1. 1
Fenomena Kemiripan Angka Nol (0) dan Huruf O
Seluruh negara di dunia
hampir tidak ada yang tidak mengenal
angka, semuanya mengenal angka 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 0. Angka
adalah ruhnya matematika, apa
jadinya jika Matematika tanpa
angka??? Tentunya hal ini akan
sangat sulit sekali dibayangkan. Dari
seluruh angka yang ada dari 0, 1
hingga 9, angka 0 merupakan angka
yang paling akhir alias paling bungsu
akan kemunculanya. Sejak awal
peradabannya, manusia telah
memahami konsep ‘ada dan tiada’
konsep nol merupakan konsep yang
relatif baru dalam sejarah peradaban
manusia.
Gambar 1. Muhammad Ibnu Musa
Al-Khawarizmi
Orang yang paling berjasa
dalam memperkenalkan angka 0 di
dunia ini adalah Al-Khawarizmi,
sorang ilmuan muslim.
Al-Khawarizmi memperke-
nalkan angka 0 melalui karyanya
yang monumental dalam buku
pertamanya, Al-Mukhtasar Hisab Al-
Jabr al-Muqabalah (Ringkasan
Perhitungan Al-Jabar dan Perba-
dingan), Al-Khawarizmi memperke-
nalkan angka nol yang dalam bahasa
Arab disebut Shifr sekitar tahun 850
M. Dulu sebelum Al-Hawarizmi
memrperkenalkan angka nol, para
ilmuan menggunakan semacam daftar
yang membedakan satuan, puluhan,
ratusan, ribuan, dan seterusnya.
Daftar yang dikenal sebagai abacus
itu berfungsi menjaga setiap angka
dalam bilangan agar tidak saling
tertukar dari tempat atau posisi
mereka dalam hitungan.
Pada umumnya angka “0”
memiliki bentuk yang hampir sama
dengan huruf “O”. Terkadang dalam
2. 2
tulisan tangan biasa, angka dan huruf
ini seringkali sulit dibedakan, yakni
keduanya hampir terlihat sama, atau
dalam istilah biologi sering dikenal
dengan kembar identik alias
monozygotik, yaitu mempunyai muka
yang serupa. Namun beda halnya
apabila dalam Biologi kembar itu
berlaku untuk satu spesies yang sama,
akan tetapi dalam hal ini terjadi
adanya perbedaan spesies alias jenis,
yakni yang satu merupakan angka dan
satunya lagi merupakan huruf.
Mengapa angka nol dan huruf
o ini memiliki kemiripan dalam segi
bentuknya? Mungkin istilah Biologi
branggapan angka dan hurup ini
memiliki faktor genetik yang sama,
akan tetapi bukan seperti genetik yang
dikenal dalam mahluk hidup seperti
memiliki struktur DNA yang sama
dan lain sebagainya. Apabila di lihat
dari aspek fisiknya, yakni dari segi
sudutnya, huruf o itu berbentuk
lingkaran tanpa titik pusat, sehingga
bentuk tersebut tidak memiliki sudut
sama sekali, begitu juga dengan
angka nol sama tidak memiliki sudut,
akan tetapi seiring berjalannya waktu,
beberapa bentuk tulisan angka nol ini
mengalami sedikit perubahan dan
modifikasi, sehingga angka nol tidak
berbentuk lingkaran sempurna sperti
huruf o, namun agaka nol cenderung
berbentuk lonjong.
Nah, kemudian dalam proses
sejarahnya angka nol ini ditemukan
secara independen oleh orang-orang
Babilonia, Maya, dan India (mes-
kipun beberapa peneliti mengatakan
sistem bilangan India terpengaruh
oleh babilonia). Robert Kaplan,
penulis “The Nothing of Zero”,
mnunjukan bahwa bangsa Babilonia
menggunakan sepasang simbol
wedges miring, yakni seperti baji
yang miring yang digunakan untuk
mempresentasikan sebuah kolom
nomor kosong.
Kemudian bangsa Maya
mengembangkan nol dan
menggunakannya di sistem kalender
rumit mereka. Meskipun sangat
terampil dalam bidang Matematika,
bangsa Maya tidak pernah
menggunakan angka nol dalam
persamaan. Kemudian untuk konsep
nol sendiri muncul pada bangsa India
3. 3
sekitar tahun (485 M), konsep nol ini
muncul bukan dalam bentuk simbol
melainkan dalam bentuk pengucapan
yang diucapkan pada persamaan
matematika, puisi, atau nyanyian.
Gambar 2. Robert Kaplan
Beberapa kata yang berbeda
melambangkan nol, seperti “hampa”,
“ruang”, atau “angkasa”. Pada tahun
628, seorang astronom dan ahli
matematika India yang bernama
Brahmagupta mengembangkan angka
untuk nol, yaitu sebuah titik. Dia juga
mengembangkan operasi matematika
menggunakan nol, menulis aturan
untuk mencapai nol melalui
penambahan dan pengurangan, dan
menggunakan nol dalam sebuah
persamaan. Ini adalah pertama
kalinya di dunia nol diakui sebagai
jumlah tersendiri, baik sebagai sebuah
ide dan simbol.
Gambar 3. Brahmagupta
Selama beberapa abad
berikutnya, konsep nol terungkap di
Tiongkok dan Timur Tengah.
Menurut Nils-Bertil Wallin dari
YaleGlobal, pada tahun 773 M, nol
mencapai Baghdad di mana ia
menjadi bagian dari angka Arab, yang
didasarkan pada sistem India.
Gambar 4. Nils-Bertil Wallin
4. 4
Seorang ahli matematika
Persia, Muhammad ibnu Musa al-
Khawarizmi, menyarankan bahwa
lingkaran kecil harus digunakan
dalam perhitungan jika tidak terdapat
suatu nomor di tempat puluhan.
Orang-orang Arab menyebut
lingkaran ini sebagai “sifr” atau
“kosong”.
Babilonia Maya India
(wedges miring) (mata) (titik)
Gambar 5. Perkembangan simbol
angka nol (0)
Lalu bagaimana dengan huruf
o ??? Huruf “O” itu adalah huruf latin
modern yang ke-15 disebut o.
Biasanya huruf ini melambangkan
bunyi vokal belakang setengah
tetrtutup bulat. Huruf O berasal dari
huruf Semitik `Ayin (mata) yang
melambangkan konsonan, kemung-
kinan konsonan desis hulu
kerongkongan bersuara (ʕ), yang juga
dilambangkan oleh huruf Arab ع
(`Ayn). Huruf Semitik dalam bentuk
aslinya nampaknya diilhami oleh
bentuk hieroglif Mesir untuk "mata".
Yunani mengadakan inovasi huruf;
oleh sebab adanya konsonan hulu
kerongkongan, maka mereka
meminjam huruf ini menjadi huruf
omikron untuk melambangkan bunyi
/ o /, yaitu suara yang kemudian
ditetapkan untuk huruf ini dalam
bahasa Etruska dan Latin.
Dalam tulisan Yunani, ada
huruf yang berbeda untuk
membedakan bunyi o panjang
(Omega, "O besar") dengan o kecil
(Omikron, "o kecil").
Gambar 6. Perkembangan simbol
huruf O
Setelah melihat perjalanan
sejarah angka dan huruf tersebut,
ternyata angka nol dan huruf o ini
5. 5
memiliki kesamaan dalam asal usul
pembentukannya, yakni mereka ini
terbentuk dari simbol mata.
Selain hal tersebut, ternyata
angka nol dan huruf o ini tercipta
untuk selalu bersama, buktinya ada
sebagian negara di dunia yang dalam
penamaan angka 0 ini dalam bahasa
meraka terdapat bunyi huruf O.
Contohnya dalam bahasa Indonesia
sendiri penamaan angka 0 yaitu
“NOL”, artinya disana terdapat bunyi
huruf O, kemudian dalam bahasa
Internasional yaitu Inggris, angka 0
yaitu “ZERO”, lalu dalam dan dalam
bahasa Korea yaitu “JELO”, dalam
bahasa Filipina yaitu “SERO”, serta
dalam bahasa Georgia yatitu
“NULOVANI”. Tapi kenyataanya
ada beberapa negara seperti Belanda
yaitu “NUL” dan Jerman “NULL”,
yang sepertinya tidak terdapat bunyi
huruf O?. Namun, melihat hal
tersebut ternyata dalam beberapa
bahasa, ortografi masing-masing
bahasa membuat nilai fonetik huruf O
ini berbeda-beda seperti dalam bahasa
Belanda bunyi [U] yaitu vokal
belakang tertutup bulat, artinya
terdapat kesamaan dengan bunyi
huruf O.
Dengan demikian, melihat
fenomena-fenomena kemiripan angka
nol dan huruf o tersebut, bisa
dikatakan bahwa angka nol (0) dan
huruf O ternyata memiliki keterkaitan
sendiri mengapa memiliki kemiripan
bentuk yang hampir sama.
Nah, maka dari itu dapat kita
ketahui bahwa angka nol dan huruf o
ini tercipta hampir sama namun
berbeda, yang tanpa kita sadari bahwa
fenomena ini adalah sebuah karunia
dari Tuhan yang patut kita tafakuri.