SlideShare a Scribd company logo
1 of 214
Download to read offline
FISIKA ZAT PADAT




                     Oleh
           DRS.    P A R N O, M.Si




     DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
        UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

         JURUSAN FISIKA
                  Pebruari 2006
Ralat fisika zat padat 2006

 hal    ralat
 10     Gambar 1.9 CsCl
 13     c/a = (2/3) akar 6
 18     Baris ke-8 dalam table: ………. berikutnya
 25     Pers (1.30) fkr,hkl
 27     KBR seharusnya adalah KBr
 35     interaksi seharusnya Interaksi
 41     Baris ke-2 dr bw: dobel +
 42     03.b. primitip adalah; 06. ………
 48     2.1 dan 2.3
 57     Letak Pers 2.34




                                       i
KATA PENGANTAR

       Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa atas segala rahmat-Nya
sehingga penulisan buku FISIKA ZAT PADAT ini dapat diselesaikan.

       Buku ini disusun atas dasar deskripsi matakuliah FIU 437 FISIKA ZAT
PADAT di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang dan dengan maksud
agar perkuliahan matakuliah tersebut dapat berlangsung lebih efektif dan efisien.
Disamping itu, buku ini diharapkan dapat melengkapi pilihan pustaka mahasiswa
dalam memahami konsep dan gejala mendasar dalam zat padat.

       Isi buku ini dirancang untuk kuliah satu semester dengan tiga sampai empat
kredit pada semester kedua tahun ketiga. Dengan demikian mahasiswa diharapkan
sudah menempuh matakuliah prasyaratnya, yaitu FISIKA KUANTUM dan FISIKA
STATISTIK.

       Dalam setiap bab buku ini disajikan urutan subbab sedemikian rupa sehingga
memahami subbab sebelumnya menjadi bekal yang cukup baik untuk memahami
subbab sesudahnya. Oleh karena itu dalam mempelajari setiap bab buku ini
mahasiswa diharapkan membaca dan memahaminya mulai dari awal sampai akhir
secara berturutan.

       Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
buku FISIKA ZAT PADAT ini dapat diselesaikan. Saran dan kritik membangun dari
para pembaca sangat diharapkan demi lebih sempurnanya buku ini.

       Semoga buku ini berguna. Amin!
                                                               Malang, Pebruari 2006
                                                                           Penyusun,




                                          i
DAFTAR ISI
                                                            halaman

BAB I       STRUKTUR KRISTAL
   1.1 SIMETRI DAN STRUKTUR KRISTAL                            2
        1.1.1 Pengertian Pokok                                 2
             1.1.1.1.Zat padat Kristal                         2
             1.1.1.2 Kisi Kristal                              3
             1.1.1.3 Vektor Basis                              4
             1.1.1.4 Sel Satuan Primitip dan Non-Primitip      4
             1.1.1.5 Tiga Dimensi                              5
        1.1.2 Macam Dasar Kisi kristal                         6
        1.1.3 Beberapa Kristal dengan Struktur Sederhana       9
             1.1.3.1 Struktur NaCl                             9
             1.1.3.2 Struktur CsCl                             10
             1.1.3.3 Struktur Intan                            11
             1.1.3.4 Struktur ZnS                              12
             1.1.3.5 Struktur HCP                              12
        1.1.4 Geometri Kristal                                 13
             1.1.4.1 Arah kristal                              13
             1.1.4.2 Bidang Kristal dan Indek Miller           14
             1.1.4.3 Jarak antar Bidang Sejajar                16
             1.1.4.4 Fraksi Kepadatan                          18
   1.2 DIFRAKSI KISI KRISTAL                                   18
        1.2.1 Hamburan Sinar-X oleh Kisi Kristal               19
             1.2.1.1 Hukum Bragg                               19
             1.2.1.2 Teori Hamburan                            20
             1.2.1.3 Kisi Resiprok                             23
             1.2.1.4 Difraksi Sinar-X                          24
   1.3 IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL                             28
        1.3.1 Gaya Antaratom                                   28
        1.3.2 Jenis Ikatan Kristal                             30
             1.3.2.1 Ikatan Ionik                              30
             1.3.2.2 Ikatan Kovalen                            32
             1.3.2.3 Ikatan Logam                              34
             1.3.2.4 Ikatan Van Der Walls                      35
             1.3.2.5 Ikatan Hidrogen                           37
RINGKASAN                                                      38
LATIHAN SOAL BAB I                                             41




                                        ii
B A B II     DINAMIKA KISI KRISTAL
   2.1. GETARAN DALAM ZAT PADAT                            47
        2.1.1 Getaran Elastik dan Rapat Moda Getar         47
        2.1.2 Kuantisasi Energi Getaran dalam Zat Padat    52
             2.1.2.1 Model Einstein tentang Cv Zat Padat   53
             2.1.2.2 Model Debye tentang Cv Zat Padat      56
   2.2 GETARAN DALAM KISI KRISTAL                          58
        2.2.1 Getaran dalam Kisi Linier                    58
             2.2.1.1 Kisi Monoatomik Satu Dimensi          58
             2.2.1.2 Kisi Diatomik Satu Dimensi            63
             2.2.1.3 Kisi Tiga Dimensi                     66
RINGKASAN                                                  66
LATIHAN SOAL BAB II                                        68


BAB III ELEKTRON DALAM LOGAM I
        (MODEL ELEKTRON BEBAS)
    3.1 MODEL ELEKTRON BEBAS KLASIK                        73
        3.1.1 Teori Drude tentang Elektron dalam Logam     73
        3.1.2 Model Elektron Bebas Klasik                  76
    3.2 MODEL ELEKTRON BEBAS TERKUANTISASI                 78
        3.2.1 Sumbangan Elektron Bebas pada Harga CV       80
        3.2.2 Paramagnetik Pauli                           82
        3.2.3 Konduktivitas Listrik dalam Logam            83
    3.3 PERILAKU ELEKTRON DALAM LOGAM                      87
        3.3.1 Hukum Matthiessen                            87
        3.3.2 Efek Hall                                    88
        3.3.3 Resonansi Siklotron                          90
        3.3.4 Pancaran Termionik                           91
    3.4 KEBERATAN TERHADAP MODEL ELEKTRON BEBAS
        TERKUANTISASI                                      93
RINGKASAN                                                  94
LATIHAN SOAL BAB III                                       96

BAB IV LOGAM II (TEORI PITA ENERGI)
    4.1 TEORI PITA ENERGI UNTUK ZAT PADAT                  99
        4.1.1 Teorema Bloch                                100
        4.1.2 Model Kronig-Penney                          101
        4.1.3 Pita Energi dan Energi Elektron dalam Atom   105
        4.1.4 Refleksi Bragg dan Celah Energi              108
        4.1.5 Logam, Isolator dan Semikonduktor            110
        4.1.6 Metode LCAO                                  115
                                        iii
4.2 DINAMIKA ELEKTRON DALAM KRISTAL                               119
      4.2.1 Kecepatan Kelompok dan Massa Efektif Elektron
            dalam Kristal                                           119
      4.2.2 Pengaruh Medan Listrik pada Kecepatan Elektron
            dalam Kristal                                           125
      4.2.3 Konduktivitas listrik                                   127
      4.2.4 Dinamika Elektron dalam Medan Magnet                    129
           4.2.4.1 Efek Hall                                        129
           4.2.4.2 Resonansi Siklotron                              130
RINGKASAN                                                           133
LATIHAN SOAL BAB IV                                                 136

BAB V SEMIKONDUKTOR
  5.1 KLASIFIKASI SEMIKONDUKTOR                                     140
  5.2 SEMIKONDUKTOR INTRINSIK                                       140
  5.3 SEMIKONDUKTOR EKTRINSIK                                       144
       5.3.1 Ketidakmurnian Donor dan Akseptor                      145
           5.3.1.1 Donor                                            145
           5.3.1.2 Aseptor                                          147
  5.4 PENGUKURAN CELAH ENERGI
      DENGAN METODE OPTIK                                           149
RINGKASAN                                                           150
LATIHAN SOAL BAB V                                                  152

BAB VI BAHAN DIELEKTRIK
  6.1 RUMUSAN DASAR POLARISASI BAHAN                                154
  6.2 KONSTANTA DIELEKTRIK BAHAN
      (PANDANGAN MAKROSKOPIS)                                       156
  6.3 POLARISABILITAS BAHAN
      (PANDANGAN MIKROSKOPIS)                                       157
       6.3.1 Persamaan Clausius-Mosotti                             157
       6.3.2 Sumber Polarisabilitas                                 161
            6.3.2.1 Polarisabilitas Polar                           163
                 6.3.2.1.1 Polarisabilitas Polar Statik             163
                 6.3.2.1.2 Polarisabilitas Polar Bolak-balik        164
            6.3.2.2 Polarisabilitas Ionik                           167
            6.3.2.3 Polarisabilitas Elektronik                      170
                 6.3.2.3.1 Polarisabilitas Elektronik Statik        170
                 6.3.2.3.2 Polarisabilitas Elektronik Bolak-balik   171
  6.4 GEJALA PIEZOELEKTRIK                                          172
  6.5 GEJALA FERROELEKTRIK                                          173
RINGKASAN                                                           173
LATIHAN SOAL BAB VI                                                 178

                                         iv
BAB VII BAHAN MAGNETIK
   7.1 SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAHAN                            183
   7.2 GEJALA DIAMAGNETIK LANGEVIN                              184
   7.3 GEJALA PARAMAGNET                                        186
   7.4 GEJALA MAGNETIK DALAM LOGAM                              190
   7.5 GEJALA FERROMAGNETIK                                     193
       7.5.1 Gejala Ferromagnetik pada Isolator                 193
            7.5.1.1 Teori Medan Molekuler                       193
            7.5.1.2 Magnetisasi Spontan dan Hukum Curie-Weiss   194
       7.5.2 Gejala Ferromagnetik pada Logam                    197
   7.6 GEJALA ANTIFERROMAGNETIK
       DAN FERRIMAGNETIK                                        198
RINGKASAN                                                       199
LATIHAN SOAL BAB VII                                            201

DAFTAR RUJUKAN




                                      v
BAB I
                      STRUKTUR KRISTAL




       Zat padat, yang terlihat sebagai benda tegar padat, secara mikro terdiri dari
atom. Atom-atom zat padat tidaklah diam, melainkan bervibrasi dengan amplitudo
kecil di sekitar titik kesetimbangannya. Karena posisinya yang relatif tetap, maka
atom-atom tersebut cenderung membentuk struktur tertentu. Hal ini berbeda
dengan cairan atau gas, yang mana atom-atomnya bergerak pada jarak yang lebih
besar sehingga strukturnya tidak tertentu.
       Distribusi setimbang atom-atom mendefinisikan struktur padatan, yang
terdiri dari tiga bagian besar, yaitu kristalin, amorf, dan polikristal. Dalam zat
padat kristal, atom tersebut terdistribusi teratur relatif terhadap yang lain.
Terdapat beberapa jenis struktur kristal yang bergantung pada geometri susunan
atom. Pemahaman tentang struktur kristal bahan adalah hal penting dalam fisika
zat padat, karena, umumnya, struktur kristal mempengaruhi sifat zat padat. Zat
padat polikristal dibentuk oleh sejumlah besar kristal-kristal kecil, yang disebut
kristalin. Atom-atom membentuk pola dalam suatu kristal, tetapi orientasinya
akan lenyap pada batas kristalin. Sedangkan dalam zat padat amorf, terjadi
distribusi atom secara acak. Bahan-bahan zat padat dapat berbentuk kristalin,
polikristal atau amorf, bergantung pada bagaimana bahan tersebut dipreparasi.
Selanjutnya, dalam diktat ini hanya dibahas zat padat kristal saja.
I STRUKTUR KRISTAL       2


       Bagian awal bab ini menyajikan pengertian struktur kristal beserta
perluasannya melalui rumusan dasar matematika. Kemudian dibahas jenis struktur
yang mungkin, dan dikenalkan konsep indek Miller. Struktur kristal dapat
ditentukan dengan menggunakan difraksi sinar-X. Bab ini ditutup oleh bahasan
gaya antaratom yang menyebabkan terjadinya ikatan dalam kristal.


1.1 SIMETRI DAN STRUKTUR KRISTAL

1.1.1 Pengertian Pokok

1.1.1.1 Zat Padat Kristal
       Suatu benda padat berbentuk kristal, apabila atom, ion, atau molekulnya
(selanjutnya disebut atom saja) teratur dan periodik dalam rentang yang panjang
dalam ruang. Kristal sempurna mempunyai keperiodikan tak berhingga. Namun,
kenyataannya, tidak mungkin mempreparasi kristal sempurna karena berbagai
keterbatasan fisis, yaitu (a) adanya permukaan kristal, (b) cacat geometrik, (c)
ketakmurnian, dan (d) pada suhu T>0 K atom dalam kristal bergetar harmonik di
sekitar titik setimbangnya.
       Gambar 1.1 berikut menyajikan geometri kristal dua dimensi.




                 b            R


                          a

           Gambar 1.1 Zat padat kristal. Seluruh atom tersusun periodik.
Kedudukan dalam ruang dua dimensi di atas merupakan kedudukan atomnya.
Setiap titik di dalamnya terletak pada ujung vektor kisi
        R = n1 a + n2 b                                                         (1.1)

dengan (n1, n2) adalah pasangan bilangan bulat; dan a dan b adalah vektor basis.




                                        Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL     3


       Bahan kristal memiliki simetri translasi, artinya seluruh kristal itu digeser
sejauh vektor R di atas (yang menghubungkan dua buah atomnya), maka
keadaannya tetap sama. Dengan kata lain kristal bersifat invarian terhadap
translasi semacam itu.

1.1.1.2 Kisi Kristal
       Dalam kristalografi (bahasan geometri kristal), setiap atom dalam kristal
dianggap sebagai suatu titik, tepat pada kedudukan setimbang tiap atom itu di
dalam ruang. Pola geometrik yang diperoleh dinamakan kisi kristal.
       Terdapat dua kelas kisi, yaitu Bravais dan non-Bravais. Dalam kisi
Bravais, seluruh titik kisi adalah ekivalen, artinya kisi bersifat invarian terhadap
operasi simetri translasi. Dengan demikian semua atom dalam kristal haruslah
sejenis. Sedangkan dalam kisi non-Bravais terdapat beberapa titik kisi yang tidak
ekivalen.
       Gambar 1.2 berikut menyajikan kisi non-Bravais.




                 Gambar 1.2 Kisi non-Bravais dengan basis A dan A’
Tempat kisi A, B dan C adalah ekivalen, begitu juga A’, B’ dan C’. Tetapi, dua
tempat kisi A dan A’ tidak ekivalen karena kisi tidak invarian terhadap translasi
sepanjang AA’. Kisi non-Bravais seringkali disebut sebagai kisi dengan suatu
basis. Basis yang dimaksud adalah kumpulan atom yang ditempatkan di sekitar
titik kisi Bravais. Dalam Gambar 1.2 di atas basisnya adalah A dan A’.
       Kisi non-Bravais dapat dipandang sebagai kombinasi dari dua atau lebih
kisi Bravais yang saling menembus dengan orientasi tertentu.




                                        Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL       4


1.1.1.3 Vektor Basis
       Lihat kembali Gambar 1.1. Posisi semua titik kisi dinyatakan oleh
persamaan (1.1), yakni R = n1 a + n2 b . Perhatikanlah bahwa a dan b , yang
dinamakan vektor basis, (a) bersifat tidak unik, dan (b) haruslah tidak kolinier.

1.1.1.4 Sel Satuan Primitip dan non-Primitip
       Luas daerah jajaran genjang (paralelogram) yang sisinya dibatasi oleh
vektor basis disebut sel satuan, seperti luasan daerah bayang-bayang dalam
Gambar 1.3 berikut.




                        b          R

                              a

                   Gambar 1.3 Vektor a dan b membentuk sel satuan

Sel satuan merupakan dasar pola elementer karena berulang secara periodik dan
membentuk struktur kisi suatu kristal. Bila sel satuan tersebut dilakukan translasi
oleh vektor kisi R di atas, maka seluruh kisi kristal tercakup olehnya. Luas daerah

paralelogram dengan sisi a dan b adalah a × b =ab sin γ, dimana γ adalah sudut

antara a dan b .
       Perhatikanlah bahwa sel satuan itu (a) tidak unik, (b) setiap sel satuan
mempunyai luasan yang sama, dan (c) dalam contoh di atas sel satuan
mengandung satu titik kisi.
       Yang dibicarakan di atas adalah sel primitip, yakni sel satuan yang hanya
mengandung satu titik kisi perselnya. Sedangkan sel non-primitip memiliki lebih
dari satu titik kisi perselnya. Vektor basis yang membentuk sel satuan primitip
disebut vektor basis primitip; dan sel satuan non-primitip disebut vektor basis
non-primitip. Gambar 1.4 berikut memperjelas perbedaan keduanya.




                                        Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL       5



                                              2




      1


                                                                                5
               3
                                               4



                          Gambar 1.4 Sel primitip (3, 4 dan 5) dan
                   non-primitip (1 dan 2 dengan dua titik kisi persatuan sel)
          Perhatikanlah bahwa jika sel satuannya adalah sel primitip, maka titik-titik
kisi hanya ada pada tiap-tiap pojok jajaran genjang, yaitu sebanyak 4 titik kisi.
Setiap titik kisi menjadi milik bersama antara 4 buah sel, sehingga jumlah total
titik kisi dalam sel satuan primitip sebanyak 4x¼=1. Hal demikian tidak terjadi
pada sel satuan nonprimitip.
          Beberapa hal penting yang berkaitan dengan sel satuan adalah (a) sel non-
primitip menunjukkan simetri lebih besar, (b) luas sel non-primitip merupakan
kelipatan bulat dari luas sel primitip, dan (c) sel primitip dan non-primitip berkait
dengan pemilihan vektor basis dalam kisi Bravais.

1.1.1.5 Tiga Dimensi
          Bahasan kristal dalam tiga dimensi sama dengan dalam dua dimensi,
hanya keadaannya ditambah dengan satu dimensi lagi. Disamping itu, hal yang
perlu diperhatikan adalah
(a) ungkapan vektor basis menjadi
          R = n1 a + n2 b + n3 c                                                     (1.2)

   dengan vektor basis (a , b , c ) yang tidak koplanar,
(b) vektor basis membentuk sel satuan volume berbentuk paralelepipidum,




                                             Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL     6


(c) antarvektor basis satu sama lain membentuk sudut α, β dan γ seperti terlihat
   pada Gambar 1.5 berikut.



                                             (d) volume paralelepipidum dengan sisi
                                                 a , b dan c adalah luas bagian

                                                 dasar berbentuk paralelogram a × b

                                                 yang dikalikan dengan komponen c
                                                 sepanjang sumbu yang tegak lurus
                                                 terhadap bagian dasar tersebut, yaitu
    Gambar 1.5 Kisi tiga dimensi dengan
                                                 V = c • a ×b .
           vektor basis (a , b , c )

         dan sudut α, β, γ antaranya
        Perhatikanlah bahwa sel satuan pada Gambar 1.5 adalah sel satuan
primitip, yaitu titik-titik kisi berjumlah 8 hanya ada pada tiap pojok
paralelepipidum. Setiap titik kisi menjadi milik bersama sebanyak 8 sel satuan,
sehingga jumlah total titik kisi dalam sel satuan primitip tersebut sebanyak
8x 1 =1. Hal demikian tidak terjadi pada sel satuan nonprimitip.
   8



1.1.2 Macam Dasar Kisi Kristal
        Kondisi simetri translasi dalam kristal mempunyai konsekwensi terhadap
terbatasnya kemungkinan jenis kisi Bravais yang dapat terjadi, baik dalam kisi
kristal dua maupun tiga dimensi.
        Dalam dua dimensi, kisi kristal yang mungkin sebanyak lima jenis, seperti
terlihat dalam Tabel 1.1 dan Gambar 1.6 berikut.
Tabel 1.1 Macam kisi dua dimensi
   No            Kisi                         Sel Satuan              Sisi dan Sudut
   1    Genjang                        Jajaran genjang               a≠b     ϕ ≠ 900
   2    Persegi                        Bujur sangkar                 a=b     ϕ = 900
   3    Heksagonal                     Belah ketupat                 a=b     ϕ = 1200
   4    Empat persegi panjang P        Empat persegi panjang         a≠b     ϕ = 900
   5    Empat persegi panjang I        Empat persegi panjang         a≠b     ϕ = 900



                                          Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL     7




            a                                           a

                  a                                             a




  b                            b                                        b
        a                              a                                     a

               Gambar 1.6 Lima jenis dasar kisi Bravais dua dimensi
      Tampak bahwa hanya kisi empat persegi panjang I yang memiliki sel satuan
                                     nonprimitip
        Untuk kasus tiga dimensi ternyata ada 14 buah kisi Bravais yang
terlingkupi dalam 7 buah sistem kristal. Hal ini sebagai konsekuensi dari simetri
rotasi sebuah kristal, yakni rotasi-1, 2, 3, 4, dan 6, seperti disajikan dalam Tabel
1.2 dan Gambar 1.7 berikut.
Tabel 1.2 Macam kisi tiga dimensi
         Sistem
 No                   Kisi Bravais               Geometri Kristal                Simetri Khas
         Kristal
  1    Triklinik           P               a≠b≠c α≠β≠γ                       Tidak ada
  2    Monoklinik      P   , C             a ≠ b ≠ c α = β = 900 γ ≠ 900     Sebuah sumbu rotasi-2
                                                                             Tiga sumbu rotasi-2
  3    Ortorombik      P , C, I, F         a ≠ b ≠ c α = β = γ = 900
                                                                             ortogonal
  4    Tetragonal       P ,        I       a = b ≠ c α = β = γ = 900         Sebuah sumbu rotasi-4
                                           a = b = c α = β = γ < 1200
  5    Trigonal            R                                                 Sebuah sumbu rotasi-3
                                              tetapi bukan 900
  6    Heksagonal          P               a = b ≠ c α = β = 900 γ = 1200    Sebuah sumbu rotasi-3
                                                                             Empat sumbu rotasi-3
  7    Kubik            P, I,F             a = b = c α = β = γ = 900         sepanjang diagonal
                                                                             kubus
Kisi Bravais P, C, I, F, dan R, masing-masing mengandung jumlah titik kisi persel
satuannya adalah 1, 2, 2, 4, dan 1.


                                                 Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL     8




Gambar 1.7 Empat belas kisi Bravais berdimensi tiga
     dan distribusinya dalam 7 sistem kristal
      P = primitip                   C = “base centered”
      I = “body Centered”            F = “face centered”
      R = rombohedral primitip



                       Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL     9


1.1.3 Beberapa Kristal dengan Struktur Sederhana

1.1.3.1 Struktur Sodium Khlorida (NaCl)
       Na Cl mempunyai struktur FCC dengan basis satu atom Na dan satu atom
Cl yang terpisah sepanjang setengah diagonal ruang kubus. Sepanjang ketiga arah
sumbu utama kubiknya terdapat alternasi atom Na dan Cl, seperti ditunjukkan
oleh Gambar 1.8 berikut.




                      Gambar 1.8 Struktur NaCl tiga dimensi
Setiap sel satuan memiliki 4 perangkat NaCl yang atomya berkedudukan di
          Cl :       000               ½½0                  ½0½            0½½
          Na:        ½½½               00½                  0½0            ½00
Jika sisi kubik adalah a, maka kedua atom dalam basis terpisah sejauh ½√3a, dan
setiap atom memiliki 6 atom tetangga terdekat yang berbeda jenis dengan jarak
pisah masing-masing ½a. Nilai konstanta a untuk NaCl berharga 5,63 Å.

       NaCl dapat pula dipandang sebagai struktur non-Bravais, yang terdiri dari
dua subkisi FCC, masing-masing untuk Na dan Cl, yang saling menembus. Kedua
subkisi tersebut terpisah sejauh ½a satu sama lain.




                                        Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL    10


       Beberapa kristal yang memiliki struktur NaCl adalah LiH, MgO, MnO,
AgBr, PbS, KCl, dan KBr dengan konstanta kisi masing-masing 4,08; 4,20; 4,43;
5,77; 5,92; 6,29; dan 6,59 Å.

1.1.3.2 Struktur Sesium Khlorida (CsCl)
       CsCl memiliki struktur SC dengan basis satu atom Cs dan satu atom Cl.
Alternasi atom Cs dan Cl terdapat sepanjang diagonal ruang kubik, seperti terlihat
pada Gambar 1.9 berikut.




                                Gambar 1.9 Struktur CsCl
Setiap sel satuan mengandung satu molekul CsCl, dengan posisi atom
                  Cs       : 000                   Cl         : ½½½
       CsCl dapat pula dipandang sebagai struktur non-Bravais yang terdiri dari
dua subkisi SC (kubik sederhana), yang masing-masing dibentuk oleh atom-atom
Cs dan Cl, yang keduanya terpisah sejauh ½√3a (setengah diagonal ruang).
Jumlah titik terdekat setiap atom adalah 8 atom yang berbeda jenis. CsCl memiliki
konstanta kisi 4,11 Å.
       Beberapa kristal yang memiliki struktur CsCl adalah BeCu, AlNi, CuZn,
CuPd, AgMg, LiHg, NH4Cl, TlBr, dan TlI dengan konstanta kisi masing-masing
2,70; 2,88; 2,94; 2,99; 3,28; 3,29; 3,87; 3,97; dan 4,20 Å.




                                          Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL    11


1.1.3.3 Struktur Intan
       Struktur intan dapat dilihat sebagai struktur yang sel satuannya adalah sel
FCC dengan suatu basis, yakni dua atom C yang posisinya
                      000             dan             ¼¼¼
seperti terlihat pada Gambar 1.10 dan 1.11 berikut.




          Gambar 1.10 Struktur kristal intan dengan ikatan tetrahedralnya




          Gambar 1.11 Proyeksi posisi atom dalam struktur intan sel kubik
            pada salah satu sisi kubik. Bilangan pecahan menunjukkan
                         ketinggian di atas bidang dasar




                                       Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL    12


Dalam setiap sel satuan terdapat 8 atom C dan bilangan koordinasinya adalah 4.
Keempat atom terdekat membentuk suatu tetrahedral, dengan pusat atom yang
bersangkutan. Konfigurasi semacam itu sering dijumpai pada semikonduktor, dan
dinamakan ikatan tetrahedral. Struktur intan merupakan contoh ikatan kovalen
dalam unsur-unsur kolom IV tabel periodik.

       Struktur intan dapat pula dipandang sebagai gabungan dari dua subkisi
FCC yang saling menembus dengan titik asal, masing-masing 000 dan ¼ ¼ ¼.

       Beberapa kristal yang memiliki struktur intan adalah Ge, Si, C, timah putih
dengan konstanta kisi masing-masing 5,65; 5,43; 3,56; dan 6,46 Å.

1.1.3.4 Struktur Seng Sulfida (ZnS)
       Struktur ZnS sama dengan struktur intan, tetapi dengan basis yang terdiri
dari dua atom berbeda, yakni Zn dan S. Setiap sel satuan memiliki 4 molekul ZnS
dengan posisi atom
         Zn :      000            0½½           ½0½           ½½0
          S:       ¼¼¼            ¼¾¾           ¾¼¾           ¾¾¼
Setiap atom memiliki jarak yang sama terhadap keempat atom yang berbeda
terdekatnya yang menempati pojok-pojok tetrahedron regular. ZnS memiliki
konstanta kisi 5,41 Å.
       Beberapa kristal yang memiliki struktur ZnS adalah CuF, SiC, CuCl, AlP,
GaP, ZnSe, GaAs, AlAs, CdS, InSb, dan AgI dengan konstanta kisi masing-
masing 4,26; 4,35; 5,41; 5,45; 5,45; 5,65; 5,65; 5,66; 5,82; 6,46; dan 6,47 Å.

1.1.3.5 Struktur HCP (hexagonal close-packed structure)
       Banyak cara untuk menyusun bola identik dengan jumlah tak berhingga
secara tertentu sehingga menghasilkan susunan teratur yang memiliki fraksi
kepadatan maksimum atau ruang kosong antarbola minimum. Gambar 1.12
berikut melukiskan susunan satu lapis bola identik dengan pusat titik A, yang
mana tiap bola bersinggungan dengan enam bola tetangga terdekatnya. Lapisan
kedua yang identik ditempatkan paralel di atasnya (lapisan pertama) dengan pusat
titik B. Penempatan lapisan ketiga memiliki dua kemungkinan, yakni




                                        Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL    13




             Gambar 1.12 Lapisan bola terkemas rapat dengan pusat titik A
(a) dengan pusat titik A, sehingga terdapat urutan lapisan ABABAB…, dan
    menghasilkan struktur HCP, dan
(b) dengan pusat titik C, sehingga terdapat urutan ABCABC…, dan menghasilkan
    struktur FCC.
       Lapisan pertama A merupakan bidang dasar untuk struktur HCP atau
bidang (111) untuk struktur FCC. Struktur HCP memiliki sel primitip kisi
heksagonal, tetapi dengan basis dua atom. Sedangkan sel primitip FCC berbasis
satu atom.
       Baik HCP maupun FCC mempunyai perbandingan c/a= 2 6 =1,633 dan
                                                       3

jumlah tetangga terdekat 12 buah atom, serta energi ikatan yang hanya bergantung
pada jumlah ikatan tetangga terdekat peratom.
       Beberapa kristal yang memiliki struktur HCP adalah He, Be, Mg, Ti, Zn,
Cd, Co, Y, Zr, Gd, dan Lu dengan nilai c/a masing-masing adalah 1,633; 1,581;
1,623; 1,586; 1,861; 1,886; 1,622; 1,570; 1,594; 1,592; dan 1,586.

1.1.4 Geometri Kristal

1.1.4.1 Arah Kristal
       Telah dikemukakan bahwa arah tertentu dalam kisi dinyatakan oleh vektor
kisi (1.2), yaitu R = n1 a + n 2 b + n3 c . Arah vektor R dinyatakan dengan [n1 n2
n3], yang lazimnya dalam perbandingan bilangan bulat terkecil. Semua arah yang



                                         Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      14


sejajar memiliki indek yang sama. Perhatikanlah beberapa arah dalam kristal
ortorombik seperti Gambar 1.13 berikut.

                                 c   D
                                            C

                                                B




                                 O
                                                              b

                        a                         A


                    Gambar 1.13 Indek arah satuan sel ortorombik
               OA: [110]      OB: [111]      OC: [112]      OD: [001]
         Apabila sel satuan yang ditinjau mempunyai simetri rotasi, maka
seringkali ada arah nonparalel yang karena kesimetriannya merupakan arah yang
ekivalen. Arah [n1 n2 n3] yang ekivalen menggunakan notasi <n1 n2 n3>. Misalnya,
pada suatu kubik sumbu X, Y dan Z masing-masing memiliki arah [100], [010]
dan [001] yang ekivalen, dinotasikan dengan <100>. Secara sepenuhnya <100>
mencakup arah [100], [010], [001], [ 1 00], [0 1 0] dan [00 1 ] dimana makna dari
1 adalah –1; dan <111> menunjukkan semua diagonal ruang suatu kubik.
         Satu arah dengan indeks Miller besar, misalnya [157], memiliki jumlah
atom persatuan panjang yang lebih sedikit daripada indeks yang kecil, misalnya
[111].

1.1.4.2 Bidang Kristal dan Indek Miller
         Representasi suatu bidang datar dalam suatu kisi kristal diungkapkan oleh
indek Miller (hkl). Perhatikanlah Gambar 1.14 berikut.




                                         Fisika Zat Padat         Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      15




                               Gambar 1.14 Bidang (233)

Bidang memotong sepanjang sumbu vektor basis a , b dan c masing-masing pada

                                               ⎛x y z⎞
x, y dan z. Didapatkan perangkat tiga bilangan ⎜     ⎟ . Lalu, diambil
                                               ⎝a b c⎠
                    ⎛a b c⎞
kebalikannya, yaitu ⎜
                    ⎜ x y z ⎟ . Indek Miller didapatkan dengan menyatakan
                            ⎟
                    ⎝       ⎠
perangkat tiga bilangan terakhir sebagai perbandingan bilangan bulat terkecil, dan
dinyatakan dengan notasi
                    ⎛ a                 c⎞
        (h   k l) = ⎜m
                    ⎜ x        m
                                   b
                                       m ⎟                                         (1.3)
                    ⎝              y    z⎟
                                         ⎠
dengan m adalah bilangan bulat untuk mereduksi indek menjadi bilangan bulat
terkecil. Dengan demikian, kumpulan bidang paralel mempunyai representasi
indek Miller yang sama. Pada Gambar 1.14 di atas x=3a, y=2b dan z=2c, sehingga
jika dianggap a=b=c=1, maka bidang yang dimaksud memiliki indek Miller
(hkl)=(233). Pada kasus lain, misalnya x=2a, y=(3/2)b, dan z=c memiliki indeks
Miller (hkl)=(346).
        Dalam satuan sel yang memiliki simetri rotasi, beberapa bidang nonparalel
(hkl) adalah ekivalen karena kesimetriannya, dan dinotasikan dengan {hkl}.
Misalnya dalam sistem kubik indek {100} menunjukkan enam bidang, yaitu
(100), (010), (001), ( 1 00), (0 1 0) dan (00 1 ).

                                           Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL    16


         Berikut adalah beberapa contoh bidang (hkl) dalam sistem kubik.




                  Gambar 1.15 Bidang (100), (110), (111), (200) dan ( 1 00)
                                   dalam sistem kubik
         Dalam koordinat Kartesis bidang (hkl) = (mnox mnoy mnoz) memberikan
vektor     arah     yang       tegak   lurus    terhadap        bidang   tersebut,   yakni
         ˆ       j       ˆ
no = nox i + noy ˆ + noz k .

1.1.4.3 Jarak Antarbidang Sejajar Miller
         Bahasan ini dibatasi pada sistem dengan sumbu ortogonal, dengan a≠b≠c.
Perhatikanlah Gambar 1.16 berikut.




                                            Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      17



                                           Z

                                       z           Garis normal


                                               γ

                                                   β                       y   Y

                                        α
                           x
                       X


                   Gambar 1.16 Cara mendapatkan jarak antarbidang Miller

Jarak dari titik O ke titik potong P dinayatakan dengan dhkl. Jika x, y dan z
merupakan titik potong bidang (hkl) dengan sumbu a, b dan c maka dhkl=x cos
α=y cos β=z cos γ. Secara geometri, pada gambar di atas didapatkan hubungan
cos2α+ cos2 β+ cos2 γ=1 sehingga didapatkan
                               1
         d hkl =                       1/ 2
                                                                                           (1.4)
                   ⎛ 1   1   1 ⎞
                   ⎜ 2 + 2 + 2⎟
                   ⎜x
                   ⎝    y   z ⎟⎠
Harga x, y dan z berkaitan dengan bilangan h, k dan l melalui ungkapan
                   a               b                   c
         h=m           ; k=m            ; l=m                                              (1.5)
                   x               y                   z
sehingga jarak antarbidang (1.4) menjadi
                               m
         d hkl =                       1/ 2
                                                                                           (1.6)
                   ⎛ h2 k 2 l 2 ⎞
                   ⎜ 2 + 2 + 2⎟
                   ⎜a
                   ⎝    b   c ⎟ ⎠
Misalnya, pada sistem kubik dengan sisi a didapatkan d111=(1/3)√3a; d110=½√2a
dan d020=½a. Pada umumnya bidang yang indek Millernya rendah memiliki jarak
antarbidang lebih besar, tetapi memiliki kerapatan atom persatuan luas yang lebih
besar.




                                                   Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      18


1.1.4.4 Fraksi Kepadatan
       Fraksi kepadatan, didefinisikan sebagai proporsi maksimum dari volume
yang ada yang dapat diisi oleh bola atom dalam sebuah sel satuan, diungkapkan
dalam bentuk rumusan

        F=N
               (4 / 3)π   r3
                                                                                  (1.7)
                   V
dengan N= jumlah atom dalam sel satuan
        r = jari-jari bola atom
       V = volume sel satuan
Jarak kesetimbangan antara pusat dua atom berdekatan dapat dipandang sebagai
jumlah jari-jari kedua atom tersebut.
       Tabel 1.3 berikut menunjukkan hubungan antara struktur kristal dengan
ukuran geometrik sel satuan.
Tabel 1.3 Ukuran geometrik dan struktur kristal
  No        Parameter               SC      BCC     FCC                 Intan      HCP
   1 Jari-jari atom                 a/2     a√3/4   a√2/4               a√3/8       a/2
   2 Atom persel satuan              1        2       4                   8          6
                                      3        3
   3 Volume sel satuan               a        a       a3                  a3       3a3√2
                                    π/6     π√3/8   π√2/6              π√3/16      π√2/6
   4    Fraksi kepadatan
                                  (=0,524) (=0,68) (=0,74)             (=0,34)    (=0,74)
        Jumlah tetangga
   5                                 6            8           12          4         12
        terdekat
        Jarak terhadap
   6                                 a        (½)a√3 (½)a√2           (¼)a√3         a
        tetangga terdekat
        Jumlah tetangga
   7                                12            6            6         12          6
        terdekat berikutnya
        Jarak terhadap
   8    tetangga terdekat           a√2           a            a      (½)a√13       a√3
        berikutnya
Tampak bahwa intan memiliki struktur yang relatif kosong (hanya terisi 0,34) dan
FCC atau HCP relatif padat (terisi 0,74).

1.2 DIFRAKSI KISI KRISTAL

       Struktur kristal dapat dipelajari melalui difraksi foton, netron dan elektron.
Panjang gelombang optik, misalnya 5000 Å, menghasilkan gelombang terhambur


                                          Fisika Zat Padat         Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL    19


elastis dengan atom-atom kristal sehingga terjadi refraksi optik biasa. Tetapi, jika
panjang gelombang radiasi sebanding atau lebih kecil daripada konstanta kisi
(orde angstrom), maka didapatkan berkas difraksi yang arahnya sangat berbeda
dengan arah berkas datang.

1.2.1 Hamburan Sinar-X oleh Kisi Kristal

1.2.1.1 Hukum Bragg
       W.L. Bragg menjelaskan gejala berkas difraksi kristal dengan model
sederhana. Jika sinar-X mengenai permukaan suatu kristal, maka terjadi refleksi.
Model disajikan pada Gambar 1.17, yakni kristal direpresentasikan oleh kumpulan
bidang paralel yang bersesuaian dengan bidang atom. Bidang tersebut berperan
sebagai cermin. Setiap bidang hanya merefleksikan 10-3 sampai 10-5 radiasi yang
datang sehingga diperlukan 103 sampai 105 bidang untuk menghasilkan berkas
refleksi Bragg yang sempurna. Hamburan ini dianggap elastik, yakni energi sinar-
X tidak mengalami perubahan sebelum dan sesudah refleksi.




               (a)                                                (b)
      Gambar 1.17 (a) Refleksi sinar-X dari suatu kristal. Sinar hampir paralel karena
                      posisi detektor jauh dari kristal.
                  (b) Intensitas refleksi kristal KBr. Pada gambar ditunjukkan
                      bidang-bidang refleksi yang menghasilkan difraksi
Beda lintasan untuk kedua sinar refleksi adalah Δ=AB + BC – AC’ = 2 AB – AC’
karena AB=BC. Mengingat jarak antarbidang d, maka
         AB = d/sinθ             dan     AC’ = AC cos θ = (2d/tg θ) cos θ


                                         Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      20


dimana θ adalah sudut pantul antara berkas datang dan bidang refleksi, sehingga
Δ = 2 d sin θ. Interferensi maksimum (konstruktif) terjadi hanya jika
       Δ=nλ                                                                              (1.8)
dimana n = 1, 2, 3, …. (ordo refleksi) dan λ = panjang gelombang sinar-X,
sehingga diperoleh hukum Bragg untuk refleksi oleh bidang kristal (hkl)
       n λ = 2 dhkl sin θ                                                                (1.9)
Harga λ ditentukan secara bebas dan sin θ diukur secara langsung dari refleksi
eksperimen, sehingga jarak antarbidang dhkl dapat dihitung. Hal lain adalah
difraksi hanya mungkin terjadi jika λ<2d. Oleh karena itu dalam hal ini tidak
dapat digunakan cahaya tampak.
       Model yang dikemukakan di atas terlalu sederhana. Fakta menunjukkan
bahwa hamburan berkas sinar-X disebabkan oleh atom diskrit kristal yang
bersangkutan. Oleh karena itu bahasan berikut menelaah hukum Bragg melalui
proses hamburan.

1.2.1.2 Teori Hamburan
       Hamburan radiasi elektromagnet oleh suatu elektron disajikan oleh
Gambar 1.18 berikut. Dalam proses ini diandaikan hamburan bersifat elastik
(hamburan Thomson).




                        Gambar 1.18 Hamburan oleh elektron tunggal
Gelombang datar

       ψ (r , t ) = Ae i (k   o • r −ω   t   )                                           (1.10)
mengenai elektron. Gelombang sferik terhambur pada jarak radial D dinyatakan
oleh


                                                 Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL        21


        ψ ' (D , t ) = f e
                             A i (kD −ω t )
                               e                                                           (1.11)
                             D
dengan fe adalah panjang hamburan elektron. Terlihat bahwa penurunan
amplitudo gelombang terhambur sebanding dengan 1/D.
        Hamburan oleh sistem dua elektron, yang masing-masing berkedudukan di
P1 dan P2 disajikan pada Gambar 1.19 berikut.

                                                                             k      s

                                                                             2θ
                                                                                  ko




 Gambar 1.19 Hamburan oleh dua elektron. r                      Gambar 1.20 Vektor hamburan s .
  adalah vektor posisi elektron-1 terhadap                      Sudut 2θ adalah sudut hamburan
                 elektron-2

Didefinisikan vektor hamburan s , seperti pada Gambar 1.20, yaitu
        s = k − ko                                                                         (1.12)

Karena hamburan bersifat elastik k o = k = k , maka terlihat dari Gambar 1.20

bahwa
        s = s = 2k sin θ                                                                   (1.13)

Beda panjang lintasan sinar terhambur Δ=P1M- P1N. Jika S o dan S , masing-

                                                                                  1
masing merupakan vektor satuan dalam arah k o dan k , maka Δ =                      (r • s ) . Beda
                                                                                  k
fasa antara gelombang terhambur dalam radial
              Δ
        δ =       2π = kΔ = r • s                                                          (1.14)
              λ
Superposisi dari dua gelombang terhambur dalam fungsi ruang

        ψ T = fe
                    D
                        (
                    A ikD                    A
                                              )         (
                      e + e ik ( D +δ ) = f e e ikD 1 + e is •r
                                             D
                                                                  )                        (1.15)




                                                  Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      22


Secara umum, bila vektor posisi r1 untuk elektron-1 dan r2 untuk elektron-2
relatif terhadap pusat tertentu, maka

         ψ T = fe
                             D
                               e e     (
                             A ikD is •r1
                                          + e is •r2   )                                                (1.16)

         Bila yang ditinjau atom dengan l buah elektron, masing-masing dengan
vektor posisi rl , dengan l = 1, 2, 3, …, n, maka bentuk umum gelombang untuk

(1.16) dalam arah terhambur s tertentu
                             A ikD
         ψT = f                e                                                                        (1.17)
                             D
dengan
                         n
         f = f e ∑ e is •rl                                                                             (1.18)
                        l =1

disebut panjang hamburan total.
         Intensitas parsial gelombang terhambur I sebanding dengan kuadrat
besarnya medan. Oleh karena itu
                                   n          2

                        = f e2 ∑ e is •rl
                2
         I∞ f                                                                                           (1.19)
                                  l =1


         Jika atom dalam kristal, misalnya, terletak pada posisi Rl , maka faktor
hamburan kristal fkr
                    N
         f kr = ∑ f al e is • Rl                                                                        (1.20)
                l =1

Ungkapan faktor hamburan kristal (1.20) di atas mengambil bentuk analogi dari
atom. Posisi atom dapat ditinjau dalam sel satuannya, yaitu Rl = Rlc' + δ j , dimana

Rlc' adalah posisi sel satuan ke-l, dan δj adalah posisi atom dalam sel satuan,

sehingga faktor hamburan kristal (1.20) di atas dapat dinyatakan dalam bentuk
faktorisasi
         fkr = F S                                                                                      (1.21)

dengan F = ∑ f aj e                          dan S = ∑ e
                                   is •δ j                        is • Rlc'
                                                                                                        (1.22)
                    j                                      l'




                                                                Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      23


F dan S, masing-masing mengungkapkan faktor struktur geometri dan kisi. Faktor
struktur kisi hanya bergantung pada sistem kristal. Sedangkan faktor struktur
geometri bergantung pada bentuk geometri dan isi sel satuan.

1.2.1.3 Kisi Resiprok
             Setiap struktur kristal memiliki 2 kisi, yaitu kisi kristal dan resiprok. Saat
kristal dikenai sinar-X, akan dihasilkan pola difraksi yang merupakan peta kisi
resiprok kristal tersebut. Kedua kisi ini memiliki relasi sebagai berikut.
Andaikanlah vektor basis dalam kisi nyata adalah a , b dan c , maka dapat
didefinisikan vektor basis dalam kisi resiprok, yakni
                          b xc                     c xa                     axb
             a ∗ = 2π                  b ∗ = 2π                 c ∗ = 2π                   (1.23)
                         a • b xc                 b • c xa                 c • axb
Hal ini berarti vektor basis resiprok
a. memiliki satuan m-1, yang sama dengan angka gelombang,
                                                      ( )
b. bahwa a ∗ tegak lurus terhadap bidang b , c , dan demikian pula permutasi
   siklisnya, dan
c. bahwa a • b xc = b • c xa = c • axb merepresentasikan volume sel satuan dengan
   rusuk vektor a , b dan c .
Vektor basis resiprok mendefinisikan vektor kisi resiprok
             Gn = n1 a ∗ + n2 b ∗ + n3 c ∗                                                 (1.24)
dengan n1, n2 dan n3 adalah bilangan bulat.
             Kisi resiprok memiliki hubungan dengan kisi nyata sebagai berikut.
a. a ∗ • a = b ∗ • b = c ∗ • c = 2π

b. V    ∗
            =
              (2π )3 ,    dengan Vo = a • b xc        dan Vo∗ = a ∗ • b ∗ xc ∗
       o
                Vo

c. Setiap vektor dari kisi resiprok Ghkl = ha ∗ + kb ∗ + lc ∗ tegak lurus terhadap
   bidang kisi (hkl) dalam ruang nyata.
d. Kisi nyata merupakan resiprok dari kisi resiprok.
e. Jarak antarbidang dhkl dan Ghkl direlasikan oleh


                                                   Fisika Zat Padat        Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL        24


           d hkl Ghkl = 2π                                                                             (1.25)

Perhatikanlah perbandingan kisi nyata dan resiproknya pada Gambar 1. 21
berikut.

                                                                                 120

                                              d100
                                                                        010
                                                                                 G110

                                d010                               b*
                                                                   O             100
                   b                                                    a*

               O        a

                              Gambar 1.21 Perbandingan kisi nyata dan resiproknya
Dari Gambar 1.21 di atas jelaslah bahwa
a. a ∗ tegak lurus terhadap b ; dan b ∗ tegak lurus terhadap a
                       2π   2π                       2π
           a∗ =           =                   b∗ =
                        a   d100                     d 010

b. setiap titik (hkl) dalam ruang resiprok terkait dengan perangkat bidang (hkl)
   dalam ruang nyata, dan
c. simetri kelompok titik dalam ruang resiprok sama dengan simetri ruang nyata.
       Dapat pula dibuktikan bahwa terdapat hubungan sebagai berikut.
a. Kisi resiprok kisi SC adalah kisi SC juga.
b. Kisi resiprok kisi BCC adalah kisi FCC; dan sebaliknya.

1.2.1.4 Difraksi Sinar-X
       Kisi resiprok berguna dalam menentukan besarnya faktor struktur.
Ternyata
           N

           ∑e
           l =1
                   iA• Rlc'
                              = N δ A,G
                                          n
                                                                                                       (1.26)




                                                             Fisika Zat Padat           Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      25


Dalam hal ini A adalah vektor sebarang dan penjumlahan dilakukan sepanjang
vektor kisi nyata yang mengandung N buah total sel dan vektor kedudukan Rlc' .

Dengan demikian faktor struktur kisi S (1.22) berharga nol untuk setiap nilai
vektor hamburan s , kecuali
       s = Ghkl                                                                (1.27)

Hal ini berarti s harus tegak lurus terhadap bidang (hkl). Dengan menginat
bahwa k=2π/λ, maka substitusi persamaan (1.13) dan (1.25) ke dalam persamaan
(1.27), dalam teori hamburan ini, menghasilkan bentuk hukum Bragg
       2 dhkl sin θ = λ                                                        (1.28)
Dapatlah dikatakan bahwa gambaran Bragg tentang difraksi yang terjadi karena
pemantulan oleh bidang kristal, secara konseptual lebih sederhana daripada
melihatnya sebagai interferensi konstruktif berkas terhambur oleh atom kristal
dari teori hamburan. Gambar 1.22 berikut menjelaskan syarat terpenuhinya hukum
Bragg menurut teori hamburan.




          Gambar 1.22 Vektor hamburan sama dengan vektor kisi resiprok

       Saat kondisi Bragg (127) terpenuhi, maka faktor struktur kisi S≠0, tetapi
bernilai S=N, seperti tampak pada (1.26), sehingga
       Shkl = N                                                                (1.29)
Substitusi (1.29) ke dalam (1.21) menghasilkan faktor hamburan kristal fkr
menjadi
       fkr,hkl = N Fhkl                                                        (1.30)
dan intensitas I menjadi


                                       Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      26

                        2              2
       I hkl ∞ f kr ,hkl ∞ Fhkl                                                                  (1.31)

       Setiap berkas terdifraksi bersesuaian dengan suatu perangkat bidang (hkl).
Tetapi untuk suatu perangkat bidang (hkl) tertentu kadang intensitas berkas
terdifraksi menjadi nol. Hal ini terjadi karena faktor struktur geometri Fhkl=0,
meskipun bidang (hkl) yang bersesuaian memenuhi kondisi Bragg.
       Misalnya, semua atom identik, kedudukan atom ke-j dalam sel satuan
       δ j = u j a + v jb + w jc
dan kondisi Bragg terpenuhi
       s = Ghkl = ha ∗ + kb ∗ + lc ∗

maka
                                (                    )
       Fhkl = f a ∑ e
                            2πi hu j + kv j + lw j
                                                                                                 (1.32)
                    j


Contoh menghitung faktor struktur geometri Fhkl.
a. Sel satuan primitip (P). Atomnya terletak di 000 sehingga (1.32) menjadi
       Fhkl = fa
b. Sel satuan “base centered” C. Atomnya terletak di 000 dan ½½0 sehingga
  (1.32) menjadi
       Fhkl = fa (1 + eπi(h + k))
  Dengan demikian Fhkl≠0 hanya jika h+k=2n dengan n=0, ±1, ±2, …
c. Sel satuan “body centered” I. Atomnya terletak di 000 dan ½½½ sehingga
  (1.32) menjadi
       Fhkl = fa (1 + eπi(h + k+ l))
  Dengan demikian Fhkl≠0 hanya jika h+k+l=2n dengan n=0, ±1, ±2, …
d. Sel satuan “face centered” F. Atomnya terletak di 000, ½½0, ½0½ dan 0½½
  sehingga (1.32) menjadi
       Fhkl = fa (1 + eπi(h + k) + eπi(h + l) + eπi(k + l))
  Dengan demikian Fhkl≠0 hanya jika h+k=2n dan k+l=2n dengan n=0, ±1, ±2,
  … Dengan kata lain Fhkl≠0 hanya jika semua indek genap atau semua indek
  ganjil.



                                                         Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL    27


       Berikut ini diberikan contoh kurva intensitas refleksi sinar-X dan sudut
hamburan (I vs 2θ) hasil eksperimen difraksi sinar-X dari bubukan KCl dan KBr.




      Gambar 1.23 Perbandingan refleksi sinar-X antara bubukan KCl dan KBr
KCl dan KBr, keduanya, memiliki struktur FCC. Dalam KCl, jumlah elektron
pada K+ dan Cl- sama banyak sehingga faktor hamburan atom fa keduanya hampir
sama sehingga ia “terlihat” oleh sinar-X sebagai kristal SC monoatomik dengan
konstanta kisi a/2. Adanya refleksi indek-indek yang genap bulat menunjukkan
bahwa kristal tersebut adalah SC dengan konstanta kisi a. Sedangkan dalam KBr,




                                      Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      28


faktor hamburan atomnya berbeda sehingga ia tetap terlihat sebagai struktur FCC
oleh difraksi sinar-X.
       Kondisi Bragg (1.27) masih dapat ditulis dalam bentuk lain. Substitusi
(1.12) ke dalam (1.27) menghasilkan
        k − ko = G                                                              (1.33)
Mengalikan kedua ruas (1.33) dengan ħ menghasilkan
         ko = k − G

Persamaan ini dapat dipandang sebagai kekekalan momentum, dan difraksinya
sebagai proses tumbukan antara foton sinar-X dan kristal. Momentum sebelum
tumbukan hanya momentum linier foton yang datang p o = k o , dan setelah

tumbukan adalah momentum linier foton terhambur p = k dan momentum linier

kristal − G . Dengan demikian perubahan momentum linier foton
        Δp = p − p o = G

Energi kinetik seluruh kristal Ek=(ħGhkl)2/2M, dengan M adalah massa seluruh
kristal. Karena M sangat besar relatif terhadap massa atom, maka Ek sangat kecil
dan diabaikan. Dengan demikian dalam proses hamburan foton sinar-X tidak ada
energi yang hilang

        Eo = E →         c ko = c k   →    ko = k

Jelaslah bahwa proses hamburan tersebut di atas bersifat elastik.

1.3 IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL

1.3.1 Gaya Antaratom
       Dalam suatu kristal letak atom relatif jauh satu sama lain sehingga gaya
inti tidak berperan. Dengan demikian formasi kristal terjadi karena gaya
antaratom. Dalam kristal, gaya antaratom bersifat listrik.
       Energi kristal lebih rendah daripada energi atom bebasnya. Hal ini
menyebabkan kristal lebih stabil daripada atom-atom bebas penyusunnya.
Misalnya, kristal NaCl lebih stabil daripada kumpulan atom-atom Na dan Cl
bebas. Perbedaan energi ini, disebut energi ikat (energi kohesi), besarnya sama

                                        Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      29


dengan energi yang diperlukan untuk memecah kristal tersebut menjadi atom
bebas bagiannya. Energi kohesi berkisar antara 0,02 eV peratom untuk ikatan
terlemah (ikatan Van der Walls) dan 10 eV peratom untuk ikatan terkuat (ikatan
kovalen). Ikatan logam terletak di antara dua harga ekstrim tersebut.
       Molekul adalah sekelompok atom bermuatan listrik netral, terikat kuat
bersama dan berperilaku sebagai partikel tunggal. Suatu jenis molekul tertentu
memiliki komposisi dan struktur tertentu pula. Energi potensial yang
merepresentasikan interaksi antara dua atom dalam suatu molekul sebagai fungsi
jarak diperlihatkan pada Gambar 1.24 berikut.




       Gambar 1.24 Energi potensial sebagai fungsi jarak dari ikatan dua atom
Posisi setimbang ditandai oleh energi terendah –Vo, yang terjadi pada jarak Ro
yang berordo beberapa angstrom. Pada R>Ro, potensial naik secara bertahap
sehingga mencapai nol pada R→∞ (dua atom bebas). Sedangkan pada R<Ro,
potensial naik secara tajam menuju ∞.
       Gaya antaratom dapat dirumuskan
        F (R ) = −∇V (R )                                                       (1.34)
Terlihat bahwa F(R)<0 untuk R>Ro, sehingga terjadi tarik-menarik; dan F(R)>0
untuk R<Ro, sehingga terjadi tolak-menolak antara dua atom tesebut. Kedua gaya
ini saling meniadakan satu sama lain pada titik setimbang Ro. Tetapi, umumnya,
energi tarikan mendominansi energi tolakan pada titik setimbang Ro.



                                        Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      30


1.3.2 Jenis Ikatan Kristal

1.3.2.1 Ikatan Ionik
        Ikatan ini terjadi antara ion positip dan negatip sehingga sering disebut
ikatan heteropolar. Setelah terjadi perpindahan elektron, konfigurasi elektron ion
menyerupai gas mulia. Oleh karena itu sebaran muatan elektronnya mempunyai
simetri bola. Contohnya adalah ikatan yang terjadi pada alkalihalida.
        Biasanya, ikatan ionik tidak menghasilkan pembentukan molekul yang
berpasangan, tetapi merupakan kumpulan ion positip dan negatip yang tersusun
dalam struktur tertentu. Misalnya, struktur FCC NaCl, dalam setiap bentuk dan
ukuran apapun selalu berisikan jumlah ion Na+ dan ion Cl- yang sama banyak.
        Apabila Uij adalah energi interaksi antara ion ke-i dan ke-j, maka energi
total ion ke-i adalah
        U i = ∑ U ij                                                                     (1.35)
               j


dimana penjumlahan dilakukan untuk semua ion kecuali j=i. Energi Uij berasal
dari potensial tolak-menolak medan sentral empirik λ eksp (-rij/ρ), dimana λ
(tetapan) dan ρ (panjang karakteristik) merupakan parameter empirik; dan tarik-
menarik Coulomb ±q2/4πεorij. Dengan demikian

                     − rij / ρ         q2
        U ij = λ e               ±                                                       (1.36)
                                     4πε o rij

Potensial tolak-menolak terjadi karena penerapan prinsip eksklusi Pauli saat jarak
antarion berkurang (lebih kecil dari jarak kesetimbangan). Berkurangnya jarak
antarion menyebabkab orbit elektron tumpang-tindih. Hal ini melanggar prinsip
eksklusi Pauli karena sel terluar ion sudah komplit. Akibatnya elektron harus
menempati tingkat energi yang lebih tinggi sehingga energi potensial naik secara
tajam. Sedangkan potensial Coulomb terjadi antara ion sejenis (tanda +) atau tidak
sejenis (tanda -).
        Energi kisi kristal total yang terdiri dari N buah molekul atau 2N buah ion
        Utot = N Ui




                                                 Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      31


Ungkapan ini menunjukkan bahwa setiap pasangan atau setiap ikatan hanya
dihitung sekali. Andaikanlah r kita tulis sebagai rij=pijR, dengan R adalah jarak
terdekat antara dua atom terdekat dan interaksi tolak-menolak hanya terjadi
antartetangga terdekat saja, maka
              ⎧                q2
              ⎪ λ e −R / ρ −         (te tan gga terdekat )
              ⎪              4πε o R
       U ij = ⎨            2                                                                   (1.37)
              ⎪± 1 q            (bukan te tan gga terdekat )
              ⎪ pij 4πε o R
              ⎩
sehingga energi total
                        ⎛                 α q2 ⎞
       U tot = NU i = N ⎜ zλ e − R / ρ −
                        ⎜                        ⎟                                             (1.38)
                        ⎝                4πε o R ⎟
                                                 ⎠
dengan z = jumlah tetangga terdekat suatu ion
                        ±1
        α =∑                adalah konstanta Madelung (termasuk j=i)
                  j     pij

Dalam menghitung konstanta Madelung, jika ion referensi bermuatan negatip,
maka tanda (+) digunakan untuk ion positip dan tanda (-) untuk ion negatip. Jika
                               dU tot
diambil syarat bahwa                             = 0 , maka diperoleh
                                dR      R = Ro


                            ραq 2
        Ro2 e − Ro / ρ =                                                                       (1.39)
                           4πε o λ z
Dengan menggunakan (1.38) dan (1.39), maka energi kisi kristal total dengan 2N
buah ion pada jarak setimbang Ro
                              Nαq 2     ⎛    ρ ⎞
       U tot            =−              ⎜1 −
                                        ⎜ R ⎟   ⎟                                              (1.40)
               R = Ro
                             4πε o Ro   ⎝     o ⎠


             Nαq 2
Bentuk −             disebut energi Madelung. Harga ρ berorde 0,1Ro sehingga
            4πε o Ro

interaksi tolak-menolak mempunyai rentang yang amat pendek dan sedikit sekali
pengaruhnya terhadap energi kisi.
       Sebagai contoh disajikan data tentang energi permolekul dalam kristal
KCl, yaitu energi Madelung (energi Coulomb) sebesar (25,2)/R eV dan energi



                                                       Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      32


tolak menolak (2,4.104)exp(-R/0,30) eV dimana R berorde 10-8 cm. Harga
konstanta Madelung α bergantung pada struktur kristal ionik, misalnya untuk
NaCl, CsCl dan ZnS, masing-masing berharga 1,747565 , 1,762675 dan 1,6381.
       Ikatan ionik tergolong lebih kuat daripada ikatan lain, dengan energi rata-
rata 5 eV setiap pasangan atom. Oleh karena itu kristal ionik mempunyai titik
leleh yang tinggi. Misalnya titik leleh NaCl adalah 8010C, sedangkan untuk logam
Na dan K, masing-masing adalah 97,80C dan 630C.

1.3.2.2 Ikatan Kovalen
       Andaikanlah ada dua atom hidrogen yang terpisah pada jarak yang cukup
jauh satu sala lainnya sehingga tidak ada interaksi di antara elektronnya, maka
masing-masing atom memiliki orbit 1s. Jika kedua atom saling mendekat dan
membentuk molekul H2, maka orbital molekulnya merupakan kombinasi linier
dari kedua orbital atom 1s. Orbital molekul tersebut mempunyai dua
kemungkinan, yaitu
       ψ genap = ψ 1 + ψ 2    dan      ψ ganjil = ψ 1 − ψ 2                        (1.41)

dimana ψ1 dan ψ2 merepresentasikan keadaan 1s pada dua proton. Orbital
molekular ψgenap dan ψganjil secara grafik diperlihatkan pada Gambar 1.25 berikut.




                          a                                        b


                Gambar 1.25 Fungsi gelombang (a) ψgenap dan (b) ψganjil

Sedangkan distribusi muatan untuk kedua orbital tersebut adalah |ψgenap|2 dan
|ψganjil|2 seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.26 berikut.




                    (a)                                             (b)
            Gambar 1.26 Propil distribusi muatan dan representasi kontur



                                         Fisika Zat Padat         Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL    33


                               (a) ψgenap dan (b) ψganjil

Tampak bahwa ψgenap mengandung elektron terutama pada daerah antara dua
proton, sedangkan ψganjil mengandung elektron di sekitar masing-masing proton
yang bersangkutan dan jauh dari daerah antara dua proton.
        Kedua orbital molekul di atas mempunyai energi yang berbeda seperti
ditunjukkan oleh Gambar 1.27 berikut.




          Gambar 1.27 Energi keadaan dasar dan eksitasi molekul hidrogen
                          sebagai fungsi jarak antarinti
Orbital genap berenergi lebih rendah daripada orbital ganjil. Bahkan orbital genap
mempunyai energi negatip. Dengan demikian orbital genap merupakan orbital
stabil (orbital bonding) dan orbital ganjil merupakan orbital tidak stabil (orbital
antibonding). Pada gambar di atas tampak bahwa molekul hidrogen memiliki
keadaan setimbang pada 0,74 Å dan energi ikat 4,48 eV (relatif terhadap keadaan
dasar dua atom hidrogen yang terpisah pada jarak tak terhingga). Sesuai dengan
prinsip eksklusi Pauli, kedua elektron dalam orbital bonding memiliki spin
antiparalel.
        Keberadaan sepasang elektron di antara atom hidrogen di atas
menyebabkan terjadinya ikatan yang kuat dalam molekul hidrogen. Ikatan yang
terjadi karena pemakaian bersama sepasang elektron oleh atom untuk mencapai
konfigurasi gas mulia dalam suatu molekul disebut ikatan kovalen. Hal ini



                                         Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      34


merupakan bukti bahwa semua atom adalah identik sehingga transfer elektron dari
satu atom ke yang lain tidak menimbulkan akibat apapun.
       Keadaan fisis ikatan kovalen dalam kristal sama dengan dalam molekul.
Gaya tarikan terjadi antara elektron dan proton di sepanjang garis yang
menghubungkan inti berturutan. Sedangkan gaya tolaknya terjadi karena interaksi
prinsip eksklusi Pauli saat inti saling merapat. Gaya tarikan elektron-proton lebih
dari cukup untuk mengimbangi penolakan langsung elektron-elektron ataupun
proton-proton.
       Ikatan kovalen juga kuat, seperti ditunjukkan oleh intan yang tingkat
kekerasannya tinggi dan titik leleh di atas 30000C. Ikatan dua atom karbon dalam
struktur intan memiliki energi kohesi 7,3 eV peratom.

1.3.2.3 Ikatan Logam
       Model ikatan logam menggambarkan adanya suatu susunan ion teratur dan
suatu lautan elektron valensi ion tersebut yang dapat bergerak bebas di antara
susunan ion. Dengan demikian elektron valensi atom berubah menjadi elektron
konduksi logam. Ikatan logam terjadi bila tarikan antara ion positip dan gas
elektron melebihi penolakan antarelektron dalam gas tersebut. Gaya tolak
Coulomb antarion positip menjadi tidak efektif karena gas elektron melingkupi
ion secara kuat sehingga menjadi ion noninteraksi yang netral.
       Atom logam bersatu sehingga terbentuk kristal logam yang stabil karena
energi sistem kristal lebih rendah daripada energi atom bebasnya. Dalam atom
bebas terisolasi, elektron dimodelkan sebagai sebuah partikel dalam kotak
potensial. Dengan demikian gerakan elektron dibatasi dalam volume yang kecil
sehingga, menurut prinsip ketidaktentuan Heisenberg, energi kinetiknya besar.
Dengan menggunakan persamaan Scrodinger, dimana potensial interaksi nol, dan
syarat batas periodik diperoleh energi kinetik elektron
       E ∼ V-2/3                                                                (1.42)
Dimana V adalah volume kotak tempat elektron bergerak. Sedangkan dalam
kristal, elektron secara bebas bergerak dalam keseluruhan volume kristal yang
sangat besar. Akibatnya, energi kinetik elektron turun secara tajam dan



                                        Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      35


mengkontribusi pengurangan energi total sistem. Penurunan energi inilah yang
menjadi sumber ikatan logam.
        Ikatan logam lebih lemah daripada ikatan kovalen dan ionik. Contohnya,
logam Na memiliki titik leleh pada 97,80C. Energi kinetik yang kecil
menyebabkan ikatannya lemah. Susunan kristal logam cenderung untuk memiliki
susunan dimana setiap atom atau ion memiliki banyak tetangga (struktur tersusun
padat), misalnya HCP (seng), FCC (tembaga), BCC (lithium dan natrium) dan
lain-lain.

1.3.2.4 Ikatan Van der Walls
        Ikatan ionik, kovalen dan logam terjadi karena pengaturan elektron
valensi. Hal demikian tidak bisa terjadi pada gas mulia yang sangat stabil karena
sel terluarnya penuh. Distribusi elektronnya mempunyai simetri bola sehingga
potensial listrik berharga nol di luar jari-jari atom. Demikian juga momen
multipol listriknya. Jika hal ini benar, maka atom gas mulia tidak memiliki energi
kohesi dan tidak dapat terkondensasi menjadi cairan. Tetapi, terjadinya
kondensasi dan pembekuan pada suhu yang sangat rendah membuktikan bahwa
terdapat energi ikat yang lemah pada gas ini. Gaya yang lemah antaratom dalam
padatan gas mulia ditandai oleh titik lelehnya yang rendah, yaitu -272,20C, -
248,70C dan -189,20C, masing-masing untuk He, Ne dan Ar.
        Meskipun secara rata-rata semua momen multipol listriknya sama dengan
nol, tetapi di setiap suatu waktu momen dipol listrik tidak sama dengan nol
sebagai akibat adanya kelebihan elektron di bagian tertentu. Ketidaksimetrisan ini
tidak permanen, tetapi selalu berfluktuasi. Momen dipol listrik sesaat ini dapat
menginduksi atom atau molekul tetangganya sehingga terjadi interaksi antara
keduanya. Interaksi antara momen dipol listrik sesaat inilah yang memberikan
ikatan antara atom gas mulia.
        Interaksi tarik-menarik dipol induksi antara dua dipol berjarak R telah
dirumuskan oleh Van der Walls – London melalui energi
                 A
        ΔU = −                                                                 (1.43)
                 R6



                                       Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      36


Interaksi tolak-menolaknya bersumber dari interaksi prinsip eksklusi Pauli. Secara
empirik didapatkan potensial tolak-menolak
                  B
       ΔU =                                                                              (1.44)
                 R 12
A dan B adalah parameter empirik. Sehingga, biasanya, energi potensial total dua
atom berjarak R adalah
                   ⎡⎛ σ ⎞12 ⎛ σ ⎞ 6 ⎤
       U (R ) = 4ε ⎢⎜ ⎟ − ⎜ ⎟ ⎥                                                          (1.45)
                   ⎢⎝ R ⎠
                   ⎣        ⎝R⎠ ⎥   ⎦
dimana ε dan σ adalah parameter baru, dengan 4εσ6=A dan 4εσ12=B. Potensial
(1.45) di atas dikenal dengan nama potensial Lennard-Jones.
       Gaya antara dua atom ditentukan melalui –dU/dR. gaya ini sangat cepat
berubah dengan jarak R sehingga atom dalam kristal cenderung untuk serapat
mungkin. Biasanya, struktur yang dimiliki oleh gas mulia adalah FCC (“cubic
close-packed”).
       Energi kinetik atom gas mulia dapat diabaikan. Oleh karena itu energi
kohesi kristal gas mulia didapatkan dengan menjumlahkan potensial Lennard-
Jones (1.45) di atas terhadap semua pasangan atom dalam kristal. Jika terdapat N
buah atom dalam kristal, maka energi tersebut
                        ⎡ ⎛ σ ⎞12        ⎛ σ ⎞ ⎤
                                               6

       U tot   = N (4ε )⎢∑ ⎜
                 1                  ⎟ − ∑⎜    ⎟ ⎥                                        (1.46)
                        ⎢ j ⎜ pij R ⎟    ⎜ p R⎟ ⎥
                 2
                        ⎣   ⎝       ⎠    ⎝ ij ⎠ ⎦

dimana pijR adalah jarak antara atom ke-i dan j. Faktor ½ muncul karena hitungan
dilakukan dua kali pada setiap pasangan atom.
       Untuk struktur FCC, dimana terdapat 12 tetangga terdekat, perhitungan
menghasilkan

       ∑pj
               −12
               ij    = 12,13188       ;     ∑p
                                             j
                                                   −6
                                                   ij   = 14,45392                       (1.47)

Pada posisi setimbang Ro, energi total sistem berharga minimum sehingga
        dU tot                        ⎡            σ 12            σ6⎤
                          = 0 = −2 Nε ⎢(12 )(12,13) 13 − (6)(14,45) 7 ⎥                  (1.48)
         dR      R = Ro               ⎣            R               R ⎦

dan menghasilkan harga


                                                 Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      37


       Ro/σ = 1,09                                                                (1.49)
Nilai Ro/σ hasil pengamatan menunjukkan untuk Ne, Ar, Kr dan Xe adalah 1,14;
1,11; 1,1 dan 1,09 yang tidak berbeda jauh dengan (1.49). Dengan demikian
energi kohesi kristal gas mulia pada suhu nol mutlak dan tekanan nol diperoleh
dengan mensubstitusikan (1.47) dan (1.49) ke dalam (1.46). Hasilnya diperoleh
                         ⎡       ⎛σ ⎞
                                      12
                                              ⎛σ ⎞ ⎤
                                                  6

       U tot (R ) = 2 Nε ⎢(12,13)⎜ ⎟ − (14,45)⎜ ⎟ ⎥                               (1.50)
                         ⎢
                         ⎣       ⎝R⎠          ⎝R⎠ ⎥ ⎦
dan pada posisi setimbang Ro
       Utot(Ro) = - (2,15) (4Nε)                                                  (1.51)
Perhitungan energi kohesi ini berlaku jika atom-atom dalam keadaan diam. Jika
dilakukan koreksi mekanika kuantum, maka energi tersebut harus direduksi
sebesar 28; 10; 6 dan 4 %, masing-masing untuk Ne, Ar, Kr dan Xe.

1.3.2.5 Ikatan Hidrogen
       Molekul     air   (H2O)     terisolasi   berikatan     kovalen   sehingga    atom
penyusunnya terikat secara kuat. Tetapi, dalam kristal es, yang tersusun atas
molekul air, ikatannya jauh lebih lemah. Hal ini ditandai oleh adanya titik leleh air
pada 00C.
       Sifat listrik sebuah molekul air terisolasi adalah netral. Tetapi, dalam
kristal es distribusi muatan internal sedemikian rupa sehingga menghasilkan
interaksi antarmolekul. Elektron lebih ditarik ke arah atom oksigen sehingga
bermuatan negatip; dan dalam waktu bersamaan atom hidrogen menjadi
bermuatan positip. Keadaan ini menghasilkan dipol listrik dalam molekul air.
Gaya tarik-menarik antardipol listrik inilah yang menghasilkan ikatan hidrogen
sehingga terbentuk kristal. Hal ini dijelaskan dalam Gambar 1.28 berikut.




                                          Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL    38


              Gambar 1.28 (a) Molekul air; dan (b) Susunan molekul air
                      sebagai akibat adanya ikatan hidrogen
Tetapi, gaya antarmolekul ini jauh lebih lemah daripada gaya internal yang
mengikat molekul itu sehingga molekul tetap dapat mempertahankan identitasnya
salam kristal. Ikatan hidrogen mempunyai orde 0,1 eV.

                                 RINGKASAN
01. Suatu benda padat berbentuk kristal, apabila atom, ion, atau molekulnya
   teratur dan periodik dalam rentang yang panjang dalam ruang. Bahan kristal
   memiliki simetri translasi, artinya bila seluruh kristal itu digeser sejauh vektor
   translasi kisi R = n1 a + n2 b , maka keadaannya tetap sama.
02. Pola geometrik dari kedudukan setimbang tiap atom sebagai suatu titik
       dinamakan kisi kristal. Terdapat dua kelas kisi, yaitu Bravais dan non-
   Bravais. Kisi non-Bravais seringkali disebut sebagai kisi dengan suatu basis
   dan dapat dipandang sebagai kombinasi dari dua atau lebih kisi Bravais yang
   saling menembus dengan orientasi tertentu.
03. Luas daerah jajaran genjang yang sisinya dibatasi oleh vektor basis disebut sel
   satuan. Terdapat dua jenis sel satuan, yaitu sel primitip (satu titik kisi
   perselnya) dan sel non-primitip (lebih dari satu titik kisi perselnya). Hubungan
   antara keduanya adalah (a) sel non-primitip menunjukkan simetri lebih besar,
   dan (b) luas sel non-primitip merupakan kelipatan bulat dari luas sel primitip.
04. Dalam dua dimensi, kisi kristal Bravais yang mungkin sebanyak lima jenis,
   yaitu Genjang, Persegi, Heksagonal, Empat persegi panjang P, dan Empat
   persegi panjang I. Sedangkan untuk tiga dimensi ternyata ada 14 buah kisi
   Bravais yang terlingkupi dalam 7 buah sistem kristal, yaitu Triklinik (P),
   Monoklinik (P, C), Ortorombik (P, C, I, F), Tetragonal (P, I), Trigonal (R),
   Heksagonal (P), dan Kubik (P, I, F).
05. Beberapa kristal dengan struktur sederhana, di antaranya NaCl, CsCl, intan,
   ZnS dan HCP
06. Arah kristal, yakni vektor R = n1 a + n 2 b + n3 c , dinyatakan dengan [n1 n2

   n3], yang lazimnya dalam perbandingan bilangan bulat terkecil. Sedangkan



                                          Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL    39


  bidang kristal dinyatakan sebagai indek Miller (hkl). Jarak antarbidang Miller,
  khusus untuk sumbu ortogonal dengan a≠b≠c dinyatakan oleh persamaan
                                1
       d hkl =                                  1/ 2
                 ⎛ 1   1   1 ⎞
                 ⎜ 2 + 2 + 2⎟
                 ⎜x
                 ⎝    y   z ⎟⎠
07. Fraksi kepadatan, didefinisikan sebagai proporsi maksimum dari volume yang
  ada yang dapat diisi oleh bola atom dalam sebuah sel satuan, diungkapkan
  dalam bentuk rumusan

       F=N
                 (4 / 3)π      r3
                        V
08. Menurut Bragg kristal direpresentasikan oleh kumpulan bidang paralel yang
  bersesuaian dengan bidang atom, yang berperan sebagai cermin. Interferensi
  maksimum (konstruktif) yang terjadi memenuhi hukum Bragg
       n λ = 2 dhkl sin θ
  Dengan menggunakan hukum Bragg, secara eksperimen, jarak antarbidang
  dhkl dapat dihitung.
09. Fakta menunjukkan bahwa hamburan berkas sinar-X disebabkan oleh atom
  diskrit kristal yang bersangkutan. Oleh karena itu bahasan berikut menelaah
  hukum Bragg melalui proses hamburan elastik (hamburan Thomson) sinar-X
  oleh elektron dalam setiap atom dalam kristal. Dalam teori ini ditemukan
  bahwa intensitas parsial gelombang terhambur sebanding dengan kuadrat
  faktor hamburan kristal, yaitu Fkr = F S, dimana S dan F, masing-masing
  adalah faktor struktur geometri dan kisi.
10. Faktor struktur kisi S berharga tidak nol, yakni S=N, hanya untuk s = Ghkl ,

  yakni vektor hamburan sama dengan vektor kisi resiprok (syarat Bragg). Dari
  hubungan ini dapatlah diturunkan hukum Bragg 2dhklsin θ = λ.
11. Jika syarat Bragg terpenuhi dan semua atom identik, maka untuk kedudukan
  atom ke-j dalam sel satuan δ j = u j a + v j b + w j c , didapatkan faktor struktur
                                (                    )
  kisi Fhkl = f a ∑ e
                            2πi hu j + kv j + lw j
                                                         .
                    j




                                                             Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL         40


12. Dalam suatu kristal letak atom relatif jauh satu sama lain sehingga gaya inti
  tidak berperan. Dengan demikian formasi kristal terjadi karena gaya
  antaratom (bersifat listrik). Pada titik setimbang, energi potensial terendah dan
  didominansi oleh energi tarik-menarik, serta resultan gaya nol. Pada jarak lebih
  kecil dari titik setimbang, potensial naik secara tajam menuju tak berhingga
  dan terjadi gaya tolak-menolak; sedangkan pada jarak yang lebih besar,
  potensial naik secara bertahap sehingga mencapai nol pada jarak tak berhingga
  dan terjadi gaya tarik-menarik.
13. Ikatan ion terjadi antara ion positip dan negatip karena terjadi perpindahan
  elektron sehingga menyerupai kofigurasi gas mulia. Energi ikatan berasal dari
  potensial tolak-menolak medan sentral empirik dan tarik-menarik Coulomb. Di

                                                                Nαq 2     ⎛    ρ ⎞
  titik setimbang energi tersebut adalah U tot            =−              ⎜ R ⎟
                                                                          ⎜1 −    ⎟
                                                 R = Ro
                                                               4πε o Ro   ⎝     o ⎠


14. Ikatan yang terjadi karena pemakaian bersama sepasang elektron oleh atom
  untuk mencapai konfigurasi gas mulia dalam suatu molekul disebut ikatan
  kovalen. Sepasang elektron tersebut lebih banyak terdistribusi di antara inti-
  inti. Gaya tarikan terjadi antara elektron dan proton di sepanjang garis yang
  menghubungkan inti berturutan. Sedangkan gaya tolaknya terjadi karena
  interaksi prinsip eksklusi Pauli saat inti saling merapat. Gaya tarikan elektron-
  proton lebih dari cukup untuk mengimbangi penolakan langsung elektron-
  elektron ataupun proton-proton.
15. Model ikatan logam menggambarkan adanya suatu susunan ion teratur dan
  suatu lautan elektron valensi (elektron konduksi) ion tersebut yang dapat
  bergerak bebas di antara susunan ion. Ikatan logam terjadi bila tarikan antara
  ion positip dan gas elektron melebihi penolakan antarelektron dalam gas
  tersebut. Gaya tolak Coulomb antarion positip menjadi tidak efektif karena gas
  elektron melingkupi ion secara kuat sehingga menjadi ion noninteraksi yang
  netral.
16. Terdapat energi ikat yang lemah pada gas mulia. Meskipun secara rata-rata
  semua momen multipol listriknya sama dengan nol, tetapi di setiap suatu waktu
  momen dipol listrik terjadi secara fluktuatif sebagai akibat adanya kelebihan


                                        Fisika Zat Padat            Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL         41


   elektron di bagian tertentu. Momen dipol listrik sesaat ini dapat menginduksi
   atom atau molekul tetangganya sehingga terjadi interaksi antara keduanya.
   Interaksi antara momen dipol listrik sesaat inilah yang memberikan ikatan
   antara atom gas mulia. Energi ikatan Van der Walls ini adalah
                      ⎡ ⎛ σ ⎞12        ⎛ σ ⎞ ⎤
                                             6

   U tot   = 1 N (4ε )⎢∑ ⎜        ⎟ − ∑⎜    ⎟ ⎥
                      ⎢ j ⎜ pij R ⎟    ⎜ p R⎟ ⎥
             2
                      ⎣ ⎝         ⎠    ⎝ ij ⎠ ⎦

17. Contoh ikatan hidrogen adalah kristal air. Sifat listrik sebuah molekul air
   terisolasi adalah netral. Tetapi, dalam kristal es distribusi muatan internal
   sedemikian rupa sehingga menghasilkan interaksi antarmolekul. Elektron lebih
   ditarik ke arah atom oksigen sehingga bermuatan negatip; dan dalam waktu
   bersamaan       atom     hidrogen    menjadi      bermuatan       positip.     Keadaan    ini
   menghasilkan dipol listrik dalam molekul air. Gaya tarik-menarik antardipol
   listrik inilah yang menghasilkan ikatan hidrogen sehingga terbentuk kristal.

                             LATIHAN SOAL BAB I
                                                           ˆ        j       ˆ
01. Diketahui vektor basis primitip suatu kisi adalah a = ai , b = bˆ, c = ck ,
                    ˆ
   dengan i , ˆ dan k adalah tiga vektor satuan dalam koordinat Kartesian.
          ˆ j

   a. Gambarlah kisi tersebut!
   b. Membentuk kisi Bravais jenis apakan vektor basis tersebut?
   c. Berapakah volume sel satuan primitip tersebut?
02.a.      Sama    dengan     soal     01),   tetapi    untuk       vektor      basis   primitip
                                      j ˆ                     ˆ ˆ
     a = (a / 2)(i + ˆ), b = (a / 2)( ˆ + k ) dan c = (a / 2)(k + i ) !
                 ˆ j

                                                      ˆ
   b. Buktikan bahwa ungkapan vektor satuan i , ˆ dan k sebagai kombinasi linier
                                            ˆ j

    dari vektor basis primitip ialah
      ˆ                j                  ˆ
     ai = a − b + c , aˆ = a + b − c dan ak = −a + b + c
                                             ˆ j ˆ                          ˆ ˆ         j ˆ
   c. Posisi kedelapan pojok sel adalah 0, a i , a ˆ , a k , a( i + ˆ ), a( i + k ), a( ˆ + k )
                                                                ˆ j

           ˆ j ˆ
    dan a( i + ˆ + k ). Nyatakan posisi-posisi tersebut dalam a , b dan c !




                                              Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL           42


                                                                         ˆ ˆ
   d. Sama dengan (c), tetapi untuk 6 titik pada pusat muka, yaitu (½)a( i + k ),

          j ˆ                                 j ˆ             ˆ j ˆ
    (½)a( ˆ + k ), (½)a( i + ˆ ), (½)a( i + 2 ˆ + k ), (½)a( 2i + ˆ + k ), dan
                         ˆ j            ˆ

                   ˆ
    (½)a( i + ˆ + 2k ) ! (Nyatalah bahwa, berdasarkan (c) dan (d) semua posisi
          ˆ j

    atom dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari vektor kisi primitip
    dengan koefisien bilangan bulat)
03.a. Sama dengan soal 02), tetapi untuk vektor basis primitip
                    ˆ j ˆ                      j ˆ ˆ                       ˆ ˆ j
        a = (a / 2)(i + ˆ − k ), b = ( a / 2)( ˆ + k − i ) dan c = (a / 2)(k + i − ˆ) !
                                                      ˆ
   b. Buktikan bahwa ungkapan vektor satuan i , ˆ dan k sebagai kombinasi linier
                                            ˆ j

                                       ˆ            j              ˆ
    dari vektor basis primitip adalah ai = a + c , aˆ = a + b dan ak = b + c !

04. Sama dengan soal (1), tetapi untuk vektor basis primitip                  1      ˆ j          ˆ
                                                                                  a (i + ˆ ) − 1 ck ,
                                                                              2                2

   1                   ˆ
       a (−i + ˆ) + 1 ck , dan
           ˆ j                   1                  ˆ
                                     a (i − ˆ) + 1 ck dimana a adalah sisi bujursangkar dan
                                        ˆ j
   2                2            2               2

   c adalah sisi yang tegak lurus terhadap bujursangkar tersebut !
05. Kisi kristal dapat dipetakan ke dalam dirinya sendiri oleh simetri translasi kisi,
    pencerminan dan rotasi di sekitar suatu sumbu. Kisi kristal memiliki simetri
    rotasi derajat-1, 2, 3, 4 dan 6 atau 2π; 2π/2; 2π/3; 2π/4; dan 2π/6. Tetapi,
    misalnya, kisi kristal tidak memiliki simetri rotasi 2π/5 karena tidak
    memungkinkan untuk mengisi seluruh ruang secara periodik dengan bentuk
    bangun pentagon. Tunjukkan bahwa kisi dua dimensi tidak mempunyai
    simetri putar 2π/5 !

06. Buktikan bahwa struktur HCP memiliki rasio sumbu c/a= 2 6 =1,633 !
                                                          3

07. Pada suhu 1190 K besi memiliki struktur FCC dengan parameter kisi a=3,647
   Å; dan pada suhu 1670 K berstruktur BCC dengan a=2,932 Å. Jika berat atom
   besi adalah 55,85 sma, maka tentukan kerapatan massa pada masing-masing
   suhu tersebut!
08. Diketahui padatan Al berstruktur FCC dengan a=4,04 Å dan berat atom 26,98
   sma. Hitunglah massa jenisnya!
09. Gambarlah bidang dan arah berikut dalam sel satuan kubik: (122), [122],
   (1 1 2) dan [1 1 2]!


                                               Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL    43


10. Kristal Cu mempunyai struktur FCC dengan jari-jari atom 1,278 Å. Berapakah
  kerapatan atom yang terdapat pada bidang (100)?
11. Sama dengan soal 08), tetapi untuk kristal Fe yang berstruktur BCC dengan
  konstanta kisi 2,86 Å!
12. Buktikan bahwa dalam koordinat Kartesis bidang (hkl)=(mnox+mnoy+mnoz)
  memberikan vektor arah yang tegak lurus bidang tersebut, yakni
            ˆ       j       ˆ
   no = nox i + noy ˆ + noz k !

13. Buktikan harga jari-jari atom dan fraksi kepadatan dari berbagai struktur
  kristal dalam Tabel 5.1!
14. Suatu kristal kubik mempunyai konstanta kisi 2,62 Å. Berapakah sudut Bragg
  yang sesuai untuk terjadi refleksi oleh bidang (100), (110), (111), (200), (210)
  dan (211), jika berkas sinar-X monokhromatik yang digunakan mempunyai
  panjang gelombang 1,54 Å?
15. Sudut Bragg untuk refleksi kristal besi BCC pada bidang (110) adalah 220,
  dengan sinar-X yang panjang gelombangnya 1,54 Å.
  a. Berapakah konstanta kisinya?
  b. Jika berat atom Fe adalah 55,8 sma, maka berapakah kerapatan massanya?
16. Buktikan bahwa persamaan (1.21) dapat diturunkan dari persamaan (1.20),
  dengan mengingat definisi (1.22)!
17. Gambarkan kisi resiprok untuk kisi dua dimensi yang mana a=1,25 Å, b=2,50
  Å dan γ=120o!

18.a. Buktikan bahwa vektor kisi resiprok G = ha1 + ka 2 + la3 tegak lurus

      terhadap bidang (hkl) dalam kisi kristal!
  b. Buktikan bahwa jarak antara dua bidang paralel berturutan dalam kisi adalah

      dhkl=2π/ G !

19. Suatu sel satuan berukuran a=4 Å, b=6 Å, c=8 Å dan α=β=900, γ=1200.
  Tentukan
  a. vektor basis a*, b* dan c* untuk kisi resiprok!
  b. jarak antar bidang (210)!



                                        Fisika Zat Padat       Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL      44


  c. sudut Bragg untuk bidang (210), jika diketahui panjang gelombang sinar-X
      yang dipakai 1,54 Å!
20. Buktikan bahwa
  a. kisi resiprok suatu kisi SC adalah kisi SC juga!
  b. kisi resiprok suatu kisi FCC adalah kisi BCC, dan sebaliknya!
21. Diketahui bahwa vektor basis primitip kisi ruang heksagonal adalah
   a1 = ( 1 a 3 ) x + ( 1 a ) y, a 2 = −( 1 a 3 ) x + ( 1 a ) y, a3 = cz
          2
                  ˆ 2 ˆ                   2
                                                  ˆ 2 ˆ                ˆ

  a. Tunjukkan bahwa volume sel primitipnya adalah (31/2/2)a2c!
  b. Tunjukkan bahwa vektor basis primitip kisi resiproknya adalah
           ⎛ 2π ⎞ ⎛ 2π ⎞          ⎛ 2π ⎞ ⎛ 2π ⎞          2π
      b1 = ⎜
           ⎜    ⎟x + ⎜
                ⎟ˆ     ⎟ y, b2 = −⎜
                         ˆ        ⎜    ⎟ x + ⎜ ⎟ y, b3 =
                                       ⎟ˆ        ˆ          ˆ
                                                            z , sehingga kisi
           ⎝a 3⎠ ⎝ a ⎠            ⎝a 3⎠ ⎝ a ⎠             c
      merupakan resiprok dirinya sendiri, tetapi dengan merotasikan 30o sumbu-
      sumbunya terhadap sumbu a3!
22. Buktikan persamaan (1.26)!
23.a. Pada bidang yang mana dalam kisi BCC berikut yang tidak menimbulkan
    refleksi Bragg: (100), (110), (111), (200), (210) dan (211)!
  b. Sama dengan soal a), tetapi dalam kisi FCC!
24. Hitunglah faktor struktur geometri F100 untuk kristal CsCl yang berstruktur
  BCC, jika diasumsikan bahwa fCs=3fCl!
25. Teori ikatan kristal ionik model Born-Meyer menyebutkan bahwa energi
                                                                     A      α q2
  potensial total suatu sistem kristal ionik adalah E = N               −N          , dengan
                                                                     Rn    4π ε 0 R
  N     adalah      jumlah      pasangan        ion     positip-negatip.    Suku      pertama
  merepresentasikan potensial tolak-menolak, dengan A dan n adalah konstanta
  yang ditentukan melalui eksperimen. Suku kedua merepresentasikan potensial
  tarik-menarik Coulomb, dengan α adalah konstanta Madelung yang hanya
  bergantung pada struktur kristal.
                                                                               4π ε 0 A
  a. Tunjukkan bahwa jarak kesetimbangan antarion adalah R0n −1 =                       n!
                                                                                α q2
  b. Tunjukkan bahwa energi ikatan pada titik kesetimbangan adalah



                                              Fisika Zat Padat        Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL     45


                α Nq 2 ⎛ 1 ⎞
      E0 = −             ⎜1 − ⎟ !
               4π ε 0 R0 ⎝ n ⎠
  c. Jika kristal NaCl mempunyai konstanta kisi 5,63 Å, energi ikat terukur 7,95
     eV/molekul dan konstanta Madelung 1,75, maka tentukan konstanta n!


26. Berikut disajikan data eksperimen tentang pembentukan molekul NaCl
   Na (gas)     + 5,14 eV (energi ionisasi) → Na+ (gas) + e- (elektron)
    -
   e (elektron) + Cl (gas)               → Cl- (gas) + 3,61 eV (afinitas elektron)
   Na+ (gas) + Cl- (gas)              → NaCl (kristal) + 7,9 eV (energi kohesif)
   Hitunglah energi permolekul kristal NaCl tersebut! (Energi permolekul ini
   lebih kecil daripada energi kohesif/ikat permolekul (7,9 eV). Energi ikat
   molekul adalah energi yang diperlukan untuk memecahkan molekul tersebut
   menjadi ion-ion penyusunnya)
27. Dalam kristal NaCl didapatkan data eksperimen tentang harga jarak suatu ion
   positip terhadap ion negatip terdekatnya adalah 2.81.10-8 cm. Tentukan energi
   tarik menarik Coulomb sebagai bagian dari energi potensial antara dua ion
   tersebut! (Harga ini masih seorde dengan data eksperimen tentang energi ikat
   7,9 eV/molekul)
29. Buktikan bahwa konstanta Madelung
  a. berharga 2 ln 2 untuk kristal ionik alternasi satu dimensi!
  b. berharga 1,747565 , 1, 762675 dan 1,6381 , masing-masing untuk kristal
     NaCl, CsCl dan ZnS!
30. Untuk gas He, yang berstruktur FCC, hasil pengukuran menunjukkan bahwa
  parameter Lennard-Jones ε=50.10-16 erg dan σ=2,96 Å. Hitunglah energi
  kohesifnya dalam kJ/mol! (Nilai pengamatan energi kohesif 0,751 kJ/mol, jauh
  lebih kecil daripada hasil perhitungan sehingga koreksi kuantum sangat
  penting)
31. Dengan menggunakan potensial Lennard-Jones, hitunglah perbandingan
  energi kohesi Ne dalam struktur BCC dan FCC! Diketahui bahwa untuk kisi
  BCC harga     ∑p
                 j
                     −12
                     ij    = 9,11418 ;   ∑p
                                         j
                                              −6
                                              ij   = 12,2533 .




                                         Fisika Zat Padat        Parno – Fisika FMIPA UM
I STRUKTUR KRISTAL         46


32. Sama dengan soal 26), tetapi untuk struktur HCP dan FCC! Diketahui bahwa
  untuk kisi HCP harga    ∑p
                          j
                               −12
                               ij    = 12,13229 ;    ∑pj
                                                             −6
                                                             ij   = 14,45489 .

                                                                         6         12
                                                  ⎛a ⎞     ⎛a ⎞
33. Energi total untuk 2 atom argon adalah E = −C ⎜ o ⎟ + B⎜ o ⎟ relatif
                                                  ⎝R⎠      ⎝R⎠
  terhadap keadaan keduanya pada jarak tak terhingga. Harga B= 2,35.103 eV,
  C= 1,69.108 eV dan ao adalah radius Bohr. Suku pertama merepresentasikan
  energi tarik menarik antara elektron-elektron terluar; dan kedua adalah energi
  tolak menolak antara ion-ion teras. Hitunglah
  a. posisi setimbang !
  b. Buktikan bahwa di posisi setimbang energinya didominansi oleh energi
      tarik menarik! (harga mutlak energi tarik menarik lebih besar daripada
      energi tolak menolak, dan energi totalnya berharga negatip)




                                          Fisika Zat Padat          Parno – Fisika FMIPA UM
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL
STRUKTUR KRISTAL

More Related Content

What's hot

Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2keynahkhun
 
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiStatistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiSamantars17
 
Pertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristal
Pertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristalPertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristal
Pertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristalandrainiesta
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaAyuShaleha
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika IntiFKIP UHO
 
Handout listrik-magnet-i
Handout listrik-magnet-iHandout listrik-magnet-i
Handout listrik-magnet-irina mirda
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatRisdawati Hutabarat
 
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatAhmad Faisal Harish
 
Fisika Kuantum part 2
Fisika Kuantum part 2Fisika Kuantum part 2
Fisika Kuantum part 2radar radius
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumHana Dango
 
081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertz081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertzFakhrun Nisa
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikNurfaizatul Jannah
 

What's hot (20)

Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfa
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
 
Bab 3-struktur-kristal
Bab 3-struktur-kristalBab 3-struktur-kristal
Bab 3-struktur-kristal
 
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiStatistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
 
Pertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristal
Pertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristalPertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristal
Pertemuan ke-2-ikatan-atomik-dalam-kristal
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
 
Feromagnetik
FeromagnetikFeromagnetik
Feromagnetik
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Ketidakpastian Heisenberg
Ketidakpastian HeisenbergKetidakpastian Heisenberg
Ketidakpastian Heisenberg
 
Handout listrik-magnet-i
Handout listrik-magnet-iHandout listrik-magnet-i
Handout listrik-magnet-i
 
Efek zeeman
Efek zeemanEfek zeeman
Efek zeeman
 
Zat padat
Zat padatZat padat
Zat padat
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat Padat
 
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
 
indeks miller
indeks millerindeks miller
indeks miller
 
Fisika Kuantum part 2
Fisika Kuantum part 2Fisika Kuantum part 2
Fisika Kuantum part 2
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertz081211332010 eksperimen franck hertz
081211332010 eksperimen franck hertz
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
 

STRUKTUR KRISTAL

  • 1. FISIKA ZAT PADAT Oleh DRS. P A R N O, M.Si DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA Pebruari 2006
  • 2. Ralat fisika zat padat 2006 hal ralat 10 Gambar 1.9 CsCl 13 c/a = (2/3) akar 6 18 Baris ke-8 dalam table: ………. berikutnya 25 Pers (1.30) fkr,hkl 27 KBR seharusnya adalah KBr 35 interaksi seharusnya Interaksi 41 Baris ke-2 dr bw: dobel + 42 03.b. primitip adalah; 06. ……… 48 2.1 dan 2.3 57 Letak Pers 2.34 i
  • 3. KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa atas segala rahmat-Nya sehingga penulisan buku FISIKA ZAT PADAT ini dapat diselesaikan. Buku ini disusun atas dasar deskripsi matakuliah FIU 437 FISIKA ZAT PADAT di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang dan dengan maksud agar perkuliahan matakuliah tersebut dapat berlangsung lebih efektif dan efisien. Disamping itu, buku ini diharapkan dapat melengkapi pilihan pustaka mahasiswa dalam memahami konsep dan gejala mendasar dalam zat padat. Isi buku ini dirancang untuk kuliah satu semester dengan tiga sampai empat kredit pada semester kedua tahun ketiga. Dengan demikian mahasiswa diharapkan sudah menempuh matakuliah prasyaratnya, yaitu FISIKA KUANTUM dan FISIKA STATISTIK. Dalam setiap bab buku ini disajikan urutan subbab sedemikian rupa sehingga memahami subbab sebelumnya menjadi bekal yang cukup baik untuk memahami subbab sesudahnya. Oleh karena itu dalam mempelajari setiap bab buku ini mahasiswa diharapkan membaca dan memahaminya mulai dari awal sampai akhir secara berturutan. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga buku FISIKA ZAT PADAT ini dapat diselesaikan. Saran dan kritik membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi lebih sempurnanya buku ini. Semoga buku ini berguna. Amin! Malang, Pebruari 2006 Penyusun, i
  • 4. DAFTAR ISI halaman BAB I STRUKTUR KRISTAL 1.1 SIMETRI DAN STRUKTUR KRISTAL 2 1.1.1 Pengertian Pokok 2 1.1.1.1.Zat padat Kristal 2 1.1.1.2 Kisi Kristal 3 1.1.1.3 Vektor Basis 4 1.1.1.4 Sel Satuan Primitip dan Non-Primitip 4 1.1.1.5 Tiga Dimensi 5 1.1.2 Macam Dasar Kisi kristal 6 1.1.3 Beberapa Kristal dengan Struktur Sederhana 9 1.1.3.1 Struktur NaCl 9 1.1.3.2 Struktur CsCl 10 1.1.3.3 Struktur Intan 11 1.1.3.4 Struktur ZnS 12 1.1.3.5 Struktur HCP 12 1.1.4 Geometri Kristal 13 1.1.4.1 Arah kristal 13 1.1.4.2 Bidang Kristal dan Indek Miller 14 1.1.4.3 Jarak antar Bidang Sejajar 16 1.1.4.4 Fraksi Kepadatan 18 1.2 DIFRAKSI KISI KRISTAL 18 1.2.1 Hamburan Sinar-X oleh Kisi Kristal 19 1.2.1.1 Hukum Bragg 19 1.2.1.2 Teori Hamburan 20 1.2.1.3 Kisi Resiprok 23 1.2.1.4 Difraksi Sinar-X 24 1.3 IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL 28 1.3.1 Gaya Antaratom 28 1.3.2 Jenis Ikatan Kristal 30 1.3.2.1 Ikatan Ionik 30 1.3.2.2 Ikatan Kovalen 32 1.3.2.3 Ikatan Logam 34 1.3.2.4 Ikatan Van Der Walls 35 1.3.2.5 Ikatan Hidrogen 37 RINGKASAN 38 LATIHAN SOAL BAB I 41 ii
  • 5. B A B II DINAMIKA KISI KRISTAL 2.1. GETARAN DALAM ZAT PADAT 47 2.1.1 Getaran Elastik dan Rapat Moda Getar 47 2.1.2 Kuantisasi Energi Getaran dalam Zat Padat 52 2.1.2.1 Model Einstein tentang Cv Zat Padat 53 2.1.2.2 Model Debye tentang Cv Zat Padat 56 2.2 GETARAN DALAM KISI KRISTAL 58 2.2.1 Getaran dalam Kisi Linier 58 2.2.1.1 Kisi Monoatomik Satu Dimensi 58 2.2.1.2 Kisi Diatomik Satu Dimensi 63 2.2.1.3 Kisi Tiga Dimensi 66 RINGKASAN 66 LATIHAN SOAL BAB II 68 BAB III ELEKTRON DALAM LOGAM I (MODEL ELEKTRON BEBAS) 3.1 MODEL ELEKTRON BEBAS KLASIK 73 3.1.1 Teori Drude tentang Elektron dalam Logam 73 3.1.2 Model Elektron Bebas Klasik 76 3.2 MODEL ELEKTRON BEBAS TERKUANTISASI 78 3.2.1 Sumbangan Elektron Bebas pada Harga CV 80 3.2.2 Paramagnetik Pauli 82 3.2.3 Konduktivitas Listrik dalam Logam 83 3.3 PERILAKU ELEKTRON DALAM LOGAM 87 3.3.1 Hukum Matthiessen 87 3.3.2 Efek Hall 88 3.3.3 Resonansi Siklotron 90 3.3.4 Pancaran Termionik 91 3.4 KEBERATAN TERHADAP MODEL ELEKTRON BEBAS TERKUANTISASI 93 RINGKASAN 94 LATIHAN SOAL BAB III 96 BAB IV LOGAM II (TEORI PITA ENERGI) 4.1 TEORI PITA ENERGI UNTUK ZAT PADAT 99 4.1.1 Teorema Bloch 100 4.1.2 Model Kronig-Penney 101 4.1.3 Pita Energi dan Energi Elektron dalam Atom 105 4.1.4 Refleksi Bragg dan Celah Energi 108 4.1.5 Logam, Isolator dan Semikonduktor 110 4.1.6 Metode LCAO 115 iii
  • 6. 4.2 DINAMIKA ELEKTRON DALAM KRISTAL 119 4.2.1 Kecepatan Kelompok dan Massa Efektif Elektron dalam Kristal 119 4.2.2 Pengaruh Medan Listrik pada Kecepatan Elektron dalam Kristal 125 4.2.3 Konduktivitas listrik 127 4.2.4 Dinamika Elektron dalam Medan Magnet 129 4.2.4.1 Efek Hall 129 4.2.4.2 Resonansi Siklotron 130 RINGKASAN 133 LATIHAN SOAL BAB IV 136 BAB V SEMIKONDUKTOR 5.1 KLASIFIKASI SEMIKONDUKTOR 140 5.2 SEMIKONDUKTOR INTRINSIK 140 5.3 SEMIKONDUKTOR EKTRINSIK 144 5.3.1 Ketidakmurnian Donor dan Akseptor 145 5.3.1.1 Donor 145 5.3.1.2 Aseptor 147 5.4 PENGUKURAN CELAH ENERGI DENGAN METODE OPTIK 149 RINGKASAN 150 LATIHAN SOAL BAB V 152 BAB VI BAHAN DIELEKTRIK 6.1 RUMUSAN DASAR POLARISASI BAHAN 154 6.2 KONSTANTA DIELEKTRIK BAHAN (PANDANGAN MAKROSKOPIS) 156 6.3 POLARISABILITAS BAHAN (PANDANGAN MIKROSKOPIS) 157 6.3.1 Persamaan Clausius-Mosotti 157 6.3.2 Sumber Polarisabilitas 161 6.3.2.1 Polarisabilitas Polar 163 6.3.2.1.1 Polarisabilitas Polar Statik 163 6.3.2.1.2 Polarisabilitas Polar Bolak-balik 164 6.3.2.2 Polarisabilitas Ionik 167 6.3.2.3 Polarisabilitas Elektronik 170 6.3.2.3.1 Polarisabilitas Elektronik Statik 170 6.3.2.3.2 Polarisabilitas Elektronik Bolak-balik 171 6.4 GEJALA PIEZOELEKTRIK 172 6.5 GEJALA FERROELEKTRIK 173 RINGKASAN 173 LATIHAN SOAL BAB VI 178 iv
  • 7. BAB VII BAHAN MAGNETIK 7.1 SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAHAN 183 7.2 GEJALA DIAMAGNETIK LANGEVIN 184 7.3 GEJALA PARAMAGNET 186 7.4 GEJALA MAGNETIK DALAM LOGAM 190 7.5 GEJALA FERROMAGNETIK 193 7.5.1 Gejala Ferromagnetik pada Isolator 193 7.5.1.1 Teori Medan Molekuler 193 7.5.1.2 Magnetisasi Spontan dan Hukum Curie-Weiss 194 7.5.2 Gejala Ferromagnetik pada Logam 197 7.6 GEJALA ANTIFERROMAGNETIK DAN FERRIMAGNETIK 198 RINGKASAN 199 LATIHAN SOAL BAB VII 201 DAFTAR RUJUKAN v
  • 8. BAB I STRUKTUR KRISTAL Zat padat, yang terlihat sebagai benda tegar padat, secara mikro terdiri dari atom. Atom-atom zat padat tidaklah diam, melainkan bervibrasi dengan amplitudo kecil di sekitar titik kesetimbangannya. Karena posisinya yang relatif tetap, maka atom-atom tersebut cenderung membentuk struktur tertentu. Hal ini berbeda dengan cairan atau gas, yang mana atom-atomnya bergerak pada jarak yang lebih besar sehingga strukturnya tidak tertentu. Distribusi setimbang atom-atom mendefinisikan struktur padatan, yang terdiri dari tiga bagian besar, yaitu kristalin, amorf, dan polikristal. Dalam zat padat kristal, atom tersebut terdistribusi teratur relatif terhadap yang lain. Terdapat beberapa jenis struktur kristal yang bergantung pada geometri susunan atom. Pemahaman tentang struktur kristal bahan adalah hal penting dalam fisika zat padat, karena, umumnya, struktur kristal mempengaruhi sifat zat padat. Zat padat polikristal dibentuk oleh sejumlah besar kristal-kristal kecil, yang disebut kristalin. Atom-atom membentuk pola dalam suatu kristal, tetapi orientasinya akan lenyap pada batas kristalin. Sedangkan dalam zat padat amorf, terjadi distribusi atom secara acak. Bahan-bahan zat padat dapat berbentuk kristalin, polikristal atau amorf, bergantung pada bagaimana bahan tersebut dipreparasi. Selanjutnya, dalam diktat ini hanya dibahas zat padat kristal saja.
  • 9. I STRUKTUR KRISTAL 2 Bagian awal bab ini menyajikan pengertian struktur kristal beserta perluasannya melalui rumusan dasar matematika. Kemudian dibahas jenis struktur yang mungkin, dan dikenalkan konsep indek Miller. Struktur kristal dapat ditentukan dengan menggunakan difraksi sinar-X. Bab ini ditutup oleh bahasan gaya antaratom yang menyebabkan terjadinya ikatan dalam kristal. 1.1 SIMETRI DAN STRUKTUR KRISTAL 1.1.1 Pengertian Pokok 1.1.1.1 Zat Padat Kristal Suatu benda padat berbentuk kristal, apabila atom, ion, atau molekulnya (selanjutnya disebut atom saja) teratur dan periodik dalam rentang yang panjang dalam ruang. Kristal sempurna mempunyai keperiodikan tak berhingga. Namun, kenyataannya, tidak mungkin mempreparasi kristal sempurna karena berbagai keterbatasan fisis, yaitu (a) adanya permukaan kristal, (b) cacat geometrik, (c) ketakmurnian, dan (d) pada suhu T>0 K atom dalam kristal bergetar harmonik di sekitar titik setimbangnya. Gambar 1.1 berikut menyajikan geometri kristal dua dimensi. b R a Gambar 1.1 Zat padat kristal. Seluruh atom tersusun periodik. Kedudukan dalam ruang dua dimensi di atas merupakan kedudukan atomnya. Setiap titik di dalamnya terletak pada ujung vektor kisi R = n1 a + n2 b (1.1) dengan (n1, n2) adalah pasangan bilangan bulat; dan a dan b adalah vektor basis. Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 10. I STRUKTUR KRISTAL 3 Bahan kristal memiliki simetri translasi, artinya seluruh kristal itu digeser sejauh vektor R di atas (yang menghubungkan dua buah atomnya), maka keadaannya tetap sama. Dengan kata lain kristal bersifat invarian terhadap translasi semacam itu. 1.1.1.2 Kisi Kristal Dalam kristalografi (bahasan geometri kristal), setiap atom dalam kristal dianggap sebagai suatu titik, tepat pada kedudukan setimbang tiap atom itu di dalam ruang. Pola geometrik yang diperoleh dinamakan kisi kristal. Terdapat dua kelas kisi, yaitu Bravais dan non-Bravais. Dalam kisi Bravais, seluruh titik kisi adalah ekivalen, artinya kisi bersifat invarian terhadap operasi simetri translasi. Dengan demikian semua atom dalam kristal haruslah sejenis. Sedangkan dalam kisi non-Bravais terdapat beberapa titik kisi yang tidak ekivalen. Gambar 1.2 berikut menyajikan kisi non-Bravais. Gambar 1.2 Kisi non-Bravais dengan basis A dan A’ Tempat kisi A, B dan C adalah ekivalen, begitu juga A’, B’ dan C’. Tetapi, dua tempat kisi A dan A’ tidak ekivalen karena kisi tidak invarian terhadap translasi sepanjang AA’. Kisi non-Bravais seringkali disebut sebagai kisi dengan suatu basis. Basis yang dimaksud adalah kumpulan atom yang ditempatkan di sekitar titik kisi Bravais. Dalam Gambar 1.2 di atas basisnya adalah A dan A’. Kisi non-Bravais dapat dipandang sebagai kombinasi dari dua atau lebih kisi Bravais yang saling menembus dengan orientasi tertentu. Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 11. I STRUKTUR KRISTAL 4 1.1.1.3 Vektor Basis Lihat kembali Gambar 1.1. Posisi semua titik kisi dinyatakan oleh persamaan (1.1), yakni R = n1 a + n2 b . Perhatikanlah bahwa a dan b , yang dinamakan vektor basis, (a) bersifat tidak unik, dan (b) haruslah tidak kolinier. 1.1.1.4 Sel Satuan Primitip dan non-Primitip Luas daerah jajaran genjang (paralelogram) yang sisinya dibatasi oleh vektor basis disebut sel satuan, seperti luasan daerah bayang-bayang dalam Gambar 1.3 berikut. b R a Gambar 1.3 Vektor a dan b membentuk sel satuan Sel satuan merupakan dasar pola elementer karena berulang secara periodik dan membentuk struktur kisi suatu kristal. Bila sel satuan tersebut dilakukan translasi oleh vektor kisi R di atas, maka seluruh kisi kristal tercakup olehnya. Luas daerah paralelogram dengan sisi a dan b adalah a × b =ab sin γ, dimana γ adalah sudut antara a dan b . Perhatikanlah bahwa sel satuan itu (a) tidak unik, (b) setiap sel satuan mempunyai luasan yang sama, dan (c) dalam contoh di atas sel satuan mengandung satu titik kisi. Yang dibicarakan di atas adalah sel primitip, yakni sel satuan yang hanya mengandung satu titik kisi perselnya. Sedangkan sel non-primitip memiliki lebih dari satu titik kisi perselnya. Vektor basis yang membentuk sel satuan primitip disebut vektor basis primitip; dan sel satuan non-primitip disebut vektor basis non-primitip. Gambar 1.4 berikut memperjelas perbedaan keduanya. Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 12. I STRUKTUR KRISTAL 5 2 1 5 3 4 Gambar 1.4 Sel primitip (3, 4 dan 5) dan non-primitip (1 dan 2 dengan dua titik kisi persatuan sel) Perhatikanlah bahwa jika sel satuannya adalah sel primitip, maka titik-titik kisi hanya ada pada tiap-tiap pojok jajaran genjang, yaitu sebanyak 4 titik kisi. Setiap titik kisi menjadi milik bersama antara 4 buah sel, sehingga jumlah total titik kisi dalam sel satuan primitip sebanyak 4x¼=1. Hal demikian tidak terjadi pada sel satuan nonprimitip. Beberapa hal penting yang berkaitan dengan sel satuan adalah (a) sel non- primitip menunjukkan simetri lebih besar, (b) luas sel non-primitip merupakan kelipatan bulat dari luas sel primitip, dan (c) sel primitip dan non-primitip berkait dengan pemilihan vektor basis dalam kisi Bravais. 1.1.1.5 Tiga Dimensi Bahasan kristal dalam tiga dimensi sama dengan dalam dua dimensi, hanya keadaannya ditambah dengan satu dimensi lagi. Disamping itu, hal yang perlu diperhatikan adalah (a) ungkapan vektor basis menjadi R = n1 a + n2 b + n3 c (1.2) dengan vektor basis (a , b , c ) yang tidak koplanar, (b) vektor basis membentuk sel satuan volume berbentuk paralelepipidum, Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 13. I STRUKTUR KRISTAL 6 (c) antarvektor basis satu sama lain membentuk sudut α, β dan γ seperti terlihat pada Gambar 1.5 berikut. (d) volume paralelepipidum dengan sisi a , b dan c adalah luas bagian dasar berbentuk paralelogram a × b yang dikalikan dengan komponen c sepanjang sumbu yang tegak lurus terhadap bagian dasar tersebut, yaitu Gambar 1.5 Kisi tiga dimensi dengan V = c • a ×b . vektor basis (a , b , c ) dan sudut α, β, γ antaranya Perhatikanlah bahwa sel satuan pada Gambar 1.5 adalah sel satuan primitip, yaitu titik-titik kisi berjumlah 8 hanya ada pada tiap pojok paralelepipidum. Setiap titik kisi menjadi milik bersama sebanyak 8 sel satuan, sehingga jumlah total titik kisi dalam sel satuan primitip tersebut sebanyak 8x 1 =1. Hal demikian tidak terjadi pada sel satuan nonprimitip. 8 1.1.2 Macam Dasar Kisi Kristal Kondisi simetri translasi dalam kristal mempunyai konsekwensi terhadap terbatasnya kemungkinan jenis kisi Bravais yang dapat terjadi, baik dalam kisi kristal dua maupun tiga dimensi. Dalam dua dimensi, kisi kristal yang mungkin sebanyak lima jenis, seperti terlihat dalam Tabel 1.1 dan Gambar 1.6 berikut. Tabel 1.1 Macam kisi dua dimensi No Kisi Sel Satuan Sisi dan Sudut 1 Genjang Jajaran genjang a≠b ϕ ≠ 900 2 Persegi Bujur sangkar a=b ϕ = 900 3 Heksagonal Belah ketupat a=b ϕ = 1200 4 Empat persegi panjang P Empat persegi panjang a≠b ϕ = 900 5 Empat persegi panjang I Empat persegi panjang a≠b ϕ = 900 Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 14. I STRUKTUR KRISTAL 7 a a a a b b b a a a Gambar 1.6 Lima jenis dasar kisi Bravais dua dimensi Tampak bahwa hanya kisi empat persegi panjang I yang memiliki sel satuan nonprimitip Untuk kasus tiga dimensi ternyata ada 14 buah kisi Bravais yang terlingkupi dalam 7 buah sistem kristal. Hal ini sebagai konsekuensi dari simetri rotasi sebuah kristal, yakni rotasi-1, 2, 3, 4, dan 6, seperti disajikan dalam Tabel 1.2 dan Gambar 1.7 berikut. Tabel 1.2 Macam kisi tiga dimensi Sistem No Kisi Bravais Geometri Kristal Simetri Khas Kristal 1 Triklinik P a≠b≠c α≠β≠γ Tidak ada 2 Monoklinik P , C a ≠ b ≠ c α = β = 900 γ ≠ 900 Sebuah sumbu rotasi-2 Tiga sumbu rotasi-2 3 Ortorombik P , C, I, F a ≠ b ≠ c α = β = γ = 900 ortogonal 4 Tetragonal P , I a = b ≠ c α = β = γ = 900 Sebuah sumbu rotasi-4 a = b = c α = β = γ < 1200 5 Trigonal R Sebuah sumbu rotasi-3 tetapi bukan 900 6 Heksagonal P a = b ≠ c α = β = 900 γ = 1200 Sebuah sumbu rotasi-3 Empat sumbu rotasi-3 7 Kubik P, I,F a = b = c α = β = γ = 900 sepanjang diagonal kubus Kisi Bravais P, C, I, F, dan R, masing-masing mengandung jumlah titik kisi persel satuannya adalah 1, 2, 2, 4, dan 1. Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 15. I STRUKTUR KRISTAL 8 Gambar 1.7 Empat belas kisi Bravais berdimensi tiga dan distribusinya dalam 7 sistem kristal P = primitip C = “base centered” I = “body Centered” F = “face centered” R = rombohedral primitip Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 16. I STRUKTUR KRISTAL 9 1.1.3 Beberapa Kristal dengan Struktur Sederhana 1.1.3.1 Struktur Sodium Khlorida (NaCl) Na Cl mempunyai struktur FCC dengan basis satu atom Na dan satu atom Cl yang terpisah sepanjang setengah diagonal ruang kubus. Sepanjang ketiga arah sumbu utama kubiknya terdapat alternasi atom Na dan Cl, seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.8 berikut. Gambar 1.8 Struktur NaCl tiga dimensi Setiap sel satuan memiliki 4 perangkat NaCl yang atomya berkedudukan di Cl : 000 ½½0 ½0½ 0½½ Na: ½½½ 00½ 0½0 ½00 Jika sisi kubik adalah a, maka kedua atom dalam basis terpisah sejauh ½√3a, dan setiap atom memiliki 6 atom tetangga terdekat yang berbeda jenis dengan jarak pisah masing-masing ½a. Nilai konstanta a untuk NaCl berharga 5,63 Å. NaCl dapat pula dipandang sebagai struktur non-Bravais, yang terdiri dari dua subkisi FCC, masing-masing untuk Na dan Cl, yang saling menembus. Kedua subkisi tersebut terpisah sejauh ½a satu sama lain. Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 17. I STRUKTUR KRISTAL 10 Beberapa kristal yang memiliki struktur NaCl adalah LiH, MgO, MnO, AgBr, PbS, KCl, dan KBr dengan konstanta kisi masing-masing 4,08; 4,20; 4,43; 5,77; 5,92; 6,29; dan 6,59 Å. 1.1.3.2 Struktur Sesium Khlorida (CsCl) CsCl memiliki struktur SC dengan basis satu atom Cs dan satu atom Cl. Alternasi atom Cs dan Cl terdapat sepanjang diagonal ruang kubik, seperti terlihat pada Gambar 1.9 berikut. Gambar 1.9 Struktur CsCl Setiap sel satuan mengandung satu molekul CsCl, dengan posisi atom Cs : 000 Cl : ½½½ CsCl dapat pula dipandang sebagai struktur non-Bravais yang terdiri dari dua subkisi SC (kubik sederhana), yang masing-masing dibentuk oleh atom-atom Cs dan Cl, yang keduanya terpisah sejauh ½√3a (setengah diagonal ruang). Jumlah titik terdekat setiap atom adalah 8 atom yang berbeda jenis. CsCl memiliki konstanta kisi 4,11 Å. Beberapa kristal yang memiliki struktur CsCl adalah BeCu, AlNi, CuZn, CuPd, AgMg, LiHg, NH4Cl, TlBr, dan TlI dengan konstanta kisi masing-masing 2,70; 2,88; 2,94; 2,99; 3,28; 3,29; 3,87; 3,97; dan 4,20 Å. Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 18. I STRUKTUR KRISTAL 11 1.1.3.3 Struktur Intan Struktur intan dapat dilihat sebagai struktur yang sel satuannya adalah sel FCC dengan suatu basis, yakni dua atom C yang posisinya 000 dan ¼¼¼ seperti terlihat pada Gambar 1.10 dan 1.11 berikut. Gambar 1.10 Struktur kristal intan dengan ikatan tetrahedralnya Gambar 1.11 Proyeksi posisi atom dalam struktur intan sel kubik pada salah satu sisi kubik. Bilangan pecahan menunjukkan ketinggian di atas bidang dasar Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 19. I STRUKTUR KRISTAL 12 Dalam setiap sel satuan terdapat 8 atom C dan bilangan koordinasinya adalah 4. Keempat atom terdekat membentuk suatu tetrahedral, dengan pusat atom yang bersangkutan. Konfigurasi semacam itu sering dijumpai pada semikonduktor, dan dinamakan ikatan tetrahedral. Struktur intan merupakan contoh ikatan kovalen dalam unsur-unsur kolom IV tabel periodik. Struktur intan dapat pula dipandang sebagai gabungan dari dua subkisi FCC yang saling menembus dengan titik asal, masing-masing 000 dan ¼ ¼ ¼. Beberapa kristal yang memiliki struktur intan adalah Ge, Si, C, timah putih dengan konstanta kisi masing-masing 5,65; 5,43; 3,56; dan 6,46 Å. 1.1.3.4 Struktur Seng Sulfida (ZnS) Struktur ZnS sama dengan struktur intan, tetapi dengan basis yang terdiri dari dua atom berbeda, yakni Zn dan S. Setiap sel satuan memiliki 4 molekul ZnS dengan posisi atom Zn : 000 0½½ ½0½ ½½0 S: ¼¼¼ ¼¾¾ ¾¼¾ ¾¾¼ Setiap atom memiliki jarak yang sama terhadap keempat atom yang berbeda terdekatnya yang menempati pojok-pojok tetrahedron regular. ZnS memiliki konstanta kisi 5,41 Å. Beberapa kristal yang memiliki struktur ZnS adalah CuF, SiC, CuCl, AlP, GaP, ZnSe, GaAs, AlAs, CdS, InSb, dan AgI dengan konstanta kisi masing- masing 4,26; 4,35; 5,41; 5,45; 5,45; 5,65; 5,65; 5,66; 5,82; 6,46; dan 6,47 Å. 1.1.3.5 Struktur HCP (hexagonal close-packed structure) Banyak cara untuk menyusun bola identik dengan jumlah tak berhingga secara tertentu sehingga menghasilkan susunan teratur yang memiliki fraksi kepadatan maksimum atau ruang kosong antarbola minimum. Gambar 1.12 berikut melukiskan susunan satu lapis bola identik dengan pusat titik A, yang mana tiap bola bersinggungan dengan enam bola tetangga terdekatnya. Lapisan kedua yang identik ditempatkan paralel di atasnya (lapisan pertama) dengan pusat titik B. Penempatan lapisan ketiga memiliki dua kemungkinan, yakni Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 20. I STRUKTUR KRISTAL 13 Gambar 1.12 Lapisan bola terkemas rapat dengan pusat titik A (a) dengan pusat titik A, sehingga terdapat urutan lapisan ABABAB…, dan menghasilkan struktur HCP, dan (b) dengan pusat titik C, sehingga terdapat urutan ABCABC…, dan menghasilkan struktur FCC. Lapisan pertama A merupakan bidang dasar untuk struktur HCP atau bidang (111) untuk struktur FCC. Struktur HCP memiliki sel primitip kisi heksagonal, tetapi dengan basis dua atom. Sedangkan sel primitip FCC berbasis satu atom. Baik HCP maupun FCC mempunyai perbandingan c/a= 2 6 =1,633 dan 3 jumlah tetangga terdekat 12 buah atom, serta energi ikatan yang hanya bergantung pada jumlah ikatan tetangga terdekat peratom. Beberapa kristal yang memiliki struktur HCP adalah He, Be, Mg, Ti, Zn, Cd, Co, Y, Zr, Gd, dan Lu dengan nilai c/a masing-masing adalah 1,633; 1,581; 1,623; 1,586; 1,861; 1,886; 1,622; 1,570; 1,594; 1,592; dan 1,586. 1.1.4 Geometri Kristal 1.1.4.1 Arah Kristal Telah dikemukakan bahwa arah tertentu dalam kisi dinyatakan oleh vektor kisi (1.2), yaitu R = n1 a + n 2 b + n3 c . Arah vektor R dinyatakan dengan [n1 n2 n3], yang lazimnya dalam perbandingan bilangan bulat terkecil. Semua arah yang Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 21. I STRUKTUR KRISTAL 14 sejajar memiliki indek yang sama. Perhatikanlah beberapa arah dalam kristal ortorombik seperti Gambar 1.13 berikut. c D C B O b a A Gambar 1.13 Indek arah satuan sel ortorombik OA: [110] OB: [111] OC: [112] OD: [001] Apabila sel satuan yang ditinjau mempunyai simetri rotasi, maka seringkali ada arah nonparalel yang karena kesimetriannya merupakan arah yang ekivalen. Arah [n1 n2 n3] yang ekivalen menggunakan notasi <n1 n2 n3>. Misalnya, pada suatu kubik sumbu X, Y dan Z masing-masing memiliki arah [100], [010] dan [001] yang ekivalen, dinotasikan dengan <100>. Secara sepenuhnya <100> mencakup arah [100], [010], [001], [ 1 00], [0 1 0] dan [00 1 ] dimana makna dari 1 adalah –1; dan <111> menunjukkan semua diagonal ruang suatu kubik. Satu arah dengan indeks Miller besar, misalnya [157], memiliki jumlah atom persatuan panjang yang lebih sedikit daripada indeks yang kecil, misalnya [111]. 1.1.4.2 Bidang Kristal dan Indek Miller Representasi suatu bidang datar dalam suatu kisi kristal diungkapkan oleh indek Miller (hkl). Perhatikanlah Gambar 1.14 berikut. Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 22. I STRUKTUR KRISTAL 15 Gambar 1.14 Bidang (233) Bidang memotong sepanjang sumbu vektor basis a , b dan c masing-masing pada ⎛x y z⎞ x, y dan z. Didapatkan perangkat tiga bilangan ⎜ ⎟ . Lalu, diambil ⎝a b c⎠ ⎛a b c⎞ kebalikannya, yaitu ⎜ ⎜ x y z ⎟ . Indek Miller didapatkan dengan menyatakan ⎟ ⎝ ⎠ perangkat tiga bilangan terakhir sebagai perbandingan bilangan bulat terkecil, dan dinyatakan dengan notasi ⎛ a c⎞ (h k l) = ⎜m ⎜ x m b m ⎟ (1.3) ⎝ y z⎟ ⎠ dengan m adalah bilangan bulat untuk mereduksi indek menjadi bilangan bulat terkecil. Dengan demikian, kumpulan bidang paralel mempunyai representasi indek Miller yang sama. Pada Gambar 1.14 di atas x=3a, y=2b dan z=2c, sehingga jika dianggap a=b=c=1, maka bidang yang dimaksud memiliki indek Miller (hkl)=(233). Pada kasus lain, misalnya x=2a, y=(3/2)b, dan z=c memiliki indeks Miller (hkl)=(346). Dalam satuan sel yang memiliki simetri rotasi, beberapa bidang nonparalel (hkl) adalah ekivalen karena kesimetriannya, dan dinotasikan dengan {hkl}. Misalnya dalam sistem kubik indek {100} menunjukkan enam bidang, yaitu (100), (010), (001), ( 1 00), (0 1 0) dan (00 1 ). Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 23. I STRUKTUR KRISTAL 16 Berikut adalah beberapa contoh bidang (hkl) dalam sistem kubik. Gambar 1.15 Bidang (100), (110), (111), (200) dan ( 1 00) dalam sistem kubik Dalam koordinat Kartesis bidang (hkl) = (mnox mnoy mnoz) memberikan vektor arah yang tegak lurus terhadap bidang tersebut, yakni ˆ j ˆ no = nox i + noy ˆ + noz k . 1.1.4.3 Jarak Antarbidang Sejajar Miller Bahasan ini dibatasi pada sistem dengan sumbu ortogonal, dengan a≠b≠c. Perhatikanlah Gambar 1.16 berikut. Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 24. I STRUKTUR KRISTAL 17 Z z Garis normal γ β y Y α x X Gambar 1.16 Cara mendapatkan jarak antarbidang Miller Jarak dari titik O ke titik potong P dinayatakan dengan dhkl. Jika x, y dan z merupakan titik potong bidang (hkl) dengan sumbu a, b dan c maka dhkl=x cos α=y cos β=z cos γ. Secara geometri, pada gambar di atas didapatkan hubungan cos2α+ cos2 β+ cos2 γ=1 sehingga didapatkan 1 d hkl = 1/ 2 (1.4) ⎛ 1 1 1 ⎞ ⎜ 2 + 2 + 2⎟ ⎜x ⎝ y z ⎟⎠ Harga x, y dan z berkaitan dengan bilangan h, k dan l melalui ungkapan a b c h=m ; k=m ; l=m (1.5) x y z sehingga jarak antarbidang (1.4) menjadi m d hkl = 1/ 2 (1.6) ⎛ h2 k 2 l 2 ⎞ ⎜ 2 + 2 + 2⎟ ⎜a ⎝ b c ⎟ ⎠ Misalnya, pada sistem kubik dengan sisi a didapatkan d111=(1/3)√3a; d110=½√2a dan d020=½a. Pada umumnya bidang yang indek Millernya rendah memiliki jarak antarbidang lebih besar, tetapi memiliki kerapatan atom persatuan luas yang lebih besar. Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 25. I STRUKTUR KRISTAL 18 1.1.4.4 Fraksi Kepadatan Fraksi kepadatan, didefinisikan sebagai proporsi maksimum dari volume yang ada yang dapat diisi oleh bola atom dalam sebuah sel satuan, diungkapkan dalam bentuk rumusan F=N (4 / 3)π r3 (1.7) V dengan N= jumlah atom dalam sel satuan r = jari-jari bola atom V = volume sel satuan Jarak kesetimbangan antara pusat dua atom berdekatan dapat dipandang sebagai jumlah jari-jari kedua atom tersebut. Tabel 1.3 berikut menunjukkan hubungan antara struktur kristal dengan ukuran geometrik sel satuan. Tabel 1.3 Ukuran geometrik dan struktur kristal No Parameter SC BCC FCC Intan HCP 1 Jari-jari atom a/2 a√3/4 a√2/4 a√3/8 a/2 2 Atom persel satuan 1 2 4 8 6 3 3 3 Volume sel satuan a a a3 a3 3a3√2 π/6 π√3/8 π√2/6 π√3/16 π√2/6 4 Fraksi kepadatan (=0,524) (=0,68) (=0,74) (=0,34) (=0,74) Jumlah tetangga 5 6 8 12 4 12 terdekat Jarak terhadap 6 a (½)a√3 (½)a√2 (¼)a√3 a tetangga terdekat Jumlah tetangga 7 12 6 6 12 6 terdekat berikutnya Jarak terhadap 8 tetangga terdekat a√2 a a (½)a√13 a√3 berikutnya Tampak bahwa intan memiliki struktur yang relatif kosong (hanya terisi 0,34) dan FCC atau HCP relatif padat (terisi 0,74). 1.2 DIFRAKSI KISI KRISTAL Struktur kristal dapat dipelajari melalui difraksi foton, netron dan elektron. Panjang gelombang optik, misalnya 5000 Å, menghasilkan gelombang terhambur Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 26. I STRUKTUR KRISTAL 19 elastis dengan atom-atom kristal sehingga terjadi refraksi optik biasa. Tetapi, jika panjang gelombang radiasi sebanding atau lebih kecil daripada konstanta kisi (orde angstrom), maka didapatkan berkas difraksi yang arahnya sangat berbeda dengan arah berkas datang. 1.2.1 Hamburan Sinar-X oleh Kisi Kristal 1.2.1.1 Hukum Bragg W.L. Bragg menjelaskan gejala berkas difraksi kristal dengan model sederhana. Jika sinar-X mengenai permukaan suatu kristal, maka terjadi refleksi. Model disajikan pada Gambar 1.17, yakni kristal direpresentasikan oleh kumpulan bidang paralel yang bersesuaian dengan bidang atom. Bidang tersebut berperan sebagai cermin. Setiap bidang hanya merefleksikan 10-3 sampai 10-5 radiasi yang datang sehingga diperlukan 103 sampai 105 bidang untuk menghasilkan berkas refleksi Bragg yang sempurna. Hamburan ini dianggap elastik, yakni energi sinar- X tidak mengalami perubahan sebelum dan sesudah refleksi. (a) (b) Gambar 1.17 (a) Refleksi sinar-X dari suatu kristal. Sinar hampir paralel karena posisi detektor jauh dari kristal. (b) Intensitas refleksi kristal KBr. Pada gambar ditunjukkan bidang-bidang refleksi yang menghasilkan difraksi Beda lintasan untuk kedua sinar refleksi adalah Δ=AB + BC – AC’ = 2 AB – AC’ karena AB=BC. Mengingat jarak antarbidang d, maka AB = d/sinθ dan AC’ = AC cos θ = (2d/tg θ) cos θ Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 27. I STRUKTUR KRISTAL 20 dimana θ adalah sudut pantul antara berkas datang dan bidang refleksi, sehingga Δ = 2 d sin θ. Interferensi maksimum (konstruktif) terjadi hanya jika Δ=nλ (1.8) dimana n = 1, 2, 3, …. (ordo refleksi) dan λ = panjang gelombang sinar-X, sehingga diperoleh hukum Bragg untuk refleksi oleh bidang kristal (hkl) n λ = 2 dhkl sin θ (1.9) Harga λ ditentukan secara bebas dan sin θ diukur secara langsung dari refleksi eksperimen, sehingga jarak antarbidang dhkl dapat dihitung. Hal lain adalah difraksi hanya mungkin terjadi jika λ<2d. Oleh karena itu dalam hal ini tidak dapat digunakan cahaya tampak. Model yang dikemukakan di atas terlalu sederhana. Fakta menunjukkan bahwa hamburan berkas sinar-X disebabkan oleh atom diskrit kristal yang bersangkutan. Oleh karena itu bahasan berikut menelaah hukum Bragg melalui proses hamburan. 1.2.1.2 Teori Hamburan Hamburan radiasi elektromagnet oleh suatu elektron disajikan oleh Gambar 1.18 berikut. Dalam proses ini diandaikan hamburan bersifat elastik (hamburan Thomson). Gambar 1.18 Hamburan oleh elektron tunggal Gelombang datar ψ (r , t ) = Ae i (k o • r −ω t ) (1.10) mengenai elektron. Gelombang sferik terhambur pada jarak radial D dinyatakan oleh Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 28. I STRUKTUR KRISTAL 21 ψ ' (D , t ) = f e A i (kD −ω t ) e (1.11) D dengan fe adalah panjang hamburan elektron. Terlihat bahwa penurunan amplitudo gelombang terhambur sebanding dengan 1/D. Hamburan oleh sistem dua elektron, yang masing-masing berkedudukan di P1 dan P2 disajikan pada Gambar 1.19 berikut. k s 2θ ko Gambar 1.19 Hamburan oleh dua elektron. r Gambar 1.20 Vektor hamburan s . adalah vektor posisi elektron-1 terhadap Sudut 2θ adalah sudut hamburan elektron-2 Didefinisikan vektor hamburan s , seperti pada Gambar 1.20, yaitu s = k − ko (1.12) Karena hamburan bersifat elastik k o = k = k , maka terlihat dari Gambar 1.20 bahwa s = s = 2k sin θ (1.13) Beda panjang lintasan sinar terhambur Δ=P1M- P1N. Jika S o dan S , masing- 1 masing merupakan vektor satuan dalam arah k o dan k , maka Δ = (r • s ) . Beda k fasa antara gelombang terhambur dalam radial Δ δ = 2π = kΔ = r • s (1.14) λ Superposisi dari dua gelombang terhambur dalam fungsi ruang ψ T = fe D ( A ikD A ) ( e + e ik ( D +δ ) = f e e ikD 1 + e is •r D ) (1.15) Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 29. I STRUKTUR KRISTAL 22 Secara umum, bila vektor posisi r1 untuk elektron-1 dan r2 untuk elektron-2 relatif terhadap pusat tertentu, maka ψ T = fe D e e ( A ikD is •r1 + e is •r2 ) (1.16) Bila yang ditinjau atom dengan l buah elektron, masing-masing dengan vektor posisi rl , dengan l = 1, 2, 3, …, n, maka bentuk umum gelombang untuk (1.16) dalam arah terhambur s tertentu A ikD ψT = f e (1.17) D dengan n f = f e ∑ e is •rl (1.18) l =1 disebut panjang hamburan total. Intensitas parsial gelombang terhambur I sebanding dengan kuadrat besarnya medan. Oleh karena itu n 2 = f e2 ∑ e is •rl 2 I∞ f (1.19) l =1 Jika atom dalam kristal, misalnya, terletak pada posisi Rl , maka faktor hamburan kristal fkr N f kr = ∑ f al e is • Rl (1.20) l =1 Ungkapan faktor hamburan kristal (1.20) di atas mengambil bentuk analogi dari atom. Posisi atom dapat ditinjau dalam sel satuannya, yaitu Rl = Rlc' + δ j , dimana Rlc' adalah posisi sel satuan ke-l, dan δj adalah posisi atom dalam sel satuan, sehingga faktor hamburan kristal (1.20) di atas dapat dinyatakan dalam bentuk faktorisasi fkr = F S (1.21) dengan F = ∑ f aj e dan S = ∑ e is •δ j is • Rlc' (1.22) j l' Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 30. I STRUKTUR KRISTAL 23 F dan S, masing-masing mengungkapkan faktor struktur geometri dan kisi. Faktor struktur kisi hanya bergantung pada sistem kristal. Sedangkan faktor struktur geometri bergantung pada bentuk geometri dan isi sel satuan. 1.2.1.3 Kisi Resiprok Setiap struktur kristal memiliki 2 kisi, yaitu kisi kristal dan resiprok. Saat kristal dikenai sinar-X, akan dihasilkan pola difraksi yang merupakan peta kisi resiprok kristal tersebut. Kedua kisi ini memiliki relasi sebagai berikut. Andaikanlah vektor basis dalam kisi nyata adalah a , b dan c , maka dapat didefinisikan vektor basis dalam kisi resiprok, yakni b xc c xa axb a ∗ = 2π b ∗ = 2π c ∗ = 2π (1.23) a • b xc b • c xa c • axb Hal ini berarti vektor basis resiprok a. memiliki satuan m-1, yang sama dengan angka gelombang, ( ) b. bahwa a ∗ tegak lurus terhadap bidang b , c , dan demikian pula permutasi siklisnya, dan c. bahwa a • b xc = b • c xa = c • axb merepresentasikan volume sel satuan dengan rusuk vektor a , b dan c . Vektor basis resiprok mendefinisikan vektor kisi resiprok Gn = n1 a ∗ + n2 b ∗ + n3 c ∗ (1.24) dengan n1, n2 dan n3 adalah bilangan bulat. Kisi resiprok memiliki hubungan dengan kisi nyata sebagai berikut. a. a ∗ • a = b ∗ • b = c ∗ • c = 2π b. V ∗ = (2π )3 , dengan Vo = a • b xc dan Vo∗ = a ∗ • b ∗ xc ∗ o Vo c. Setiap vektor dari kisi resiprok Ghkl = ha ∗ + kb ∗ + lc ∗ tegak lurus terhadap bidang kisi (hkl) dalam ruang nyata. d. Kisi nyata merupakan resiprok dari kisi resiprok. e. Jarak antarbidang dhkl dan Ghkl direlasikan oleh Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 31. I STRUKTUR KRISTAL 24 d hkl Ghkl = 2π (1.25) Perhatikanlah perbandingan kisi nyata dan resiproknya pada Gambar 1. 21 berikut. 120 d100 010 G110 d010 b* O 100 b a* O a Gambar 1.21 Perbandingan kisi nyata dan resiproknya Dari Gambar 1.21 di atas jelaslah bahwa a. a ∗ tegak lurus terhadap b ; dan b ∗ tegak lurus terhadap a 2π 2π 2π a∗ = = b∗ = a d100 d 010 b. setiap titik (hkl) dalam ruang resiprok terkait dengan perangkat bidang (hkl) dalam ruang nyata, dan c. simetri kelompok titik dalam ruang resiprok sama dengan simetri ruang nyata. Dapat pula dibuktikan bahwa terdapat hubungan sebagai berikut. a. Kisi resiprok kisi SC adalah kisi SC juga. b. Kisi resiprok kisi BCC adalah kisi FCC; dan sebaliknya. 1.2.1.4 Difraksi Sinar-X Kisi resiprok berguna dalam menentukan besarnya faktor struktur. Ternyata N ∑e l =1 iA• Rlc' = N δ A,G n (1.26) Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 32. I STRUKTUR KRISTAL 25 Dalam hal ini A adalah vektor sebarang dan penjumlahan dilakukan sepanjang vektor kisi nyata yang mengandung N buah total sel dan vektor kedudukan Rlc' . Dengan demikian faktor struktur kisi S (1.22) berharga nol untuk setiap nilai vektor hamburan s , kecuali s = Ghkl (1.27) Hal ini berarti s harus tegak lurus terhadap bidang (hkl). Dengan menginat bahwa k=2π/λ, maka substitusi persamaan (1.13) dan (1.25) ke dalam persamaan (1.27), dalam teori hamburan ini, menghasilkan bentuk hukum Bragg 2 dhkl sin θ = λ (1.28) Dapatlah dikatakan bahwa gambaran Bragg tentang difraksi yang terjadi karena pemantulan oleh bidang kristal, secara konseptual lebih sederhana daripada melihatnya sebagai interferensi konstruktif berkas terhambur oleh atom kristal dari teori hamburan. Gambar 1.22 berikut menjelaskan syarat terpenuhinya hukum Bragg menurut teori hamburan. Gambar 1.22 Vektor hamburan sama dengan vektor kisi resiprok Saat kondisi Bragg (127) terpenuhi, maka faktor struktur kisi S≠0, tetapi bernilai S=N, seperti tampak pada (1.26), sehingga Shkl = N (1.29) Substitusi (1.29) ke dalam (1.21) menghasilkan faktor hamburan kristal fkr menjadi fkr,hkl = N Fhkl (1.30) dan intensitas I menjadi Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 33. I STRUKTUR KRISTAL 26 2 2 I hkl ∞ f kr ,hkl ∞ Fhkl (1.31) Setiap berkas terdifraksi bersesuaian dengan suatu perangkat bidang (hkl). Tetapi untuk suatu perangkat bidang (hkl) tertentu kadang intensitas berkas terdifraksi menjadi nol. Hal ini terjadi karena faktor struktur geometri Fhkl=0, meskipun bidang (hkl) yang bersesuaian memenuhi kondisi Bragg. Misalnya, semua atom identik, kedudukan atom ke-j dalam sel satuan δ j = u j a + v jb + w jc dan kondisi Bragg terpenuhi s = Ghkl = ha ∗ + kb ∗ + lc ∗ maka ( ) Fhkl = f a ∑ e 2πi hu j + kv j + lw j (1.32) j Contoh menghitung faktor struktur geometri Fhkl. a. Sel satuan primitip (P). Atomnya terletak di 000 sehingga (1.32) menjadi Fhkl = fa b. Sel satuan “base centered” C. Atomnya terletak di 000 dan ½½0 sehingga (1.32) menjadi Fhkl = fa (1 + eπi(h + k)) Dengan demikian Fhkl≠0 hanya jika h+k=2n dengan n=0, ±1, ±2, … c. Sel satuan “body centered” I. Atomnya terletak di 000 dan ½½½ sehingga (1.32) menjadi Fhkl = fa (1 + eπi(h + k+ l)) Dengan demikian Fhkl≠0 hanya jika h+k+l=2n dengan n=0, ±1, ±2, … d. Sel satuan “face centered” F. Atomnya terletak di 000, ½½0, ½0½ dan 0½½ sehingga (1.32) menjadi Fhkl = fa (1 + eπi(h + k) + eπi(h + l) + eπi(k + l)) Dengan demikian Fhkl≠0 hanya jika h+k=2n dan k+l=2n dengan n=0, ±1, ±2, … Dengan kata lain Fhkl≠0 hanya jika semua indek genap atau semua indek ganjil. Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 34. I STRUKTUR KRISTAL 27 Berikut ini diberikan contoh kurva intensitas refleksi sinar-X dan sudut hamburan (I vs 2θ) hasil eksperimen difraksi sinar-X dari bubukan KCl dan KBr. Gambar 1.23 Perbandingan refleksi sinar-X antara bubukan KCl dan KBr KCl dan KBr, keduanya, memiliki struktur FCC. Dalam KCl, jumlah elektron pada K+ dan Cl- sama banyak sehingga faktor hamburan atom fa keduanya hampir sama sehingga ia “terlihat” oleh sinar-X sebagai kristal SC monoatomik dengan konstanta kisi a/2. Adanya refleksi indek-indek yang genap bulat menunjukkan bahwa kristal tersebut adalah SC dengan konstanta kisi a. Sedangkan dalam KBr, Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 35. I STRUKTUR KRISTAL 28 faktor hamburan atomnya berbeda sehingga ia tetap terlihat sebagai struktur FCC oleh difraksi sinar-X. Kondisi Bragg (1.27) masih dapat ditulis dalam bentuk lain. Substitusi (1.12) ke dalam (1.27) menghasilkan k − ko = G (1.33) Mengalikan kedua ruas (1.33) dengan ħ menghasilkan ko = k − G Persamaan ini dapat dipandang sebagai kekekalan momentum, dan difraksinya sebagai proses tumbukan antara foton sinar-X dan kristal. Momentum sebelum tumbukan hanya momentum linier foton yang datang p o = k o , dan setelah tumbukan adalah momentum linier foton terhambur p = k dan momentum linier kristal − G . Dengan demikian perubahan momentum linier foton Δp = p − p o = G Energi kinetik seluruh kristal Ek=(ħGhkl)2/2M, dengan M adalah massa seluruh kristal. Karena M sangat besar relatif terhadap massa atom, maka Ek sangat kecil dan diabaikan. Dengan demikian dalam proses hamburan foton sinar-X tidak ada energi yang hilang Eo = E → c ko = c k → ko = k Jelaslah bahwa proses hamburan tersebut di atas bersifat elastik. 1.3 IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL 1.3.1 Gaya Antaratom Dalam suatu kristal letak atom relatif jauh satu sama lain sehingga gaya inti tidak berperan. Dengan demikian formasi kristal terjadi karena gaya antaratom. Dalam kristal, gaya antaratom bersifat listrik. Energi kristal lebih rendah daripada energi atom bebasnya. Hal ini menyebabkan kristal lebih stabil daripada atom-atom bebas penyusunnya. Misalnya, kristal NaCl lebih stabil daripada kumpulan atom-atom Na dan Cl bebas. Perbedaan energi ini, disebut energi ikat (energi kohesi), besarnya sama Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 36. I STRUKTUR KRISTAL 29 dengan energi yang diperlukan untuk memecah kristal tersebut menjadi atom bebas bagiannya. Energi kohesi berkisar antara 0,02 eV peratom untuk ikatan terlemah (ikatan Van der Walls) dan 10 eV peratom untuk ikatan terkuat (ikatan kovalen). Ikatan logam terletak di antara dua harga ekstrim tersebut. Molekul adalah sekelompok atom bermuatan listrik netral, terikat kuat bersama dan berperilaku sebagai partikel tunggal. Suatu jenis molekul tertentu memiliki komposisi dan struktur tertentu pula. Energi potensial yang merepresentasikan interaksi antara dua atom dalam suatu molekul sebagai fungsi jarak diperlihatkan pada Gambar 1.24 berikut. Gambar 1.24 Energi potensial sebagai fungsi jarak dari ikatan dua atom Posisi setimbang ditandai oleh energi terendah –Vo, yang terjadi pada jarak Ro yang berordo beberapa angstrom. Pada R>Ro, potensial naik secara bertahap sehingga mencapai nol pada R→∞ (dua atom bebas). Sedangkan pada R<Ro, potensial naik secara tajam menuju ∞. Gaya antaratom dapat dirumuskan F (R ) = −∇V (R ) (1.34) Terlihat bahwa F(R)<0 untuk R>Ro, sehingga terjadi tarik-menarik; dan F(R)>0 untuk R<Ro, sehingga terjadi tolak-menolak antara dua atom tesebut. Kedua gaya ini saling meniadakan satu sama lain pada titik setimbang Ro. Tetapi, umumnya, energi tarikan mendominansi energi tolakan pada titik setimbang Ro. Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 37. I STRUKTUR KRISTAL 30 1.3.2 Jenis Ikatan Kristal 1.3.2.1 Ikatan Ionik Ikatan ini terjadi antara ion positip dan negatip sehingga sering disebut ikatan heteropolar. Setelah terjadi perpindahan elektron, konfigurasi elektron ion menyerupai gas mulia. Oleh karena itu sebaran muatan elektronnya mempunyai simetri bola. Contohnya adalah ikatan yang terjadi pada alkalihalida. Biasanya, ikatan ionik tidak menghasilkan pembentukan molekul yang berpasangan, tetapi merupakan kumpulan ion positip dan negatip yang tersusun dalam struktur tertentu. Misalnya, struktur FCC NaCl, dalam setiap bentuk dan ukuran apapun selalu berisikan jumlah ion Na+ dan ion Cl- yang sama banyak. Apabila Uij adalah energi interaksi antara ion ke-i dan ke-j, maka energi total ion ke-i adalah U i = ∑ U ij (1.35) j dimana penjumlahan dilakukan untuk semua ion kecuali j=i. Energi Uij berasal dari potensial tolak-menolak medan sentral empirik λ eksp (-rij/ρ), dimana λ (tetapan) dan ρ (panjang karakteristik) merupakan parameter empirik; dan tarik- menarik Coulomb ±q2/4πεorij. Dengan demikian − rij / ρ q2 U ij = λ e ± (1.36) 4πε o rij Potensial tolak-menolak terjadi karena penerapan prinsip eksklusi Pauli saat jarak antarion berkurang (lebih kecil dari jarak kesetimbangan). Berkurangnya jarak antarion menyebabkab orbit elektron tumpang-tindih. Hal ini melanggar prinsip eksklusi Pauli karena sel terluar ion sudah komplit. Akibatnya elektron harus menempati tingkat energi yang lebih tinggi sehingga energi potensial naik secara tajam. Sedangkan potensial Coulomb terjadi antara ion sejenis (tanda +) atau tidak sejenis (tanda -). Energi kisi kristal total yang terdiri dari N buah molekul atau 2N buah ion Utot = N Ui Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 38. I STRUKTUR KRISTAL 31 Ungkapan ini menunjukkan bahwa setiap pasangan atau setiap ikatan hanya dihitung sekali. Andaikanlah r kita tulis sebagai rij=pijR, dengan R adalah jarak terdekat antara dua atom terdekat dan interaksi tolak-menolak hanya terjadi antartetangga terdekat saja, maka ⎧ q2 ⎪ λ e −R / ρ − (te tan gga terdekat ) ⎪ 4πε o R U ij = ⎨ 2 (1.37) ⎪± 1 q (bukan te tan gga terdekat ) ⎪ pij 4πε o R ⎩ sehingga energi total ⎛ α q2 ⎞ U tot = NU i = N ⎜ zλ e − R / ρ − ⎜ ⎟ (1.38) ⎝ 4πε o R ⎟ ⎠ dengan z = jumlah tetangga terdekat suatu ion ±1 α =∑ adalah konstanta Madelung (termasuk j=i) j pij Dalam menghitung konstanta Madelung, jika ion referensi bermuatan negatip, maka tanda (+) digunakan untuk ion positip dan tanda (-) untuk ion negatip. Jika dU tot diambil syarat bahwa = 0 , maka diperoleh dR R = Ro ραq 2 Ro2 e − Ro / ρ = (1.39) 4πε o λ z Dengan menggunakan (1.38) dan (1.39), maka energi kisi kristal total dengan 2N buah ion pada jarak setimbang Ro Nαq 2 ⎛ ρ ⎞ U tot =− ⎜1 − ⎜ R ⎟ ⎟ (1.40) R = Ro 4πε o Ro ⎝ o ⎠ Nαq 2 Bentuk − disebut energi Madelung. Harga ρ berorde 0,1Ro sehingga 4πε o Ro interaksi tolak-menolak mempunyai rentang yang amat pendek dan sedikit sekali pengaruhnya terhadap energi kisi. Sebagai contoh disajikan data tentang energi permolekul dalam kristal KCl, yaitu energi Madelung (energi Coulomb) sebesar (25,2)/R eV dan energi Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 39. I STRUKTUR KRISTAL 32 tolak menolak (2,4.104)exp(-R/0,30) eV dimana R berorde 10-8 cm. Harga konstanta Madelung α bergantung pada struktur kristal ionik, misalnya untuk NaCl, CsCl dan ZnS, masing-masing berharga 1,747565 , 1,762675 dan 1,6381. Ikatan ionik tergolong lebih kuat daripada ikatan lain, dengan energi rata- rata 5 eV setiap pasangan atom. Oleh karena itu kristal ionik mempunyai titik leleh yang tinggi. Misalnya titik leleh NaCl adalah 8010C, sedangkan untuk logam Na dan K, masing-masing adalah 97,80C dan 630C. 1.3.2.2 Ikatan Kovalen Andaikanlah ada dua atom hidrogen yang terpisah pada jarak yang cukup jauh satu sala lainnya sehingga tidak ada interaksi di antara elektronnya, maka masing-masing atom memiliki orbit 1s. Jika kedua atom saling mendekat dan membentuk molekul H2, maka orbital molekulnya merupakan kombinasi linier dari kedua orbital atom 1s. Orbital molekul tersebut mempunyai dua kemungkinan, yaitu ψ genap = ψ 1 + ψ 2 dan ψ ganjil = ψ 1 − ψ 2 (1.41) dimana ψ1 dan ψ2 merepresentasikan keadaan 1s pada dua proton. Orbital molekular ψgenap dan ψganjil secara grafik diperlihatkan pada Gambar 1.25 berikut. a b Gambar 1.25 Fungsi gelombang (a) ψgenap dan (b) ψganjil Sedangkan distribusi muatan untuk kedua orbital tersebut adalah |ψgenap|2 dan |ψganjil|2 seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.26 berikut. (a) (b) Gambar 1.26 Propil distribusi muatan dan representasi kontur Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 40. I STRUKTUR KRISTAL 33 (a) ψgenap dan (b) ψganjil Tampak bahwa ψgenap mengandung elektron terutama pada daerah antara dua proton, sedangkan ψganjil mengandung elektron di sekitar masing-masing proton yang bersangkutan dan jauh dari daerah antara dua proton. Kedua orbital molekul di atas mempunyai energi yang berbeda seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.27 berikut. Gambar 1.27 Energi keadaan dasar dan eksitasi molekul hidrogen sebagai fungsi jarak antarinti Orbital genap berenergi lebih rendah daripada orbital ganjil. Bahkan orbital genap mempunyai energi negatip. Dengan demikian orbital genap merupakan orbital stabil (orbital bonding) dan orbital ganjil merupakan orbital tidak stabil (orbital antibonding). Pada gambar di atas tampak bahwa molekul hidrogen memiliki keadaan setimbang pada 0,74 Å dan energi ikat 4,48 eV (relatif terhadap keadaan dasar dua atom hidrogen yang terpisah pada jarak tak terhingga). Sesuai dengan prinsip eksklusi Pauli, kedua elektron dalam orbital bonding memiliki spin antiparalel. Keberadaan sepasang elektron di antara atom hidrogen di atas menyebabkan terjadinya ikatan yang kuat dalam molekul hidrogen. Ikatan yang terjadi karena pemakaian bersama sepasang elektron oleh atom untuk mencapai konfigurasi gas mulia dalam suatu molekul disebut ikatan kovalen. Hal ini Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 41. I STRUKTUR KRISTAL 34 merupakan bukti bahwa semua atom adalah identik sehingga transfer elektron dari satu atom ke yang lain tidak menimbulkan akibat apapun. Keadaan fisis ikatan kovalen dalam kristal sama dengan dalam molekul. Gaya tarikan terjadi antara elektron dan proton di sepanjang garis yang menghubungkan inti berturutan. Sedangkan gaya tolaknya terjadi karena interaksi prinsip eksklusi Pauli saat inti saling merapat. Gaya tarikan elektron-proton lebih dari cukup untuk mengimbangi penolakan langsung elektron-elektron ataupun proton-proton. Ikatan kovalen juga kuat, seperti ditunjukkan oleh intan yang tingkat kekerasannya tinggi dan titik leleh di atas 30000C. Ikatan dua atom karbon dalam struktur intan memiliki energi kohesi 7,3 eV peratom. 1.3.2.3 Ikatan Logam Model ikatan logam menggambarkan adanya suatu susunan ion teratur dan suatu lautan elektron valensi ion tersebut yang dapat bergerak bebas di antara susunan ion. Dengan demikian elektron valensi atom berubah menjadi elektron konduksi logam. Ikatan logam terjadi bila tarikan antara ion positip dan gas elektron melebihi penolakan antarelektron dalam gas tersebut. Gaya tolak Coulomb antarion positip menjadi tidak efektif karena gas elektron melingkupi ion secara kuat sehingga menjadi ion noninteraksi yang netral. Atom logam bersatu sehingga terbentuk kristal logam yang stabil karena energi sistem kristal lebih rendah daripada energi atom bebasnya. Dalam atom bebas terisolasi, elektron dimodelkan sebagai sebuah partikel dalam kotak potensial. Dengan demikian gerakan elektron dibatasi dalam volume yang kecil sehingga, menurut prinsip ketidaktentuan Heisenberg, energi kinetiknya besar. Dengan menggunakan persamaan Scrodinger, dimana potensial interaksi nol, dan syarat batas periodik diperoleh energi kinetik elektron E ∼ V-2/3 (1.42) Dimana V adalah volume kotak tempat elektron bergerak. Sedangkan dalam kristal, elektron secara bebas bergerak dalam keseluruhan volume kristal yang sangat besar. Akibatnya, energi kinetik elektron turun secara tajam dan Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 42. I STRUKTUR KRISTAL 35 mengkontribusi pengurangan energi total sistem. Penurunan energi inilah yang menjadi sumber ikatan logam. Ikatan logam lebih lemah daripada ikatan kovalen dan ionik. Contohnya, logam Na memiliki titik leleh pada 97,80C. Energi kinetik yang kecil menyebabkan ikatannya lemah. Susunan kristal logam cenderung untuk memiliki susunan dimana setiap atom atau ion memiliki banyak tetangga (struktur tersusun padat), misalnya HCP (seng), FCC (tembaga), BCC (lithium dan natrium) dan lain-lain. 1.3.2.4 Ikatan Van der Walls Ikatan ionik, kovalen dan logam terjadi karena pengaturan elektron valensi. Hal demikian tidak bisa terjadi pada gas mulia yang sangat stabil karena sel terluarnya penuh. Distribusi elektronnya mempunyai simetri bola sehingga potensial listrik berharga nol di luar jari-jari atom. Demikian juga momen multipol listriknya. Jika hal ini benar, maka atom gas mulia tidak memiliki energi kohesi dan tidak dapat terkondensasi menjadi cairan. Tetapi, terjadinya kondensasi dan pembekuan pada suhu yang sangat rendah membuktikan bahwa terdapat energi ikat yang lemah pada gas ini. Gaya yang lemah antaratom dalam padatan gas mulia ditandai oleh titik lelehnya yang rendah, yaitu -272,20C, - 248,70C dan -189,20C, masing-masing untuk He, Ne dan Ar. Meskipun secara rata-rata semua momen multipol listriknya sama dengan nol, tetapi di setiap suatu waktu momen dipol listrik tidak sama dengan nol sebagai akibat adanya kelebihan elektron di bagian tertentu. Ketidaksimetrisan ini tidak permanen, tetapi selalu berfluktuasi. Momen dipol listrik sesaat ini dapat menginduksi atom atau molekul tetangganya sehingga terjadi interaksi antara keduanya. Interaksi antara momen dipol listrik sesaat inilah yang memberikan ikatan antara atom gas mulia. Interaksi tarik-menarik dipol induksi antara dua dipol berjarak R telah dirumuskan oleh Van der Walls – London melalui energi A ΔU = − (1.43) R6 Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 43. I STRUKTUR KRISTAL 36 Interaksi tolak-menolaknya bersumber dari interaksi prinsip eksklusi Pauli. Secara empirik didapatkan potensial tolak-menolak B ΔU = (1.44) R 12 A dan B adalah parameter empirik. Sehingga, biasanya, energi potensial total dua atom berjarak R adalah ⎡⎛ σ ⎞12 ⎛ σ ⎞ 6 ⎤ U (R ) = 4ε ⎢⎜ ⎟ − ⎜ ⎟ ⎥ (1.45) ⎢⎝ R ⎠ ⎣ ⎝R⎠ ⎥ ⎦ dimana ε dan σ adalah parameter baru, dengan 4εσ6=A dan 4εσ12=B. Potensial (1.45) di atas dikenal dengan nama potensial Lennard-Jones. Gaya antara dua atom ditentukan melalui –dU/dR. gaya ini sangat cepat berubah dengan jarak R sehingga atom dalam kristal cenderung untuk serapat mungkin. Biasanya, struktur yang dimiliki oleh gas mulia adalah FCC (“cubic close-packed”). Energi kinetik atom gas mulia dapat diabaikan. Oleh karena itu energi kohesi kristal gas mulia didapatkan dengan menjumlahkan potensial Lennard- Jones (1.45) di atas terhadap semua pasangan atom dalam kristal. Jika terdapat N buah atom dalam kristal, maka energi tersebut ⎡ ⎛ σ ⎞12 ⎛ σ ⎞ ⎤ 6 U tot = N (4ε )⎢∑ ⎜ 1 ⎟ − ∑⎜ ⎟ ⎥ (1.46) ⎢ j ⎜ pij R ⎟ ⎜ p R⎟ ⎥ 2 ⎣ ⎝ ⎠ ⎝ ij ⎠ ⎦ dimana pijR adalah jarak antara atom ke-i dan j. Faktor ½ muncul karena hitungan dilakukan dua kali pada setiap pasangan atom. Untuk struktur FCC, dimana terdapat 12 tetangga terdekat, perhitungan menghasilkan ∑pj −12 ij = 12,13188 ; ∑p j −6 ij = 14,45392 (1.47) Pada posisi setimbang Ro, energi total sistem berharga minimum sehingga dU tot ⎡ σ 12 σ6⎤ = 0 = −2 Nε ⎢(12 )(12,13) 13 − (6)(14,45) 7 ⎥ (1.48) dR R = Ro ⎣ R R ⎦ dan menghasilkan harga Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 44. I STRUKTUR KRISTAL 37 Ro/σ = 1,09 (1.49) Nilai Ro/σ hasil pengamatan menunjukkan untuk Ne, Ar, Kr dan Xe adalah 1,14; 1,11; 1,1 dan 1,09 yang tidak berbeda jauh dengan (1.49). Dengan demikian energi kohesi kristal gas mulia pada suhu nol mutlak dan tekanan nol diperoleh dengan mensubstitusikan (1.47) dan (1.49) ke dalam (1.46). Hasilnya diperoleh ⎡ ⎛σ ⎞ 12 ⎛σ ⎞ ⎤ 6 U tot (R ) = 2 Nε ⎢(12,13)⎜ ⎟ − (14,45)⎜ ⎟ ⎥ (1.50) ⎢ ⎣ ⎝R⎠ ⎝R⎠ ⎥ ⎦ dan pada posisi setimbang Ro Utot(Ro) = - (2,15) (4Nε) (1.51) Perhitungan energi kohesi ini berlaku jika atom-atom dalam keadaan diam. Jika dilakukan koreksi mekanika kuantum, maka energi tersebut harus direduksi sebesar 28; 10; 6 dan 4 %, masing-masing untuk Ne, Ar, Kr dan Xe. 1.3.2.5 Ikatan Hidrogen Molekul air (H2O) terisolasi berikatan kovalen sehingga atom penyusunnya terikat secara kuat. Tetapi, dalam kristal es, yang tersusun atas molekul air, ikatannya jauh lebih lemah. Hal ini ditandai oleh adanya titik leleh air pada 00C. Sifat listrik sebuah molekul air terisolasi adalah netral. Tetapi, dalam kristal es distribusi muatan internal sedemikian rupa sehingga menghasilkan interaksi antarmolekul. Elektron lebih ditarik ke arah atom oksigen sehingga bermuatan negatip; dan dalam waktu bersamaan atom hidrogen menjadi bermuatan positip. Keadaan ini menghasilkan dipol listrik dalam molekul air. Gaya tarik-menarik antardipol listrik inilah yang menghasilkan ikatan hidrogen sehingga terbentuk kristal. Hal ini dijelaskan dalam Gambar 1.28 berikut. Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 45. I STRUKTUR KRISTAL 38 Gambar 1.28 (a) Molekul air; dan (b) Susunan molekul air sebagai akibat adanya ikatan hidrogen Tetapi, gaya antarmolekul ini jauh lebih lemah daripada gaya internal yang mengikat molekul itu sehingga molekul tetap dapat mempertahankan identitasnya salam kristal. Ikatan hidrogen mempunyai orde 0,1 eV. RINGKASAN 01. Suatu benda padat berbentuk kristal, apabila atom, ion, atau molekulnya teratur dan periodik dalam rentang yang panjang dalam ruang. Bahan kristal memiliki simetri translasi, artinya bila seluruh kristal itu digeser sejauh vektor translasi kisi R = n1 a + n2 b , maka keadaannya tetap sama. 02. Pola geometrik dari kedudukan setimbang tiap atom sebagai suatu titik dinamakan kisi kristal. Terdapat dua kelas kisi, yaitu Bravais dan non- Bravais. Kisi non-Bravais seringkali disebut sebagai kisi dengan suatu basis dan dapat dipandang sebagai kombinasi dari dua atau lebih kisi Bravais yang saling menembus dengan orientasi tertentu. 03. Luas daerah jajaran genjang yang sisinya dibatasi oleh vektor basis disebut sel satuan. Terdapat dua jenis sel satuan, yaitu sel primitip (satu titik kisi perselnya) dan sel non-primitip (lebih dari satu titik kisi perselnya). Hubungan antara keduanya adalah (a) sel non-primitip menunjukkan simetri lebih besar, dan (b) luas sel non-primitip merupakan kelipatan bulat dari luas sel primitip. 04. Dalam dua dimensi, kisi kristal Bravais yang mungkin sebanyak lima jenis, yaitu Genjang, Persegi, Heksagonal, Empat persegi panjang P, dan Empat persegi panjang I. Sedangkan untuk tiga dimensi ternyata ada 14 buah kisi Bravais yang terlingkupi dalam 7 buah sistem kristal, yaitu Triklinik (P), Monoklinik (P, C), Ortorombik (P, C, I, F), Tetragonal (P, I), Trigonal (R), Heksagonal (P), dan Kubik (P, I, F). 05. Beberapa kristal dengan struktur sederhana, di antaranya NaCl, CsCl, intan, ZnS dan HCP 06. Arah kristal, yakni vektor R = n1 a + n 2 b + n3 c , dinyatakan dengan [n1 n2 n3], yang lazimnya dalam perbandingan bilangan bulat terkecil. Sedangkan Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 46. I STRUKTUR KRISTAL 39 bidang kristal dinyatakan sebagai indek Miller (hkl). Jarak antarbidang Miller, khusus untuk sumbu ortogonal dengan a≠b≠c dinyatakan oleh persamaan 1 d hkl = 1/ 2 ⎛ 1 1 1 ⎞ ⎜ 2 + 2 + 2⎟ ⎜x ⎝ y z ⎟⎠ 07. Fraksi kepadatan, didefinisikan sebagai proporsi maksimum dari volume yang ada yang dapat diisi oleh bola atom dalam sebuah sel satuan, diungkapkan dalam bentuk rumusan F=N (4 / 3)π r3 V 08. Menurut Bragg kristal direpresentasikan oleh kumpulan bidang paralel yang bersesuaian dengan bidang atom, yang berperan sebagai cermin. Interferensi maksimum (konstruktif) yang terjadi memenuhi hukum Bragg n λ = 2 dhkl sin θ Dengan menggunakan hukum Bragg, secara eksperimen, jarak antarbidang dhkl dapat dihitung. 09. Fakta menunjukkan bahwa hamburan berkas sinar-X disebabkan oleh atom diskrit kristal yang bersangkutan. Oleh karena itu bahasan berikut menelaah hukum Bragg melalui proses hamburan elastik (hamburan Thomson) sinar-X oleh elektron dalam setiap atom dalam kristal. Dalam teori ini ditemukan bahwa intensitas parsial gelombang terhambur sebanding dengan kuadrat faktor hamburan kristal, yaitu Fkr = F S, dimana S dan F, masing-masing adalah faktor struktur geometri dan kisi. 10. Faktor struktur kisi S berharga tidak nol, yakni S=N, hanya untuk s = Ghkl , yakni vektor hamburan sama dengan vektor kisi resiprok (syarat Bragg). Dari hubungan ini dapatlah diturunkan hukum Bragg 2dhklsin θ = λ. 11. Jika syarat Bragg terpenuhi dan semua atom identik, maka untuk kedudukan atom ke-j dalam sel satuan δ j = u j a + v j b + w j c , didapatkan faktor struktur ( ) kisi Fhkl = f a ∑ e 2πi hu j + kv j + lw j . j Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 47. I STRUKTUR KRISTAL 40 12. Dalam suatu kristal letak atom relatif jauh satu sama lain sehingga gaya inti tidak berperan. Dengan demikian formasi kristal terjadi karena gaya antaratom (bersifat listrik). Pada titik setimbang, energi potensial terendah dan didominansi oleh energi tarik-menarik, serta resultan gaya nol. Pada jarak lebih kecil dari titik setimbang, potensial naik secara tajam menuju tak berhingga dan terjadi gaya tolak-menolak; sedangkan pada jarak yang lebih besar, potensial naik secara bertahap sehingga mencapai nol pada jarak tak berhingga dan terjadi gaya tarik-menarik. 13. Ikatan ion terjadi antara ion positip dan negatip karena terjadi perpindahan elektron sehingga menyerupai kofigurasi gas mulia. Energi ikatan berasal dari potensial tolak-menolak medan sentral empirik dan tarik-menarik Coulomb. Di Nαq 2 ⎛ ρ ⎞ titik setimbang energi tersebut adalah U tot =− ⎜ R ⎟ ⎜1 − ⎟ R = Ro 4πε o Ro ⎝ o ⎠ 14. Ikatan yang terjadi karena pemakaian bersama sepasang elektron oleh atom untuk mencapai konfigurasi gas mulia dalam suatu molekul disebut ikatan kovalen. Sepasang elektron tersebut lebih banyak terdistribusi di antara inti- inti. Gaya tarikan terjadi antara elektron dan proton di sepanjang garis yang menghubungkan inti berturutan. Sedangkan gaya tolaknya terjadi karena interaksi prinsip eksklusi Pauli saat inti saling merapat. Gaya tarikan elektron- proton lebih dari cukup untuk mengimbangi penolakan langsung elektron- elektron ataupun proton-proton. 15. Model ikatan logam menggambarkan adanya suatu susunan ion teratur dan suatu lautan elektron valensi (elektron konduksi) ion tersebut yang dapat bergerak bebas di antara susunan ion. Ikatan logam terjadi bila tarikan antara ion positip dan gas elektron melebihi penolakan antarelektron dalam gas tersebut. Gaya tolak Coulomb antarion positip menjadi tidak efektif karena gas elektron melingkupi ion secara kuat sehingga menjadi ion noninteraksi yang netral. 16. Terdapat energi ikat yang lemah pada gas mulia. Meskipun secara rata-rata semua momen multipol listriknya sama dengan nol, tetapi di setiap suatu waktu momen dipol listrik terjadi secara fluktuatif sebagai akibat adanya kelebihan Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 48. I STRUKTUR KRISTAL 41 elektron di bagian tertentu. Momen dipol listrik sesaat ini dapat menginduksi atom atau molekul tetangganya sehingga terjadi interaksi antara keduanya. Interaksi antara momen dipol listrik sesaat inilah yang memberikan ikatan antara atom gas mulia. Energi ikatan Van der Walls ini adalah ⎡ ⎛ σ ⎞12 ⎛ σ ⎞ ⎤ 6 U tot = 1 N (4ε )⎢∑ ⎜ ⎟ − ∑⎜ ⎟ ⎥ ⎢ j ⎜ pij R ⎟ ⎜ p R⎟ ⎥ 2 ⎣ ⎝ ⎠ ⎝ ij ⎠ ⎦ 17. Contoh ikatan hidrogen adalah kristal air. Sifat listrik sebuah molekul air terisolasi adalah netral. Tetapi, dalam kristal es distribusi muatan internal sedemikian rupa sehingga menghasilkan interaksi antarmolekul. Elektron lebih ditarik ke arah atom oksigen sehingga bermuatan negatip; dan dalam waktu bersamaan atom hidrogen menjadi bermuatan positip. Keadaan ini menghasilkan dipol listrik dalam molekul air. Gaya tarik-menarik antardipol listrik inilah yang menghasilkan ikatan hidrogen sehingga terbentuk kristal. LATIHAN SOAL BAB I ˆ j ˆ 01. Diketahui vektor basis primitip suatu kisi adalah a = ai , b = bˆ, c = ck , ˆ dengan i , ˆ dan k adalah tiga vektor satuan dalam koordinat Kartesian. ˆ j a. Gambarlah kisi tersebut! b. Membentuk kisi Bravais jenis apakan vektor basis tersebut? c. Berapakah volume sel satuan primitip tersebut? 02.a. Sama dengan soal 01), tetapi untuk vektor basis primitip j ˆ ˆ ˆ a = (a / 2)(i + ˆ), b = (a / 2)( ˆ + k ) dan c = (a / 2)(k + i ) ! ˆ j ˆ b. Buktikan bahwa ungkapan vektor satuan i , ˆ dan k sebagai kombinasi linier ˆ j dari vektor basis primitip ialah ˆ j ˆ ai = a − b + c , aˆ = a + b − c dan ak = −a + b + c ˆ j ˆ ˆ ˆ j ˆ c. Posisi kedelapan pojok sel adalah 0, a i , a ˆ , a k , a( i + ˆ ), a( i + k ), a( ˆ + k ) ˆ j ˆ j ˆ dan a( i + ˆ + k ). Nyatakan posisi-posisi tersebut dalam a , b dan c ! Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 49. I STRUKTUR KRISTAL 42 ˆ ˆ d. Sama dengan (c), tetapi untuk 6 titik pada pusat muka, yaitu (½)a( i + k ), j ˆ j ˆ ˆ j ˆ (½)a( ˆ + k ), (½)a( i + ˆ ), (½)a( i + 2 ˆ + k ), (½)a( 2i + ˆ + k ), dan ˆ j ˆ ˆ (½)a( i + ˆ + 2k ) ! (Nyatalah bahwa, berdasarkan (c) dan (d) semua posisi ˆ j atom dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari vektor kisi primitip dengan koefisien bilangan bulat) 03.a. Sama dengan soal 02), tetapi untuk vektor basis primitip ˆ j ˆ j ˆ ˆ ˆ ˆ j a = (a / 2)(i + ˆ − k ), b = ( a / 2)( ˆ + k − i ) dan c = (a / 2)(k + i − ˆ) ! ˆ b. Buktikan bahwa ungkapan vektor satuan i , ˆ dan k sebagai kombinasi linier ˆ j ˆ j ˆ dari vektor basis primitip adalah ai = a + c , aˆ = a + b dan ak = b + c ! 04. Sama dengan soal (1), tetapi untuk vektor basis primitip 1 ˆ j ˆ a (i + ˆ ) − 1 ck , 2 2 1 ˆ a (−i + ˆ) + 1 ck , dan ˆ j 1 ˆ a (i − ˆ) + 1 ck dimana a adalah sisi bujursangkar dan ˆ j 2 2 2 2 c adalah sisi yang tegak lurus terhadap bujursangkar tersebut ! 05. Kisi kristal dapat dipetakan ke dalam dirinya sendiri oleh simetri translasi kisi, pencerminan dan rotasi di sekitar suatu sumbu. Kisi kristal memiliki simetri rotasi derajat-1, 2, 3, 4 dan 6 atau 2π; 2π/2; 2π/3; 2π/4; dan 2π/6. Tetapi, misalnya, kisi kristal tidak memiliki simetri rotasi 2π/5 karena tidak memungkinkan untuk mengisi seluruh ruang secara periodik dengan bentuk bangun pentagon. Tunjukkan bahwa kisi dua dimensi tidak mempunyai simetri putar 2π/5 ! 06. Buktikan bahwa struktur HCP memiliki rasio sumbu c/a= 2 6 =1,633 ! 3 07. Pada suhu 1190 K besi memiliki struktur FCC dengan parameter kisi a=3,647 Å; dan pada suhu 1670 K berstruktur BCC dengan a=2,932 Å. Jika berat atom besi adalah 55,85 sma, maka tentukan kerapatan massa pada masing-masing suhu tersebut! 08. Diketahui padatan Al berstruktur FCC dengan a=4,04 Å dan berat atom 26,98 sma. Hitunglah massa jenisnya! 09. Gambarlah bidang dan arah berikut dalam sel satuan kubik: (122), [122], (1 1 2) dan [1 1 2]! Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 50. I STRUKTUR KRISTAL 43 10. Kristal Cu mempunyai struktur FCC dengan jari-jari atom 1,278 Å. Berapakah kerapatan atom yang terdapat pada bidang (100)? 11. Sama dengan soal 08), tetapi untuk kristal Fe yang berstruktur BCC dengan konstanta kisi 2,86 Å! 12. Buktikan bahwa dalam koordinat Kartesis bidang (hkl)=(mnox+mnoy+mnoz) memberikan vektor arah yang tegak lurus bidang tersebut, yakni ˆ j ˆ no = nox i + noy ˆ + noz k ! 13. Buktikan harga jari-jari atom dan fraksi kepadatan dari berbagai struktur kristal dalam Tabel 5.1! 14. Suatu kristal kubik mempunyai konstanta kisi 2,62 Å. Berapakah sudut Bragg yang sesuai untuk terjadi refleksi oleh bidang (100), (110), (111), (200), (210) dan (211), jika berkas sinar-X monokhromatik yang digunakan mempunyai panjang gelombang 1,54 Å? 15. Sudut Bragg untuk refleksi kristal besi BCC pada bidang (110) adalah 220, dengan sinar-X yang panjang gelombangnya 1,54 Å. a. Berapakah konstanta kisinya? b. Jika berat atom Fe adalah 55,8 sma, maka berapakah kerapatan massanya? 16. Buktikan bahwa persamaan (1.21) dapat diturunkan dari persamaan (1.20), dengan mengingat definisi (1.22)! 17. Gambarkan kisi resiprok untuk kisi dua dimensi yang mana a=1,25 Å, b=2,50 Å dan γ=120o! 18.a. Buktikan bahwa vektor kisi resiprok G = ha1 + ka 2 + la3 tegak lurus terhadap bidang (hkl) dalam kisi kristal! b. Buktikan bahwa jarak antara dua bidang paralel berturutan dalam kisi adalah dhkl=2π/ G ! 19. Suatu sel satuan berukuran a=4 Å, b=6 Å, c=8 Å dan α=β=900, γ=1200. Tentukan a. vektor basis a*, b* dan c* untuk kisi resiprok! b. jarak antar bidang (210)! Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 51. I STRUKTUR KRISTAL 44 c. sudut Bragg untuk bidang (210), jika diketahui panjang gelombang sinar-X yang dipakai 1,54 Å! 20. Buktikan bahwa a. kisi resiprok suatu kisi SC adalah kisi SC juga! b. kisi resiprok suatu kisi FCC adalah kisi BCC, dan sebaliknya! 21. Diketahui bahwa vektor basis primitip kisi ruang heksagonal adalah a1 = ( 1 a 3 ) x + ( 1 a ) y, a 2 = −( 1 a 3 ) x + ( 1 a ) y, a3 = cz 2 ˆ 2 ˆ 2 ˆ 2 ˆ ˆ a. Tunjukkan bahwa volume sel primitipnya adalah (31/2/2)a2c! b. Tunjukkan bahwa vektor basis primitip kisi resiproknya adalah ⎛ 2π ⎞ ⎛ 2π ⎞ ⎛ 2π ⎞ ⎛ 2π ⎞ 2π b1 = ⎜ ⎜ ⎟x + ⎜ ⎟ˆ ⎟ y, b2 = −⎜ ˆ ⎜ ⎟ x + ⎜ ⎟ y, b3 = ⎟ˆ ˆ ˆ z , sehingga kisi ⎝a 3⎠ ⎝ a ⎠ ⎝a 3⎠ ⎝ a ⎠ c merupakan resiprok dirinya sendiri, tetapi dengan merotasikan 30o sumbu- sumbunya terhadap sumbu a3! 22. Buktikan persamaan (1.26)! 23.a. Pada bidang yang mana dalam kisi BCC berikut yang tidak menimbulkan refleksi Bragg: (100), (110), (111), (200), (210) dan (211)! b. Sama dengan soal a), tetapi dalam kisi FCC! 24. Hitunglah faktor struktur geometri F100 untuk kristal CsCl yang berstruktur BCC, jika diasumsikan bahwa fCs=3fCl! 25. Teori ikatan kristal ionik model Born-Meyer menyebutkan bahwa energi A α q2 potensial total suatu sistem kristal ionik adalah E = N −N , dengan Rn 4π ε 0 R N adalah jumlah pasangan ion positip-negatip. Suku pertama merepresentasikan potensial tolak-menolak, dengan A dan n adalah konstanta yang ditentukan melalui eksperimen. Suku kedua merepresentasikan potensial tarik-menarik Coulomb, dengan α adalah konstanta Madelung yang hanya bergantung pada struktur kristal. 4π ε 0 A a. Tunjukkan bahwa jarak kesetimbangan antarion adalah R0n −1 = n! α q2 b. Tunjukkan bahwa energi ikatan pada titik kesetimbangan adalah Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 52. I STRUKTUR KRISTAL 45 α Nq 2 ⎛ 1 ⎞ E0 = − ⎜1 − ⎟ ! 4π ε 0 R0 ⎝ n ⎠ c. Jika kristal NaCl mempunyai konstanta kisi 5,63 Å, energi ikat terukur 7,95 eV/molekul dan konstanta Madelung 1,75, maka tentukan konstanta n! 26. Berikut disajikan data eksperimen tentang pembentukan molekul NaCl Na (gas) + 5,14 eV (energi ionisasi) → Na+ (gas) + e- (elektron) - e (elektron) + Cl (gas) → Cl- (gas) + 3,61 eV (afinitas elektron) Na+ (gas) + Cl- (gas) → NaCl (kristal) + 7,9 eV (energi kohesif) Hitunglah energi permolekul kristal NaCl tersebut! (Energi permolekul ini lebih kecil daripada energi kohesif/ikat permolekul (7,9 eV). Energi ikat molekul adalah energi yang diperlukan untuk memecahkan molekul tersebut menjadi ion-ion penyusunnya) 27. Dalam kristal NaCl didapatkan data eksperimen tentang harga jarak suatu ion positip terhadap ion negatip terdekatnya adalah 2.81.10-8 cm. Tentukan energi tarik menarik Coulomb sebagai bagian dari energi potensial antara dua ion tersebut! (Harga ini masih seorde dengan data eksperimen tentang energi ikat 7,9 eV/molekul) 29. Buktikan bahwa konstanta Madelung a. berharga 2 ln 2 untuk kristal ionik alternasi satu dimensi! b. berharga 1,747565 , 1, 762675 dan 1,6381 , masing-masing untuk kristal NaCl, CsCl dan ZnS! 30. Untuk gas He, yang berstruktur FCC, hasil pengukuran menunjukkan bahwa parameter Lennard-Jones ε=50.10-16 erg dan σ=2,96 Å. Hitunglah energi kohesifnya dalam kJ/mol! (Nilai pengamatan energi kohesif 0,751 kJ/mol, jauh lebih kecil daripada hasil perhitungan sehingga koreksi kuantum sangat penting) 31. Dengan menggunakan potensial Lennard-Jones, hitunglah perbandingan energi kohesi Ne dalam struktur BCC dan FCC! Diketahui bahwa untuk kisi BCC harga ∑p j −12 ij = 9,11418 ; ∑p j −6 ij = 12,2533 . Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM
  • 53. I STRUKTUR KRISTAL 46 32. Sama dengan soal 26), tetapi untuk struktur HCP dan FCC! Diketahui bahwa untuk kisi HCP harga ∑p j −12 ij = 12,13229 ; ∑pj −6 ij = 14,45489 . 6 12 ⎛a ⎞ ⎛a ⎞ 33. Energi total untuk 2 atom argon adalah E = −C ⎜ o ⎟ + B⎜ o ⎟ relatif ⎝R⎠ ⎝R⎠ terhadap keadaan keduanya pada jarak tak terhingga. Harga B= 2,35.103 eV, C= 1,69.108 eV dan ao adalah radius Bohr. Suku pertama merepresentasikan energi tarik menarik antara elektron-elektron terluar; dan kedua adalah energi tolak menolak antara ion-ion teras. Hitunglah a. posisi setimbang ! b. Buktikan bahwa di posisi setimbang energinya didominansi oleh energi tarik menarik! (harga mutlak energi tarik menarik lebih besar daripada energi tolak menolak, dan energi totalnya berharga negatip) Fisika Zat Padat Parno – Fisika FMIPA UM