1. MAJALAH DAN KORAN TEMPOE DOELOE SELALU DIBURU
Mengintip bisnis langka tapi menjanjikan
Surakarta (NewsOnOne.com)
Para pengamat, ekonom dan praktisi memperkirakan akan terjadi PHK besar-besaran bila kondisi
ekonomi Indonesia tetap stagnan seperti saat ini. Tidak bisa dipungkiri, Indonesia mengalami krisis
ekonomi untuk kesekian kalinya setelah krisis tahun 1997 yang mengakibatkan terjungkalnya Soeharto
dari tampuk kekuasaan. Dampak krisis ekonomi global saat inipun sudah dirasakan oleh kebanyakan
pengusaha maupun buruh. Di Eropa dan Amerika Serikat sendiri, krisis ini sudah menelan ratusan pabrik
tutup dan ribuan buruh di PHK. Namun di tengah kekhawatiran semua pihak akan dampak krisis ekonomi
dunia, masih ada secercah cahaya dalam mengais rezqi tanpa takut di PHK atau di rumahkan dan tetap
menjanjikan. Namun bisnis yang satu ini butuh keahlian istimewa yang jarang dimiliki sembarang orang.
Bisnis barang antik atau peninggalan tempo dulu khususnya majalah dan Koran.
Wartawan newsonone.com mencoba mengintip bisnis majalah dan Koran peninggalan tempo dulu
khusunya jaman penjajahan Belanda, Revolusi, pendudukan Jepang dan masa keemasan PKI. Bisnis
benda-benda seperti ini sangat terbatas pelakunya, selain butuh kesabaran dan jejaring kuat dalam
mendapatkan barang, juga dituntut kehati-hatian dan ketelitian dalam merawat barangnya. Rata-rata
kondisi barang sudah sangat rentan dengan sobek, rayab atau sentuhan. Bila tidak hati-hati merawatnya
bisa-bisa dalam sekejab akan kehilangan uang ratusan ribu. Bukan untung yang didapat tetapi bisa jadi
bunting.
Di Surakarta komunitas pemburu majalah dan Koran tempo dulu sangat terbatas, jumlahnya tidak lebih
dari 10 orang. Mereka memiliki jejaring cukup luas khususnya di kota-kota besar di Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat dan Jakarta. Pola pemburuan bisa langsung turun ke tempat-tempat yang biasa
dijadikan pengumpul atau pengepul, bisa juga para pengepul yang mendatanginya. Sedang barang
kebanyakan dilempar ke Jakarta, karena di sana banyak kolektor yang juga memburu barang-barang lama.
Anggora merupakan salah seorang pemburu juga penjual barang-barang peninggalan tempo dulu. Selain
majalah dan Koran, dia juga mengoleksi dan menjual benda-benda peninggalan jaman kerajaan
Majapahit, Samudra Pasai, dan VOC seperti mata uang perak, logam, perunggu, hiasan atau manik-
manik. Dia juga mengoleksi beragam jenis prangko-prangko langka yang diterbitkan tempo dulu.
Menurutnya, bisnis seperti ini sudah dimulai semenjak tahun 1998 tetapi khusus untuk jenis majalah dan
Koran baru ditekuni mulai tahun 2002.
Di rumahnya, Anggora kepada wartawan mediaini bercerita panjang lebar seputar bisnisnya khususnya
tentang bisnis majalah dan Koran terbitan tempo dulu. Dia memiliki 200 judul majalah, mulai majalah
terbitan jaman penjajahan Belanda, Revolusi, pendudukan Jepang, dan PKI. Majalah terlama yang dia
koleksi adalah Sri Poestaka terbitan tahun 1925, bulan September. Ada pula majalah local terbitan Solo
tahun 1936 dengan nama majalah Sri Wedari. Majalah terbitan pendudukan jepang yang sempat
dikoleksinya adalah Jawa Baru, terbitan tahun 1943, kemudian majalah Nanyang Post, berbahasa atau
tulisan cina yang diterbitkan tahun 1950. Majalah ini kental dengan penyebaran ideology komunis, tetapi
pasca penumpasan PKI majalah ini dilarang terbit.
Adapun jenis Koran, dia mengoleksi Koran Bataviaasch Nieuwsblad, terbitan tahun 1906. Dan Koran
terbitan di jaman pendudukan Jepang yang dia koleksi seperti Kedaulatan Rakyat, Warta Indonesia, Api
Rakyat, Merdeka, Soera Moeda, Patriot, Boeroeh. Menurutnya, Koran Kedaulatan Rakyat edisi pertama
sangat digemari para kolektor, tetapi dia sendiri belum memilikinya. Dia optimis, bisnis barang-barang
2. antik ini tetap menjajikan apalagi sekarang banyak pemain-pemain baru yang menjadi kolektor. (Al-
Gharibi)