SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taman kota adalah taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala
luas serta dapat dinikmati oleh seluruh warga kota. Bentuk taman kota
diantaranya adalah median jalan, berm dan pulau. Salah satu peran penting
taman kota adalah penjaga kualitas lingkungan kota.
Penataan taman kota mulai berkembang pesat disetiap wilayah di Indonesia,
khususnya di Kota Malang. Tanaman hias memiliki nilai fungsional dan estetika
dalam suatu tatanan taman kota. Jenis tanaman yang digunakan di taman kota
berupa pohon, perdu, semak dan ground cover. Salah satu jenis tanaman semak
tahunan yang sering digunakan di taman kota Malang saat ini adalah tanaman
lantana.
Lantana (Lantana camara L.) adalah tanaman hias yang dimanfaatkan
bunganya. Penggunaan lantana sebagai tanaman hias tergolong dalam
pemanfaatan tanaman secara modern. Alasan pemanfaatan lantana sebagai
tanaman hias adalah lantana memiliki bunga yang aktraktif dan menarik. Bunga
lantana memiliki berbagai warna diantaranya adalah putih, krem, kuning, merah
muda, oranye, ungu dan merah.
Tanaman lantana digunakan sebagai tanaman hias dalam pot di beberapa
taman kota. Kriteria tanaman hias bunga dalam pot yang indah adalah tinggi
tanaman sebanding dengan tinggi pot, bunga muncul serempak dan kompak
serta seluruh permukaan tanaman tertutupi oleh bunga. Lantana akan tetap
indah apabila bunga-bunganya muncul serempak serta tanaman tidak cepat
tinggi.
Pada kenyataannya lantana memiliki karakter cenderung mudah memanjang
serta bunga muncul tidak serempak. Karakter tanaman lantana yang demikian
menyebabkan keindahan tanaman berkurang serta masa pajang menjadi
singkat. Masa pajang yang singkat menyebabkan penggantian tanaman harus
dilakukan berulang kali.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat pertambahan tinggi
tanaman serta menyerempakkan bunga dapat dilakukan dengan cara
pengaplikasian zat pengatur tumbuh yang bersifat menghambat pertumbuhan
vegetatif tanaman. Paclobutrazol adalah zat penghambat pertumbuhan yang
bekerja pada sub meristem dengan cara menghambat biosintesis giberelin
melalui penghambatan oksidasi kauren menjadi asam kaurenik, sehingga
2
pemanjangan dan pembesaran sel terhambat (Upreti, Reddy, Prasad, Bindu,
Jayaram dan Rajan, 2013). Prinsip kerja paclobutrazol adalah menghambat
reaksi oksidasi antara kauren dan asam kaurenoat pada sintesis giberelin yang
menyebabkan terjadi penekanan pada batang tanaman (Salisbury dan Ross,
1995).
Penempatan tanaman hias pot di taman kota berbeda-beda. Penempatan
yang berbeda berhubungan dengan intensitas cahaya yang diterima tanaman.
Lokasi yang berbeda memungkinkan intensitas cahaya yang diterima tanaman
juga berbeda. Tanaman lantana yang diletakkan di tempat berintensitas penuh
dengan intensitas cahaya berkurang memiliki respon yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan pembungaan tanaman. Tanaman yang diletakkan di tempat
yang ternaungi cenderung lebih cepat bertambah tinggi (etiolasi) dan waktu
berbunga lebih lama dibandingkan dengan tanaman di tempat yang tidak
ternaungi.
Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut, upaya yang dapat dilakukan
untuk mendapatkan tanaman lantana dalam pot yang memiliki masa pajang lama
adalah dengan cara melakukan penyemprotan paclobutrazol dengan dosis
tertentu agar tanaman tidak cepat memanjang dan bunga serempak. Selain itu,
perlu diketahui tentang intensitas cahaya matahari yang optimal bagi
pembungaan tanaman lantana.
1.2 Rumusan Masalah
Tanaman lantana di taman-taman kota cenderung mudah memanjang dan
bunga muncul tidak serempak yang menyebabkan penampilan tidak menarik
serta masa pajang tanaman menjadi singkat. Penempatan tanaman lantana di
taman kota juga berbeda-beda sehingga intensitas cahaya yang diterima
tanaman berbeda yang kemudian berpengaruh terhadap pembungaan tanaman.
Tanaman yang diletakkan di intensitas cahaya rendah cenderung mudah
memanjang serta waktu pembungaan yang lebih lama. Berdasarkan
permasalahan tersebut, upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
penampilan serta masa pajang lantana adalah dengan cara mengaplikasikan
paclobutrazol serta perlakuan intensitas cahaya terhadap pembungaan lantana.
3
1.3 Tujuan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk :
1. Mendapatkan interaksi antara intensitas cahaya dan konsentrasi
paclobutrazol yang tepat terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman
lantana.
2. Mendapatkan dosis paclobutrazol yang optimal untuk mendapatkan tanaman
lantana yang pendek dalam pot dan berbunga serempak.
3. Mendapatkan intensitas cahaya yang optimal bagi pembungaan tanaman
lantana.
1.4 Manfaat
Penelitian ini bermanfaat bagi bidang pertamanan serta pebisnis tanaman
hias sebagai alternatif yang tepat untuk memperpendek masa pembungaan,
menyerempakkan bunga yang dihasilkan tanaman lantana serta dapat diketahui
intensitas cahaya yang optimal bagi tanaman lantana sehingga tanaman lantana
yang dihasilkan lebih menarik dan atraktif.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Lantana
Tanaman lantana (Lantana camara) adalah herba rendah, tegak atau
menjuntai yang tingginya dapat mencapai 2-4 m. Daun lantana berbentuk bulat
telur atau lonjong dengan panjang 2-10 cm, lebar 2-6 cm dan tersusun
berpasang-pasangan dengan arah yang berlawanan. Daun berwarna hijau
cerah, kasar, berambut, tepi bergerigi dan mengeluarkan aroma tajam ketika
tersentuh. Ujung daun meruncing dengan pangkal tumpul serta pertulangan daun
menyirip (Gambar 1). Batang tanaman lantana (Gambar 2) berbentuk persegi,
berkayu dan bercabang banyak. Pada umumnya batang tidak berduri akan tetapi
terdapat beberapa tanaman yang memiliki duri (APFISN, 2009). Lantana adalah
semak evergreen tropis dengan beberapa spesies yang dibudidayakan sebagai
tanaman hias dalam greenhouse karena bunganya yang atraktif. Tanaman ini
memiliki batang berduri dengan daun yang beraroma yang juga digunakan
sebagai xeriscape landscaping (Ellefson et al., 1992).
Gambar 1. Daun tanaman lantana (Dokumentasi Pribadi, 2017)
Lantana merupakan tanaman berkayu yang berbentuk kotak pada potongan
melintang, berambut saat masih muda dan diameter batang akan semakin
membesar apabila tanaman semakin tua. Bunga lantana adalah bunga majemuk
yang tersusun dalam tandan berbentuk payung (umbell). Kuntum bunga terdiri
dari 20-40 bunga dengan diameter 2,5 cm, warna bunga beragam yaitu putih,
krem, kuning, oranye, merah muda, ungu dan merah (Gambar 3). Tanaman akan
berbunga antara bulan Agustus atau Maret bahkan setiap bulan dapat berbunga
tergantung kondisi kelembaban dan ketersediaan cahaya matahari (APFISN,
2009).
5
Gambar 2. Batang tanaman lantana (Dokumentasi Pribadi, 2017)
Buah lantana berbentuk sperikal, berair dan membentuk satu kumpulan.
Buah lantana berwarna biru kehitaman dengan sedikit warna hijau, diameter 5-7
mm, mengkilat, berbiji, memiliki dua keping biji (Gambar 4) dan biji akan muncul
pada bulan September hingga Mei dengan jumlah 1-20 biji per tandan. Tanaman
dewasa akan menghasilkan 12.000 biji setiap tahun. Perkecambahan biji terjadi
pada kondisi kelembaban cukup dan perkecambahan akan berkurang pada
kondisi cahaya yang rendah. Sistem perakaran tanaman sangat kuat dengan
akar utama serta akar samping yang banyak (APFISN, 2009).
Gambar 3. Bunga tanaman lantana (Dokumentasi Pribadi, 2017).
Tanaman lantana tumbuh dengan baik pada daerah yang terbuka, tanpa
naungan seperti tanah kosong, tepi hutan, area pertanian, ladang rumput dll.
Lantana tidak dapat tumbuh pada suhu dibawah 5 ΒΊC, ditemukan pada ketinggian
2000 mdpl dan dapat tumbuh dengan baik pada curah hujan 750-5000 mm per
tahun. Lantana rentan terhadap suhu rendah, tanah salin, tanah hidromorfik,
6
curah hujan rendah, tanah berkoral dengan kapasitas mengikat air rendah serta
adanya angin topan (APFISN, 2009).
Gambar 4. Buah tanaman lantana (APFISN, 2009).
2.2 Pembungaan Tanaman
Pembungaan adalah mekanisme perubahan dari fase vegetatif ke fase
generatif yang akan terjadi kompleksitas dari perkembangan yaitu pembentukan
bunga, buah dan biji. Proses tersebut ditandai dengan adanya proses yang
terjadi secara seksual. Fisiologi pembungaan tanaman diatur oleh faktor
lingkungan secara ekologi meliputi suhu, fotoperiode dan curah hujan (Barus dan
Syukri, 2008).
Menurut Gardner et al. (1991), terdapat tiga tahap yang terpisah dalam
pembungaan tanaman yang masing-masing tahap memiliki fotoperiode yang
berbeda serta kebutuhan suhu yang jelas. Tahap-tahap tersebut adalah :
1. Induksi pembungaan
Induksi pembungaan adalah produksi rangsangan pembungaan (suatu
perubahan kimia pada ujung pucuk) sebagai respon terhadap pengenaan
sejumlah daur fotoinduksi tertentu yang khas dan menguntungkan. Jumlah daur
minimum yang diperlukan bervariasi menurut spesies, kultivar, umur dan ukuran
tanaman. Setelah jumlah daur fotoinduksi minimum terpenuhi, intensitas
pembungaan akan meningkat dengan bertambahnya pengenaan cahaya sampai
tahap jenuh.
2. Inisiasi pembungaan
Inisiasi pembungaan adalah transisi morfologis meristem dari keadaan
vegetatit ke keadaan pembungaan. Perubahan terjadi dari titik tumbuh yang telah
terinduksi tetapi secara morfologis berbentuk vegetatif menjadi pemula
pembungaan sebagai respon terhadap hari panjang dan temperatur yang cukup
hangat.
7
3. Perkembangan pembungaan lebih lanjut.
Perkembangan pembungaan lebih lanjut adalah ekspresi bunga yang
tampak dimulai dari pertumbuhan dan perkembangan bunga awal menjadi bunga
dewasa sebagai respon terhadap hari panjang dan temperatur yang cukup
hangat.
Pembungaan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal terdiri dari umur tanaman, hormon pertumbuhan dan genetis tanaman.
Faktor eksternal terdiri dari suhu, panjang hari dan unsur hara (Bleasdale, 1981).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pembungaan adalah cahaya. Cahaya
mencakup intensitas cahaya dan fotoperiodisitas (Darjanto dan Satifah, 1990).
Suhu berpengaruh secara kualitatif dan kuantitatif terhadap perkembangan
bunga. Suhu tinggi dapat meningkatkan laju perkembangan bunga yang
mengakibatkan anthesis dini (Kinet et al., 1985). Batas suhu untuk pertumbuhan
tergantung pada jenis tanaman. Tanaman di daerah tropis memiliki batas suhu
yang lebih tinggi dibanding pada daerah subtropis (Aitken, 1974). Suhu akan
menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian tempat yaitu sebesar 6,2ΒΊC
setiap perbedaan ketinggian 1 km (Ariffin, 2003).
Panjang hari adalah lamanya matahari memancarkan sinarnya ke
permukaan bumi dalam kurum waktu 24 jam. Panjang hari memiliki pengaruh
penting dalam kehidupan tanaman terutaman dalam proses pembungaan (Ariffin,
2003). Faktor panjang hari dapat mempengaruhi perbedaan fase pembungaan
karena pada bulan-bulan tertentu terdapat beberapa hari yang memiliki waktu
siang lebih panjang. Tanaman yang berasal dari lintang tinggi umumnya sensitif
terhadap fotoperiodisme, dapat berupa tanaman hari pendek atau tanaman hari
panjang (Handoko, 2009).
Ilustrasi perangsangan pembungaan tanaman (Gambar 1) adalah mula-mula
penerimaan cahaya panjang oleh daun dewasa, kemudian mobilisasi amilum
dalam daun dan batang diikuti pengangkutan sukrosa dalam floem ke meristem
apical maupun meristem akar. Selanjutnya adalah transportasi ke arah atas
dalam xilem dari akar ke daun membawa zeatin riboside ( [9R]Z ) dan
isopentenyladenine riboside ( [9R]iP ). Transportasi isopentenyladenine (iP)
dalam floem kemudian terjadi dari daun ke meristem apikal (Bernier et al., 1993).
8
Gambar 5. Ilustrasi perangsangan pembungaan pada tanaman.
2.3 Pengaruh Paclobutrazol terhadap Tanaman
Paclobutrazol merupakan derivat triazole yang termasuk zat penghambat
tumbuh yang mampu menekan tinggi tanaman, panjang internodia serta luas
daun. Secara umum sifat paclobutrazol adalah menghambat kerja hormon
giberelin sehingga keseimbangan hormonal dalam tubuh tanaman akan
terganggu (Wilkinson dan Richard, 1987). Paclobutrazol dapat menginduksi
pembungaan pada tanaman. Mekanisme paclobutrazol dapat menginisiasi
pembungaan tanaman adalah dengan cara menghambat aktivitas giberelin
dalam mengubah ent-kaurene menjadi asam ent-kaurene pada jalur biosintesis
giberelin. Hal tersebut menunjukkan mekanisme utama paclobutrazol dalam
menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman dan memicu pembungaan (Upreti
et al., 2013). Paclobutrazol (pp333) [(2RS,3RS)-1-(4-chlorophenyl-4,4-dimethyl-
2-(1H-1,2,4 triazol-1-yl) pentan-3-ol] adalah zat penghambat pertumbuhan.
Paclobutrazol berfungsi untuk menghambat sitokrom P-450 yang bertanggung
jawab dalam reaksi oxidative dimethylation, termasuk sintesis ergosterol dan
perubahan kaurene menjadi asam kaurenoik dalam jalur biosintesis giberelin
(Fletcher and Gilley, 2000).
Peningkatan konsentrasi paclobutrazol dan triapenthenol menyebabkan
penurunam luas daun spesifik (LDS) tanaman lantana pada semua level
9
naungan. Penurunan ini terjadi karena penurunan luas daun yang besar yang
mempengaruhi bobot kering daun menurun. Kandungan Nitrogen daun
meningkat bersama dengan perlakuan paclobutrazol pada tanaman
dibandingkan tanpa perlakuan zat pengatur tumbuh (Matsuokis, Gasparatos dan
Sereli, 2007).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa paclobutrazol, triapenthenol dan
chlormequat chloride memberikan peran positif pada tanaman lantana dalam pot
yaitu dengan karakter pendek dan pembungaan yang meningkat (Matsoukis dan
Sereli, 2000). Tanaman lantana yang diperlakukan dengan paclobutrazol
memiliki daun hijau gelap dan sangat kompak karena ruas batang semakin
memendek dibandingkan tanpa perlakuan paclobutrazol (Ruter, 1996).
Menurut Matsoukis, Tsiros dan Kamoutsis (2004) penurunan luas daun
lantana terbesar terdapat pada perlakuan pemberian paclobutrazol dan
triapenthenol dibandingkan dengan tanaman tanpa diberi zat pengatur tumbuh.
Penurunan luas daun dengan pemberian paclobutrazol dan triapenthenol adalah
sebesar 60%, sedangkan pada perlakuan pemberian mepiquat chloride dan
chlormequat chloride penurunan luas daun sebesar 22% hingga 51%. Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa bahan triazole memberikan pengaruh yang
besar terhadap pengurangan luas daun lantana. Tanaman lantana yang
diaplikasikan dengan paclobutrazol dan triapenthenol akan menunjukkan
peningkatan penampilan bunga yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
keindahan lantana pot.
Paclobutrazol meningkatkan kandungan klorofil dan proses fotosintesis daun
tanaman Catharanthus roseus. Epidermis, ketebalan kutikula dan panjang
lapisan palisade daun pada tanaman yang diaplikasikan pacloburazol meningkat
secara signifikan dibandingkan kontrol. Paclobutrazol menurunkan diameter
pembuluh xilem secara signifikan dibandingkan kontrol, akan tetapi floem
mengalami peningkatan apabila diperlakukan paclobutrazol (Jaleel et al., 2007).
2.4 Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Tanaman
Intensitas cahaya adalah jumlah energi matahari yang sampai pada suatu
luasan tertentu dari suatu permukaan pada waktu tertentu. Intensitas cahaya
berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tanaman yaitu fotosintesis.
Intensitas cahaya tinggi akan mengoptimalkan fotosintesis tanaman. Akan tetapi,
tidak semua tanaman menghendaki intensitas cahaya yang tinggi selama
pertumbuhannya. Beberapa tanaman mampu berproduksi tinggi pada kondisi
10
intensitas rendah. Selain itu, intensitas yang tinggi akan mempercepat
evapotranspirasi tanaman sehingga konsumsi air meningkat (Ariffin, 2003).
Gambar 6. Spektrum cahaya yang dapat diserap oleh pigmen tanaman, biasa
disebut photosynthetically active radiation (PAR) (Salisbury dan Ross 1992).
Selama proses fotosintesis, energi cahaya dikonversi ke molekul lebih tinggi
(ATP) dan NADPH, terjadi di dalam pigmen atau kompleks protein yang
menempel pada membran tilakoid yang terletak pada kloroplas. Pigmen tanaman
yang meliputi klorofil a, klorofil b, dan karotenoid termasuk xantofil menyerap
PAR terbaik pada panjang gelombang tertentu (Gambar 6). Klorofil a menyerap
cahaya tertinggi pada kisaran panjang gelombang 420 nm dan 660 nm. Klorofil b
menyerap cahaya paling efektif pada panjang gelombang 440 dan 640 nm,
sedangkan karotenoid termasuk xanthofil mengabsorpsi cahaya pada pada
panjang gelombang 425 dan 470 nm (Salisbury dan Ross, 1992).
Intensitas cahaya dapat mempengaruhi proses metabolisme dalam
tanaman. Intensitas cahaya rendah pada umumnya disebabkan oleh naungan.
Spesies tanaman yang memiliki habitat ternaung (shade plant) memiliki laju
fotosintesis yang lebih rendah, titik kompensasi cahaya yang rendah, serta
respon fotosintesisnya mencapai jenuh pada tingkat radiasi yang lebih rendah
disbanding spesies yang memiliki habitat di daerah terbuka (sun plant). Nilai
kejenuhan cahaya tanaman shade plant lebih rendah karena laju respirasi pada
shade plant sangat rendah, sehingga dengan sedikit saja fotosintesis netto yang
11
dihasilkan sudah cukup membuat laju pertukaran netto CO2 menjadi nol. Laju
respirasi yang rendah menunjukkan bentuk adaptasi dasar yang memungkinkan
tanaman shade plant mampu bertahan pada lingkungan cahaya terbatas
(Salisbury dan Ross, 1992).
Pengaruh intensitas cahaya pada metabolisme tanaman berpengaruh
terhadap morfologi, anatomi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Daun
tanaman yang ternaungi akan lebih tipis dan lebar daripada daun tanaman di
tempat terbuka, hal ini disebabkan oleh pengurangan lapisan palisade dan sel-
sel mesofil. Tipisnya helaian daun dimaksudkan agar lebih banyak radiasi
matahari yang diteruskan ke bawah sehingga distribusinya merata sampai pada
daun bagian bawah. Sedangkan melebarnya permukaan daun dimaksudkan
agar penerimaan energi cahaya matahari lebih banyak (Sugito, 1999). Lapisan
palisade dapat berubah sesuai dengan kondisi cahaya, yang menyebabkan
tanaman menjadi efisien dalam menyimpan energi cahaya untuk
perkembangannya. Peran yang kontras antara sel palisade dan sel bunga
karang, yaitu sel palisade dapat menyebabkan cahaya lewat dan sel bunga
karang menangkap cahaya sebanyak mungkin, menyebabkan absorbsi cahaya
yang lebih seragam di dalam daun (Taiz and Zeiger, 1991). Daun yang ternaungi
memiliki total klorofil tiap pusat reaksi yang lebih banyak, memiliki rasio klorofil
b/a lebih besar dan biasanya lebih tipis. Sel palisade daun yang ternaungi lebih
pendek daripada daun yang terkena cahaya penuh dan konsentrasi rubisco lebih
sedikit (Taiz and Zeiger, 2002).
Salah satu proses perkembangan tanaman yang dipengaruhi oleh intensitas
cahaya adalah pembungaan. Tumbuhan tingkat tinggi mengalami beberapa fase
perkembangan, yang terjadi pada suatu area dinamis yang disebut tunas
meristem apikal. Selama perkembangan post-embryonic, tunas meristem apikal
mengalami beberapa fase perkembangan dengan urutan: 1. fase juvenil, 2. fase
vegetatif dewasa, dan 3. fase reproduktif dewasa. Transisi dari suatu fase ke
fase lainnya disebut dengan perubahan fase. Transisi dari fase vegetatif dewasa
ke fase reproduktif disebut sebagai pembungaan. Tanaman yang tumbuh pada
kondisi intensitas cahaya rendah mengalami fase juvenil yang lebih lama atau
kembali menjadi juvenil (Taiz dan Zeiger, 2002). Pengaruh intensitas cahaya
terhadap pembungaan beberapa spesies tanaman disampaikan oleh Kinet et al.
(1985), yaitu terjadinya penghambatan antesis pada bunga mawar Baccara dan
tomat akibat intensitas cahaya rendah, serta meningkatnya pembentukan bunga
12
azalea pada intensitas cahaya tinggi. Penyebab utama yang mungkin adalah
bahwa intensitas cahaya yang rendah mengurangi suplai karbohidrat ke apeks,
padahal karbohidrat, terutama sukrosa, memegang peranan penting dalam
transisi juvenil ke dewasa (Taiz dan Zeiger, 2002).
Menurut Ardie (2006), perbedaan intensitas cahaya matahari tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas generatif Hoya diversifolia dalam
beberapa taraf intensitas cahaya pada 7, 8, 11, 12 dan 14 minggu setelah
perlakuan (msp). Hal tersebut menunjukkan bahwa intensitas cahaya tidak
berpengaruh terhadap jumlah bunga hoya. Intensitas cahaya juga tidak
mempengaruhi waktu pembentukan bunga pertama hoya pada 7 MSP. Beberapa
spesies tanaman seperti Antirrhinum majus (Munir et al., 2004) dan Glycine max
(Anggarani, 2005), menghasilkan jumlah bunga yang lebih tinggi pada intensitas
cahaya tinggi dibanding pada intensitas cahaya rendah. Spesies-spesies
tersebut merupakan sun plant, yaitu tanaman yang habitat aslinya adalah pada
kondisi dengan intensitas cahaya tinggi sehingga memiliki laju fotosintesis lebih
tinggi pada intensitas cahaya tinggi.
13
3. KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini memiliki kerangka pikir. Adapun kerangka pikir yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
Gambar 7. Bagan Kerangka Pikir Penelitian
PENAMPILAN LANTANA KURANG
MENARIK DAN TIDAK INDAH
PERTAMBAHAN PANJANG TANAMAN TIDAK
TERKENDALI DAN BERBUNGA TIDAK SEREMPAK
BUNGA TIDAK SEREMPAK
PENGURANGAN LEVEL INTENSITAS
DAN APLIKASI PACLOBUTRAZOL
PERTAMBAHAN PANJANG
TANAMAN TIDAK TERKENDALI
APLIKASI PACLOBUTRAZOL
RESPON TANAMAN TERHADAP
KEKURANGAN INTENSITAS CAHAYA
PENGURANGAN LEVEL
INTENSITAS CAHAYA
1. Mendapatkan interaksi antara intensitas cahaya dan konsentrasi
paclobutrazol yang tepat terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman
lantana
2. Mendapatkan dosis paclobutrazol yang optimal untuk mendapatkan
tanaman lantana yang pendek dalam pot dan berbunga serempak
3. Mendapatkan intensitas cahaya yang optimal bagi pembungaan tanaman
lantana
14
3.2 Kerangka Operasional Penelitian
Penelitian ini memiliki kerangka kerja/operasional, berikut ini adalah
kerangka operasional dalam penelitian yang diajukan:
Gambar 8. Bagan Kerangka Operasional Penelitian
SURVEY LAHAN
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
PELAKSANAAN
1. PEMBUATAN NAUNGAN
4. APLIKASI PACLOBUTRAZOL
5. PERAWATAN TANAMAN
2. PERSIAPAN MEDIA TANAM
3. PENANAMAN
ANALISA DATA
HASIL PENELITIAN
KESIMPULAN
VEGETATIF GENERATIF
1. Panjang tanaman
(cm)
2. Jumlah ruas
3. Jumlah cabang
4. Jumlah daun
5. Luas Daun (cm2
tan-1)
6. Laju pertumbuhan
relatif (LPR)
PENGAMATAN
PENDUKUNG
1. Warna daun &
bunga
2. Kandungan klorofil
3. Kerapatan & rasio
stomata membuka
menutup
4. Struktur anatomi
ketebalan daun
5. Luas daun spesifik
1. Waktu muncul
bunga
2. Jumlah tandan
bunga
3. Jumlah bunga per
tandan
4. Diameter tandan
bunga
15
3.3 Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan intensitas cahaya dengan penambahan dosis paclobutrazol
dapat menurunkan panjang tanaman dan meningkatkan jumlah bunga
2. Dosis paclobutrazol 80 ppm akan menghasilkan tanaman lantana yang
pendek dalam pot dan berbunga serempak.
3. Intensitas cahaya matahari 100% menghasilkan pembungaan tanaman
lantana yang optimal
16
4. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Bibit Tanaman milik Dinas Perumahan dan
Kawasan Permukiman (DISPERKIM) Kota Malang yang terletak pada ketinggian
Β±505 mdpl dengan suhu udara berkisar antara 22,2ΒΊ
C-24,5ΒΊ
C, suhu maksimum
mencapai 32,3ΒΊ
C dan suhu minimum 17,8ΒΊ
C. Rata-rata kelembaban udara
berkisar 74%-82% dengan kelembaban maksimum mencapai 97% dan minimum
mencapai 37%. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2017.
4.2 Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lux meter, sentrifuge,
spektrofotometer, RHS colour chart, penggaris, mikrotom, mikroskop, timbangan
analitik dan oven. Bahan yang akan digunakan adalah tanaman lantana, media
tanam campuran tanah katel (tanah endapan sungai) dan sekam (2:1),
paclobutrazol, paranet, pupuk NPK (15:15:15) dan fungisida berbahan aktif Cu.
4.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Tersarang (Nested Design)
dengan dua faktor yaitu intensitas cahaya sebagai faktor bebas dan dosis
paclobutrazol sebagai faktor tidak bebas (tersarang dalam intensitas). Faktor 1
yang menjadi faktor bebas adalah intensitas cahaya yang terdiri dari tiga taraf
yaitu :
I50 = Intensitas cahaya matahari 50%
I75 = Intensitas cahaya matahari 75%
I100 = Intensitas cahaya matahari 100%
Faktor II yang menjadi faktor tidak bebas adalah konsentrasi paclobutrazol
yang terdiri dari :
P0 = Konsentrasi paclobutrazol 0 ppm
P40 = Konsentrasi paclobutrazol 40 ppm
P80 = Konsentrasi paclobutrazol 80 ppm
P100 = Konsentrasi paclobutrazol 100 ppm
Berdasarkan kedua faktor tersebut maka didapatkan kombinasi perlakuan
sebagai berikut :
I50 P0 = Intensitas cahaya 50% dengan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm
I50 P40 = Intensitas cahaya 50% dengan konsentrasi paclobutrazol 40 ppm
I50 P80 = Intensitas cahaya 50% dengan konsentrasi paclobutrazol 80 ppm
I50 P100 = Intensitas cahaya 50% dengan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm
17
I75 P0 = Intensitas cahaya 75% dengan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm
I75 P40 = Intensitas cahaya 75% dengan konsentrasi paclobutrazol 40 ppm
I75 P80 = Intensitas cahaya 75% dengan konsentrasi paclobutrazol 80 ppm
I75 P100 = Intensitas cahaya 75% dengan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm
I100 P0 = Intensitas cahaya 100% dengan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm
I100 P40 = Intensitas cahaya 100% dengan konsentrasi paclobutrazol 40 ppm
I100 P80 = Intensitas cahaya 100% dengan konsentrasi paclobutrazol 80 ppm
I100 P100= Intensitas cahaya 100% dengan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm
Percobaan diulang sebanyak tiga kali dan masing-masing petak terdiri dari
sepuluh tanaman, sehingga diperoleh 12x3x10= 360 tanaman. Denah percobaan
dan denah pengambilan sampel tanaman disajikan pada gambar 9 dan 10.
Gambar 9. Denah Percobaan.
Gambar 10. Sampel tanaman.
U
U
D
D
D
D
D
D
ND
ND
ND
ND
18
Keterangan :
N : sampel destruktif
ND : sampel non destruktif
4.4 Pelaksanaan
4.4.1 Pembuatan Naungan
Intensitas cahaya yang akan digunakan sebagai perlakuan adalah sebesar
50%, 75% dan 100%. Perlakian intensitas cahaya dilakukan menggunakan
naungan. Naungan dibuat dengan menggunakan plastik paranet dengan
persentase 50%, 25% dan 0%. Tahap awal yang dilakukan adalah pembuatan
kerangka naungan dari bambu atau besi dengan ukuran panjang x lebar x tinggi
berturut-turut adalah 300 x 200 x 50 cm. Jarak antar perlakuan sebesar 50 cm
dan jarak antar paranet sebesar 100 cm.
4.4.2 Persiapan Media Tanam
Jenis media tanam yang digunakan adalah campuran tanah katel dan sekam
dengan perbandingan 2 : 1. Media tanam tersebut dicampur rata menjadi satu
kemudian dimasukkan ke dalam pot. Media tanam dimasukkan ke dalam pot
hingga sepertiga tinggi dari pot.
4.4.3 Penanaman
Bibit yang digunakan ialah bibit lantana yang berasal dari stek batang yang
berumur 8 minggu. Bibit dipindahtanamkan ke pot berdiameter 15 cm yang telah
diisi dengan media tanam sepertiga dari tinggi pot, kemudian pot diisi dengan
campuran media tanam hingga penuh. Bibit yang selesai ditanam dalam pot
kemudian diletakkan terlebih dahulu di tempat yang teduh dan dilakukan
penyiraman setiap hari.
4.4.4 Pengaplikasian Paclobutrazol
Pengaplikasian paclobutrazol dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hst.
Dosis paclobutrazol terdiri dari empat dosis yaitu 0 ppm, 40 ppm, 80 ppm dan
100 ppm. Dosis 40, 80 dan 100 ppm adalah paclobutrazol sebesar 40, 80 dan
100 mg dilarutkan ke dalam 1 L air. Larutan paclobutrazol kemudian
disemprotkan ke tanaman menggunakan semprotan air.
4.4.5 Perawatan
Perawatan tanaman lantana meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan
serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan tiap satu hari
sekali dengan menggunakan gelas air mineral diberikan sebanyak 2 gelas (500
19
mL) per tanaman. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk NPK (15:15:15).
Pupuk NPK diberikan dengan dosis 3 g/tanaman dengan cara dibenamkan
kedalam tanah berjarak sekitar 5 cm dari tanaman pada saat awal tanam dan 6
mst. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang berada
dalam pot. Penyiangan dilakukan pada saat gulma sudah banyak tumbuh di pot.
Pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida dan fungisida.
4.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara destruktif dan non destruktif, yang terdiri dari
3 jenis yaitu pengamatan fase vegetatif, pengamatan fase generatif dan
pengamatan pendukung. Pengamatan fase vegetatif dilakukan mulai 21 hst
hingga 77 hst yang terdiri dari :
1. Panjang tanaman (cm)
Pengukuran panjang tanaman dilakukan tanpa merusak tanaman (non
destruktif) yaitu diukur dari pangkal batang utama hingga ujung tanaman
menggunakan penggaris pada setiap tanaman. Pengamatan panjang tanaman
dilakukan setiap 14 hari sekali.
2. Jumlah ruas batang
Pengamatan jumlah ruas batang dilakukan tanpa merusak tanaman (non
destruktif) yaitu dihitung dari bagian pangkal batang utama hingga ujung batang
pada setiap tanaman. Pengamatan jumlah ruas batang dilakukan setiap 14 hari
sekali.
3. Jumlah cabang
Pengamatan jumlah cabang dilakukan tanpa merusak tanaman (non
destruktif) yaitu ditentukan dengan cara menghitung cabang di batang utama
pada setiap tanaman. Pengamatan jumlah cabang dilakukan setiap 14 hari
sekali.
4. Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan tanpa merusak tanaman (non destruktif)
yaitu dihitung daun yang telah membuka sempurna pada setiap tanaman.
Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap 14 hari sekali.
5. Luas Daun (cm2
tan-1
)
Pengukuran luas daun dilakukan tanpa merusak tanaman (non destruktif)
setiap 14 hari sekali. Metode yang digunakan adalah panjang kali lebar. Metode
ini menggunakan konstanta kalibrasi (k). Nilai konstanta diperoleh dengan cara
menyediakan sampel daun minimal sejumlah 30 helai dengan ukuran panjang
20
dan lebar daun yang bervariasi (Sitompul dan Guritno, 1995). Penaksiran luas
daun dihitung dengan rumus :
Keterangan :
P = Panjang daun
L = Lebar daun
k = Konstanta
6. Laju pertumbuhan relatif (LPR) (g. g-1
. hari-1
)
Pengukuran laju pertumbuhan relatif dilakukan dengan merusak tanaman
(non destruktif) sebanyak tiga kali yaitu pada 21, 49 dan 77 hst. Laju
pertumbuhan relatif memiliki fungsi untuk mengukur kemampuan tanaman
menghasilkan bahan kering per satuan bahan kering awal dan untuk mengatasi
perbandingan laju pertumbuhan dari tanaman yang mempunyai berat awal
berbeda. Berikut adalah rumus laju pertumbuhan relatif (Sitompul dan Guritno,
1995) :
Keterangan :
W1 = Bobot kering total tanaman saaat T1
W2 = Bobot kering total tanaman saaat T2
T1 = Waktu pengamatan awal
T2 = Waktu pengamatan selanjutnya
Pengamatan fase generatif tanaman dilakukan pada saat tanaman
memasuki fase generatif hingga akhir pengamatan yang terdiri dari :
1. Waktu muncul bunga (hst)
Pengamatan waktu muncul bunga dilakukan tanpa merusak tanaman (non
destruktif) yaitu dihitung jumlah hari mulai awal tanam hingga waktu pertama kali
bunga muncul.
2. Jumlah tandan bunga
Pengamatan jumlah tandan bunga dilakukan tanpa merusak tanaman (non
destruktif) yaitu dihitung dengan menjumlah tandan bunga yang sudah mekar
sempurna maupun belum mekar sempurna pada tiap tanaman. Pengamatan
jumlah tandan bunga dilakukan setiap 14 hari sekali.
Luas Daun Taksiran = P x L x k.
LPR =
π‘Š2βˆ’π‘Š1
𝑇2βˆ’π‘‡1
21
Gambar 11. Tandan bunga tanaman lantana (Dokumentasi Pribadi, 2017)
3. Jumlah bunga per tandan
Pengamatan jumlah bunga per tandan dilakukan tanpa merusak tanaman
(non destruktif) yaitu dihitung dengan menjumlah bunga yang sudah mekar
sempurna maupun belum mekar sempurna pada setiap tandan. Pengamatan
dilakukan pada 10% dari total jumlah tandan bunga per tanaman setiap 14 hari
sekali.
Gambar 12. Bunga tanaman lantana pada tandan (Dokumentasi Pribadi, 2017).
4. Diameter tandan bunga (cm)
Pengukuran diameter tandan bunga dilakukan tanpa merusak tanaman (non
destruktif) yaitu diukur menggunakan penggaris. Pengamatan dilakukan pada
10% dari total jumlah tandan bunga per tanaman setiap 14 hari sekali.
22
Pengamatan pendukung adalah pengamatan yang dilakukan untuk
memperkuat data hasil pengamatan. Pengamatan pendukung terdiri dari :
1. Warna daun dan bunga
Pengamatan warna daun dan bunga dilakukan dengan menggunakan Royal
Horticultural Society (RHS) Colour Chart. RHS Colour Chart warna hijau
digunakan untuk menentukan warna daun, sedangkan colour chart warna ungu
untuk menentukan warna bunga. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu
pada 21, 49 dan 77 hst.
2. Kandungan klorofil
Analisis kandungan klorofil a, b dan klorofil total dilakukan dengan metode
Arnon (1949). Metode selengkapnya terdapat pada Lampiran 1. Pengamatan
dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada 21, 49 dan 77 hst.
3. Kerapatan stomata dan rasio stomata membuka menutup
Kerapatan stomata diamati dari preparat yang telah dibuat dari permukaan
epidermis bawah. Preparat dibuat dengan cara melapisi permukaan bawah daun
lantana dengan cat kuku transparan kemudian di isolatip. Lapisan cat kuku
tersebut ditempelkan pada gelas objek. Jumlah stomata total, stomata terbuka
dan stomata tertutup diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali.
Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada 21, 49 dan 77 hst.
4. Struktur anatomi ketebalan daun
Struktur anatomi ketebalan daun diukur dari preparat yang dibuat dengan
metode Sass (1951). Pengamatan dan pengukuran dilakukan dengan
menggunakan skala mikrometer pada daun paling muda yang telah membuka
sempurna. Metode selengkapnya terdapat pada Lampiran 2. Pengamatan
dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada 21, 49 dan 77 hst.
5. Luas daun spesifik (LDS)
Pengamatan luas daun spesifik dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada 21,
49 dan 77 hst dengan menggunakan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995) :
6. Intensitas cahaya total yang diterima tanaman
Data intensitas cahaya total yang diterima tanaman didapatan dari data
Stasiun Klimatologi Karangploso selama 3 bulan yaitu bulan Juli hingga
September 2017. Data intensitas cahaya harian yang telah didapatkan kemudian
dijumlahkan sesuai dengan jumlah hari dilakukan penelitian. Tanaman yang
LDS =
πΏπ‘’π‘Žπ‘  π‘‘π‘Žπ‘’π‘›
π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘‘π‘Žπ‘’π‘›
23
mendapatkan perlakuan intensitas cahaya 50% dan 75% menerima intensitas
cahaya total yang berbeda dengan data dari stasiun klimatologi. Oleh sebab itu
perlu dilakukan perhitungan terhadap intensitas cahaya total yang diterima
tanaman pada intensitas 50% dan 75% menggunakan rumus sebagai berikut :
1.5 Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila
terdapat pengaruh nyata maka dilakukan pengujian lanjutan dengan uji Beda
Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Ζ© Intensitas cahaya diterima tanaman = % intensitas x Ζ© intensitas cahaya total
24
DAFTAR PUSTAKA
Aitken, Y. 1974. Flowering Time, Climate and Genotype. Victoria (AU):
Melbourne Univ Pr.
Anggarani, S. D. 2005. Analisis aspek agronomi dan fisiologi kedelai (Glycine
max (L) Merr.) pada kondisi cekaman intensitas cahaya rendah. Skripsi.
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. 59hal.
APFISN. 2009. Lantana camara. Asia - Pacific Forest Invasive Species Network.
Ardie, S. W. 2006. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Pemupukan Terhadap
Pertumbuhan dan Pembungaan Hoya diversifolia Blume. Tesis. Institut
Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Ariffin. 2003. Dasar klimatologi. UB Press. Malang.
Arnon, D. I. 1949. Copper enzymes in isolated chloroplast, Polyphenoloxidase in
Beta vulgaris. Plant Physiology 24 :1 – 15.
Barus, A. S. 2008. Agroteknologi Tanaman Buah-buahan. Medan (ID): USU Pr.
Bleasdale, J.K.A. 1981. Plant Physiology in Relation to Horticulture. Connecticut
(US): Avi Publishing.
Darjanto dan S. Satifah. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan 4. Gramedia. Jakarta.
Ellefson, C., T. Stephens and D. Welsh 1992. Xeriscape gardening. Water
conservation for the American landscape. Macmillan Publ. Co., Boston.
Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Handoko. 2009. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim. IPB Pr. Bogor. hlm 9-15.
Fletcher, R.A. and A. Gilley. 2000. Triazole as plant growth regulators and stress
protectants. Hortic. 24 : 55–138.
Jaleel, C. A., P. Manivannan, B. Sankar, A. Kishorekumar, S. Sankari and R.
Panneerselvam. 2007. Paclobutrazol enhances photosynthesis and
ajmalicine production in Catharanthus roseus. Process Biochemistry 42
(2007): 1566–1570
Kinet, J. M., R.M. Sachs and G. Bernier. 1985. The Physiology of Flowering
Volume III : The Development of Flowers. Florida (US): CRC Pr.
Matsoukis, A. and A. Chronopoulou-Sereli. 2000. The creation of compact plants
of Lantana camara L. subsp. camara with the aid of plant growth
regulators. Acta Hort. 541:311–316.
Matsoukis, A. S., I. Tsiros and A. Kamoutsis. 2004. Leaf Area Response of
Lantana camara L. subsp. camara to Plant Growth Regulators under
Different Photosynthetic Flux Conditions
Matsoukis, A., D. Gasparatos and A. C. Sereli. 2007. Specific Leaf Area and Leaf
Nitrogen Concentration of Lantana in Response to Light Regime and
Triazole Treatment. Soil Science and Plant Analysis 38: 2323–2331.
Munir, M., M. Jamil, J. Baloch and K. R. Khattak. 2004. Impact of light intensity
on flowering time and plant quality of Antirrhinum majus L. cultivar
Chimes White. Journal of Zhejiang University Science 5(4):400-405.
25
Ruter, J. M. 1996. Paclobutrazol application method influences growth and
flowering of β€œNew Gold” lantana. HortTechnology 6 (1) : 19-20.
Sass, J. E. 1951. Botanical Microtechnique. Ed ke-2. Iowa : The Iowa State
College Pr.
Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. UB Press. Malang.
Taiz, L. and E. Zeiger. 2002. Plant Physiology Third Edition. Sinauer Associates
Inc. Publishers. Massachussetts. 690p.
Upreti, K.K., Y.T.N. Reddy, S.R.S. Prasad, G.V. Bindu, H.L. Jayaram and S.
Rajan. 2013. Hormonal changes in response to paclobutrazol induced
early flowering in mango cv. Totapuri. Scientia Horticulturae 150 (2013):
414–418.
Wilkinson, R.I. and D. Richards. 1987. Effect of paclobutrazol on growth and
flowering of Bouvardia humbolddtii. HortScience 22 : 444 – 445.
26
Lampiran 1. Metode analisis klorofil a dan b (Arnon, 1949)
Daun lantana segar ditimbang bobotnya (50 – 100 mg) dipotong kecil dan
dihancurkan sampai halus dengan mortar, kemudian ditambah aseton 80%
secukupnya. Ekstrak yang diperoleh dipindahkan ke dalam labu ukur secara
kuantitatif dan kemudian di-sentrifuge. Ekstraksi diulang sampai tidak terbentuk
warna dan volumenya ditepatkan menjadi 10 ml. Absorbansi ekstrak tersebut
diukur pada panjang gelombang 663 nm dan 645 nm dengan spektrofotometer
UV-Vis.
Kandungan klorofil ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Fp = faktor pengenceran
= 10 ml x
1L
1000 mL
Klorofil a = (0.0127 x D663 – 0.00269 x D645) fp
Klorofil b = (0.0229 x D645 – 0.00468 x D663) fp
Klorofil total = (20.2 x D645 + 8.02 x D663) fp
27
Lampiran 2. Metode Pembuatan Preparat Anatomi Jaringan (Sass, 1951)
FIKSASI DALAM FAA
Pematian jaringan tanaman tanpa merusak struktur yang dilakukan dengan merendam
material ke dalam larutan FAA (Formaldehyd Acetic Acid Alcohol) dengan komposisi 50
ml asam asetat, 50 ml formalin dan 900 ml alkohol 95% untuk setiap liter larutan.
Perendaman selama 12-24 jam.
DEHIDRASI
Pengeluaran air dari dalam jaringan tanaman agar parafin dapat masuk ke dalam jaringan
tanaman dengan tahapan:
Alkohol 20% (3 x 5 menit)
Alkohol 40% (3 x 5 menit)
Alkohol 60% (3 x 5 menit)
Alkohol 80% (3 x 5 menit)
Alkohol 95% (3 x 5 menit)
Alkohol 100% (3 x 5 menit)
PRAPARAFINASI
Penghilangan alkohol agar jaringan dapat dimasuki larutan parafin. Dilakukan dengan
mencelup material ke dalam larutan alkohol 100% dan xylol dengan tahapan:
Alkohol : Xylol
4 : 0 (3 x 5 menit)
3 : 1 (3 x 5 menit)
2 : 2 (3 x 5 menit)
1 : 3 (3 x 5 menit)
0 : 4 (3 x 5 menit)
PARAFINASI
Proses pemasukan parafin ke dalam jaringan tanaman dengan tahapan:
Alkohol : Xylol
4 : 0 (3 x 5 menit)
4 : 1 (3 x 5 menit)
3 : 2 (3 x 5 menit)
2 : 3 (3 x 5 menit)
0 : 4 (3 x 5 menit)
BLOCKING
Pencetakan parafin yang mengandung material ke dalam bentuk balok
EMBEDING/PEMOTONGAN MATERIAL
Pemotongan dengan menggunakan mikrotom dengan ukuran 10mm
PEWARNAAN
Pewarnaan ganda dilakukan menggunakan safranin dan toluedin blue

More Related Content

What's hot

Principles of orchard establishment
Principles of orchard establishmentPrinciples of orchard establishment
Principles of orchard establishmentpavanknaik
Β 
Ls4 plants
Ls4 plantsLs4 plants
Ls4 plantsMr. M
Β 
Rhs year 2 week 26 presentation zoom
Rhs year 2 week 26 presentation zoomRhs year 2 week 26 presentation zoom
Rhs year 2 week 26 presentation zoomvikkis
Β 
Rhs level 2 certificate year 1 week 13
Rhs level 2 certificate year 1 week 13Rhs level 2 certificate year 1 week 13
Rhs level 2 certificate year 1 week 13vikkis
Β 
RHS Year 1 week 14 2011
RHS Year 1 week 14 2011RHS Year 1 week 14 2011
RHS Year 1 week 14 2011vikkis
Β 
Light interception
Light interceptionLight interception
Light interceptionnagaraju kp
Β 
Rhs level 2 certificate year 1 session 13 overview 2015
Rhs level 2 certificate year 1 session 13 overview 2015Rhs level 2 certificate year 1 session 13 overview 2015
Rhs level 2 certificate year 1 session 13 overview 2015vikkis
Β 
RHS Year 1 week 15 2011
RHS Year 1 week 15 2011RHS Year 1 week 15 2011
RHS Year 1 week 15 2011vikkis
Β 
The impact of bulb treatment and spacing patterns on onion (allium
The impact of bulb treatment and spacing patterns on onion (alliumThe impact of bulb treatment and spacing patterns on onion (allium
The impact of bulb treatment and spacing patterns on onion (alliumAlexander Decker
Β 
Rhs level 2 year 1 week 17 2014
Rhs level 2 year 1 week 17 2014Rhs level 2 year 1 week 17 2014
Rhs level 2 year 1 week 17 2014vikkis
Β 
Permaculture Garden
Permaculture GardenPermaculture Garden
Permaculture GardenMonde Zulu
Β 
Kitchen gardening prerequiste By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK...
Kitchen gardening prerequiste By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK...Kitchen gardening prerequiste By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK...
Kitchen gardening prerequiste By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK...Mr.Allah Dad Khan
Β 
Guide to Assessing Invasive Plants
Guide to Assessing Invasive PlantsGuide to Assessing Invasive Plants
Guide to Assessing Invasive PlantsVanessa Wikel
Β 
Training, Pruning and Ratooning in veg.crops
Training, Pruning and Ratooning in veg.cropsTraining, Pruning and Ratooning in veg.crops
Training, Pruning and Ratooning in veg.cropsLav Kumar
Β 
Kitchen gardening role By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK Pakist...
Kitchen gardening role By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK Pakist...Kitchen gardening role By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK Pakist...
Kitchen gardening role By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK Pakist...Mr.Allah Dad Khan
Β 
Rhs level 2 certificate year 1 week 19 2014
Rhs level 2 certificate  year 1 week 19 2014Rhs level 2 certificate  year 1 week 19 2014
Rhs level 2 certificate year 1 week 19 2014vikkis
Β 
Companion Planting with Heirloom Tomatoes
Companion Planting with Heirloom TomatoesCompanion Planting with Heirloom Tomatoes
Companion Planting with Heirloom TomatoesFarida43h
Β 
04 major types of vegetable gardening
04 major types of vegetable gardening04 major types of vegetable gardening
04 major types of vegetable gardeningIngΓ©nieur d'Etat
Β 
Nursery plant hardening, container gardening
Nursery plant hardening, container gardeningNursery plant hardening, container gardening
Nursery plant hardening, container gardeningHARISH J
Β 
Rhs level 2 week 11 2011
Rhs level 2 week 11 2011Rhs level 2 week 11 2011
Rhs level 2 week 11 2011vikkis
Β 

What's hot (20)

Principles of orchard establishment
Principles of orchard establishmentPrinciples of orchard establishment
Principles of orchard establishment
Β 
Ls4 plants
Ls4 plantsLs4 plants
Ls4 plants
Β 
Rhs year 2 week 26 presentation zoom
Rhs year 2 week 26 presentation zoomRhs year 2 week 26 presentation zoom
Rhs year 2 week 26 presentation zoom
Β 
Rhs level 2 certificate year 1 week 13
Rhs level 2 certificate year 1 week 13Rhs level 2 certificate year 1 week 13
Rhs level 2 certificate year 1 week 13
Β 
RHS Year 1 week 14 2011
RHS Year 1 week 14 2011RHS Year 1 week 14 2011
RHS Year 1 week 14 2011
Β 
Light interception
Light interceptionLight interception
Light interception
Β 
Rhs level 2 certificate year 1 session 13 overview 2015
Rhs level 2 certificate year 1 session 13 overview 2015Rhs level 2 certificate year 1 session 13 overview 2015
Rhs level 2 certificate year 1 session 13 overview 2015
Β 
RHS Year 1 week 15 2011
RHS Year 1 week 15 2011RHS Year 1 week 15 2011
RHS Year 1 week 15 2011
Β 
The impact of bulb treatment and spacing patterns on onion (allium
The impact of bulb treatment and spacing patterns on onion (alliumThe impact of bulb treatment and spacing patterns on onion (allium
The impact of bulb treatment and spacing patterns on onion (allium
Β 
Rhs level 2 year 1 week 17 2014
Rhs level 2 year 1 week 17 2014Rhs level 2 year 1 week 17 2014
Rhs level 2 year 1 week 17 2014
Β 
Permaculture Garden
Permaculture GardenPermaculture Garden
Permaculture Garden
Β 
Kitchen gardening prerequiste By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK...
Kitchen gardening prerequiste By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK...Kitchen gardening prerequiste By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK...
Kitchen gardening prerequiste By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK...
Β 
Guide to Assessing Invasive Plants
Guide to Assessing Invasive PlantsGuide to Assessing Invasive Plants
Guide to Assessing Invasive Plants
Β 
Training, Pruning and Ratooning in veg.crops
Training, Pruning and Ratooning in veg.cropsTraining, Pruning and Ratooning in veg.crops
Training, Pruning and Ratooning in veg.crops
Β 
Kitchen gardening role By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK Pakist...
Kitchen gardening role By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK Pakist...Kitchen gardening role By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK Pakist...
Kitchen gardening role By Mr Allah Dad Khan Agriculture Consultant KPK Pakist...
Β 
Rhs level 2 certificate year 1 week 19 2014
Rhs level 2 certificate  year 1 week 19 2014Rhs level 2 certificate  year 1 week 19 2014
Rhs level 2 certificate year 1 week 19 2014
Β 
Companion Planting with Heirloom Tomatoes
Companion Planting with Heirloom TomatoesCompanion Planting with Heirloom Tomatoes
Companion Planting with Heirloom Tomatoes
Β 
04 major types of vegetable gardening
04 major types of vegetable gardening04 major types of vegetable gardening
04 major types of vegetable gardening
Β 
Nursery plant hardening, container gardening
Nursery plant hardening, container gardeningNursery plant hardening, container gardening
Nursery plant hardening, container gardening
Β 
Rhs level 2 week 11 2011
Rhs level 2 week 11 2011Rhs level 2 week 11 2011
Rhs level 2 week 11 2011
Β 

Similar to Proposal thesis

vegetable crop productivity as influenced by light
vegetable crop productivity as influenced by lightvegetable crop productivity as influenced by light
vegetable crop productivity as influenced by lightslkh
Β 
Natural Chili (Capsicum frutescens L.) Cultivation to Mitigate Chili Leaf Cur...
Natural Chili (Capsicum frutescens L.) Cultivation to Mitigate Chili Leaf Cur...Natural Chili (Capsicum frutescens L.) Cultivation to Mitigate Chili Leaf Cur...
Natural Chili (Capsicum frutescens L.) Cultivation to Mitigate Chili Leaf Cur...IJRES Journal
Β 
Assignment #4 – Presentation1. Prepare a 10 minute presentation .docx
Assignment #4 – Presentation1. Prepare a 10 minute presentation .docxAssignment #4 – Presentation1. Prepare a 10 minute presentation .docx
Assignment #4 – Presentation1. Prepare a 10 minute presentation .docxdavezstarr61655
Β 
Pbl presentation slide
Pbl presentation slidePbl presentation slide
Pbl presentation slideismaedayu
Β 
Presentation on Breeding Techniques of Rose
Presentation on Breeding Techniques of RosePresentation on Breeding Techniques of Rose
Presentation on Breeding Techniques of RoseDr. Kaushik Kumar Panigrahi
Β 
The photosynthesis
The photosynthesisThe photosynthesis
The photosynthesisCristina Maria
Β 
Sugarcane
SugarcaneSugarcane
SugarcanePriyanka S
Β 
Assessment of iba (indole butyric acid) levels and planting time for rooting
Assessment of iba (indole butyric acid) levels and planting time for rootingAssessment of iba (indole butyric acid) levels and planting time for rooting
Assessment of iba (indole butyric acid) levels and planting time for rootingAlexander Decker
Β 
Plant Diversity II – Β Β Β  Seed Plants1. Explain how the rise in pro.pdf
Plant Diversity II – Β Β Β  Seed Plants1. Explain how the rise in pro.pdfPlant Diversity II – Β Β Β  Seed Plants1. Explain how the rise in pro.pdf
Plant Diversity II – Β Β Β  Seed Plants1. Explain how the rise in pro.pdfarihantpatna
Β 
Garden Maintenance for Xeriscape - Aurora, Colorado
Garden Maintenance for Xeriscape - Aurora, ColoradoGarden Maintenance for Xeriscape - Aurora, Colorado
Garden Maintenance for Xeriscape - Aurora, ColoradoEric851q
Β 
Application of arbuscular mycorrhizal fungi accelerates the growth of shoot r...
Application of arbuscular mycorrhizal fungi accelerates the growth of shoot r...Application of arbuscular mycorrhizal fungi accelerates the growth of shoot r...
Application of arbuscular mycorrhizal fungi accelerates the growth of shoot r...UniversitasGadjahMada
Β 
Effect of Sucrose and Benzyl Adenine in the promotion of cut flower vase life...
Effect of Sucrose and Benzyl Adenine in the promotion of cut flower vase life...Effect of Sucrose and Benzyl Adenine in the promotion of cut flower vase life...
Effect of Sucrose and Benzyl Adenine in the promotion of cut flower vase life...researchplantsciences
Β 

Similar to Proposal thesis (20)

vegetable crop productivity as influenced by light
vegetable crop productivity as influenced by lightvegetable crop productivity as influenced by light
vegetable crop productivity as influenced by light
Β 
Azolla
AzollaAzolla
Azolla
Β 
Introduction sansiviera
Introduction sansivieraIntroduction sansiviera
Introduction sansiviera
Β 
Gladioulus paper
Gladioulus paperGladioulus paper
Gladioulus paper
Β 
Research Paper
Research PaperResearch Paper
Research Paper
Β 
Natural Chili (Capsicum frutescens L.) Cultivation to Mitigate Chili Leaf Cur...
Natural Chili (Capsicum frutescens L.) Cultivation to Mitigate Chili Leaf Cur...Natural Chili (Capsicum frutescens L.) Cultivation to Mitigate Chili Leaf Cur...
Natural Chili (Capsicum frutescens L.) Cultivation to Mitigate Chili Leaf Cur...
Β 
Assignment #4 – Presentation1. Prepare a 10 minute presentation .docx
Assignment #4 – Presentation1. Prepare a 10 minute presentation .docxAssignment #4 – Presentation1. Prepare a 10 minute presentation .docx
Assignment #4 – Presentation1. Prepare a 10 minute presentation .docx
Β 
Pbl presentation slide
Pbl presentation slidePbl presentation slide
Pbl presentation slide
Β 
Presentation on Breeding Techniques of Rose
Presentation on Breeding Techniques of RosePresentation on Breeding Techniques of Rose
Presentation on Breeding Techniques of Rose
Β 
The photosynthesis
The photosynthesisThe photosynthesis
The photosynthesis
Β 
Sugarcane
SugarcaneSugarcane
Sugarcane
Β 
Assessment of iba (indole butyric acid) levels and planting time for rooting
Assessment of iba (indole butyric acid) levels and planting time for rootingAssessment of iba (indole butyric acid) levels and planting time for rooting
Assessment of iba (indole butyric acid) levels and planting time for rooting
Β 
Plant Diversity II – Β Β Β  Seed Plants1. Explain how the rise in pro.pdf
Plant Diversity II – Β Β Β  Seed Plants1. Explain how the rise in pro.pdfPlant Diversity II – Β Β Β  Seed Plants1. Explain how the rise in pro.pdf
Plant Diversity II – Β Β Β  Seed Plants1. Explain how the rise in pro.pdf
Β 
Stev project
Stev projectStev project
Stev project
Β 
1 botany-basics
1 botany-basics1 botany-basics
1 botany-basics
Β 
The parts of a plant
The parts of a plantThe parts of a plant
The parts of a plant
Β 
Garden Maintenance for Xeriscape - Aurora, Colorado
Garden Maintenance for Xeriscape - Aurora, ColoradoGarden Maintenance for Xeriscape - Aurora, Colorado
Garden Maintenance for Xeriscape - Aurora, Colorado
Β 
Tuberose.pptx
Tuberose.pptxTuberose.pptx
Tuberose.pptx
Β 
Application of arbuscular mycorrhizal fungi accelerates the growth of shoot r...
Application of arbuscular mycorrhizal fungi accelerates the growth of shoot r...Application of arbuscular mycorrhizal fungi accelerates the growth of shoot r...
Application of arbuscular mycorrhizal fungi accelerates the growth of shoot r...
Β 
Effect of Sucrose and Benzyl Adenine in the promotion of cut flower vase life...
Effect of Sucrose and Benzyl Adenine in the promotion of cut flower vase life...Effect of Sucrose and Benzyl Adenine in the promotion of cut flower vase life...
Effect of Sucrose and Benzyl Adenine in the promotion of cut flower vase life...
Β 

Recently uploaded

Ravak dropshipping via API with DroFx.pptx
Ravak dropshipping via API with DroFx.pptxRavak dropshipping via API with DroFx.pptx
Ravak dropshipping via API with DroFx.pptxolyaivanovalion
Β 
Delhi Call Girls Punjabi Bagh 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip Call
Delhi Call Girls Punjabi Bagh 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip CallDelhi Call Girls Punjabi Bagh 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip Call
Delhi Call Girls Punjabi Bagh 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip Callshivangimorya083
Β 
Cheap Rate Call girls Sarita Vihar Delhi 9205541914 shot 1500 night
Cheap Rate Call girls Sarita Vihar Delhi 9205541914 shot 1500 nightCheap Rate Call girls Sarita Vihar Delhi 9205541914 shot 1500 night
Cheap Rate Call girls Sarita Vihar Delhi 9205541914 shot 1500 nightDelhi Call girls
Β 
Call Girls in Sarai Kale Khan Delhi πŸ’― Call Us πŸ”9205541914 πŸ”( Delhi) Escorts S...
Call Girls in Sarai Kale Khan Delhi πŸ’― Call Us πŸ”9205541914 πŸ”( Delhi) Escorts S...Call Girls in Sarai Kale Khan Delhi πŸ’― Call Us πŸ”9205541914 πŸ”( Delhi) Escorts S...
Call Girls in Sarai Kale Khan Delhi πŸ’― Call Us πŸ”9205541914 πŸ”( Delhi) Escorts S...Delhi Call girls
Β 
Best VIP Call Girls Noida Sector 22 Call Me: 8448380779
Best VIP Call Girls Noida Sector 22 Call Me: 8448380779Best VIP Call Girls Noida Sector 22 Call Me: 8448380779
Best VIP Call Girls Noida Sector 22 Call Me: 8448380779Delhi Call girls
Β 
BigBuy dropshipping via API with DroFx.pptx
BigBuy dropshipping via API with DroFx.pptxBigBuy dropshipping via API with DroFx.pptx
BigBuy dropshipping via API with DroFx.pptxolyaivanovalion
Β 
Generative AI on Enterprise Cloud with NiFi and Milvus
Generative AI on Enterprise Cloud with NiFi and MilvusGenerative AI on Enterprise Cloud with NiFi and Milvus
Generative AI on Enterprise Cloud with NiFi and MilvusTimothy Spann
Β 
FESE Capital Markets Fact Sheet 2024 Q1.pdf
FESE Capital Markets Fact Sheet 2024 Q1.pdfFESE Capital Markets Fact Sheet 2024 Q1.pdf
FESE Capital Markets Fact Sheet 2024 Q1.pdfMarinCaroMartnezBerg
Β 
BDSM⚑Call Girls in Mandawali Delhi >ΰΌ’8448380779 Escort Service
BDSM⚑Call Girls in Mandawali Delhi >ΰΌ’8448380779 Escort ServiceBDSM⚑Call Girls in Mandawali Delhi >ΰΌ’8448380779 Escort Service
BDSM⚑Call Girls in Mandawali Delhi >ΰΌ’8448380779 Escort ServiceDelhi Call girls
Β 
Schema on read is obsolete. Welcome metaprogramming..pdf
Schema on read is obsolete. Welcome metaprogramming..pdfSchema on read is obsolete. Welcome metaprogramming..pdf
Schema on read is obsolete. Welcome metaprogramming..pdfLars Albertsson
Β 
Vip Model Call Girls (Delhi) Karol Bagh 9711199171βœ”οΈBody to body massage wit...
Vip Model  Call Girls (Delhi) Karol Bagh 9711199171βœ”οΈBody to body massage wit...Vip Model  Call Girls (Delhi) Karol Bagh 9711199171βœ”οΈBody to body massage wit...
Vip Model Call Girls (Delhi) Karol Bagh 9711199171βœ”οΈBody to body massage wit...shivangimorya083
Β 
Junnasandra Call Girls: πŸ“ 7737669865 πŸ“ High Profile Model Escorts | Bangalore...
Junnasandra Call Girls: πŸ“ 7737669865 πŸ“ High Profile Model Escorts | Bangalore...Junnasandra Call Girls: πŸ“ 7737669865 πŸ“ High Profile Model Escorts | Bangalore...
Junnasandra Call Girls: πŸ“ 7737669865 πŸ“ High Profile Model Escorts | Bangalore...amitlee9823
Β 
Call Girls Hsr Layout Just Call πŸ‘— 7737669865 πŸ‘— Top Class Call Girl Service Ba...
Call Girls Hsr Layout Just Call πŸ‘— 7737669865 πŸ‘— Top Class Call Girl Service Ba...Call Girls Hsr Layout Just Call πŸ‘— 7737669865 πŸ‘— Top Class Call Girl Service Ba...
Call Girls Hsr Layout Just Call πŸ‘— 7737669865 πŸ‘— Top Class Call Girl Service Ba...amitlee9823
Β 
Sampling (random) method and Non random.ppt
Sampling (random) method and Non random.pptSampling (random) method and Non random.ppt
Sampling (random) method and Non random.pptDr. Soumendra Kumar Patra
Β 
Delhi Call Girls CP 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip Call
Delhi Call Girls CP 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip CallDelhi Call Girls CP 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip Call
Delhi Call Girls CP 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip Callshivangimorya083
Β 
Carero dropshipping via API with DroFx.pptx
Carero dropshipping via API with DroFx.pptxCarero dropshipping via API with DroFx.pptx
Carero dropshipping via API with DroFx.pptxolyaivanovalion
Β 
Zuja dropshipping via API with DroFx.pptx
Zuja dropshipping via API with DroFx.pptxZuja dropshipping via API with DroFx.pptx
Zuja dropshipping via API with DroFx.pptxolyaivanovalion
Β 

Recently uploaded (20)

Ravak dropshipping via API with DroFx.pptx
Ravak dropshipping via API with DroFx.pptxRavak dropshipping via API with DroFx.pptx
Ravak dropshipping via API with DroFx.pptx
Β 
Delhi Call Girls Punjabi Bagh 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip Call
Delhi Call Girls Punjabi Bagh 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip CallDelhi Call Girls Punjabi Bagh 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip Call
Delhi Call Girls Punjabi Bagh 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip Call
Β 
Cheap Rate Call girls Sarita Vihar Delhi 9205541914 shot 1500 night
Cheap Rate Call girls Sarita Vihar Delhi 9205541914 shot 1500 nightCheap Rate Call girls Sarita Vihar Delhi 9205541914 shot 1500 night
Cheap Rate Call girls Sarita Vihar Delhi 9205541914 shot 1500 night
Β 
Call Girls in Sarai Kale Khan Delhi πŸ’― Call Us πŸ”9205541914 πŸ”( Delhi) Escorts S...
Call Girls in Sarai Kale Khan Delhi πŸ’― Call Us πŸ”9205541914 πŸ”( Delhi) Escorts S...Call Girls in Sarai Kale Khan Delhi πŸ’― Call Us πŸ”9205541914 πŸ”( Delhi) Escorts S...
Call Girls in Sarai Kale Khan Delhi πŸ’― Call Us πŸ”9205541914 πŸ”( Delhi) Escorts S...
Β 
Best VIP Call Girls Noida Sector 22 Call Me: 8448380779
Best VIP Call Girls Noida Sector 22 Call Me: 8448380779Best VIP Call Girls Noida Sector 22 Call Me: 8448380779
Best VIP Call Girls Noida Sector 22 Call Me: 8448380779
Β 
BigBuy dropshipping via API with DroFx.pptx
BigBuy dropshipping via API with DroFx.pptxBigBuy dropshipping via API with DroFx.pptx
BigBuy dropshipping via API with DroFx.pptx
Β 
Generative AI on Enterprise Cloud with NiFi and Milvus
Generative AI on Enterprise Cloud with NiFi and MilvusGenerative AI on Enterprise Cloud with NiFi and Milvus
Generative AI on Enterprise Cloud with NiFi and Milvus
Β 
FESE Capital Markets Fact Sheet 2024 Q1.pdf
FESE Capital Markets Fact Sheet 2024 Q1.pdfFESE Capital Markets Fact Sheet 2024 Q1.pdf
FESE Capital Markets Fact Sheet 2024 Q1.pdf
Β 
BDSM⚑Call Girls in Mandawali Delhi >ΰΌ’8448380779 Escort Service
BDSM⚑Call Girls in Mandawali Delhi >ΰΌ’8448380779 Escort ServiceBDSM⚑Call Girls in Mandawali Delhi >ΰΌ’8448380779 Escort Service
BDSM⚑Call Girls in Mandawali Delhi >ΰΌ’8448380779 Escort Service
Β 
Schema on read is obsolete. Welcome metaprogramming..pdf
Schema on read is obsolete. Welcome metaprogramming..pdfSchema on read is obsolete. Welcome metaprogramming..pdf
Schema on read is obsolete. Welcome metaprogramming..pdf
Β 
Vip Model Call Girls (Delhi) Karol Bagh 9711199171βœ”οΈBody to body massage wit...
Vip Model  Call Girls (Delhi) Karol Bagh 9711199171βœ”οΈBody to body massage wit...Vip Model  Call Girls (Delhi) Karol Bagh 9711199171βœ”οΈBody to body massage wit...
Vip Model Call Girls (Delhi) Karol Bagh 9711199171βœ”οΈBody to body massage wit...
Β 
Junnasandra Call Girls: πŸ“ 7737669865 πŸ“ High Profile Model Escorts | Bangalore...
Junnasandra Call Girls: πŸ“ 7737669865 πŸ“ High Profile Model Escorts | Bangalore...Junnasandra Call Girls: πŸ“ 7737669865 πŸ“ High Profile Model Escorts | Bangalore...
Junnasandra Call Girls: πŸ“ 7737669865 πŸ“ High Profile Model Escorts | Bangalore...
Β 
Call Girls Hsr Layout Just Call πŸ‘— 7737669865 πŸ‘— Top Class Call Girl Service Ba...
Call Girls Hsr Layout Just Call πŸ‘— 7737669865 πŸ‘— Top Class Call Girl Service Ba...Call Girls Hsr Layout Just Call πŸ‘— 7737669865 πŸ‘— Top Class Call Girl Service Ba...
Call Girls Hsr Layout Just Call πŸ‘— 7737669865 πŸ‘— Top Class Call Girl Service Ba...
Β 
Sampling (random) method and Non random.ppt
Sampling (random) method and Non random.pptSampling (random) method and Non random.ppt
Sampling (random) method and Non random.ppt
Β 
Delhi Call Girls CP 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip Call
Delhi Call Girls CP 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip CallDelhi Call Girls CP 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip Call
Delhi Call Girls CP 9711199171 β˜Žβœ”πŸ‘Œβœ” Whatsapp Hard And Sexy Vip Call
Β 
CHEAP Call Girls in Saket (-DELHI )πŸ” 9953056974πŸ”(=)/CALL GIRLS SERVICE
CHEAP Call Girls in Saket (-DELHI )πŸ” 9953056974πŸ”(=)/CALL GIRLS SERVICECHEAP Call Girls in Saket (-DELHI )πŸ” 9953056974πŸ”(=)/CALL GIRLS SERVICE
CHEAP Call Girls in Saket (-DELHI )πŸ” 9953056974πŸ”(=)/CALL GIRLS SERVICE
Β 
Carero dropshipping via API with DroFx.pptx
Carero dropshipping via API with DroFx.pptxCarero dropshipping via API with DroFx.pptx
Carero dropshipping via API with DroFx.pptx
Β 
Abortion pills in Doha Qatar (+966572737505 ! Get Cytotec
Abortion pills in Doha Qatar (+966572737505 ! Get CytotecAbortion pills in Doha Qatar (+966572737505 ! Get Cytotec
Abortion pills in Doha Qatar (+966572737505 ! Get Cytotec
Β 
Delhi 99530 vip 56974 Genuine Escort Service Call Girls in Kishangarh
Delhi 99530 vip 56974 Genuine Escort Service Call Girls in  KishangarhDelhi 99530 vip 56974 Genuine Escort Service Call Girls in  Kishangarh
Delhi 99530 vip 56974 Genuine Escort Service Call Girls in Kishangarh
Β 
Zuja dropshipping via API with DroFx.pptx
Zuja dropshipping via API with DroFx.pptxZuja dropshipping via API with DroFx.pptx
Zuja dropshipping via API with DroFx.pptx
Β 

Proposal thesis

  • 1. 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman kota adalah taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala luas serta dapat dinikmati oleh seluruh warga kota. Bentuk taman kota diantaranya adalah median jalan, berm dan pulau. Salah satu peran penting taman kota adalah penjaga kualitas lingkungan kota. Penataan taman kota mulai berkembang pesat disetiap wilayah di Indonesia, khususnya di Kota Malang. Tanaman hias memiliki nilai fungsional dan estetika dalam suatu tatanan taman kota. Jenis tanaman yang digunakan di taman kota berupa pohon, perdu, semak dan ground cover. Salah satu jenis tanaman semak tahunan yang sering digunakan di taman kota Malang saat ini adalah tanaman lantana. Lantana (Lantana camara L.) adalah tanaman hias yang dimanfaatkan bunganya. Penggunaan lantana sebagai tanaman hias tergolong dalam pemanfaatan tanaman secara modern. Alasan pemanfaatan lantana sebagai tanaman hias adalah lantana memiliki bunga yang aktraktif dan menarik. Bunga lantana memiliki berbagai warna diantaranya adalah putih, krem, kuning, merah muda, oranye, ungu dan merah. Tanaman lantana digunakan sebagai tanaman hias dalam pot di beberapa taman kota. Kriteria tanaman hias bunga dalam pot yang indah adalah tinggi tanaman sebanding dengan tinggi pot, bunga muncul serempak dan kompak serta seluruh permukaan tanaman tertutupi oleh bunga. Lantana akan tetap indah apabila bunga-bunganya muncul serempak serta tanaman tidak cepat tinggi. Pada kenyataannya lantana memiliki karakter cenderung mudah memanjang serta bunga muncul tidak serempak. Karakter tanaman lantana yang demikian menyebabkan keindahan tanaman berkurang serta masa pajang menjadi singkat. Masa pajang yang singkat menyebabkan penggantian tanaman harus dilakukan berulang kali. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat pertambahan tinggi tanaman serta menyerempakkan bunga dapat dilakukan dengan cara pengaplikasian zat pengatur tumbuh yang bersifat menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman. Paclobutrazol adalah zat penghambat pertumbuhan yang bekerja pada sub meristem dengan cara menghambat biosintesis giberelin melalui penghambatan oksidasi kauren menjadi asam kaurenik, sehingga
  • 2. 2 pemanjangan dan pembesaran sel terhambat (Upreti, Reddy, Prasad, Bindu, Jayaram dan Rajan, 2013). Prinsip kerja paclobutrazol adalah menghambat reaksi oksidasi antara kauren dan asam kaurenoat pada sintesis giberelin yang menyebabkan terjadi penekanan pada batang tanaman (Salisbury dan Ross, 1995). Penempatan tanaman hias pot di taman kota berbeda-beda. Penempatan yang berbeda berhubungan dengan intensitas cahaya yang diterima tanaman. Lokasi yang berbeda memungkinkan intensitas cahaya yang diterima tanaman juga berbeda. Tanaman lantana yang diletakkan di tempat berintensitas penuh dengan intensitas cahaya berkurang memiliki respon yang berbeda terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman. Tanaman yang diletakkan di tempat yang ternaungi cenderung lebih cepat bertambah tinggi (etiolasi) dan waktu berbunga lebih lama dibandingkan dengan tanaman di tempat yang tidak ternaungi. Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut, upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan tanaman lantana dalam pot yang memiliki masa pajang lama adalah dengan cara melakukan penyemprotan paclobutrazol dengan dosis tertentu agar tanaman tidak cepat memanjang dan bunga serempak. Selain itu, perlu diketahui tentang intensitas cahaya matahari yang optimal bagi pembungaan tanaman lantana. 1.2 Rumusan Masalah Tanaman lantana di taman-taman kota cenderung mudah memanjang dan bunga muncul tidak serempak yang menyebabkan penampilan tidak menarik serta masa pajang tanaman menjadi singkat. Penempatan tanaman lantana di taman kota juga berbeda-beda sehingga intensitas cahaya yang diterima tanaman berbeda yang kemudian berpengaruh terhadap pembungaan tanaman. Tanaman yang diletakkan di intensitas cahaya rendah cenderung mudah memanjang serta waktu pembungaan yang lebih lama. Berdasarkan permasalahan tersebut, upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan penampilan serta masa pajang lantana adalah dengan cara mengaplikasikan paclobutrazol serta perlakuan intensitas cahaya terhadap pembungaan lantana.
  • 3. 3 1.3 Tujuan Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk : 1. Mendapatkan interaksi antara intensitas cahaya dan konsentrasi paclobutrazol yang tepat terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman lantana. 2. Mendapatkan dosis paclobutrazol yang optimal untuk mendapatkan tanaman lantana yang pendek dalam pot dan berbunga serempak. 3. Mendapatkan intensitas cahaya yang optimal bagi pembungaan tanaman lantana. 1.4 Manfaat Penelitian ini bermanfaat bagi bidang pertamanan serta pebisnis tanaman hias sebagai alternatif yang tepat untuk memperpendek masa pembungaan, menyerempakkan bunga yang dihasilkan tanaman lantana serta dapat diketahui intensitas cahaya yang optimal bagi tanaman lantana sehingga tanaman lantana yang dihasilkan lebih menarik dan atraktif.
  • 4. 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Lantana Tanaman lantana (Lantana camara) adalah herba rendah, tegak atau menjuntai yang tingginya dapat mencapai 2-4 m. Daun lantana berbentuk bulat telur atau lonjong dengan panjang 2-10 cm, lebar 2-6 cm dan tersusun berpasang-pasangan dengan arah yang berlawanan. Daun berwarna hijau cerah, kasar, berambut, tepi bergerigi dan mengeluarkan aroma tajam ketika tersentuh. Ujung daun meruncing dengan pangkal tumpul serta pertulangan daun menyirip (Gambar 1). Batang tanaman lantana (Gambar 2) berbentuk persegi, berkayu dan bercabang banyak. Pada umumnya batang tidak berduri akan tetapi terdapat beberapa tanaman yang memiliki duri (APFISN, 2009). Lantana adalah semak evergreen tropis dengan beberapa spesies yang dibudidayakan sebagai tanaman hias dalam greenhouse karena bunganya yang atraktif. Tanaman ini memiliki batang berduri dengan daun yang beraroma yang juga digunakan sebagai xeriscape landscaping (Ellefson et al., 1992). Gambar 1. Daun tanaman lantana (Dokumentasi Pribadi, 2017) Lantana merupakan tanaman berkayu yang berbentuk kotak pada potongan melintang, berambut saat masih muda dan diameter batang akan semakin membesar apabila tanaman semakin tua. Bunga lantana adalah bunga majemuk yang tersusun dalam tandan berbentuk payung (umbell). Kuntum bunga terdiri dari 20-40 bunga dengan diameter 2,5 cm, warna bunga beragam yaitu putih, krem, kuning, oranye, merah muda, ungu dan merah (Gambar 3). Tanaman akan berbunga antara bulan Agustus atau Maret bahkan setiap bulan dapat berbunga tergantung kondisi kelembaban dan ketersediaan cahaya matahari (APFISN, 2009).
  • 5. 5 Gambar 2. Batang tanaman lantana (Dokumentasi Pribadi, 2017) Buah lantana berbentuk sperikal, berair dan membentuk satu kumpulan. Buah lantana berwarna biru kehitaman dengan sedikit warna hijau, diameter 5-7 mm, mengkilat, berbiji, memiliki dua keping biji (Gambar 4) dan biji akan muncul pada bulan September hingga Mei dengan jumlah 1-20 biji per tandan. Tanaman dewasa akan menghasilkan 12.000 biji setiap tahun. Perkecambahan biji terjadi pada kondisi kelembaban cukup dan perkecambahan akan berkurang pada kondisi cahaya yang rendah. Sistem perakaran tanaman sangat kuat dengan akar utama serta akar samping yang banyak (APFISN, 2009). Gambar 3. Bunga tanaman lantana (Dokumentasi Pribadi, 2017). Tanaman lantana tumbuh dengan baik pada daerah yang terbuka, tanpa naungan seperti tanah kosong, tepi hutan, area pertanian, ladang rumput dll. Lantana tidak dapat tumbuh pada suhu dibawah 5 ΒΊC, ditemukan pada ketinggian 2000 mdpl dan dapat tumbuh dengan baik pada curah hujan 750-5000 mm per tahun. Lantana rentan terhadap suhu rendah, tanah salin, tanah hidromorfik,
  • 6. 6 curah hujan rendah, tanah berkoral dengan kapasitas mengikat air rendah serta adanya angin topan (APFISN, 2009). Gambar 4. Buah tanaman lantana (APFISN, 2009). 2.2 Pembungaan Tanaman Pembungaan adalah mekanisme perubahan dari fase vegetatif ke fase generatif yang akan terjadi kompleksitas dari perkembangan yaitu pembentukan bunga, buah dan biji. Proses tersebut ditandai dengan adanya proses yang terjadi secara seksual. Fisiologi pembungaan tanaman diatur oleh faktor lingkungan secara ekologi meliputi suhu, fotoperiode dan curah hujan (Barus dan Syukri, 2008). Menurut Gardner et al. (1991), terdapat tiga tahap yang terpisah dalam pembungaan tanaman yang masing-masing tahap memiliki fotoperiode yang berbeda serta kebutuhan suhu yang jelas. Tahap-tahap tersebut adalah : 1. Induksi pembungaan Induksi pembungaan adalah produksi rangsangan pembungaan (suatu perubahan kimia pada ujung pucuk) sebagai respon terhadap pengenaan sejumlah daur fotoinduksi tertentu yang khas dan menguntungkan. Jumlah daur minimum yang diperlukan bervariasi menurut spesies, kultivar, umur dan ukuran tanaman. Setelah jumlah daur fotoinduksi minimum terpenuhi, intensitas pembungaan akan meningkat dengan bertambahnya pengenaan cahaya sampai tahap jenuh. 2. Inisiasi pembungaan Inisiasi pembungaan adalah transisi morfologis meristem dari keadaan vegetatit ke keadaan pembungaan. Perubahan terjadi dari titik tumbuh yang telah terinduksi tetapi secara morfologis berbentuk vegetatif menjadi pemula pembungaan sebagai respon terhadap hari panjang dan temperatur yang cukup hangat.
  • 7. 7 3. Perkembangan pembungaan lebih lanjut. Perkembangan pembungaan lebih lanjut adalah ekspresi bunga yang tampak dimulai dari pertumbuhan dan perkembangan bunga awal menjadi bunga dewasa sebagai respon terhadap hari panjang dan temperatur yang cukup hangat. Pembungaan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari umur tanaman, hormon pertumbuhan dan genetis tanaman. Faktor eksternal terdiri dari suhu, panjang hari dan unsur hara (Bleasdale, 1981). Salah satu faktor yang mempengaruhi pembungaan adalah cahaya. Cahaya mencakup intensitas cahaya dan fotoperiodisitas (Darjanto dan Satifah, 1990). Suhu berpengaruh secara kualitatif dan kuantitatif terhadap perkembangan bunga. Suhu tinggi dapat meningkatkan laju perkembangan bunga yang mengakibatkan anthesis dini (Kinet et al., 1985). Batas suhu untuk pertumbuhan tergantung pada jenis tanaman. Tanaman di daerah tropis memiliki batas suhu yang lebih tinggi dibanding pada daerah subtropis (Aitken, 1974). Suhu akan menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian tempat yaitu sebesar 6,2ΒΊC setiap perbedaan ketinggian 1 km (Ariffin, 2003). Panjang hari adalah lamanya matahari memancarkan sinarnya ke permukaan bumi dalam kurum waktu 24 jam. Panjang hari memiliki pengaruh penting dalam kehidupan tanaman terutaman dalam proses pembungaan (Ariffin, 2003). Faktor panjang hari dapat mempengaruhi perbedaan fase pembungaan karena pada bulan-bulan tertentu terdapat beberapa hari yang memiliki waktu siang lebih panjang. Tanaman yang berasal dari lintang tinggi umumnya sensitif terhadap fotoperiodisme, dapat berupa tanaman hari pendek atau tanaman hari panjang (Handoko, 2009). Ilustrasi perangsangan pembungaan tanaman (Gambar 1) adalah mula-mula penerimaan cahaya panjang oleh daun dewasa, kemudian mobilisasi amilum dalam daun dan batang diikuti pengangkutan sukrosa dalam floem ke meristem apical maupun meristem akar. Selanjutnya adalah transportasi ke arah atas dalam xilem dari akar ke daun membawa zeatin riboside ( [9R]Z ) dan isopentenyladenine riboside ( [9R]iP ). Transportasi isopentenyladenine (iP) dalam floem kemudian terjadi dari daun ke meristem apikal (Bernier et al., 1993).
  • 8. 8 Gambar 5. Ilustrasi perangsangan pembungaan pada tanaman. 2.3 Pengaruh Paclobutrazol terhadap Tanaman Paclobutrazol merupakan derivat triazole yang termasuk zat penghambat tumbuh yang mampu menekan tinggi tanaman, panjang internodia serta luas daun. Secara umum sifat paclobutrazol adalah menghambat kerja hormon giberelin sehingga keseimbangan hormonal dalam tubuh tanaman akan terganggu (Wilkinson dan Richard, 1987). Paclobutrazol dapat menginduksi pembungaan pada tanaman. Mekanisme paclobutrazol dapat menginisiasi pembungaan tanaman adalah dengan cara menghambat aktivitas giberelin dalam mengubah ent-kaurene menjadi asam ent-kaurene pada jalur biosintesis giberelin. Hal tersebut menunjukkan mekanisme utama paclobutrazol dalam menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman dan memicu pembungaan (Upreti et al., 2013). Paclobutrazol (pp333) [(2RS,3RS)-1-(4-chlorophenyl-4,4-dimethyl- 2-(1H-1,2,4 triazol-1-yl) pentan-3-ol] adalah zat penghambat pertumbuhan. Paclobutrazol berfungsi untuk menghambat sitokrom P-450 yang bertanggung jawab dalam reaksi oxidative dimethylation, termasuk sintesis ergosterol dan perubahan kaurene menjadi asam kaurenoik dalam jalur biosintesis giberelin (Fletcher and Gilley, 2000). Peningkatan konsentrasi paclobutrazol dan triapenthenol menyebabkan penurunam luas daun spesifik (LDS) tanaman lantana pada semua level
  • 9. 9 naungan. Penurunan ini terjadi karena penurunan luas daun yang besar yang mempengaruhi bobot kering daun menurun. Kandungan Nitrogen daun meningkat bersama dengan perlakuan paclobutrazol pada tanaman dibandingkan tanpa perlakuan zat pengatur tumbuh (Matsuokis, Gasparatos dan Sereli, 2007). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa paclobutrazol, triapenthenol dan chlormequat chloride memberikan peran positif pada tanaman lantana dalam pot yaitu dengan karakter pendek dan pembungaan yang meningkat (Matsoukis dan Sereli, 2000). Tanaman lantana yang diperlakukan dengan paclobutrazol memiliki daun hijau gelap dan sangat kompak karena ruas batang semakin memendek dibandingkan tanpa perlakuan paclobutrazol (Ruter, 1996). Menurut Matsoukis, Tsiros dan Kamoutsis (2004) penurunan luas daun lantana terbesar terdapat pada perlakuan pemberian paclobutrazol dan triapenthenol dibandingkan dengan tanaman tanpa diberi zat pengatur tumbuh. Penurunan luas daun dengan pemberian paclobutrazol dan triapenthenol adalah sebesar 60%, sedangkan pada perlakuan pemberian mepiquat chloride dan chlormequat chloride penurunan luas daun sebesar 22% hingga 51%. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa bahan triazole memberikan pengaruh yang besar terhadap pengurangan luas daun lantana. Tanaman lantana yang diaplikasikan dengan paclobutrazol dan triapenthenol akan menunjukkan peningkatan penampilan bunga yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas keindahan lantana pot. Paclobutrazol meningkatkan kandungan klorofil dan proses fotosintesis daun tanaman Catharanthus roseus. Epidermis, ketebalan kutikula dan panjang lapisan palisade daun pada tanaman yang diaplikasikan pacloburazol meningkat secara signifikan dibandingkan kontrol. Paclobutrazol menurunkan diameter pembuluh xilem secara signifikan dibandingkan kontrol, akan tetapi floem mengalami peningkatan apabila diperlakukan paclobutrazol (Jaleel et al., 2007). 2.4 Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Tanaman Intensitas cahaya adalah jumlah energi matahari yang sampai pada suatu luasan tertentu dari suatu permukaan pada waktu tertentu. Intensitas cahaya berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tanaman yaitu fotosintesis. Intensitas cahaya tinggi akan mengoptimalkan fotosintesis tanaman. Akan tetapi, tidak semua tanaman menghendaki intensitas cahaya yang tinggi selama pertumbuhannya. Beberapa tanaman mampu berproduksi tinggi pada kondisi
  • 10. 10 intensitas rendah. Selain itu, intensitas yang tinggi akan mempercepat evapotranspirasi tanaman sehingga konsumsi air meningkat (Ariffin, 2003). Gambar 6. Spektrum cahaya yang dapat diserap oleh pigmen tanaman, biasa disebut photosynthetically active radiation (PAR) (Salisbury dan Ross 1992). Selama proses fotosintesis, energi cahaya dikonversi ke molekul lebih tinggi (ATP) dan NADPH, terjadi di dalam pigmen atau kompleks protein yang menempel pada membran tilakoid yang terletak pada kloroplas. Pigmen tanaman yang meliputi klorofil a, klorofil b, dan karotenoid termasuk xantofil menyerap PAR terbaik pada panjang gelombang tertentu (Gambar 6). Klorofil a menyerap cahaya tertinggi pada kisaran panjang gelombang 420 nm dan 660 nm. Klorofil b menyerap cahaya paling efektif pada panjang gelombang 440 dan 640 nm, sedangkan karotenoid termasuk xanthofil mengabsorpsi cahaya pada pada panjang gelombang 425 dan 470 nm (Salisbury dan Ross, 1992). Intensitas cahaya dapat mempengaruhi proses metabolisme dalam tanaman. Intensitas cahaya rendah pada umumnya disebabkan oleh naungan. Spesies tanaman yang memiliki habitat ternaung (shade plant) memiliki laju fotosintesis yang lebih rendah, titik kompensasi cahaya yang rendah, serta respon fotosintesisnya mencapai jenuh pada tingkat radiasi yang lebih rendah disbanding spesies yang memiliki habitat di daerah terbuka (sun plant). Nilai kejenuhan cahaya tanaman shade plant lebih rendah karena laju respirasi pada shade plant sangat rendah, sehingga dengan sedikit saja fotosintesis netto yang
  • 11. 11 dihasilkan sudah cukup membuat laju pertukaran netto CO2 menjadi nol. Laju respirasi yang rendah menunjukkan bentuk adaptasi dasar yang memungkinkan tanaman shade plant mampu bertahan pada lingkungan cahaya terbatas (Salisbury dan Ross, 1992). Pengaruh intensitas cahaya pada metabolisme tanaman berpengaruh terhadap morfologi, anatomi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Daun tanaman yang ternaungi akan lebih tipis dan lebar daripada daun tanaman di tempat terbuka, hal ini disebabkan oleh pengurangan lapisan palisade dan sel- sel mesofil. Tipisnya helaian daun dimaksudkan agar lebih banyak radiasi matahari yang diteruskan ke bawah sehingga distribusinya merata sampai pada daun bagian bawah. Sedangkan melebarnya permukaan daun dimaksudkan agar penerimaan energi cahaya matahari lebih banyak (Sugito, 1999). Lapisan palisade dapat berubah sesuai dengan kondisi cahaya, yang menyebabkan tanaman menjadi efisien dalam menyimpan energi cahaya untuk perkembangannya. Peran yang kontras antara sel palisade dan sel bunga karang, yaitu sel palisade dapat menyebabkan cahaya lewat dan sel bunga karang menangkap cahaya sebanyak mungkin, menyebabkan absorbsi cahaya yang lebih seragam di dalam daun (Taiz and Zeiger, 1991). Daun yang ternaungi memiliki total klorofil tiap pusat reaksi yang lebih banyak, memiliki rasio klorofil b/a lebih besar dan biasanya lebih tipis. Sel palisade daun yang ternaungi lebih pendek daripada daun yang terkena cahaya penuh dan konsentrasi rubisco lebih sedikit (Taiz and Zeiger, 2002). Salah satu proses perkembangan tanaman yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya adalah pembungaan. Tumbuhan tingkat tinggi mengalami beberapa fase perkembangan, yang terjadi pada suatu area dinamis yang disebut tunas meristem apikal. Selama perkembangan post-embryonic, tunas meristem apikal mengalami beberapa fase perkembangan dengan urutan: 1. fase juvenil, 2. fase vegetatif dewasa, dan 3. fase reproduktif dewasa. Transisi dari suatu fase ke fase lainnya disebut dengan perubahan fase. Transisi dari fase vegetatif dewasa ke fase reproduktif disebut sebagai pembungaan. Tanaman yang tumbuh pada kondisi intensitas cahaya rendah mengalami fase juvenil yang lebih lama atau kembali menjadi juvenil (Taiz dan Zeiger, 2002). Pengaruh intensitas cahaya terhadap pembungaan beberapa spesies tanaman disampaikan oleh Kinet et al. (1985), yaitu terjadinya penghambatan antesis pada bunga mawar Baccara dan tomat akibat intensitas cahaya rendah, serta meningkatnya pembentukan bunga
  • 12. 12 azalea pada intensitas cahaya tinggi. Penyebab utama yang mungkin adalah bahwa intensitas cahaya yang rendah mengurangi suplai karbohidrat ke apeks, padahal karbohidrat, terutama sukrosa, memegang peranan penting dalam transisi juvenil ke dewasa (Taiz dan Zeiger, 2002). Menurut Ardie (2006), perbedaan intensitas cahaya matahari tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas generatif Hoya diversifolia dalam beberapa taraf intensitas cahaya pada 7, 8, 11, 12 dan 14 minggu setelah perlakuan (msp). Hal tersebut menunjukkan bahwa intensitas cahaya tidak berpengaruh terhadap jumlah bunga hoya. Intensitas cahaya juga tidak mempengaruhi waktu pembentukan bunga pertama hoya pada 7 MSP. Beberapa spesies tanaman seperti Antirrhinum majus (Munir et al., 2004) dan Glycine max (Anggarani, 2005), menghasilkan jumlah bunga yang lebih tinggi pada intensitas cahaya tinggi dibanding pada intensitas cahaya rendah. Spesies-spesies tersebut merupakan sun plant, yaitu tanaman yang habitat aslinya adalah pada kondisi dengan intensitas cahaya tinggi sehingga memiliki laju fotosintesis lebih tinggi pada intensitas cahaya tinggi.
  • 13. 13 3. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Penelitian ini memiliki kerangka pikir. Adapun kerangka pikir yang dimaksud adalah sebagai berikut: Gambar 7. Bagan Kerangka Pikir Penelitian PENAMPILAN LANTANA KURANG MENARIK DAN TIDAK INDAH PERTAMBAHAN PANJANG TANAMAN TIDAK TERKENDALI DAN BERBUNGA TIDAK SEREMPAK BUNGA TIDAK SEREMPAK PENGURANGAN LEVEL INTENSITAS DAN APLIKASI PACLOBUTRAZOL PERTAMBAHAN PANJANG TANAMAN TIDAK TERKENDALI APLIKASI PACLOBUTRAZOL RESPON TANAMAN TERHADAP KEKURANGAN INTENSITAS CAHAYA PENGURANGAN LEVEL INTENSITAS CAHAYA 1. Mendapatkan interaksi antara intensitas cahaya dan konsentrasi paclobutrazol yang tepat terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman lantana 2. Mendapatkan dosis paclobutrazol yang optimal untuk mendapatkan tanaman lantana yang pendek dalam pot dan berbunga serempak 3. Mendapatkan intensitas cahaya yang optimal bagi pembungaan tanaman lantana
  • 14. 14 3.2 Kerangka Operasional Penelitian Penelitian ini memiliki kerangka kerja/operasional, berikut ini adalah kerangka operasional dalam penelitian yang diajukan: Gambar 8. Bagan Kerangka Operasional Penelitian SURVEY LAHAN PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN 1. PEMBUATAN NAUNGAN 4. APLIKASI PACLOBUTRAZOL 5. PERAWATAN TANAMAN 2. PERSIAPAN MEDIA TANAM 3. PENANAMAN ANALISA DATA HASIL PENELITIAN KESIMPULAN VEGETATIF GENERATIF 1. Panjang tanaman (cm) 2. Jumlah ruas 3. Jumlah cabang 4. Jumlah daun 5. Luas Daun (cm2 tan-1) 6. Laju pertumbuhan relatif (LPR) PENGAMATAN PENDUKUNG 1. Warna daun & bunga 2. Kandungan klorofil 3. Kerapatan & rasio stomata membuka menutup 4. Struktur anatomi ketebalan daun 5. Luas daun spesifik 1. Waktu muncul bunga 2. Jumlah tandan bunga 3. Jumlah bunga per tandan 4. Diameter tandan bunga
  • 15. 15 3.3 Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan intensitas cahaya dengan penambahan dosis paclobutrazol dapat menurunkan panjang tanaman dan meningkatkan jumlah bunga 2. Dosis paclobutrazol 80 ppm akan menghasilkan tanaman lantana yang pendek dalam pot dan berbunga serempak. 3. Intensitas cahaya matahari 100% menghasilkan pembungaan tanaman lantana yang optimal
  • 16. 16 4. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Bibit Tanaman milik Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DISPERKIM) Kota Malang yang terletak pada ketinggian Β±505 mdpl dengan suhu udara berkisar antara 22,2ΒΊ C-24,5ΒΊ C, suhu maksimum mencapai 32,3ΒΊ C dan suhu minimum 17,8ΒΊ C. Rata-rata kelembaban udara berkisar 74%-82% dengan kelembaban maksimum mencapai 97% dan minimum mencapai 37%. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2017. 4.2 Alat dan Bahan Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lux meter, sentrifuge, spektrofotometer, RHS colour chart, penggaris, mikrotom, mikroskop, timbangan analitik dan oven. Bahan yang akan digunakan adalah tanaman lantana, media tanam campuran tanah katel (tanah endapan sungai) dan sekam (2:1), paclobutrazol, paranet, pupuk NPK (15:15:15) dan fungisida berbahan aktif Cu. 4.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Tersarang (Nested Design) dengan dua faktor yaitu intensitas cahaya sebagai faktor bebas dan dosis paclobutrazol sebagai faktor tidak bebas (tersarang dalam intensitas). Faktor 1 yang menjadi faktor bebas adalah intensitas cahaya yang terdiri dari tiga taraf yaitu : I50 = Intensitas cahaya matahari 50% I75 = Intensitas cahaya matahari 75% I100 = Intensitas cahaya matahari 100% Faktor II yang menjadi faktor tidak bebas adalah konsentrasi paclobutrazol yang terdiri dari : P0 = Konsentrasi paclobutrazol 0 ppm P40 = Konsentrasi paclobutrazol 40 ppm P80 = Konsentrasi paclobutrazol 80 ppm P100 = Konsentrasi paclobutrazol 100 ppm Berdasarkan kedua faktor tersebut maka didapatkan kombinasi perlakuan sebagai berikut : I50 P0 = Intensitas cahaya 50% dengan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm I50 P40 = Intensitas cahaya 50% dengan konsentrasi paclobutrazol 40 ppm I50 P80 = Intensitas cahaya 50% dengan konsentrasi paclobutrazol 80 ppm I50 P100 = Intensitas cahaya 50% dengan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm
  • 17. 17 I75 P0 = Intensitas cahaya 75% dengan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm I75 P40 = Intensitas cahaya 75% dengan konsentrasi paclobutrazol 40 ppm I75 P80 = Intensitas cahaya 75% dengan konsentrasi paclobutrazol 80 ppm I75 P100 = Intensitas cahaya 75% dengan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm I100 P0 = Intensitas cahaya 100% dengan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm I100 P40 = Intensitas cahaya 100% dengan konsentrasi paclobutrazol 40 ppm I100 P80 = Intensitas cahaya 100% dengan konsentrasi paclobutrazol 80 ppm I100 P100= Intensitas cahaya 100% dengan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm Percobaan diulang sebanyak tiga kali dan masing-masing petak terdiri dari sepuluh tanaman, sehingga diperoleh 12x3x10= 360 tanaman. Denah percobaan dan denah pengambilan sampel tanaman disajikan pada gambar 9 dan 10. Gambar 9. Denah Percobaan. Gambar 10. Sampel tanaman. U U D D D D D D ND ND ND ND
  • 18. 18 Keterangan : N : sampel destruktif ND : sampel non destruktif 4.4 Pelaksanaan 4.4.1 Pembuatan Naungan Intensitas cahaya yang akan digunakan sebagai perlakuan adalah sebesar 50%, 75% dan 100%. Perlakian intensitas cahaya dilakukan menggunakan naungan. Naungan dibuat dengan menggunakan plastik paranet dengan persentase 50%, 25% dan 0%. Tahap awal yang dilakukan adalah pembuatan kerangka naungan dari bambu atau besi dengan ukuran panjang x lebar x tinggi berturut-turut adalah 300 x 200 x 50 cm. Jarak antar perlakuan sebesar 50 cm dan jarak antar paranet sebesar 100 cm. 4.4.2 Persiapan Media Tanam Jenis media tanam yang digunakan adalah campuran tanah katel dan sekam dengan perbandingan 2 : 1. Media tanam tersebut dicampur rata menjadi satu kemudian dimasukkan ke dalam pot. Media tanam dimasukkan ke dalam pot hingga sepertiga tinggi dari pot. 4.4.3 Penanaman Bibit yang digunakan ialah bibit lantana yang berasal dari stek batang yang berumur 8 minggu. Bibit dipindahtanamkan ke pot berdiameter 15 cm yang telah diisi dengan media tanam sepertiga dari tinggi pot, kemudian pot diisi dengan campuran media tanam hingga penuh. Bibit yang selesai ditanam dalam pot kemudian diletakkan terlebih dahulu di tempat yang teduh dan dilakukan penyiraman setiap hari. 4.4.4 Pengaplikasian Paclobutrazol Pengaplikasian paclobutrazol dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hst. Dosis paclobutrazol terdiri dari empat dosis yaitu 0 ppm, 40 ppm, 80 ppm dan 100 ppm. Dosis 40, 80 dan 100 ppm adalah paclobutrazol sebesar 40, 80 dan 100 mg dilarutkan ke dalam 1 L air. Larutan paclobutrazol kemudian disemprotkan ke tanaman menggunakan semprotan air. 4.4.5 Perawatan Perawatan tanaman lantana meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan tiap satu hari sekali dengan menggunakan gelas air mineral diberikan sebanyak 2 gelas (500
  • 19. 19 mL) per tanaman. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk NPK (15:15:15). Pupuk NPK diberikan dengan dosis 3 g/tanaman dengan cara dibenamkan kedalam tanah berjarak sekitar 5 cm dari tanaman pada saat awal tanam dan 6 mst. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang berada dalam pot. Penyiangan dilakukan pada saat gulma sudah banyak tumbuh di pot. Pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida dan fungisida. 4.5 Pengamatan Pengamatan dilakukan secara destruktif dan non destruktif, yang terdiri dari 3 jenis yaitu pengamatan fase vegetatif, pengamatan fase generatif dan pengamatan pendukung. Pengamatan fase vegetatif dilakukan mulai 21 hst hingga 77 hst yang terdiri dari : 1. Panjang tanaman (cm) Pengukuran panjang tanaman dilakukan tanpa merusak tanaman (non destruktif) yaitu diukur dari pangkal batang utama hingga ujung tanaman menggunakan penggaris pada setiap tanaman. Pengamatan panjang tanaman dilakukan setiap 14 hari sekali. 2. Jumlah ruas batang Pengamatan jumlah ruas batang dilakukan tanpa merusak tanaman (non destruktif) yaitu dihitung dari bagian pangkal batang utama hingga ujung batang pada setiap tanaman. Pengamatan jumlah ruas batang dilakukan setiap 14 hari sekali. 3. Jumlah cabang Pengamatan jumlah cabang dilakukan tanpa merusak tanaman (non destruktif) yaitu ditentukan dengan cara menghitung cabang di batang utama pada setiap tanaman. Pengamatan jumlah cabang dilakukan setiap 14 hari sekali. 4. Jumlah Daun Pengamatan jumlah daun dilakukan tanpa merusak tanaman (non destruktif) yaitu dihitung daun yang telah membuka sempurna pada setiap tanaman. Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap 14 hari sekali. 5. Luas Daun (cm2 tan-1 ) Pengukuran luas daun dilakukan tanpa merusak tanaman (non destruktif) setiap 14 hari sekali. Metode yang digunakan adalah panjang kali lebar. Metode ini menggunakan konstanta kalibrasi (k). Nilai konstanta diperoleh dengan cara menyediakan sampel daun minimal sejumlah 30 helai dengan ukuran panjang
  • 20. 20 dan lebar daun yang bervariasi (Sitompul dan Guritno, 1995). Penaksiran luas daun dihitung dengan rumus : Keterangan : P = Panjang daun L = Lebar daun k = Konstanta 6. Laju pertumbuhan relatif (LPR) (g. g-1 . hari-1 ) Pengukuran laju pertumbuhan relatif dilakukan dengan merusak tanaman (non destruktif) sebanyak tiga kali yaitu pada 21, 49 dan 77 hst. Laju pertumbuhan relatif memiliki fungsi untuk mengukur kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering per satuan bahan kering awal dan untuk mengatasi perbandingan laju pertumbuhan dari tanaman yang mempunyai berat awal berbeda. Berikut adalah rumus laju pertumbuhan relatif (Sitompul dan Guritno, 1995) : Keterangan : W1 = Bobot kering total tanaman saaat T1 W2 = Bobot kering total tanaman saaat T2 T1 = Waktu pengamatan awal T2 = Waktu pengamatan selanjutnya Pengamatan fase generatif tanaman dilakukan pada saat tanaman memasuki fase generatif hingga akhir pengamatan yang terdiri dari : 1. Waktu muncul bunga (hst) Pengamatan waktu muncul bunga dilakukan tanpa merusak tanaman (non destruktif) yaitu dihitung jumlah hari mulai awal tanam hingga waktu pertama kali bunga muncul. 2. Jumlah tandan bunga Pengamatan jumlah tandan bunga dilakukan tanpa merusak tanaman (non destruktif) yaitu dihitung dengan menjumlah tandan bunga yang sudah mekar sempurna maupun belum mekar sempurna pada tiap tanaman. Pengamatan jumlah tandan bunga dilakukan setiap 14 hari sekali. Luas Daun Taksiran = P x L x k. LPR = π‘Š2βˆ’π‘Š1 𝑇2βˆ’π‘‡1
  • 21. 21 Gambar 11. Tandan bunga tanaman lantana (Dokumentasi Pribadi, 2017) 3. Jumlah bunga per tandan Pengamatan jumlah bunga per tandan dilakukan tanpa merusak tanaman (non destruktif) yaitu dihitung dengan menjumlah bunga yang sudah mekar sempurna maupun belum mekar sempurna pada setiap tandan. Pengamatan dilakukan pada 10% dari total jumlah tandan bunga per tanaman setiap 14 hari sekali. Gambar 12. Bunga tanaman lantana pada tandan (Dokumentasi Pribadi, 2017). 4. Diameter tandan bunga (cm) Pengukuran diameter tandan bunga dilakukan tanpa merusak tanaman (non destruktif) yaitu diukur menggunakan penggaris. Pengamatan dilakukan pada 10% dari total jumlah tandan bunga per tanaman setiap 14 hari sekali.
  • 22. 22 Pengamatan pendukung adalah pengamatan yang dilakukan untuk memperkuat data hasil pengamatan. Pengamatan pendukung terdiri dari : 1. Warna daun dan bunga Pengamatan warna daun dan bunga dilakukan dengan menggunakan Royal Horticultural Society (RHS) Colour Chart. RHS Colour Chart warna hijau digunakan untuk menentukan warna daun, sedangkan colour chart warna ungu untuk menentukan warna bunga. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada 21, 49 dan 77 hst. 2. Kandungan klorofil Analisis kandungan klorofil a, b dan klorofil total dilakukan dengan metode Arnon (1949). Metode selengkapnya terdapat pada Lampiran 1. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada 21, 49 dan 77 hst. 3. Kerapatan stomata dan rasio stomata membuka menutup Kerapatan stomata diamati dari preparat yang telah dibuat dari permukaan epidermis bawah. Preparat dibuat dengan cara melapisi permukaan bawah daun lantana dengan cat kuku transparan kemudian di isolatip. Lapisan cat kuku tersebut ditempelkan pada gelas objek. Jumlah stomata total, stomata terbuka dan stomata tertutup diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada 21, 49 dan 77 hst. 4. Struktur anatomi ketebalan daun Struktur anatomi ketebalan daun diukur dari preparat yang dibuat dengan metode Sass (1951). Pengamatan dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala mikrometer pada daun paling muda yang telah membuka sempurna. Metode selengkapnya terdapat pada Lampiran 2. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada 21, 49 dan 77 hst. 5. Luas daun spesifik (LDS) Pengamatan luas daun spesifik dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada 21, 49 dan 77 hst dengan menggunakan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995) : 6. Intensitas cahaya total yang diterima tanaman Data intensitas cahaya total yang diterima tanaman didapatan dari data Stasiun Klimatologi Karangploso selama 3 bulan yaitu bulan Juli hingga September 2017. Data intensitas cahaya harian yang telah didapatkan kemudian dijumlahkan sesuai dengan jumlah hari dilakukan penelitian. Tanaman yang LDS = πΏπ‘’π‘Žπ‘  π‘‘π‘Žπ‘’π‘› π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘‘π‘Žπ‘’π‘›
  • 23. 23 mendapatkan perlakuan intensitas cahaya 50% dan 75% menerima intensitas cahaya total yang berbeda dengan data dari stasiun klimatologi. Oleh sebab itu perlu dilakukan perhitungan terhadap intensitas cahaya total yang diterima tanaman pada intensitas 50% dan 75% menggunakan rumus sebagai berikut : 1.5 Analisis Data Analisis data menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata maka dilakukan pengujian lanjutan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Ζ© Intensitas cahaya diterima tanaman = % intensitas x Ζ© intensitas cahaya total
  • 24. 24 DAFTAR PUSTAKA Aitken, Y. 1974. Flowering Time, Climate and Genotype. Victoria (AU): Melbourne Univ Pr. Anggarani, S. D. 2005. Analisis aspek agronomi dan fisiologi kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada kondisi cekaman intensitas cahaya rendah. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 59hal. APFISN. 2009. Lantana camara. Asia - Pacific Forest Invasive Species Network. Ardie, S. W. 2006. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Hoya diversifolia Blume. Tesis. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Ariffin. 2003. Dasar klimatologi. UB Press. Malang. Arnon, D. I. 1949. Copper enzymes in isolated chloroplast, Polyphenoloxidase in Beta vulgaris. Plant Physiology 24 :1 – 15. Barus, A. S. 2008. Agroteknologi Tanaman Buah-buahan. Medan (ID): USU Pr. Bleasdale, J.K.A. 1981. Plant Physiology in Relation to Horticulture. Connecticut (US): Avi Publishing. Darjanto dan S. Satifah. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan 4. Gramedia. Jakarta. Ellefson, C., T. Stephens and D. Welsh 1992. Xeriscape gardening. Water conservation for the American landscape. Macmillan Publ. Co., Boston. Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Handoko. 2009. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim. IPB Pr. Bogor. hlm 9-15. Fletcher, R.A. and A. Gilley. 2000. Triazole as plant growth regulators and stress protectants. Hortic. 24 : 55–138. Jaleel, C. A., P. Manivannan, B. Sankar, A. Kishorekumar, S. Sankari and R. Panneerselvam. 2007. Paclobutrazol enhances photosynthesis and ajmalicine production in Catharanthus roseus. Process Biochemistry 42 (2007): 1566–1570 Kinet, J. M., R.M. Sachs and G. Bernier. 1985. The Physiology of Flowering Volume III : The Development of Flowers. Florida (US): CRC Pr. Matsoukis, A. and A. Chronopoulou-Sereli. 2000. The creation of compact plants of Lantana camara L. subsp. camara with the aid of plant growth regulators. Acta Hort. 541:311–316. Matsoukis, A. S., I. Tsiros and A. Kamoutsis. 2004. Leaf Area Response of Lantana camara L. subsp. camara to Plant Growth Regulators under Different Photosynthetic Flux Conditions Matsoukis, A., D. Gasparatos and A. C. Sereli. 2007. Specific Leaf Area and Leaf Nitrogen Concentration of Lantana in Response to Light Regime and Triazole Treatment. Soil Science and Plant Analysis 38: 2323–2331. Munir, M., M. Jamil, J. Baloch and K. R. Khattak. 2004. Impact of light intensity on flowering time and plant quality of Antirrhinum majus L. cultivar Chimes White. Journal of Zhejiang University Science 5(4):400-405.
  • 25. 25 Ruter, J. M. 1996. Paclobutrazol application method influences growth and flowering of β€œNew Gold” lantana. HortTechnology 6 (1) : 19-20. Sass, J. E. 1951. Botanical Microtechnique. Ed ke-2. Iowa : The Iowa State College Pr. Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. UB Press. Malang. Taiz, L. and E. Zeiger. 2002. Plant Physiology Third Edition. Sinauer Associates Inc. Publishers. Massachussetts. 690p. Upreti, K.K., Y.T.N. Reddy, S.R.S. Prasad, G.V. Bindu, H.L. Jayaram and S. Rajan. 2013. Hormonal changes in response to paclobutrazol induced early flowering in mango cv. Totapuri. Scientia Horticulturae 150 (2013): 414–418. Wilkinson, R.I. and D. Richards. 1987. Effect of paclobutrazol on growth and flowering of Bouvardia humbolddtii. HortScience 22 : 444 – 445.
  • 26. 26 Lampiran 1. Metode analisis klorofil a dan b (Arnon, 1949) Daun lantana segar ditimbang bobotnya (50 – 100 mg) dipotong kecil dan dihancurkan sampai halus dengan mortar, kemudian ditambah aseton 80% secukupnya. Ekstrak yang diperoleh dipindahkan ke dalam labu ukur secara kuantitatif dan kemudian di-sentrifuge. Ekstraksi diulang sampai tidak terbentuk warna dan volumenya ditepatkan menjadi 10 ml. Absorbansi ekstrak tersebut diukur pada panjang gelombang 663 nm dan 645 nm dengan spektrofotometer UV-Vis. Kandungan klorofil ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : Fp = faktor pengenceran = 10 ml x 1L 1000 mL Klorofil a = (0.0127 x D663 – 0.00269 x D645) fp Klorofil b = (0.0229 x D645 – 0.00468 x D663) fp Klorofil total = (20.2 x D645 + 8.02 x D663) fp
  • 27. 27 Lampiran 2. Metode Pembuatan Preparat Anatomi Jaringan (Sass, 1951) FIKSASI DALAM FAA Pematian jaringan tanaman tanpa merusak struktur yang dilakukan dengan merendam material ke dalam larutan FAA (Formaldehyd Acetic Acid Alcohol) dengan komposisi 50 ml asam asetat, 50 ml formalin dan 900 ml alkohol 95% untuk setiap liter larutan. Perendaman selama 12-24 jam. DEHIDRASI Pengeluaran air dari dalam jaringan tanaman agar parafin dapat masuk ke dalam jaringan tanaman dengan tahapan: Alkohol 20% (3 x 5 menit) Alkohol 40% (3 x 5 menit) Alkohol 60% (3 x 5 menit) Alkohol 80% (3 x 5 menit) Alkohol 95% (3 x 5 menit) Alkohol 100% (3 x 5 menit) PRAPARAFINASI Penghilangan alkohol agar jaringan dapat dimasuki larutan parafin. Dilakukan dengan mencelup material ke dalam larutan alkohol 100% dan xylol dengan tahapan: Alkohol : Xylol 4 : 0 (3 x 5 menit) 3 : 1 (3 x 5 menit) 2 : 2 (3 x 5 menit) 1 : 3 (3 x 5 menit) 0 : 4 (3 x 5 menit) PARAFINASI Proses pemasukan parafin ke dalam jaringan tanaman dengan tahapan: Alkohol : Xylol 4 : 0 (3 x 5 menit) 4 : 1 (3 x 5 menit) 3 : 2 (3 x 5 menit) 2 : 3 (3 x 5 menit) 0 : 4 (3 x 5 menit) BLOCKING Pencetakan parafin yang mengandung material ke dalam bentuk balok EMBEDING/PEMOTONGAN MATERIAL Pemotongan dengan menggunakan mikrotom dengan ukuran 10mm PEWARNAAN Pewarnaan ganda dilakukan menggunakan safranin dan toluedin blue