Dokumen tersebut membahas tentang cyber crime dan cyber law. Pertama, dijelaskan definisi dan contoh kasus cyber crime seperti penyebaran malware lewat game Flappy Bird. Kedua, dibahas ruang lingkup dan asas-asas cyber law seperti hak cipta, kontrak elektronik, dan yurisdiksi berdasarkan kewarganegaraan. Terakhir, dikaitkan kasus Flappy Bird dengan pasal-pasal yang dapat dikenakan menurut undang-undang cyber crime
1. BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Cyber crime
Sejalan dengan kemajuan teknologi informasi, telah muncul beberapa kejahatan
yang mempunyai karakteristik yang sama sekali baru. Kejahatan tersebut adalah
kejahatan yang timbul sebagai akibat penyalahgunaan jaringan internet, yang
membentuk cyber space (ruang siber). Kejahatan ini (Cyber Crime) sering
dipersepsikan sebagai kejahatan yang dilakukan dalam ruang atau wilayah siber.
Menurut Rusbagio Ishak (2005a:65) “Cyber Crime ini potensial menimbulkan
kerugian pada beberapa bidang : politik, ekonomi, sosial budaya yang signifikan dan
lebih dan lebih memprihatinkan dibandingkan dengan kejahatan yang berintensitas
lainnya. Bahkan dimasa mendatang dapat menggangu perekonomian nasional melalui
jaringan infrastruktur yang berbasis teknologi elektronik (perbankan, telekomunikasi
satelit, jaringan listrik dan jaringan lalulintas penerbangan (Neotech, November
2002)).
Sedangkan tentang Cyber Crime ini Muladi dalam wawancaranya dengan Suara
Merdeka pada tanggal 24 Juli 2002 mengatakan (2005b:65), “Sampai saat ini belum
ada definisi yang seragam tentang cyber crime baik nasional maupun global.
Kebanyakan masih menggunakan soft law berbentuk code of conduct seperti dijepang
dan singapura.”
2. 2.1.1 Contoh Kasus Cyber Crime
Komputer adalah produk teknologi canggih, yang disatu sisi bisa digunakan dan
dimanfaatkan untuk membangun dan mengefektifkan aktivitas – aktivitas kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan. Akan tetapi komputer juga bisa disalahgunakan,
misalnya dijadikan sebagai media untuk menyebarkan produk – produk virus yang
jelas – jelas membahayakan aspek – aspek strategis. Para pelaku didunia maya seperti
programmer dan penyebar virus bisa memanfaatkan komputer sebagai sarana mulai
dari tahap eksperimen virus, komoditi atau jual beli virus, hingga kekopetisi untuk
memperebutkan kemenangan tentang siapa yang paling kapabilitas dalam
menciptakan virus.
Tidak salah kalau kemudian ada “pabrik virus” atau sekelompok orang yang
menamakan dirinya sebagai arsitek virus, yang kehadirannya dipasar teknologi
canggih disebut sebagai orang – orang bayaran atau penjahat paling berbahaya,
karena mereka melayani siapa saja yang bersedia membeli “karya – karyanya” tanpa
perlu mempertanyakan akibat atau resiko dari bisnisnya ini.
A. Malware
Malware (Perangkat Perusak) singkatan dari Malicious dan Software merupakan
perangkat lunak yang diciptakan untuk menyusup atau merusak sistem komputer
atau jaringan komputer tanpa izin dari pemilik. Istilah ini umum dipakai oleh pakar
komputer untuk mengartikan berbagai macam perangkat lunak atau kode perangkat
lunak yang mengganggu atau mengusik. Istilah ‘virus computer’ kadang – kadang
3. dipakai sebagai frasa pemikat (catch phrase) untuk mencakup semua jenis perangkat
perusak, termasuk virus murni.
a. Macam – macam Malware
1. Worm (Cacing Komputer)
Worm adalah malware yang dapat menggandakan dirinya sendiri dalam
sistem komputer dengan memanfaatkan jaringan (LAN/WAN/Internet) tanpa
perlu campur tangan user. Worm hanya dapat menginfeksi sebuah komputer
jika dia menemukan sebuah celah keamanan (vulnerability) sebuah software
yang ada didalam komputer tersebut, misalnya Windows office, Adobe atau
software terkenal lainnya yang sering menjadi sasaran.
2. Virus Komputer
Virus Komputer merupakan malware yang dapat menggandakan atau
menyalin dirinya sendiri dan menyebar dengan cara menyisipkan salinan
dirinya ke dalam program atau dokumen lain.Program yang sering ditiru oleh
virus adalah program .JPG, .doc atau folder yang bila diklik dapat
mengaktifkan si virus. Seringkali pencipta sebuah virus memalsukan virusnya
dalam bentuk icon atau ekstensi gambar porno atau bentuk lain yang dapat
menarik perhatian si pemilik komputer untuk melakukan kliksehingga dapat
mengaktifkan virus tersebut.
3. Trojan
Trojan merupakan malware yang dapat merusak sebuah sistem atau jaringan
yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari target (password, kebiasaan
4. user yang tercatat dalam system log, data dan lain – lain) dan mengendalikan
target (memperoleh hak akses).
Trojan bersifat stealth (siluman dan tidak terlihat) dalam operasinya
seringkali berbentuk seolah – olah program tersebut merupakan program
baik–baik, trojan dikendalikan dari komputer lain (komputer attacker).
4. Rootkit (Kit-akar)
Rootkit merupakan malware yang bertujuan untuk menyembunyikan proses,
berkas dan data sistem yang sedang berjalan dari sebuah sistem operasi
tempat dia bernaung. Rootkit awalnya berupa aplikasi yang tidak berbahaya.
Tetapi belakangan ini telah banyak digunakan oleh malware yang ditujukan
untuk membantu penyusup menjaga tindakan mereka kedalam sistem agar
tidak terlacak. Rootkit hadir dalam beragam sistem operasi seperti, Linux,
Solaris dan Microsoft Windows. Rootkit sering mengubah bagian dari sistem
operasi dan juga memasang dirinya sendiri sebagai penggemar atau modul
inti.
5. Spyware (Perangkat Pengintai)
Spyware adalah program komputer yang dibuat untuk memata – matai
komputer korbannya.
Contoh kasus yang terjadi belum lama ini adalah tentang penyebaran malware
pada game fenomel flappy bird. Menurut TEMPO.CO, Jakarta “Game Flappy Bird
sudah tak tersedia lagi App Store ataupun Google Play. Namun, sophos dan trend
5. micros, vendor pengaman software dan aplikasi, mengklaim tersebar aplikasi Flappy
Bird palsu penyebar malware ditoko aplikasi resmi itu.
Situs The Next Web menuliskan, Sophos menemukan Flappy Bird versi trial
palsu di Android Market agar pengguna percaya. Jika aplikasi ini terinstal,
pengunduh akan menerima pesan text tanpa henti yang meminta Anda terus
menginstal game tersebut. Padahal, game yang dimaksud sudah tidak ada.
Sama dengan Shopos, Trend Makro juga menemukan aplikasi serupa di
Google Play yang sedang menyebar di Rusia dan Vietnam. Aplikasi temuan Trend
Makro ini lebih meyakinkan karena mirip seperti aslinya. Namun, pengembangnya
mengklaim sudah menghubungi Komanda dan pengendalian Server melalui Google
Cloud Messaging.
Lewat nama Google itu, mereka akan meminta pengguna untuk mengirimkan
pesan text yang berisi tentang nomor ponsel, lamat email Gmail dan data lainnya.
Hilangnya Flappy Bird ini ternyata memunculkan ancaman malware dan
penipuan pada konsumen untuk mengambil keuntungan. Mereka memang tidak
sampai merusak perangkat Anda, tapi berusaha mencuri data dan memanfaatkannya.”
2.2. Cyber Law (Hukum Siber)
Hukum Siber adalah istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan
teknologi informasi. Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi
6. Informasi (Law of Informasi Techonology) Hukum Dunia Maya (Virtual Word Law)
da Hukum Mayantara.
Istilah – istilah tersebut lahir mengingat kegiatan internet dan pemanfaatan
teknologi informasi berbasis virtual. Istilah hukum siber digunakan dalam tulisan ini
dilandasi pemikiran bahwa cyber jika diidentikan dengan dunia maya akan cukup
menghadapi persoalan ketika terkait dengan pembuktian dan penegakan hukumnya.
Mengingat para penegak hukum akan menghadapi kesulitan jika harus membuktikan
suatu persoalan yang diasumsikan sebagai “maya”, sesuatu yang tidak terlihat dan
semu. Diinternet hukum itu adalah cyber law, hukum yang khusus berlaku didunia
cyber. secara luas cyber law bukan hanya meliputi para pelaku e-commerce, e-
learning, pemegang hak cipta, rahasia dagang dan masih banyak lagi.
A. Ruang lingkup cyberlaw
Menurut Jonathan Rosenoer dalam Cyber Law – Then Law of internet
menyebutkan ruang lingkup cyber law :
1. Hak Cipta (Copy Right)
2. Hak Merk (Trademark)
3. Pencemaran nama baik (Defamation)
4. Hate Speech
5. Hacking, Viruses, Ilegal access
6. Regulation Internet Resource
7. Privacy
8. Duty Care
9. Criminal Liability
7. 10. Procedural Issues (Jurisdiction, Investigation, Evidence, etc)
11. Electronic Contract
12. Pornography
13. Robbery
14. Consumer Protection E-Commerce, E-Goverment
B. Topik – topik Cyber Law
Secara garis besar ada lima topik dari Cyber Law di setiap negara yaitu :
1. Information Security, menyangkut masalah keotentikan pengirim atau penerima
dan integritas dari pesan yang mengalir melalui internet. Dalam hal ini diatur
masalah kerahasiaan dan keabsahan tanda tangan elektronik.
2. On-line transaction, meliputi penawaran, jual beli, pembayaran sampai
pengiriman barang melalui internet.
3. Right in electronic information, soal hak cipta dan hak – hak yang muncul bagi
pengguna maupun penyedia content.
4. Regulation information contact, sejauh mana perangkat hukum mengatur content
yang dialirkan melalui internet.
5. Regulation on-line, tata krama dalam berkomunikasi dan berbisnis melalui
internet termasuk perpajakan, retriksi ekport-import, kriminalitas dan yurisdiksi
hukum.
C. Asas – asas Cyber Law
Dalam kaitannya dengan penentuan hukum yang berlaku dikenal beberapa asas yang
biasa digunakan, yaitu :
8. 1. Objectivr territoriality, yang menyatakan bahwa hukum yang berlaku adalah
hukum dimana akibat utama perbuatan ituterjadi dan memberikan dampak yang
sangat merugikan bagi negara yang bersangkutan.
2. Subjective territoriality, yang menyatakan bahwa hukum yang berlaku adalah
hukum dimana akibat utama perbuatan itu terjadi dan memberikan dampak yang
sangat merugikan bagi negara yang bersangkutan.
3. Nationality yang menentukan bahwa negara mempunyai jurisdiksi untuk
menetukan hukum berdasarka kewarganegaraan pelaku.
4. Pessive nationality yang menekankan jurisdiksi berdasarkan kewarganegaraan
korban.
5. Protective principle yang menyatakan berlakunya hukum didasarkan atas
keinginan negara untuk melindungi kepentingan negara dari kejahatan yang
dilakukan di luar wilayahnya, yang umumnya digunakan apabila korban adalah
negara atau pemerintah
6. Universality, asas ini selayaknya memperoleh perhatian khusus terkait dengan
penanganan hukum kasus – kasus cyber. assas ini disebut juga sebagai
“Universal interst jurisdiction”. Pada mulanya asas ini menentukan bahwa setiap
negara berhak untuk menangkap dan menghukum para pelaku pembajakan.
D. Tujuan Cyber Law
Cyber Law sangat dibutuhkan, kaitannya dengat upaya pencegahan tindak
pidana, ataupun penanganan tindak pidana. Cyber Law akan menjadi dasar hukum
dalam proses penegakan hukum terhadap kejahatan – kejahatan dengan sarana
9. elektronik dan komputer, termasuk kejahatan pencucian uang dan kejahatan
terorisme.
E. Tinjauan Kasus
Pada contoh kasus diatas yaitu tentang penyebaran malware pada game flappy
bird adalah salah satu contoh dari cyber crime. Mungkin belum ada dampak negatif
yang terlalu signifikan tapi tidak menutup kemungkinan jika hal tersebut tetap
dibiarkan akan bisa merugikan banyak orang, salah satu awalnya adalah dengan
pencurian data yang bisa dilakukan oleh orang yang membuat walware tersebut, besar
kemungkinan suatu saat bukan hanya data dari customer ataupun pengujung google
play store yang dicuri tapi bisa berujung pada materi. Karena dari data – data tersebut
bisa menjadi ujung tombak tindak kejahatan yang lain muncul.
Untuk itu dari penjabaran kasus penyebaran malware pada flapy bird diatas juga
bisa dikenakan dengan ancaman hukuman Pasal 30 yaitu :
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau
Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau
Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi
Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik.
10. (3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau
Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui,
atau menjebol
sistem pengamanan.
Ketentuan Pidana
Pasal 46
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp600.000.000,00 (enam
ratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp700.000.000,00 (tujuh ratus
juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(3) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah).