Business Model canvas dan Manufacturing System Design merupakan cara pendekatan bagaimana menggambarkan kondisi sebuah bisnis yang pada kasus ini adalah bisnis nasi goreng
Integrasi Business Model Canvas dengan desain sistem manuafaktur dalam implementasi bisnis nasi goreng
1. INTEGRASI BUSINESS MODEL CANVAS DENGAN MANUFACTURING SYSTEM
DESIGN DALAM IMPLEMENTASI BISNIS UKM NASI GORENG JAN’OK
Odilia Indira Saraswati, Daniel Willianto, Rizka Safira Hartanti
Student ID. 02411640000041, 02411640000097 , 02411640000163
SUMMARY
Permasalahan dan metode bisnis adalah unsur penting dalam menjalani proses bisnis, tidak
terkecuali bagi UKM. Diperlukan adanya suatu bentuk nilai kuantitatif yang dapat menggambarkan
bagaimana kondisi bisnis tersebut. Dalam hal ini, BMC atau Business Model Canva adalah salah satu
cara pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi keadaan bisnis yang akan berjalan
atau sedang berjalan saat ini. Selain BMC, terdapat pula MSD atau Manufacturing System Design
yang menjabarkan secara spesifik keadaan proses bisnis yang berkaitan dengan sistem manufaktur.
Hasil integrasi antara BMC dan MSD akan menunjukkan seberapa besar tingkat fleksibilitas yang
dimiliki UKM untuk mengatasi permasalahan bisnisnya. Langkah pertama yang dilakukan adalah
mengunjungi secara langsung dan melihat kondisi fisik dari bisnis yang ada. Pencarian keterangan
dan pengamatan elemen yang dibutuhkan dalam MSD juga dilakukan pada tahap ini. Selanjutnya,
data yang didapatkan dari hasil pengamatan akan dibawa pada building block dari BMC dan rumus
dari MSD. Elemen dari BMC akan dikaitkan dengan metode skala likert dengan elemen MSD. Skala
yang telah didapatkan akan dibobotkan sesuai dengan kriteria pembobotan BMC dan MSD. Untuk
selanjutnya, pembobotan dari keterkaitan antara BMC dan MSD akan dibawa pada rumus fleksibilitas
BMC dan MSD yang menuju pada analisa tingkat fleksibilitas dari UKM dan sebagai dasaran solusi
yang dapat diberikan untuk UKM ke depannya dalam perjalanan menuju proses bisnis yang lebih
baik.
PENDAHULUAN DAN PROFIL UKM
Sistem manufaktur merupakan ilmu yang mempelajari mengenai hubungan hubungan antara
fasilitas, pemindahan bahan, sistem komputer, dan manusia itu sendiri yang telah terintegrasi satu
sama lainnya untuk menjalankan suatu sistem operasi yang telah dirancang sehingga mencapai suatu
tujuan tertentu. Sistem manufaktur tersebut dibagi menjadi beberapa fokusan seperti material
handling, automatic data capture, product design, packaging, dan lain sebagainya. Pada penugasan
ini akan membahas salah satu cabang sistem manufaktur mengenai Model Business Canvas dengan
Manufacturing System Design. Model Business Canvas merupakan alat bantu yang biasa digunakan
diawal berdiri untuk mematakan strategi bisinis dalam membangun sebuah bisnis yang baik.
Sedangkan Manufacting System Design adalah desain terintegrasi kumpulan dari beberapa
perlengkapan dan manusia yang memiliki tujuan yang sama untuk melakukan suatu proses tertentu.
Dengan menganalisis kedua hal tersebut maka akan dapat membantu menganalisis kekurangan
kekurangan yang ada pada bisnis yang dijalankan sehingga dapat dilakukan perubahan atau
improvement yang dapat menunjang keberhasilan bisnis tersebut.
Berkembangnya jaman saat ini menyebabkan banyak sekali variasi yang ada di sekitar. Variasi
tersebut terjadi pada banyak hal dari sandang, papan, pangan, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan
lainnya. Pada bidang pangan, keberagaman variasi sangatlah berkembang pesat. Saat ini makanan
memiliki banyak variasi dari segi rasa, bahan, warna, kemasan, dan lain sebagainya. Perkembangan
ini didukung oleh perkembangan penduduk yang semakin pesat sehingga membuat keberagaman
kebutuhan menjadi meningkat. Usaha kuliner sebagai penyedia pangan saat ini sangat digandrungi
oleh pebisnis pebisnis. Salah satu usaha kuliner yang saat ini ramai dijumpai adalah usaha kuliner nasi
Odilia, Daniel, Rizka / 1 / Manufacturing System
2. goreng. Nasi goreng merupakan salah satu kuliner yang saat ini sangat digandrungi oleh masyarakat
Indonesia karena rasanya yang enak dan dapat dinikmati oleh berbagai kalangan.
Salah satu usaha yang bergerak dalam bidang kuliner nasi goreng adalah Nasi Goreng
Jan’Ok yang terletak di jalan raya mulyosari. Kuliner ini telah berdiri semenjak tahun 2013
dengan saat ini memiliki 23 outlet yang tersebar di seluruh Surabaya. Nama Jan’Ok ini sendiri
dipilih karena menurut pemilik usaha, nama itu sangat menarik perhatian bagi pelanggan
sehingga membuat pelanggan ingin mencobanya.
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Perhitungan Fleksibilitas UKM
1. Identifikasi Business Model Canvas
Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai hasil pengumpulan data berupa profil dan proses
bisnis dari UKM beserta dengan pendekatan metode BMC (Business Model Canvas). Di bawah ini
adalah profil dari UKM Nasi Goreng Jan’Ok di daerah Mulyosari, Surabaya.
Nama UKM : Nasi Goreng Jan’Ok
Nama Pemilik : Pak Hadi
Tahun Berdiri : 2013
Produk : berbagai macam varian nasi goreng dan mie goreng
Alamat : Jl. Mulyosari no 73
Berikut ini adalah hasil identifikasi proses bisnis dengan pendekatan metode BMC yang
terdapat pada UKM Nasi Goreng Jan’Ok. Elemen yang diidentifikasi dan dianalisa pada BMC ini
adalah key partners, key activities, key resources, value proposition, customer relationship,
channel, customer segments, cost structure, dan revenue streams.
a. Key partner dari Nasi Goreng Jan’Ok adalah supplier bahan baku pembuatan makanan,
seperti beras, daging ayam, sosis, sayuran, telur, cabai, udang, gurita, jamur, dan ikan. Selain
itu, terdapat kerja sama dengan pihak percetakan kotak kemasan Nasi Goreng Jan’Ok dan
banner stand outlet. Strategi partnership yang digunakan adalah buyer supplier relationship
yaitu hubungan sebagai customer dan penjual.
b. Key activities dari Nasi Goreng Jan’Ok adalah memilih, membeli, serta mengolah bahan baku
menjadi porsi-prosi yang terstandarisasi. Setelah produk sudah siap dalam bentuk porsi,
produk akan disebar melalui outlet-outlet di seluruh Surabaya setiap harinya. Petugas di
outlet akan memasak porsi jadi tadi ketika customer sudah memesan produknya. Promosi
dilakukan secara online melalui kerjasama dengan Gojek dan Grab (online), selain itu Nasi
Goreng Jan’Ok juga melakukan promosi dengan cara mendirikan stand di event-event besar
di Surabaya (offline).
c. Key resources yang ada di Nasi Goreng Jan’Ok adalah physics, intelectual, human, dan
financial. Aset fisik berupa gedung di setiap outlet, tanah, peralatan masak, dan kendaraan.
Aset intelektual berupa XXXXXX. Sumber daya manusia berupa satu orang pemilik, 10 orang
karyawan di gudang, beserta 2 orang karyawan di setiap oulet (total 23 outlet).
d. Value Preposition yang dimiliki oleh Nasi Goreng Jan’Ok adalah produk berupa nasi goreng
dan mie goreng dapat mengenyangkan dan memenuhi kebutuhan pangan dari
orang.Keunikan dari Nasi Goreng Jan’Ok adalah setiap customer dapat memilih sendiri level
kepedasan dari makanan yang dipesan. Selain itu, kemasan dari makanan ini sudah
berstandar food grade. Outlet yang banyak tersebar di seluruh Surabaya juga menjadi
keunikan tersendiri karena customer dapat menemukan produk ini dengan mudah.
Odilia, Daniel, Rizka / 2 / Manufacturing System
3. e. Customer relationship pada Nasi Goreng Jan’Ok dapat dibagi menjadi 3 bagian sesuai teori
Osterwalder dan Pigneur (2010), yaitu dedicated personal assitance, self service, dan
automated service.Personnal Assitant pada Nasi Goreng Jan’Ok adalah karyawan yang
menjaga setiap outlet dan bertugas untuk melayani customer dengan cara menerima
pesanan dan memasak pesanan customer. Self service yang ada adalah customer dapat
memilih, memesan, dan membayar sendiri melalui aplikasi Gojek dan Grab. Aplikasi ini juga
mencakup bagian automated service yang menggabungkan proses layanan mandiri
(karyawan outlet) dengan layanan otomatis (aplikasi online).
f. Channels yang dimiliki oleh Nasi Goreng Jan’Ok adalah aplikasi Gojek dan Grab di mana
customer dapat secara mudah membeli produk dan mengetahui lokasi-lokasi outlet Nasi
Goreng Jan’Ok. Selain itu, customer tidak perlu mengeluarkan energi untuk keluar rumah
dengan adanya layanan delivery order ini.
g. Customer Segments yang dimiliki oleh Nasi Goreng Jan’Ok bersifat mass market yang berarti
segmen pasar dari Jan’Ok adalah semua kalangan, baik pria maupun wanita, orang dewasa
maupun anak-anak. Hal ini terjadi karena Nasi Goreng Jan’Ok menyediakan banyak variasi
lauk dan tingkat kepedasan.
h. Cost Structure yang dimiliki oleh Nasi Goreng Jan’Ok adalah sebagai berikut:
1) Cost driven : biaya yang tergantung pada bahan baku produksi
2) Fixed Cost : sewa gedung, gaji karyawan
3) Variable Cost : kemasan, promosi, listrik, PDAM
i. Revenue Stream dari Nasi Goreng Jan’Ok berasal dari penjualan produk nasi goreng dan mie
goreng setiap harinya.
Berikut ini adalah nine block building dari BMC Nasi Goreng Jan’Ok:
2. Perhitungan Bobot Keterkaitan BMC dan MSD
Setelah dilakukan pengidentifikasian menggunakan pendekatan metode BMC, maka pada
tahap selanjutnya dilakukan pembobotan keterkaitan antara BMC dengan MSD (Manufacturing
System Design). Untuk melakukan pembobotan, diperlukan penginputan skala dengan metode
Odilia, Daniel, Rizka / 3 / Manufacturing System
Gambar BMC Nasi Goreng Jan’Ok
4. skala likert yang disesuaikan dengan level keterkaitan antara tiap elemen BMC dengan tiap
elemen MSD. Angka 1 sampai 5 digunakan untuk menggambarkan tingkat keterkaitan, yaitu dari
level tidak terkait (1) sampai level sangat terkait (5).
Tabel Rekap Keterkaitan BMC dengan MSD
BMC 1 BMC 2 BMC 3 BMC 4 BMC 5 BMC 6 BMC 7 BMC 8 BMC 9
MSD 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5
MSD 2 3 5 5 3 3 2 1 3 5
MSD 3 4 5 5 3 2 4 2 5 5
MSD 4 4 4 5 3 2 2 1 4 4
MSD 5 1 5 4 2 3 3 2 3 3
MSD 6 2 4 5 4 2 2 1 4 5
MSD 7 3 3 4 1 1 1 1 3 3
MSD 8 1 4 3 3 1 1 1 2 2
MSD 9 3 3 4 1 1 1 1 3 3
TOTAL 26 38 40 25 20 21 15 32 35
Ket: 1-5 = tidak terkait-sangat terkait
Setiap skala yang ada dalam tabel keterkaitan BMC dengan MSD akan dibawa pada proses
penghitungan bobot keterkaitan antaran BMC dengan MSD dengan cara membagi nilai skala dengan
total kolom yang ada (total skala pada satu elemen BMC). Contoh penghitungan pembobotan ini
adalah sebagai berikut:
Bobot keterkaitanelemen BMC 1dengan MSD1=
5
26
=0,192
Tabel Rekap Bobot Keterkaitan BMC dengan MSD
BMC 1 BMC 2 BMC 3 BMC 4 BMC 5 BMC 6 BMC 7 BMC 8 BMC 9
MSD 1 0,192308 0,131579 0,125 0,2 0,25 0,238095 0,333333 0,15625 0,142857
MSD 2 0,115385 0,131579 0,125 0,12 0,15 0,095238 0,066667 0,09375 0,142857
MSD 3 0,153846 0,131579 0,125 0,12 0,1 0,190476 0,133333 0,15625 0,142857
MSD 4 0,153846 0,105263 0,125 0,12 0,1 0,095238 0,066667 0,125 0,114286
MSD 5 0,038462 0,131579 0,1 0,08 0,15 0,142857 0,133333 0,09375 0,085714
MSD 6 0,076923 0,105263 0,125 0,16 0,1 0,095238 0,066667 0,125 0,142857
MSD 7 0,115385 0,078947 0,1 0,04 0,05 0,047619 0,066667 0,09375 0,085714
MSD 8 0,038462 0,105263 0,075 0,12 0,05 0,047619 0,066667 0,0625 0,057143
MSD 9 0,115385 0,078947 0,1 0,04 0,05 0,047619 0,066667 0,09375 0,085714
Keterangan:
MSD 1 Customer Demand/Product Variety BMC 1 Key Partner
MSD 2 Production Capacity BMC 2 Key Activities
MSD 3 Production Rate BMC 3 Key Resources
MSD 4 Utilization BMC 4 Value Proposition
MSD 5 Availability BMC 5 Customer Relationship
MSD 6 Manufacturing Lead Time BMC 6 Channels
MSD 7 Work in Progress BMC 7 Customer Segments
Odilia, Daniel, Rizka / 4 / Manufacturing System
5. MSD 8 Basic Layout Design BMC 8 Cost Structure
MSD 9 Big Picture Mapping BMC 9 Revenue Stream
3. Perhitungan Tingkat Fleksibilitas pada MSD
a. Customer Demand/Product Variety (MSD 1)
MSD 1 didapatkan dari Total Production Time (TPT) yang dilakukan oleh Nasi goreng
Jan’Ok selama 1 hari.
Tabel Product Variety (MSD 1)
Varian Qi Tci Qi x Tci
Nasgor Sosis 15 0.12 1.8
Nasgor
Jamur 20 0.121 2.42
Mie 9 0.1611 1.4499
Total 44 0.4021 5.6699
Rata Rata
0.13403
3
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa TPT dalam 5,6699 jam, sedangkan dalam 1
hari Nasi Goreng Jan’Ok memiliki permintaan total sebesar 44 porsi dari ketiga varian
tersebut. Selanjutnya dapat dihitung degree of flexibility pada MSD 1 yaitu :
dof MSD 1=
nkapabilitas−npermintaan
npermintaan
dof MSD 1=
50−44
44
dof MSD 1=0,136364
dof MSD 1=13,6364
Pada perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa degree of flexibility nya sebesar 13,6364%.
b. Production Capacity (MSD 2)
Pada Production Capacity, terdapat 2 hal yang dipertimbangkan yaitu Production
capacity planned (PC Planned) dan Production Capacity installed (PC installed). Production
capacity planned (PC Planned) digunakan untuk mengetahui kapasitas produksi yang telah
direncakan sebelumnya. Production Capacity installed (PC installed) adalah kapasitas
produksi yang telah ditetapkan diawal proses produksi. Diketahui bahwa Available time (AT)
yang diperlukan dalam sehari adalah 6,667 jam dan kapasitas produksi sebagai berikut :
PC=
AT
∑
i=1
n
T Ci
n
Odilia, Daniel, Rizka / 5 / Manufacturing System
6. PC=
6,667
0,134033
PC=49,73887
Sehingga jika dimasukkan ke dalam persamaan menjadi Degree of Flexibility :
dof MSD 2=
PC planned
PCinstalled
dof MSD 2=
50
49,73887
dof MSD 2=0,99477
dof MSD 2=99,477
Dari perhitungan yang dilakukan, didapatkan bahwa Degree of Flexibility MSD 2
adalah 99,477%
c. Production Rate (MSD 3)
Di bawah ini akan diberikan perhitungan production rate sebagai berikut :
Rp=
1
∑
i=1
n
TCi
n
Rp=
1
0,134033
Rp=7,46083
Dari persamaan tersebut dapat dicari Degree of Flexibility pada MSD 3, yaitu :
dof MSD 3=
Rp×TPT
PC
dof MSD 3=
7,46083×5,699
49,73887
dof MSD 3=0,8504850
dof MSD 3=85,0485
Dari perhitungan tersebut maka didapatkan Degree of Flexibility sebesar 85,0485%
d. Utilization (MSD 4)
Odilia, Daniel, Rizka / 6 / Manufacturing System
7. Pada MSD 4 akan membahas Utilization, nilai utilization dengan Degree of Flexibility
nya ada sama, sehingga didapatkan :
dof MSD 4=U
U =
TPT
AT
U =
5,6699
6,667
U =0,850485
U =85,0485
e. Availibility (MSD 5)
Pada MSD 5, diketahui bahwa terdapat nilai nilai yang berkaitan sebagai berikut :
ATseries = 2190 jam / tahun
UTseries = 243,3455 jam / tahun
ATparallel = 0
UTparallel = 0
NFseries = 2
NFparallel = 0
UTseries didapatkan dari waktu yang digunakan untuk mempersiapkan bahan bahan
dan peralatan masak yaitu sebesar 40 menit. Sedangkan nilai ATparallel dan UTparallel
adalah 0 karena tidak ada kegiatan yang dilakukan secara parallel. Jumlah fasilitas yang
digunakan yaitu sebanyak 4 terdiri dari kompor, telenan, pisau dan wajan. Dengan begitu
dapat dihitung nilai Availability, sebagai berikut :
A=(AT series−UT series )+( AT ¿−UT ¿)
A=(2190−243,3455)+(0−0)
A=1946,6545
Dengan begitu Degree of Flexibility dapat dihitung sebagai berikut :
dof MSD 5=
NF¿
NF series+ NF¿
dof MSD 5=
0
4+0
dof MSD 5=0
Dari perhitungan tersebut Degree of Flexibility dari MSD 5 adalah 0%
f. Manufacturing Lead Time (MSD 6)
Odilia, Daniel, Rizka / 7 / Manufacturing System
8. Dibawah ini akan diberikan perhitungan mengenai manufacturing lead time dengan
Tsui sebesar 0,5 dan Tdi sebesar 0,016667 contoh perhitungannya sebagai berikut :
MLTi=Tsui+Tci+Tdi
MLTi=0,5+0,12+0,016667
MLTi=0,636667
Tabel berikut akan menunjukkan rekap data beserta hasil Manufacturing Lead Time:
Tabel Manufacturing Lead Time (MSD 6)
Varian Tsui Tci Tdi MLTi Tci/MLTi
Nasgor Sosis 0.5 0.12 0.016667 0.636666667 0.188482
Nasgor
Jamur 0.5 0.121 0.016667 0.637666667 0.189754
Mie 0.5 0.1611 0.016667 0.677766667 0.237692
Total 0.615928
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa total MLT sebesar 0,615 jam. Sehingga Degree of
Flexibility nya menjadi :
dof MSD 6=
∑
i=1
n
Tci
MLT i
n
dof MSD 6=
0,615928
3
dof MSD 6=0,2053095
dof MSD6=20,53095
g. Work in Progress (MSD 7)
Dari pengamatan yang telah dilakukan, Nasi Goreng Jan’Ok buka 6 hari dari seminggu
dan libur pada hari minggu, sehingga dalam 1 tahun waktu buka Nasi Goreng Jan’Ok
sebanyak 312 hari. Sehingga didapatkan :
WIP=(AT daily−TPT daily ) x N days
WIP=(6,667−5,6699) x312
WIP=310,9912
Perhitungan tersebut menunjukkan hasil 310,9912. Dibawah ini akan diberikan tabel
yang berisi hubungan QFGi dan Tci.
Odilia, Daniel, Rizka / 8 / Manufacturing System
9. Tabel Work in Progress (MSD 7)
Varian QFGi Tci QFGi x Tci
Nasgor Sosis 15 0.12 1.8
Nasgor Jamur 20 0.121 2.42
Mie 9 0.1611 1.4499
Total 5.6699
Sehingga dengan begitu dapat dihitung Degree of Flexibility menjadi :
dof MSD 7=
∑
i=1
n
QFGi×TCi
AT daily
dof MSD 7=
5,6699
6,6667
dof MSD 7=0,850485
dof MSD7=85,0485
Dari perhitungan tersebut maka didapatkan Degree of Flexibility sebesar 85,0485%
h. Basic Layout Design (MSD 8)
Didapatkan bahwa Thi =0,333 jam yang berarti sama dengan 20 menit. Dibawah ini
akan diberikan tabel yang berisi komponen yang digunakan dalam perhitungan :
Tabel Basic Layout Design (MSD 8)
Varian Tci Thi Tci - Thi (Tci - Thi)/Tci
Nasgor
Sosis 0.12 0.0333 0.0867 0.010404
Nasgor
Jamur 0.121 0.0333 0.0877 0.0106117
Mie 0.1611 0.0333 0.1278 0.02058858
Total 0.04160428
Dari tabel tersebut total yang didapatkan sebesar 0,0416. Dari tabel tersebut dapat
dihitung Degree of Flexibility dengan cara sebagai berikut :
dof MSD 8=
∑
i=1
n
Tci ×Thi
Tci
n
dof MSD 8=
0,0416
3
dof MSD 8=0,013868
Odilia, Daniel, Rizka / 9 / Manufacturing System
10. dof MSD 8=1,3868
Dari perhitungan tersebut didapatkan bahwa Degree of Flexibility sebesar 1,3868%
i. Big Picture Mapping (MSD 9)
Big Picture Mapping merupakan sebuah tools yang dapat digunakan untuk
menggambarkan sistem secara keseluruhan (whole stream). Dengan adanya big picture
mapping maka akan diketahu bagaimana aliran informasi dan aliran pemenuhan pesanan
secara fisik dalam suatu perusahaan. Tak hanya itu, big picture mapping juga dapat
mengidentifikasi value stream dari sistem dan lead time untuk masing-masing produk yang
ada. Dan berikut merupakan rumus dalam perhitungan degree of flexibility MSD 9.
dof MSD 9=
NactVA
NactVA+NactNVA+ NactNNVA
Perhitungan degree of flexibility ini memperhitungkan nilai dengan tiga nilai yang ada
pada setiap proses pembuatan produk atau dalam kasus UKM Nasi Goreng Jan’ok dapat
digunakan untuk perhitungan dan penentuan nilai setiap proses yang diperlukan untuk
menambah nilai suatu produk, diperlukan akan tetapi tidak menambah nilai suatu produk
dan tidak diperlukan sama sekali. Dari pernyataan tersebut dapat disebutkan bahwa produk
yang dalam kasus ini berupa masakan terutama nasi goreng. Padahal dalam pengamtan
UKM yang baru-baru ini dilakukan terhadap UKM terkait, pembuatan nasi goreng
khususnya pada UKM Nasi Goreng Jan’ok ini sangat memiliki langkah produksi yang hampir
sama sehingga dapatlah dibuat komposisi proses produksi seperti berikut.
Tabel Kategori Aktivitas Nasi Goreng Jan’Ok
Aktivitas
Kategori
Aktivitas Aktivitas
Kategori
Aktivitas
Memotong topping sosis NNVA
Menumis nasi bersama dengan
bumbu NNVA
Penuangan minyak goreng ke
penggorengan VA
Masukkan beberapa topping
tambahan lain VA
Menyalakan kompor NNVA Menumis nasi goreng kembali NNVA
Menunggu minyak panas NVA Mematikan kompor NNVA
Memasukkan bumbu dan topping
tambahan VA
Menyajikan nasi goreng pada
piring VA
Menumis bumbu NNVA
Mengantar nasi goreng ke
konsumen NNVA
Memasukkan nasi ke dalam
penggorengan VA
Aktivitas
Kategori
Aktivitas Aktivitas
Kategori
Aktivitas
Penuangan Minyak Goreng VA
Menumis mie bersama dengan
bumbu NNVA
Menyalakan Kompor NNVA Masukkan beberapa topping VA
Odilia, Daniel, Rizka / 10 / Manufacturing System
11. tambahan
Menunggu Minyak Panas NVA Menumis mie goreng kembali NNVA
Memasukkan bumbu ke dalam
penggorengan VA Mematikan kompor NNVA
Menumis bumbu NNVA
Menyajikan mie goreng pada
piring VA
Memasukkan mie ke dalam
penggorengan VA Mengantar mie goreng NNVA
Aktivitas
Kategori
Aktivitas Aktivitas
Kategori
Aktivitas
Penuangan Minyak Goreng VA
Memasukkan nasi ke dalam
penggorengan VA
Menyalakan Kompor NNVA
Menumis nasi bersama dengan
bumbu NNVA
Menunggu Minyak Panas NVA
Masukkan beberapa topping
tambahan VA
Memecahkan telur NNVA Menumis nasi goreng kembali NNVA
Memasukkan telur ke dalam
minyak panas VA Mematikan kompor NNVA
Menggoreng telur VA
Menyajikan nasi goreng pada
piring VA
Meniriskan telur NNVA
Mengantar nasi goreng ke
konsumen NNVA
Memasukkan bumbu ke dalam
penggorengan VA
Ket:
VA : Value Added
NVA : Non Value Added
NNVA : Necessary Non Value Added
Berikut merupakan perhitungan degree of flexibility untuk 3 produk di Nasi Goreng
Jan’ok.
dof MSD 9=
17
17+3+20
dof MSD 9=0.425
Odilia, Daniel, Rizka / 11 / Manufacturing System
12. Owner
Supplier Konsumen
1
Memotong
topping
1
Penuangan
minyak
1
Menyalaka
n kompor
1
Tunggu minyak
panas
1
Masukkan
bumbu
1
Menumis
bumbu
1
Masukkan
nasi
1
Menumis
nasi
1
Masukkan
topping lainnya
1
Menumis
kembali
1
Matikan
kompor
1
Menyajikan
nasi goreng
1
Mengantar ke
konsumen
Gambar Business Picture Mapping Nasi Goreng Sosis
Owner
Supplier Konsumen
1
Penuangan
minyak
1
Menyalaka
n kompor
1
Tunggu minyak
panas
1
Masukkan
bumbu
1
Menumis
bumbu
1
Masukkan
mie
1
Menumis
mmie
1
Masukkan
topping lainnya
1
Menumis
kembali
1
Matikan
kompor
1
Menyajikan
mie goreng
1
Mengantar ke
konsumen
Gambar Business Picture Mapping Mie Goreng
Odilia, Daniel, Rizka / 12 / Manufacturing System
13. Owner
Supplier
Konsumen
1
Penuangan
minyak
1
Menyalaka
n kompor
1
Tunggu minyak
panas
1
Masukkan
bumbu
1
Menumis
bumbu
1
Masukkan
mie
1
Menumis
mmie
1
Masukkan
topping lainnya
1
Menumis
kembali
1
Matikan
kompor
1
Menyajikan
mie goreng
1
Mengantar ke
konsumen
1
Memecah kan
telur
1
Memasukkan
telur
1
Menggoreng
telu r
1
Meniriskan
telu r
Gambar Business Picture Mapping Nasi Goreng Telur
4. Perhitungan Tingkat Fleksibilitas pada BMC
Pada tahap selanjutnya, tingkat fleksibilitas pada BMC akan diketahui dengan melakukan
penghitungan terhadap hasil pembobotan BMC dengan fleksibilitas MSD yang telah dilakukan.
Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut:
dof BMC 1=W ij ×dof MSDi
dof BMC 1=0,192×13,64=2,62
Tabel Perhitungan Fleksibilitas BMC 1
Wij dof MSDi dof BMC 1
0,19230
8 13,64% 2,62%
0,11538
5 99,48% 11,48%
0,15384
6 85,05% 13,08%
0,15384
6 85,05% 13,08%
0,03846
2 0% 0,00%
0,07692
3 20,53% 1,58%
0,11538
5 85,05% 9,81%
0,03846
2 1,39% 0,05%
0,11538
5 42,50% 4,90%
Total 56,62%
Odilia, Daniel, Rizka / 13 / Manufacturing System
17. Tabel Rata-rata Fleksibilitas BMC
BMCi Total
1 56,62%
2 47,40%
3 50,83%
4 43,63%
5 43,84%
6 45,12%
7 38,15%
8 49,99%
9 51,97%
Rata-rata 47,51%
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat disimpulkan bahwa rata-rata fleksibilitas
BMC dari UKM Nasi Goreng Jan’Ok adalah 47,51%.
ARGUMENTASI DAN DISKUSI
Dalam mencari tingkat fleksibilitas dari BMC dengan mengintegrasikan BMC dan MSD, perlu
dilakukan identifikasi terhadap setiap elemen BMC yang dimiliki oleh UKM Nasi Goreng Jan’Ok. Hasil
identifikasi ini nantinya akan dibawa pada proses pembobotan BMC. Pembobotan ini dilakukan
dengan memberikan skala likert pada setiap hubungan BMC dan MSD. Skala 1 menunjukkan bahwa
hubungan BMC dan MSD tidak terkait, sedangkan skala 5 menunjukkan bahwa hubungan BMC dan
MSD sangat terkait. Selanjutnya, angka pembobotan hubungan BMC dan MSD dicari dengan
membagi skala kolom terkait dengan jumlah kolom dalam satu elemen BMC. Angka pembobotan ini
menunjukkan seberapa besar bobot hubungan BMC dan MSD bila dibandingkan dengan hubungan
elemen BMC terkait dengan setiap MSD yang ada.
Sedangkan untuk tahap selanjutnya dilakukanlah perhitungan Manufacturing System Design
(MSD) yang mana dari masing-masing MSD yang berjumlah 9 tersebut didapatkan degree of
flexibility. Perhitungan tersebut dilakukan dengan sifat kuantitatif atau berdasarkan besarnya tingkat
fleksibiltas secara angka dari 9 MSD yang terdiri dari customer demand/product variety, production
capacity, production rate, utilization, availability, manufacturing lead time, work in progress, basic
layout design, dan big picture mapping. Sebenarnya dalam mengadakan perhitungan MSD bertujuan
untuk mempersiapkan kapabilitas produksi yang tepat untuk tetap mempertahankan kelancaran
proses produksi tepatnya di UKM Nasi Goreng Jan’ok ini. Dari data yang didapat maka terlihat nilai
MSD 5, dan MSD 8 termasuk 2 dari 9 nilai terkecil secara besarannya yang kurang dari 10% untuk
nilai degree of flexibility-nya. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat fleksibiltas yang
rendah menghasilkan kondisi yang kaku atau cenderung efisien seperti contohnya terjadi
ketidakefisienan yang parah di MSD 5 atau degree of flexibility dari nilai availibilitas yang sangat kaku
karena jumlah fasilitas yang hanya dapat bekerja secara seri yang mengharuskan operator kerja tidak
dapat bekerja optimal saat sebenarnya pekerjaan tersebut berbarengan. Padahal apabila fasilitas
dalam memasak nasi goreng ditambah maka jelas saja tingkat fleksibilitas akan meningkat secara
signifikan dan pada akhirnya akan menghasilkan hasil yang lebih baik. Hal tersebut sangat
berlawanan dengan yang terjadi apabila nilai degree of flexibility pada MSD bernilai tinggi seperti
yang terjadi di MSD 2, MSD 3, MSD 4, MSD 7 yang bernilai lebih dari 80% yang menunjukan bahwa di
keempat kriteria tersebut dapat dinyatakan bahwa kriteria seperti kapasitas produksi, tingkat
Odilia, Daniel, Rizka / 17 / Manufacturing System
18. produktivitas, tingkat utilisasi, dan juga work in progress. Jika nilai yang didapat tinggi maka dapat
disimpulkan bahwa kriteria tersebut memiliki porsi besar dalam memaksimalkan kinerja usaha UKM
Nasi Goreng Jan’ok. Lalu beralih ke keseluruhan nilai MSD yang dirata-rata maka akan didapatkan
nilai yang cukup fleksibel akan tetapi tidak cukup untuk dikatakan sebagai proses produksi yang telah
efisien karena besarnya peluang yang dapat ditambah lagi untuk meningkatkan kinerja. Sebenarnya
data nilai rata-rata MSD yang sebesar 48,08% tersebut masih sangat memungkinkan untuk
memaksimalkan dari kriteria-kriteria yang menurunkan kinerja seperti nilai availibilitas, kemudian
ada nilai mengenai fleksibilitas dari layout produksi dari UKM Nasi Goreng Jan’ok. Jadi sebenarnya
dari nilai-nilai fleksibilitas tersebut yang masih rendah akan dapat diperoleh banyak saran mengenai
perbaikan proses produksi di UKM Nasi Goreng Jan’ok. Seperti contohnya untuk saran yang dapat
meningkatkan nilai availibilitas adalah jelas dengan menambah fasilitas per operatornya yang secara
otomatis juga seharusnya proses produksi dapat dijalankan secara paralel. Dan contoh saran lainnya
untuk layout produksi yang di perhitungan tingkat fleksibiltas untuk kriteria tersebut sangatlah
diutamakan waktu yang berkaitan dengan waktu perpindah material atau waktu material handling
dan juga waktu cycle yang merupakan waktu berjalannya agar mendapat satu produk jadi mulai dari
waktu persiapan kemudian ditambah dengan operasi dan juga waktu nonoperasi lainnya jika ada.
Dari hal-hal tersebut dapat dilihat apabila waktu handling yang lambat akan menimbulkan rendahnya
kinerja. Maka hal tersebut dapat diperbaiki dengan memperbaiki layout, yang mana hal tersebut
dapat diperbaiki dalam masalah jarak antar alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat produk
atau mungkin dapat menggunakan peralatan yang seminim mungkin untuk mengurangi terjadinya
material handling. Selanjutnya ada contoh lain yang mungkin memiliki fleksibilitas lebih baik
daripada availibilitas dan layout akan tetapi sebenarnya masih bersifat mengurangi kinerja usaha
yang mana sebenarnya hal tersebut dapat diperbaiki seperti nilai Manufacturing Lead Time yang
dapat diperbaiki dengan mempercepat proses produksi atau mengurangi waktu yang diperlukan
dalam melakukan suatu aktivitas terkait proses produksi di UKM Nasi Goreng Jan’ok. Dan banyak al
lainnya yang masih dapat diperbaiki apabila menyangkut dengan tingkat fleksibilitas dari suatu
proses produksi khususnya jika melihat rendahnya tingkat fleksibiltas yang ada.
Setelah angka fleksibilitas MSD didapatkan, angka pembobotan BMC dan angka fleksibilitas
MSD dikalikan untuk mendapatkan nilai presentase yang menunjukkan fleksibilitas BMC. Berdasarkan
hasil perhitungan fleksibilitas BMC yang telah dilakukan, nilai fleksibilitas tertinggi dimiliki oleh BMC
1, yaitu key partner sebesar 56,62% menandakan bahwa elemen BMC ini sangat terkait dengan
kemajuan proses bisnis UKM Nasi Goreng Jan’Ok. Inovasi pada bidang ini juga akan sangat
membantu meningkatkan kualitas dari UKM, misalnya penambahan pihak kerja sama yang
membantu memasarkan produk, atau penambahan supplier baru. Angka fleksibilitas BMC yang
terkecil dimiliki oleh BMC 7 sebesar 38,15% yaitu Customer Segments. Level segmen dari UKM Nasi
Goreng Jan’Ok tidak terlalu berpengaruh terhadap kesuksesan proses bisnis yang ada. Hal ini
dikarenakan penjualan dari produk nasi goreng dan mie goreng tidak terpengaruh oleh siapa pembeli
dari produk ini. Hal ini juga dikarenakan oleh semua orang pasti mau membeli makanan, terutama
produk nasi goreng yang umum dinikmati oleh customer. Tingkat feksibilitas tertinggi yang kedua
adalah BMC 9 sebesar 51,97%, yaitu revenue stream. Pendapatan yang masuk ke dalam UKM Nasi
Goreng Jan’Ok sangat menentukan kesuksesan dari proses bisnis. Pendapatan yang meningkat
menandakan bahwa kualitas proses bisnis juga meningkat. BMC 3 (key resources) memiliki tingkat
fleksibilitas sebesar 50,83%, menempati urutan ketiga. Hal ini menandakan bahwa pemilihan dan
pengolahan bahan baku yang tepat akan sangat berpengaruh pada keberhasilan proses bisnis.
Urutan tingkat fleksibilitas selanjutnya dari yang terbesar adalah cost structure, key activities,
channels, customer relationship, dan value proposition.
Odilia, Daniel, Rizka / 18 / Manufacturing System
19. KESIMPULAN
Dari data yang telah dikumpulkan dan diolah melalui identifikasi Business Model Canvas
(BMC) dan juga memperhitungkan Manufacturing System Design (MSD). Dari kedua cara pengolahan
data tersebut maka dapat dianalisis beberapa komponen penting dalam sebuah produksi seperti dari
MSD yang memiliki 9 kriteria khusus dalam menentukan tingkat fleksibilitas. Sedangkan didalam BMC
sendiri terdapat 8 elemen bisnis yang diidentifikasi yang bertujuan untuk membagikan pembobotan
berdasarkan kepentingan saat menjalankan bisnis agar terbentuk strategi bisnis tersendiri. Dengan
data yang telah didentifikasi 8 elemen bisnisnya dan juga 9 kriteria MSDnya maka dapat disimpulkan
dari analisis elemen bisnis yang dijalankan akan didapat tiga kunci terpenting dalam menjalankan
bisnis ini yaitu key activities, key resources, dan juga struktur biaya yang digunakan dalam
menjalankan bisnis seperti UKM Nasi Goreng Jan’ok ini. Selanjutnya untuk hasil analisis 9 kriteria
maka akan didapatkan kriteria yang memiliki tingkat fleksibiltas tinggi yang mana tingkatan
fleksibiltas tersebut telah mendekati optimal dan untuk tingkat fleksibiltas yang rendah masih banyak
hal yang dapat ditingkatkan agar tercipta kelancaran dalam proses produksi.
SARAN
1. Penjelasan mengenai penugasan lebih diperjelas karena materi yang dibahas belum
pernah didapatkan oleh mahasiswa.
2. Bagi UKM, dengan melihat data yang telah diolah sebaiknya UKM dapat mengikuti
beberapa saran yang cocok dilakukan oleh UKM.
3. Bagi mahasiswa, sebaiknya dalam mengerjakan tugas paper dapat mendalami materi
terkait Business Model Canvass dan Manufacturing System Design.
Odilia, Daniel, Rizka / 19 / Manufacturing System
20. REFERENSI
Choizes., 2018. Pengertian Skala Likert dan Contoh Cara Hitung Kuisionernya, diakses pada tanggal 20
Maret dari https://www.diedit.com/skala-likert/
Nindyanto, Adli., 2018. (Tugas Akhir) Strategi Pengembangan Klaster UMKM dengan Pendekatan
Business Model Canvas dan Manufacturing System Design
Singgih, Moses., 2013. Peningkatan Produktivitas Divisi Produksi, diakses pada tanggal 20 Maret dari
http://www.moseslsinggih.org/wp-content/uploads/2013/04/2007-Singgih-M.L-and-R.-
Kristian-Peningkatan-Produktivitas-Divisi-Produksi1.pdf
Hermawan, Aji., Akselerasi Id: Business Model Canvas, diakses pada tanggal 20 Maret dari
http://akselerasi.id/media/Materi_13_-_Business_Model_Canvas.pdf
Akselerasi.id. (2018). [online] Available at: http://akselerasi.id/media/Materi_13_-
_Business_Model_Canvas.pdf [Accessed 21 Mar. 2018].
Pustaka Nasional. (2018). Business Model Canvas - Pustaka Nasional. [online] Available at:
https://www.pustakanasional.com/teknik-industri/business-model-canvas/ [Accessed 21 Mar. 2018].
Odilia, Daniel, Rizka / 20 / Manufacturing System