SlideShare a Scribd company logo
~ Esensi keterhubungan melalui enigma
dari gerbang tanpa gerbang ~
edisi : Ritus Suci Altar Bulan bagian kedua
1
~Perkamen Saku~
Ritus Suci Altar Bulan
(Bagian 2)
Oleh : Alvi Rheyz
“Jika selama ini anda menganggap bulan hanyalah
benda astronomi yang tidak memiliki peran apapun
selain sebagai penghias angkasa yang sinarnya
mengagumkan pada malam hari, maka setelah
membaca catatan di perkamen ini anda akan
memahami jika keberadaan bulan sangat
mempengaruhi berbagai aspek di alam ini, termasuk
kondisi serta kekuatan psikis manusia”
Dhewasihir Altar
www.dhewasihir.com
2
. FASE Ketiga .
“Ketika manusia modern belum memahami atau tidak
menerima bahwa keberadaan bulan mengandung hikmah
bagi bumi dan aliansi semesta, ibarat seorang anak yang
masih sangat kecil melihat pekerjaan ayahnya atau ketika
seekor hewan melihat seorang manusia sedang
mengerjakan sebuah rangkaian mesin yang rumit dan
mereka tidak memahami hikmah dari pekerjaan tersebut”.
“Bulan memang hanya tampak diam seolah tak
mengerjakan apapun diatas sana, tetapi bukankah pohon-
pohon yang berperan besar sebagai penyaring udara di
bumi untuk menyerap gas dan polusi berbahaya bahkan
bertindak sebagai produsen oksigen (sumber daya hidup utama
manusia untuk bernafas) dan gunung yang berfungsi sebagai
pengatur iklim dan keseimbangan sistem bumi juga tampak
diam seolah tak melakukan apapun ?”.
“Orang yang sedang melamun dan berpikir terlihat sama,
jadi kita tidak bisa memahaminya hanya berdasarkan
melihat bagian kulit belaka”.
3
Kekuatan fase bulan merupakan
pengetahuan klasik yang tersebar dalam banyak
kebudayaan kuno di seluruh dunia, tetapi karena
telah dilupakan ketika pemahaman kerohanian
modern mulai masuk menguasai dan melarang
praktiknya, akhirnya pengetahuan ini hampir
punah bersamaan dengan dewa dewi kuno yang
mewakili dan melambangkan bulan itu sendiri.
Sehingga sekarang hanya tersisa di kalangan para
penganut paganisme, sebagian kecil diterapkan
pada upacara penyihir dan kelompok wicca yang
masih terus melestarikan pengetahuan kuno
tersebut, karena menyadari bahwa fase bulan
tertentu menghasilkan energi yang unik.
Secara tradisional, ada 3 fase bulan yang
dianggap memiliki karakteristik energi paling
menonjol (keunikan energi yang khas jika dibandingkan
dengan fase-fase lainnya), dan aspek tersebut
4
kemudian dipersonifikasikan melalui 3 dewi yang
masing-masing mewakili salah satu perwujudan
dari tiga fase energi jiwa pada wanita (karena bulan
memiliki tipe energi feminin).
Bulan Sabit (Crescent Moon, Maiden) - memiliki
karakteristik energi yang diwakilkan sebagai
gadis/perawan, yaitu energi feminin tahap awal
yang liar dan terkadang cenderung belum stabil,
hal ini dikarenakan seluruh energi besarnya
belum tersalurkan dengan sempurna. Secara
visual tampilan bulan sabit juga menunjukkan
hal senada, dimana sebagian besar dari lingkaran
bulan masih tertutupi (terselimuti bagian gelap) dan
masih membutuhkan beberapa fase lagi
kedepannya (proses) sebelum seluruh potensi
terbaik energinya dapat terlihat dalam fase penuh
atau lebih dikenal sebagai ………….
Bulan Purnama (Full Moon, Mother) - yang
memiliki karakteristik energi sosok Ibu, yaitu
5
puncak dari energi feminin yang sangat halus,
lembut tetapi sekaligus kuat, dengan
mengandung segala nilai-nilai kebijaksanaan dan
cinta kasih. Tentu saja layaknya seorang ibu yang
bersikap benar tanpa melupakan sifat dari bulan
yang memantulkan seperti di paragraf
sebelumnya (Ritus Suci Altar Bulan bagian 1), segala
tindakan yang dipersepsikan sebagai keburukan
atau kebaikan, hanyalah bentuk keinginan mulia
tertinggi dari seorang ibu untuk menjadikan
anak-anaknya jauh lebih baik dengan
memperlihatkan apa yang seharusnya diperbaiki
oleh sang anak tersebut. Layaknya ketika
memberikan sebuah pelita kepada sekawanan
manusia yang sedang tersesat di tengah hutan
belantara yang gelap, ketika mereka dapat
melihat keadaan sekitar dengan bantuan cahaya
yang telah diberikan dan mengetahui kenyataan
bahwa tempat di sekelilingnya penuh dengan
6
marabahaya yang mengancam, selanjutnya
tergantung kesadaran jiwanya, apakah merasa
menyesal telah ditunjukkan kebenaran tersebut
atau merasa bersyukur, karena dengan begitu
mereka bisa melanjutkan perjalanan dengan lebih
bijak, waspada dan berhati-hati lagi (tetapi ada juga
anak yang sudah terlanjur kotor hatinya menganggap
semua jebakan dan marabahaya tersebut dipersiapkan
sendiri oleh ibunya). Sehingga pada akhirnya
membuat mereka kemungkinan tersesat dalam
lingkup energi fase bulan selanjutnya, yaitu Bulan
Baru atau dikenal juga dengan julukan………….
Bulan Mati (Dark Moon, Crone) - yang memiliki
karakteristik nenek, yaitu fase akhir dari energi
feminin yang memiliki semua sifat dari energi
Bulan Sabit (gadis) sekaligus Bulan Purnama (ibu)
tetapi terbalut seluruhnya dengan selubung hitam
pekat sehingga membuat energi pada bulan baru
lebih berkarakter dark (gelap), sesuai yang
7
dipersembahkan oleh panorama langit malam
pada saat fase ini sedang berlangsung, yaitu
dimana bulan tidak terlihat sama sekali.
Kendati demikian, fase bulan ini mengandung
nilai yang lebih dalam, bahkan jika dibandingkan
dengan fase Bulan Purnama dan hanya segelintir
jiwa yang mampu menyelami dan mengarungi
energi dari fase bulan baru, dikarenakan sifatnya
yang lebih menonjolkan sisi gelap dengan
menyembunyikan cahayanya dibalik jubah hitam.
Secara filosofis, cahaya tidak akan pernah ada
tanpa keberadaan gelap, seperti halnya lampu di
ruangan kita yang tidak akan pernah benderang
jika tidak adanya gelap yang merupakan fondasi
dari eksistensi sinar lampu tersebut berdiri
sebagai lapisan dasar, tetapi pada kenyataannya
manusia yang belum mendewasa di level jiwa
selalu menyimboliskan kegelapan sebagai
kejahatan. Tetapi kembali lagi seperti pada
8
penjabaran sebelumnya di Ritus Suci Altar Bulan
bagian 1, dimana dikatakan jika semua keberadaan
di alam ini bersifat netral, seperti halnya saat fase
bulan purnama yang bukanlah merupakan obat
maupun racun (karena ia bersifat seperti cermin),
begitu juga dengan fase bulan baru. Tetapi
dengan menonjolkan sifat yang lebih gelap di
permukaan, membuat pada akhirnya banyak jiwa
kemudian terserap pada berbagai hal yang
menyesatkan, dan berlanjut di kenestapaan, duka
serta keputusasaan sebelum mereka mampu dan
berhasil mencapai nilai luhur kecahayaan yang
ada didalamnya. Ibarat mengarungi hutan
belantara yang gelap tanpa cahaya, tentu akan
membuat berulang-kali tersandung, terjatuh dan
terluka. Jika ini dijalani oleh yang lemah mental
dan kekuatan jiwanya, maka mereka akan
menyerah. Sebaliknya jika dijalani oleh mereka
yang memiliki mental serta jiwa tangguh, tentu
9
hal ini akan menjadi tantangan tersendiri untuk
melampaui batasannya, tetapi tentu saja memilih
jalan ini harus sadar sepenuhnya bahwa
taruhannya adalah hidup dan mati, karena resiko
terbesar dari menjelajahi hutan belantara yang
gelap tanpa cahaya adalah terjatuh ke jurang
yang curam atau menjadi mangsa dari hewan
buas. Makanya, saya menyebut energi pada fase
bulan mati lebih dalam bahkan jika dibandingkan
dengan fase bulan purnama, karena ia langsung
mengandung 2 gerbang sekaligus, yaitu
kehidupan (putih) dan kematian (hitam). Jadi tidak
salah jika fase bulan ini juga langsung dikenal
dengan dua nama sekaligus, yaitu Bulan Baru
atau Bulan Mati (dan saya selalu percaya jika tidak ada
satupun hal yang terjadi secara kebetulan, sekalipun itu
tanpa disengaja).
Saya memfilosofikan kehidupan sebagai sebuah
jalanan yang dijembatani oleh gerbang awal
10
(kelahiran) menuju gerbang akhir/misteri
(kematian). Ketika manusia lahir, ia keluar melalui
gerbang rahim dan bertemu cahaya, sedangkan
ketika ia mati, ia masuk ke gerbang liang lahat
dan bertemu kegelapan (tempat berjuta misteri).
Untuk memahami hal diatas, cobalah
bayangkan, imajinasikan dan rasakan secara
sederhana, misalnya saat ini anda sedang berada
didalam sebuah terowongan panjang yang sangat
gelap dan di ujungnya terdapat sebuah pintu yang
ketika berhasil anda buka, maka akan
mempertemukan anda dengan dunia luar yang
berselimutkan cahaya terang benderang. Tetapi
sebelum mencapai tujuan tersebut, anda harus
melalui rute panjang pada terowongan ini, yang
dimana didalam ruangannya terdapat begitu
banyak jebakan, rintangan, hambatan dan
marabahaya yang tersebar luas tanpa bisa anda
indrai, yang bukan saja bisa meruntuhkan mental,
11
tetapi dapat mengancam keselamatan jiwa anda
(nyawa).
Jika berhasil melewati segalanya, maka saat
meraih pintu lalu membukanya, anda bukan saja
akan bertemu dengan cahaya, tetapi secara
elemen diri telah mendapat penempahan melalui
perjalanan panjang dengan perjuangan berat
yang telah dilalui sebelumnya, sehingga setelah
keluar dari terowongan tersebut anda siap
mengarungi dunia baru dengan kualitas jiwa
yang lebih baik. Tetapi ketika anda gagal di
pertengahan jalan, maka disitulah segalanya
berakhir (kecuali momen keajaiban terjadi, berupa
sinkronitas misalnya anda bertemu dengan pengembara
lain yang telah memiliki pelitanya sendiri dan sedang
mengarungi terowongan yang sama, untuk kemudian
mengajak anda bersamanya menuju ke arah pintu keluar
berada, tetapi jika ternyata di pertengahan jalan dia
merasa anda menjadi beban, maka kemungkinan
terburuknya anda akan ditinggalkan).
12
Sekalipun dalam penggambaran diatas fasenya
saya balik dari gelap menuju terang, sedangkan
dalam filosofi kehidupan yang saya tuliskan
sebelumnya adalah dari terang (lahir) menuju
gelap (mati), tetapi saya percaya bahwa kehidupan
memiliki siklus lingkaran (roda), bukan siklus
garis horizontal (dari A ke B – atau sebaliknya).
Setelah berada di dunia yang terang dalam
beberapa waktu, maka akan ada sebuah momen
yang memperjalankan kita untuk masuk kembali
ke sebuah terowongan yang gelap, dan tentu saja
tujuannya adalah mencapai pintu keluar. Apakah
akan berakhir dengan mencapai kehidupan
dengan fase baru yang lebih baik ? ataukah
sebaliknya, mengalami fase mati dengan hilang,
putus asa, tersesat, hancur, terjebak, tewas
terbunuh dan lenyap tertelan dalam pekatnya
kegelapan penuh misteri yang mencekam ???...
13
. FASE Keempat .
“Ketika menatap Bulan Purnama, ada yang sekedar
melihat dan menikmatinya dalam bentuk 2 dimensi
(lingkaran - datar tanpa ruang) dan ada yang menyadari di
kedalaman jiwanya jika bentuk sesungguhnya dari bulan
adalah 3 dimensi (bulat - memiliki ruang) sekalipun ia hanya
melihatnya melalui perspektif 2 dimensi (lingkaran datar)”.
“Tidak ada yang kebetulan walau hanya dari cara
memandang yang terlihat sangat sederhana ini, karena
pada kenyataannya ketika mata telah merasa puas hanya
pada kulit terluarnya saja (objek 2 dimensi), maka otak akan
menerjemahkan signal tersebut sebagai perintah untuk
memproses data lebih banyak lagi, tetapi hanya terfokus di
area kulitnya saja (desain objek 2 dimensi memang hanya dapat
dinikmati dari satu arah saja), sehingga pemahaman akan
kandungan isinya tidak pernah tersentuh karena membuat
sang jiwa tidak dapat menyelam lebih dalam lagi”…
“Sesuatu baru dapat diselami jika ia memiliki ruang (untuk
mengandung isi), bukan sesuatu yang datar tanpa ruang
(apalagi isi), begitulah cara sang jiwa berkomunikasi”…..
14
Pada bagian awal dari perkamen ini, saya
menaruh kata pembuka secara tertulis yang
berbunyi “Esensi keterhubungan melalui enigma
dari gerbang tanpa gerbang”, karena di zaman
modern ini sudah begitu banyak hal-hal yang
hanya sekedar dinikmati dan diamati berdasarkan
tampilan kulit terluarnya saja. Sehingga pada
kelanjutannya sang jiwa tidak lagi dapat
menyelami isi untuk menyerap kemurnian dari
saripatinya (esensi), agar bisa memahami serta
melihat segala keterhubungan yang terkandung
didalam enigma niskala (teka-teki abstrak, tak kasat
mata, maya).
Mulai dari seni, ilmu pengetahuan hingga jalan
spiritual kerohanian modern yang masing-masing
merasa sanggup berdiri secara tunggal, seolah-
olah mereka tidak membutuhkan support dari
elemen lain untuk mendukung keberadaannya.
Bukankah itu ibarat sebuah pemilik gedung yang
15
meyakini bahwa bangunan yang telah ia dirikan
tidak butuh keberadaan dari tanah yang
merupakan dasar dari fondasinya ?, bahkan lebih
lanjut tanah tersebut didukung oleh elemen lain
seperti batu, vegetasi, akar pohon dan serangkaian
proses biologis untuk mendukung kepadatannya,
tentu saja akar pohon tidak dapat tumbuh dengan
baik tanpa adanya faktor penunjang lain seperti
air dan sinar matahari yang berperan sebagai
pengatur kelembapan tanah (tidak terlalu
kering/gersang dan tidak terlalu basah/becek, apalagi
sampai mudah longsor). Lebih jauh lagi, sinar
matahari tidak dapat tersuplai secara seimbang ke
bumi tanpa bantuan filter radiasi berupa lapisan
ozon, begitulah seterusnya hingga ikatan ini
terjalin dan membentuk aliansi yang sangat
kompleks di alam ini.
Begitu juga dengan manusia, anda cukup
memejamkan mata dan berdiri di lapangan
16
terbuka, dan menyadari sejauh mungkin mulai
dari tempat kaki anda berpijak saat ini adalah
tanah, lalu bekal nafas yang anda hirup dan
hembuskan berasal dari udara di sekitar,
kemudian sadarilah dengan melebarkan lebih
jauh lagi keterhubungannya, dimulai dari tanah
tempat anda berpijak dan udara yang menjadi
bekal pernafasan anda tersebut, dimana ia
terhubung dengan batu, pohon, tumbuhan,
sungai, bukit, rumput, cacing dan seterusnya
hingga membentuk suatu rangkaian kesatuan
yang kemungkinan besar akan membawa anda
hingga ke luar negeri atau bahkan luar angkasa.
Leluhur manusia terdahulu sangat dekat
dengan alam, sehingga karya, pengetahuan
maupun tekhnologi kuno yang mereka hadirkan
tidak sekedar memiliki kulit tanpa mengandung
isi, misal salah satunya kalender yang dimana saat
ini cuma dijadikan sebagai pajangan dinding,
17
meja atau smartphone untuk penanda hari libur,
hari raya/kebesaran, hari kerja, jadwal temu janji
atau sekedar untuk memunculkan sebuah
pertanyaan iseng tanpa tujuan “ohya bro/sis,
sekarang tanggal berapa ya?”, bahkan ada yang
menyimpan kalender hanya karena formalitas
saja, padahal dia tidak membutuhkan hal tersebut.
Inilah salah satu contoh dimana objek yang
memiliki isi, ketika hanya dilihat dan diamati
secara kulit belaka, maka jiwanya tidak akan
mampu menyelam lebih dalam lagi untuk
menggapai saripatinya.
Mari kita sedikit menelusuri tentang kalender,
yaitu sebuah grafik yang dibuat dengan sistem
pemetaan waktu berdasarkan pada pengamatan
atau perhitungan dari siklus pergerakan benda
astronomi yang dapat terlihat (Matahari atau Bulan),
lalu kemudian membaginya ke periode waktu
tertentu dengan jarak minimal 1 kali rotasi
18
(dengan menjadikan terbit hingga terbenam atau terang
berubah gelap sebagai standar awal), putaran ini
merupakan acuan untuk interval perhari.
Pengetahuan ini telah dipergunakan sejak masa
peradaban kuno baik secara numerik atau dengan
penggunaan simbol khusus (berupa angka, gambar,
kata, abjad, nama dewa/dewi dan lainnya) untuk
berbagai keperluan misal penentuan waktu
terbaik untuk berburu, bercocok tanam atau
melaut. Alam memiliki pergantian musim dan
kondisi yang dinamis, lebih lanjut lagi orang
terdahulu sangat memahami bagaimana segala
keadaan tersebut dapat mendukung atau kurang
mendukung pada ritual-ritual hidup tertentu,
sehingga kita mengenal adanya sebuah istilah
“hari baik” atau “hari kurang baik” , “bulan suci”, “waktu
menyepi”, “hari kebesaran” dan sebagainya.
Sebenarnya hal tersebut sangatlah ilmiah,
mengingat ketika benda langit berada dalam
19
konstelasi tertentu, maka akan memicu terjadinya
berbagai fenomena alam yang dipengaruhi oleh
suhu, tekanan udara, laju kecepatan serta arah
angin, kelembapan tanah, panas inti bumi, proses
penguapan air (evaporasi,transpirasi maupun secara
evepotranspirasi) dan selanjutnya di level sangat
halus yaitu ion, metabolisme, frekuensi serta
resonansi alam, medan elektromagnetik,
kelistrikan bumi yang semua hal tersebut tanpa
sadar mempengaruhi berbagai aspek di alam ini.
Jika kata kalender membuat anda
membayangkan poster berisikan angka sebagai
penunjuk tanggal, nama hari, kode tahun dengan
warna hitam merah lengkap dengan penjelasan
hari libur, hari raya, hari mengenang dan
sebagainya (dan terkadang ada bonus background
berupa foto selebritis atau kandidat partai yang tidak jelas
sebagai penghias) maka saat ini anda mempunyai
sebuah kalender standar dunia yang
20
dipergunakan sebagai fungsi penyamaan waktu
untuk memudahkan sinkronisasi baik dalam skala
nasional maupun internasional, yang dikenal
dengan kalender Masehi (hitungan tahun 1 dimulai
sejak kelahiran Yesus dari Nazaret). Ada begitu banyak
jenis kalender di berbagai kebudayaan, tetapi pada
dasarnya pengamatan serta perhitungannya tetap
mengacu pada pergerakan matahari, bulan atau
keduanya (Matahari dan Bulan). Contoh sederhana
dari ketiganya : kalender Dunia/Masehi adalah
kalender Matahari (solar), kalender Islam/Hijriah
adalah kalender Bulan (lunar) dan Kalender
Hindu/Saka merupakan gabungan dari kalender
Matahari dan Bulan (lunisolar).
Tentu masih banyak lagi sistem kalender yang
telah ada sejak lama dan tersebar di berbagai
budaya, misalnya kalender Jawa, kalender
Tionghoa/Imlek, kalender Maya, kalender Seder
Olam, kalender Qibti dan sebagainya, yang
21
fungsinya bukan saja sebagai penunjuk formalitas
waktu secara umum, tetapi dengan beberapa
fungsi lainnya yang lebih spesifik, seperti
menentukan musim tanam, berburu, melaut,
waktu terbaik untuk bepergian/merantau,
mengetahui profesi sesuai garis tangan,
penetapan hari suci dalam keagamaan, menandai
hari baik dan kurang baik untuk
beraktifitas/keluar rumah di jam-jam tertentu,
penentuan letak strategis suatu bangunan agar
presisi dengan fase puncak dari benda langit di
konstelasi astronomi yang dianggap sakral
(bangunan-bangunan suci/altar kuno menerapkan hal ini,
sehingga sekaligus memiliki fungsi ganda sebagai
observatorium), dan masih banyak lagi pemanfaatan
momen natural yang dihubungkan melalui
perhitungan kalender sesuai keperluan. Walaupun
ada beberapa kalender yang fungsinya lebih
bersifat supranatural (tetapi biasanya ini sangat rahasia
dan pengetahuannya hanya bisa didapatkan melalui jalan
22
pewarisan), salah satu contohnya kalender Qibti
yang diperkirakan berasal dari era Mesir kuno.
Beberapa kali saya temui orang-orang yang
menjadikan diagram Qibti ini sebagai hiasan
dompet (jimat), baik dengan langsung diprint
secara digital, disketsa ulang via kanvas, kulit
hewan, kertas atau penggunaan lainnya melalui
cara apapun yang sebenarnya tidak ada sangkut
pautnya sama sekali secara fungsi sesungguhnya.
Ini seperti penggunaan geometri suci sebagai
aksesories dan foto profil sosmed (misalnya pohon
kehidupan atau metatron) yang makin menjamur
dewasa ini (dengan harapan ada efek magis yang
bekerja). Namun, saya yakin 89% dari mereka tidak
mengetahui apa sesungguhnya fungsi atau
mungkin pesan yang terkandung pada simbol
tersebut dan bagaimana cara menafsirkan serta
mempergunakan grafiknya, sama seperti cara
golongan mereka ketika menggunakan kalender
23
Qibti. Ini ibarat pada sebuah dinding goa ada
tulisan yang dipahat membentuk suatu kalimat
berisi pesan atau instruksi : “Silahkan gunakan
payung, jas hujan atau singgah berteduh ditempat
yang aman kalau sedang hujan agar tidak basah di
perjalanan” ……. Kemudian dari informasi mulut
ke mulut yang telah terjalin selama turun-
temurun, diketahui jika pahatan tersebut ternyata
berhubungan dengan pengetahuan sangat rahasia
agar menjadi tidak basah di saat hujan terjadi……
Lalu di tangan orang yang buta huruf,
kemungkinan besar karena dia tidak bisa
membaca simbol berupa kombinasi abjad yang
terangkai didalamnya, maka dia menafsirkan
sebebasnya „agar tidak basah saat kehujanan di
perjalanan nanti, cukup tulis kembali pesan ini pada
secarik kertas, lalu kemudian simpan kertas tersebut
dalam dompet atau cetak ulang untuk kemudian
dijadikan sebagai aksesories atau foto profil
sosmed‟(dan berharap ada efek magis yang bekerja/terjadi).
24
Kalender-kalender kuno, berasal dari peradaban
masa lampau dimana aksara yang dipergunakan
untuk mengrafiskan diagramnya telah jauh
melintasi zaman, dan tak jarang karena perbedaan
masa yang sudah lumayan cukup jauh tersebut,
dapat menciptakan distorsi pemaknaan. Misalnya
ketika mendapati aksara yang masih berjenis
logografi dalam sistem komunikasi tertulisnya,
seperti pada huruf hielograf, dimana kombinasi 3
gambar (contoh saja, mata – kucing – daun) yang jika
mengikuti pemahaman saat ini mungkin akan
ditafsirkan sebagai “kucing lagi melihat daun, atau
hanya sekedar dimaknai sebagai mata - kucing dan
daun secara harfiah” . Sedangkan pada zaman Mesir
kuno mereka menyembah RA sang dewa
Matahari (sebagai Tuhan tertinggi) yang
disimboliskan dengan mata, kucing BAST sebagai
perwakilan dari kesucian dan kebijaksanaan, lalu
kemudian daun merujuk pada suatu obat
25
penyembuh (tergantung dari jenis daunnya), sehingga
bisa saja itu diartikan sebagai bentuk doa, pujian atau
rasa terima kasih kepada Tuhan yang Maha Suci dan
bijaksana atas karunia obat serta kesembuhan (pada suatu
penyakit atau wabah) . . . . . . . . . . . . .
Sebenarnya tidak perlu rentang waktu berabad-
abad untuk mengalami distorsi ini, bahkan jika
anda menerima lalu kemudian membaca tulisan
saya dari 5 tahun silam yang menyebut tentang
Corona di salah 1 pembahasan dalam grup
whatsapp, maka saya yakin anda akan langsung
terbayang dengan VIRUS CORONA, padahal 5
tahun lalu kami mengenal corona sebagai
permukaan paling luar dari atmosfer Matahari,
bukan nama dari jenis virus.
Begitulah kebijaksanaan manusia terdahulu
dalam membusanakan sabda alam secara filosofis,
atau menyimboliskannya dengan sosok
personifikasi yang dianggap ideal untuk mewakili
26
perwujudan tersebut (dan ini tentu disesuaikan dengan
zaman dimana masyarakat itu hidup). Dalam tradisi
kuno yang kita bahas sebelumnya, dimana 3 fase
bulan (sabda alam) dipersonifikasikan sebagai 3
dewi untuk mewakili “saripati energi feminin secara
spiritual” yang terkandung pada tiap fasenya, yaitu
dewi dengan energi bulan Perawan, dewi dengan
energi bulan Ibu dan dewi dengan energi bulan
Nenek (atau dalam penamaan barat yang lebih familiar dikenal
sebagai : Maiden Moon Goddess, Mother Moon Goddess &
Crone Moon Goddess), dimana ada beberapa
karakteristik energi feminin dari tiap perwakilan
dewi-dewi tersebut sudah tidak sepenuhnya
relevan lagi dengan citra zaman ini. Jika liarnya
perawan dalam pandangan masa tersebut lebih ke
persona jiwa feminin, seperti gadis yang lincah,
suka berlari kesana kemari dengan penuh
semangat tanpa peduli pada hal di sekitar (bahkan
sangking begitu energiknya, tak jarang ia menaiki atap,
melompati pagar kayu dan menabrak hingga membuat
27
banyak benda berantakan tanpa beban berarti/cukup
meminta maaf dengan senyuman lalu kemudian
melanjutkan “keliarannya”). Kelincahan tersebut
cukup dimaklumi karena difahami sebagai akibat
dari belum tersalurkan dengan baiknya
kemurnian energi hidup yang begitu besar
ditambah dengan kematangan jiwa yang belum
stabil sehingga membuatnya menjadi liar……
Jika anda pernah melihat atau menyaksikan sosok
manusia yang cukup liar (energik) tetapi tidak
membuat anda merasakan kebencian, jengkel
ataupun kemarahan mendalam, maka itu adalah
bentuk murni dari energi feminin di fase perawan
yang sedang mengekspresikan jiwanya. Inilah
bentuk energi natural dari bulan sabit yang
kemudian dipersonifikasikan sebagai Maiden
Moon Goddess. (Jika itu adalah keliaran yang
dibuat-buat, mengada-ada baik sebagai bentuk
pelarian dari segala problema kehidupan, keinginan
untuk mendapat pengakuan atau keadaan lainnya
28
yang dipicu oleh luapan residu beban secara
psikologi, maka ketika melihat eksistensi dari
kepribadian tersebut, tentu membuat anda merasa
tidak nyaman, terganggu, menjadi ilfeel atau bahkan
muak, walau ia sedang dalam keadaan diam
sekalipun… dapat dipastikan ini bukanlah ekspresi
jiwa dari energi feminin, karena disadari atau tidak,
jiwa anda dapat menangkap getaran jiwa miliknya).
Lalu bagaimana pemaknaan perawan di
masyarakat zaman ini ? Anda pasti tahu
jawabannya, yaitu sebuah gelar yang diberikan
kepada wanita yang belum pernah melakukan
persetubuhan atau di perspektif lebih sempit,
hanya dimaknai sebagai kondisi dari selaput dara
pada Miss V (tahukah anda jika selaput dara pada
wanita memiliki bentuk menyerupai bulan sabit?
Kebetulan? Atau itu sesungguhnya adalah
perwujudan dari sabda alam yang terukir secara
anatomi pada tubuh manusia, yang mewakili bentuk
dari saripati energi murninya, dalam hal ini Feminin
fase awal, Maiden Moon Goddess) .
29
. FASE Kelima .
“Maukah kita mengakui jika manusia dari peradaban
terdahulu yang merupakan leluhur tidaklah bodoh,
mereka justru sangat memahami apa yang sedang
dilakoninya, hanya saja ketika telah berbeda masa
yang cukup jauh, manusia dari peradaban terbaru
tidak memiliki cukup banyak petunjuk untuk
memahami intisari yang terkandung pada ritual-
ritual kuno”.
“Ketika manusia modern atau setidaknya yang sudah
merasa modern menganggapnya sebagai
takhayul,pemikiran bodoh atau sekedar mitos belaka,
bukankah justru mereka yang sedang
memperlihatkan ketidakcerdasannya karena tidak
mampu untuk memahami esensi dari ritus masa
silam?”..
“Menariknya, anggapan tidak masuk akal hanya
terlahir dari pemikiran orang-orang yang akalnya
belum mampu untuk menjangkau suatu pemahaman,
masuk akal bukan?” …
30
Fase-fase bulan diwakilkan oleh perwujudan
para Dewi atau ketika sebuah fenomena alam
berupa gelombang laut yang sangat ekstrim
bahkan mampu menjelma tsunami, oleh para
leluhur diberikan personifikasi sebagai seorang
Ratu berbusana hijau, apakah karena mereka
bodoh? Tidak, justru itu adalah bentuk kearifan
luhur yang kemudian oleh orang-orang modern
direndahkan menjadi sosok fantasi atau dongeng
karena ketidaksanggupan mereka dalam
memahami kemurnian dari pesan maupun tujuan
yang terkandung didalamnya.
Belakangan ini, saat planet yang menjadi
hunian manusia begitu familiar dikumandangkan
dengan nama Ibu Bumi, apakah mereka yang
mengucapkannya sudah benar-benar bisa
menjangkau esensi kemuliaan dari seorang Ibu?
Lantas, kenapa masih banyak dari mereka
31
berasyik ria dalam merusak alam? Begitukah
perlakuannya terhadap seorang ibu? Pada
akhirnya ketika alam menghadirkan akibat
melalui sabdaNya (yang dikenal sebagai bencana
alam), para manusia modern mengatakan “Bumi
sedang sakit”, padahal pada kenyataannya
merekalah yang sedang sakit.
Sebagian dari manusia modern sebenarnya tidak
benar-benar cerdas ketika mereka menolak
mahakarya warisan leluhur, hanya saja sedang
terjebak dalam sebuah doktrin sosial masa kini.
Kenapa saya berkata demikian? Karena saya
adalah seorang Magician, dan seringkali ketika
memperlihatkan sebuah efek-efek sulap tidak
masuk akal kepada manusia modern, ada
sebagian dari mereka yang walaupun tidak
mengetahui bagaimana cara saya melakukannya,
akan tetapi memiliki keyakinan jika ada
penjelasan masuk akal agar hal tersebut dapat
32
terjadi… Lantas kenapa tidak bisa memiliki
keyakinan yang sama terhadap warisan para
leluhur?... Jika alasannya adalah tidak masuk akal
atau mereka tidak mengerti bagaimana cara
melakukannya, kenapa bisa seyakin itu bahwa
efek dari seni sulap memiliki penjelasan rasional
padahal dia sendiri belum tahu bagaimana cara
melakukannya?, Walau dengan konteks yang
berbeda, tapi hal yang hampir senada juga pernah
saya tuliskan didalam buku RVDS Vol 1 (2016) :
“Sadarkah anda ???, jika menggunakan jubah sihir
maka kurban/tumbal/persembahan adalah bentuk
kesesatan terhadap Tuhan, tetapi jika menggunakan
jubah agama, maka kurban/tumbal/persembahan
adalah bentuk ibadah terhadap Tuhan”…
Stigma ilmu kuno sebagai dongeng, mitos atau
fantasi, justru seringkali terlahir akibat banyaknya
manusia modern yang “buta huruf” dan ini
menjadikan doktrin sosial pun kian tersebar
33
meracuni sekitar. Menemukan keris atau kristal
jenis tertentu yang tertanam pada sebuah pohon
dijadikan jimat, menemukan “sesajen tidak wajar”
yang terdiri dari perunggu, pusaka berbahan
dasar kuningan sedang terkubur didalam tanah
dianggap sebagai bentuk pesugihan sesat, hingga
akhirnya semua hal tersebut berimbas pada ritus-
ritus kuno lainnya. Bagaimana jika ternyata itu
adalah sebuah tekhnologi kuno? Dengan
memanfaatkan potensi natural dari tumbuhan
yang didukung dengan bahan logam pada keris
dan mineral kristal untuk membantu proteksi dari
wabah, filter udara, manipulasi medan
elektromagnetik untuk tujuan tertentu? Atau
memfungsikan gabungan perunggu, bahan dasar
kuningan dari sebuah pusaka yang kemudian
dikubur bersamaan pada tanah jenis tertentu
untuk memaksimalkan kesuburannya atau
mencegah penyebaran racun melalui tanah
34
tersebut? Ritual dengan dampak sekompleks
itulah yang kemudian hanya dijadikan jimat oleh
manusia modern yang “buta huruf” …
Di buku digital perkamen saku : Ritus Suci Altar
Bulan ini saya tidak akan menjelaskan kepada
anda bagaimana cara membaca kalender-kalender
kuno, tetapi saya akan menjelaskan bagaimana
cara agar anda dapat membuat kalender sendiri
sesuai tatacara standar yang ada pada aliran
Neopaganism (pada bagian ketiga). Kenapa tidak
langsung membaca dari kalender yang sudah
ada? Jawabannya sederhana, yaitu perbedaan
aksara dan pemaknaan secara simbolis (terutama di
pikiran bawah sadar).
Misalnya saya menjelaskan cara membaca
kalender yang menyimboliskan bulan dengan
warna biru, maka tentu masing-masing dari anda
akan berbeda pemaknaan di dimensi pikiran
bawah sadar. Contohnya jika warna biru
35
diibaratkan laut yang menenangkan, maka bagi
mereka yang sering menikmati keindahan laut
baik dengan berwisata di kapal pesiar maupun
hanya sekedar duduk di tepi pantai akan setuju,
tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi mereka yang
pernah menjadi korban sabda alam tsunami
ataupun memiliki trauma akibat mempunyai
pengalaman tenggelam dalam pelayaran yang
hampir merenggut nyawanya, bagi mereka laut
adalah bencana, bukan lagi menenangkan…
Di fase-fase bulan purnama yang lebih spesifik,
baik itu karena pengaruh posisi dan jaraknya pada
bumi, berkonjungsi dengan planet tertentu
(termasuk bumi) maupun pola konstelasinya pada
benda astronomi lainnya yang khas, maka akan
menghasilkan energi yang lebih khusus, sehingga
kita mengenal banyak penamaan Bulan Purnama
yang biasanya didominasi oleh istilah barat seperti
Blue Moon, Pink Moon, Wolf Moon, Snow Moon,
36
Sturgeon Moon, Buck Moon, Worm Moon dan
Strawberry Moon. Nama-nama ini diambil sesuai
karakteristik dari energi yang dihasilkan saat fase
bulan purnama tersebut. Salah 1 yang paling
familiar adalah Blue Moon, dimana fase purnama
terjadi 2 kali dalam 1 bulan (month) kalender.
Tetapi saya akan mengambil referensi yang lebih
kuno, seperti yang telah kita bahas pada bagian-
bagian sebelumnya, dimana manusia terdahulu
menerjemahkan pesan alam melalui simbolis, dan
sekalipun hanya berupa pemaknaan secara
personifikasi, selalu saja tepat sasaran.
Warna biru kurang lebih dimaknai sebagai Api
Pemurnian dalam paganism, dan ada 3 warna api
lainnya yaitu Jingga Kekuningan (yang sekarang
lebih dikenal sebagai api merah), Putih dan mendekati
Transparan (biasa disebut juga sebagai api hitam karena
tidak memiliki spektrum warna). Urutan berdasarkan
suhunya mulai dari yang terendah (secara natural
37
tanpa campur tangan zat yang memicu reaksi kimiawi,
seperti misalnya pada kembang api) adalah Merah,
Biru, Putih dan Hitam. Anda tentu pernah
mendengar stigma jika kebanyakan kaum pagan
adalah para pemuja api bukan? Lebih tepatnya
bukan memuja, melainkan mereka menggunakan
api sebagai media atau tekhnologinya.
Secara tradisi kuno, kehadiran fase bulan
purnama ganda (blue moon) dianggap sebagai fase
yang “mencurigakan”, karena kehadiran sang
dewi bulan 2 kali berturut-turut (yang tentu
membawa pesan penting terkait bumi), sehingga saat
fase ini berlangsung, ritual yang dilakukan lebih
ke perbaikan alam dibanding sedot menyedot
energi bulan biru seperti yang dilakukan para
umat buta huruf dewasa ini. Lantas darimana asal
pemberian nama Blue/Biru? Pemberian nama
tersebut memiliki sejarah yang panjang (karena
manusia terdahulu hanya menyimboliskannya dengan
38
malam hari yang memiliki panorama seperti fajar), jadi
untuk mempermudah hal tersebut maka
fenomena alam ini diberi nama Blue Moon.
Dengan melakukan ritual menatap api atau
bahkan sekedar membakar api unggun dengan
jenis kayu dan daun kering tertentu, ada banyak
hal yang dapat dianalisa oleh mereka, misalnya
kandungan – kualitas - tekanan udara, gas, suhu,
kelembaban tanah, panas perut bumi, status
gunung merapi, potensi gempa bahkan kualitas
ion pada lapisan atmosfer (walau zaman dulu mereka
mengenalnya dengan kosa kata berbeda) . Dan dengan
pengetahuan tersebut, mereka dapat melihat
partikel-partikel halus yang merupakan pertanda
awal dari gejala-gejala alam tertentu (dan belum
bisa terlihat oleh mata telanjang) melalui bantuan api
(hasil dari pembakaran dengan campuran daun, kayu dan
zat khusus) yang diposisikan di pertengahan antara
Bulan dan Mata. Analisa didapatkan melalui
39
bagaimana warna ruang yang berada diantara
Bulan dan Api, jika tetap berwarna merah (api tidak
mengalami perubahan, maka keadaan alam sedang stabil)
, jika berwarna biru maka partikel-partikel halus
pertanda sabda alam yang besar (gempa bumi,
gunung meletus dan sebagainya) sedang bersebaran
di udara (berarti kondisi alam sedang tidak stabil dan
akan melakukan siklus penyeimbangan).
Karena secara visual keadaan ini terlihat seperti
fajar (di mata orang terdahulu) maka setiap fase
bulan purnama ganda ini dijadikan sebagai ritual
memperbaiki alam, yang kini dikenal dengan
nama Blue Moon.
Elemen api sejak lama memang selalu
dipergunakan dalam pelengkap di berbagai ritus
suci, karena sifatnya yang secara natural dapat
menyebarkan cahaya secara merata sehingga
membuatnya tidak memiliki bayangan (filosofis
dari layar yang dapat menunjukkan berbagai hal tanpa
40
ditutup-tutupi – tanpa bayangan). Sekali lagi, orang
terdahulu selalu memaknai segala hal yang
natural secara simbolis. Anda juga dapat
menyalakan lilin atau pemantik, kemudian
memantulkan bayangan hitamnya ke dinding,
maka bayangan hitam pada API tidak akan
terlihat sama sekali. (seluruh bagian lain seperti
tangan, pemantk dan lilin anda tetap akan terlihat, kecuali
nyala apinya). Bahkan hanya dengan melihat nyala
pada api, anda bisa mengetahui tingkat
kandungan oksigen dan zat asam pada suatu
tempat, mengingat faktor utama terbentuknya api
adalah kedua unsur tersebut, semakin besar kadar
oksigen maka api akan semakin berkobar !!!.
Jadi apakah saat fase ini, Bulan Purnama benar-
benar bewarna biru? Tidak ! karena warna biru
hanya hasil penerjemahan visual dari partikel tak
kasat mata yang terlihat melalui layar (Api). Ini
seperti tekhnologi berupa layar yang dapat
41
melihat partikel halus (frekuensi rendah), mistik?
mereka bodoh? bahkan saya kehabisan kata-kata
untuk memuji tekhnologi masa silam ini, sebuah
penerapan ilmu fisika dan kimia untuk
menghasilkan tekhnologi setingkat hologram.
Tanpa penggunaan api dengan tekhnik natural
yang rumit, apakah tetap dapat melihat bulan
dengan efek biru?............. Ya, bisa ! Jika ada
semburan abu vulkanik dari letusan gunung
merapi, debu yang tertiup ke udara oleh angin
badai, asap tebal dari pembakaran hutan ataupun
kondisi atmosfir sedang mendukung, anda
(manusia modern) tetap bisa melihat efek bulan
berwarna biru saat fase ini sedang berlangsung
(tanpa menggunakan bantuan Api), tapi tentu saja
anda hanya bisa melihat melalui apa yang
memang sudah terlihat/terjadi (asap tebal, abu
vulkanik, debu akibat hembusan angin kencang), bukan
melalui pertanda awalnya (partikel halus tak kasat
42
mata) yang merupakan indikasi akan terjadinya
hal-hal diatas.
Mengapa tidak diberitahukan cara meracik bahan
bakar apinya di Pdf Ritus Suci Altar Bulan ini?
Sederhana, perbedaan zaman membawa kita pada
permasalahan lainnya, yaitu standar tabu. Dan ada 3
zat yang di zaman ini selalu dianggap dosa – syirik -
tabu oleh komunitas-komunitas tertentu, jangankan
untuk dipergunakan, sebagai bahan perbincangan
saja sangat terlarang… Tapi menurut saya ini sangat
wajar, mengingat kedewasaan jiwa manusia modern
yang terkadang seringkali lupa diri, ibarat membuat
obat berubah menjadi racun karena dipergunakan
secara over (berlebihan).
~ ~
Berhubung perkamen ini tidak memiliki waktu penerbitan
yang pasti, silahkan cek secara berkala di
www.dhewasihir.com atau bisa langsung menghubungi
penulis via Fb (Alvi Rheyz) atau WA : 08992793463 untuk
mendapatkan informasi tentang edisi terbaru. (Tidak
diperjualbelikan, silahkan download secara gratis) .

More Related Content

Recently uploaded

Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Thahir9
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
SDNBotoputih
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
TriSutrisno48
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
johan199969
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
RosidaAini3
 
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
opkcibungbulang
 
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdfPanduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
NurHasyim22
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
mad ros
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdfTugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Thahir9
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
juliafnita47
 
Panduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptx
Panduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptxPanduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptx
Panduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptx
tab2008
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
StevanusOkiRudySusan
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
SriKuntjoro1
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 

Recently uploaded (20)

Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
 
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
 
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdfPanduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
Panduan Survei Kendala Aktivasi Rekening SimPel PIP 2023 -7 Juni.pdf
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdfTugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
 
Panduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptx
Panduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptxPanduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptx
Panduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptx
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 

Featured

Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Kurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
SpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Lily Ray
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
Rajiv Jayarajah, MAppComm, ACC
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
Christy Abraham Joy
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
Vit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
MindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
RachelPearson36
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Applitools
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
GetSmarter
 
ChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slidesChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slides
Alireza Esmikhani
 
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike RoutesMore than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
Project for Public Spaces & National Center for Biking and Walking
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
DevGAMM Conference
 
Barbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationBarbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy Presentation
Erica Santiago
 
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them wellGood Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Saba Software
 

Featured (20)

Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
 
ChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slidesChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slides
 
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike RoutesMore than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
 
Barbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationBarbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy Presentation
 
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them wellGood Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
 

Ritus Suci Altar Bulan bag. 2 (SFILE.MOBI).pdf

  • 1. ~ Esensi keterhubungan melalui enigma dari gerbang tanpa gerbang ~ edisi : Ritus Suci Altar Bulan bagian kedua
  • 2. 1 ~Perkamen Saku~ Ritus Suci Altar Bulan (Bagian 2) Oleh : Alvi Rheyz “Jika selama ini anda menganggap bulan hanyalah benda astronomi yang tidak memiliki peran apapun selain sebagai penghias angkasa yang sinarnya mengagumkan pada malam hari, maka setelah membaca catatan di perkamen ini anda akan memahami jika keberadaan bulan sangat mempengaruhi berbagai aspek di alam ini, termasuk kondisi serta kekuatan psikis manusia” Dhewasihir Altar www.dhewasihir.com
  • 3. 2 . FASE Ketiga . “Ketika manusia modern belum memahami atau tidak menerima bahwa keberadaan bulan mengandung hikmah bagi bumi dan aliansi semesta, ibarat seorang anak yang masih sangat kecil melihat pekerjaan ayahnya atau ketika seekor hewan melihat seorang manusia sedang mengerjakan sebuah rangkaian mesin yang rumit dan mereka tidak memahami hikmah dari pekerjaan tersebut”. “Bulan memang hanya tampak diam seolah tak mengerjakan apapun diatas sana, tetapi bukankah pohon- pohon yang berperan besar sebagai penyaring udara di bumi untuk menyerap gas dan polusi berbahaya bahkan bertindak sebagai produsen oksigen (sumber daya hidup utama manusia untuk bernafas) dan gunung yang berfungsi sebagai pengatur iklim dan keseimbangan sistem bumi juga tampak diam seolah tak melakukan apapun ?”. “Orang yang sedang melamun dan berpikir terlihat sama, jadi kita tidak bisa memahaminya hanya berdasarkan melihat bagian kulit belaka”.
  • 4. 3 Kekuatan fase bulan merupakan pengetahuan klasik yang tersebar dalam banyak kebudayaan kuno di seluruh dunia, tetapi karena telah dilupakan ketika pemahaman kerohanian modern mulai masuk menguasai dan melarang praktiknya, akhirnya pengetahuan ini hampir punah bersamaan dengan dewa dewi kuno yang mewakili dan melambangkan bulan itu sendiri. Sehingga sekarang hanya tersisa di kalangan para penganut paganisme, sebagian kecil diterapkan pada upacara penyihir dan kelompok wicca yang masih terus melestarikan pengetahuan kuno tersebut, karena menyadari bahwa fase bulan tertentu menghasilkan energi yang unik. Secara tradisional, ada 3 fase bulan yang dianggap memiliki karakteristik energi paling menonjol (keunikan energi yang khas jika dibandingkan dengan fase-fase lainnya), dan aspek tersebut
  • 5. 4 kemudian dipersonifikasikan melalui 3 dewi yang masing-masing mewakili salah satu perwujudan dari tiga fase energi jiwa pada wanita (karena bulan memiliki tipe energi feminin). Bulan Sabit (Crescent Moon, Maiden) - memiliki karakteristik energi yang diwakilkan sebagai gadis/perawan, yaitu energi feminin tahap awal yang liar dan terkadang cenderung belum stabil, hal ini dikarenakan seluruh energi besarnya belum tersalurkan dengan sempurna. Secara visual tampilan bulan sabit juga menunjukkan hal senada, dimana sebagian besar dari lingkaran bulan masih tertutupi (terselimuti bagian gelap) dan masih membutuhkan beberapa fase lagi kedepannya (proses) sebelum seluruh potensi terbaik energinya dapat terlihat dalam fase penuh atau lebih dikenal sebagai …………. Bulan Purnama (Full Moon, Mother) - yang memiliki karakteristik energi sosok Ibu, yaitu
  • 6. 5 puncak dari energi feminin yang sangat halus, lembut tetapi sekaligus kuat, dengan mengandung segala nilai-nilai kebijaksanaan dan cinta kasih. Tentu saja layaknya seorang ibu yang bersikap benar tanpa melupakan sifat dari bulan yang memantulkan seperti di paragraf sebelumnya (Ritus Suci Altar Bulan bagian 1), segala tindakan yang dipersepsikan sebagai keburukan atau kebaikan, hanyalah bentuk keinginan mulia tertinggi dari seorang ibu untuk menjadikan anak-anaknya jauh lebih baik dengan memperlihatkan apa yang seharusnya diperbaiki oleh sang anak tersebut. Layaknya ketika memberikan sebuah pelita kepada sekawanan manusia yang sedang tersesat di tengah hutan belantara yang gelap, ketika mereka dapat melihat keadaan sekitar dengan bantuan cahaya yang telah diberikan dan mengetahui kenyataan bahwa tempat di sekelilingnya penuh dengan
  • 7. 6 marabahaya yang mengancam, selanjutnya tergantung kesadaran jiwanya, apakah merasa menyesal telah ditunjukkan kebenaran tersebut atau merasa bersyukur, karena dengan begitu mereka bisa melanjutkan perjalanan dengan lebih bijak, waspada dan berhati-hati lagi (tetapi ada juga anak yang sudah terlanjur kotor hatinya menganggap semua jebakan dan marabahaya tersebut dipersiapkan sendiri oleh ibunya). Sehingga pada akhirnya membuat mereka kemungkinan tersesat dalam lingkup energi fase bulan selanjutnya, yaitu Bulan Baru atau dikenal juga dengan julukan…………. Bulan Mati (Dark Moon, Crone) - yang memiliki karakteristik nenek, yaitu fase akhir dari energi feminin yang memiliki semua sifat dari energi Bulan Sabit (gadis) sekaligus Bulan Purnama (ibu) tetapi terbalut seluruhnya dengan selubung hitam pekat sehingga membuat energi pada bulan baru lebih berkarakter dark (gelap), sesuai yang
  • 8. 7 dipersembahkan oleh panorama langit malam pada saat fase ini sedang berlangsung, yaitu dimana bulan tidak terlihat sama sekali. Kendati demikian, fase bulan ini mengandung nilai yang lebih dalam, bahkan jika dibandingkan dengan fase Bulan Purnama dan hanya segelintir jiwa yang mampu menyelami dan mengarungi energi dari fase bulan baru, dikarenakan sifatnya yang lebih menonjolkan sisi gelap dengan menyembunyikan cahayanya dibalik jubah hitam. Secara filosofis, cahaya tidak akan pernah ada tanpa keberadaan gelap, seperti halnya lampu di ruangan kita yang tidak akan pernah benderang jika tidak adanya gelap yang merupakan fondasi dari eksistensi sinar lampu tersebut berdiri sebagai lapisan dasar, tetapi pada kenyataannya manusia yang belum mendewasa di level jiwa selalu menyimboliskan kegelapan sebagai kejahatan. Tetapi kembali lagi seperti pada
  • 9. 8 penjabaran sebelumnya di Ritus Suci Altar Bulan bagian 1, dimana dikatakan jika semua keberadaan di alam ini bersifat netral, seperti halnya saat fase bulan purnama yang bukanlah merupakan obat maupun racun (karena ia bersifat seperti cermin), begitu juga dengan fase bulan baru. Tetapi dengan menonjolkan sifat yang lebih gelap di permukaan, membuat pada akhirnya banyak jiwa kemudian terserap pada berbagai hal yang menyesatkan, dan berlanjut di kenestapaan, duka serta keputusasaan sebelum mereka mampu dan berhasil mencapai nilai luhur kecahayaan yang ada didalamnya. Ibarat mengarungi hutan belantara yang gelap tanpa cahaya, tentu akan membuat berulang-kali tersandung, terjatuh dan terluka. Jika ini dijalani oleh yang lemah mental dan kekuatan jiwanya, maka mereka akan menyerah. Sebaliknya jika dijalani oleh mereka yang memiliki mental serta jiwa tangguh, tentu
  • 10. 9 hal ini akan menjadi tantangan tersendiri untuk melampaui batasannya, tetapi tentu saja memilih jalan ini harus sadar sepenuhnya bahwa taruhannya adalah hidup dan mati, karena resiko terbesar dari menjelajahi hutan belantara yang gelap tanpa cahaya adalah terjatuh ke jurang yang curam atau menjadi mangsa dari hewan buas. Makanya, saya menyebut energi pada fase bulan mati lebih dalam bahkan jika dibandingkan dengan fase bulan purnama, karena ia langsung mengandung 2 gerbang sekaligus, yaitu kehidupan (putih) dan kematian (hitam). Jadi tidak salah jika fase bulan ini juga langsung dikenal dengan dua nama sekaligus, yaitu Bulan Baru atau Bulan Mati (dan saya selalu percaya jika tidak ada satupun hal yang terjadi secara kebetulan, sekalipun itu tanpa disengaja). Saya memfilosofikan kehidupan sebagai sebuah jalanan yang dijembatani oleh gerbang awal
  • 11. 10 (kelahiran) menuju gerbang akhir/misteri (kematian). Ketika manusia lahir, ia keluar melalui gerbang rahim dan bertemu cahaya, sedangkan ketika ia mati, ia masuk ke gerbang liang lahat dan bertemu kegelapan (tempat berjuta misteri). Untuk memahami hal diatas, cobalah bayangkan, imajinasikan dan rasakan secara sederhana, misalnya saat ini anda sedang berada didalam sebuah terowongan panjang yang sangat gelap dan di ujungnya terdapat sebuah pintu yang ketika berhasil anda buka, maka akan mempertemukan anda dengan dunia luar yang berselimutkan cahaya terang benderang. Tetapi sebelum mencapai tujuan tersebut, anda harus melalui rute panjang pada terowongan ini, yang dimana didalam ruangannya terdapat begitu banyak jebakan, rintangan, hambatan dan marabahaya yang tersebar luas tanpa bisa anda indrai, yang bukan saja bisa meruntuhkan mental,
  • 12. 11 tetapi dapat mengancam keselamatan jiwa anda (nyawa). Jika berhasil melewati segalanya, maka saat meraih pintu lalu membukanya, anda bukan saja akan bertemu dengan cahaya, tetapi secara elemen diri telah mendapat penempahan melalui perjalanan panjang dengan perjuangan berat yang telah dilalui sebelumnya, sehingga setelah keluar dari terowongan tersebut anda siap mengarungi dunia baru dengan kualitas jiwa yang lebih baik. Tetapi ketika anda gagal di pertengahan jalan, maka disitulah segalanya berakhir (kecuali momen keajaiban terjadi, berupa sinkronitas misalnya anda bertemu dengan pengembara lain yang telah memiliki pelitanya sendiri dan sedang mengarungi terowongan yang sama, untuk kemudian mengajak anda bersamanya menuju ke arah pintu keluar berada, tetapi jika ternyata di pertengahan jalan dia merasa anda menjadi beban, maka kemungkinan terburuknya anda akan ditinggalkan).
  • 13. 12 Sekalipun dalam penggambaran diatas fasenya saya balik dari gelap menuju terang, sedangkan dalam filosofi kehidupan yang saya tuliskan sebelumnya adalah dari terang (lahir) menuju gelap (mati), tetapi saya percaya bahwa kehidupan memiliki siklus lingkaran (roda), bukan siklus garis horizontal (dari A ke B – atau sebaliknya). Setelah berada di dunia yang terang dalam beberapa waktu, maka akan ada sebuah momen yang memperjalankan kita untuk masuk kembali ke sebuah terowongan yang gelap, dan tentu saja tujuannya adalah mencapai pintu keluar. Apakah akan berakhir dengan mencapai kehidupan dengan fase baru yang lebih baik ? ataukah sebaliknya, mengalami fase mati dengan hilang, putus asa, tersesat, hancur, terjebak, tewas terbunuh dan lenyap tertelan dalam pekatnya kegelapan penuh misteri yang mencekam ???...
  • 14. 13 . FASE Keempat . “Ketika menatap Bulan Purnama, ada yang sekedar melihat dan menikmatinya dalam bentuk 2 dimensi (lingkaran - datar tanpa ruang) dan ada yang menyadari di kedalaman jiwanya jika bentuk sesungguhnya dari bulan adalah 3 dimensi (bulat - memiliki ruang) sekalipun ia hanya melihatnya melalui perspektif 2 dimensi (lingkaran datar)”. “Tidak ada yang kebetulan walau hanya dari cara memandang yang terlihat sangat sederhana ini, karena pada kenyataannya ketika mata telah merasa puas hanya pada kulit terluarnya saja (objek 2 dimensi), maka otak akan menerjemahkan signal tersebut sebagai perintah untuk memproses data lebih banyak lagi, tetapi hanya terfokus di area kulitnya saja (desain objek 2 dimensi memang hanya dapat dinikmati dari satu arah saja), sehingga pemahaman akan kandungan isinya tidak pernah tersentuh karena membuat sang jiwa tidak dapat menyelam lebih dalam lagi”… “Sesuatu baru dapat diselami jika ia memiliki ruang (untuk mengandung isi), bukan sesuatu yang datar tanpa ruang (apalagi isi), begitulah cara sang jiwa berkomunikasi”…..
  • 15. 14 Pada bagian awal dari perkamen ini, saya menaruh kata pembuka secara tertulis yang berbunyi “Esensi keterhubungan melalui enigma dari gerbang tanpa gerbang”, karena di zaman modern ini sudah begitu banyak hal-hal yang hanya sekedar dinikmati dan diamati berdasarkan tampilan kulit terluarnya saja. Sehingga pada kelanjutannya sang jiwa tidak lagi dapat menyelami isi untuk menyerap kemurnian dari saripatinya (esensi), agar bisa memahami serta melihat segala keterhubungan yang terkandung didalam enigma niskala (teka-teki abstrak, tak kasat mata, maya). Mulai dari seni, ilmu pengetahuan hingga jalan spiritual kerohanian modern yang masing-masing merasa sanggup berdiri secara tunggal, seolah- olah mereka tidak membutuhkan support dari elemen lain untuk mendukung keberadaannya. Bukankah itu ibarat sebuah pemilik gedung yang
  • 16. 15 meyakini bahwa bangunan yang telah ia dirikan tidak butuh keberadaan dari tanah yang merupakan dasar dari fondasinya ?, bahkan lebih lanjut tanah tersebut didukung oleh elemen lain seperti batu, vegetasi, akar pohon dan serangkaian proses biologis untuk mendukung kepadatannya, tentu saja akar pohon tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa adanya faktor penunjang lain seperti air dan sinar matahari yang berperan sebagai pengatur kelembapan tanah (tidak terlalu kering/gersang dan tidak terlalu basah/becek, apalagi sampai mudah longsor). Lebih jauh lagi, sinar matahari tidak dapat tersuplai secara seimbang ke bumi tanpa bantuan filter radiasi berupa lapisan ozon, begitulah seterusnya hingga ikatan ini terjalin dan membentuk aliansi yang sangat kompleks di alam ini. Begitu juga dengan manusia, anda cukup memejamkan mata dan berdiri di lapangan
  • 17. 16 terbuka, dan menyadari sejauh mungkin mulai dari tempat kaki anda berpijak saat ini adalah tanah, lalu bekal nafas yang anda hirup dan hembuskan berasal dari udara di sekitar, kemudian sadarilah dengan melebarkan lebih jauh lagi keterhubungannya, dimulai dari tanah tempat anda berpijak dan udara yang menjadi bekal pernafasan anda tersebut, dimana ia terhubung dengan batu, pohon, tumbuhan, sungai, bukit, rumput, cacing dan seterusnya hingga membentuk suatu rangkaian kesatuan yang kemungkinan besar akan membawa anda hingga ke luar negeri atau bahkan luar angkasa. Leluhur manusia terdahulu sangat dekat dengan alam, sehingga karya, pengetahuan maupun tekhnologi kuno yang mereka hadirkan tidak sekedar memiliki kulit tanpa mengandung isi, misal salah satunya kalender yang dimana saat ini cuma dijadikan sebagai pajangan dinding,
  • 18. 17 meja atau smartphone untuk penanda hari libur, hari raya/kebesaran, hari kerja, jadwal temu janji atau sekedar untuk memunculkan sebuah pertanyaan iseng tanpa tujuan “ohya bro/sis, sekarang tanggal berapa ya?”, bahkan ada yang menyimpan kalender hanya karena formalitas saja, padahal dia tidak membutuhkan hal tersebut. Inilah salah satu contoh dimana objek yang memiliki isi, ketika hanya dilihat dan diamati secara kulit belaka, maka jiwanya tidak akan mampu menyelam lebih dalam lagi untuk menggapai saripatinya. Mari kita sedikit menelusuri tentang kalender, yaitu sebuah grafik yang dibuat dengan sistem pemetaan waktu berdasarkan pada pengamatan atau perhitungan dari siklus pergerakan benda astronomi yang dapat terlihat (Matahari atau Bulan), lalu kemudian membaginya ke periode waktu tertentu dengan jarak minimal 1 kali rotasi
  • 19. 18 (dengan menjadikan terbit hingga terbenam atau terang berubah gelap sebagai standar awal), putaran ini merupakan acuan untuk interval perhari. Pengetahuan ini telah dipergunakan sejak masa peradaban kuno baik secara numerik atau dengan penggunaan simbol khusus (berupa angka, gambar, kata, abjad, nama dewa/dewi dan lainnya) untuk berbagai keperluan misal penentuan waktu terbaik untuk berburu, bercocok tanam atau melaut. Alam memiliki pergantian musim dan kondisi yang dinamis, lebih lanjut lagi orang terdahulu sangat memahami bagaimana segala keadaan tersebut dapat mendukung atau kurang mendukung pada ritual-ritual hidup tertentu, sehingga kita mengenal adanya sebuah istilah “hari baik” atau “hari kurang baik” , “bulan suci”, “waktu menyepi”, “hari kebesaran” dan sebagainya. Sebenarnya hal tersebut sangatlah ilmiah, mengingat ketika benda langit berada dalam
  • 20. 19 konstelasi tertentu, maka akan memicu terjadinya berbagai fenomena alam yang dipengaruhi oleh suhu, tekanan udara, laju kecepatan serta arah angin, kelembapan tanah, panas inti bumi, proses penguapan air (evaporasi,transpirasi maupun secara evepotranspirasi) dan selanjutnya di level sangat halus yaitu ion, metabolisme, frekuensi serta resonansi alam, medan elektromagnetik, kelistrikan bumi yang semua hal tersebut tanpa sadar mempengaruhi berbagai aspek di alam ini. Jika kata kalender membuat anda membayangkan poster berisikan angka sebagai penunjuk tanggal, nama hari, kode tahun dengan warna hitam merah lengkap dengan penjelasan hari libur, hari raya, hari mengenang dan sebagainya (dan terkadang ada bonus background berupa foto selebritis atau kandidat partai yang tidak jelas sebagai penghias) maka saat ini anda mempunyai sebuah kalender standar dunia yang
  • 21. 20 dipergunakan sebagai fungsi penyamaan waktu untuk memudahkan sinkronisasi baik dalam skala nasional maupun internasional, yang dikenal dengan kalender Masehi (hitungan tahun 1 dimulai sejak kelahiran Yesus dari Nazaret). Ada begitu banyak jenis kalender di berbagai kebudayaan, tetapi pada dasarnya pengamatan serta perhitungannya tetap mengacu pada pergerakan matahari, bulan atau keduanya (Matahari dan Bulan). Contoh sederhana dari ketiganya : kalender Dunia/Masehi adalah kalender Matahari (solar), kalender Islam/Hijriah adalah kalender Bulan (lunar) dan Kalender Hindu/Saka merupakan gabungan dari kalender Matahari dan Bulan (lunisolar). Tentu masih banyak lagi sistem kalender yang telah ada sejak lama dan tersebar di berbagai budaya, misalnya kalender Jawa, kalender Tionghoa/Imlek, kalender Maya, kalender Seder Olam, kalender Qibti dan sebagainya, yang
  • 22. 21 fungsinya bukan saja sebagai penunjuk formalitas waktu secara umum, tetapi dengan beberapa fungsi lainnya yang lebih spesifik, seperti menentukan musim tanam, berburu, melaut, waktu terbaik untuk bepergian/merantau, mengetahui profesi sesuai garis tangan, penetapan hari suci dalam keagamaan, menandai hari baik dan kurang baik untuk beraktifitas/keluar rumah di jam-jam tertentu, penentuan letak strategis suatu bangunan agar presisi dengan fase puncak dari benda langit di konstelasi astronomi yang dianggap sakral (bangunan-bangunan suci/altar kuno menerapkan hal ini, sehingga sekaligus memiliki fungsi ganda sebagai observatorium), dan masih banyak lagi pemanfaatan momen natural yang dihubungkan melalui perhitungan kalender sesuai keperluan. Walaupun ada beberapa kalender yang fungsinya lebih bersifat supranatural (tetapi biasanya ini sangat rahasia dan pengetahuannya hanya bisa didapatkan melalui jalan
  • 23. 22 pewarisan), salah satu contohnya kalender Qibti yang diperkirakan berasal dari era Mesir kuno. Beberapa kali saya temui orang-orang yang menjadikan diagram Qibti ini sebagai hiasan dompet (jimat), baik dengan langsung diprint secara digital, disketsa ulang via kanvas, kulit hewan, kertas atau penggunaan lainnya melalui cara apapun yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya sama sekali secara fungsi sesungguhnya. Ini seperti penggunaan geometri suci sebagai aksesories dan foto profil sosmed (misalnya pohon kehidupan atau metatron) yang makin menjamur dewasa ini (dengan harapan ada efek magis yang bekerja). Namun, saya yakin 89% dari mereka tidak mengetahui apa sesungguhnya fungsi atau mungkin pesan yang terkandung pada simbol tersebut dan bagaimana cara menafsirkan serta mempergunakan grafiknya, sama seperti cara golongan mereka ketika menggunakan kalender
  • 24. 23 Qibti. Ini ibarat pada sebuah dinding goa ada tulisan yang dipahat membentuk suatu kalimat berisi pesan atau instruksi : “Silahkan gunakan payung, jas hujan atau singgah berteduh ditempat yang aman kalau sedang hujan agar tidak basah di perjalanan” ……. Kemudian dari informasi mulut ke mulut yang telah terjalin selama turun- temurun, diketahui jika pahatan tersebut ternyata berhubungan dengan pengetahuan sangat rahasia agar menjadi tidak basah di saat hujan terjadi…… Lalu di tangan orang yang buta huruf, kemungkinan besar karena dia tidak bisa membaca simbol berupa kombinasi abjad yang terangkai didalamnya, maka dia menafsirkan sebebasnya „agar tidak basah saat kehujanan di perjalanan nanti, cukup tulis kembali pesan ini pada secarik kertas, lalu kemudian simpan kertas tersebut dalam dompet atau cetak ulang untuk kemudian dijadikan sebagai aksesories atau foto profil sosmed‟(dan berharap ada efek magis yang bekerja/terjadi).
  • 25. 24 Kalender-kalender kuno, berasal dari peradaban masa lampau dimana aksara yang dipergunakan untuk mengrafiskan diagramnya telah jauh melintasi zaman, dan tak jarang karena perbedaan masa yang sudah lumayan cukup jauh tersebut, dapat menciptakan distorsi pemaknaan. Misalnya ketika mendapati aksara yang masih berjenis logografi dalam sistem komunikasi tertulisnya, seperti pada huruf hielograf, dimana kombinasi 3 gambar (contoh saja, mata – kucing – daun) yang jika mengikuti pemahaman saat ini mungkin akan ditafsirkan sebagai “kucing lagi melihat daun, atau hanya sekedar dimaknai sebagai mata - kucing dan daun secara harfiah” . Sedangkan pada zaman Mesir kuno mereka menyembah RA sang dewa Matahari (sebagai Tuhan tertinggi) yang disimboliskan dengan mata, kucing BAST sebagai perwakilan dari kesucian dan kebijaksanaan, lalu kemudian daun merujuk pada suatu obat
  • 26. 25 penyembuh (tergantung dari jenis daunnya), sehingga bisa saja itu diartikan sebagai bentuk doa, pujian atau rasa terima kasih kepada Tuhan yang Maha Suci dan bijaksana atas karunia obat serta kesembuhan (pada suatu penyakit atau wabah) . . . . . . . . . . . . . Sebenarnya tidak perlu rentang waktu berabad- abad untuk mengalami distorsi ini, bahkan jika anda menerima lalu kemudian membaca tulisan saya dari 5 tahun silam yang menyebut tentang Corona di salah 1 pembahasan dalam grup whatsapp, maka saya yakin anda akan langsung terbayang dengan VIRUS CORONA, padahal 5 tahun lalu kami mengenal corona sebagai permukaan paling luar dari atmosfer Matahari, bukan nama dari jenis virus. Begitulah kebijaksanaan manusia terdahulu dalam membusanakan sabda alam secara filosofis, atau menyimboliskannya dengan sosok personifikasi yang dianggap ideal untuk mewakili
  • 27. 26 perwujudan tersebut (dan ini tentu disesuaikan dengan zaman dimana masyarakat itu hidup). Dalam tradisi kuno yang kita bahas sebelumnya, dimana 3 fase bulan (sabda alam) dipersonifikasikan sebagai 3 dewi untuk mewakili “saripati energi feminin secara spiritual” yang terkandung pada tiap fasenya, yaitu dewi dengan energi bulan Perawan, dewi dengan energi bulan Ibu dan dewi dengan energi bulan Nenek (atau dalam penamaan barat yang lebih familiar dikenal sebagai : Maiden Moon Goddess, Mother Moon Goddess & Crone Moon Goddess), dimana ada beberapa karakteristik energi feminin dari tiap perwakilan dewi-dewi tersebut sudah tidak sepenuhnya relevan lagi dengan citra zaman ini. Jika liarnya perawan dalam pandangan masa tersebut lebih ke persona jiwa feminin, seperti gadis yang lincah, suka berlari kesana kemari dengan penuh semangat tanpa peduli pada hal di sekitar (bahkan sangking begitu energiknya, tak jarang ia menaiki atap, melompati pagar kayu dan menabrak hingga membuat
  • 28. 27 banyak benda berantakan tanpa beban berarti/cukup meminta maaf dengan senyuman lalu kemudian melanjutkan “keliarannya”). Kelincahan tersebut cukup dimaklumi karena difahami sebagai akibat dari belum tersalurkan dengan baiknya kemurnian energi hidup yang begitu besar ditambah dengan kematangan jiwa yang belum stabil sehingga membuatnya menjadi liar…… Jika anda pernah melihat atau menyaksikan sosok manusia yang cukup liar (energik) tetapi tidak membuat anda merasakan kebencian, jengkel ataupun kemarahan mendalam, maka itu adalah bentuk murni dari energi feminin di fase perawan yang sedang mengekspresikan jiwanya. Inilah bentuk energi natural dari bulan sabit yang kemudian dipersonifikasikan sebagai Maiden Moon Goddess. (Jika itu adalah keliaran yang dibuat-buat, mengada-ada baik sebagai bentuk pelarian dari segala problema kehidupan, keinginan untuk mendapat pengakuan atau keadaan lainnya
  • 29. 28 yang dipicu oleh luapan residu beban secara psikologi, maka ketika melihat eksistensi dari kepribadian tersebut, tentu membuat anda merasa tidak nyaman, terganggu, menjadi ilfeel atau bahkan muak, walau ia sedang dalam keadaan diam sekalipun… dapat dipastikan ini bukanlah ekspresi jiwa dari energi feminin, karena disadari atau tidak, jiwa anda dapat menangkap getaran jiwa miliknya). Lalu bagaimana pemaknaan perawan di masyarakat zaman ini ? Anda pasti tahu jawabannya, yaitu sebuah gelar yang diberikan kepada wanita yang belum pernah melakukan persetubuhan atau di perspektif lebih sempit, hanya dimaknai sebagai kondisi dari selaput dara pada Miss V (tahukah anda jika selaput dara pada wanita memiliki bentuk menyerupai bulan sabit? Kebetulan? Atau itu sesungguhnya adalah perwujudan dari sabda alam yang terukir secara anatomi pada tubuh manusia, yang mewakili bentuk dari saripati energi murninya, dalam hal ini Feminin fase awal, Maiden Moon Goddess) .
  • 30. 29 . FASE Kelima . “Maukah kita mengakui jika manusia dari peradaban terdahulu yang merupakan leluhur tidaklah bodoh, mereka justru sangat memahami apa yang sedang dilakoninya, hanya saja ketika telah berbeda masa yang cukup jauh, manusia dari peradaban terbaru tidak memiliki cukup banyak petunjuk untuk memahami intisari yang terkandung pada ritual- ritual kuno”. “Ketika manusia modern atau setidaknya yang sudah merasa modern menganggapnya sebagai takhayul,pemikiran bodoh atau sekedar mitos belaka, bukankah justru mereka yang sedang memperlihatkan ketidakcerdasannya karena tidak mampu untuk memahami esensi dari ritus masa silam?”.. “Menariknya, anggapan tidak masuk akal hanya terlahir dari pemikiran orang-orang yang akalnya belum mampu untuk menjangkau suatu pemahaman, masuk akal bukan?” …
  • 31. 30 Fase-fase bulan diwakilkan oleh perwujudan para Dewi atau ketika sebuah fenomena alam berupa gelombang laut yang sangat ekstrim bahkan mampu menjelma tsunami, oleh para leluhur diberikan personifikasi sebagai seorang Ratu berbusana hijau, apakah karena mereka bodoh? Tidak, justru itu adalah bentuk kearifan luhur yang kemudian oleh orang-orang modern direndahkan menjadi sosok fantasi atau dongeng karena ketidaksanggupan mereka dalam memahami kemurnian dari pesan maupun tujuan yang terkandung didalamnya. Belakangan ini, saat planet yang menjadi hunian manusia begitu familiar dikumandangkan dengan nama Ibu Bumi, apakah mereka yang mengucapkannya sudah benar-benar bisa menjangkau esensi kemuliaan dari seorang Ibu? Lantas, kenapa masih banyak dari mereka
  • 32. 31 berasyik ria dalam merusak alam? Begitukah perlakuannya terhadap seorang ibu? Pada akhirnya ketika alam menghadirkan akibat melalui sabdaNya (yang dikenal sebagai bencana alam), para manusia modern mengatakan “Bumi sedang sakit”, padahal pada kenyataannya merekalah yang sedang sakit. Sebagian dari manusia modern sebenarnya tidak benar-benar cerdas ketika mereka menolak mahakarya warisan leluhur, hanya saja sedang terjebak dalam sebuah doktrin sosial masa kini. Kenapa saya berkata demikian? Karena saya adalah seorang Magician, dan seringkali ketika memperlihatkan sebuah efek-efek sulap tidak masuk akal kepada manusia modern, ada sebagian dari mereka yang walaupun tidak mengetahui bagaimana cara saya melakukannya, akan tetapi memiliki keyakinan jika ada penjelasan masuk akal agar hal tersebut dapat
  • 33. 32 terjadi… Lantas kenapa tidak bisa memiliki keyakinan yang sama terhadap warisan para leluhur?... Jika alasannya adalah tidak masuk akal atau mereka tidak mengerti bagaimana cara melakukannya, kenapa bisa seyakin itu bahwa efek dari seni sulap memiliki penjelasan rasional padahal dia sendiri belum tahu bagaimana cara melakukannya?, Walau dengan konteks yang berbeda, tapi hal yang hampir senada juga pernah saya tuliskan didalam buku RVDS Vol 1 (2016) : “Sadarkah anda ???, jika menggunakan jubah sihir maka kurban/tumbal/persembahan adalah bentuk kesesatan terhadap Tuhan, tetapi jika menggunakan jubah agama, maka kurban/tumbal/persembahan adalah bentuk ibadah terhadap Tuhan”… Stigma ilmu kuno sebagai dongeng, mitos atau fantasi, justru seringkali terlahir akibat banyaknya manusia modern yang “buta huruf” dan ini menjadikan doktrin sosial pun kian tersebar
  • 34. 33 meracuni sekitar. Menemukan keris atau kristal jenis tertentu yang tertanam pada sebuah pohon dijadikan jimat, menemukan “sesajen tidak wajar” yang terdiri dari perunggu, pusaka berbahan dasar kuningan sedang terkubur didalam tanah dianggap sebagai bentuk pesugihan sesat, hingga akhirnya semua hal tersebut berimbas pada ritus- ritus kuno lainnya. Bagaimana jika ternyata itu adalah sebuah tekhnologi kuno? Dengan memanfaatkan potensi natural dari tumbuhan yang didukung dengan bahan logam pada keris dan mineral kristal untuk membantu proteksi dari wabah, filter udara, manipulasi medan elektromagnetik untuk tujuan tertentu? Atau memfungsikan gabungan perunggu, bahan dasar kuningan dari sebuah pusaka yang kemudian dikubur bersamaan pada tanah jenis tertentu untuk memaksimalkan kesuburannya atau mencegah penyebaran racun melalui tanah
  • 35. 34 tersebut? Ritual dengan dampak sekompleks itulah yang kemudian hanya dijadikan jimat oleh manusia modern yang “buta huruf” … Di buku digital perkamen saku : Ritus Suci Altar Bulan ini saya tidak akan menjelaskan kepada anda bagaimana cara membaca kalender-kalender kuno, tetapi saya akan menjelaskan bagaimana cara agar anda dapat membuat kalender sendiri sesuai tatacara standar yang ada pada aliran Neopaganism (pada bagian ketiga). Kenapa tidak langsung membaca dari kalender yang sudah ada? Jawabannya sederhana, yaitu perbedaan aksara dan pemaknaan secara simbolis (terutama di pikiran bawah sadar). Misalnya saya menjelaskan cara membaca kalender yang menyimboliskan bulan dengan warna biru, maka tentu masing-masing dari anda akan berbeda pemaknaan di dimensi pikiran bawah sadar. Contohnya jika warna biru
  • 36. 35 diibaratkan laut yang menenangkan, maka bagi mereka yang sering menikmati keindahan laut baik dengan berwisata di kapal pesiar maupun hanya sekedar duduk di tepi pantai akan setuju, tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi mereka yang pernah menjadi korban sabda alam tsunami ataupun memiliki trauma akibat mempunyai pengalaman tenggelam dalam pelayaran yang hampir merenggut nyawanya, bagi mereka laut adalah bencana, bukan lagi menenangkan… Di fase-fase bulan purnama yang lebih spesifik, baik itu karena pengaruh posisi dan jaraknya pada bumi, berkonjungsi dengan planet tertentu (termasuk bumi) maupun pola konstelasinya pada benda astronomi lainnya yang khas, maka akan menghasilkan energi yang lebih khusus, sehingga kita mengenal banyak penamaan Bulan Purnama yang biasanya didominasi oleh istilah barat seperti Blue Moon, Pink Moon, Wolf Moon, Snow Moon,
  • 37. 36 Sturgeon Moon, Buck Moon, Worm Moon dan Strawberry Moon. Nama-nama ini diambil sesuai karakteristik dari energi yang dihasilkan saat fase bulan purnama tersebut. Salah 1 yang paling familiar adalah Blue Moon, dimana fase purnama terjadi 2 kali dalam 1 bulan (month) kalender. Tetapi saya akan mengambil referensi yang lebih kuno, seperti yang telah kita bahas pada bagian- bagian sebelumnya, dimana manusia terdahulu menerjemahkan pesan alam melalui simbolis, dan sekalipun hanya berupa pemaknaan secara personifikasi, selalu saja tepat sasaran. Warna biru kurang lebih dimaknai sebagai Api Pemurnian dalam paganism, dan ada 3 warna api lainnya yaitu Jingga Kekuningan (yang sekarang lebih dikenal sebagai api merah), Putih dan mendekati Transparan (biasa disebut juga sebagai api hitam karena tidak memiliki spektrum warna). Urutan berdasarkan suhunya mulai dari yang terendah (secara natural
  • 38. 37 tanpa campur tangan zat yang memicu reaksi kimiawi, seperti misalnya pada kembang api) adalah Merah, Biru, Putih dan Hitam. Anda tentu pernah mendengar stigma jika kebanyakan kaum pagan adalah para pemuja api bukan? Lebih tepatnya bukan memuja, melainkan mereka menggunakan api sebagai media atau tekhnologinya. Secara tradisi kuno, kehadiran fase bulan purnama ganda (blue moon) dianggap sebagai fase yang “mencurigakan”, karena kehadiran sang dewi bulan 2 kali berturut-turut (yang tentu membawa pesan penting terkait bumi), sehingga saat fase ini berlangsung, ritual yang dilakukan lebih ke perbaikan alam dibanding sedot menyedot energi bulan biru seperti yang dilakukan para umat buta huruf dewasa ini. Lantas darimana asal pemberian nama Blue/Biru? Pemberian nama tersebut memiliki sejarah yang panjang (karena manusia terdahulu hanya menyimboliskannya dengan
  • 39. 38 malam hari yang memiliki panorama seperti fajar), jadi untuk mempermudah hal tersebut maka fenomena alam ini diberi nama Blue Moon. Dengan melakukan ritual menatap api atau bahkan sekedar membakar api unggun dengan jenis kayu dan daun kering tertentu, ada banyak hal yang dapat dianalisa oleh mereka, misalnya kandungan – kualitas - tekanan udara, gas, suhu, kelembaban tanah, panas perut bumi, status gunung merapi, potensi gempa bahkan kualitas ion pada lapisan atmosfer (walau zaman dulu mereka mengenalnya dengan kosa kata berbeda) . Dan dengan pengetahuan tersebut, mereka dapat melihat partikel-partikel halus yang merupakan pertanda awal dari gejala-gejala alam tertentu (dan belum bisa terlihat oleh mata telanjang) melalui bantuan api (hasil dari pembakaran dengan campuran daun, kayu dan zat khusus) yang diposisikan di pertengahan antara Bulan dan Mata. Analisa didapatkan melalui
  • 40. 39 bagaimana warna ruang yang berada diantara Bulan dan Api, jika tetap berwarna merah (api tidak mengalami perubahan, maka keadaan alam sedang stabil) , jika berwarna biru maka partikel-partikel halus pertanda sabda alam yang besar (gempa bumi, gunung meletus dan sebagainya) sedang bersebaran di udara (berarti kondisi alam sedang tidak stabil dan akan melakukan siklus penyeimbangan). Karena secara visual keadaan ini terlihat seperti fajar (di mata orang terdahulu) maka setiap fase bulan purnama ganda ini dijadikan sebagai ritual memperbaiki alam, yang kini dikenal dengan nama Blue Moon. Elemen api sejak lama memang selalu dipergunakan dalam pelengkap di berbagai ritus suci, karena sifatnya yang secara natural dapat menyebarkan cahaya secara merata sehingga membuatnya tidak memiliki bayangan (filosofis dari layar yang dapat menunjukkan berbagai hal tanpa
  • 41. 40 ditutup-tutupi – tanpa bayangan). Sekali lagi, orang terdahulu selalu memaknai segala hal yang natural secara simbolis. Anda juga dapat menyalakan lilin atau pemantik, kemudian memantulkan bayangan hitamnya ke dinding, maka bayangan hitam pada API tidak akan terlihat sama sekali. (seluruh bagian lain seperti tangan, pemantk dan lilin anda tetap akan terlihat, kecuali nyala apinya). Bahkan hanya dengan melihat nyala pada api, anda bisa mengetahui tingkat kandungan oksigen dan zat asam pada suatu tempat, mengingat faktor utama terbentuknya api adalah kedua unsur tersebut, semakin besar kadar oksigen maka api akan semakin berkobar !!!. Jadi apakah saat fase ini, Bulan Purnama benar- benar bewarna biru? Tidak ! karena warna biru hanya hasil penerjemahan visual dari partikel tak kasat mata yang terlihat melalui layar (Api). Ini seperti tekhnologi berupa layar yang dapat
  • 42. 41 melihat partikel halus (frekuensi rendah), mistik? mereka bodoh? bahkan saya kehabisan kata-kata untuk memuji tekhnologi masa silam ini, sebuah penerapan ilmu fisika dan kimia untuk menghasilkan tekhnologi setingkat hologram. Tanpa penggunaan api dengan tekhnik natural yang rumit, apakah tetap dapat melihat bulan dengan efek biru?............. Ya, bisa ! Jika ada semburan abu vulkanik dari letusan gunung merapi, debu yang tertiup ke udara oleh angin badai, asap tebal dari pembakaran hutan ataupun kondisi atmosfir sedang mendukung, anda (manusia modern) tetap bisa melihat efek bulan berwarna biru saat fase ini sedang berlangsung (tanpa menggunakan bantuan Api), tapi tentu saja anda hanya bisa melihat melalui apa yang memang sudah terlihat/terjadi (asap tebal, abu vulkanik, debu akibat hembusan angin kencang), bukan melalui pertanda awalnya (partikel halus tak kasat
  • 43. 42 mata) yang merupakan indikasi akan terjadinya hal-hal diatas. Mengapa tidak diberitahukan cara meracik bahan bakar apinya di Pdf Ritus Suci Altar Bulan ini? Sederhana, perbedaan zaman membawa kita pada permasalahan lainnya, yaitu standar tabu. Dan ada 3 zat yang di zaman ini selalu dianggap dosa – syirik - tabu oleh komunitas-komunitas tertentu, jangankan untuk dipergunakan, sebagai bahan perbincangan saja sangat terlarang… Tapi menurut saya ini sangat wajar, mengingat kedewasaan jiwa manusia modern yang terkadang seringkali lupa diri, ibarat membuat obat berubah menjadi racun karena dipergunakan secara over (berlebihan). ~ ~ Berhubung perkamen ini tidak memiliki waktu penerbitan yang pasti, silahkan cek secara berkala di www.dhewasihir.com atau bisa langsung menghubungi penulis via Fb (Alvi Rheyz) atau WA : 08992793463 untuk mendapatkan informasi tentang edisi terbaru. (Tidak diperjualbelikan, silahkan download secara gratis) .