SlideShare a Scribd company logo
1 of 81
Download to read offline
Skripsi Geofisika
ANALISIS ALUR VEIN KROMIT DI BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN
METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER
OLEH
YUDHI PRAWIRA
H221 08 272
PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
ANALISIS ALUR VEIN KROMIT DI BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN
METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER
YUDHI PRAWIRA
H 221 08 272
PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
i
ANALISIS ALUR VEIN KROMIT DI BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN
METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER
OLEH :
YUDHI PRAWIIRA
H221 0 8272
Diajukan
Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS ALUR VEIN KROMIT DI BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN
METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER
Makassar, Februari 2014
Disetujui Oleh:
Pembimbing Utama
Syamsuddin, S.Si, MT
NIP: 1974 0115 2002 121 001
Pembimbing Pertama
Sabrianto Aswad, S.Si, MT
NIP: 1978 0524 2005 011 002
iii
ABSTRAC
The Research about identifying distribution of chromite by lateral on one of the mine
block at North Kolaka district have finished. Parameters distribution of chromite
vein (statiform) are in form of peridotite rock which is predicted to forming a
groove. In this research, electrical resistivity measurements as six lines using
Wenner-Schlumberger configuration with a certain pattern. Length stretch of each
lines varies between 190 m to 210 m with the smallest space 10 m. Inversion results
all lines are combined based on design the field parameters to obtain pseudo section
3D that describes the continuity chromite vein groove in the peridotite rocks. Groove
of peridotite rocks containing chromites vein (statiform) oriented N E for body
A and N E for body B.
Keywords: Chromite, Peridotite, Resistivity, Vein, Wenner-Schlumberger
iv
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian identifikasi penyebaran kromit secara lateral di salah satu
blok tambang kabupaten Kolaka Utara. Parameter penyebaran kromit statiform
(vein) adalah batuan peridotit yang diprediksikan membentuk sebuah alur. Pada
penelitian ini dilakukan pengukuran geolistrik sebanyak enam (6) lintasan
pengukuran menggunakan konfigurasi Wenner–Schlumberger dengan pola tertentu.
Panjang bentangan setiap lintasan bervariasi antara 190 m hingga 210 m dengan
spasi terkecil 10 m. Hasil inversi ke-6 lintasan disatukan berdasarkan desain
parameter lapangannya untuk memperoleh pseudosection 3D yang menggambarkan
kontinuitas alur vien kromit pada batuan peridotite.
E untuk body A E
untuk body B.
Kata Kunci: Kromit, Peridotit, Resistivitas, Vein, Wenner-Schlumberger
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa
mencurahkan rahmat dan ridho-Nya memberikan kesempatan dan kesehatan
j “Analisis
Alur Vein Kromit Di Bawah Permukaan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi
Wenner-Schlumberger”. S w c da baginda
Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi pada
Jurusan Fisika Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Hasanuddin. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak
langsung. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih
yang tidak terhingga saya hanturkan kepada Ayahanda Ahmadhan M.Arsyad dan
Mama tersayang Hasriati, S.Pd, MM atas segala cinta, kasih sayang, pengorbanan,
kritik, serta doa yang tidak henti-hentinya buat ananda. Buat kakakku Eka Putri
Damayanti dan adikku Nanang Nur Rahman, terima kasih atas dukungan kalian
serta masalah-masalah yang kalian lakukan sehingga saya ikut repot juga,
alhamdulillah dengan masalah-masalah tersebut saya sekarang bisa tangguh dalam
menghadapi segala problema hidup. Buat keponakan ku terima kasih sudah jadi
bahan hiburan ketika saya menghadapi masalah.
vi
Melalui kesempatan ini pula, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Syamsuddin, S.Si,MT selaku pembimbing utama dan Bapak Sabrianto
Aswad, S.Si,MT selaku pembimbing pertama yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat serta
motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Rudi Sutanto, Bapak Muhammad Ramli, ST dan Bapak Rasyid
karaeng Pallangga selaku pembimbing, guru dan orang tua saya di lapangan
yang memberikan ilmu serta pengalaman dalam hidup dan dalam dunia kerja.
3. Bapak Prof.Dr.H.Halmar Halide,M.Sc, Bapak Drs.Lantu,M.Eng.Sc.DESS ,
dan Bapak Dr.Muh. Altin Massinai,MT.Surv sebagai Tim penguji sidang
skripsi. Terima kasih atas segala saran dan kritikan terhadap penulis.
4. BapakDr.Tasrief Surungan,M.Sc selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA
UNHAS atas segala kemudahan dan kebijakannya.
5. Bapak Syamsuddin, S.Si, MT selaku penasehat Akademik yang selalu
memberikan bimbingan kepada penulis selama menempuh studi.
6. Seluruh staff pegawai akademik Jurusan Fisiska dan staff pegawai akademik
FMIPA UNHAS, terima kasih atas bantuannya dalam pengurusan
administrasi selama penulis menempuh kuliah.
7. Seluruh teman-teman Fisika 2008, terima kasih telah menjadi motivasi dan
alasan saya mau ke kampus.
vii
8. Teman-teman Saka Bhayangkara Marching Band, terima kasih atas segala
bentuk perhatiannya. Semoga kegiatan-kegiatan mengenai MB bisa berjalan
terus dan semakin berkembang.
9. Seluruh anak-anak J-Stern, dimanapun kalian berada.
10. “Tujua”, kapten, Panglima, semoga kejadian itu bisa terulang lagi.
Serta kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu,
atas segala perhatian dan bantuannya selama ini. Semoga Allah Azza wa jalla
membalas jasa–jasa kalian.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan dan terutama bagi penulis. Amin Yaa Rabbal Alamin.
Makassar, 24 Februari 2014
Penulis
Yudhi Prawira
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
ABSTRACT......................................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang............................................................................................... 1
I.2. Ruang Lingkup.............................................................................................. 2
I.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Sifat Listrik Batuan...................................................................................... 4
II.2. Metode Geolistrik........................................................................................ 6
II.2.1. Prinsip Kerja Metoda Geolistrik Tahanan Jenis........................... 7
II.2.2. Resistivitas Semu.......................................................................... 9
II.2.3. Konfigurasi Elektroda Metode Tahanan Jenis.............................. 10
II.2.4. Konfigurasi Wenner-Schlumberger.............................................. 13
ix
II.3. Kromit.......................................................................................................... 14
II.3.1. Tipe Cebakan Kromit................................................................................ 16
BAB III METODE PENELITIAN
III.1. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 19
III.2. Metode Pengambilan Data dan Peralatan.................................................. 20
III.3. Pengolahan Data ....................................................................................... 22
III.4. Bagan Alir Penelitian ................................................................................ 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil........................................................................................................... 24
IV.2. Pengolahan Data ....................................................................................... 26
IV.2.1. Inversi data ................................................................................ 26
IV.3. Pembahasan .............................................................................................. 32
IV.3.1. Analisis Penampang 2D............................................................. 32
IV.3.2. Analisis Penampang Pseudo 3D ............................................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan................................................................................................. 42
V.2. Saran .......................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Prinsip kerja Metode Resistivitas. .................................................8
Gambar 2.2. Beberapa konfigurasi elektroda yang digunakan dalam survey
metoda geolistrik tahanan jenis .....................................................10
Gambar 2.3. Dua pasang elektroda arus dan potensial pada permukaan
medium homogen isotropis dengan tahanan jenis ρ ......................11
Gambar 2.4. Pola aliran arus dan bidang ekipotensial antara dua elektroda
arus dengan polaritas berlawanan .................................................12
Gambar 2.5. Pengaturan elektroda konfigurasi Wenner-Schlumberger.............13
Gambar 2.6. Serpentinkromit ................................................................... ........14
Gambar 2.7. Kenampakan mikroskopik mineral kromit ....................................15
Gambar 2.8. a).Lapisan stratiform di Bushveld, Afrika Selatan
b).Lapisan stratiform di lokasi penelitian. .....................................17
Gambar 2.9. Podiform kromit.............................................................................18
Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian .............................................................. ....19
Gambar 3.2. Peralatan Akusisi (Pengambilan Data) .................................... ....20
Gambar 3.3. Desain Bentangan ..................................................................... ....21
Gambar 4.1. Hasil inversi lintasan 1................................................................. ....26
Gambar 4.2. Hasil inversi lintasan 2................................................................. ....27
Gambar 4.3. Hasil inversi lintasan 3................................................................. ....28
xi
Gambar 4.4. Hasil inversi lintasan 4................................................................. ....29
Gambar 4.5. Hasil inversi lintasan 5................................................................. ....30
Gambar 4.6. Hasil inversi lintasan 6................................................................. ....31
Gambar 4.7. Penampang Resistivitas Lintasan 1 ......................................... ....33
Gambar 4.8. Penampang Resistivitas Lintasan 2 ......................................... ....34
Gambar 4.9. Penampang Resistivitas Lintasan 3 ......................................... ....35
Gambar 4.10. Penampang Resistivitas Lintasan 4 ......................................... ....36
Gambar 4.11. Penampang Resistivitas Lintasan 5 ......................................... ....36
Gambar 4.12. Penampang Resistivitas Lintasan 6 ......................................... ....37
Gambar 4.13. Pseudosection 3D ..................................................................... ....39
Gambar 4.14. Bentuk alur peridotite dengan asumsi pertama..................... .......40
Gambar 4.15. Bentuk alur peridotite dengan asumsi kedua .............................. 41
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Nilai Resistivitas Batuan dan Mineral....................................... 5
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Peta Area Penelitian ............................................................ 44
Lampiran 2 Peta Titik Bor ...................................................................... 46
Lampiran 3 Data Bor .............................................................................. 48
Lampiran 4 Peta Penyebaran Anomali.................................................... 53
Lampiran 5 Dokumentasi........................................................................ 55
Lampiran 6 Tabel Pengukuran ................................................................ 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kebutuhan industri akan bahan galian tambang mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun, hal ini menyebabkan kegiatan eksplorasi untuk menemukan dan
menentukan potensi bahan galian yang diinginkan juga mengalami peningkatan.
Selain itu, adanya peningkatan harga jual barang tambang juga menjadi faktor lain
yang menyebabkan terjadinya peningkatan kegiatan ekplorasi. Ada bermacam-
macam jenis barang tambang yang sering dicari, salah satu diantaranya adalah
Krom. Keberadaan krom itu sendiri tidak lepas dari berbagai asosiasi mineral
yang membentuk satu senyawa seperti FeCr2O3 atau Cr2O3.
Indikasi akan adanya bijih Kromit di indonesia terdapat diberbagai wilayah,
khususnya di bagian timur Indonesia. Kabupaten Kolaka Utara merupakan salah
satu wilayah yang menunjukkan adanya indikasi potensi Kromit. Hal ini
disebakan karena terdapat beberapa cebakan Krom berbentuk statiform, vein
Kromit serta bongkah biji Kromit yang terlihat di permukaan. Untuk mengetahui
kelanjutan dari alur vein Kromit tersebut dibutuhkan metode geofisika untuk
mengetahui struktur geologi bawah permukaan tanah yang akurat. Salah satu
metode geofisika yang sering digunakan untuk melakukan kegiatan eksplorasi
dangkal adalah geolistrik.
2
Geolistrik merupakan salah satu bentuk eksplorasi yang menggunakan arus listrik
untuk menyelidiki susunan material yang ada di bawah permukaan bumi. Metode
ini dilakukan melalui pengukuran beda potensial yang ditimbulkan akibat injeksi
arus listrik ke dalam bumi. Sifat-sifat suatu formasi dapat digambarkan oleh tiga
parameter dasar yaitu konduktivitas listrik, permeabilitas magnet, dan permitivitas
dielektrik. Sifat konduktivitas batuan berpori dihasilkan oleh sifat konduktivitas
dari fluida yang mengisi pori, interkoneksi ruang pori dan sifat konduktivitas dari
interfase butiran. Berdasarkan pada harga resistivitas listriknya, suatu struktur
bawah permukaan bumi dapat diketahui material penyusunnya. Metode geolistrik
cukup sederhana, murah dan sangat rentan terhadap gangguan sehingga cocok
digunakan dalam eksplorasi dangkal (Ngadimin, 2001).
Hal tersebut melatarbelakangi penelitian ini karena hal ini tidak lepas dari
kegiatan eksplorasi geofisika yang bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan
vein Kromit dengan menggunakan metoda resistivitas sebagai parameter penentu.
I.2 Ruang Lingkup
Penelitian ini meliputi pengolaha data geolistrik dengan konfigurasi wenner-
schlumberger untuk salah satu blok tambang yang ada di kabupaten Kolaka Utara,
Sulawesi Tenggara.
3
I.3 Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan memperkirakan jalur vein kromit di bawah permukaan
berdasarkan nilai resistivitas.
2. Menghasilkan penampang pseudo 3D untuk melihat penyebaran batuan yang
berasosiasi dengan vein crom secara lateral.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sifat Listrik Batuan
Aliran arus listrik di dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan
konduksi secara dielektrik. Konduksi secara elektronik terjadi jika batuan/mineral
mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam
batuan/mineral tersebut oleh elektron-elektron bebas itu. Konduksi elektrolitik
terjadi jika batuan/mineral bersifat porus dan pori-pori tersebut terisi oleh cairan-
cairan elektrolitik. Sedang konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat
dielektrik terhadap aliran arus listrik yaitu terjadi polarisasi saat bahan dialiri
listrik.
Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan/mineral digolongkan menjadi tiga
yaitu :
 Konduktor baik : 10-1
< ρ < Ω
 Konduktor pertengahan : < ρ < 7
Ω
 Isolator : ρ > 7
Ω
Survei resistivitas akan memberikan gambaran tentang distribusi resistivitas
bawah permukaan. Harga resistivitas tertentu akan berasosiasi dengan kondisi
geologi tertentu. Untuk mengkonversi harga resistivitas ke dalam bentuk geologi
diperlukan pengetahuan tentang tipikal dari harga resistivitas untuk setiap tipe
5
material dan struktur daerah survey. Harga resistivitas batuan, mineral, tanah dan
unsur kimia secara umum telah diperoleh melalui berbagai pengukuran dan dapat
dijadikan sebagai acuan untuk proses konversi (Telford, et al., 1990).
Tabel 2.1 Nilai Resistivitas Batuan dan Mineral (Telford, M.M., Geldart, L.P.,
Sheriff, R.E. 1991. Applied Gephysics, second edition. USA: Cambridge University Press)
Jenis Batuan
Resistivity Range (Ωm)
Wet Dry
- Granite porphyry 4.5 x 103
1.3 x 106
- Feldspar porphyry 4 x 103
- Syenite 102
- 106
- Diorite porphyry 1.9 x 103
2.8 x 104
- Porphyrite 10 – 5 x104
3.3 x 103
Carbonatized porphyry 2.5 x 103
6 x 104
- Quartz diorite 2 x 104
– 2 x 106
1.8 x 105
- Porphyry (various) 60 - 104
- Dacite 2 x 104
- Andesite 4.5 x 104
1.7 x 102
- Diabase (various) 20 – 5 x 107
- Lavas 102
– 5 x 104
- Gabro 103
- 106
- Basalt 10 – 1.3 x 107
Olivine norite 103
– 6 x 104
- Peridotite 3 x 103
6.5 x 103
- Hornfels 8 x 103
6 x 107
- Schists 20 - 104
- Tuffs 2 x 103
105
- Graphite schist 10 - 102
- Slates (various) 6 x 102
4 x 107
- Gneiss (various) 6.8 x 104
3 x 106
- Marble 102
– 2.5 x 108
- Skarn 2.5 x 102
2.5 x 108
- Quartzites (various) 10 – 2 x 108
- Consolidated shale 20 – 2 x 103
- Argilites 10 – 8 x 102
- Conglongmerates 2 x 103
- 104
- Sandstone 1 – 6.4 x 108
- Limestones 50 – 107
Dolomite 3.5 x 102
5 x 103
- Clay 1 – 100
- Marls 3 – 70
- Oil sands 4 – 800
6
Mineral Range Average
- Chalcopyrite 1.2 x 10-5
– 0.3 4 x 103
- Galena 3 x 10-5
– 3 x 102
2 x 10-3
- Chromite 1 - 106
- Specularite 6 x 10-3
- Hematite 3.5 x 10-3
– 10-7
- Limonite 103
– 107
- Magnetite 5 x 10-5
– 5 x 103
- Quartz 4 x 1010
– 2 x 1014
- Bismuthinite 18 – 570 220
- Pyrite 2.9 x 10-5
– 1.5 3 x 10-1
- Cuprite 10-3
– 300 30
II.2 Metode Geolistrik
Metode geolistrik merupakan metode yang menggunakan prinsip aliran arus
listrik dalam menyelidiki struktur bawah permukaan bumi. Aliran arus listrik
dalam mengalir di dalam tanah melalui batuan-batuan dan sangat dipengaruhi oleh
adanya air tanah dan garam yang terkandung di dalam batuan serta hadirnya
mineral logam maupun panas yang tinggi. Oleh karena itu, metode geolistrik
dapat digunakan pada penyelidikan hidrogeologi seperti penentuan aquifer dan
adanya kontaminasi, penyelidikan mineral, survei arkeologi dan deteksi hotrocks
pada penyelidikan panas bumi.
Berdasarkan asal sumber arus listrik yang digunakan, metode resistivitas dapat
dikelompokan kedalam dua kelompok yaitu (Prasetiawati, 2004):
 Metode pasif
Metode ini menggunakan arus listrik alami yang terjadi di dalam tanah (batuan)
yang timbul akibat adanya aktivitas elektrokimia dan elektromekanik dalam
7
materi-materi penyusun batuan. Metode yang termasuk dalam kelompok ini di
antaranya Potensial Diri/Self Potensial (SP) dan Magneto Teluric (MT).
 Metode aktif
Yaitu bila arus listrik yang diinjeksikan (dialirkan) di dalam batuan, kemudian
efek potensial yang ditimbulkan arus buatan tersebut diukur di permukaan.
Metode yang termasuk ke dalam kelompok ini diantaranya metode resistivity dan
Induced Polarization (IP).
II.2.1 Prinsi Kerja Metoda Geolistrik Tahanan Jenis
Metode resistivitas pada dasarnya adalah pengukuran harga resistifitas (tahanan
jenis) batuan. Prinsip kerja metode ini adalah dengan menginjeksikan arus ke
bawah permukaan bumi sehingga diperoleh beda potensial, yang kemudian akan
didapat informasi mengenai tahanan jenis batuan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan keempat elektroda yang disusun sebaris, salah satu dari dua buah
elektroda yang berbeda muatan digunakan untuk mengalirkan arus ke dalam
tanah, dan dua elektroda lainnya digunakan untuk mengukur tegangan yang
ditimbulkan oleh aliran arus tadi, sehingga resistivitas bawah permukaan dapat
diketahui. Resistivitas batuan adalah fungsi dari konfigurasi elektroda dan
parameter-parameter listrik batuan. Arus yang dialirkan di dalam tanah dapat
berupa arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC) berfrekuensi rendah. Untuk
menghindari potensial spontan, efek polarisasi dan menghindarkan pengaruh
kapasitansi tanah yaitu kecenderungan tanah untuk menyimpan muatan maka
8
biasanya digunakan arus bolak balik yang berfrekuensi rendah (Bhattacharya &
Patra, 1968).
Besarnya beda potensial di antara kedua elektroda potensial tersebut selain
bergantung pada besarnya arus yang dialirkan ke dalam bumi, juga bergantung
pada letak kedua elektroda potensial tersebut terhadap letak kedua elektroda arus
yang digunakan. Dalam hal ini tercakup juga pengaruh batuan yang dilewati oleh
arus listrik tersebut. Aturan penempatan keempat elektroda tersebut diatas dalam
istilah Geofisika sering dinamai dengan konfigurasi elektroda (Hendrajaya L.,
1990)
Gambar 2.1 Prinsip kerja Metode Resistivitas (Bhattacharya & Patra, 1968).
9
II.2.2 Resistivitas Semu
Pengukuran resistivitas dilakukan terhadap permukaan bumi yang dianggap
sebagai suatu medium yang homogen isotropis. Pada kenyataannya, bumi
tersusun atas komposisi batuan yang bersifat heterogen baik ke arah vertikal
maupun horisontal. Akibatnya objek batuan yang tidak homogen dan beragam
akan memberikan harga resistivitas yang beragam pula. Sehingga resistivitas yang
diukur adalah resistivitas semu. Harga tahanan jenis semu ini tergantung pada
tahanan jenis lapisan–lapisan pembentuk formasi dan konfigurasi elektroda yang
digunakan. Tahanan jenis semu dirumuskan sebagai:
(II.1)
dengan K adalah faktor geometri susunan elektroda yang berdimensi panjang.
Beberapa hal yang mempengaruhi nilai resistivitas semu adalah sebagai berikut
(Prasetiawati, 2004):
1. Ukuran butir penyusun batuan, semakin kecil besar butir maka kelolosan arus
akan semakin baik, sehingga mereduksi nilai tahanan jenis.
2. Komposisi mineral dari batuan, semakin meningkat kandungan mineral clay
akan mengakibatkan menurunnya nilai resisivitas.
3. Kandungan air, air tanah atau air permukaan merupakan media yang
mereduksi nilai tahanan jenis.
4. Kelarutan garam dalam air di dalam batuan akan mengakibatkan
meningkatnya kandungan ion dalam air sehingga berfungsi sebagai
konduktor.
10
5. Kepadatan, semakin padat batuan akan meningkatkan nilai resistivitas
II.2.3 Konfigurasi Elektroda Metode Tahanan Jenis
Ada beberapa cara pengaturan elektroda ini yaitu metoda Wenner, metoda Pole-
pole, metoda Pole-dipole, metoda Dipole-dipole dan metoda Schlumberger.
Dengan C1 dan C2 adalah elektroda-elektroda arus, P1 dan P2 adalah elektroda-
elektroda potensial, a adalah spasi elektroda, n adalah perbandingan jarak antara
elektroda C1 dan P1 dengan spasi a.
Gambar 2.2 Beberapa konfigurasi elektroda yang digunakan dalam survey metoda
geolistrik tahanan jenis (Loke,2004)
11
Apabila terdapat dua elektroda arus yang dibuat dengan jarak tertentu seperti
Gambar 2.3, potensial pada titik-titik dekat permukaan akan dipengaruhi oleh
kedua elektroda arus tersebut.
Gambar 2.3 Dua pasang elektroda arus dan potensial pada permukaan medium homogen isotropis
dengan tahanan jenis ρ (Bahri, 2005)
Potensial pada titik P1 akibat elektroda arus C1 adalah (Reynolds, 1997 dalam
Bahri, 2005):
(II.2)
Karena arus pada kedua elektroda sama dan berlawanan arah, maka potensial pada
titik P1 akibat elektroda arus C2 dapat ditulis,
(II.3)
Sehingga potensial pada titik P1 akibat elektroda arus C1 dan C2 adalah,
(II.4)
12
Gambar 2.4 Pola aliran arus dan bidang ekipotensial antara dua elektroda arus dengan polaritas
berlawanan (Bahri, 2005)
Dengan cara yang sama, potensial pada P2 akibat elektroda arus C1 dan C2
adalah,
(II.5)
Akhirnya, beda potensial antara P1 dan P2 dapat ditulis sebagai,
(II.6)
Atau dapat ditulis
(II.7)
K adalah faktor geometri yang besarnya sangat tergantung dari jarak antar
elektroda yang digunakan dalam pengolahan data.
13
II.2.4 Konfigurasi Wenner-Schlumberger
Konfigurasi ini merupakan gabungan antara konfigurasi Wenner dan konfigurasi
Schlumberger. Konfigurasi Wenner-Sclumberger mempuyai penetrasi maksimum
kedalaman 15% lebih baik dari konfigurasi Wenner.
Faktor geometri dari konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger adalah :
K = π n (n + 1) a (II.8)
Dimana a adalah jarak antara elektroda P1 dan P2, serta r adalah perbandingan
antara jarak elektroda C1 – P1 dengan P1– P2. Nilai reistivitas semu dirumuskan :
ρsemu = K.R (II.9)
Gambar 2.5 Pengaturan elektroda konfigurasi Wenner-Schlumberger(Loke,2004)
Keunggulan dari konfigurasi Wenner - Schlumberger dibanding dengan
konfigurasi lainnya antara lain :
 Karena elektroda arus dan elektroda potensial selalu berubah-rubah maka
konfigurasi ini sensitif terhadap adanya ketidak homogenan lokal, seperti
lensa-lensa dan gawair-gawir.
14
 Karena jarak elektoda potensial cukup besar maka beda potensial yang
terukur di antaranya juga cukup besar sehingga pengukuran yang dilakukan
cukup sensitif.
 Cocok untuk memetakan batuan bawah permukaan dengan cakupan yang
dalam.
II.3 Kromit
Kromit adalah suatu mineral oksida dengan bentuk oktahedral yang terbentuk
akibat proses kristalisasi magma pada suhu 1200 o
C. Kromit merupakan mineral
oksida dari besi kromium dengan komposisi kimia (FeCr2O3) dan bijih logam
kromium. Mineral ini terdapat di dalam batuan beku ultrabasa seperti peridotit.
Selain itu, terdapat pula pada serpentin dan batuan metamorf lainnya yang
terbentuk dari alterasi batuan beku ultrabasa. Mineral ini terbentuk pada
temperatur yang sangat tinggi dan pada bagian bawah dari tubuh magma, dimana
proses kristalisasi terjadi. (Hasan R.S.,1998)
Gambar 2.6 Serpentinkromit (Mottana dkk, 1977)
15
Mineral dengan komposisi kimia FeCr2O4 ini memiliki warna hitam dan coklat
kehitaman. Goresan dari mineral ini berwarna coklat gelap dengan kilap logam.
Mineral ini tidak berupa mineral transparan melainkan mineral opak yang tidak
memiliki belahan. Kekerasannya 5,5-6 dan berat jenisnya 4,5-4,8.
Gambar 2.7 Kenampakan mikroskopik mineral kromit (Mottana dkk, 1977)
Beradasarkan gambar di atas mineral kromit ditunjukkan oleh warna abu-abu
terang, yang berasosiasi dengan silika ditunjukkan oleh warna abu-abu gelap.
Sedangkan warna hitam adalah lubang-lubang poles
Kromit digunakan sebagai bijih utama dari kromium. Sekitar 76% produksi
kromit dunia digunakan untuk industri logam terutama metal alloy dan sisanya
untuk industri refraktory, foundry, kimia dan industri keramik. Kromit juga
digunakan dalam pembuatan batu bata tahan api untuk lapisan dapur api.
(Intan,2011).
16
II.3.1 Tipe Cebakan Kromit
Berdasarkan tipe cebakan, Kromit dibagi atas :
1. Cebakan Primer : terdiri dari cebakan stratiform dan cebakan podiform
2. Cebakan Sekunder : terdiri dari bijih laterit dan plaser
 Cebakan Stratiform
Cebakan stratiform kromit terbentuk akibat proses kristalisasi pada ruang magma,
dimana bentuk cebakan berupa lapisan kromit tipis dan memiliki sifat homogen.
Kromit adalah salah satu mineral pertama yang terbenam, berkerut dan
mengkristal sebelum mengendap dalam ruang-ruang magma. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya lapisan-lapisan kromit yang tipis dan homogen, serta
memperlihatkan batas yang jelas antara lapisan bijih kromit dengan lapisan batuan
induk. Pada celah-celah antara lapisan dijumpai mineral-mineral silikat dalam
jumlah yang cukup besar dan secara nyata akan mempengaruhi kadar dan ukuran
butir kromit. Lapisan stratiform ini berupa lapisan lateral yang menerus dan kaya
akan kromit. Ketebalan lapisan hanya beberapa milimeter serta keterdapatannya
saling bergantian dengan lapisan silika. Lapisan silika ini berada di dalam batuan
mafik dan ultramafik seperti dunit, peridotit, piroksenit, dan berbagai jenis batuan
mafik dan ultramafik lain yang tidak melebihi gabro. Pada umumnya terdapat
pada lapisan intrusi basaltik seperti yang terdapat di Bushveld Compleks, Afrika
Selatan.
17
Berikut adalah model-model lapisan stratiform di beberapa negara :
Gambar 2.8 a.Lapisan stratiform di Bushveld, Afrika Selatan (Mottana dkk, 1977),
b. Lapisan stratiform di lokasi penelitian..(Sutanto,2010)
 Cebakan Podiform
Cebakan podiform kromit merupakan cebakan berbentuk lensa-lensa dengan
ukuran yang bervariasi. Kebanyakan tipe cebakan podiform termasuk Al-rich
chromite. Tubuh massive dari kromit ini didominasi oleh dunit (kaya olivin) dan
berasosiasi dengan peridotit. Tipe cebakan ini banyak ditemukan di sepanjang
zona patahan dan lingkar pegunungan.
Cebakan podiform terdapat di Troodos Complex (Cyprus), semile (Oman), Turki,
Saudi Arabia, dan Kaledonia baru. Di indonesia, cebakan ini dijumpai di
indonesia bagian timur (Sulawesi, Halmahera, Gebe, dan Gag).
Endapan besar kromit terjadi sebagai polong lensa, atau lapisan dalam ophiolit
batuan ultrabasa. Secara tektonik, keberadaannya di bawah kerak dan mantel atas
batuan ultrabasa. Endapan tipe podiform ini juga terbentuk sebagai proses
magmatik primer. Umur mineralisasi dari kromit adalah pada Mesozoikum muda.
Kromit berasosiasi dengan peridotit, hasburgit, dan dunit. Adapun gangue mineral
dari endapan diantaranya Olivin, Serpentin, Orthopirosin, dan Magnetit.
18
Model genetik dari cebakan podiform ini berupa fraksi awal dimana kromit
berasal dari cairan basal, baik tepat pada transisi bawah kerak mantel di saku
magma atau mungkin dalam sisa mantel hasburgit. Selain itu, bisa juga tepat di
atas transisi kerak-mantel yang menyatukan lapisan dalam dunit di dasar ruang
magma.
Cadangan bijih podiform sangat bervariasi tetapi sangat kecil dibandingkan
dengan cebakan stratiform, yaitu dari beberapa ton hingga satuan juta ton. Lebih
dari setengah cadangan bijih podiform dunia dikelompokkan sebagai kromit kaya
alumunium. Di Indonesia, endapan kromit termasuk tie podiform, yang pada
umumnya tersebar di Indonesian bagian Timur. Bentuk endapan, berupa
perlapisan dan lensa-lensa di dalam batuan piroksen-peridotit.(Intan,2011).
Gambar 2.9 Podiform kromit (Anonim)
19
BAB III
METODOLOGI
III.1 Lokasi Penelitian
Lokasi daerah penelitian terletak pada salah satu blok tambang yang terdapat di
kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
20
III.2 Metode Pengambilan Data dan Peralatan
1) Peralatan
 Alat ukur tahanan jenis Naniura NRD300HF
 Elektroda
 2 Buah Meteran
 Kabel penghubung
 Palu
 2 Buah aki 12 Volt
 GPS
 Kompas Geologi
 Alat tulis menulis untuk pencatatan data (table, diagram dan kalkulator)
 Handy Talky 3 unit.
Gambar 3.2 Peralatan Akusisi (Pengambilan Data)
21
2) Metoda Pengukuran
Pada kegiatan ini dilakukan pengukuran sebanyak 6 lintasan pengukuran. Metode
yang digunakan berupa wenner - sclhumberger dengan panjang lintasan 200 m
dan spasi 10 m. Dimana 4 lintasan ditempatkan saling sejajar dan 2 lintasan dibuat
melintang melewati 4 lintasan sejajar tadi, sehingga ke 6 lintasan tersebut
membentuk gambar seperti pada gambar.
Gambar 3.3 Desain Bentangan
22
III.3 Pengolahan Data
1. Data hasil pengukuran yang diperoleh di lapangan berupa data nilai arus
(I) dan beda potensial (V) di input ke dalam Ms.Exel.
2. Gunakan persamaan II.8 untuk menentukan nilai faktor geometri(K) untuk
konfigurasi Wenner Schlumberger.
3. Menentukan nilai resistivitas semu (ρsemu) menggunakan persamaan II.9
untuk setiap datum.
4. Data dimasukkan ke dalam bentuk ekstensi .dat file sesuai dengan format
data res2divn. Kemudian inversi data tersebut menggunakan res2divn
untuk memperoleh penampang pseudo 2D
5. Menggabungkan semua penampang 2D menjadi pseudo 3D.
6. Interpretasi penyebaran vein Kromit secara lateral menggunakan hasil dari
pemodelan pseudo 3D.
23
III.4 Bagan Alir Penelitian
Persiapan
Inversi Data
Menghitung Resistivitas
Semu
Pemodelan
Pengambilan Data
Interpretasi
Desain Parameter
Lapangan
Data Arus (I) & Potensial
(V)
Data GeologiFaktor Geometri (K)
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN
IV.1 Hasil
 Lintasan 1 : Panjang lintasan pengukuran 190 m, dengan arah lintasan Utara -
Selatan. Menggunakan spasi 10 m sehingga menghasilkan 81 datum point (dp).
Kedalaman permukaan bumi yang terukur dari hasil inversi adalah 39,6 meter
. Ω – 4 Ω RMS
58.4%.
 Lintasan 2 : Panjang lintasan pengukuran 210 m, dengan arah lintasan Selatan-
Utara. Menggunakan spasi 10 m sehingga menghasilkan 100 datum point (dp).
Kedalaman permukaan bumi yang terukur dari hasil inversi adalah 39,6 meter
. 5 Ω – 533 Ω RMS
67.4%.
 Lintasan 3 : Panjang lintasan pengukuran 210 m, dengan arah lintasan Selatan-
Utara. Menggunakan spasi 10 m sehingga menghasilkan 100 datum point (dp).
Kedalaman permukaan bumi yang terukur dari hasil inversi adalah 39,6 meter
. 5 Ω – 6 Ω RMS
78.1 %.
 Lintasan 4 : Panjang lintasan pengukuran 190 m, dengan arah lintasan Selatan-
Utara. Menggunakan spasi 10 m sehingga menghasilkan 81 datum point (dp).
Kedalaman permukaan bumi yang terukur dari hasil inversi adalah 39,6 meter
25
dengan rentang resistivitas berkisar 3.64 Ω – 4 Ω RMS 4 .
%.
 Lintasan 5 : Panjang lintasan pengukuran 210 m, dengan arah lintasan Timur-
Barat. Menggunakan spasi 10 m sehingga menghasilkan 100 datum point (dp).
Kedalaman permukaan bumi yang terukur dari hasil inversi adalah 39,6 meter
. 6 Ω – Ω RMS
94.9%.
 Lintasan 6 : Panjang lintasan pengukuran 210 m, dengan arah lintasan Timur-
Barat. Menggunakan spasi 10 m sehingga menghasilkan 100 datum point (dp).
Kedalaman permukaan bumi yang terukur dari hasil inversi adalah 39,6 meter
. 6 Ω – 5 Ω RMS
80.7%.
26
IV.2 Pengolahan Data
IV.2.1 Inversi Data
Nilai resistivitas semu setiap datum yang diperoleh melalui pengukuran di
lapangan kemudian diinversi menggunakan software res2dinv untuk memperoleh
penampang resistivitas 2D. Hasil inversi ini merupakan representatif keadaan
bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitasnya. Berikut merupakan hasil
inversi setiap lintasan.
 Lintasan 1
Lintasan yang dibuat membentang dari Utara-Selatan, yang diperkirakan akan
berpotongan dengan alur batuan dasar (peridotite) yang berasosiasi dengan
mineral kromit. Adapun alur batuan tersebut diperkirakan membentuk jalur yang
membentang dengah arah Timur-Barat dan sebagian alur tersebut terlihat di
permukaan.
Gambar 4.1 Hasil inversi lintasan 1
27
Pada gambar penampang VI.1 dapat dengan jelas terlihat adanya nilai resistivitas
yang tinggi pada posisi 45-70 meter dengan kedalaman 7.5- 24.9 meter, dimana
nilai tersebut menunjukkan adanya batuan dasar yang kompak (peridotite)
sehingga memberikan hambatan yang relatif besar terhadap aliran listrik. Untuk
sementara nilai tersebut bisa diinterpretasikan sebagai boulder.
 Lintasan 2
Lintasan 2 dibuat membentang sejajar dengan lintasan 1, hal ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kelanjutan alur batuan dasar yang terlihat pada permukaan dan
pada penampang lintasan 1. Posisi alur batuan dasar dapat dilihat pada Peta
kondisi daerah penelitian (Lampiran 1)
Gambar 4.2 Hasil inversi lintasa 2
Adanya nilai resistivitas yang memiliki nilai relatif tinggi terletak pada kedalaman
18.5 m - 39.6 m pada meter ke 115 m – 145 m seperti pada gambar IV.2. Hal
tersebut menunjukkan adanya anomali, dimana anomali tersebut dapat
28
diasumsikan sebagai suatu satuan yang kompak sehingga hambatan terhadap arus
listrik pada area tersebut relatif cukup besar.
 Lintasan 3
Lintasan 3 merupakan lintasan sejajar ke-3 yang berada persis setelah lintasan 2
dengan arah bentangan Selatan-Utara.
Gambar 4.3 Hasil inversi lintasan 3
Gambar IV.3 menunjukkan adanya kesamaan dengan lintasan sebelumnya
yakni letak dari posisi nilai resistivitas yang dianggap sebagai anomali, letak
anomali juga berada pada 115 m -145 m pada lintasan akan tetapi posisi
kedalaman yang berbeda, pada lintasan ini anomali tersebut berada pada
kedalaman ± 31 m. Dikatakan sebagai anomali karena adanya nilai resistivitas
yang relatif besar dibandingkan dengan nilai resistivitas disekitarnya.
29
 Lintasan 4
Lintasan 4 ini merupakan lintasan sejajar yang ke-4 yang terletak ±80 m dari
lintasan sebelumnya, yakni lintasan 3.
Gambar 4.4 Hasil inversi lintasan 4
Sama halnya dengan lintasan 3, lintasan 4 ini memiliki posisi anomali yang
hampir sama juga dengan posisi anomali pada lintasan sebelumnya akan tetapi
posisi kedalaman anomali tersebut sedikit berbeda dengan posisi anomali pada
lintasan sebelumnya. Posisi anomali pada lintasan ini berada pada 110 m – 125 m
pada lintasan dengan kedalaman ±35 meter. Keseragaman terhadap 2 lintasan
sebelumnya mengindikasikan adanya anomali yang bersifat homogen dan
memiliki kemungkinan adanya kesinambungan atau hubungan antara anomali
yang terdapat pada lintasan 4 ini dengan anomali yang ada pada lintasan lain
sebelumnya.
30
 Lintasan 5
Berbeda dengan 4 lintasan sebelumnya, lintasan 5 ini merupakan lintasan yang
dibuat berpotongan (crossing) terhadap 4 lintasan sejajar sebelumnya. Lintasan ini
membentang dari arah Barat-Timur dan berpotongan persis pada sisi selatan dari 4
lintasan sejajar sebelumnya. Dapat dilihat pada peta area penelitian (Lampiran 1).
Gambar 4.5 Hasil inversi lintasan 5
Adapun anomali terdeteksi menyebar pada kedalaman ±25 meter. Hal tersebut
menjelaskan adanya pola penyebaran anomali yang cukup menarik, hal tersebut
dikarenakan adanya hasil inversi lintasan 5 seperti yang terlihat pada gambar IV.5
menyebabkan pola penyebaran anomali dalam hal ini adalah area yang memiliki
nlai resistivitas yang tinggi menjadi rumit, sehingga utuk menginterpretasikannya
secara geologi membutuhkan beberapa data geologi dalam bentuk data bor
(Borhole).
31
 Lintasan 6
Lintasan selanjutnya yaitu lintasan 6, dimana lintasan ini memiliki posisi yang
sejajar dengan lintasan 5 dan memotong lintasan 1 hingga lintasan 4. Hasil dari
inversi data lintasan 6 menghasilkan penampang (pseudosection) seperti pada
gambar IV.6.
Gambar 4.6 Hasil inversi lintasan 6
Hal ini menyebabkan anomali dari hasil inversi lintasan 6 tersebut berada pada
kedalaman yang relatif lebih dalam sehingga yang terdeteksi pada penampang
hasil inversi hanya sebagian kecil atau hanya bagian atas permukaan alurnya saja.
32
IV.3 Pembahasan
IV.3.1 Analisis Penampang 2D
Inversi ke-6 lintasan menghasilkan penampang resistivitas yang masih perlu
dikoreksi. Hal ini dilakukan untuk menyeragamkan interval kontur resistivitas
setiap lintasan sesuai dengan keadaan geologi maupun litologi lokal yang terdapat
pada lokasi penelitian.
Berdasarkan penampang bawah permukaan yang telah dikoreksi, dapat terlihat
dengan jelas posisi dari batuan dasar (peridotite). Batuan peridotite tersebut
memilki nilai resistivitas antara 1.6 x 103
dalam keadaan 0,1% kandungan H2O
dan 3 x 103
dalam kondisi kering (Telford, et al., 1990).
Kondisi lokasi yang berada tidak jauh dari pesisir laut (Lampiran 1) menyebabkan
intrusi air laut sangat mempengaruhi hasil pembacaan sehingga nilai resistivitas
batuan peridotite memiliki kemungkinan pembacaan yang relatif lebih rendah.
Faktor lain yang juga menyebabkan pengambilan data menghasilkan bacaan yang
relatif rendah adalah kondisi batuan peridotite pada lokasi ini dipengaruhi oleh
struktur geologi berupa rekahan-rekahan. Rekahan-rekahan tersebut diisi oleh
mineral-mineral logam maupun intrusi dari air laut yang bersifat sebagai
penghantar listrik (konduktor), dalam hal ini mineral logam yang dimaksud adalah
kromit. Pengaruh keadaan geologi tersebut menjadi faktor maupun alasan penting
mengenai nilai resistivitas batuan peridotite yang relatif rendah dibandingkan
dengan yang ditetapkan oleh Telford dkk.
33
Adanya pertimbangan mengenai keadaan geologi lokal pada area penelitian ini,
maka interval kontur resistivitas setiap lintasan dibuat seragam dengan prioritas
≥ Ω
dasar. Hal tersebut juga didukung dengan adanya data bor (Lampiran 5) yang
menjelaskan litologi bawah permukaan secara real. Sedangkan untuk nilai
< Ω
rendah (limonite) yang memiliki kandungan unsur besi (Fe) yang tinggi.
Kandungan unsur besi (Fe) yang tinggi serta pengaruh dari intrusi air laut
menyebabkan nilai resistivitas yang terukur relatif rendah.
Adapun hasil koreksi dari inversi data resistivitas menghasilkan penampang 2D
untuk setiap lintasan yang sesuai dengan penjelasan geologi lokal pada lokasi
penelitian. Berikut adalah hasil koreksi untuk setiap lintasan.
Gambar 4.7 Penampang resistivitas lintasan 1
Indikasi bentuk batuan dasar pada lintasan 1 ini menyerupai bentuk body seperti
yang ada pada gambar (indikasi). Hal tersebut relatif sangat sesuai dengan data
litologi yang diperoleh dari hasil pengeboran. Data bor pada lintasan ini
memberikan informasi bawah permukaan berupa informasi lapisan serta data
Indikasi
A
B
Efek intrusi
Data bor
34
mengenai kandungan kimia tiap meter lapisan. Dari data bor pada lintasan ini kita
dapat mengetahui posisi kedalaman sebenarnya dari body batuan dasar. Data bor
(Lampiran 5) menunjukkan body alur batuan poridotite terdapat pada kedalaman
±10 meter dari permukaan tanah dengan ketebalan mencapai ±15 meter.
Bentuk anomali yang diasumsikan sebagai batuan dasar pada penampang hasil
inversi seperti pada Gambar IV.7 memperkuat dugaan adanya bentuk batuan dasar
yang menyerupai alur di bawah permukaan.
Gambar 4.8 Penampang resistivitas lintasan 2
Lintasan berikutnya adalah lintasan 2. Memiliki posisi yang sejajar dengan
lintasan 1, dimana lintasan ini bertujuan untuk mengindikasikan lekukan alur yang
terlihat pada lintasan 1 sebelumnya.
Indikasi anomali batuan peridotite sebagai batuan dasar terlihat sangat jelas pada
hasil inversi dan juga setelah data diolah. Data litologi dari hasil pengeboran juga
menunjukkan hal positif mengenai kelanjutan dari alur batuan. Ukuran dari
anomali juga terlihat semakin massive dibandingkan yang terlihat pada lintasan
sebelumnya. Pengaruh akan intrusi air laut juga terlihat pada penampang ini,
dimana air laut memiliki kemungkinan mengintrusi lapisan tanah yang memiliki
kandungan nikel rendah (limonite).
Indikasi
C
D
Efek intrusi
Data bor
35
Data bor yang terdapat pada lintasan 1 dan 2 memperkuat data resistivitas
sehingga keberadaan body batuan dasar menjadi lebih faktual. Data bor yang
terdapat pada lintasan 2 menunjukkan hal yang relatif sama dengan data
resistivitasnya. Susunan lapisan tanah yang lapisannya relatif homogen walaupun
dengan ketebalan yang berbeda. Posisi kedalaman body batuan peridotite pada
lintasan ini mencapai kedalaman ±37 meter, didesain untuk menlihat bentuk dari
body alur batuan peridotite sehingga titik bor diupayakan tepat pada bagian sisi
luar body. Dari hasil data bor dapat diasumsikan bentuk body pada lintasan ini
menyerupai bentuk body yang ada pada lintasan 1.
Gambar 4.9 Penampang resistivitas lintasan 3
Lintasan 3 pada gambar berada pada ketinggian 27 meter dari permukaan laut
hingga 35 meter dari permukaan laut. Pada meteran 40 – 70 menunjukkan
pengaruh dari intrusi air laut, sedangkan pengaruh genangan air yang cukup besar
pada permukaan ditunjukkan pada meteran 130 – 185. Indikasi batuan dasar pada
penampang tersebut terlihat memiliki posisi yang semakin dalam jika dibandikan
dari penampang pada lintasan sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan oleh
IndikasiEfek intrusi
E F
36
pengaruh perbedaan elevasi, dimana lintasan 3 ini berada pada ketinggian lebih
tinggi dibandingkan lintasan sebelumnya.
Gambar 4.10 Penampang resistivitas lintasan 4
Dari Gambar IV.10 di atas menunjukkan anomali yang diasumsikan sebagai
kelanjutan alur batuan dasar berada pada posisi yang hampir sama dengan posisi
anomali pada 2 lintasan sebelumnya. Hal ini menunjukkan arah alur batuan
peridotite yang memiliki potensi cebakan primer kromit (statiform) mengarah ke
arah barat menerus hingga mencapai batuan dasar dalam hal ini batuan peridotite
dalam jumlah massive. Pengaruh adanya beda elevasi terhadap 3 lintasan
sebelumnya menyebabkan posisi anomali yang terletak semakin dalam.
Gambar 4.11 Penampang resistivitas lintasan 5
Indikasi
Indikasi
G H
J
I
J
37
Selanjutnya, lintasan 5 yang merupakan lintasan yang posisinya memotong
lintasan 1 hingga 4. Letak lintasan yang berdekatan dengan laut menyebabkan
intrusi air laut sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Adapun elevasi terendah
pada penampang tersebut menjelaskan hal tersebut sedangkan pada elevasi tinggi
(40 m- 60 m) kemungkinan disebabkan oleh air dari pegunungan maupun intrusi
air laut yang diakibatkan oleh sifat porositas yang dimiliki oleh batuan maupun
material hasil laterisasi.
Indikasi batuan dasar terlihat sangat jelas. Adapun lapisan yang menutupi batuan
dasar tersebut diindikasikan sebagai hasil dari laterisasi yang berlangsung pada
daerah tersebut.
Penampang lintasan 5 ini menimbulkan kecenderungan adanya percabangan alur
batuan yang terbaca pada lintasan 1 hingga lintassan 4. Kecenderungan lainnya
yaitu indikasi batuan peridotite pada lintasan 5 merupakan ujung lain dari alur
batuan peridotite yang berasal pada formasi batuan peridotite massive yang sama
dengan alur yang terdapat pada lintasan 1 hingga 4.
Gambar 4.12 Penampang resistivitas lintasan 6
Indikasi
K
L
38
Lintasan berikutnya yaitu lintasan 6, merupakan lintasan yang memotong lintasan
1 hingga 4, sama halnya dengan lintasan sebelumnya yaitu lintasan 5. Akan tetapi
posisi lintasan ini berjarak lebih jauh dibandingkan lintasan 5. Sehingga pengaruh
intrusi air laut pada lintasan ini tidak sebesar lintasan lainnya. Kondisi permukaan
yang relatif lembab saat pengambilan data di lapangan berlangsung
mengakibatkan pembacaan nilai resistivitas yang diperoleh relatif rendah. Adanya
aliran sungai di sekitar lintasan 6 dapat dijadikan sebagai faktor penyebab
pembacaan nilai resistivitas menjadi relatif rendah.
Adapun posisi indikasi batuan dasar berada cukup dalam dan merupakan
kelanjutan alur batuan dasar karena pada posisi tersebut merupakan perpotongan
lintasan ini dengan lintasan 3 dimana lintasan tersebut membentuk suatu indikasi
alur batuan dasar setelah mendapat dukungan data dari dua lintasan sebelumnya.
IV.3.2 Analisis Penampang Pseudo 3D
Komposisi material peridotite relatif lebih kompak dibandingkan dengan material
penyusun lapisan tanah yang terdapat pada lokasi penelitian, sehingga batuan
peridotite cenderung akan memberikan hambatan terhadap arus listrik dan
≥ Ω . Resistivitas
yang relatif lebih tinggi ini dapat diindikasikan sebagai resistivitas batuan dasar.
Apabila setiap penampang resistivitas yang diperoleh dari hasil pengukuran di
lapangan mengidentfikasikan adanya nilai resistivitas yang relatif tinggi, maka
dapat diindikasikan sebagai batuan dasar. Jika posisi indikasi batuan dasar
39
berdasarkan nilai resistivitas pada tiap penampang berada pada posisi yang relatif
hampir sama, maka kemungkinan adanya alur batuan dasar di bawah permukaan
dapat ditentukan.
Gambar 4.13 Pseudosection 3D
Penentuan alur batuan dasar bertujuan untuk mendeteksi alur cebakan primer
kromit juga. Hal tersebut dikarenakan cebakan statiform yang menjadi prioritas
penambangan berada pada batuan dasar. Dimana mineral kromit tersebut mengisi
rekahan-rekahan pada batuan dasar. Rekahan-rekahan tersebut terbentuk karena
adanya pengaruh endogen yang menyebabkan batuan dasar mengalami proses
merekah. Jika rekahan-rekahan pada batuan dasar tersebut terisis oleh magma dari
perut bumi yang kaya akan kandungan kromit, maka akan membentuk cebakan
statiform yang kaya akan kromit.
40
Indikasi batuan dasar yang terdapat pada lintasan 5 (Body B) memunculkan dua
kemungkinan terkait alur batuan dasar yang mengandung vein kromit tersebut.
Pertama, arah alur batuan peridotite memanjang dari 1 hingga lintasan ke-4 (Body
A) dan mencapai formasi batuan peridotite yang bersifat massive, sedangkan
untuk indikasi batuan peridotite yang terdeteksi pada lintasan 5 merupakan alur
lain dari batuan dasar (peridotite), akan tetapi diprediksikan berasal dari formasi
batuan peridotite massive yang sama. Seperti pada gambar IV.14.
Gambar 4.14 Bentuk alur peridotite dengan asumsi pertama
A
B
41
Kedua, indikasi batuan dasar (peridotite) yang terdapat pada lintasan 5 (Body
j c .
3 c
NE seperti pada gambar IV.15 dengan kata lain body A
dan body B saling berhubungan dan diprediksikan mengarah ke formasi batuan
peridotite yang massive.
Gambar 4.15 Bentuk alur peridotite dengan asumsi kedua
A
B
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Alur batuan peridotite merupakan parameter untuk mengidentifikasi
penyebaran vein kromit di bawah permukaan, dengan asumsi nilai
≥ Ω . yang
mengandung NE untuk body A.
Sedangkan untuk body B dengan ara NE pada lintasan 5 membentuk 2
kemunkinan. Pertama, body B terhubung langsung dengan body A. Kedua,
body A dan B tidak terhubung secara langsung akan tetapi berasal dari satu
formasi batuan peridotite massive yang sama.
2. Bentuk pola penyebaran maupun arah alur batuan dasar (peridotite) sebagai
parameter penyebaran vein kromit (Statiform) dapat digambarkan
menggunakan pseudosection 3D.
V.2 Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti mengenai analisis kimia batuan
untuk menentukan pengaruh kandungan kimia pada batuan terhadap nilai
resistansinya.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan software FOXLER dalam
proses pengolahannya untuk memperoleh tampilan yang lebih baik.
43
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, 2005. Hand Out Mata Kuliah Geofisika Lingkungan dengan topik Metoda
Geolistrik Resistivitas, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
ITS, Surabaya.
Hasan R.S.,1998,Mineral Kromit Di Indonesia.Puslitbang Geologi. Bandung.
Hendrajaya, L., Idam Arif. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Bandung: ITB.
Intan,S.D., 2011.Endapan Kromit Magmatik. Jurnal Pertambangan.
Loke, M.H., Rapid 2D Resistivity & IP Inversion using the least-square method,
Geotomo Software, Malaysia, 2004.
Mottana, Annibale, Rodolfo Crespi, and Giuseppe Liborio (1977). Rocks
and Minerals.Simon&Schuster;NewYork.
Nabeel,F.,dkk.2013. Analisa Sebaran Fosfat dengan Menggunakan Metode
Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger : Studi Kasus Saronggi,
Madura. Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 2, No.1
Prasetiawati, Lukei, 2004. Aplikasi metode resistivitas dalam eksplorasi
Endapan laterit nikel serta studi perbedaan Ketebalan endapannya
berdasarkan morfologi Lapangan: Penelitian Lapangan. Skripsi (Tidak
dipublikasikan). Program Sarjana Sains FMIPA, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Telford, W. M., G , L. P. S , R. ., , “ G c ,
S c “, C U P , U S c .
van Nostrand, Robert, G. & Kenneth, L Cook. 1966. Interpretation of
Resistivity Data. Washington: Geological Survey.
44
LAMPIRAN 1
PETA AREA PENELITIAN
A
B
C D
E
F
G
H
IJ
K
L
45
46
LAMPIRAN 2
PETA TITIK BOR
47
48
LAMPIRAN 3
DATA BOR
49
50
51
52
53
LAMPIRAN 4
PETA PENYEBARAN ANOMALI
(Birdview)
54
Perkiraan 1, body A tidak
berhubungan secara langsung
dengan body B
Perkiraan 1, body A berhubungan
langsung dengan body B
55
LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI
56
Keterangan : Veinlet kromit pada batuan.
57
Keterangan : Vein Massive kromit (Asosiasi batuan Peridotite)
Keterangan : Pengeboran
58
Keterangan : Preparasi data bor
59
LAMPIRAN 6
TABEL PENGUKURAN
60
Lintasan 1
DP A N V I R K
Rho
Semu
15 10 1 98,1 179 0,548045 62,83185 34,43466
25 10 1 115,5 187 0,617647 62,83185 38,80791
35 10 1 124,4 235 0,529362 62,83185 33,26078
45 10 1 181,3 530 0,342075 62,83185 21,49324
55 10 1 253,2 201 1,259701 62,83185 79,14938
65 10 1 81,9 321 0,25514 62,83185 16,03093
75 10 1 251,4 283 0,888339 62,83185 55,816
85 10 1 171,8 505 0,340198 62,83185 21,37527
95 10 1 85,5 488 0,175205 62,83185 11,00845
105 10 1 94,4 650 0,145231 62,83185 9,125118
115 10 1 79,7 156 0,510897 62,83185 32,10063
125 10 1 118,1 169 0,698817 62,83185 43,90794
135 10 1 94,7 408 0,232108 62,83185 14,58377
145 10 1 59,9 469 0,127719 62,83185 8,024793
155 10 1 87,3 441 0,197959 62,83185 12,43814
165 10 1 176,8 893 0,197984 62,83185 12,43972
175 10 1 55,8 404 0,138119 62,83185 8,678261
25 10 2 53,2 932 0,057082 188,4956 10,75962
35 10 2 52,6 460 0,114348 188,4956 21,55406
45 10 2 171 109 1,568807 188,4956 295,7132
55 10 2 167 456 0,366228 188,4956 69,03236
65 10 2 518,2 113 4,585841 188,4956 864,4106
75 10 2 653 113 5,778761 188,4956 1089,271
85 10 2 550,7 115 4,788696 188,4956 902,6479
95 10 2 57,7 787 0,073316 188,4956 13,81981
105 10 2 33,5 168 0,199405 188,4956 37,58691
115 10 2 37,3 207 0,180193 188,4956 33,96562
125 10 2 27,9 966 0,028882 188,4956 5,444126
135 10 2 19,5 478 0,040795 188,4956 7,689672
145 10 2 21,7 364 0,059615 188,4956 11,23724
155 10 2 33,1 722 0,045845 188,4956 8,641555
165 10 2 43,3 456 0,094956 188,4956 17,89881
35 10 3 33,3 487 0,068378 376,9911 25,77783
45 10 3 354,4 114 3,108772 376,9911 1171,979
55 10 3 302,8 117 2,588034 376,9911 975,6659
65 10 3 307 162 1,895062 376,9911 714,4214
75 10 3 117 281 0,41637 376,9911 156,9678
61
Lintasan 2
DP A N V I R K
Rho
Semu
15 10 1 22,2 514 0,043191 62,83185 2,713749
25 10 1 21,9 447 0,048993 62,83185 3,078339
35 10 1 42,6 409 0,104156 62,83185 6,544345
45 10 1 53,5 263 0,203422 62,83185 12,78138
55 10 1 63,4 173 0,366474 62,83185 23,02624
65 10 1 54,4 370 0,147027 62,83185 9,237981
75 10 1 83,1 364 0,228297 62,83185 14,3443
85 10 1 27,4 297 0,092256 62,83185 5,796609
95 10 1 58,7 594 0,098822 62,83185 6,209141
105 10 1 50,8 315 0,16127 62,83185 10,13288
115 10 1 41,9 533 0,078612 62,83185 4,939315
125 10 1 41 435 0,094253 62,83185 5,922083
135 10 1 46 194 0,237113 62,83185 14,89827
145 10 1 61,7 410 0,150488 62,83185 9,455428
155 10 1 187 173 1,080925 62,83185 67,91651
165 10 1 183 176 1,039773 62,83185 65,33085
175 10 1 130,1 413 0,315012 62,83185 19,79279
185 10 1 163,6 370 0,442162 62,83185 27,78187
195 10 1 75,5 205 0,368293 62,83185 23,14051
25 10 2 91,9 465 0,197634 188,4956 37,25321
35 10 2 10,7 579 0,01848 188,4956 3,483424
45 10 2 22,4 591 0,037902 188,4956 7,144333
55 10 2 28,9 564 0,051241 188,4956 9,658726
65 10 2 16,1 274 0,058759 188,4956 11,07583
75 10 2 26,1 330 0,079091 188,4956 14,90829
85 10 2 20,7 414 0,05 188,4956 9,424778
95 10 2 21,5 383 0,056136 188,4956 10,58134
105 10 2 19,5 230 0,084783 188,4956 15,98115
115 10 2 25 361 0,069252 188,4956 13,05371
125 10 2 19,7 393 0,050127 188,4956 9,44876
135 10 2 15,8 198 0,079798 188,4956 15,04156
145 10 2 22,8 385 0,059221 188,4956 11,16285
155 10 2 31,9 527 0,060531 188,4956 11,40988
165 10 2 33,7 408 0,082598 188,4956 15,56936
175 10 2 31,4 467 0,067238 188,4956 12,67401
185 10 2 46,1 274 0,168248 188,4956 31,71403
35 10 3 7,1 502 0,014143 376,9911 5,331946
62
Lintasan 3
DP A N V I R K
Rho
Semu
15 10 1 65,9 486 0,135597 62,83185 8,519792
25 10 1 25 498 0,050201 62,83185 3,154209
35 10 1 61,5 283 0,217314 62,83185 13,65427
45 10 1 78,7 326 0,241411 62,83185 15,1683
55 10 1 39,7 292 0,135959 62,83185 8,54255
65 10 1 32,6 421 0,077435 62,83185 4,865364
75 10 1 58,6 488 0,120082 62,83185 7,544973
85 10 1 57,6 294 0,195918 62,83185 12,30991
95 10 1 124,7 219 0,569406 62,83185 35,77686
105 10 1 109,6 209 0,524402 62,83185 32,94914
115 10 1 48,8 125 0,3904 62,83185 24,52956
125 10 1 65,7 459 0,143137 62,83185 8,993579
135 10 1 107,5 358 0,300279 62,83185 18,86711
145 10 1 0,3 465 0,000645 62,83185 0,040537
155 10 1 41,3 392 0,105357 62,83185 6,619785
165 10 1 33,3 367 0,090736 62,83185 5,701092
175 10 1 43,7 474 0,092194 62,83185 5,792726
185 10 1 56,6 223 0,253812 62,83185 15,94746
195 10 1 99,1 241 0,411203 62,83185 25,83667
25 10 2 14,9 535 0,02785 188,4956 5,249689
35 10 2 11,4 489 0,023313 188,4956 4,394375
45 10 2 32,5 411 0,079075 188,4956 14,90537
55 10 2 20,9 502 0,041633 188,4956 7,847723
65 10 2 16,7 408 0,040931 188,4956 7,715382
75 10 2 33,2 461 0,072017 188,4956 13,57495
85 10 2 16,8 690 0,024348 188,4956 4,589457
95 10 2 50,4 298 0,169128 188,4956 31,87979
105 10 2 33,4 224 0,149107 188,4956 28,10603
115 10 2 18,9 440 0,042955 188,4956 8,096741
125 10 2 20,7 278 0,07446 188,4956 14,03546
135 10 2 19,6 258 0,075969 188,4956 14,31982
145 10 2 26,3 358 0,073464 188,4956 13,84758
155 10 2 21,5 467 0,046039 188,4956 8,678061
165 10 2 24,9 259 0,096139 188,4956 18,12177
175 10 2 0,3 325 0,000923 188,4956 0,173996
185 10 2 21,1 387 0,054522 188,4956 10,27715
35 10 3 15,2 429 0,035431 376,9911 13,35726
63
Lintasan 4
DP A N V I R K
Rho
Semu
15 10 1 86,6 489 0,177096 62,83185 11,12728
25 10 1 121 425 0,284706 62,83185 17,8886
35 10 1 150,5 251 0,599602 62,83185 37,67408
45 10 1 171,4 360 0,476111 62,83185 29,91494
55 10 1 130,2 230 0,566087 62,83185 35,56829
65 10 1 119,5 360 0,331944 62,83185 20,85668
75 10 1 192,6 342 0,563158 62,83185 35,38425
85 10 1 97,2 607 0,160132 62,83185 10,06138
95 10 1 73 288 0,253472 62,83185 15,92613
105 10 1 63,1 223 0,28296 62,83185 17,77888
115 10 1 70,4 323 0,217957 62,83185 13,69462
125 10 1 103,7 461 0,224946 188,4956 42,40128
135 10 1 55,8 446 0,125112 188,4956 23,58308
145 10 1 61,7 397 0,155416 188,4956 29,29515
155 10 1 89 340 0,261765 188,4956 49,34148
165 10 1 93,3 301 0,309967 188,4956 58,42736
175 10 1 130,3 441 0,295465 188,4956 55,69381
25 10 2 55,7 451 0,123503 188,4956 23,27983
35 10 2 70,5 335 0,210448 188,4956 39,66847
45 10 2 23,1 554 0,041697 188,4956 7,859652
55 10 2 61,9 461 0,134273 188,4956 25,30992
65 10 2 64,5 263 0,245247 188,4956 46,228
75 10 2 92,1 536 0,171828 188,4956 32,38888
85 10 2 61,8 414 0,149275 188,4956 28,13774
95 10 2 26,3 236 0,111441 188,4956 21,00607
105 10 2 42,4 147 0,288435 188,4956 54,36879
115 10 2 62,3 173 0,360116 376,9911 135,7604
125 10 2 39,8 625 0,06368 376,9911 24,00679
135 10 2 34,7 406 0,085468 376,9911 32,22067
145 10 2 56,7 683 0,083016 376,9911 31,29633
155 10 2 24,9 417 0,059712 376,9911 22,51098
165 10 2 60,4 437 0,138215 376,9911 52,10587
35 10 3 16,8 425 0,039529 376,9911 14,90224
45 10 3 17 625 0,0272 376,9911 10,25416
55 10 3 22,8 248 0,091935 376,9911 34,65886
65 10 3 33,9 365 0,092877 376,9911 35,0137
75 10 3 39,8 601 0,066223 376,9911 24,96547
64
Lintasan 5
DP A N V I R K
Rho
Semu
15 10 1 24,4 352 0,069318 62,83185 4,35539
25 10 1 81,1 499 0,162525 62,83185 10,21175
35 10 1 88,7 296 0,299662 62,83185 18,82833
45 10 1 115,1 238 0,483613 62,83185 30,38633
55 10 1 80,4 489 0,164417 62,83185 10,33064
65 10 1 83,6 223 0,374888 62,83185 23,5549
75 10 1 85,9 371 0,231536 62,83185 14,54786
85 10 1 21,8 587 0,037138 62,83185 2,333449
95 10 1 52,9 323 0,163777 62,83185 10,29042
105 10 1 44,6 417 0,106954 62,83185 6,720145
115 10 1 46,8 565 0,082832 62,83185 5,204479
125 10 1 34,4 261 0,131801 62,83185 8,281286
135 10 1 37 438 0,084475 62,83185 5,307714
145 10 1 14,6 502 0,029084 62,83185 1,827381
155 10 1 21,7 480 0,045208 62,83185 2,840523
165 10 1 24,2 179 0,135196 62,83185 8,494586
175 10 1 19,6 459 0,042702 62,83185 2,683016
185 10 1 24,5 327 0,074924 62,83185 4,707585
195 10 1 26,2 285 0,09193 62,83185 5,776121
25 10 2 55,3 461 0,119957 188,4956 22,61129
35 10 2 28,9 293 0,098635 188,4956 18,59222
45 10 2 22,5 213 0,105634 188,4956 19,9115
55 10 2 44,2 329 0,134347 188,4956 25,32372
65 10 2 24 258 0,093023 188,4956 17,53447
75 10 2 22,6 427 0,052927 188,4956 9,97658
85 10 2 11,8 538 0,021933 188,4956 4,134289
95 10 2 9,2 342 0,026901 188,4956 5,070641
105 10 2 22,3 374 0,059626 188,4956 11,23917
115 10 2 8,6 196 0,043878 188,4956 8,270724
125 10 2 14,1 280 0,050357 188,4956 9,492098
135 10 2 9,8 194 0,050515 188,4956 9,521941
145 10 2 6,4 479 0,013361 188,4956 2,518521
155 10 2 11,2 428 0,026168 188,4956 4,932594
165 10 2 9,1 693 0,013131 188,4956 2,475194
175 10 2 6,6 626 0,010543 188,4956 1,987333
65
Lintasan 6
DP A N V I R K
Rho
Semu
15 10 1 126,2 428 0,29486 62,83185 18,52659
25 10 1 57 361 0,157895 62,83185 9,920819
35 10 1 4,7 396 0,011869 62,83185 0,745732
45 10 1 25 540 0,046296 62,83185 2,908882
55 10 1 1,3 218 0,005963 62,83185 0,374685
65 10 1 33 547 0,060329 62,83185 3,790587
75 10 1 26,3 204 0,128922 62,83185 8,100381
85 10 1 55,6 125 0,4448 62,83185 27,94761
95 10 1 42,2 546 0,077289 62,83185 4,856235
105 10 1 76,6 302 0,253642 62,83185 15,93682
115 10 1 30,2 140 0,215714 62,83185 13,55373
125 10 1 33,6 347 0,09683 62,83185 6,084007
135 10 1 18,6 937 0,019851 62,83185 1,247249
145 10 1 33,4 316 0,105696 62,83185 6,641088
155 10 1 35 930 0,037634 62,83185 2,36464
165 10 1 34,8 129 0,269767 62,83185 16,94999
175 10 1 37,7 430 0,087674 62,83185 5,508746
185 10 1 26,8 379 0,070712 62,83185 4,442991
195 10 1 33,3 279 0,119355 62,83185 7,499286
25 10 2 33 787 0,041931 188,4956 7,90388
35 10 2 21 908 0,023128 188,4956 4,359479
45 10 2 13 712 0,018258 188,4956 3,441632
55 10 2 15,8 390 0,040513 188,4956 7,636487
65 10 2 13,4 188 0,071277 188,4956 13,43532
75 10 2 9,8 725 0,013517 188,4956 2,54794
85 10 2 24,2 260 0,093077 188,4956 17,54459
95 10 2 42,4 632 0,067089 188,4956 12,6459
105 10 2 23,7 297 0,079798 188,4956 15,04156
115 10 2 28,3 156 0,18141 188,4956 34,19503
125 10 2 39,6 337 0,117507 188,4956 22,14963
135 10 2 3 485 0,006186 188,4956 1,165952
145 10 2 24,7 115 0,214783 188,4956 40,48557
155 10 2 20,9 963 0,021703 188,4956 4,090921
165 10 2 22,6 242 0,093388 188,4956 17,6033
175 10 2 19,1 411 0,046472 188,4956 8,759769
185 10 2 117,7 687 0,171325 188,4956 32,29393
10 3 13,2 296 0,044595 376,9911 16,81177
66

More Related Content

Similar to Analisa kromit geo listrik

Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi d...
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi d...Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi d...
Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi d...
achiii19
 
Setya K - Observation Method of Residual Capacity Load on Pile Loading Test
Setya K - Observation Method of Residual Capacity Load on Pile Loading TestSetya K - Observation Method of Residual Capacity Load on Pile Loading Test
Setya K - Observation Method of Residual Capacity Load on Pile Loading Test
Setya Kurniawan
 
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
Kotjo Negoro
 
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi TernakLaporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Universitas Diponegoro
 

Similar to Analisa kromit geo listrik (20)

Tugas Akhir-ADHYTIA RIAN PRATAMA
Tugas Akhir-ADHYTIA RIAN PRATAMATugas Akhir-ADHYTIA RIAN PRATAMA
Tugas Akhir-ADHYTIA RIAN PRATAMA
 
Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi d...
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi d...Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi d...
Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi d...
 
Kti ratma ningsih
Kti ratma ningsihKti ratma ningsih
Kti ratma ningsih
 
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
 
Kti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAU
Kti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAUKti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAU
Kti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAU
 
Setya K - Observation Method of Residual Capacity Load on Pile Loading Test
Setya K - Observation Method of Residual Capacity Load on Pile Loading TestSetya K - Observation Method of Residual Capacity Load on Pile Loading Test
Setya K - Observation Method of Residual Capacity Load on Pile Loading Test
 
Filsafat ilmu dan metode riset
Filsafat ilmu dan metode risetFilsafat ilmu dan metode riset
Filsafat ilmu dan metode riset
 
Kti akbid paramata septiana AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid paramata septiana AKBID PARAMATA RAHA Kti akbid paramata septiana AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid paramata septiana AKBID PARAMATA RAHA
 
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN IBU BERSALINPADA NY.“R”DENGAN RET...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN IBU BERSALINPADA NY.“R”DENGAN RET...MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN IBU BERSALINPADA NY.“R”DENGAN RET...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN IBU BERSALINPADA NY.“R”DENGAN RET...
 
Skripsi tanpa bab pembahasan
Skripsi tanpa bab pembahasanSkripsi tanpa bab pembahasan
Skripsi tanpa bab pembahasan
 
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
Analisa pengaruh harga sewa, pendapatan keluarga, fas, lokasi dan harga subti...
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI...
 
Kti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata rahaKti bijalmiah akbid paramata raha
Kti bijalmiah akbid paramata raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. “H” DENGA...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. “H” DENGA...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. “H” DENGA...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. “H” DENGA...
 
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustakaBab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
 
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi TernakLaporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
 
1
11
1
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Kata pengantar pkl
Kata pengantar pklKata pengantar pkl
Kata pengantar pkl
 
Uswaton%20 khasanah
Uswaton%20 khasanahUswaton%20 khasanah
Uswaton%20 khasanah
 

Recently uploaded

Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
yoodika046
 
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
ssupi412
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
VinaAmelia23
 
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang 082223109953 Jual obat aborsi
 
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953  Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakartaObat Aborsi jakarta WA 082223109953  Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Cytotec Asli Di jakarta
 
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai PenuhObat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli
 
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturBahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
AhmadAffandi36
 
ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptx
ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptxESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptx
ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptx
adnijayautama
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
Arisatrianingsih
 

Recently uploaded (20)

Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdfGambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
MATERI-FINON-ANALISIS-KEUANGAN-14-16-AGUSTUS-2017.pdf
MATERI-FINON-ANALISIS-KEUANGAN-14-16-AGUSTUS-2017.pdfMATERI-FINON-ANALISIS-KEUANGAN-14-16-AGUSTUS-2017.pdf
MATERI-FINON-ANALISIS-KEUANGAN-14-16-AGUSTUS-2017.pdf
 
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
 
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
 
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxperbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman MadyaPelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
 
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953  Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakartaObat Aborsi jakarta WA 082223109953  Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
 
K3 INSTALASI PENYALUR PETIR PERMEN 31 TH 2015
K3 INSTALASI PENYALUR PETIR PERMEN 31 TH 2015K3 INSTALASI PENYALUR PETIR PERMEN 31 TH 2015
K3 INSTALASI PENYALUR PETIR PERMEN 31 TH 2015
 
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai PenuhObat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
 
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturBahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
 
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdfGambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
 
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung KonstruksiContoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
 
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptxPPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.pptKalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
 
ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptx
ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptxESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptx
ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptx
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistikaPengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
 

Analisa kromit geo listrik

  • 1. Skripsi Geofisika ANALISIS ALUR VEIN KROMIT DI BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER OLEH YUDHI PRAWIRA H221 08 272 PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
  • 2. ANALISIS ALUR VEIN KROMIT DI BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER YUDHI PRAWIRA H 221 08 272 PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
  • 3. i ANALISIS ALUR VEIN KROMIT DI BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER OLEH : YUDHI PRAWIIRA H221 0 8272 Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Universitas Hasanuddin PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
  • 4. ii LEMBAR PENGESAHAN ANALISIS ALUR VEIN KROMIT DI BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER Makassar, Februari 2014 Disetujui Oleh: Pembimbing Utama Syamsuddin, S.Si, MT NIP: 1974 0115 2002 121 001 Pembimbing Pertama Sabrianto Aswad, S.Si, MT NIP: 1978 0524 2005 011 002
  • 5. iii ABSTRAC The Research about identifying distribution of chromite by lateral on one of the mine block at North Kolaka district have finished. Parameters distribution of chromite vein (statiform) are in form of peridotite rock which is predicted to forming a groove. In this research, electrical resistivity measurements as six lines using Wenner-Schlumberger configuration with a certain pattern. Length stretch of each lines varies between 190 m to 210 m with the smallest space 10 m. Inversion results all lines are combined based on design the field parameters to obtain pseudo section 3D that describes the continuity chromite vein groove in the peridotite rocks. Groove of peridotite rocks containing chromites vein (statiform) oriented N E for body A and N E for body B. Keywords: Chromite, Peridotite, Resistivity, Vein, Wenner-Schlumberger
  • 6. iv ABSTRAK Telah dilakukan penelitian identifikasi penyebaran kromit secara lateral di salah satu blok tambang kabupaten Kolaka Utara. Parameter penyebaran kromit statiform (vein) adalah batuan peridotit yang diprediksikan membentuk sebuah alur. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran geolistrik sebanyak enam (6) lintasan pengukuran menggunakan konfigurasi Wenner–Schlumberger dengan pola tertentu. Panjang bentangan setiap lintasan bervariasi antara 190 m hingga 210 m dengan spasi terkecil 10 m. Hasil inversi ke-6 lintasan disatukan berdasarkan desain parameter lapangannya untuk memperoleh pseudosection 3D yang menggambarkan kontinuitas alur vien kromit pada batuan peridotite. E untuk body A E untuk body B. Kata Kunci: Kromit, Peridotit, Resistivitas, Vein, Wenner-Schlumberger
  • 7. v KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat dan ridho-Nya memberikan kesempatan dan kesehatan j “Analisis Alur Vein Kromit Di Bawah Permukaan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger”. S w c da baginda Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Fisika Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tidak terhingga saya hanturkan kepada Ayahanda Ahmadhan M.Arsyad dan Mama tersayang Hasriati, S.Pd, MM atas segala cinta, kasih sayang, pengorbanan, kritik, serta doa yang tidak henti-hentinya buat ananda. Buat kakakku Eka Putri Damayanti dan adikku Nanang Nur Rahman, terima kasih atas dukungan kalian serta masalah-masalah yang kalian lakukan sehingga saya ikut repot juga, alhamdulillah dengan masalah-masalah tersebut saya sekarang bisa tangguh dalam menghadapi segala problema hidup. Buat keponakan ku terima kasih sudah jadi bahan hiburan ketika saya menghadapi masalah.
  • 8. vi Melalui kesempatan ini pula, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Syamsuddin, S.Si,MT selaku pembimbing utama dan Bapak Sabrianto Aswad, S.Si,MT selaku pembimbing pertama yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Rudi Sutanto, Bapak Muhammad Ramli, ST dan Bapak Rasyid karaeng Pallangga selaku pembimbing, guru dan orang tua saya di lapangan yang memberikan ilmu serta pengalaman dalam hidup dan dalam dunia kerja. 3. Bapak Prof.Dr.H.Halmar Halide,M.Sc, Bapak Drs.Lantu,M.Eng.Sc.DESS , dan Bapak Dr.Muh. Altin Massinai,MT.Surv sebagai Tim penguji sidang skripsi. Terima kasih atas segala saran dan kritikan terhadap penulis. 4. BapakDr.Tasrief Surungan,M.Sc selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNHAS atas segala kemudahan dan kebijakannya. 5. Bapak Syamsuddin, S.Si, MT selaku penasehat Akademik yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis selama menempuh studi. 6. Seluruh staff pegawai akademik Jurusan Fisiska dan staff pegawai akademik FMIPA UNHAS, terima kasih atas bantuannya dalam pengurusan administrasi selama penulis menempuh kuliah. 7. Seluruh teman-teman Fisika 2008, terima kasih telah menjadi motivasi dan alasan saya mau ke kampus.
  • 9. vii 8. Teman-teman Saka Bhayangkara Marching Band, terima kasih atas segala bentuk perhatiannya. Semoga kegiatan-kegiatan mengenai MB bisa berjalan terus dan semakin berkembang. 9. Seluruh anak-anak J-Stern, dimanapun kalian berada. 10. “Tujua”, kapten, Panglima, semoga kejadian itu bisa terulang lagi. Serta kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu, atas segala perhatian dan bantuannya selama ini. Semoga Allah Azza wa jalla membalas jasa–jasa kalian. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan terutama bagi penulis. Amin Yaa Rabbal Alamin. Makassar, 24 Februari 2014 Penulis Yudhi Prawira
  • 10. viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii ABSTRACT......................................................................................................... iii ABSTRAK ........................................................................................................... iv KATA PENGANTAR......................................................................................... v DAFTAR ISI........................................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR........................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang............................................................................................... 1 I.2. Ruang Lingkup.............................................................................................. 2 I.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sifat Listrik Batuan...................................................................................... 4 II.2. Metode Geolistrik........................................................................................ 6 II.2.1. Prinsip Kerja Metoda Geolistrik Tahanan Jenis........................... 7 II.2.2. Resistivitas Semu.......................................................................... 9 II.2.3. Konfigurasi Elektroda Metode Tahanan Jenis.............................. 10 II.2.4. Konfigurasi Wenner-Schlumberger.............................................. 13
  • 11. ix II.3. Kromit.......................................................................................................... 14 II.3.1. Tipe Cebakan Kromit................................................................................ 16 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 19 III.2. Metode Pengambilan Data dan Peralatan.................................................. 20 III.3. Pengolahan Data ....................................................................................... 22 III.4. Bagan Alir Penelitian ................................................................................ 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil........................................................................................................... 24 IV.2. Pengolahan Data ....................................................................................... 26 IV.2.1. Inversi data ................................................................................ 26 IV.3. Pembahasan .............................................................................................. 32 IV.3.1. Analisis Penampang 2D............................................................. 32 IV.3.2. Analisis Penampang Pseudo 3D ............................................... 38 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan................................................................................................. 42 V.2. Saran .......................................................................................................... 42 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 12. x DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Prinsip kerja Metode Resistivitas. .................................................8 Gambar 2.2. Beberapa konfigurasi elektroda yang digunakan dalam survey metoda geolistrik tahanan jenis .....................................................10 Gambar 2.3. Dua pasang elektroda arus dan potensial pada permukaan medium homogen isotropis dengan tahanan jenis ρ ......................11 Gambar 2.4. Pola aliran arus dan bidang ekipotensial antara dua elektroda arus dengan polaritas berlawanan .................................................12 Gambar 2.5. Pengaturan elektroda konfigurasi Wenner-Schlumberger.............13 Gambar 2.6. Serpentinkromit ................................................................... ........14 Gambar 2.7. Kenampakan mikroskopik mineral kromit ....................................15 Gambar 2.8. a).Lapisan stratiform di Bushveld, Afrika Selatan b).Lapisan stratiform di lokasi penelitian. .....................................17 Gambar 2.9. Podiform kromit.............................................................................18 Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian .............................................................. ....19 Gambar 3.2. Peralatan Akusisi (Pengambilan Data) .................................... ....20 Gambar 3.3. Desain Bentangan ..................................................................... ....21 Gambar 4.1. Hasil inversi lintasan 1................................................................. ....26 Gambar 4.2. Hasil inversi lintasan 2................................................................. ....27 Gambar 4.3. Hasil inversi lintasan 3................................................................. ....28
  • 13. xi Gambar 4.4. Hasil inversi lintasan 4................................................................. ....29 Gambar 4.5. Hasil inversi lintasan 5................................................................. ....30 Gambar 4.6. Hasil inversi lintasan 6................................................................. ....31 Gambar 4.7. Penampang Resistivitas Lintasan 1 ......................................... ....33 Gambar 4.8. Penampang Resistivitas Lintasan 2 ......................................... ....34 Gambar 4.9. Penampang Resistivitas Lintasan 3 ......................................... ....35 Gambar 4.10. Penampang Resistivitas Lintasan 4 ......................................... ....36 Gambar 4.11. Penampang Resistivitas Lintasan 5 ......................................... ....36 Gambar 4.12. Penampang Resistivitas Lintasan 6 ......................................... ....37 Gambar 4.13. Pseudosection 3D ..................................................................... ....39 Gambar 4.14. Bentuk alur peridotite dengan asumsi pertama..................... .......40 Gambar 4.15. Bentuk alur peridotite dengan asumsi kedua .............................. 41
  • 14. xii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Nilai Resistivitas Batuan dan Mineral....................................... 5
  • 15. xiii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Peta Area Penelitian ............................................................ 44 Lampiran 2 Peta Titik Bor ...................................................................... 46 Lampiran 3 Data Bor .............................................................................. 48 Lampiran 4 Peta Penyebaran Anomali.................................................... 53 Lampiran 5 Dokumentasi........................................................................ 55 Lampiran 6 Tabel Pengukuran ................................................................ 59
  • 16. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan industri akan bahan galian tambang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini menyebabkan kegiatan eksplorasi untuk menemukan dan menentukan potensi bahan galian yang diinginkan juga mengalami peningkatan. Selain itu, adanya peningkatan harga jual barang tambang juga menjadi faktor lain yang menyebabkan terjadinya peningkatan kegiatan ekplorasi. Ada bermacam- macam jenis barang tambang yang sering dicari, salah satu diantaranya adalah Krom. Keberadaan krom itu sendiri tidak lepas dari berbagai asosiasi mineral yang membentuk satu senyawa seperti FeCr2O3 atau Cr2O3. Indikasi akan adanya bijih Kromit di indonesia terdapat diberbagai wilayah, khususnya di bagian timur Indonesia. Kabupaten Kolaka Utara merupakan salah satu wilayah yang menunjukkan adanya indikasi potensi Kromit. Hal ini disebakan karena terdapat beberapa cebakan Krom berbentuk statiform, vein Kromit serta bongkah biji Kromit yang terlihat di permukaan. Untuk mengetahui kelanjutan dari alur vein Kromit tersebut dibutuhkan metode geofisika untuk mengetahui struktur geologi bawah permukaan tanah yang akurat. Salah satu metode geofisika yang sering digunakan untuk melakukan kegiatan eksplorasi dangkal adalah geolistrik.
  • 17. 2 Geolistrik merupakan salah satu bentuk eksplorasi yang menggunakan arus listrik untuk menyelidiki susunan material yang ada di bawah permukaan bumi. Metode ini dilakukan melalui pengukuran beda potensial yang ditimbulkan akibat injeksi arus listrik ke dalam bumi. Sifat-sifat suatu formasi dapat digambarkan oleh tiga parameter dasar yaitu konduktivitas listrik, permeabilitas magnet, dan permitivitas dielektrik. Sifat konduktivitas batuan berpori dihasilkan oleh sifat konduktivitas dari fluida yang mengisi pori, interkoneksi ruang pori dan sifat konduktivitas dari interfase butiran. Berdasarkan pada harga resistivitas listriknya, suatu struktur bawah permukaan bumi dapat diketahui material penyusunnya. Metode geolistrik cukup sederhana, murah dan sangat rentan terhadap gangguan sehingga cocok digunakan dalam eksplorasi dangkal (Ngadimin, 2001). Hal tersebut melatarbelakangi penelitian ini karena hal ini tidak lepas dari kegiatan eksplorasi geofisika yang bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan vein Kromit dengan menggunakan metoda resistivitas sebagai parameter penentu. I.2 Ruang Lingkup Penelitian ini meliputi pengolaha data geolistrik dengan konfigurasi wenner- schlumberger untuk salah satu blok tambang yang ada di kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara.
  • 18. 3 I.3 Tujuan Adapun tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi dan memperkirakan jalur vein kromit di bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas. 2. Menghasilkan penampang pseudo 3D untuk melihat penyebaran batuan yang berasosiasi dengan vein crom secara lateral.
  • 19. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sifat Listrik Batuan Aliran arus listrik di dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan konduksi secara dielektrik. Konduksi secara elektronik terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan/mineral tersebut oleh elektron-elektron bebas itu. Konduksi elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat porus dan pori-pori tersebut terisi oleh cairan- cairan elektrolitik. Sedang konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik yaitu terjadi polarisasi saat bahan dialiri listrik. Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan/mineral digolongkan menjadi tiga yaitu :  Konduktor baik : 10-1 < ρ < Ω  Konduktor pertengahan : < ρ < 7 Ω  Isolator : ρ > 7 Ω Survei resistivitas akan memberikan gambaran tentang distribusi resistivitas bawah permukaan. Harga resistivitas tertentu akan berasosiasi dengan kondisi geologi tertentu. Untuk mengkonversi harga resistivitas ke dalam bentuk geologi diperlukan pengetahuan tentang tipikal dari harga resistivitas untuk setiap tipe
  • 20. 5 material dan struktur daerah survey. Harga resistivitas batuan, mineral, tanah dan unsur kimia secara umum telah diperoleh melalui berbagai pengukuran dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk proses konversi (Telford, et al., 1990). Tabel 2.1 Nilai Resistivitas Batuan dan Mineral (Telford, M.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E. 1991. Applied Gephysics, second edition. USA: Cambridge University Press) Jenis Batuan Resistivity Range (Ωm) Wet Dry - Granite porphyry 4.5 x 103 1.3 x 106 - Feldspar porphyry 4 x 103 - Syenite 102 - 106 - Diorite porphyry 1.9 x 103 2.8 x 104 - Porphyrite 10 – 5 x104 3.3 x 103 Carbonatized porphyry 2.5 x 103 6 x 104 - Quartz diorite 2 x 104 – 2 x 106 1.8 x 105 - Porphyry (various) 60 - 104 - Dacite 2 x 104 - Andesite 4.5 x 104 1.7 x 102 - Diabase (various) 20 – 5 x 107 - Lavas 102 – 5 x 104 - Gabro 103 - 106 - Basalt 10 – 1.3 x 107 Olivine norite 103 – 6 x 104 - Peridotite 3 x 103 6.5 x 103 - Hornfels 8 x 103 6 x 107 - Schists 20 - 104 - Tuffs 2 x 103 105 - Graphite schist 10 - 102 - Slates (various) 6 x 102 4 x 107 - Gneiss (various) 6.8 x 104 3 x 106 - Marble 102 – 2.5 x 108 - Skarn 2.5 x 102 2.5 x 108 - Quartzites (various) 10 – 2 x 108 - Consolidated shale 20 – 2 x 103 - Argilites 10 – 8 x 102 - Conglongmerates 2 x 103 - 104 - Sandstone 1 – 6.4 x 108 - Limestones 50 – 107 Dolomite 3.5 x 102 5 x 103 - Clay 1 – 100 - Marls 3 – 70 - Oil sands 4 – 800
  • 21. 6 Mineral Range Average - Chalcopyrite 1.2 x 10-5 – 0.3 4 x 103 - Galena 3 x 10-5 – 3 x 102 2 x 10-3 - Chromite 1 - 106 - Specularite 6 x 10-3 - Hematite 3.5 x 10-3 – 10-7 - Limonite 103 – 107 - Magnetite 5 x 10-5 – 5 x 103 - Quartz 4 x 1010 – 2 x 1014 - Bismuthinite 18 – 570 220 - Pyrite 2.9 x 10-5 – 1.5 3 x 10-1 - Cuprite 10-3 – 300 30 II.2 Metode Geolistrik Metode geolistrik merupakan metode yang menggunakan prinsip aliran arus listrik dalam menyelidiki struktur bawah permukaan bumi. Aliran arus listrik dalam mengalir di dalam tanah melalui batuan-batuan dan sangat dipengaruhi oleh adanya air tanah dan garam yang terkandung di dalam batuan serta hadirnya mineral logam maupun panas yang tinggi. Oleh karena itu, metode geolistrik dapat digunakan pada penyelidikan hidrogeologi seperti penentuan aquifer dan adanya kontaminasi, penyelidikan mineral, survei arkeologi dan deteksi hotrocks pada penyelidikan panas bumi. Berdasarkan asal sumber arus listrik yang digunakan, metode resistivitas dapat dikelompokan kedalam dua kelompok yaitu (Prasetiawati, 2004):  Metode pasif Metode ini menggunakan arus listrik alami yang terjadi di dalam tanah (batuan) yang timbul akibat adanya aktivitas elektrokimia dan elektromekanik dalam
  • 22. 7 materi-materi penyusun batuan. Metode yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya Potensial Diri/Self Potensial (SP) dan Magneto Teluric (MT).  Metode aktif Yaitu bila arus listrik yang diinjeksikan (dialirkan) di dalam batuan, kemudian efek potensial yang ditimbulkan arus buatan tersebut diukur di permukaan. Metode yang termasuk ke dalam kelompok ini diantaranya metode resistivity dan Induced Polarization (IP). II.2.1 Prinsi Kerja Metoda Geolistrik Tahanan Jenis Metode resistivitas pada dasarnya adalah pengukuran harga resistifitas (tahanan jenis) batuan. Prinsip kerja metode ini adalah dengan menginjeksikan arus ke bawah permukaan bumi sehingga diperoleh beda potensial, yang kemudian akan didapat informasi mengenai tahanan jenis batuan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan keempat elektroda yang disusun sebaris, salah satu dari dua buah elektroda yang berbeda muatan digunakan untuk mengalirkan arus ke dalam tanah, dan dua elektroda lainnya digunakan untuk mengukur tegangan yang ditimbulkan oleh aliran arus tadi, sehingga resistivitas bawah permukaan dapat diketahui. Resistivitas batuan adalah fungsi dari konfigurasi elektroda dan parameter-parameter listrik batuan. Arus yang dialirkan di dalam tanah dapat berupa arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC) berfrekuensi rendah. Untuk menghindari potensial spontan, efek polarisasi dan menghindarkan pengaruh kapasitansi tanah yaitu kecenderungan tanah untuk menyimpan muatan maka
  • 23. 8 biasanya digunakan arus bolak balik yang berfrekuensi rendah (Bhattacharya & Patra, 1968). Besarnya beda potensial di antara kedua elektroda potensial tersebut selain bergantung pada besarnya arus yang dialirkan ke dalam bumi, juga bergantung pada letak kedua elektroda potensial tersebut terhadap letak kedua elektroda arus yang digunakan. Dalam hal ini tercakup juga pengaruh batuan yang dilewati oleh arus listrik tersebut. Aturan penempatan keempat elektroda tersebut diatas dalam istilah Geofisika sering dinamai dengan konfigurasi elektroda (Hendrajaya L., 1990) Gambar 2.1 Prinsip kerja Metode Resistivitas (Bhattacharya & Patra, 1968).
  • 24. 9 II.2.2 Resistivitas Semu Pengukuran resistivitas dilakukan terhadap permukaan bumi yang dianggap sebagai suatu medium yang homogen isotropis. Pada kenyataannya, bumi tersusun atas komposisi batuan yang bersifat heterogen baik ke arah vertikal maupun horisontal. Akibatnya objek batuan yang tidak homogen dan beragam akan memberikan harga resistivitas yang beragam pula. Sehingga resistivitas yang diukur adalah resistivitas semu. Harga tahanan jenis semu ini tergantung pada tahanan jenis lapisan–lapisan pembentuk formasi dan konfigurasi elektroda yang digunakan. Tahanan jenis semu dirumuskan sebagai: (II.1) dengan K adalah faktor geometri susunan elektroda yang berdimensi panjang. Beberapa hal yang mempengaruhi nilai resistivitas semu adalah sebagai berikut (Prasetiawati, 2004): 1. Ukuran butir penyusun batuan, semakin kecil besar butir maka kelolosan arus akan semakin baik, sehingga mereduksi nilai tahanan jenis. 2. Komposisi mineral dari batuan, semakin meningkat kandungan mineral clay akan mengakibatkan menurunnya nilai resisivitas. 3. Kandungan air, air tanah atau air permukaan merupakan media yang mereduksi nilai tahanan jenis. 4. Kelarutan garam dalam air di dalam batuan akan mengakibatkan meningkatnya kandungan ion dalam air sehingga berfungsi sebagai konduktor.
  • 25. 10 5. Kepadatan, semakin padat batuan akan meningkatkan nilai resistivitas II.2.3 Konfigurasi Elektroda Metode Tahanan Jenis Ada beberapa cara pengaturan elektroda ini yaitu metoda Wenner, metoda Pole- pole, metoda Pole-dipole, metoda Dipole-dipole dan metoda Schlumberger. Dengan C1 dan C2 adalah elektroda-elektroda arus, P1 dan P2 adalah elektroda- elektroda potensial, a adalah spasi elektroda, n adalah perbandingan jarak antara elektroda C1 dan P1 dengan spasi a. Gambar 2.2 Beberapa konfigurasi elektroda yang digunakan dalam survey metoda geolistrik tahanan jenis (Loke,2004)
  • 26. 11 Apabila terdapat dua elektroda arus yang dibuat dengan jarak tertentu seperti Gambar 2.3, potensial pada titik-titik dekat permukaan akan dipengaruhi oleh kedua elektroda arus tersebut. Gambar 2.3 Dua pasang elektroda arus dan potensial pada permukaan medium homogen isotropis dengan tahanan jenis ρ (Bahri, 2005) Potensial pada titik P1 akibat elektroda arus C1 adalah (Reynolds, 1997 dalam Bahri, 2005): (II.2) Karena arus pada kedua elektroda sama dan berlawanan arah, maka potensial pada titik P1 akibat elektroda arus C2 dapat ditulis, (II.3) Sehingga potensial pada titik P1 akibat elektroda arus C1 dan C2 adalah, (II.4)
  • 27. 12 Gambar 2.4 Pola aliran arus dan bidang ekipotensial antara dua elektroda arus dengan polaritas berlawanan (Bahri, 2005) Dengan cara yang sama, potensial pada P2 akibat elektroda arus C1 dan C2 adalah, (II.5) Akhirnya, beda potensial antara P1 dan P2 dapat ditulis sebagai, (II.6) Atau dapat ditulis (II.7) K adalah faktor geometri yang besarnya sangat tergantung dari jarak antar elektroda yang digunakan dalam pengolahan data.
  • 28. 13 II.2.4 Konfigurasi Wenner-Schlumberger Konfigurasi ini merupakan gabungan antara konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi Wenner-Sclumberger mempuyai penetrasi maksimum kedalaman 15% lebih baik dari konfigurasi Wenner. Faktor geometri dari konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger adalah : K = π n (n + 1) a (II.8) Dimana a adalah jarak antara elektroda P1 dan P2, serta r adalah perbandingan antara jarak elektroda C1 – P1 dengan P1– P2. Nilai reistivitas semu dirumuskan : ρsemu = K.R (II.9) Gambar 2.5 Pengaturan elektroda konfigurasi Wenner-Schlumberger(Loke,2004) Keunggulan dari konfigurasi Wenner - Schlumberger dibanding dengan konfigurasi lainnya antara lain :  Karena elektroda arus dan elektroda potensial selalu berubah-rubah maka konfigurasi ini sensitif terhadap adanya ketidak homogenan lokal, seperti lensa-lensa dan gawair-gawir.
  • 29. 14  Karena jarak elektoda potensial cukup besar maka beda potensial yang terukur di antaranya juga cukup besar sehingga pengukuran yang dilakukan cukup sensitif.  Cocok untuk memetakan batuan bawah permukaan dengan cakupan yang dalam. II.3 Kromit Kromit adalah suatu mineral oksida dengan bentuk oktahedral yang terbentuk akibat proses kristalisasi magma pada suhu 1200 o C. Kromit merupakan mineral oksida dari besi kromium dengan komposisi kimia (FeCr2O3) dan bijih logam kromium. Mineral ini terdapat di dalam batuan beku ultrabasa seperti peridotit. Selain itu, terdapat pula pada serpentin dan batuan metamorf lainnya yang terbentuk dari alterasi batuan beku ultrabasa. Mineral ini terbentuk pada temperatur yang sangat tinggi dan pada bagian bawah dari tubuh magma, dimana proses kristalisasi terjadi. (Hasan R.S.,1998) Gambar 2.6 Serpentinkromit (Mottana dkk, 1977)
  • 30. 15 Mineral dengan komposisi kimia FeCr2O4 ini memiliki warna hitam dan coklat kehitaman. Goresan dari mineral ini berwarna coklat gelap dengan kilap logam. Mineral ini tidak berupa mineral transparan melainkan mineral opak yang tidak memiliki belahan. Kekerasannya 5,5-6 dan berat jenisnya 4,5-4,8. Gambar 2.7 Kenampakan mikroskopik mineral kromit (Mottana dkk, 1977) Beradasarkan gambar di atas mineral kromit ditunjukkan oleh warna abu-abu terang, yang berasosiasi dengan silika ditunjukkan oleh warna abu-abu gelap. Sedangkan warna hitam adalah lubang-lubang poles Kromit digunakan sebagai bijih utama dari kromium. Sekitar 76% produksi kromit dunia digunakan untuk industri logam terutama metal alloy dan sisanya untuk industri refraktory, foundry, kimia dan industri keramik. Kromit juga digunakan dalam pembuatan batu bata tahan api untuk lapisan dapur api. (Intan,2011).
  • 31. 16 II.3.1 Tipe Cebakan Kromit Berdasarkan tipe cebakan, Kromit dibagi atas : 1. Cebakan Primer : terdiri dari cebakan stratiform dan cebakan podiform 2. Cebakan Sekunder : terdiri dari bijih laterit dan plaser  Cebakan Stratiform Cebakan stratiform kromit terbentuk akibat proses kristalisasi pada ruang magma, dimana bentuk cebakan berupa lapisan kromit tipis dan memiliki sifat homogen. Kromit adalah salah satu mineral pertama yang terbenam, berkerut dan mengkristal sebelum mengendap dalam ruang-ruang magma. Keadaan ini menyebabkan terjadinya lapisan-lapisan kromit yang tipis dan homogen, serta memperlihatkan batas yang jelas antara lapisan bijih kromit dengan lapisan batuan induk. Pada celah-celah antara lapisan dijumpai mineral-mineral silikat dalam jumlah yang cukup besar dan secara nyata akan mempengaruhi kadar dan ukuran butir kromit. Lapisan stratiform ini berupa lapisan lateral yang menerus dan kaya akan kromit. Ketebalan lapisan hanya beberapa milimeter serta keterdapatannya saling bergantian dengan lapisan silika. Lapisan silika ini berada di dalam batuan mafik dan ultramafik seperti dunit, peridotit, piroksenit, dan berbagai jenis batuan mafik dan ultramafik lain yang tidak melebihi gabro. Pada umumnya terdapat pada lapisan intrusi basaltik seperti yang terdapat di Bushveld Compleks, Afrika Selatan.
  • 32. 17 Berikut adalah model-model lapisan stratiform di beberapa negara : Gambar 2.8 a.Lapisan stratiform di Bushveld, Afrika Selatan (Mottana dkk, 1977), b. Lapisan stratiform di lokasi penelitian..(Sutanto,2010)  Cebakan Podiform Cebakan podiform kromit merupakan cebakan berbentuk lensa-lensa dengan ukuran yang bervariasi. Kebanyakan tipe cebakan podiform termasuk Al-rich chromite. Tubuh massive dari kromit ini didominasi oleh dunit (kaya olivin) dan berasosiasi dengan peridotit. Tipe cebakan ini banyak ditemukan di sepanjang zona patahan dan lingkar pegunungan. Cebakan podiform terdapat di Troodos Complex (Cyprus), semile (Oman), Turki, Saudi Arabia, dan Kaledonia baru. Di indonesia, cebakan ini dijumpai di indonesia bagian timur (Sulawesi, Halmahera, Gebe, dan Gag). Endapan besar kromit terjadi sebagai polong lensa, atau lapisan dalam ophiolit batuan ultrabasa. Secara tektonik, keberadaannya di bawah kerak dan mantel atas batuan ultrabasa. Endapan tipe podiform ini juga terbentuk sebagai proses magmatik primer. Umur mineralisasi dari kromit adalah pada Mesozoikum muda. Kromit berasosiasi dengan peridotit, hasburgit, dan dunit. Adapun gangue mineral dari endapan diantaranya Olivin, Serpentin, Orthopirosin, dan Magnetit.
  • 33. 18 Model genetik dari cebakan podiform ini berupa fraksi awal dimana kromit berasal dari cairan basal, baik tepat pada transisi bawah kerak mantel di saku magma atau mungkin dalam sisa mantel hasburgit. Selain itu, bisa juga tepat di atas transisi kerak-mantel yang menyatukan lapisan dalam dunit di dasar ruang magma. Cadangan bijih podiform sangat bervariasi tetapi sangat kecil dibandingkan dengan cebakan stratiform, yaitu dari beberapa ton hingga satuan juta ton. Lebih dari setengah cadangan bijih podiform dunia dikelompokkan sebagai kromit kaya alumunium. Di Indonesia, endapan kromit termasuk tie podiform, yang pada umumnya tersebar di Indonesian bagian Timur. Bentuk endapan, berupa perlapisan dan lensa-lensa di dalam batuan piroksen-peridotit.(Intan,2011). Gambar 2.9 Podiform kromit (Anonim)
  • 34. 19 BAB III METODOLOGI III.1 Lokasi Penelitian Lokasi daerah penelitian terletak pada salah satu blok tambang yang terdapat di kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
  • 35. 20 III.2 Metode Pengambilan Data dan Peralatan 1) Peralatan  Alat ukur tahanan jenis Naniura NRD300HF  Elektroda  2 Buah Meteran  Kabel penghubung  Palu  2 Buah aki 12 Volt  GPS  Kompas Geologi  Alat tulis menulis untuk pencatatan data (table, diagram dan kalkulator)  Handy Talky 3 unit. Gambar 3.2 Peralatan Akusisi (Pengambilan Data)
  • 36. 21 2) Metoda Pengukuran Pada kegiatan ini dilakukan pengukuran sebanyak 6 lintasan pengukuran. Metode yang digunakan berupa wenner - sclhumberger dengan panjang lintasan 200 m dan spasi 10 m. Dimana 4 lintasan ditempatkan saling sejajar dan 2 lintasan dibuat melintang melewati 4 lintasan sejajar tadi, sehingga ke 6 lintasan tersebut membentuk gambar seperti pada gambar. Gambar 3.3 Desain Bentangan
  • 37. 22 III.3 Pengolahan Data 1. Data hasil pengukuran yang diperoleh di lapangan berupa data nilai arus (I) dan beda potensial (V) di input ke dalam Ms.Exel. 2. Gunakan persamaan II.8 untuk menentukan nilai faktor geometri(K) untuk konfigurasi Wenner Schlumberger. 3. Menentukan nilai resistivitas semu (ρsemu) menggunakan persamaan II.9 untuk setiap datum. 4. Data dimasukkan ke dalam bentuk ekstensi .dat file sesuai dengan format data res2divn. Kemudian inversi data tersebut menggunakan res2divn untuk memperoleh penampang pseudo 2D 5. Menggabungkan semua penampang 2D menjadi pseudo 3D. 6. Interpretasi penyebaran vein Kromit secara lateral menggunakan hasil dari pemodelan pseudo 3D.
  • 38. 23 III.4 Bagan Alir Penelitian Persiapan Inversi Data Menghitung Resistivitas Semu Pemodelan Pengambilan Data Interpretasi Desain Parameter Lapangan Data Arus (I) & Potensial (V) Data GeologiFaktor Geometri (K)
  • 39. 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN IV.1 Hasil  Lintasan 1 : Panjang lintasan pengukuran 190 m, dengan arah lintasan Utara - Selatan. Menggunakan spasi 10 m sehingga menghasilkan 81 datum point (dp). Kedalaman permukaan bumi yang terukur dari hasil inversi adalah 39,6 meter . Ω – 4 Ω RMS 58.4%.  Lintasan 2 : Panjang lintasan pengukuran 210 m, dengan arah lintasan Selatan- Utara. Menggunakan spasi 10 m sehingga menghasilkan 100 datum point (dp). Kedalaman permukaan bumi yang terukur dari hasil inversi adalah 39,6 meter . 5 Ω – 533 Ω RMS 67.4%.  Lintasan 3 : Panjang lintasan pengukuran 210 m, dengan arah lintasan Selatan- Utara. Menggunakan spasi 10 m sehingga menghasilkan 100 datum point (dp). Kedalaman permukaan bumi yang terukur dari hasil inversi adalah 39,6 meter . 5 Ω – 6 Ω RMS 78.1 %.  Lintasan 4 : Panjang lintasan pengukuran 190 m, dengan arah lintasan Selatan- Utara. Menggunakan spasi 10 m sehingga menghasilkan 81 datum point (dp). Kedalaman permukaan bumi yang terukur dari hasil inversi adalah 39,6 meter
  • 40. 25 dengan rentang resistivitas berkisar 3.64 Ω – 4 Ω RMS 4 . %.  Lintasan 5 : Panjang lintasan pengukuran 210 m, dengan arah lintasan Timur- Barat. Menggunakan spasi 10 m sehingga menghasilkan 100 datum point (dp). Kedalaman permukaan bumi yang terukur dari hasil inversi adalah 39,6 meter . 6 Ω – Ω RMS 94.9%.  Lintasan 6 : Panjang lintasan pengukuran 210 m, dengan arah lintasan Timur- Barat. Menggunakan spasi 10 m sehingga menghasilkan 100 datum point (dp). Kedalaman permukaan bumi yang terukur dari hasil inversi adalah 39,6 meter . 6 Ω – 5 Ω RMS 80.7%.
  • 41. 26 IV.2 Pengolahan Data IV.2.1 Inversi Data Nilai resistivitas semu setiap datum yang diperoleh melalui pengukuran di lapangan kemudian diinversi menggunakan software res2dinv untuk memperoleh penampang resistivitas 2D. Hasil inversi ini merupakan representatif keadaan bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitasnya. Berikut merupakan hasil inversi setiap lintasan.  Lintasan 1 Lintasan yang dibuat membentang dari Utara-Selatan, yang diperkirakan akan berpotongan dengan alur batuan dasar (peridotite) yang berasosiasi dengan mineral kromit. Adapun alur batuan tersebut diperkirakan membentuk jalur yang membentang dengah arah Timur-Barat dan sebagian alur tersebut terlihat di permukaan. Gambar 4.1 Hasil inversi lintasan 1
  • 42. 27 Pada gambar penampang VI.1 dapat dengan jelas terlihat adanya nilai resistivitas yang tinggi pada posisi 45-70 meter dengan kedalaman 7.5- 24.9 meter, dimana nilai tersebut menunjukkan adanya batuan dasar yang kompak (peridotite) sehingga memberikan hambatan yang relatif besar terhadap aliran listrik. Untuk sementara nilai tersebut bisa diinterpretasikan sebagai boulder.  Lintasan 2 Lintasan 2 dibuat membentang sejajar dengan lintasan 1, hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelanjutan alur batuan dasar yang terlihat pada permukaan dan pada penampang lintasan 1. Posisi alur batuan dasar dapat dilihat pada Peta kondisi daerah penelitian (Lampiran 1) Gambar 4.2 Hasil inversi lintasa 2 Adanya nilai resistivitas yang memiliki nilai relatif tinggi terletak pada kedalaman 18.5 m - 39.6 m pada meter ke 115 m – 145 m seperti pada gambar IV.2. Hal tersebut menunjukkan adanya anomali, dimana anomali tersebut dapat
  • 43. 28 diasumsikan sebagai suatu satuan yang kompak sehingga hambatan terhadap arus listrik pada area tersebut relatif cukup besar.  Lintasan 3 Lintasan 3 merupakan lintasan sejajar ke-3 yang berada persis setelah lintasan 2 dengan arah bentangan Selatan-Utara. Gambar 4.3 Hasil inversi lintasan 3 Gambar IV.3 menunjukkan adanya kesamaan dengan lintasan sebelumnya yakni letak dari posisi nilai resistivitas yang dianggap sebagai anomali, letak anomali juga berada pada 115 m -145 m pada lintasan akan tetapi posisi kedalaman yang berbeda, pada lintasan ini anomali tersebut berada pada kedalaman ± 31 m. Dikatakan sebagai anomali karena adanya nilai resistivitas yang relatif besar dibandingkan dengan nilai resistivitas disekitarnya.
  • 44. 29  Lintasan 4 Lintasan 4 ini merupakan lintasan sejajar yang ke-4 yang terletak ±80 m dari lintasan sebelumnya, yakni lintasan 3. Gambar 4.4 Hasil inversi lintasan 4 Sama halnya dengan lintasan 3, lintasan 4 ini memiliki posisi anomali yang hampir sama juga dengan posisi anomali pada lintasan sebelumnya akan tetapi posisi kedalaman anomali tersebut sedikit berbeda dengan posisi anomali pada lintasan sebelumnya. Posisi anomali pada lintasan ini berada pada 110 m – 125 m pada lintasan dengan kedalaman ±35 meter. Keseragaman terhadap 2 lintasan sebelumnya mengindikasikan adanya anomali yang bersifat homogen dan memiliki kemungkinan adanya kesinambungan atau hubungan antara anomali yang terdapat pada lintasan 4 ini dengan anomali yang ada pada lintasan lain sebelumnya.
  • 45. 30  Lintasan 5 Berbeda dengan 4 lintasan sebelumnya, lintasan 5 ini merupakan lintasan yang dibuat berpotongan (crossing) terhadap 4 lintasan sejajar sebelumnya. Lintasan ini membentang dari arah Barat-Timur dan berpotongan persis pada sisi selatan dari 4 lintasan sejajar sebelumnya. Dapat dilihat pada peta area penelitian (Lampiran 1). Gambar 4.5 Hasil inversi lintasan 5 Adapun anomali terdeteksi menyebar pada kedalaman ±25 meter. Hal tersebut menjelaskan adanya pola penyebaran anomali yang cukup menarik, hal tersebut dikarenakan adanya hasil inversi lintasan 5 seperti yang terlihat pada gambar IV.5 menyebabkan pola penyebaran anomali dalam hal ini adalah area yang memiliki nlai resistivitas yang tinggi menjadi rumit, sehingga utuk menginterpretasikannya secara geologi membutuhkan beberapa data geologi dalam bentuk data bor (Borhole).
  • 46. 31  Lintasan 6 Lintasan selanjutnya yaitu lintasan 6, dimana lintasan ini memiliki posisi yang sejajar dengan lintasan 5 dan memotong lintasan 1 hingga lintasan 4. Hasil dari inversi data lintasan 6 menghasilkan penampang (pseudosection) seperti pada gambar IV.6. Gambar 4.6 Hasil inversi lintasan 6 Hal ini menyebabkan anomali dari hasil inversi lintasan 6 tersebut berada pada kedalaman yang relatif lebih dalam sehingga yang terdeteksi pada penampang hasil inversi hanya sebagian kecil atau hanya bagian atas permukaan alurnya saja.
  • 47. 32 IV.3 Pembahasan IV.3.1 Analisis Penampang 2D Inversi ke-6 lintasan menghasilkan penampang resistivitas yang masih perlu dikoreksi. Hal ini dilakukan untuk menyeragamkan interval kontur resistivitas setiap lintasan sesuai dengan keadaan geologi maupun litologi lokal yang terdapat pada lokasi penelitian. Berdasarkan penampang bawah permukaan yang telah dikoreksi, dapat terlihat dengan jelas posisi dari batuan dasar (peridotite). Batuan peridotite tersebut memilki nilai resistivitas antara 1.6 x 103 dalam keadaan 0,1% kandungan H2O dan 3 x 103 dalam kondisi kering (Telford, et al., 1990). Kondisi lokasi yang berada tidak jauh dari pesisir laut (Lampiran 1) menyebabkan intrusi air laut sangat mempengaruhi hasil pembacaan sehingga nilai resistivitas batuan peridotite memiliki kemungkinan pembacaan yang relatif lebih rendah. Faktor lain yang juga menyebabkan pengambilan data menghasilkan bacaan yang relatif rendah adalah kondisi batuan peridotite pada lokasi ini dipengaruhi oleh struktur geologi berupa rekahan-rekahan. Rekahan-rekahan tersebut diisi oleh mineral-mineral logam maupun intrusi dari air laut yang bersifat sebagai penghantar listrik (konduktor), dalam hal ini mineral logam yang dimaksud adalah kromit. Pengaruh keadaan geologi tersebut menjadi faktor maupun alasan penting mengenai nilai resistivitas batuan peridotite yang relatif rendah dibandingkan dengan yang ditetapkan oleh Telford dkk.
  • 48. 33 Adanya pertimbangan mengenai keadaan geologi lokal pada area penelitian ini, maka interval kontur resistivitas setiap lintasan dibuat seragam dengan prioritas ≥ Ω dasar. Hal tersebut juga didukung dengan adanya data bor (Lampiran 5) yang menjelaskan litologi bawah permukaan secara real. Sedangkan untuk nilai < Ω rendah (limonite) yang memiliki kandungan unsur besi (Fe) yang tinggi. Kandungan unsur besi (Fe) yang tinggi serta pengaruh dari intrusi air laut menyebabkan nilai resistivitas yang terukur relatif rendah. Adapun hasil koreksi dari inversi data resistivitas menghasilkan penampang 2D untuk setiap lintasan yang sesuai dengan penjelasan geologi lokal pada lokasi penelitian. Berikut adalah hasil koreksi untuk setiap lintasan. Gambar 4.7 Penampang resistivitas lintasan 1 Indikasi bentuk batuan dasar pada lintasan 1 ini menyerupai bentuk body seperti yang ada pada gambar (indikasi). Hal tersebut relatif sangat sesuai dengan data litologi yang diperoleh dari hasil pengeboran. Data bor pada lintasan ini memberikan informasi bawah permukaan berupa informasi lapisan serta data Indikasi A B Efek intrusi Data bor
  • 49. 34 mengenai kandungan kimia tiap meter lapisan. Dari data bor pada lintasan ini kita dapat mengetahui posisi kedalaman sebenarnya dari body batuan dasar. Data bor (Lampiran 5) menunjukkan body alur batuan poridotite terdapat pada kedalaman ±10 meter dari permukaan tanah dengan ketebalan mencapai ±15 meter. Bentuk anomali yang diasumsikan sebagai batuan dasar pada penampang hasil inversi seperti pada Gambar IV.7 memperkuat dugaan adanya bentuk batuan dasar yang menyerupai alur di bawah permukaan. Gambar 4.8 Penampang resistivitas lintasan 2 Lintasan berikutnya adalah lintasan 2. Memiliki posisi yang sejajar dengan lintasan 1, dimana lintasan ini bertujuan untuk mengindikasikan lekukan alur yang terlihat pada lintasan 1 sebelumnya. Indikasi anomali batuan peridotite sebagai batuan dasar terlihat sangat jelas pada hasil inversi dan juga setelah data diolah. Data litologi dari hasil pengeboran juga menunjukkan hal positif mengenai kelanjutan dari alur batuan. Ukuran dari anomali juga terlihat semakin massive dibandingkan yang terlihat pada lintasan sebelumnya. Pengaruh akan intrusi air laut juga terlihat pada penampang ini, dimana air laut memiliki kemungkinan mengintrusi lapisan tanah yang memiliki kandungan nikel rendah (limonite). Indikasi C D Efek intrusi Data bor
  • 50. 35 Data bor yang terdapat pada lintasan 1 dan 2 memperkuat data resistivitas sehingga keberadaan body batuan dasar menjadi lebih faktual. Data bor yang terdapat pada lintasan 2 menunjukkan hal yang relatif sama dengan data resistivitasnya. Susunan lapisan tanah yang lapisannya relatif homogen walaupun dengan ketebalan yang berbeda. Posisi kedalaman body batuan peridotite pada lintasan ini mencapai kedalaman ±37 meter, didesain untuk menlihat bentuk dari body alur batuan peridotite sehingga titik bor diupayakan tepat pada bagian sisi luar body. Dari hasil data bor dapat diasumsikan bentuk body pada lintasan ini menyerupai bentuk body yang ada pada lintasan 1. Gambar 4.9 Penampang resistivitas lintasan 3 Lintasan 3 pada gambar berada pada ketinggian 27 meter dari permukaan laut hingga 35 meter dari permukaan laut. Pada meteran 40 – 70 menunjukkan pengaruh dari intrusi air laut, sedangkan pengaruh genangan air yang cukup besar pada permukaan ditunjukkan pada meteran 130 – 185. Indikasi batuan dasar pada penampang tersebut terlihat memiliki posisi yang semakin dalam jika dibandikan dari penampang pada lintasan sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan oleh IndikasiEfek intrusi E F
  • 51. 36 pengaruh perbedaan elevasi, dimana lintasan 3 ini berada pada ketinggian lebih tinggi dibandingkan lintasan sebelumnya. Gambar 4.10 Penampang resistivitas lintasan 4 Dari Gambar IV.10 di atas menunjukkan anomali yang diasumsikan sebagai kelanjutan alur batuan dasar berada pada posisi yang hampir sama dengan posisi anomali pada 2 lintasan sebelumnya. Hal ini menunjukkan arah alur batuan peridotite yang memiliki potensi cebakan primer kromit (statiform) mengarah ke arah barat menerus hingga mencapai batuan dasar dalam hal ini batuan peridotite dalam jumlah massive. Pengaruh adanya beda elevasi terhadap 3 lintasan sebelumnya menyebabkan posisi anomali yang terletak semakin dalam. Gambar 4.11 Penampang resistivitas lintasan 5 Indikasi Indikasi G H J I J
  • 52. 37 Selanjutnya, lintasan 5 yang merupakan lintasan yang posisinya memotong lintasan 1 hingga 4. Letak lintasan yang berdekatan dengan laut menyebabkan intrusi air laut sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Adapun elevasi terendah pada penampang tersebut menjelaskan hal tersebut sedangkan pada elevasi tinggi (40 m- 60 m) kemungkinan disebabkan oleh air dari pegunungan maupun intrusi air laut yang diakibatkan oleh sifat porositas yang dimiliki oleh batuan maupun material hasil laterisasi. Indikasi batuan dasar terlihat sangat jelas. Adapun lapisan yang menutupi batuan dasar tersebut diindikasikan sebagai hasil dari laterisasi yang berlangsung pada daerah tersebut. Penampang lintasan 5 ini menimbulkan kecenderungan adanya percabangan alur batuan yang terbaca pada lintasan 1 hingga lintassan 4. Kecenderungan lainnya yaitu indikasi batuan peridotite pada lintasan 5 merupakan ujung lain dari alur batuan peridotite yang berasal pada formasi batuan peridotite massive yang sama dengan alur yang terdapat pada lintasan 1 hingga 4. Gambar 4.12 Penampang resistivitas lintasan 6 Indikasi K L
  • 53. 38 Lintasan berikutnya yaitu lintasan 6, merupakan lintasan yang memotong lintasan 1 hingga 4, sama halnya dengan lintasan sebelumnya yaitu lintasan 5. Akan tetapi posisi lintasan ini berjarak lebih jauh dibandingkan lintasan 5. Sehingga pengaruh intrusi air laut pada lintasan ini tidak sebesar lintasan lainnya. Kondisi permukaan yang relatif lembab saat pengambilan data di lapangan berlangsung mengakibatkan pembacaan nilai resistivitas yang diperoleh relatif rendah. Adanya aliran sungai di sekitar lintasan 6 dapat dijadikan sebagai faktor penyebab pembacaan nilai resistivitas menjadi relatif rendah. Adapun posisi indikasi batuan dasar berada cukup dalam dan merupakan kelanjutan alur batuan dasar karena pada posisi tersebut merupakan perpotongan lintasan ini dengan lintasan 3 dimana lintasan tersebut membentuk suatu indikasi alur batuan dasar setelah mendapat dukungan data dari dua lintasan sebelumnya. IV.3.2 Analisis Penampang Pseudo 3D Komposisi material peridotite relatif lebih kompak dibandingkan dengan material penyusun lapisan tanah yang terdapat pada lokasi penelitian, sehingga batuan peridotite cenderung akan memberikan hambatan terhadap arus listrik dan ≥ Ω . Resistivitas yang relatif lebih tinggi ini dapat diindikasikan sebagai resistivitas batuan dasar. Apabila setiap penampang resistivitas yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan mengidentfikasikan adanya nilai resistivitas yang relatif tinggi, maka dapat diindikasikan sebagai batuan dasar. Jika posisi indikasi batuan dasar
  • 54. 39 berdasarkan nilai resistivitas pada tiap penampang berada pada posisi yang relatif hampir sama, maka kemungkinan adanya alur batuan dasar di bawah permukaan dapat ditentukan. Gambar 4.13 Pseudosection 3D Penentuan alur batuan dasar bertujuan untuk mendeteksi alur cebakan primer kromit juga. Hal tersebut dikarenakan cebakan statiform yang menjadi prioritas penambangan berada pada batuan dasar. Dimana mineral kromit tersebut mengisi rekahan-rekahan pada batuan dasar. Rekahan-rekahan tersebut terbentuk karena adanya pengaruh endogen yang menyebabkan batuan dasar mengalami proses merekah. Jika rekahan-rekahan pada batuan dasar tersebut terisis oleh magma dari perut bumi yang kaya akan kandungan kromit, maka akan membentuk cebakan statiform yang kaya akan kromit.
  • 55. 40 Indikasi batuan dasar yang terdapat pada lintasan 5 (Body B) memunculkan dua kemungkinan terkait alur batuan dasar yang mengandung vein kromit tersebut. Pertama, arah alur batuan peridotite memanjang dari 1 hingga lintasan ke-4 (Body A) dan mencapai formasi batuan peridotite yang bersifat massive, sedangkan untuk indikasi batuan peridotite yang terdeteksi pada lintasan 5 merupakan alur lain dari batuan dasar (peridotite), akan tetapi diprediksikan berasal dari formasi batuan peridotite massive yang sama. Seperti pada gambar IV.14. Gambar 4.14 Bentuk alur peridotite dengan asumsi pertama A B
  • 56. 41 Kedua, indikasi batuan dasar (peridotite) yang terdapat pada lintasan 5 (Body j c . 3 c NE seperti pada gambar IV.15 dengan kata lain body A dan body B saling berhubungan dan diprediksikan mengarah ke formasi batuan peridotite yang massive. Gambar 4.15 Bentuk alur peridotite dengan asumsi kedua A B
  • 57. 42 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan 1. Alur batuan peridotite merupakan parameter untuk mengidentifikasi penyebaran vein kromit di bawah permukaan, dengan asumsi nilai ≥ Ω . yang mengandung NE untuk body A. Sedangkan untuk body B dengan ara NE pada lintasan 5 membentuk 2 kemunkinan. Pertama, body B terhubung langsung dengan body A. Kedua, body A dan B tidak terhubung secara langsung akan tetapi berasal dari satu formasi batuan peridotite massive yang sama. 2. Bentuk pola penyebaran maupun arah alur batuan dasar (peridotite) sebagai parameter penyebaran vein kromit (Statiform) dapat digambarkan menggunakan pseudosection 3D. V.2 Saran 1. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti mengenai analisis kimia batuan untuk menentukan pengaruh kandungan kimia pada batuan terhadap nilai resistansinya. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan software FOXLER dalam proses pengolahannya untuk memperoleh tampilan yang lebih baik.
  • 58. 43 DAFTAR PUSTAKA Bahri, 2005. Hand Out Mata Kuliah Geofisika Lingkungan dengan topik Metoda Geolistrik Resistivitas, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS, Surabaya. Hasan R.S.,1998,Mineral Kromit Di Indonesia.Puslitbang Geologi. Bandung. Hendrajaya, L., Idam Arif. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Bandung: ITB. Intan,S.D., 2011.Endapan Kromit Magmatik. Jurnal Pertambangan. Loke, M.H., Rapid 2D Resistivity & IP Inversion using the least-square method, Geotomo Software, Malaysia, 2004. Mottana, Annibale, Rodolfo Crespi, and Giuseppe Liborio (1977). Rocks and Minerals.Simon&Schuster;NewYork. Nabeel,F.,dkk.2013. Analisa Sebaran Fosfat dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger : Studi Kasus Saronggi, Madura. Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 2, No.1 Prasetiawati, Lukei, 2004. Aplikasi metode resistivitas dalam eksplorasi Endapan laterit nikel serta studi perbedaan Ketebalan endapannya berdasarkan morfologi Lapangan: Penelitian Lapangan. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program Sarjana Sains FMIPA, Universitas Indonesia, Jakarta. Telford, W. M., G , L. P. S , R. ., , “ G c , S c “, C U P , U S c . van Nostrand, Robert, G. & Kenneth, L Cook. 1966. Interpretation of Resistivity Data. Washington: Geological Survey.
  • 59. 44 LAMPIRAN 1 PETA AREA PENELITIAN A B C D E F G H IJ K L
  • 60. 45
  • 62. 47
  • 64. 49
  • 65. 50
  • 66. 51
  • 67. 52
  • 68. 53 LAMPIRAN 4 PETA PENYEBARAN ANOMALI (Birdview)
  • 69. 54 Perkiraan 1, body A tidak berhubungan secara langsung dengan body B Perkiraan 1, body A berhubungan langsung dengan body B
  • 71. 56 Keterangan : Veinlet kromit pada batuan.
  • 72. 57 Keterangan : Vein Massive kromit (Asosiasi batuan Peridotite) Keterangan : Pengeboran
  • 75. 60 Lintasan 1 DP A N V I R K Rho Semu 15 10 1 98,1 179 0,548045 62,83185 34,43466 25 10 1 115,5 187 0,617647 62,83185 38,80791 35 10 1 124,4 235 0,529362 62,83185 33,26078 45 10 1 181,3 530 0,342075 62,83185 21,49324 55 10 1 253,2 201 1,259701 62,83185 79,14938 65 10 1 81,9 321 0,25514 62,83185 16,03093 75 10 1 251,4 283 0,888339 62,83185 55,816 85 10 1 171,8 505 0,340198 62,83185 21,37527 95 10 1 85,5 488 0,175205 62,83185 11,00845 105 10 1 94,4 650 0,145231 62,83185 9,125118 115 10 1 79,7 156 0,510897 62,83185 32,10063 125 10 1 118,1 169 0,698817 62,83185 43,90794 135 10 1 94,7 408 0,232108 62,83185 14,58377 145 10 1 59,9 469 0,127719 62,83185 8,024793 155 10 1 87,3 441 0,197959 62,83185 12,43814 165 10 1 176,8 893 0,197984 62,83185 12,43972 175 10 1 55,8 404 0,138119 62,83185 8,678261 25 10 2 53,2 932 0,057082 188,4956 10,75962 35 10 2 52,6 460 0,114348 188,4956 21,55406 45 10 2 171 109 1,568807 188,4956 295,7132 55 10 2 167 456 0,366228 188,4956 69,03236 65 10 2 518,2 113 4,585841 188,4956 864,4106 75 10 2 653 113 5,778761 188,4956 1089,271 85 10 2 550,7 115 4,788696 188,4956 902,6479 95 10 2 57,7 787 0,073316 188,4956 13,81981 105 10 2 33,5 168 0,199405 188,4956 37,58691 115 10 2 37,3 207 0,180193 188,4956 33,96562 125 10 2 27,9 966 0,028882 188,4956 5,444126 135 10 2 19,5 478 0,040795 188,4956 7,689672 145 10 2 21,7 364 0,059615 188,4956 11,23724 155 10 2 33,1 722 0,045845 188,4956 8,641555 165 10 2 43,3 456 0,094956 188,4956 17,89881 35 10 3 33,3 487 0,068378 376,9911 25,77783 45 10 3 354,4 114 3,108772 376,9911 1171,979 55 10 3 302,8 117 2,588034 376,9911 975,6659 65 10 3 307 162 1,895062 376,9911 714,4214 75 10 3 117 281 0,41637 376,9911 156,9678
  • 76. 61 Lintasan 2 DP A N V I R K Rho Semu 15 10 1 22,2 514 0,043191 62,83185 2,713749 25 10 1 21,9 447 0,048993 62,83185 3,078339 35 10 1 42,6 409 0,104156 62,83185 6,544345 45 10 1 53,5 263 0,203422 62,83185 12,78138 55 10 1 63,4 173 0,366474 62,83185 23,02624 65 10 1 54,4 370 0,147027 62,83185 9,237981 75 10 1 83,1 364 0,228297 62,83185 14,3443 85 10 1 27,4 297 0,092256 62,83185 5,796609 95 10 1 58,7 594 0,098822 62,83185 6,209141 105 10 1 50,8 315 0,16127 62,83185 10,13288 115 10 1 41,9 533 0,078612 62,83185 4,939315 125 10 1 41 435 0,094253 62,83185 5,922083 135 10 1 46 194 0,237113 62,83185 14,89827 145 10 1 61,7 410 0,150488 62,83185 9,455428 155 10 1 187 173 1,080925 62,83185 67,91651 165 10 1 183 176 1,039773 62,83185 65,33085 175 10 1 130,1 413 0,315012 62,83185 19,79279 185 10 1 163,6 370 0,442162 62,83185 27,78187 195 10 1 75,5 205 0,368293 62,83185 23,14051 25 10 2 91,9 465 0,197634 188,4956 37,25321 35 10 2 10,7 579 0,01848 188,4956 3,483424 45 10 2 22,4 591 0,037902 188,4956 7,144333 55 10 2 28,9 564 0,051241 188,4956 9,658726 65 10 2 16,1 274 0,058759 188,4956 11,07583 75 10 2 26,1 330 0,079091 188,4956 14,90829 85 10 2 20,7 414 0,05 188,4956 9,424778 95 10 2 21,5 383 0,056136 188,4956 10,58134 105 10 2 19,5 230 0,084783 188,4956 15,98115 115 10 2 25 361 0,069252 188,4956 13,05371 125 10 2 19,7 393 0,050127 188,4956 9,44876 135 10 2 15,8 198 0,079798 188,4956 15,04156 145 10 2 22,8 385 0,059221 188,4956 11,16285 155 10 2 31,9 527 0,060531 188,4956 11,40988 165 10 2 33,7 408 0,082598 188,4956 15,56936 175 10 2 31,4 467 0,067238 188,4956 12,67401 185 10 2 46,1 274 0,168248 188,4956 31,71403 35 10 3 7,1 502 0,014143 376,9911 5,331946
  • 77. 62 Lintasan 3 DP A N V I R K Rho Semu 15 10 1 65,9 486 0,135597 62,83185 8,519792 25 10 1 25 498 0,050201 62,83185 3,154209 35 10 1 61,5 283 0,217314 62,83185 13,65427 45 10 1 78,7 326 0,241411 62,83185 15,1683 55 10 1 39,7 292 0,135959 62,83185 8,54255 65 10 1 32,6 421 0,077435 62,83185 4,865364 75 10 1 58,6 488 0,120082 62,83185 7,544973 85 10 1 57,6 294 0,195918 62,83185 12,30991 95 10 1 124,7 219 0,569406 62,83185 35,77686 105 10 1 109,6 209 0,524402 62,83185 32,94914 115 10 1 48,8 125 0,3904 62,83185 24,52956 125 10 1 65,7 459 0,143137 62,83185 8,993579 135 10 1 107,5 358 0,300279 62,83185 18,86711 145 10 1 0,3 465 0,000645 62,83185 0,040537 155 10 1 41,3 392 0,105357 62,83185 6,619785 165 10 1 33,3 367 0,090736 62,83185 5,701092 175 10 1 43,7 474 0,092194 62,83185 5,792726 185 10 1 56,6 223 0,253812 62,83185 15,94746 195 10 1 99,1 241 0,411203 62,83185 25,83667 25 10 2 14,9 535 0,02785 188,4956 5,249689 35 10 2 11,4 489 0,023313 188,4956 4,394375 45 10 2 32,5 411 0,079075 188,4956 14,90537 55 10 2 20,9 502 0,041633 188,4956 7,847723 65 10 2 16,7 408 0,040931 188,4956 7,715382 75 10 2 33,2 461 0,072017 188,4956 13,57495 85 10 2 16,8 690 0,024348 188,4956 4,589457 95 10 2 50,4 298 0,169128 188,4956 31,87979 105 10 2 33,4 224 0,149107 188,4956 28,10603 115 10 2 18,9 440 0,042955 188,4956 8,096741 125 10 2 20,7 278 0,07446 188,4956 14,03546 135 10 2 19,6 258 0,075969 188,4956 14,31982 145 10 2 26,3 358 0,073464 188,4956 13,84758 155 10 2 21,5 467 0,046039 188,4956 8,678061 165 10 2 24,9 259 0,096139 188,4956 18,12177 175 10 2 0,3 325 0,000923 188,4956 0,173996 185 10 2 21,1 387 0,054522 188,4956 10,27715 35 10 3 15,2 429 0,035431 376,9911 13,35726
  • 78. 63 Lintasan 4 DP A N V I R K Rho Semu 15 10 1 86,6 489 0,177096 62,83185 11,12728 25 10 1 121 425 0,284706 62,83185 17,8886 35 10 1 150,5 251 0,599602 62,83185 37,67408 45 10 1 171,4 360 0,476111 62,83185 29,91494 55 10 1 130,2 230 0,566087 62,83185 35,56829 65 10 1 119,5 360 0,331944 62,83185 20,85668 75 10 1 192,6 342 0,563158 62,83185 35,38425 85 10 1 97,2 607 0,160132 62,83185 10,06138 95 10 1 73 288 0,253472 62,83185 15,92613 105 10 1 63,1 223 0,28296 62,83185 17,77888 115 10 1 70,4 323 0,217957 62,83185 13,69462 125 10 1 103,7 461 0,224946 188,4956 42,40128 135 10 1 55,8 446 0,125112 188,4956 23,58308 145 10 1 61,7 397 0,155416 188,4956 29,29515 155 10 1 89 340 0,261765 188,4956 49,34148 165 10 1 93,3 301 0,309967 188,4956 58,42736 175 10 1 130,3 441 0,295465 188,4956 55,69381 25 10 2 55,7 451 0,123503 188,4956 23,27983 35 10 2 70,5 335 0,210448 188,4956 39,66847 45 10 2 23,1 554 0,041697 188,4956 7,859652 55 10 2 61,9 461 0,134273 188,4956 25,30992 65 10 2 64,5 263 0,245247 188,4956 46,228 75 10 2 92,1 536 0,171828 188,4956 32,38888 85 10 2 61,8 414 0,149275 188,4956 28,13774 95 10 2 26,3 236 0,111441 188,4956 21,00607 105 10 2 42,4 147 0,288435 188,4956 54,36879 115 10 2 62,3 173 0,360116 376,9911 135,7604 125 10 2 39,8 625 0,06368 376,9911 24,00679 135 10 2 34,7 406 0,085468 376,9911 32,22067 145 10 2 56,7 683 0,083016 376,9911 31,29633 155 10 2 24,9 417 0,059712 376,9911 22,51098 165 10 2 60,4 437 0,138215 376,9911 52,10587 35 10 3 16,8 425 0,039529 376,9911 14,90224 45 10 3 17 625 0,0272 376,9911 10,25416 55 10 3 22,8 248 0,091935 376,9911 34,65886 65 10 3 33,9 365 0,092877 376,9911 35,0137 75 10 3 39,8 601 0,066223 376,9911 24,96547
  • 79. 64 Lintasan 5 DP A N V I R K Rho Semu 15 10 1 24,4 352 0,069318 62,83185 4,35539 25 10 1 81,1 499 0,162525 62,83185 10,21175 35 10 1 88,7 296 0,299662 62,83185 18,82833 45 10 1 115,1 238 0,483613 62,83185 30,38633 55 10 1 80,4 489 0,164417 62,83185 10,33064 65 10 1 83,6 223 0,374888 62,83185 23,5549 75 10 1 85,9 371 0,231536 62,83185 14,54786 85 10 1 21,8 587 0,037138 62,83185 2,333449 95 10 1 52,9 323 0,163777 62,83185 10,29042 105 10 1 44,6 417 0,106954 62,83185 6,720145 115 10 1 46,8 565 0,082832 62,83185 5,204479 125 10 1 34,4 261 0,131801 62,83185 8,281286 135 10 1 37 438 0,084475 62,83185 5,307714 145 10 1 14,6 502 0,029084 62,83185 1,827381 155 10 1 21,7 480 0,045208 62,83185 2,840523 165 10 1 24,2 179 0,135196 62,83185 8,494586 175 10 1 19,6 459 0,042702 62,83185 2,683016 185 10 1 24,5 327 0,074924 62,83185 4,707585 195 10 1 26,2 285 0,09193 62,83185 5,776121 25 10 2 55,3 461 0,119957 188,4956 22,61129 35 10 2 28,9 293 0,098635 188,4956 18,59222 45 10 2 22,5 213 0,105634 188,4956 19,9115 55 10 2 44,2 329 0,134347 188,4956 25,32372 65 10 2 24 258 0,093023 188,4956 17,53447 75 10 2 22,6 427 0,052927 188,4956 9,97658 85 10 2 11,8 538 0,021933 188,4956 4,134289 95 10 2 9,2 342 0,026901 188,4956 5,070641 105 10 2 22,3 374 0,059626 188,4956 11,23917 115 10 2 8,6 196 0,043878 188,4956 8,270724 125 10 2 14,1 280 0,050357 188,4956 9,492098 135 10 2 9,8 194 0,050515 188,4956 9,521941 145 10 2 6,4 479 0,013361 188,4956 2,518521 155 10 2 11,2 428 0,026168 188,4956 4,932594 165 10 2 9,1 693 0,013131 188,4956 2,475194 175 10 2 6,6 626 0,010543 188,4956 1,987333
  • 80. 65 Lintasan 6 DP A N V I R K Rho Semu 15 10 1 126,2 428 0,29486 62,83185 18,52659 25 10 1 57 361 0,157895 62,83185 9,920819 35 10 1 4,7 396 0,011869 62,83185 0,745732 45 10 1 25 540 0,046296 62,83185 2,908882 55 10 1 1,3 218 0,005963 62,83185 0,374685 65 10 1 33 547 0,060329 62,83185 3,790587 75 10 1 26,3 204 0,128922 62,83185 8,100381 85 10 1 55,6 125 0,4448 62,83185 27,94761 95 10 1 42,2 546 0,077289 62,83185 4,856235 105 10 1 76,6 302 0,253642 62,83185 15,93682 115 10 1 30,2 140 0,215714 62,83185 13,55373 125 10 1 33,6 347 0,09683 62,83185 6,084007 135 10 1 18,6 937 0,019851 62,83185 1,247249 145 10 1 33,4 316 0,105696 62,83185 6,641088 155 10 1 35 930 0,037634 62,83185 2,36464 165 10 1 34,8 129 0,269767 62,83185 16,94999 175 10 1 37,7 430 0,087674 62,83185 5,508746 185 10 1 26,8 379 0,070712 62,83185 4,442991 195 10 1 33,3 279 0,119355 62,83185 7,499286 25 10 2 33 787 0,041931 188,4956 7,90388 35 10 2 21 908 0,023128 188,4956 4,359479 45 10 2 13 712 0,018258 188,4956 3,441632 55 10 2 15,8 390 0,040513 188,4956 7,636487 65 10 2 13,4 188 0,071277 188,4956 13,43532 75 10 2 9,8 725 0,013517 188,4956 2,54794 85 10 2 24,2 260 0,093077 188,4956 17,54459 95 10 2 42,4 632 0,067089 188,4956 12,6459 105 10 2 23,7 297 0,079798 188,4956 15,04156 115 10 2 28,3 156 0,18141 188,4956 34,19503 125 10 2 39,6 337 0,117507 188,4956 22,14963 135 10 2 3 485 0,006186 188,4956 1,165952 145 10 2 24,7 115 0,214783 188,4956 40,48557 155 10 2 20,9 963 0,021703 188,4956 4,090921 165 10 2 22,6 242 0,093388 188,4956 17,6033 175 10 2 19,1 411 0,046472 188,4956 8,759769 185 10 2 117,7 687 0,171325 188,4956 32,29393 10 3 13,2 296 0,044595 376,9911 16,81177
  • 81. 66