1. Nama : Irma wati
Kelas : XI – IPA 2
Matpel : Pend. Agama Islam
2. Arti surat ar-araf ayat 56,57,58
56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.
57. Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan
mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di
daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-
buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-
mudahan kamu mengambil pelajaran.
58. Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah;
dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah
Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.
Tafsir dalam surat Ar-araf ayat 56
Dalam ayat ini Allah swt. melarang jangan membuat kerusakan di permukaan bumi.
Larangan membuat kerusakan ini mencakup semua bidang, merusak pergaulan,
merusak jasmani dan rohani orang lain, merusak penghidupan dan sumber-sumber
penghidupan, (seperti bertani, berdagang, membuka perusahaan dan lain-lainnya).
Padahal bumi tempat hidup ini sudah dijadikan Allah cukup baik. Mempunyai
gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain yang
semuanya itu dijadikan Allah untuk manusia agar dapat diolah dan dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya, jangan sampai dirusak dan dibinasakan.
Selain dari itu untuk manusia-manusia yang mendiami bumi Allah ini, sengaja Allah
menurunkan agama dan diutusnya para nabi dan rasul-rasul supaya mereka mendapat
petunjuk dan pedoman dalam hidupnya, agar tercipta hidup yang aman dan damai.
Dan terakhir diutus-Nya Nabi Muhammad saw. sebagai rasul yang membawa ajaran
Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Bila manusia-manusia sudah baik,
maka seluruhnya akan menjadi baik, agama akan baik, negara akan baik, dan bangsa
akan baik. Sesudah Allah melarang membuat kerusakan, maka di akhir ayat ini
diulang lagi tentang adab berdoa. Dalam berdoa kepada Allah baik untuk duniawi
maupun ukhrawi selain dengan sepenuh hati, khusyuk diri dan dengan suara yang
lembut, hendaklah juga disertai dengan perasaan takut dan penuh harapan.
Takut kalau-kalau doanya tidak diterima-Nya dan mendapat ampunan dan pahala-
Nya. Berdoa kepada Allah dengan cara yang tersebut dalam ayat ini akan
mempertebal keyakinan dan akan menjauhkan diri dari keputus-asaan. Sebab
langsung meminta kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Kaya, lambat laun apa
yang diminta itu tentu akan dikabulkan-Nya. Rahmat Allah dekat sekali kepada orang-
3. orang yang berbuat baik. Berdoa termasuk berbuat baik, maka rahmat Allah tentu
dekat kepadanya.
Setiap orang yang suka berbuat baik, berarti orang itu sudah dekat kepada rahmat
Allah. Anjuran berbuat baik banyak sekali ditemui dalam Alquran. Berbuat baik
kepada tetangga dan kepada sesama manusia pada umumnya. Berbuat baik juga
dituntut kepada selain manusia, seperti kepada binatang dan lain-lainnya. Sehingga
kalau akan menyembelih binatang dianjurkan sebaik-baiknya, yaitu dengan pisau
yang tajam tidak menyebabkan penderitaan bagi binatang itu.
Tafsir dalam surat Ar-araf ayat 57 & 58
Allah menegaskan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan-Nya kepada
hamba-Nya ialah menggerakkan angin sebagai tanda bagi kedatangan nikmat-Nya
yaitu angin yang membawa awan tebal yang dihalaunya ke negeri yang kering yang
telah rusak tanamannya karena ketiadaan air, kering sumurnya karena tak ada hujan
dan penduduknya menderita karena haus dan lapar.
Lalu Dia menurunkan di negeri itu hujan yang lebat sehingga negeri yang hampir mati
itu menjadi subur kembali dan sumur-sumurnya penuh berisi air dengan demikian
hiduplah penduduknya dengan serba kecukupan dari hasil tanaman-tanaman itu yang
berlimpah-ruah.
Memang tidak semua negeri yang mendapat limpahan rahmat itu, tetapi ada pula
beberapa tempat di muka bumi yang tidak dicurahi hujan yang banyak, bahkan ada
pula beberapa daerah dicurahi hujan tetapi tanah di daerah itu hilang sia-sia tidak ada
manfaatnya sedikit pun. Mengenai tanah-tanah yang tidak dicurahi hujan itu Allah
berfirman:
“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan kemudian mengumpulkan
antara (bagian-bagiannya), kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka
kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya, dan Allah (juga) menurunkan
(butir-butiran) es dari langit (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-
gunung, maka ditimpakannya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-
Nya, dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu
hampir-hampir menghilangkan penglihatan”.
(Q.SAn-Nur:43)
Jelas bahwa hujan lebat yang disertai hujan es itu tidak mencurahi semua pelosok di
muka bumi, hanya Allahlah yang menentukan di mana hujan akan turun dan di mana
pula awan tebal itu sekedar lewat saja sehingga daerah itu tetap tandus dan kering.
Mengenai tanah yang baik dan tanah yang tidak baik yang tidak menghasilkan
meskipun dicurahi hujan dijelaskan oleh Allah pada ayat 58 berikut ini.
Jadi tanah-tanah di muka bumi ini ada yang baik dan subur bila dicurahi hujan sedikit
saja dapat menumbuhkan berbagai macam tanaman dan menghasilkan makanan yang
berlimpah ruah dan ada pula yang tidak baik, meskipun telah dicurahi hujan yang
lebat, namun tumbuh-tumbuhannya tetap hidup merana dan tidak dapat menghasilkan
apa-apa. Kemudian Allah memberikan perumpamaan dengan hidupnya kembali
tanah-tanah yang mati, untuk menetapkan kebenaran terjadinya Yaumul Mahsyar,
yaitu di mana orang-orang mati dihidupkan kembali dan dikumpulkan di padang
mahsyar untuk menerima ganjaran bagi segala perbuatannya, yang baik dibalasi
4. berlipat ganda dan yang buruk dibalasi dengan yang setimpal.
Kalau tanah kering dan mati dapat dihidupkan Allah kembali dengan menurunkan
hujan padanya sedang tanah itu lekang tidak ada lagi unsur kehidupan padanya,
tentulah Allah dapat pula menghidupkan orang-orang yang telah mati meskipun yang
tinggal hanya tulang-belulang atau pun telah menjadi tanah semuanya. Tentang
menghidupkan orang-orang yang telah mati itu kembali Allah berfirman:
Artinya:
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa pada kejadiannya. Ia
berkata,
"Siapakah yang menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur-luluh?" Katakanlah,
"Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama dan Dia
Maha Mengetahui tentang segala makhluk."
(Q.SYasin:78dan79)
Selanjutnya Allah memberikan perumpamaan pula dengan tanah yang baik dan subur
serta tanah yang buruk dan tidak subur untuk menjelaskan sifat dan tabiat manusia
dalam menerima dan menempatkan petunjuk Allah. Orang-orang yang baik sifat dan
tabiatnya dapat menerima kebenaran dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan
dirinya dan untuk kemaslahatan masyarakat.
Orang-orang yang buruk sifat dan tabiatnya tidak mau menerima kebenaran bahkan
selalu mengingkarinya sehingga tidak mendapat faedah sedikit pun untuk dirinya dari
kebenaran itu apalagi untuk masyarakatnya.
Berkata Ibnu Abbas: Ayat ini adalah suatu perumpamaan yang diberikan Allah bagi
orang mukmin dan orang kafir, bagi orang baik dan orang jahat. Allah menyerupakan
orang-orang itu dengan tanah yang baik dan yang buruk, dan merupakan turunnya
Alquran dengan turunnya hujan. Maka bumi yang baik dengan turunnya hujan dapat
menghasilkan bunga-bunga dan buah-buahan, sedang tanah yang buruk, bila dicurahi
hujan tidak dapat menumbuhkan kecuali sedikit sekali.
Demikian pula jiwa yang baik dan bersih dari penyakit-penyakit kebodohan dan
kemerosotan akhlak, apabila disinari cahaya Alquran jadilah dia jiwa yang patuh dan
taat serta berbudi pekerti yang mulia.
Adapun jiwa yang jahat dan kotor apabila disinari oleh Alquran jarang sekali yang
menjadi baik dan berbudi mulia.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim, dan Nasai dari hadis Abu Musa Al-
Asyari, dia berkata: Rasulullah saw.
Bersabda: "Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang aku diutus untuk
menyampaikannya adalah seperti hujan lebat yang menimpa bumi. Maka ada di antara
tanah itu yang bersih (subur) dan dapat menerima hujan itu, lalu menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak. Tetapi ada pula di antaranya tanah yang
lekang (keras) yang tidak meresapi air hujan itu dan tidak menumbuhkan sesuatu apa
pun. Tanah itu dapat menahan air (mengumpulkannya) maka Allah menjadikan
manusia dapat mengambil manfaat dari air itu, mereka dapat minum, mengairi
bercocok-tanam.
Ada pula sebagian tanah yang datar tidak dapat menahan air dan tidak pula
menumbuhkan tanaman. Maka tanah-tanah yang beraneka ragam itu adalah
perumpamaan bagi orang yang dapat memahami agama Allah. Lalu ia mendapat
manfaat dan petunjuk-petunjuk itu dan mengajarkannya kepada manusia, dan
perumpamaan pula bagi orang-orang yang tidak mempedulikannya dan tidak mau
5. menerima petunjuk itu. Nabi Muhammad saw. Memberikan predikat (julukan) Al-
Hadi dan Al-Muhtadi kepada golongan pertama yang mendapat manfaat untuk dirinya
dan memberikan manfaat kepada orang lain, dan memberikan predikat Al-Jahid
kepada golongan ketiga yang tiada mendapat manfaat untuk dirinya dan tidak dapat
memberikan manfaat untuk orang lain.
Tetapi Nabi Muhammad saw. diam saja (tanpa komentar) terhadap golongan kedua
yaitu orang yang tidak dapat memberikan manfaat kepada orang lain, karena orang-
orang dari golongan ini banyak macam ragamnya, di antaranya mereka ada orang-
orang munafik dan termasuk pula orang-orang yang tidak mengamalkan ajaran
agamanya meskipun ia mengetahui dan menyiarkan ajaran Allah kepada orang lain.
Demikianlah Allah memberikan perumpamaan dengan nikmat dan karunia-Nya agar
disyukuri oleh orang yang merasakan nikmat itu dan tahu menghargainya.