SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
IT'S AN
ENDLESS
GAME,
HONEY
Memahami Game
Theory dalam bisnis
Jika kedua RM Padang mendiferensiasi
produk, masing-masing mendapat 100
pelanggan baru.
Jika hanya satu RM mendiferensiasi,
akan menarik 200 pelanggan baru,
sedangkan RM lain tidak.
Jika keduanya tidak mendiferensiasi, tak
ada dari mereka mendapat pelanggan
baru.
Dengan situasi begini:
Ada dua rumah
makan Padang
yang berkompetisi.
Ok, mari gunakan matriks Nash untuk
bantu mengurai masalah ini.
Bentar-bentar gw
bingung bos...
Keliatan kan, diferensiasi adalah win-win
solution buat kedua RM meski hasil yang
didapat lebih kecil (100,100).
Inilah Nash Equilibrium.
Sumber: John F. Nash - Nash Equilibrium
Ada sedikit produsen dengan penawaran
satu jenis barang (oligopoli).
Peserta memiliki sumber daya, strategi,
aturan yang terbatas dan disepakati (misal
game kartu, sepakbola).
Salah satu peserta membeberkan
strateginya kepada pihak lain dan mau
bekerjasama.
Nash Equilibrium terjadi jika:
Sumber: John F. Nash - Nash Equilibrium
Masalahnya kompetisi bisnis di dunia ini
tak selalu seperti itu Ferguso...
Namun ada teori dari James Carse yang
bisa menjelaskan, yaitu...
Finite vs
Infinite Game
Finite vs
Infinite Game
Sumber: James P. Carse - Finite and Infinite Games
Masih pake contoh RM Padang tadi.
Kita tambahkan kemampuan RM Padang A
yang ternyata dimiliki Sultan tajir mampus
(infinite player).
Sebodo amat dengan aturan, dia pilih
perang harga dan promo jadi strategi.
Sementara RM Padang B punya
kemampuan keuangan terbatas (finite
player). 
Maka pertarungan tak imbang ini
dimenangi oleh RM Padang A. Lawannya
mundur, kalah.
Dalam pertarungan singkat, bisa jadi
memberikan keuntungan jangka pendek.
Tapi kompetisi terbaik adalah terus
membiarkan lawanmu hidup.
Wah kalo gitu calon
pemenang sudah pasti
harus punya sumber
daya tak terbatas ?
Tak selalu.
Kok bisa ?
Juara Champions League terus-terusan
10 tahun ke depan Bayern Muenchen.
Apple menurunkan harganya dan
membunuh semua pesaing
AS vs Tiongkok salah satunya
memenangkan perang dagang dan
mendominasi semua lini: perdagangan,
mata uang, militer, sumber daya alam.
Objektif 'perang' abad ini bukan finite
games (menghancurkan pesaing),
melainkan infinite games (terus
berkompetisi).
Bayangkan ini...
Contoh gagal adalah perang dingin. Dimana
klaim kemenangan AS atas runtuhnya
komunisme USSR justru memunculkan
musuh baru (radikalisme, terorisme, dll).
Sebaliknya di dunia bisnis, kita bisa lihat
Starbucks (infinite players), tidak
menghancurkan kedai indie (finite players).
Contoh lain, dunia politik dalam negeri. Kita
jadi tahu kenapa Jokowi merangkul kubu
Prabowo setelah menang pemilu.
Game theory mengajarkan
keberadaan kompetitor
justru menjaga
keberlangsungan
permainan.
Sumber: Simon Sinek - What Game Theory Teaches Us about War
Live and Let Live
your competitors
aktifkan notifikasi
untuk mendapat
kabar business &
consumer insights
terbaru
Simpan buat
diliat lagi
Tap jika dirasa
bermanfaat

More Related Content

More from Hendy Adhitya

More from Hendy Adhitya (12)

Pilkada Tanah Karo 2020: Bagaimana Machine Learning Menentukan Isu Kampanye
Pilkada Tanah Karo 2020: Bagaimana Machine Learning Menentukan Isu KampanyePilkada Tanah Karo 2020: Bagaimana Machine Learning Menentukan Isu Kampanye
Pilkada Tanah Karo 2020: Bagaimana Machine Learning Menentukan Isu Kampanye
 
Kisah Saus Spaghetti yang Bikin Bahagia
Kisah Saus Spaghetti yang Bikin BahagiaKisah Saus Spaghetti yang Bikin Bahagia
Kisah Saus Spaghetti yang Bikin Bahagia
 
Mobil Apa Yang Bikin Stres?
Mobil Apa Yang Bikin Stres?Mobil Apa Yang Bikin Stres?
Mobil Apa Yang Bikin Stres?
 
Dikelabui Otak Sendiri. Neuromarketing di Industri F & B
Dikelabui Otak Sendiri. Neuromarketing di Industri F & BDikelabui Otak Sendiri. Neuromarketing di Industri F & B
Dikelabui Otak Sendiri. Neuromarketing di Industri F & B
 
Seberapa Shopaholics Kamu?
Seberapa Shopaholics Kamu?Seberapa Shopaholics Kamu?
Seberapa Shopaholics Kamu?
 
Neuromarketing di Industri Hiburan
Neuromarketing di Industri HiburanNeuromarketing di Industri Hiburan
Neuromarketing di Industri Hiburan
 
Kebanyakan Pilihan Bikin Konsumen Stres
Kebanyakan Pilihan Bikin Konsumen StresKebanyakan Pilihan Bikin Konsumen Stres
Kebanyakan Pilihan Bikin Konsumen Stres
 
Apa Pentingnya Marketer Mempelajari Otak Manusia?
Apa Pentingnya Marketer Mempelajari Otak Manusia?Apa Pentingnya Marketer Mempelajari Otak Manusia?
Apa Pentingnya Marketer Mempelajari Otak Manusia?
 
Cara Mengetahui Data yang Menyesatkan
Cara Mengetahui Data yang MenyesatkanCara Mengetahui Data yang Menyesatkan
Cara Mengetahui Data yang Menyesatkan
 
7 Film Bisnis Ini Bisa Memotivasi Kamu
7 Film Bisnis Ini Bisa Memotivasi Kamu7 Film Bisnis Ini Bisa Memotivasi Kamu
7 Film Bisnis Ini Bisa Memotivasi Kamu
 
Konsumen Indonesia Normal Baru
Konsumen Indonesia Normal BaruKonsumen Indonesia Normal Baru
Konsumen Indonesia Normal Baru
 
5 Tipe Konsumen Selama Pandemi. Kamu Yang Mana?
5 Tipe Konsumen Selama Pandemi. Kamu Yang Mana?5 Tipe Konsumen Selama Pandemi. Kamu Yang Mana?
5 Tipe Konsumen Selama Pandemi. Kamu Yang Mana?
 

It's An Endless Game, Honey

  • 2. Jika kedua RM Padang mendiferensiasi produk, masing-masing mendapat 100 pelanggan baru. Jika hanya satu RM mendiferensiasi, akan menarik 200 pelanggan baru, sedangkan RM lain tidak. Jika keduanya tidak mendiferensiasi, tak ada dari mereka mendapat pelanggan baru. Dengan situasi begini: Ada dua rumah makan Padang yang berkompetisi.
  • 3. Ok, mari gunakan matriks Nash untuk bantu mengurai masalah ini. Bentar-bentar gw bingung bos... Keliatan kan, diferensiasi adalah win-win solution buat kedua RM meski hasil yang didapat lebih kecil (100,100). Inilah Nash Equilibrium. Sumber: John F. Nash - Nash Equilibrium
  • 4. Ada sedikit produsen dengan penawaran satu jenis barang (oligopoli). Peserta memiliki sumber daya, strategi, aturan yang terbatas dan disepakati (misal game kartu, sepakbola). Salah satu peserta membeberkan strateginya kepada pihak lain dan mau bekerjasama. Nash Equilibrium terjadi jika: Sumber: John F. Nash - Nash Equilibrium
  • 5. Masalahnya kompetisi bisnis di dunia ini tak selalu seperti itu Ferguso... Namun ada teori dari James Carse yang bisa menjelaskan, yaitu... Finite vs Infinite Game Finite vs Infinite Game Sumber: James P. Carse - Finite and Infinite Games
  • 6. Masih pake contoh RM Padang tadi. Kita tambahkan kemampuan RM Padang A yang ternyata dimiliki Sultan tajir mampus (infinite player). Sebodo amat dengan aturan, dia pilih perang harga dan promo jadi strategi. Sementara RM Padang B punya kemampuan keuangan terbatas (finite player).  Maka pertarungan tak imbang ini dimenangi oleh RM Padang A. Lawannya mundur, kalah.
  • 7. Dalam pertarungan singkat, bisa jadi memberikan keuntungan jangka pendek. Tapi kompetisi terbaik adalah terus membiarkan lawanmu hidup. Wah kalo gitu calon pemenang sudah pasti harus punya sumber daya tak terbatas ? Tak selalu. Kok bisa ?
  • 8. Juara Champions League terus-terusan 10 tahun ke depan Bayern Muenchen. Apple menurunkan harganya dan membunuh semua pesaing AS vs Tiongkok salah satunya memenangkan perang dagang dan mendominasi semua lini: perdagangan, mata uang, militer, sumber daya alam. Objektif 'perang' abad ini bukan finite games (menghancurkan pesaing), melainkan infinite games (terus berkompetisi). Bayangkan ini...
  • 9. Contoh gagal adalah perang dingin. Dimana klaim kemenangan AS atas runtuhnya komunisme USSR justru memunculkan musuh baru (radikalisme, terorisme, dll). Sebaliknya di dunia bisnis, kita bisa lihat Starbucks (infinite players), tidak menghancurkan kedai indie (finite players). Contoh lain, dunia politik dalam negeri. Kita jadi tahu kenapa Jokowi merangkul kubu Prabowo setelah menang pemilu. Game theory mengajarkan keberadaan kompetitor justru menjaga keberlangsungan permainan. Sumber: Simon Sinek - What Game Theory Teaches Us about War
  • 10. Live and Let Live your competitors aktifkan notifikasi untuk mendapat kabar business & consumer insights terbaru Simpan buat diliat lagi Tap jika dirasa bermanfaat