1. Lapis Lima Makna Bukkaweng
pada Tradisi Khatam Alquran
untuk Memperingati
Maulid Nabi Muhammad
Suku Mandar di Sulawesi Barat
DahriDahlan
2. Pendahuluan
Mandar sebagai salah satu suku
bangsa juga memiliki banyak tradisi,
termasuk tradisi maulidan yang
menggunakan materi bukkweng dan
barakkaq pada penyelenggaraannya.
Lapis lima makna pada Bukkaweng di
Mandar
3. Mandar
Suku yang mendiami prov. Sulawesi
Barat; mandar, manda’= wai/air; dikenal
sebagai pelaut; memakai bahasa
Mandar yang terbagi ke dalam beberapa
dialek; serumpun dengan
Bugis, Makassar, Toraja; Islamisasi
1603; Balanipa sbg ibukota Kerajaan;
Raja disebut Mara’dia, kaum bangsawan
disebut Tomakaka’, lazim disebut Daeng
(di Makassar Daeng bisa berarti kakak/
panggilan hormat pada laki2).
4.
5. Bukkaweng
Batang pisang kepok (loka manurung)
lengkap dengan buah yang
ditempatkan di rumah, digunakan
sebagai salah satu syarat utama untuk
melaksanakan acara maulidan Nabi
Muhammad, biasanya dibungkus
kertas menarik dan dihiasi dengan
barakkaq (bab berikut)
Tempat bukkaweng : pusat tiang
rumah/ posiq arriang (ilustrasi): posi
lopi, roppong
12. Analisis
Empirik : pisang banyak di Mandar, populer,
Kaori Kaymatshu (2003).
Simbolik : pisang yang sudah dikemas, tidak
semua jenis pisang, ditempatkan di pusat
tiang rumah (lihat gambar).
Dunia pemaknaan: bentuk, historis, legenda
Tomanurung (4 suku besar), mitos
Dunia ide: berkah Muhammad vs Pisang
yang penuh berkah + barakkaq (sifat subur)
Islam & tradisi
WV: berkah alam = berkah Tuhan, rumah
bagi suku Mandar.
13. Penutup
Keyakinan yang kuat dan faktor alam
yang sangat mendukung eksistensi
sebuah tradisi
Tersirat daya tawar terhadap gagasan
baru yang datang dari luar, semisal
agama Islam yang pernah masuk di
Mandar.
Syariat Islam dan tradisi Mandar yang
sudah berbaur menimbulkan banyak
materi yang memiliki kandungan makna
yang cukup dalam, baik dari segi
filosofis, sosiologis, dan mitos.
14. Catatan:
Ada banyak jenis pisang di Mandar, tetapi yang
menjadi pilihan utama adalah pisang kepok.
Pada beberapa ritual juga disertakan jenis pisang
lain, seperti pisang Ambon, pisang susu dsb.
Paling tidak ada 3 jenis ketupat di Mandar, dan
yang digunakan pada barakkaq adalah jenis
ketupat Nabi, bentuknya kecil persegi 8 yang
cenderung bundar.
Mandar memiliki tradisi posiq atau pusat. Selain
pada tiang rumah, juga terdapat posiq pada
perahu dan rumpon (sejenis rakit untuk tempat
menangkap ikan, ditanam di laut lepas).
Beberapa orang menggunakan uang selembaran
(Rp.1000 – Rp.2000) sebagai bandera pada
barakkaq.
15. DP dan NS
Alimuddin, Muhammad Ridwan. (tanpa tahun) Kebudayaan Bahari
Mandar (naskah, telah diterbitkan dalam Orang Mandar Orang Laut,
2004 oleh Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta).
Syah, Tanawali Aziz. 1998. Sejarah Mandar III. Yayasan Al-Aziz.
Ujung Pandang.
Thohir, Mudjirin. (tanpa tahun) slide bahan ajar m.k. Teori
Kebudayaan tahun 2011.
Tim Prima Pena, 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gita Media
Press.
Narasumber
Yuli (55), pelaku ritual, tinggal di Lego, kec. Balanipa Polman, Sulbar
Andi Maslia (40), pelaku ritual, tinggal di Pambusuang, kec.
Balanipa Polman, Sulbar
Muhammad Ridwan Alimuddin (35) peneliti budaya, tinggal di
Pambususang, kec. Balanipa Polman, Sulbar.
Gassing (64), tetuah Mandar, tinggal di Kota Mamuju, Sulbar.