1. 01
EVALUASI BATAS DESA SECARA KARTOMETRIK PADA PETA
RBI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DAN GNSS (STUDI
KASUS: KECAMATAN UDANAWU KABUPATEN BLITAR)
Tri Agung Suryo
170722637033
Penguji
Syamsul Bachri, S.Si, M.Sc,
Ph.D.
Pembimbing 2
Drs. Rudi Hartono, M.Si.
Pembimbing 1
Dr. Didik Taryana, M.Si.
3. 03
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
•Kecamatan Udanawu memiliki 12 desa yang dipisahkan dengan batas desa. Pada batas
desa tersebut ditemukan beberapa permasalahan dan menimbulkan konflik antar daerah.
•Konflik antar daerah di Kecamatan Udanawu disebabkan oleh masyarakat yang memiliki
tanah terletak di batas wilayah antara Desa Sukorejo dan Desa Bendorejo mendaftarkan
tanahnya di desa yang berbeda.
•Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman mengenai batas daerah.
•Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 45 tahun 2016 tentang
pedoman penetapan dan penegasan batas desa perlu dilakukannya penegasan batas desa.
6. 06
LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian ini terletak di Kecamatan
Udanawu, Kabupaten Blitar dengan letak
geografis di antara 7.99˚ LS dan 112.06˚ BT,
dengan luas wilayah sebesar 1.63 km²
7. 07
ALAT DAN BAHAN
Laptop
GNSS
Alat Tulis
Microsoft Office
ArcGIS 10.4
ALAT BAHAN
Citra Satelit Rresolusi Tinggi
(CSRT)
Peta RBI
DEM (Digital Elevations Model)
8. 08
METODE
PENELITIAN
PETA TENTATIF BATAS DESA SKALA 1:5.000
PETA RUPABUMI INDONESIA SKALA 1:25.000
Lembar 1508-222, 1508-311, 1507-544, 1507-633
CITRA RESOLUSI TINGGI
PENARIKAN GARIS BATAS DAN TITIK
KARTOMETRIK DESA OLEH PERANGKAT
DESA
DATA SEGMEN DAN TITIK KARTOMETRIK DIGITAL
CEK LAPANGAN
SHP HASIL DIGITASI KOMPARASI
DATA SEGMEN BATAS DESA DAN TITIK
KARTOMETRIK BARU
SCAN PETA TENTATIF BATAS DESA SKALA
1:5.000
KOMPARASI DATA LAPANGAN DAN DIGITAL
DATA SEGMEN DAN TITIK
KARTOMETRIK HASIL LAPANGAN
NILAI KETELITIAN PETA RBI BERDASARKAN KELAS
SKALA 1: 5.000
9. METODE KARTOMETRIK
Metode katometrik yang banyak digunakan dalam batas wilayah, adalah pengukuran
panjang garis (segmen), pengukuran jarak, pengukuran arah, pengukuran luas,
pengukuran tinggi, dan pengukuran posisi.
Dilakukan retrifikasi atau koreksi geometrik untuk meminimalisir pergeseran titik yang
mungkin terjadi ketika dilakukannya metode kartometrik
09
10. 10
Pengukuran terestris dilakukan menggunakan GNSS (Global Navigation Satelite System)
Pada hasil pengukuran terestris terdapat beberapa koordinat batas yang berbeda dengan koordinat
batas pada peta rupabumi. Metode kartometrik digunakan untuk mengkoreksi perbedaan ini dengan
mendistribusikan titik kontrol tanah (GCP) secara baik ke dalam peta.
Ground Check Point (GCP)
(a) Distribusi GCP yang menyebar tetapi tidak cukup; (b) Distribusi GCP yang tidak menyebar dan
buruk; (c) Distribusi yang menyebar dengan baik
11. 11
Ketelitian peta adalah nilai yang menggambarkan ketidakpastian kordinat atau posisi suatu objek pada peta
dibandingkan dengan posisi objek yang dianggap posisi sebenarnya, komponen ketelitian geometri terdiri
atas akurasi horizontal dan akurasi vertikal.
Ketelitian Peta
Nilai ketelitian tiap kelas di peroleh melalui ketentuan seperti tertera sebagai berikut:
Ketelitian Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Horizontal 0,2 mm x bilangan
skala
0,3 mm x bilangan
skala
0,5 mm x bilangan
skala
Vertikal 0,5 x interval kontur 1,5 x ketelitian kelas 1 2,5 x ketelitian kelas 1
12. 12
Nilai CE90 dan LE90 dapat diperoleh dengan rumus mengacu kepada standar US NMAS
(United states National Map Accuracy Standards) sebagai berikut (Perka Ketelitian peta dasar):
Ketelitian Peta
CE 90 = 1,5175 x RMSEr
LE 90 = 1,6499 x RMSEz
Dengan
RMSEr : Root Mean Square Error pada posisi x dan y (horizontal)
RMSEz : Root Mean Square Error pada posisi z (vertikal)
13. 13
Root Mean Square Error (RMSE)
GCP tersebut dianalisis untuk mendapatkan nilai koreksi atau root mean square error
(RMSE) dengan rumus sebagai berikut (Pouncey, 1999):