Dokumen ini menceritakan perjuangan seseorang bernama Linda untuk memilih jalannya sendiri dalam hidup meskipun sebelumnya hidupnya diatur oleh orang tua. Linda bertemu teman sekolahnya yang membantunya menyadari pentingnya memilih jalannya sendiri. Setelah berusaha meyakinkan orang tuanya, akhirnya Linda diperbolehkan kuliah di jurusan yang diinginkannya.
1. “Hidup itu penuh dengan pilihan, kita hidup saja sudah merupakan sebuah
pilihan, pilihan untuk melanjutkan perjalanan yang tertunda dulu. Dalam kartun-kartun
anime sudah banyak menjelaskan tentang betapa sulitnya kita
menentukan pilihan dalam hidup ini. Kadang ada saat dimana kita memilih untuk
menjadi sesuatu yang kita anggap baik tetapi orang lain menanggapinya berbeda,
kadang ada saat dimana kita memilih menjadi sesuatu yang diinginkan orang lain
tetapi hati kita mengatakan tidak ingin menjadi seperti ini, dan kadang ada saat
dimana kita berusaha untuk tidak memilih menjadi seperti apa, tetapi karena
kerasnya kehidupan kita tetap harus memilih”, begitulah kata teman masa
sekolahku linda yang selalu memiliki mimpi yang tinggi untuk menjadikan
hidupnya baik.
Sementara aku, hanyalah seseorang yang disadarkan oleh seorang gadis
yang fantastis, dimana dulu hidupku penuh dengan aturan-aturan dari kedua
orang tuaku. Sehingga aku merasa seperti robot, digerakkan oleh microchip, dan
tidak pernah dibiarkan untuk hidup bebas, semua ditentukan oleh apa yang telah
deprogram oleh kedua orang tuaku.
Dimulai dari aku sd, orang tua ku sudah menuntunku untuk selalu belajar,
belajar dan belajar. Yang ada dipikiran mereka hanya menjadikan anaknya
sebagai seorang PNS. Sampai SMA hidupku masih di atur, sampai suatu ketika aku
bertemu dengannya. Linda seorang gadis cantik dengan beribu ide dikepalanya.
Setiap hari aku bergaul dengannya, entah kenapa aku merasa nyaman disisinya.
Perlahan hidupku berubah, sampai suatu hari guruku bertanya tentang ingin
menjadi apa kami nanti, “ Anak-anak coba sebutkan dan jelaskan apa keinginan
kalian nanti kalo sudah menyelesaikan sekolah kalian? “. Semua temanku bingung
2. ingin menjawab, mungkin mereka rada-rada malu untuk menyampaikan mimpi
besar mereka, sampai suatu ketika seorang gadis yang aku kagumi menjawab, “
Saya ingin menjadi seseorang yang bebas, menjalani hidup dengan penuh suka
cita menggapai mimpi-mimpi besar saya pak”. Mendengar jawabannya aku mulai
memikirkan hidupku sendiri.
“Berusaha menjadi orang lain yang bukan diri kita adalah hal sulit
dilakukan, mungkin tidak akan bisa dilakukan, karena hidup kita kita yang
menjalani bukan orang lain”. Linda memberiku nasihat, yang sampai saat ini selalu
kujadikan penyemangat untuk menjalani karirku. Mendengar nasihat itu aku
memberanikan diri untuk bicara dengan orang tua ku, “Bu, Pak, aku tidak ingin
menjadi pegawai, aku ingin melanjutkan sekolahku dengan jurusan teknologi”.
Mendengar aku berbicara begitu mereka marah besar, “ Apa? Kenapa kamu
bicara seperti itu? Apa yang merasuki kamu? Sekarang pergi ke kamar!!!” Aku
tidak berani untuk menjawab deraan pertanyaan itu, dengan kepala menunduk
sembari menahan kesedihan aku pergi ke kamar. Aku tidak akan menyerah
merayu orang tuaku untuk mebiarkanku memilih jalan hidupku sendiri, pikirku
berkata.
Perlahan-lahan aku bicara dengan orang tuaku, meski setiap hari hanya
mendapat marah aku tetap berusaha, sampai saat tanggal dibukanya pendaftaran
universitas aku berkata pada orang tuaku,” Bu, Pak, aku benar-benar tidak mau
menjadi seorang pegawai, aku ingin menjalani hidupku dengan penuh
kebahagiaan, mungkin kelak saat bekerja aku tidak mendapat gaji besar tapi aku
akan menikmatinya, mungkin kelak semua temanku akan punya mobil mewah,
dan aku hanya mengendarai motor aku tidak apa-apa, mungkin bapak dan ibu
3. akan bahagia jika aku menjadi pegawai, tetapi apakah kalian pernah berpikir
tentang hidupku? Apakah kalian pernah bertanya apakah anakku akan bahagia
menjadi seorang pegawai? Tolong sekali ini biarkan aku memilih untuk hidupku
sendiri, biarkan aku bahagia menjalani hidup dengan pilihanku sendiri pak, bu…”.
Air mata kedua orang tuaku menetes dan berkata, “ Apa benar kamu akan
bahagia nak? Jika memang teknologi membuatmu senang, jalanilah, maafkan
kami berdua yang selama ini mengatur hidupmu nak, bapak dan ibu baru sadar
kalau yang menjalani hidup itu kamu, jadi kamu berhak memilih”. Mendengarnya
aku sangat senang dan memeluk kedua orang tuaku, “Terimakasih pak, bu”.
Akhirnya aku memilih melanjutkan study dengan jurusan teknologi, aku
dengan senang pergi kuliah dan menuntut ilmu untuk membalas kepercayaan
orang tuaku kepada anaknnya ini. Tidak pernah sekalipun aku bolos kuliah sampai
akhirnya aku menjadi seperti sekarang ini. Menjalani pekerjaanku dengan penuh
kebanggaan dan dukungan orang tua, berusaha untuk mencapai yang terbaik.
Jadi ingatlah satu hal, “ Kita tidak akan pernah merasa senang menjadi
seseorang yang bukan diri kita sendiri, jangan pernah mau menjalani hidup
seperti orang lain, tegaslah dalam memilih dan kuatlah menjalani pilihan itu agar
tidak sia-sia”.