudkan kehidupan masyarakat Kalimantan Tengah yang maju, sejahtera, mandiri dan bermartabat dalam lingkungan yang lestari, diikuti suasana kehidupan yang makin demokratis, damai dan berkeadilan, serta pemerintahan yang bersih, profesional dan berwibawa, sejalan dengan falsafah hidup “Huma Betang”, dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Kabupaten Kapuas Bersama Membangun Ekonomi Kerakyatan Berbasis pada Agribisnis dan Agroindustri Menuju Kapuas yang Amanah (Aman, Maju, Mandiri, Sejahtera dan Tangguh) Kabupaten Seruyan Terwujudnya masyarakat Kabupaten Seruyan yang beriman dan bertaqwa, maju, mandiri dan sejahtera dalam kebersamaan yang aman dan damai
  • 5. Kabupaten Kotawaringin Timur Terwujudnya masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur yang madani, berkompetensi dan mandiri, adil dan sejahtera dalam suasana agamis, aman, kebersamaan dan kesetaraan Kabupaten Murung Raya Terwujudnya kabupaten otonom yang mandiri, maju dan sejahtera dengan dukungan kualitas sumber daya manusia dan potensi sumber daya alam yang tersedia dalam lingkungan yang harmonis berdasarkan budaya dan adapt istiadat yang dinamis Kabupaten Lamandau Terwujudnya Kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lamandau dan terselenggaranya tata kelola kepemerintahan yang baik, bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN), yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa Kabupaten Pulang Pisau Terwujudnya kesejahteraan Masyarakat yang bertumpu pada Ekonomi Kerakyatan dan berwawasan lingkungan. Tabel 5. Visi beberapa Negara dan kota: Singapura "Singapore 21 is about what the people of Singapore want to make of this country. More than a house, Singapore must be a home. The Government can provide the conditions for security and economic growth. But in the end, it is people who give feeling, the human touch, the sense of pride and achievement, the warmth. So beyond developing physical infrastructure and hardware, we need to develop our social infrastructure and software. In Sony Corporation, they call this "heartware". We need to go beyond economic and material needs, and reorient society to meet the intellectual, emotional, spiritual, cultural and social needs of our people. Singapura abad 21 adalah tentang apa yang penduduk Singapura ingin buat untuk negaranya. Lebih dari sebuah bangunan, Singapura mesti menjadi sebuah rumah tempat tinggal yang nyaman, dimana pemerintahnya dapat menyediakan keadaan keamanan dan pertumbuhan ekonomi. Namun pada akhirnya, penduduk merasakan, sentuhan manusiawi, perasaan bangga dan pencapain, kehangatan. Di luar pembangunan fisik infrastruktur dan sarana perangkat keras, kita butuh membangun Visi Negara Singapura, yang dilontarkan oleh PM Goh Chok Tong, pada 5 Juni 1997 di depan parlemen negara
  • 6. infrastruktur social dan perangkat lunak. Di Perusahaan Sony, mereka menyebut ”perangkat- hati”. Kita butuh untuk memperhatikan kebutuhan di luar ekonomi dan materi, dan mengarahkan kembali masyarakat kita dalam memenuhi kebutuhan intelektual, emosional, spiritual, budaya dan sosial dari rakyat kami. Kota Covington is a place where community, businesses and civic leaders are partners in building a city that is family- oriented, safe and pedestrian-friendly. A community that proudly invests in enhancing our small town character and natural environment, and provides diverse recreational opportunities, as well as remaining financially responsible. Adalah sebuah tempat dimana masyarakatnya, kaum bisnis dan tokoh sipil adalah mitra untuk membangun kota yang berorienatasi pada keluarga, aman dan jalur pejalan kaki yang nyaman. Sebuah masyarakat yang dengan rasa bangga menanamkan (modal) dalam meningkatkan karakter dari kota kecil kita dan lingkungan alami serta menyediakan beragam peluang rekreasi, sebagaimana halnya kita tetap bertanggungjawab secara keuangan. Kota Kalamazoo We are an All-American organization committed to public service, with a “can do” attitude to make Kalamazoo a livable and sustainable community for all citizens. We strive to create a work environment driven by enthusiasm, where innovation and risk taking are encouraged and rewarded. We respect the diversity of our co-workers and recognize change as an opportunity, and value teamwork, honesty, and integrity. We celebrate and learn from our successes and failures, and use those lessons to guide us in our work to make Kalamazoo the best city possible. In 2015, Kalamazoo will be a city where residents move easily, by motorized or non-motorized means, between vibrant neighborhoods and a vital downtown. It will be a regional center of cultural, educational, and economic activity and health care services. It will have well-used greenways and open spaces, including neighborhood and community parks that are interconnected by bikeways, pedestrian paths, and roads. Diversity will be a virtue. Kalamazoo’s vitality will be sustainable with a balance among the needs of the environment, the economy, and the social needs of residents. Kami adalah sebuah organisasi Amerika yang
  • 7. bertekad untuk melayani masyarakat/umum, dengan sebuah sikap mental “Kami Sanggup” untuk membuat Kalamazoo sebuah kota dengan masyarakat yang bergairah dan berkesinambungan bagi seluruh penduduk. Kami berusaha untuk menciptakan sebuah lingkungan kerja yang didasari oleh kegairahan (antusias), dimana inovasi dan keberanian menempuh risiko didorong dan dihargai. Kami menghargai keberagaman para pekerja dan mengenali perubahan sebagai sebuah peluang, dan menghargai kerja tim, juju, dan penuh integritas. Kami merayakan dan belajar dari kesuksesan dan kegagalan, dan pelajaran itu membimbing kita dalam verja kita untuk membuat Kalamazoo sebuah kota terbaik yang memungkinkan. Pada tahun 2015, Kalamazoo akan menjadi sebuah kota dimana penduduknya dapat dengan mudah bergerak, baik dalam arti dengan tenaga motor atau tidak, antara kerukunan warga yang hidup dan sebuah pusat kota yang vital. Hal itu akan menjadikan pusat budaya regional, pusat pendidikan dan kegiatan ekonomi serta layanan kesehatan. Kota ini akan memiliki jalur hijau dan tempat terbuka yang digunakan dengan baik, termasuk lahan parkir bagi warga yang dihubungkan oleh jalur sepeda, jalur pejalan kaki, dan jalan raya. Keberagaman akan merupakan sebuah falsafah utama. Kekuatan Kalamazoo akan berkesinambungan dengan seimbang antara kebutuhan lingkungan, ekonomi, dan kebutuhan sosial penduduk. Kota Lakeway The City of Lakeway will continue to be a unique, prestigious, growth-managed community that will meet the needs of its citizens through the efforts of its local government and civic-minded volunteers. Kota Lakeway akan berlanjut sebagai kota yang unik, bergengsi, dimana pertumbuhan masyarakatnya terkendali yang akan memenuhi seluruh kebutuhan penduduknya melalui usaha dari pemerintah local dan relawan yang berfikiran kota. Kota Bangor Bangor, the economic and cultural hub of Northern and Central Maine and gateway to the Maritimes, is a community providing abundant opportunities, valued services, and quality of life for its citizens and visitors. Bangor yang merupakan penghubung secara ekonomi dan budaya antara Maine sebelah Utara dan
  • 8. Tengah serta sebagai gerbang ke akses maritime, adalah sebuah masyarakat yang menyediakan peluang yang melimpah, layanan yang bernilai dan kualitas hidup bagi penduduknya maupun pendatang. Negara Bagian Selangor The Sultan of Selangor, Sultan Sharafuddin Idris Shah, says he has a vision – to have a state where its people have a chance to be successful and parents dream of making it a place to raise their children. “I want Selangor to be a dream state, for every resident who wants development and love peace. “I want every child born in Selangor to be given a hope, that with dedicated efforts, they, too, have a chance to make their dreams come true,” the Sultan said at the investiture ceremony in conjunction with his 61st birthday at the Istana Alam Shah. Sultan Selangor, Sultan Sharafuddin Idris Shah, mengatakan bahwa ia memiliki sebuah pandangan- menjadikan negara bagian dimana para penduduknya memiliki peluang untuk berhasil dan menjadi tempat impian para orang tua yang ingin membesarkan anak-anak mereka. “saya ingin Selangor menjadi negara bagian impian, untuk setiap penduduk yang menginginkan pembangunan dan cinta damai. Saya ingin setiap anak yang lahir di Selangor diberikan sebuah harapan, yang mana dengan usaha yang berdedikasi, mereka juga memiliki sebuah kesempatan untuk membuat mimpi mereka menjadi kenyataan,” Kota Meridian a vibrant community whose vision is to be a premier city to live, work, and raise a family. Sebuah kota yang masyarakatnya hidup yang akan menjadi sebuah kota utama untuk tinggal, bekerja dan membangun sebuah keluarga. Melihat dan membandingkan pernyataan visi antara daerah di Kalteng dan beberapa daerah di mancanegara maka kita dapat mengambil kesimpulan: • Visi yang dinyatakan di Kalteng bersifat abstrak seperti: apa itu agamis? Adil? Sejahtera? yang mungkin tidak dapat dimengerti oleh masyarakat di daerah Kalteng sendiri, apalagi bagi orang luar. Sedangkan daerah mancanegara begitu mudah dipahami dan terukur, seperti misalnya mereka membicarakan jalur pejalan kaki, pertumbuhan ekonomi, perasaan bangga, bahkan mereka mencantumkan keluarga.
  • 9. • Karena paradigma visi daerah Kalteng tidak berorientasi kepada “apa yang diinginkan oleh masyarakat” melainkan “apa yang diinginkan dari pemerintah” maka Kalteng seolah-olah tidak menjadi tempat orang yang hidup. Kalteng bukan sebuah “home” melainkan “house”. Jika kita mau menganggap Kalteng adalah sebuah Brand maka Brand ini harus menentukan pandangan visinya dengan lebih jelas dan gamblang. Sebuah visi harus didasari oleh cara pandang pihak luar bukan cara pandang pihak penyelenggara pemerintah. Dalam hal Kalteng pihak luar yang dimaksud bisa saja masyarakat, pengusaha atau investor, pelancong. Sebuah pernyataan visi untuk daerah di Kalteng mesti diformulasikan kembali dengan menggambarkan cara pandang yang diinginkan para pihak luar ini terhadap Kalteng. Albert Einstein pernah berujar, “Imajinasi lebih kuat daripada pengetahuan.” Pencarian pernyataan visi sepertinya bisa sangat tidak jelas dan tidak perlu, namun dalam jangka panjang sebuah visi sangat memberi manfaat. Setidaknya dengan adanya visi yang terukur, maka seluruh pembangunan yang dilaksakan menjadi jelas arahnya. Sebuah visi juga menjangkau di luar batasan pikiran kita. selain itu pula keterlibatan banyak pihak membuat adanya satu komitmen yang mendorong keterbukaan dan membangun loyalias melalui keterlibatan bersama, menghasilkan sebuah keunikan dan penyelesaian secara kreatif. Sebuah visi yang jelas dan dimengerti akan membuat sebuah daerah percaya diri karena orang atau daerah lain dapat mengerti. Visi Kalteng Arahkan pada Positioning Al Ries and Jack Trout dalam bukunya Positioning: The Battle for Your Mind, mengatakan positioning berawal dari sebuah produk, bisa berupa benda, layanan, bahkan seseorang. Namun positioning bukanlah apa yang ingin anda lakukan pada produk tersebut melainkan apa yang ingin kita lakukan agar orang lain atau konsumen membayangkan atau memiliki persepsi mengenai produk itu. Contoh sederhana yang ditemui oleh penulis ketika berkunjung ke kota- kota di Kalteng adalah ketika seluruh papan iklan diletakkan dengan tidak memperhatikan kaedah estetika, semua papan iklan tampaknya berusaha saling bertubrukan. Dalam hal ini saja, wilayah Kalteng tidak ada bedanya dengan wilayah lainnya. Belum lagi bagaimana para pedagang kakilima dapat berjualan di jalur pejalan kaki. Dalam menetapkan positioning Kalteng mesti bertindak untuk merancang apa yang dapat Kalteng tawarkan dan citrakan untuk “mengambil hati dan pikiran” dari khalayak sebagai tempat yang unik, berkesan sebagaimana dikatakan oleh Philip Kotler4 . 4 “Positioning is the act of designing the company’s offering and image to occupy a distinctive place in the target market’s mind.” Philip Kotler. Marketing Management: The Millennium Edition.
  • 10. Coba bandingkan dengan beberapa positioning yang dilakukan oleh beberapa kota di Amerika. Sederhana dan sangat berkesan serta menggoda dalam benak. Setelah Kalteng dapat mewujudkan positioning secara tepat maka selanjutnya bagaimana khalayak “merasakan” aura dari perwujudan positioning tersebut. Ketika pertama kali penulis datang ke Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya, secara spontan penulis ingin berfoto-foto di area tersebut untuk menandai bahwa penulis pernah menjejaki kaki di Bumi Tambun Bungai. Ada sebuah baliho besar Gubernur dan dan Wakilnya. Andai saja ada semacam papan ukuran satu banding satu yang menggambarkan Pak Gubernur, mungkin ceritanya akan lain, penulis bisa berkata kepada teman-teman bahwa penulis sudah berjumpa dengan Pak Gubernur. Positioning yang diciptakan mesti dibangun atas dasar layak-dipercaya (credible) bukan sebuah ide yang mengada-ada, mampu dilaksanakan (deliverable), membuat antusiasme bagi yang orang yang mengalaminya (enthusing Brand Experience), dan menjadi pembicaraan (worth of mouth atau buzz marketing). Penulis percaya bahwa Kalteng memiliki potensi luarbiasa, yang tidak diragukan adalah sumberdaya alam dan posisinya yang menjadi titik berat dari nusantara. Namun kekayaan tersebut dan proses pembangunan yang terjadi di dalamnya tidak akan memiliki arti apa-apa ketika Kalteng bukan dijadikan tempat yang “menghidupkan”, terbuka dan memang menjadi titik akulturasi budaya nusantara. Sebuah kesadaran dalam memandang Kalteng sebagai sebuah Brand akan menggerakkan seluruh proses pembangunan di Kalteng memiliki pencitraan, nilai, atribut, personality yang berorientasi pada “hati” masing-masing pemangku kepentingan. Bila hal ini dicapai, maka Kalteng adalah milik semua budaya yang ada di nusantara, ini yang akan membedakan Kalteng dengan daerah lainnya di Indonesia bahkan di dunia. (30/4/2009-ph)