1. Olah Persepsi bagi Pemimpin
Di dalam hidup masyarakat di Asia, manusia lebih sangat perduli dan berminat ikut
campur ke dalam hidup orang lain. Sejak kecil, anak-anak di Asia mendapat
pendidikan agar mereka menyadari hal tadi. Mereka juga belajar bahwa persepsi
atau penangkapan pikiran orang lain tentang diri kita merupakan hal yang tidak
dapat diabaikan. Orang yang sangat rajin dapat dipersepsi sebagai orang yang
sangat ambisius. Seorang yang sangat tulus dapat dipersepsi sebagai orang yang
sangat lugu. Sedangkan seorang yang sangat terbuka dapat dipersepsi sebagai orang
yang tidak pandai berbasa-basi dan seterusnya. Bahkan, anak belajar bahwa
persepsi tadi bisa sangat merugikan. Seorang yang sebenarnya baik namun
dipersepsi sebagai orang yang culas, akan mengalami kesulitan yang sangat serius
dalam pekerjaan atau hubungannya dengan orang lain.
Karena kenyataan tersebut di atas, maka banyak orang tua membesarkan anaknya
dengan suasana takut kalau-kalau anaknya gagal untuk menjadi peka terhadap
masalah-masalah persepsi di atas. Selain kata-kata dari orang tuanya, orang tua
juga memberikan teladan kepada anak-anak tadi bagaimana mereka pun sangat
takut kalau-kalau muncul persepsi yang salah tentang diri mereka.
Anak-anak yang patuh akan cenderung menerima ajaran orang tua tadi bahkan
lebih jauh lagi, menjadikan urusan persepsi ini fokus hidup mereka juga. Dimasa
kecil mereka tampil sebagai anak yang manis. Sebagai akibatnya, apa yang mereka
kerjakan, apa yang mereka pikirkan dan seluruh sikap mereka terjadi karena
mereka ingin menghasilkan persepsi orang yang positif tentang diri mereka. Di
sekolah, mereka akan mampu menyimak cerita sang Kancil dengan wajah yang
2. intens, padahal sudah dua jam mereka sudah menahan air seninya keluar sementara
menantikan sang kancil mati.
Tidak sedikit pula muncul efek samping. Anak-anak tadi kemudian tumbuh menjadi
orang-orang yang cenderung menyenangkan orang lain dengan mengabaikan
perasaan atau cita-cita diri sendiri. Mereka memilih pacar yang orang tuanya
rekomendasikan atau pak Camat sodorkan. Mereka memilih jurusan sekolah sesuai
keinginan orang tuanya, yang pernah gagal di sekolah itu.
Dari kaca mata orang banyak, mereka adalah orang-orang yang baik, pekerja keras,
dan bersikap positif. Tidak jarang karenanya, mereka mendapat berbagai imbalan
finansial dan sosial karena mereka bersikap seperti itu.
Namun bila digali lebih dalam, ternyata banyak orang-orang seperti itu hidup
dengan ketidak jujuran dengan diri mereka sendiri. Mereka seringkali menderita
dengan diam-diam. Mereka mendengarkan dengan intens suara orang di sekitar
mereka, namun mereka menulikan dirinya kepada suara bathin mereka sendiri.
Mereka juga hidup dalam ketegangan dan dominasi dorongan untuk mengendalikan
banyak hal di dalam hidupnya demi persepsi tadi. Dengan kata lain, mereka menjadi
orang yang tidak bahagia. Bahkan tidak sedikit diantara mereka hanya mampu
menggunakan 20 persen dari potensi mereka karena 80 persen energi kejiwaan
mereka digunakan untuk menahan perasaan mereka yang sesungguhnya.
Darimana ketidakbahagiaan tadi dapat terbaca? Ketika keadaan tidak dapat lagi
dikendalikan, maka orang-orang yang mengidap masalah di atas akan menampilkan
perilaku yang mengejutkan seperti, depresi, peledakan emosi, atau bahkan sikap sinis
pada diri sendiri. Selain itu, masalah seperti tadi membuat mereka sulit mengalami
cinta Allah secara mendalam, karena sedikit banyak mereka membayangkan Allah,
pencipta sebagai Allah yang sungguh menuntut banyak dari diri mereka. Kesulitan
lebih lanjut, terutama dalam hidup iman, mereka juga mengalami hambatan untuk
mempercayakan diri lebih penuh pada perlindungan dan pemeliharaan Nya.
3. Kemudian, tidak jarang merekapun mengalami kesulitan di dalam menyampaikan
cinta atau memberikan cinta kepada orang-orang terdekat mereka karena bersama
dengan cinta tadi mereka akan menyampaikan rasa takut gagal, takut jujur, dan
takut ditolong. Orang-orang terdekat mereka akan mengalami frustrasi
berkepanjangan dalam berdampingan dengan mereka.
Jadi bagaimana menangani masalah di atas, terutama bila Anda mengidap hal tadi
sementara Anda adalah seorang pemimpin atau calon pemimpin? Di bawah ini
didaftarkan hasil perenungan dan pengalaman pribadi sebagai manusia yang pernah
mengidap masalah tadi.
Pertama-tama, menimbulkan kesadaran dan pengakuan bahwa masalah tadi
memang hadir di dalam hidup Anda akan merupakan titik berangkat proses
pemulihan dari masalah tadi. Tanpa pengakuan tadi dan kesadaran yang mendalam,
maka proses panjang untuk penyembuhan tidak akan terjadi.
Kedua, perlu juga timbul kesadaran bahwa Anda tidak akan pulih dengan cepat
karena imbalan untuk tetap hidup di dalam dominasi persepsi orang akan lebih
nyata daripada imbalan untuk hidup di dalam kejujuran. Selain itu, memulai suatu
hal baru memang tidak enak, karena proses ini tidak segera kelihatan hasilnya.
Apalagi Anda mungkin masih merasa nyaman dengan pola hidup tadi Anggaplah
hal ini seperti sulitnya berhenti adiksi terhadap rokok.
Ketiga, Anda perlu juga mengakui bahwa, Anda tidak dapat menunda proses tadi.
Mulailah segera setelah membaca tulisan ini untuk keluar dari ruang mental yang
membuat Anda nyaman tadi. Tepatnya, keluarlah dari dorongan untuk selalu
menjalani hidup dalam persepsi orang hari ini juga.
Keempat, mulailah menyadari dengan meneliti apa yang Tuhan katakan tentang diri
Anda. BagiNya, Anda adalah ciptaanNya yang indah. BagiNya, Anda begitu
berharga sehingga Ia rela memberikan apa yang paling bernilai bagiNya untuk
4. kepentingan Anda. Bahkan Ia menyebutkan Anda “anakNya.” Bila Anda mulai
menumbuhkan persepsi positif tentang diri Anda ini, maka suatu titik balik dalam
hidup Anda akan terjadi. Orang lain dapat berkata apa saja dan menangkap apa
saja tentang diri Anda. Sebagian besar penangkapan mereka mungkin sekali keliru.
Anda tidak perlu dikendalikan hal tadi. Mengapa? Karena secara hakiki, Anda
adalah mahluk indah ciptaanNya yang Ia sayangi. Sangat bodoh kalau Anda
mengabaikan persepsi Tuhan tentang diri Anda dan mendahulukan persepsi orang
lain yang juga berdosa sebagai dasar pertimbangan Anda.
Kelima, sadarilah bahwa begitu Anda mengubah persepsi tentang diri Anda sendiri
dengan mendasarinya pada persepsiNya, maka ada orang-orang yang akan
mengalami kekecewaan. “Koq dia jadi begini? Dulu apa yang kuminta ia patuhi.
Dulu ia adalah orang yang mudah diajak bekerja sama. Kini koq jadi jauh dari
kita?” Terhadap hal-hal ini bacalah kata-kata mereka dengan kaca mata baru.
Terjemahan kalimat-kalimat di atas adalah “Koq, dia jadi mulai mendengarkan
suara hatinya? Dulu ia bisa kupergunakan. Dulu ia bisa dikendalikan. Kenapa kini
dia jadi orang mandiri?”
Keenam, sadari juga bahwa, setelah membaca tulisan ini kami tidak menganjurkan
Anda untuk menjadi cuek dan egosentris. Dalam berhubungan dengan orang lain
dan diri sendiri serta Allah, setiap saat diperlukan hati yang terbuka untuk belajar.
Keseimbangan juga penting, namun terlebih penting di atas semuanya, seorang
pemimpin perlu untuk hidup agar rencana dan desainNya untuk diri kita terpenuhi,
bukan? (nah, gimana? Saya terasa berkotbah?”)