Mengungkap Pesona di Tanah Jawa memberikan ringkasan perjalanan penulis menjelajahi berbagai tempat di Pulau Jawa. Perjalanan dimulai dari Solo untuk menikmati kopi dan tengkleng, dilanjutkan ke Tawangmangu untuk menikmati pesona alam dan bermalam di hutan pinus Sekipan, kemudian menuju Telaga Sarangan dan Yogyakarta untuk menikmati berbagai kuliner khas daerah seperti rawon, gudeg, dan menikmati
1. MENGUNGKAP PESONA DI TANAH JAWA
Pulau Jawa adalah tanah kelahiran ku. Di sini, tersimpan begitu banyak
pesona keindahan yang diciptakan oleh Sang Maha Kuasa. Secangkir kopi diwaktu pagi,
adalah awal yang membuka dari langkah kaki ku kali ini. Kandungan Kafein pun, sekaan
menambah semangat ku untuk mengungkap indahnya pulau ini.
Selain kopi, adalah jalan bebas hambatan yang terpanjang di Nusantara seakan
telah mendorong jiwa ini untuk mengungkap keindahan di sebagian tanah jawa. Bukti dari
ukuran itu ialah, dengan terbentangnya jalan yang ku lalui dari Tatar Pasundan hingga
Kota asal dari sebuah makanan bernama tengkleng. Berlari untuk melepas beban, adalah
kebahagian dalam hidup yang seakan difasilitasi oleh jalan ini.
Solo adalah pesona yang ingin ku ungkap. Setelah beristirahat, mata ini mulai
melayang mencari keindahan kota. Ditemani oleh bangunan kuno, kota ini seperti lukisan
masa lalu yang menambah warna dan mempercantik pulau ku. Kala lapar menyerang,
aroma tengkleng dengan senang hati memanggill jiwa ini. Dan “Galabo” yang terletak di
Jalan Kedung Lumbu, Kec Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Tengkleng adalah makanan lezat
kuah berwana kuning yang cacahan kambing seolah berenang di dalamnya. Makanan
itupun, menjadi penutup perjalanan ku pada.
Menemani fajar, langkah kaki ku berkunjung ke “The Heritage Palace”. Tempat ini,
merupakan sebuah bangunan tua yang dahulu pernah digunakan sebagai pabrik gula.
Namun, bekat kreatifitas segelintir orang, kini bangunan tersebut telah beralih fungsi
menjadi tempat wisata foto dengan beberapa mobil kuno yang menjadi latar foto yang
menarik. Objek wisata yang terletak di jalan Permata Raya Dukuh Tegal Mulyo,
Rt.002./Rw.008, Honggobayan, Pabelan, Kec. Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Selain itu,
tempat ini juga menyediakan jajaran bendera lambang beberapa negara di dunia dan
sebuah taman yang indah.
Perjalanan pun, ku lanjutkan menuju ke Kab Karanganyar yang menjadi sahabat
dari “Gunung Lawu”. Pesona alam Tawangmangu, telah menggugah jiwa untuk
menjelajahinya. Tanjakan yang membuktikan kekuasaan-Nya, menyambut kedatangan ku
untuk mencari tahu tentang kebenaran pesona itu. Sebuah air terjun yang bernama
“Gerojogan Sewu” pun, seolah menyakinkan pembenaran itu betapa indahnya destinasi ini.
Menjelang malam, “Sekipan” memanggil raga yang telah lelah untuk beristirahat.
Sekipan adalah tempat tinggal dari ribuan pohon pinus yang dengan sukarela
berbagi lahannya kepada penduduk bumi untuk menginap di dalam tenda. Hutan pinus ini
terletak di Desa Kalisoro, Tawangmangu, Area Hutan Kalisoro, Kec Tawangmangu, Kab
Karanganyar. Kala dingin bertamu ke dalam tubuh, api unggun ku ajak menjadi teman
akrab. Tanpa ragu, potongan daging bebek ditaruh pada bagian lidah api tersebut untuk
mengisi perut ku yang berdendang. Sinar bulan yang tengah bercanda dengan gunung pun,
mengisi malam yang menjadi waktu ku untuk beristirahat dengan nyenak di hutan ini.
Seiring dengan sinar mentari yang mampu untuk membangunkan jiwa, perjalanan
pun berlanjut menuju ke tempat favorit dalam permainan “Monopoli”. “Telaga Sarangan”
adalah sebuah danau yang indah dan terletak di Kab Magetan. Sebelum tiba pun, panorama
kaki Gunung Lawu telah memanjakan mata dengan barisan bukit yang bertabur hijau juga
2. rimbunnya pepohonan. Hal itu telah meyakinkan diri bahwa, benar salah satu pesona Pulau
Jawa dimiliki oleh Tawangmangu.
Sangatlah pantas jika, rumah paling mewah di dalam permainan “Monopoli”
terletak di “Telaga Sarangan”. Karena, telaga ini menyempan keindahan yang sangat
memukau. Keindahan telaga ini terbukti dengan, hutan dan perbukitan yang mengelilingi
danau tersebut sehingga menambah kesempurnaan pesona itu. Kesempurnaan itu semakin
nyata dengan, adanya angin pegunungan yang sejuk seolah mampu untuk menyemangati
diri.
Yang ku rindukan dari tanah jawa adalah makan berkuah yang bertama rawon.
Beruntunglah, di sekitar telaga ini dapat ku jumpai penjual makanan berkuah hitam ini.
Kelezatan rawon sekaan menjadi salam perpisahan terindah dari Telaga Sarangan untuk
ku. Karena, keistimewaan Jogya terus meminta diriku untuk mengungkap pesonanya.
Mengawali hari dengan sarapan, itu wajib bagi ku. Ku rasa, suasana di jalan
Malioboro sangat tepat untuk dijadikan tempat ceria untuk mengisi perut diwaktu pagi.
Karena, nuasa kraton yang khas, unik dan kental mampu untuk membuat berfikir positif
yang adanya di pagi hari agar berfungsi layaknya pondasi yangkan memperkuat sebuah
bangunan.
Demi mencari pakaian dengan kata-kata yang unik, diriku meninggalkan indahnya
Malioboro. “Dagadu” menurut ku adalah sebuah galeri seni dengan ribuan hasil kratifas
anak bangsa dari “Kota Pelajar” yang dijual kepada para pelancong. Hal itu membuat ku,
tertarik untuk beli buah tangan. Toko ini berada di jalan Gedongkuning No.128,
Rejowinangun, Kec. Kotagede, KotaYogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55171.
Kerinduan ku pada si nangka coklat, membuat tubuh ini seperti terseret angin
menuju ke jalan Wijilan No.167, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55131. Keaslian gudeg, tentu menjadi pesona yang harus ku
ungkap keberadaannya. Beruntunglah karena, lidah ini masih dapat merasakan manisnya
gudeg yang bersahabat dengan pedasnya sambal krecek. Seiring dengan perut yang telah
terisi dengan gudeg yang istimewa, langkah kaki ku berpindah menuju ke “Tebing
Bereksi”.
Tebing Breksi terletak di jalan Unnamed Road, Gn. Sari, Sambirejo, Kec.
Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55572. Tebing ini
menyuguhkan keindahan alam berupa, batu kapur yang diukir dengan tokoh pewayangan.
Menurut ku, tebing ini harus dijaga agar unsur budaya yang terkadung di dalamnya dapat
tetap lestari.
Akhirnya, perjalanan ini ku tutup dengan menikmati mata hari terbenam di “Tebing
Breksi” Rasa syukur dan bangga, seperti pakaian terindah yang menutupi jiwa ini. Karena,
kecantikan alam, nikmatnya kuliner dan uniknya budaya adalah pesona yang telah ku
temukan di pulau yang merupakan tanah kelahiran ku.