Teori Arsitektur Neo-klasik dipengaruhi oleh era Pencerahan yang mendorong individu untuk berpikir mandiri. Tiga konsep utama teori ini adalah sublime, beauty, dan picturesque. Sublime meliputi objek menakutkan seperti kematian, sementara beauty meliputi keindahan dan picturesque sebagai penghubung antara keduanya. Warna, cahaya, dan gelap juga dipertimbangkan dalam ketiga konsep tersebut dalam merancang bangunan.
2. TEORI ARSITEKTUR NEO-KLASIK
Teori Arsitektur Neo-klasik amat dipengaruhi oleh era dari periode keberlangsungannya, yaitu
era Pencerahan (Enlightenment). Dalam era tersebut tiap individu diharapkan mandiri dan
percaya diri, terutama terhadap haknya untuk mempertanyakan semua paradigma dogmatik.
Karena itu yang terbentuk bukan lagi paradigma arsitektur melainkan pokok-bahasan utama,
yaitu tentang Keadiluhngan (sublime), Keindahan (beauty), dan Pelukisan (picturesque); serta
Gaya Bangunan Gedung (building style).
4. Immanuel Kant (1724-1804).
“… to make … impression on us in its proper strength, we must have a
feeling of the sublime, and in order properly to enjoy … we must have a
feeling for the beautiful …”
Rasa takut atau melankolis termasuk dalam kategori sublime yang menakutkan (terrifying),
sedangkan yang berawal dari rasa kagum disebut noble. Adapun sublime yang berawal dari
beauty keindahan yang sekaligus meliputi keseluruhan sublime terkait disebut grand sublime
• Sublime selalu berskala besar sedangkan beauty dapat berskala kecil
• Sublime harus merupakan sesuatu yang sederhana sementara beauty dapat berupa sesuatu yang
dekoratif atau ornamentatif
• Sublime dapat berupa sesuatu yang amat tinggi sehingga mengagumkan atau amat dalam
sampai terasa menggetarkan
• Beauty lebih kecil skalanya, seperti perhiasan emas. Namun mozaik dapat dikategorikan
sebagai sublime apabila obyeknya mengagumkan meskipun berskala kecil
• Alat tempur peperangan pasti noble meskipun wujudnya sederhana, kastil kediaman seseorang
pasti mengagumkan berkat ukurannya sementara sebuah istana pasti indah karena didekorasi
5. • Tragedi dibedakan dari komedi. Yang pertama termasuk sublime sedangkan yang ke dua
beauty. Dalam tragedi terkandung pengorbanan besar dari pihak lain yang dengan setia
berhadapan dengan situasi yang membahayakannya. Selain itu, dalam tragedi terkandung
situasi melankolis, lembut dan penuh harga diri. Ketidak-beruntungan orang lain menimbulkan
simpati dalam lubuk hati pihak lainnya sehingga bahkan jantungnya pun berdetak dalam irama
yang sama dengan yang menderita kemalangan tersebut
• Komedi, di lain pihak, merepresentasikan daya-pikat dan keterkaitan yang menakjubkan antar-
individu, baik yang pintar maupun tolol, baik yang penuh-canda maupun berkarakter
sembarangan
• Sosok seseorang yang tampil menyenangkan termasuk dalam kategori sublime, demikian pula
patung berukuran raksasa sementara yang berukuran kecil lebih memberikan rasa keakraban
dan intim
• Warna kecoklatan dan bola mata hitam itu juga dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang
sublime sedangkan bola mata biru dan rambut pirang termasuk dalam kategori beauty
• Usia tua lebih dekat ke kategori sublime sementara usia muda lebih dekat ke kategori beauty
• Mereka yang bertubuh besar harus memperhatikan faktor kesederhanaan atau maksimal megah
dalam pakaian yang dikenakannya; sementara mereka yang bertubuh kecil dapat mengenakan
pakaian yang dihiasi dekorasi
• Untuk situasi dalam sebuah institusi, para rohaniwan selayaknya mengenakan kostum yang
sederhana sementara para negarawan dapat menambahkan perhiasan. Adapun kalangan elit
dapat mengenakan kostum sepuas yang mereka kehendaki
6. • Kualitas sublime dari sub-kategori yang menakutkan, apabila dibentuk secara artificial, akan
beralih sifatnya menjadi sebuah petualangan. Sesuatu yang tidak alami, sejauh ditujukan untuk
menciptakan situasi sublime, disebut “keanehan yang mengerikan”
• Mereka yang percaya kepada jenis petualangan seperti di atas disebut pengkhayal sedangkan
yang tidak menyukai keanehan disebut pemarah
• Dilain pihak rasa terhadap beauty akan menurun apabila tidak terdapat unsur glory (kemuliaan)
di dalamnya sehingga akan disebut “keterlaluan” (ridiculous). Seorang lelaki dengan kualitas
seperti itu, apabila dia masih muda, disebut “perlente” (dandy), sedangkan apabila dia sudah
dewasa disebut “pesolek”
• Di antara kualitas moral, hanya kebajikan (virtue) yang termasuk dalam kategori sublime.
Namun terdapat kualitas moral yang tergolong beauty juga. Sejauh kualitas tersebut serasi
dengan virtue, maka kualitas tersebut dapat dinyatakan sebagai noble; yaitu suatu tindakan
yang dilakukan dengan kelembutan hati dan dapat dengan mudah mengundang simpati yang
hangat sehingga tergolong indah dan menghadirkan rasa kasih-sayang
• Jenis ke dua dari perasaan yang termasuk beauty namun belum dapat benar-benar dikatakan
sebagai virtue adalah keengganan untuk bersependapt dengan orang lain atas dasar prinsip
kesejawatan
7. Edmund Burke (1729-1797)
Picturesque, beauty dan sublime merupakan konsep tri-
tunggal yang didasari salah satu aspek kemanusiaan yang
paling alami, yaitu naluri (instinct). Dalam konsep tri-
tunggal tersebut unsur picturesque merupakan penghubung
beauty dengan sublime
• Yang termasuk dalam sublime adalah semua gagasan tentang rasa sakit, bahaya, ngeri atau
terkait dengan obyek yang mengerikan, atau yang penerapannya berkaitan dengan teror
• Sublime merupakan emosi terkuat yang dapat dirasakan oleh manusia. Contoh: emosi yang
terbentuk dari rasa sakit jauh lebih kuat daripada rasa senang
• Emosi dari rasa skit yang paling kuat adalah yang terkait kematian karena di dalamnya terdapat
unsur teror
• Gairah yang timbul dari sublime yang alami disebut takjub, yaitu kondisi mental ketika semua
gerakan tertunda karena rasa ketakutan. Ketika merasa takjub, kita tidak lagi dikuasai
penalaran tentang obyek yang merepresentasikannya
• Rasa takjub dengan demikian merupakan kualitas tertinggi dari sublime alami. Adapun kualitas
yang lebih rendah adalah rasa kagum, hormat dan segan
• Tidak ada gairah yang mencabut akal dari tempatnya selain rasa takut, rasa skit dan rasa takut
mati
8. • Kekasaran merupakan titik pembeda antara keindahan dan picturesque. Berbicara tentang
kekasaran pada hakekatnya hanya terkait ke permukaan suatu bentuk, sementara apabila kita
berbicara tentang garis-luarnya maka yang dimaksudkan adalah ketidak-rataan sebuah
permukaan. Keduanya merupakan unsur utama dari picturesque, dari wujud terkecil sampai
terbesar
• Menyatakan pendapat dengan bening merupakan sebuah keharusan. Dilain pihak, membuat
pendapat itu menjadi sesuatu yang menyentuh imajinasi merupakan keniscayaan
• Sebuah bangunan gedung akan tetap menjadi sebuah realita sehebat apapun deskripsi
verbalnya. Sebaliknya, sebuah lukisan dapat membangkitkan gairah tanpa dukungan verbal
apapun
• Semua bentuk kepemilikan pribadi merupakan perwujudan dari sesuatu yang mengerikan. Di
dalamnya terkandung unsur-unsur kekosongan, kegelapan, kesendirian dan kesenyapan.
• Kehebatan dimensi ukuran merupakan sebuah kekuatan di dalam sublime. Tidak lagi
diperlukan ilustrasi untuk menjelaskannya kecuali deskripsi serta apakah dampak yang sama
juga akan terjadi apabila dialami orang lain. Untuk itu diperlukan tambahan uraian deskripstif
seperti ukuran panjang, tinggi atau kedalaman. Dari ketiga jenis ukuran itu ukuran panjang
merupakan yang paling lemah. Seratus meter panjang sebuah tapak tidak akan menimbulkan
dampak kekaguman seperti sebuah menara atau gunung batu setinggi seratus meter. Dilain
pihak, ukuran ketinggian tersebut masih kalah dampaknya dari sebuah obyek dengan
kedalaman seratus meter
9. • Sumber sublime lainnya adalah infinity (tak terhingga), yaitu rasa takut yang menyenangkan.
Namun penglihatan kita seringkali tertipu, seakan sedang berhadapan dengan situasi infinity
padahal bukan. Ketika kita mengulangi sebuah gagasan berulangkali, alam-pikiran kita
otomatis mengangkatnya kembali setelah gagasan asli mulai surut
• Suksesi dan keseragaman merupakan unsur utama infinity-buatan
• Tidak ada yang lebih megah pada sebuah bangunan gedung daripada sudut-sudutnya sehingga
pengolahan di situ tidak boleh keliru meskipun pilihannya boleh dikatakna tak terhingga
• Besarnya dimensi sebuah bangunan gedung dengan demikian merupakan syarat utama bagi
pemunculan sublime karena dari dimensi tersebut hanya akan terdapat bagian-bagian yang
demikian jelasnya menampilkan infinity
• Akan tetapi ketepatan dimensi juga penting untuk diperhatikan. Bangunan gedung yang terlalu
lebar akan menghancurkan target kemegahan tadi sementara perspektifnya akan mengurangi
kesan ketinggian bangunannya dan menghasilkan effek segitiga yang jelek dipandang mata
• Deretan kolom dan pepohonan di sepanjang jalan dalam jarak yang tidak terlalu jauh satu-
sama-lain akan jauh lebih mempesona, padahal metode desainnya amat mudah dan sederhana.
Seorang artis sejati harus memberi tipuan noble maksimal kepada para pengamat, dengan
metode yang mudah. Desain yang hanya hebat dalam dimensinya selalu menjadi penanda dari
imajinasi yang rendah dan biasa-biasa saja
• Semua karya seni yang hebat akan memudar kecuali yang alami.
10. • Sebagai tampilan yang sublime, infinity membuat kita sepakat terhadap rasa senang. Musim
semi misalnya, merupakan musim yang paling menyenangkan sedangkan binatang yang masih
muda, meskipun belum sepenuhnya sempurna, mampu membangkitkan sensasi daripada yang
sudah dewasa karena di dalam sensasi tersebut terdapat imajinasi yang “menjanjikan” tanpa
harus dibuktikan secara fisik terlebih dahulu.
• Dalam proses sketsa pun terdapat suatu perasaan menyenangkan yang melebihi saat sketsa
tersebut sudah menjadi gambar
• Sumber kehebatan lainnya adalah difficulty (kesulitan). Ketika sebuah pekerjaan terlihat
memerlukan daya dan tenaga besar untuk dibuat, gagasan tentang itu terasa hebat juga.
Sebagai contoh: Stonehenge. Sebagai massa bebatuan yang diletakkan dengan teratur dan
ditumpuk satu di atas lainnya, karya tersebut membangkitkan pemikiran tentang besarnya daya
dan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan seperti itu. Pemikiran tersebut
sudah cukup untuk mengesampingkan kekasaran bebatuannya sendiri sebagai salah satu wujud
beauty.
• Magnificent (luar-biasa) juga merupakan sumber sublime. Produk hebat yang luar-biasa
indahnya (splendid) sudah dengan sendirinya merupakan obyek yang magnificent. Namun
splendid dalam karya seni yang berlipat-ganda kualitasnya justru harus diterima dengan hati-
hati, In works of art, this kind of grandeur, which consists in multitude, karena akan
menghancurkan semua yang tadinya hargai.
• “… unless you can produce an appearance of infinity by your disorder, you will have disorder
only without magnificenct”
11. • Warna menjadi unsur berikutnya untuk dipertimbangkan sejauh mampu membangkitkan
gagasan tentang greatness. Tapi perlu diingat bahwa warna itu bergandtung pada cahaya.
Karena itu justru cahaya lah yang lebih harus diperhatikan, demikian pula lawannya, yaitu
darkness (kegelapan).
• Dalam kaitannya dengan sublime, cahaya harus dihadirkan dalam situasi tertentu diluar
kemampuannya menghadirkan sebuah obyek. Sekedar cahaya saja tidak akan mampu
menimbulkan kesan mendalam dan tanpa kesan tersebut sublime tidak akan terjadi
• Namun cahaya matahari merupakan perkecualian. Daya sinarnya yang kuat mampu
menggetarkan panca-indra sehingga membangkitkan gagasan-gagasan tertentu. Pencahayaan
dengan daya yang lebih kecil dapat memiliki kemampuan yang sama apabila digerakkan
dengan kecepatan tertentu
• Perpindahan dari terang ke gelap atau sebaliknya, apabila dilakukan dengan teknik serupa, akan
menghasilkan kesan serupa juga. Namun faktor gelap lebih produktif daripada terang
• Cahaya yang amat terang sehingga menyilaukan akan menghapus keberadaan obyek-obyek
lainnya demikian rupa sehingga menyamai situasi gelap. Dengan demikian, baik situasi terang-
benderang maupun gelap-gulita dalam kasus ini sama-sama menciptakan suasana sublime
12. • Karena pengelolaan cahaya dalam bidang Arsitektur merupakan persoalan yang amat penting
maka penting juga untuk mempertimbangkan apakah itu berperan dalam penerapan aspek
sublime pada bangunan gedung. Semua bangunan yang dipertautkan ke idea tentang sublime
sebaiknya agak gelap dan suram, pertama karena suasana gelap mengandung dampak yang
lebih besar terhadap kegairahan ketimbang suasana terang. Ke dua, untuk membuat sebuah
obyek lebih mencolok kita harus membuatnya jauh berbeda daripada obyek yang sudah kita
kenali sebelumnya
• Ketika kita memasuki bangunan gedung, kita tidak merasakan keberadaan cahaya yang lebih
kuat daripada ketika kita berada di ruang terbuka. Suasana yang sedikit lebih redup tersebut
hanya akan mampu menghasilkan perubahan yang tidak berarti. Untuk membuatnya jauh lebih
mencolok, kita terlebih dahulu harus merasakan pencahayaan yang sama intensitasnya dengan
suasana kegelapan yang ingin kita hasilkan
• Pendekatan yang sama berlaku juga pada situasi sebaliknya, namun dengan tujuan yang
berbeda. Kemegahan akan segera terasa serentak ruangan-ruangan diberi pencahayaan setelah
sebelumnya digelapkan terlebih dahulu
• Untuk menghasilkan kemegahan yang sempurna, harus ada penyederhanaan yang sempurna
pula dalam disposisi keseragaman wujud, dan pewarnaan yang diterapkan dengan absolut
• Penerapan di atas tidak berlaku pada dinding, sepanjang apapun itu. Ketika kita mengamati
dinding polos, pandangan kita menelusuri ruang yang meliputinya dan dengan cepat tiba di
ujung dinding. Dalam proses tersebut pandangan kita tidak menemui hambatan, namun juga
tidak menemui apapun yang dapat menghasilkan dampak-akhir yang hebat
• Pandangan terhadap sebuah dinding polos yang tinggi dan panjang memang memberi kesan
megah. Akan tetapi itu hanya kesan tunggal, tidak diikuti kesan-kesan berikutnya sehingga
tidak mampu menghasilkan sebuah infinity melainkan sekedar vastness.
13. • Uraian tentang beauty dengan sendirinya harus diperbandingkan dengan sublime. Apabila
dilakukan maka akan nyata terlihat adanya kontras antara keduanya. Obyek-obyek sublime
umumnya berukuran besar sedangkan obyek-obyek yang tergolong beauty biasanya berukuran
kecil. Obyek beauty biasanya halus dan mengkilap karena memantulkan garis-garis yang tegas
tanpa memerlukan kepekaan lagi
• Akan tetapi ada kalanya terjadi bias yang besar, padahal beauty itu tidak boleh mengaburkan
pandangan melainkan harus terasa ringan dan delicate(halus) sementara sublime harus solid
atau bahkan masif
• Di lingkung-alami juga terdapat perbandingan antara pain (rasa sakit) dan pleasure (rasa
senang). Perbedaan ini tidak boleh dikesampingkan oleh mereka yang berkecimpung dalam
wahana terkait passionate (kegairahan). Terdapat demikian banyaknya kombinasi-alami yang
dapat diterapkan menjadi buah karya seni. Namun kita perlu mempertimbangkan daya
kombinasi-kombinasi tersebut terhadap kegairahan tadi. Apabila kombinasinya menghasilkan
sesuatu yang mampu membangkitkan rasa dalam alam-pikiran kita, maka sesuatu itu
kemungkinan besar akan berupa produk yang seragam dan sempurna
• Coba kita amati sederetan tiang seragam yang diletakkan dengan teratur dalam posisi
pandangan ke sepanjang deretannya. Dalam situasi tersebut tiang pertama memberi kesan awal
bagi tiang-tiang berikutnya demikian rupa sehingga kesan awal tadi diulangi terus-menerus
menjadi semakin kuat dan menghasilkan sublime dalam alam-pikiran kita
• Dalam kasus lainnya, bayangkan ketika deretan tiang tadi merupakan pasangan berbentuk-dasar
lingkaran dan bujur-sangkar. Maka kesan awal dari tiang berbentuk-dasar lingkaran akan
segera dihapus oleh kesan berikutnya yang dating dari tiang berbentuk-dasar bujur-sangkar.
Demikian seterusnya, kesan dari deretan pasangan tiang ini saling menghapuskan. Maka alam-
pikiran kita tidak akan membentuk sublime
15. Johan Joachim Wincklemann (1717-1768)
Isyu tentang style dalam wacana Neo-klasik awalnya
dibangkitkan di Jerman. Salah satunya melalui karya
tulisa dari JJ Wincklemann berjudul:
The History of Art in Antiquity
• Pokok-bahasan dalam kajian sejarah seni adalah tentang Awal, Progres, Perubahan dan
Sirnanya karya-karya seni; bersama dengan perbedaan gaya di setiap bangsa, periode dan
seniman serta membuktikannya sejauh mungkin dari karya-karya seni kuno (ancient)
• Langkah pertama dalam kajian seperti itu adalah mengasah kemampuan mengenali perbedaan
karya modern dari yang kuno, dan karya asli dari yang sudah ditambah-kurangi. Sebagai
pedoman-umum, bagian-bagian sebuah patung yang sudah terpisah dari tubuhnya harus
diperlakukan sebagai penambahan-baru (tidak orisinil)
• Terdapat 3 tahap dalam perkembangan karya seni, yaitu Pertumbuhan, Perbaikan dan
Penyempurnaan. Pada tahap Pertumbuhan, karya seni dimulai dari rupa-bentuk dengan raut
(shape) yang paling sederhana karena memakai bahan-dasar yang paling mudah ditemukan dan
“dibentuk”, seperti tanah-liat. Pada tahap Perbaikan, raut tersebut semakin halus, rumit
sekaligus tajam karena sudah memakai bahan-dasar yang lebih sulit ditemukan dan “dibentuk”
sehingga memerlukan peralatan yang dibuat khusus untuk tujuan tersebut. Pada tahap
Penyempurnaan, perbedaan lokasi dan tempat warga pembuat karya seni serta masyarakatnya
mulai dapat dikenali karena sudah mencerminkan budaya dan peradaban masing-masing
16. Heinrich Hubsch (1795-1763)
Isyu tentang style dalam wacana Arsitektur
Neo-klasik, dilain pihak, dibangkitkan melalui
sebuah tulisan dari Heinrich Hubsch berjudul:
In What Style Should We Build?
• Keindahan sebuah bangunan gedung, seperti juga sebuah lanskap atau simfoni, terwujud dari
banyak elemen yang perannya saling berbeda terhadap keseluruhan komposisi. Namun itu
tidak berarti bahwa elemen-elemen tersebut tidak perlu dipertimbangkan. Semuanya
bergantung pada talenta dan selera Seniman atau Arsitek yang bersangkutan. Karena itu kita
tidak sepatutnya menuntut yang tidak mungkin mereka lakukan maupun yang memang tidak
ada di lingkung sekitar. Kita harus terarah pada formasi bagian-bagian utama yang dijabarkan
dari prinsip-prinsip objektif dan setelah itu biarkan para Seniman atau Arsitek menjalankan
kewenangan atas selera masing-masing
17. • Sebutan style berlaku umum bagi bangunan gedung dimanapun adanya, sejauh dapat dimasuki
dan diberi pencahayaan yang memadai dalam rangka berfungsi sebagai naungan. Sisi
eksteriornya, dilain pihak, memberi perlindungan terhadap cuaca
• Dari sisi interior, sebuah bangunan gedung harus dilapisi langit-langit berikut penopangnya,
terutama ketika permukaan yang harus dilapisi langit-langit terlalu luas. Pintu dan jendela
yang dipasang di dinding dalam rangka membuka akses dan memasukkan cahaya ke dalam
bangunan gedung dibuat dalam jarak yang teratur mengikuti jarak antar-kolom
• Untuk proteksi eksterior, langit-langit pada interior bangunan gedung diselimuti atap yang
menerus menaungi keseluruhan bangunan gedung tersebut
• Bagian-bagian terpenting pada bangunan gedung secara garis besarnya terkait ke tugas utama
sebuah bangunan gedung sehingga harus diperlakukan sebagai elemen dari gaya bangunan
gedung yang bersangkutan. Mereka itulah yang membedakan monument-monumen sebuah
negara dari negara lainnya melalui karakter umum yang dihasilkan oleh masing-masing bagian
tersebut
• Adapun faktor mendasar yang menentukan perbedaan di atas adalah iklim dan bahan bangunan.
Meslipun demikian pemahaman semua hal tersebut di atas akan terus berevolusi melalui
pengalaman berarsitektur yang selalu mengalami perubahan
STYLE
18. • Arsitektur tidak dapat disebut bagian dari seni-rupa melainkan induknya karena dari arsitektur
lah semua cabang seni-rupa dipelajari dan diajarkan; dimulai dari pemenuhan kebutuhan-dasar
yang paling hakiki sampai ke tahap pembuatan yang ditujukan untuk keperluan yang lebih
tinggi tingkatannya
• Bangunan gedung yang mencapai tingkat keperluan tertinggi tersebut akan dirancang dengan
skala yang megah, dengan keterampilan yang kaya dan elaborasinya melebihi pembuatan
bangunan gedung biasa
• Serentak keperluan-dasar tadi terpenuhi, Langkah selanjutnya adalah kenyamanan melakukan
kreatifitas bebas. Ornamen berikut turunannya mulai ditambahkan dalam rangka menambah
nilai seni bangunan gedungnya
• Perlakuan khusus pada elemen bangunan gedung pun mulai bermunculan melalui
penggubahan bentuk-bentuk yang pelik dalam rangka memperkuat tampilan yang melapisi
aspek kenyamanan. Akan tetapi langkah tersebut lebih merupakan tindakan spontan dalam
rangka mengalihkan tindakan-tindakan mendasar tadi menjadi seakan bukan dalam rangka
pengaturan perancangan
With every human activity, the force that leads to perfection alreadycontains the germ of
decline; and so it is with architecture. On the one hand, all itsparts evolve in accord with the
regular progress of technostatics, of ornament, and offormal delicacy; on the other hand, it
loses that truly moving simplicity and unpre-tentiousness of the early buildings, which never
represent more than what they are.Embellishment extends beyond its true sphere, which is that
of adorning (not over-loading) the essential forms or elements. Yet more pernicious than this
STYLE dalam ARSITEKTUR
19. • Dengan berbagai kegiatan di dalamnya, daya dorong ke arah kesempurnaan yang terkandung
dalam sebuah bangunan gedung cenderung menurun. Demikian pula aspek arsitekturalnya.
Dalam aspek tersebut semua bagian pendukung bangunan gedung akan bergerak seputar
progress tekno-statik, ornamen dan hiasan-hiasan formal saja sehingga kehilangan faktor
keserhanaan yang tidak dibuat-buat sebagaimana terjadi pada bangunan-bangunan gedung
semasa yang lebih awal, yang apa adanya
• Sebaliknya, aksesoris pada bangunan gedung dapat meluas melebihi tujuan semula, yaitu
memuja bentuk-bentuk hakikinya sebagai elemen. Dalam hal ini yang memegang peran
penting adalah keterampilan dan keahlian para tukangnya. Itu terjadi ketika elemen
arsitektural diperlakukan semata-mata sebagai perhiasan dalam rangka menampilkan
bangunan gedung yang terlihat lebih penting/menonjol daripada tujuan pembangunan
sebenarnya
• Pertama, elemen bangunan gedung diterapkan tidak pada tempatnya dalam rangka
membawakan peran palsu seperti pintu-jendela mati yang ditempelkan pada dinding, tanpa
lobang-lobang bukaan. Tindakan seperti itu semakin sering dilakukan terutama karena cara
pelaksanaannya pun semakin mudah. Selain itu langkah tindakan di atas seringkali didukung
berbagai peristiwa politik yang melibatkan pihak-pihak di luar negara/bangsa yang
bersangkutan
• Dengan pertimbangan di atas diperlukan sebuah gaya bangunan gedung yang memiliki
kualitas seperti bangunan gedung yang diakui sebagai obyek yang indah di negara lain. Untuk
itu yang diperlukan adalah merujuk ke faktor-faktor formatif pada situasi masa kini, yaitu
bahan bangunan yang biasa dipakai dan tersedia setempat, pengalaman tekno-statik, teknik-
teknik perlindungan bangunan gedung atas iklim setempat dan kebutuhan dasar kita untuk
bertahan terhadap iklim dan budaya setempat
20. • Faktor formatif yang membentuk kondisi wacana arsitektur akan selalu berbeda dari satu
tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya
• Meskipun tidak semua yang cocok dengan tujuannya dapat dikatakan sebagai sesuatu yang
indah, semua yang tidak cocok sudah pasti tidak indah karena dalam situasi tersebut tidak
mungkin menghasilkan solusi sempurna
• Serentak dengan diterimanya sebuah gaya baru bangunan gedung, hal-hal lain yang terikut
akan dapat diselesaikan atas dasar beragam pandangan tentang keindahan. Sementara itu
mereka yang mencari keindahan dari sekedar ornamen dan dekorasi sebagai kreasi formal yang
tidak bergantung pada fungsinya terhadap bangunan gedung terkait akan terjebak dalam
tindakan menghiasi arkade sebagai sebuah deretan tiang belaka. Untuk itu dia harus memilih
obyek-obyek yang benar-benar bersifat dekoratif, bukan sekedar relief yang sama sekali tidak
indah
• Mereka yang mencari keindahan hanya dari unsur simetri, irama dan proporsi dapat
menemukannya dalam sebuah arkade dan deretan tiang. Sebaliknya, mereka yang mencari
keindahan dari aspek fungsi sebagai manifestasi karakteristik dan terpenuhinya keseluruhan
target yang dituju ketimbang yang individualistik, akan dengan sendirinya mampu bersepakat
dengan pandangan-pandangan tersebut di atas