"Jika Anda sangat menginginkan suatu barang, tunggulah selama 7 Hari, apakah Anda masih menginginkan barang itu?" Mungkin sobat data pernah mendengar saran dari mentor bisnis tersebut.
John A. Bargh (2002) dalam ulasannya di Journal of Consumer Research mengkritik consumer research mengabaikan fakta bahwa perilaku konsumen juga terbentuk dari pikiran bawah sadar. Bukti ilmiah dan riset soal ini makin banyak dari tahun ke tahun.
Setelah Ini, Otakmu Tak Akan Pernah Sama LagiHendy Adhitya
Jika masih kesulitan dalam memahami postingan kali ini, sebenarnya saya ingin memprovokasi sobat data ke dalam dua hal:
1. Belajar Data memperkuat Analytic Thinking-mu, gak harus seperti Sherlock sih
2. Belajar hal baru baik bagi perkembangan otak
Setelah membahas kenapa membaca data penting, dan menjadi life skill, sekarang waktunya bagaimana menampilkan data, merupakan seni tersendiri dalam cabang ilmu statistik.
Kalo kemarin kita udah bahas soal hoax yang memakai data, kali ini kita bahas langkah awal untuk Melek Data.
Karena tanpa Melek Data, risiko READER menginterpretasi data salah sebagai fakta, akan menuju pengetahuan yang tak tepat, dan parahnya lagi membuat bad decision. (Wolff et al, 2016)
Kali ini saya mengambil karya Jordan Morrow untuk menjelaskan grand design dan relevansinya. Terlebih lagi, karena kita sekarang sudah berada di era industri 4.0 dimana informasi lalu lalang, siapa pun bisa menjadi produsennya. Kerap kali info yang disajikan simpang siur, bahkan hoax.
Setelah kemarin sobat data mengetahui pemanfaatan sentimen analisis di dunia politik, yaitu salah satu penggunaannya untuk mengetahui popularitas di kalangan konstituen. Maka di postingan kali ini saya berikan contoh penerapannya di industri lain.
Kevin Kelly, seorang ekologis, penulis, futuris dan co-founder majalah Wired menambahkan Kingdom Biologi ke-7, setelah Animalia, Plantae, Fungi, Protista, Archaea dan Bacteria: TECHNIUM. Apa itu?
Pilkada Tanah Karo 2020: Bagaimana Machine Learning Menentukan Isu KampanyeHendy Adhitya
Machine Learning ini salah satu alat yang membantu mengkategorisasikan raw data. Sehingga bisa dipastikan tak diperlukan lagi tenaga manusia untuk mengecek satu per satu yang memakan waktu lama. Namun untuk membentuk kategorisasi dan training masih diperlukan tenaga manusia sebagai verifikator.
John A. Bargh (2002) dalam ulasannya di Journal of Consumer Research mengkritik consumer research mengabaikan fakta bahwa perilaku konsumen juga terbentuk dari pikiran bawah sadar. Bukti ilmiah dan riset soal ini makin banyak dari tahun ke tahun.
Setelah Ini, Otakmu Tak Akan Pernah Sama LagiHendy Adhitya
Jika masih kesulitan dalam memahami postingan kali ini, sebenarnya saya ingin memprovokasi sobat data ke dalam dua hal:
1. Belajar Data memperkuat Analytic Thinking-mu, gak harus seperti Sherlock sih
2. Belajar hal baru baik bagi perkembangan otak
Setelah membahas kenapa membaca data penting, dan menjadi life skill, sekarang waktunya bagaimana menampilkan data, merupakan seni tersendiri dalam cabang ilmu statistik.
Kalo kemarin kita udah bahas soal hoax yang memakai data, kali ini kita bahas langkah awal untuk Melek Data.
Karena tanpa Melek Data, risiko READER menginterpretasi data salah sebagai fakta, akan menuju pengetahuan yang tak tepat, dan parahnya lagi membuat bad decision. (Wolff et al, 2016)
Kali ini saya mengambil karya Jordan Morrow untuk menjelaskan grand design dan relevansinya. Terlebih lagi, karena kita sekarang sudah berada di era industri 4.0 dimana informasi lalu lalang, siapa pun bisa menjadi produsennya. Kerap kali info yang disajikan simpang siur, bahkan hoax.
Setelah kemarin sobat data mengetahui pemanfaatan sentimen analisis di dunia politik, yaitu salah satu penggunaannya untuk mengetahui popularitas di kalangan konstituen. Maka di postingan kali ini saya berikan contoh penerapannya di industri lain.
Kevin Kelly, seorang ekologis, penulis, futuris dan co-founder majalah Wired menambahkan Kingdom Biologi ke-7, setelah Animalia, Plantae, Fungi, Protista, Archaea dan Bacteria: TECHNIUM. Apa itu?
Pilkada Tanah Karo 2020: Bagaimana Machine Learning Menentukan Isu KampanyeHendy Adhitya
Machine Learning ini salah satu alat yang membantu mengkategorisasikan raw data. Sehingga bisa dipastikan tak diperlukan lagi tenaga manusia untuk mengecek satu per satu yang memakan waktu lama. Namun untuk membentuk kategorisasi dan training masih diperlukan tenaga manusia sebagai verifikator.
"Keep your friends close, but your enemies closer." Buat yang nggak asing dengan kutipan dari Michael Corleone di Godfather 2 ini sebenarnya menyiratkan pesan bisnis. Berhubungan baiklah dengan partner bisnismu, tapi amatilah lebih dekat lagi gerak-gerik kompetitormu.
Kisah Saus Spaghetti yang Bikin BahagiaHendy Adhitya
Sebenernya saya pengin menyampaikan di konten kali ini soal analisis kluster dengan contoh mudah dan tidak njelimet ala-ala statistik. Semoga studi kasus si bapak marketing 'saos spaghetti' ini bisa mewakili.
Dua tahun lalu Nissan mengembangkan teknologi menyatukan otak manusia dengan mobil. Mereka sebut ini Brain to Vehicle Tech. Dengan pendekatan neurosains dan teknologi, mereka ciptakan sistem pengereman otomatis pencegah dini kecelakaan.
Dikelabui Otak Sendiri. Neuromarketing di Industri F & BHendy Adhitya
Dokumen tersebut membahas penggunaan neuromarketing dalam industri makanan dan minuman untuk memahami preferensi dan perilaku konsumen secara tidak sadar. Beberapa temuan kunci meliputi bagaimana merek dan harga dapat mempengaruhi penilaian rasa, bagaimana imajinasi konsumen dapat mengurangi nafsu makan, serta preferensi otak terhadap produk-produk yang teratur. Secara keseluruhan, dokumen tersebut menunjukkan bagaimana il
Teks ini memberikan kuis singkat untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat shopaholisme seseorang. Terdiri dari 9 pertanyaan pilihan ganda mengenai frekuensi dan pola belanja, pengeluaran, serta pengungkapan belanjaan kepada orang lain. Skor dari 32-36 dianggap hemat, 24-31 cenderung khilaf, 16-23 sering khilaf, dan 9-15 sangat gila belanja. Teks ini bersifat hiburan dan tidak ditujukan
Kebayang gak kalo ternyata film-film Marvel Cinematic Universe ternyata diatur sedemikian rupa plotnya untuk servis konsumen? Begitu pula Game of Thrones. Beberapa film lain seperti Avatar yang sudah meluncur bertahun-tahun sebelumnya telah menggunakan metode neuromarketing ini untuk 'membantu' mereka meraih kesuksesan dengan merajai Box Office.
Kebanyakan Pilihan Bikin Konsumen StresHendy Adhitya
Dokumen tersebut membahas paradoks pilihan, dimana semakin banyak pilihan yang ditawarkan kepada konsumen, semakin bingung dan stres mereka. Studi eksperimen menunjukkan bahwa kelompok yang diberi 24 pilihan selai lebih tertarik, namun tingkat konversi pembelian lebih tinggi pada kelompok yang diberi 6 pilihan. Marketer disarankan untuk mempermudah konsumen dengan menyediakan pilihan terbaik dan rekomend
Apa Pentingnya Marketer Mempelajari Otak Manusia?Hendy Adhitya
Ok, ini neuromarketing, merupakan perkawinan ilmu neuroscience, statistik, IT, psikologi dan pemasaran. Jika pada akhir abad 20 alat-alat seperti fMRI scan, EEG biasa digunakan untuk mendiagnosis penyakit dalam, terutama otak. Kini alat tersebut dimanfaatkan untuk meneliti perilaku konsumen melalui OTAK.
Merangkum dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Data survei pemilu perlu diperiksa dengan teliti karena sering terjadi ketidaksesuaian antara hasil quick count dengan fakta sebenarnya yang dapat menimbulkan kebingungan dan kerusuhan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membaca data antara lain memastikan label sumbu Y tidak menyesatkan, mengecek total persentase pada pie chart harus 100%, memperhatikan jarak skala, serta memahami
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tujuh film bisnis yang dapat memotivasi dan menginspirasi dengan tema entrepreneurship, statistik, dan kisah-kisah sukses bisnis. Film-film tersebut adalah The Founder, The Wolf of Wall Street, Joy, Moneyball, Pursuit of Happiness, The Social Network, dan Shawshank Redemption.
Dokumen tersebut membandingkan kondisi ekonomi dan perilaku konsumen Indonesia sebelum dan sesudah penerapan kebijakan "New Normal" untuk menanggulangi pandemi COVID-19. Beberapa temuan utama adalah: (1) jumlah kasus COVID-19 naik drastis setelah New Normal diberlakukan, (2) ekonomi Indonesia mengalami kontraksi, (3) mobilitas masyarakat membaik meski belum normal, (4) kepercayaan konsumen naik tapi
5 Tipe Konsumen Selama Pandemi. Kamu Yang Mana?Hendy Adhitya
Hampir dua bulan sejak New Normal dijalankan, apa kabar dunia? Bersama ini saya sajikan, rangkuman dari Accenture Report 2020 mengenai lima kluster konsumen selama pandemi. Semoga membantu mengenali konsumen Anda selama krisis ini.
"Keep your friends close, but your enemies closer." Buat yang nggak asing dengan kutipan dari Michael Corleone di Godfather 2 ini sebenarnya menyiratkan pesan bisnis. Berhubungan baiklah dengan partner bisnismu, tapi amatilah lebih dekat lagi gerak-gerik kompetitormu.
Kisah Saus Spaghetti yang Bikin BahagiaHendy Adhitya
Sebenernya saya pengin menyampaikan di konten kali ini soal analisis kluster dengan contoh mudah dan tidak njelimet ala-ala statistik. Semoga studi kasus si bapak marketing 'saos spaghetti' ini bisa mewakili.
Dua tahun lalu Nissan mengembangkan teknologi menyatukan otak manusia dengan mobil. Mereka sebut ini Brain to Vehicle Tech. Dengan pendekatan neurosains dan teknologi, mereka ciptakan sistem pengereman otomatis pencegah dini kecelakaan.
Dikelabui Otak Sendiri. Neuromarketing di Industri F & BHendy Adhitya
Dokumen tersebut membahas penggunaan neuromarketing dalam industri makanan dan minuman untuk memahami preferensi dan perilaku konsumen secara tidak sadar. Beberapa temuan kunci meliputi bagaimana merek dan harga dapat mempengaruhi penilaian rasa, bagaimana imajinasi konsumen dapat mengurangi nafsu makan, serta preferensi otak terhadap produk-produk yang teratur. Secara keseluruhan, dokumen tersebut menunjukkan bagaimana il
Teks ini memberikan kuis singkat untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat shopaholisme seseorang. Terdiri dari 9 pertanyaan pilihan ganda mengenai frekuensi dan pola belanja, pengeluaran, serta pengungkapan belanjaan kepada orang lain. Skor dari 32-36 dianggap hemat, 24-31 cenderung khilaf, 16-23 sering khilaf, dan 9-15 sangat gila belanja. Teks ini bersifat hiburan dan tidak ditujukan
Kebayang gak kalo ternyata film-film Marvel Cinematic Universe ternyata diatur sedemikian rupa plotnya untuk servis konsumen? Begitu pula Game of Thrones. Beberapa film lain seperti Avatar yang sudah meluncur bertahun-tahun sebelumnya telah menggunakan metode neuromarketing ini untuk 'membantu' mereka meraih kesuksesan dengan merajai Box Office.
Kebanyakan Pilihan Bikin Konsumen StresHendy Adhitya
Dokumen tersebut membahas paradoks pilihan, dimana semakin banyak pilihan yang ditawarkan kepada konsumen, semakin bingung dan stres mereka. Studi eksperimen menunjukkan bahwa kelompok yang diberi 24 pilihan selai lebih tertarik, namun tingkat konversi pembelian lebih tinggi pada kelompok yang diberi 6 pilihan. Marketer disarankan untuk mempermudah konsumen dengan menyediakan pilihan terbaik dan rekomend
Apa Pentingnya Marketer Mempelajari Otak Manusia?Hendy Adhitya
Ok, ini neuromarketing, merupakan perkawinan ilmu neuroscience, statistik, IT, psikologi dan pemasaran. Jika pada akhir abad 20 alat-alat seperti fMRI scan, EEG biasa digunakan untuk mendiagnosis penyakit dalam, terutama otak. Kini alat tersebut dimanfaatkan untuk meneliti perilaku konsumen melalui OTAK.
Merangkum dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Data survei pemilu perlu diperiksa dengan teliti karena sering terjadi ketidaksesuaian antara hasil quick count dengan fakta sebenarnya yang dapat menimbulkan kebingungan dan kerusuhan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membaca data antara lain memastikan label sumbu Y tidak menyesatkan, mengecek total persentase pada pie chart harus 100%, memperhatikan jarak skala, serta memahami
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tujuh film bisnis yang dapat memotivasi dan menginspirasi dengan tema entrepreneurship, statistik, dan kisah-kisah sukses bisnis. Film-film tersebut adalah The Founder, The Wolf of Wall Street, Joy, Moneyball, Pursuit of Happiness, The Social Network, dan Shawshank Redemption.
Dokumen tersebut membandingkan kondisi ekonomi dan perilaku konsumen Indonesia sebelum dan sesudah penerapan kebijakan "New Normal" untuk menanggulangi pandemi COVID-19. Beberapa temuan utama adalah: (1) jumlah kasus COVID-19 naik drastis setelah New Normal diberlakukan, (2) ekonomi Indonesia mengalami kontraksi, (3) mobilitas masyarakat membaik meski belum normal, (4) kepercayaan konsumen naik tapi
5 Tipe Konsumen Selama Pandemi. Kamu Yang Mana?Hendy Adhitya
Hampir dua bulan sejak New Normal dijalankan, apa kabar dunia? Bersama ini saya sajikan, rangkuman dari Accenture Report 2020 mengenai lima kluster konsumen selama pandemi. Semoga membantu mengenali konsumen Anda selama krisis ini.