Dokumen tersebut membahas tentang tata guna lahan dan pengembangan kota berkelanjutan dengan menggunakan contoh Kota Malmo, Swedia. Kota Malmo menerapkan konsep ruang terbuka hijau vertikal dan atap hijau untuk memaksimalkan ruang hijau di tengah keterbatasan lahan. Program lingkungan Kota Malmo berfokus pada aspek ekologi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)
TataGunaLahanKotaMalmo
1. Tata Guna dan pengembangan
lahan
“ Best Practice Dari RTH Untuk Sustainable City
(Kota Malmo, Swedia) ”
Disusun oleh:
Selfa Septiani Aulia (10610009)
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2012
2. Tata Guna dan Pengembangan Lahan 2012
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah di perkotaan mengakibatkan
banyaknya pembangunan gedung-gedung di perkotaan untuk berbagai keperluan
seperti perumahan, perkantoran, tempat rekreasi, kawasan pendidikan, kawasan
perdagangan dan jasa serta kawasan industri yang banyak menggunakan lahan-lahan
di perkotaan sehingga membuat pembangunan vertikal yang semakin padat dan
minimnya ruang terbuka hijau.Akibat semakin sempitnya lahan kosong yang tersisa
itulah sehingga tidak ada keselarasan antara pembangunan dengan alam yang
mengakibatkan sebuah kota menjadi tidak nyaman lagi untuk ditinggali karena terlalu
banyak polusidan pencemaran yang terjadi sehingga menimbulkan pemanasan global
(global warming).Penyebab pemanasan global adalah efek rumah kaca, efek umpan
balik, dan variasi matahari.
Terdapat beberapa tipe polusi dan efek dari tipe polusi yang sudah sangat
dikenal dan sering didiskusikan.Didalamnya termasuk asap, hujan asam, efek rumah
kaca, dan lubang di layer ozon.Setiap permasalahan ini memiliki implikasi yang
serius bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia juga terhadap seluruh lingkungan.
Salah satu contoh polusi udara adalah adanya efek rumah kaca.Efek rumah
kaca sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia.Efek rumah kaca terbesar
ditimbulkan akibat adanya polusi udara dari emisi gas berbahaya yang dikeluarkan
oleh kendaraan bermotor seperti gas karbon (CO), Hidrokarbon (HC), Oksida
Nitrogen (NOx), dan Sulfur dioksida (SO2) yang apabila terhirup oleh manusia, maka
akan menimbulkan iritasi pada sistem pernafasan, kanker, bahkan bisa
mengakibatkan kematian.Maka dari itu, tanaman dan pepohonan memegang peran
penting sebagai penyaring gas-gas berbahaya tersebut.Akibat keterbatasan lahan
kosong yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan,
maka kota-kota modern di Eropa melakukan cara terbaik dari RTH untuk sustainable
city (kota berkelanjutan) dengan menerapkan model green roof dan vertical
garden.Salah satu kota yang menerapkan model ini adalah kota Malmo, Swedia.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah mendeskripsikan cara terbaik apa saja
yang telah dilakukan oleh Kota Malmo untuk memaksimalkan ruang terbuka hijau di
perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan kosong dengan konsep kota
berkelanjutan dan mencoba mengaplikasikan konsep tersebut di kota-kota besar di
Indonesia, khususnya Kota Jakarta.
1
3. Tata Guna dan Pengembangan Lahan 2012
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara
langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun
waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang
terbuka hijau seperti taman kota, hutan dan sebagainya (Hakim dan Utomo, 2004).
Ruang Terbuka Hijau kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open
spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi
guna mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH
dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan
wilayah perkotaan tersebut (Dep. Pekerjaan Umum, 2008).
2.2 Tujuan, Peranan, dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau
Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia mengeluarkan instruksi
Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) di Wilayah Perkotaan, dengan tujuan sebagai berikut :
a. meningkatkan lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, indah,
bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan
b. menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang
berguna untuk kepentingan masyarakat
(Hakim dan Utomo, 2004).
Peranan RTH bagi pengembangan kota adalah sebagai berikut :
a. alat pengukur iklim amplitude (klimatologis). Penghijauan
memperkecil amplitude variasi yang lebih besar dari kondisi udara
panas ke kondisi udara sejuk
b. penyaring udara kotor (protektif). Penghijauan dapat mencegah
terjadinya pencemaran udara yang berlebihan oleh adanya asap
kendaraan, asap buangan industri dan gas beracun lainnya
c. sebagai tempat hidup satwa. Pohon peneduh tepi jalan sebagai tempat
hidup satwa burung/unggas
d. sebagai penunjang keindahan (estetika). Tanaman ini memiliki bentuk
teksur dan warna yang menarik
e. mempertinggi kualitas ruang kehidupan lingkungan. Ditinjau dari
sudut planologi, penghijauan berfungsi sebagai pengikat dan
pemersatu elemen-elemen (bangunan) yang ada disekelilingnya.
Dengan demikian, dapat tercipta lingkungan yang kompak dan serasi
(Hakim dan Utomo, 2004).
Adapun manfaat RTH diwilayah perkotaan antara lain sebagai berikut :
a. memberikan kesegaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan
sebagai paru-paru kota
b. memberikan lingkungan yang bersih dan sehat bagi penduduk kota
c. memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga dan buah
d. sebagai tempat hidup satwa dan plasma nutfah
e. sebagai resapan air guna menjaga keseimbangan tata air dalam tanah,
mengurangi aliran air permukaan, menangkap dan menyimpan air,
menjaga keseimbangan tanah agar kesuburan tanah tetap terjamin
2
4. Tata Guna dan Pengembangan Lahan 2012
f. sirkulasi udara dalam kota
g. sebagai tempat sarana dan prasarana kegiatan rekreasi
2.3 Pendekatan Teori tentang Kota Berkelanjutan
Menurut Hill (1992) bahwa kota seharusnya didorong untuk mendukung
kebutuhan manusia secara organik dan pemenuhan diri secara terus menerus sampai
mencapai tingkatan yang tertinggi, dimana lingkungan yang dibangun mendukung
dan menegaskan secara positif mengenai pembangunan manusia dan pembangunan
yang berwawasan lingkungan.
Menurut Ebenezer Howard (1898) bahwa kota dengan skala yang besar tidak
akan memberikan tempat yang cocok untuk tinggal, dimana ia mengindikasikan kota
yang besar sebagai bentuk rencana yang tidak ideal, lingkungan yang tidak sehat
sehingga kota tersebut akan mati. Kota taman yang dimaksudkan Howard, memiliki
batasan-batasan dimana ia menyarankan jumlah penduduk sebanyak 32.000 jiwa
dalam lahan seluas kurang lebih 405 ha (4.050.000 m²) dan lahan tersebut dilingkupi
oleh lingkungan hijau yang luas.
Pattrick Geddes (1915) percaya bahwa perencanaan kota didasarkan pada
pengetahuan tentang alam dan sumber daya suatu wilayah. Misalnya secara khusus ia
memandang kawasan lembah sungai sebagai unit alami untuk menguji berbagai
aktivitas yang berbeda terkait dengan kota. Dan juga Geddes sudah meramalkan
adanya pengaruh yang penting tentang perkembangan kota yang terdesak oleh
teknologi dan mode transportasi. Ramalan tersebut ada benarnya, seperti halnya yang
terjadi saat ini. Lebih lanjut menurutnya bahwa dengan adanya perembetan kota
tersebut maka menyebabkan penggunaan sumber daya dan enegi menjadi tidak
teratur dan menjauhkan diri manusia dari alam. Dengan demikian hal ini akan sangat
penting untuk membawa kembali alam ke dalam kota.
Alexander (1967, 1969) berpendapat bahwa kota besar bisa ditentukan
melalui pusat-pusat kota yang saling berhubungan dan mendukung kota serta
pertumbuhannya berdasarkan perkembangan organik pada tingkat distrik dalam suatu
kota.
Menurut Lewis Mumford (1961) bahwa menggabungkan konsep tersebut
dengan menyertakan elemen ikatan sosial untuk menciptakan hubungan yang
langsung antara kawasan ekologis dengan wilayah perkembangan kota. Usulan
Mumford melibatkan konsep baru tentang kota taman, pembangunan kota yang
desentralistik, dan lokasi yang terletak di kawasan lembah sungai.
Menurut Ian McHarg (1969) bahwa memiliki perhatian yang kecil pada
interaksi manusia, perkembangan distrik, hirarki wilayah dan prinsip umum tentang
bentuk kota, dimana lingkungan alami dirubah berdasarkan produk rencana yang
disiapkan yaitu berupa blueprint.
2.4 Pengertian Kota Berkelanjutan
Konsep Kota Berkelanjutan menurut Urban 21 (2000) adalah bagaimana
meningkatkan kualitas kehidupan di sebuah kota, termasuk didalamnya kualitas
ekologi, budaya, politik, institusi, serta komponen sosial dan ekonomi tanpa
meninggalkan beban kepada generasi yang akan datang.Suatu beban yang dihasilkan
dari berkurangnya sumber daya alam dan banyaknya hutang lokal.
3
5. Tata Guna dan Pengembangan Lahan 2012
III. Gambaran Umum
3.1 Lokasi Wilayah (Kota Malmo)
Lokasi Kota malmo berada pada 13°00' Bujur Timur dan 55°35' Lintang
Utara.Kota Malmo berlokasi di paling selatan Swedia dan membuat Kota Malmo
dekat ke Italia dari Kota Milan daripada ke Kota Kiruna yang berada di paling utara
Swedia.
Malmo adalah bagian dari antar bangsa wilayah Oresund dan sejak tahun
2000, jembatan Oresund melintasi The Sound ke Copenhagen, Denmark.Jembatan
tersebut telah diresmikan pada 1 Juli 2000, dan berukuran 8 km (total keseluruhan
adalah 16 km), dengan tiang setinggi 204,5 m.
3.2 Kondisi (Kota Malmo)
3.2.1 Kondisi Umum Kota Malmo
Kota Malmo berada di paling selatan dari Provinsi Scana.Malmo adalah Kota
ketiga terbesar berdasarkan populasi setelah Gothenburg dan Stockholm, dan kota
terbesar di Scandinavia.
Malmo adalah pusat dari pemerintahan Kota Malmo dan ibu kota dari
Provinsi Scania.Berdasarkan administratif, pemerintahan Kota Malmo terdiri dari
300.515 penduduk di delapan lokasi yang berbeda, dengan 30% penduduk adalah
bangsa asing (baik yang lahir di luar Malmo ataupun memiliki orang tua yang lahir di
luar Malmo).Malmo juga memiliki dua Kotamadya, yaitu Kotamadya Burlov.Total
populasi di wilayah perkotaan Malmo adalah 280.415 jiwa pada Desember 2010.
Greater Malmo adalah salah satu dari tiga wilayah metropolitan yang secara
resmi diakui dan sejak tahun 2005 disebut menjadi Kotamadya Malmo dan 11
Kotamadya lainnya yang berada di pelosok paling selatan dari Provinsi Scania.Pada
30 Juni 2008 menjadi rekor populasi terbesar, yaitu menjadi 628.388 penduduk pada
sebuah wilayah yang berukuran 2.535,76 km2 .Beberapa Kotamadya yang termasuk
bagian dari Kota malmo adalah Burlov, Eslor, Kavlinge, Lomma, Lund, Skurup,
Staffanstorp, Svedala, Trelleborg, dan Velinge.Lund adalah sebuah Kotamadya
dengan populasi lebih dari 100.000 dan rumah untuk sebuah Universitas Scandinavia
terbesar, yang bersama-sama dengan Kota Malmo sebagai wilayah ekonomi dan
pusat pendidikan.
Malmo adalah salah satu Kota industrialisasi terbesar dan pertama di
Scandinavia, tetapi setelah pasca-industrialisasi, Malmo berjuang dengan
beradaptasi.Sejak konstruksi dari jembatan Oresund, Malmo mengalami sebuah
perubahan besar dengan pengembangan arsitektural yang mengagumkan,
biotechdanperusahaan IT yang menarik khususnya bagi semua murid di Universitas
Malmo.Kota Malmo berisi beberapa gedung bersejarah dan taman, dan juga terdapat
sebuah pusat perdagangan dari bagian barat Scania selama beberapa tahun.Sebuah
Universitas menjadi sesuatu yang tidak bisa dimungkiri dan sekarang Kota Malmo
mencoba fokus terhadap pendidikan, seni, dan budaya.Pada tahun 2007, Kota Malmo
terdaftar sebagai “15 Kota Hijau” versi majalah Grist dan Kota Malmo mendapatkan
ranking 4 sebagai “15 Kota Hijau”.
Di sana ada sebuah pergerakan untuk mengingat Malmo sebagai bagian dari
wilayah metropolitan Copenhagen, yang disebut Örestaddi Swedia dan Ørestad di
Denmark.
4
6. Tata Guna dan Pengembangan Lahan 2012
3.2.2 Program Lingkungan Kota malmo
Program lingkungan dimaksudkan berfungsi sebagai titik awal umum untuk
pekerjaan lingkungan lanjutan di Malmo.Istilah keberlanjutan dibagi menjadi tiga
bagian, salah satunya ekologi.Fokus pada program ini terletak pada aspek ekologi dan
mencakup elemen kerja Kotamadya pada keberlanjutan lingkungan.Program ini juga
akan memberikan dasar bagi rencana komprehensif masa depan dalam ekologi
keberlanjutan dan karena itu bukan program dalam arti tradisional.
Prinsip-Prinsip desain perencanaan Kota berkelanjutan Malmo terfokus pada
pengefesiensian energi dan penggunaan energi terbarukan, perlindungan terhadap
sumber daya air bersih dan pengelolaan limbah, Pengembangan fasilitas transportasi
yang ramah lingkungan, menciptakan lingkungan yang hijau dan menjaga kelestarian
kenakeragaman hayati.
Menciptakan ruang terbuka hijau memiliki peranan penting pada sebuah
kawasan dengan kota berkelanjutan lingkungan.Tujuan dari pemerintah Kota Malmo
untuk membuat ruang yang hijau dan nyaman sehingga dapat mengoptimalkan
keanekaragaman hayati, meskipun berada pada sebuah kota dengan kerapatan gedung
yang tinggi.Beragam jenis habitat dibuat dalam bentuk taman dan kebun dengan
konsep keberlanjutan jangka panjang.
Habitat tertentu dibuat di belakang halaman sementara taman merupakan jenis
habitat utama yang digunakan dan kebun untuk jenis habitat yang tidak cocok
diantara keduanya.Sebagian dari halaman ditanami tanaman.Wilayah di Kota Malmo
juga berisi dua taman, yaitu Canal Park (Taman Kanal) dan Strand Park (Taman
Beruntai).
Dalam penataan tumbuh-tumbuhan sebanyak mungkin, sebuah faktor titik
hijau dipergunakan.Maksud dari sistem ini adalah kontraktor bangunan mengimbangi
area yang mereka bangun dengan menyediakan ruang terbuka hijau.Contoh dari
pemberian yang menunjukkan ruang terbuka hijau adalah lahan tanam, dedaunan
pada dinding (tanaman merambat dan tanaman memanjat), green roofs (karpet sedum
yang banyak terdapat lumut stonecrop dan rumput), sumber air di kolam dan pohon-
pohon besar serta semak-semak.
Dari sebuah daftar ke lima belas “point” yang menunjukkan ruang terbuka
hijau, kontraktor bangunan harus memilih paling sedikit sepuluh “point”.Contoh dari
point hijau tersebut yang memberikan keuntungan bagi kenakeragaman hayati adalah
sebuah kotak sarang burung untuk setiap apartemen, sebuah kotak kelelewar untuk
setiap sebidang tanah, sebuah halaman pada kebun sebuah pondok tradisional dengan
bagian-bagian yang bemacam-macam, setiap bagian tanaman yang ada di kebun
dibiarkan tumbuh dengan alami, sebuah halaman yang berisi paling sedikit lima belas
bunga Swedia.
Selain “point” membawa kualitas arsitektur lansekap ke halaman, masih ada
fasilitas lainnya yaitu pengelolaan penyerapan air hujan.
Air hujan ditangani di tempat itu sendiri tanpa berhubungan dengan sistem
dan tanpa menggunakan kepemilikan kawasan selain laut dan kanal.Air hujan
dibersihkan dan dirawat melalui sebuah aliran permukaan, yang mana hanya
membuat sebuah permintaan kecil atas sistem drainase.
5
7. Tata Guna dan Pengembangan Lahan 2012
IV. Pembahasan
4.1 Model Green Roof dan Vertical Garden Sebagai Salah Satu Cara untuk RTH
berdasarkan Kota Berkelanjutan
4.1.1 Pengertian Green Roof dan Vertical Garden
Green Roof merupakan layer atau lapisan struktur konstruksi hijau yang
terdiri dari media pertumbuhan/tanah dan media tanaman diatas sebuah
bangunan.Model green roof ini juga merupakan modifikasi dari penggunaan lahan di
Kota yang terbangun.Model green roof sangat cocok diterapkan untuk bangunan-
bangunan di perkotaan yang memiliki tingkat kerapatan yang tinggi dan keterbatasan
lahan untuk membuat taman.
Green Roof adalah atap konvensional datar atau miring yang diubah dengan
beberapa atau semuaunsur-unsur berikut:
a. dukungan struktural
b. uap kontrol
c. isolasi termal
d. membran waterproofing(membran pemeriksaan air)
e. lapisan atap drainase
f. lapisan akar perlindungan
g. media tanam sintesis
h. tanaman tahan kering
Berikut ini merupakan gambar lapisan dari sebuah green roof
Lapisan-lapisan green roof
Green Roof diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Extensive Green Roof (Green
RoofLuas) dan Intensive Green Roof (Green Rooftebal).
Extensive Green Roofadalah sistem peratapan yang memerlukan
waterproofing, penyekatan, akar penghalang, lapisan tipis di bawah yang mendukung
media tumbuh tanaman keras.Media tumbuh terbuat atas pasir, kerikil, hancuran batu
6
8. Tata Guna dan Pengembangan Lahan 2012
bata, leica, gambut, beberapa bahan organik dan tanah yang memiliki total kedalaman
antara 5 dan 15 cm.
Intensive Green Roof umumnya mahal, berbobot lebih, dan memiliki
perawatan yang mahal.Media tumbuhnya biasanya berkisar dari 20 sampai 60
cm.Umumnya, Intensive Green Roofs sangat cocok untuk akses publik dengan
kapasitas untuk menggabungkan jalan setapak, area bermain, struktur tempat
berteduh, dan fitur air.
Vertical Garden adalah peletakan vegetasi pada selubung bangunan dengan
cara menyekatkan vegetasi tersebut pada dinding sebuah bangunan, di tepian jendela,
di balkon, dan lain-lain.Efek penyekatan dari vertical garden tergantung pada
tingginya bangunan, metode dari penanaman, dan tanaman yang dipilih.Angin dapat
mengurangi kelangsungan hidup dari sebuah vertical garden pada ketinggian lebih
dari delapan tingkat.
4.1.2 Fungsi Penggunaan Green Roof dan Vertical Garden
Fungsi penggunaan green roof antara lain :
a. Mereduksi panas akibat radiasi matahari dengan penambahan elemen
vegetasi, yang memberi pembayangan pada permukaan atap, juga
secara langsung berfungsi sebagai lapisan (layer) yang dapat
mereduksi solar hear gain.
b. Memanfaatkan area atap sebagai ruang terbuka hijau. Pada beberapa
desain dimungkinkan adanya aktifitas yang dapat ditampung di roof
garden.
c. Memelihara kualitas udara (fresh and clear air) di sekitar bangunan,
vegetasi tersebut dapat menyerap CO, CO2 dan gas polutan lain, serta
melepas O2 di malam hari.
d. Menjaga kelembaban udara di sekitar bangunan dengan presipitasi.
Fungsi penggunaan vertical garden antara lain :
a. Memberi pembayangan pada bukaan pencahayaan di sepanjang
selubung bangunan.
b. Memelihara kualitas udara (fresh and clear air) di sekitar bangunan,
vegetasi tersebut dapat menyerap CO, CO2 dan gas polutan lain, serta
melepas O2di malam hari.
c. Desain vertical planting yang menerus sampai pada permukaan tanah
dapat difungsikan untuk aliran air hujan, menjamin kelestarian siklus
air hujan untuk kembali ke tanah.
d. Menjaga kelembaban udara di sekitar bangunan dengan presipitasi.
e. Sebagai filter bagi aliran angin yang akan masuk ke dalam bangunan
melalui pembukaan penghawaan.
4.2 Konsep Kota Berkelanjutan di Indonesia
Menurut Urban and Regional Development Institute (URDI) bekerjasama
dengan Indonesia Decentralized Environtmental and Resource Management (UNDP)
yang melakukan lokakarya untuk merumuskan asas kota yang berkelanjutan
Indonesia.Hasilnya adalah bahwa Kota yang berkelanjutan adalah Kota yang
7
9. Tata Guna dan Pengembangan Lahan 2012
memiliki visi, misi dan strategi jangka panjang (secara partisipatif) yang diupayakan
keterwujudannya secara terus-menerus dan konsiten melalui rencana, anggaran,
program dan pelaksanaan yang bersifat jangka pendek dan menengah disertai
mekanisme insentif-disentif, mengintegrasikan upaya pertumbuhan ekonomi dengan
upaya perwujudan keadilan sosial, kelestarian lingkungan, partisipasi masyarakat,
serta keragaman budaya, mengembangkan dan mempererat kerjasama/ kemitraan
(dan komunikasi) antar pemangku kepentingan, antar-sektor dan antar-daerah,
memelihara, mengembangkan dan menggunakan secara bijak sumberdaya lokal serta
mengurangi secara bertahap ketergantungan akan sumberdaya dari luar (global)
maupun sumberdaya yang tak-tergantikan, meminimalkan “tapak ekologis” yang
ditimbulkan oleh Kota dan kegiatan/ kehidupan di dalamnya serta memelihara dan
bahkan meningkatkan “daya dukung ekologis” lokal, menerapkan manajemen
kependudukan yang berkeadilan sosial disertai dengan pengembangan kesadaran
masyarakat akan pola konsumsi/ gaya hidup yang ramah lingkungan serta
memperhatikan kepentingan generasi yang akan datang, memberikan rasa aman bagi
warganya sekaligus memberikan perlindungan terhadap hak-hak publik, penataan
hukum yang berkeadilan dan didukung oleh komitmen dan konsisten dari aparat
penegak hukum, mendorong terciptanya lingkungan yang kondusif bagi terciptanya
masyarakat belajar yang dicirikan dengan adanya perbaikan yang menerus.
4.3 Perbandingan Konsep Kota Berkelanjutan di Indonesia dengan Kota Malmo,
Swedia
Kota Berkelanjutan di Indonesia tampaknya masih merupakan konsep yang
belum bisa diterapkan di Indonesia, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Teguh Kurniawan (2003) dalam Manajemen Kota Berkelanjutan di Indonesia :
Indikator dalam Upaya Mengembangkan Kebijakan Kota Berkelanjutan Oleh
Pemerintah Kota Indonesia (Studi Kasus pada Kota Depok, Bogor, dan Bandung),
dalam menangani permasalahan sampah domestik dan sampah berbahaya, polusi
udara perkotaan, dan pembuangan air limbah masih dilakukan secara tidak
layak.Berbeda dengan Kota Malmo yang sudah menerapkan konsep Kota
Berkelanjutan yang dengan dibuatnya sebuah program lingkungan dari tahun 2009-
2020.Program tersebut pun telah berjalan dengan lancar karena adanya kerjasama
antar stakeholder, yaitu masyarakat, industri dan pemerintah.Pemerintah Kota Malmo
pun telah melakukan pengelolaan lingkungan yang hijau dengan memperbanyak RTH
baik di lahan yang masih dikembangkan maupun di lahan yang sudah terbangun dan
memiliki kerapatan bangunan yang tinggi dengan penerapan model green roof dan
vertical garden untuk gedung-gedung skycrapper yang ada di Kota Malmo.Selain itu
pula, adanya keseriusan Pemerintah Kota Malmo untuk menjadikan Kota Malmo
sebagai Kota berkelanjutan adalah dengan memberlakukan kebijakan bagi kontraktor
yang ingin mendirikan bangunan untuk menyediakan lahan untuk RTH di setiap
pembangunan proyeknya.Berbeda dengan Indonesia, Khususnya pemerintah Kota
Jakarta, walaupun sudah ada beberapa bangunan yang menerapkan model green roof
dan vertical garden, hal itu masih belum cukup karena Pemerintah Kota Jakarta
masih belum memiliki kebijakan akan penyediaan lahan RTH bagi setiap kontraktor
yang ingin mendirikan bangunan sehingga makin hari RTH di Kota Jakarta makin
menyempit akibat dari banyaknya pembangunan.
8
10. Tata Guna dan Pengembangan Lahan 2012
V. Kesimpulan
o Permasalahan pemborosan konsumsi energi yang tak terbarukan, polusi udara
akibat terdapat banyaknya emisi gas berbahaya yang disebabkan oleh
kendaraan bermotor, permasalahan limbah padat (sampah) dan limbah cair,
kurangnya RTH (Ruang Terbuka Hijau) merupakan fokus permasalahan kota-
kota yang ada di dunia.Maka, untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
tersebut, banyak kota-kota yang menerapkan konsep Kota berkelanjutan, salah
satunya adalah Kota Malmo yang membuat program-program lingkungan
yang tujuannya adalah untuk menjadikan Kota Malmo sebagai Kota yang
nyaman bagi para penduduknya.
Daftar Pustaka
Dewanto,Rudi.2011.Green Roof di Hutan
Beton.http://www.rudydewanto.com/2011/01/green-roof-di-hutan-beton.html
(tanggal akses 12 April 2012)
Gaol,L.2011.TinjauanPustaka.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22
042/4/Chapter%20II.pdf (tanggal akses 15 Mei 2012)
Kurniawan,Teguh.2003.Manajemen Kota Berkelanjutan di
Indonesia.http://teguh-
kurniawan.web.ugm.ac.id/publikasi/Dwi_Bulanan_TK.pdf (tanggal akses 12
April)
Malmo Environtment Departement.2009.Environtmental Programme for the city
of
Malmo.http://www.malmo.se/download/18.6301369612700a2db9180006235/
Environmental-Programme-for-the-City-of-Malmo-2009-2020.pdf.(tanggal
akses 16 Mei 2012)
Mohammad,Pranoto.2008.MULTILEVEL URBAN GREEN AREA : SOLUSI
TERHADAP GLOBAL WARMING DAN HIGH ENERGY
BUILDING.http://eprints.upnjatim.ac.id/1317/1/TA-Pranoto_43.pdf (tanggal
akses 12 April 2012)
Navastara,A.M.2007.KotaEkologis.http://jepits.wordpress.com/2007/12/19/kota-
ekologis/ (tanggal akses 16 Mei 2012)
Standing committee on Environtment and Heritage House of Representatives
Parliament of Australia.2003.Green Roof A Resource Manual for Municipal
Policy
Makers.http://urbanworkbench.com/files/Green%20Roofs%20for%20Sustain
able%20Cities%2031-10-03.pdf (tanggal akses 17 Mei)
Thomas, Randal and Max Fordham LLP.2001.Sustainable Urban Design An
Environmental Approach.Spon Press.London and New York
Tjuk Kuswartojo.2006.Asas Kota Berkelanjutan dan Penerapannya di
Indonesia.http://ejurnal.bppt.go.id/ejurnal/index.php/JTL/article/view/447
(tanggal akses 17 Mei)
Wikimedia Fondation.2012.Malmo.http://en.wikipedia.org/wiki/Malm%C3%B6
(tanggal akses 16 Mei 2012)
9