SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
Download to read offline
Wind for Indonesia, a more Suistainable Energy
EDISI 001/2013
Menghembuskan Energi Angin
di Indonesia
Blowing the Wind Energy in Indonesia
Mengapa Hibrid?
Why Wind Hybrid Power Generation?
Wawancara dengan Kepala BPPT
Dr. Ir. Marzan A. Iskandar:
Interview with the Chairman of BPPT
Dr. Ir. Marzan A. Iskandar
Mendorong Dukungan Pembiayaan Proyek
Energi Angin
Wind Energy Project Financing Initiatives
1Buletin WISE
Sambutan dari NPD
Diskusi dan Kunjungan Dirjen EBTKE
ke Baron Techno Park
Wawancara dengan Kepala
BPPT Dr. Ir. Marzan A. Iskandar
Menghembuskan energi angin di indonesia
Kajian Potensi Angin (WRA)
Pengukuran Angin di Indonesia
Mengapa Hybrid?
Wind Hybrid Power Generation (WHyPGen),
Market Development Initiatives
Energi Angin
Proyek WHyPGen
Kegiatan Proyek WHyPGen
Technology Application and Assessment
Technology Demostration
Financing Initiatives
Policy and Institutional Support
Promotion
Local Industrial Support and Market
Development
Preface
Visit to Baron Techno Park and Discussion
with the Director General of DGNREEC
Interview with the Chairman of BPPT
Dr. Ir. Marzan A. Iskandar
Blowing the Wind Energy in Indonesia
Wind Resources Assessment (WRA)
Wind Measurement in Indonesia
Why Wind Hybrid Power Generation?
Wind Hybrid Power Generation (WHyPGen),
Market Development Initiatives
WHyPGen Project
WHyPGen Project Activities
Technology Application and Assessment
Technology Demostration
Financing Initiatives
Policy and Institutional Support
Promotion
Local Industrial Support and Market
Development
Wind Energy
WHyPGen Updates WHyPGen Updates
2
4
5
7
8
12
15
17
19
22
28
31
Daftar Isi Table of Content
8
9
9
9
10
10
31
32
33
35
36
Energi Angin dan Pemenuhan Kebutuhan
Energi di Indonesia
Wind Energy and the Energy Needs
in Indonesia
Membangun SDM di Bidang Teknologi
Energi Angin
Human Resources Preparation for Wind Energy
Technology
Dukungan Terhadap PLTH Nusa Penida Support for the Wind Hybrid Power Generation
at Nusa Penida, Bali
Advisor: Dr. Ir. Soni S. Wirawan, M.Eng
Board of Editors: Dr. Edi Hilmawan, Dr. Gatot Dwianto
Chief Editor: Ir. Soeripno Martosaputro, MT
Writers: Ir. Soeripno Martosaputro. MT, Nila Murti, Malik Ibrochim
Supports: Didik Eko K, Roofi Mulyana
B2TE-BPPT #620, Kawasan Puspiptek, Serpong
Tangerang Selatan,15314 - Indonesia
Telp/Fax : +62 21 756 0940 - +62 21 756 5670
www.whypgen-bppt.com
Para Pembaca yang terhormat,
W
ind Hybrid Power Generation
(WHyPGen) Project adalah
dukungan dari Balai Besar
Teknologi Energi – Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(B2TE-BPPT) untuk program pemerintah
di bidang pemanfaatan energi terbarukan
dan penurunan emisi gas rumah kaca.
Mendorong dan mempromosikan
pemanfaatan energi hibrid angin sebagai
pembangkit listrik. Hampir setahun proyek
ini telah berjalan dan mengadakan kegiatan
untuk menyosialisasikan Pembangkit Listrik
Tenaga Angin/Bayu (PLTB) di Indonesia.
Bukan suatu hal yang mudah, terlebih
dengan adanya banyak keraguan mengenai
keberadaan potensi energi angin di negeri
kita yang terletak di daerah khatulistiwa.
Namun, ini menjadi tantangan tersendiri
bagi WHyPGen. Salah satu kendala yang
dihadapi perkembangan energi angin di
Indonesia adalah belum adanya kebijakan
khusus yang mengatur harga jual listrik
yang dihasilkan oleh energi angin. Ini
menciptakan suatu ‘ketidakpastian’ bagi
para calon pengembang maupun investor
dalam berinvestasi di PLTB.
WHyPGen telah memfasilitasi pertemuan
mengenai harga jual listrik yang dihasilkan
dari energi angin dalam skema feed in tariff
(FiT). Kerjasama dan kolaborasi yang cukup
erat pun telah dijalin dengan Direktorat
Jenderal Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi (DJEBTKE), Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
sebagai penanggung jawab penyediaan dan
pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT)
di Indonesia.
Kegiatan promosi dan peningkatan kapasitas
juga terus diupayakan. Hasilnya cukup
signifikan, publikasi mengenai potensi
energi angin pun menjadi semakin luas.
WHyPGen juga menerbitkan Bulletin “WISE”
(Wind for Indonesia, a more Sustainable
2
Sambutan dari NPD
Preface
Dr. Ir. Soni Solistia Wirawan, M.Eng
National Project Director of WHyPGen Project
perkembangan ET secara nasional.
Saran dan masukan sangat kami apresiasi,
silahkan kirim surel ke info@whypgen-bppt.
com. Selamat membaca...
3Buletin WISE
PrefaceSambutandariNPD
Energy) untuk mempromosikan energi angin.
Bulletin yang direncanakan akan terbit setiap
semester ini diharapkan dapat menjadi salah
satu sumber informasi tentang energi angin
dan energi terbarukan lainnya.
Edisi pertama ini, dibahas Proyek WHyPGen
serta kegiatan dan target yang diusungnya,
sekaligus perkembangan energi angin
secara umum. Ucapan terima kasih kami
haturkan kepada Bapak Marzan A. Iskandar
selaku Kepala BPPT, Bapak Unggul Priyanto
selaku Deputi Ka. BPPT Bidang TIEM, dan
Bapak Rida Mulyana selaku Dirjen EBTKE,
atas diskusi yang disampaikan mengenai
Preface
Dear Readers,
For almost one year, The Energy Technology Center
– The Agency for The Assessment and Application of
Technology (B2TE-BPPT) had implemented the Wind
Hybrid Power Generation (WHyPGen) Project to pro-
mote the wind hybrid power generation in Indonesia.
This is in-lined with the Government of Indonesia (GoI)
programs in developing the renewables energy and
reducing the Green House Gas (GHG) emission.
Looking into Indonesia’s geographical position around
the equator line, doubts on the availability of the wind
energy potency had become a special challenge for the
project in promoting the Wind Power Generation (WPG)
in the country.
One of the barriers identified that hindered the wind
energy project development in Indonesia is the non-
existing price policy of the electricity produced by
the wind energy, which then created an “uncertain”
situation for investing in the wind energy sector. In
response to the situation, WHyPGen project had
facilitated meetings for related key-stakeholders to
discuss the pricing policy for wind energy in a “feed
in tariff” scheme. Furthermore, the project also
conducts collaboration and intense coordination with
the Directorate General of New, Renewable Energy
and Energy Conservation (DGNRE-EC), the Ministry
of Energy and Mineral Resources (MEMR), as the
responsible party for the new and renewable energy
development in the country.
A wide publication on wind energy potency in Indonesia
had been achieved through promotion and capacity
building activities conducted by the project team.
Moreover, WHyPGen will also release the “WISE”
magazine (Wind for Indonesia, a more Sustainable
Energy) every semester. WISE is expected to become
one of information sources for renewable energy
development in Indonesia, especially the wind energy.
In this first edition, WISE will mainly discuss the project’s
activities and targets, and wind energy development in
Indonesia. Special thanks are dedicated for Mr. Marzan
A. Iskandar (Chairman of BPPT), Mr. Unggul Priyanto
(Deputy for Information Energy and Material Technology
of BPPT), and Mr. Rida Mulyana (Director General of
DGNRE-EC), for the discussion on the renewables
development in Indonesia.
For improvement in our next edition, please share your
comments and inputs through email: info@whypgen-
bppt.com. Happy reading…
4
Pembangkit EBT (NRE)
PLTA (hydro)
I
ndonesia memiliki jumlah penduduk
terbesar di Asia Tenggara. Juga terbesar
nomor empat di dunia, setelah Cina,
India dan Amerika Serikat. Tingginya
jumlah pertumbuhan penduduk ini diikuti
dengan meningkatnya pertumbuhan
ekonomi yang membawa peningkatan
terhadap konsumsi energi nasional. Dalam
Indonesia Energy Outlook 2012 (IEO) yang
diterbitkan oleh Badan Pengkajian dan
penerapan Teknologi (BPPT), konsumsi
energi Indonesia mengalami peningkatan
dengan pertumbuhan rata-rata sebesar
3,09% per tahun sejak tahun 2000 sampai
dengan 2010 hingga mencapai 1.012 juta
SBM. Penggunaan Bahan Bakar Minyak
(BBM) mendominasi, yakni sebesar 31%.
Sementara di sektor pembangkitan listrik,
penggunaan energi didominasi oleh
batubara sebesar 96,32 SBM.
Total kapasitas pembangkit lisrik di
Indonesia pada tahun 2010 mencapai 31,6
GW, yang terdiri dari kapasitas pembangkit
listrik PLN dan IPP (Independent Power
Producer). Bauran kapasitas terpasang
pembangkit PLN didominasi oleh PLTU
sebesar 35%, PLTGU sebesar 26%, PLTA
sebesar 12% dan 9% oleh pembangkit
Energi Baru Tebarukan (EBT) lainnya.
Lainnya: 18%
Pembangkit
EBT: 9%
PLTA: 12%
PLTGU: 26%
PLTU: 35%
Bauran Pembangkit PLN, 2010
Lainnya (others)
PLTGU (steam-gas)
PLTU (coal)
WHyPGenWHyPGen
Wind Hybrid Power Generation (WHyPGen),
Market Development Initiatives
Wind Hybrid Power Generation (WHyPGen), Market Development Initiatives
Indonesia has the largest population in South East Asia
and world’s fourth largest population after China, India
and United States. The rapid growth of the population
is followed by a significant economic growth which
then increases the national energy consumption level.
According to the Indonesia Energy Outlook 2012
(IEO) released by the Agency for the Assessment
and Application of Technology (BPPT), the total of
Indonesia’s final energy consumption in 2010 reached
1,012 million BOE, with an average growth of 3.09 %
per year between the years 2000-2010. The final energy
consumption is dominated by the oil fuel, reaching up
to 31%. While in the power plant, energy consumption is
dominated by coal, about 96.23 BOE.
In 2010, the total power plant capacity in Indonesia
reached about 31.6 G, consisting of PLN’s and IPP
(independent power producer). The installed power
plant mix (PLN) is dominated by coal (35%), steam-gas
(26%), hydro (12%) and other New Renewable Energy/
NRE (9%).
5Buletin WISE
Kombinasi antara cadangan energi yang
semakin menipis dan tingginya kebutuhan
energi di dalam negeri, membuat Indonesia
bertransisi menjadi negara pengimpor
energi (net importer) pada tahun 2004.
Tingginya penggunaan bahan bakar
fosil pada pemenuhan kebutuhan energi
mengakibatkan dampak lingkungan yang
juga perlu ditanggulangi. Tahun 2010
emisi CO2
adalah sebesar 388 juta ton
dan meningkat rata-rata sebesar 7,6% per
tahun. Diperkirakan emisi CO2
pada tahun
2030 adalah sebesar 1.634 juta ton. Emisi
terbesar dihasilkan sektor pembangkit listrik
yaitu 41%, diikuti oleh penggunaan energi
di sektor energi sebesar 28% dan sektor
transportasi sebesar 26%.
Energi Angin
Wind Energy
K
ondisi-kondisi tersebut mendorong
pemerintah untuk terus melakukan
upaya-upaya pengembangan dan
pemanfaatan energi alternatif dari
sumber-sumber Energi Baru Terbarukan
(EBT). Indonesia memiliki sumber EBT
yang cukup melimpah. Mulai dari energi
surya, geothermal, biomassa, biogas,
hidro, angin dan juga laut, yang menunggu
untuk didayagunakan secara optimal untuk
pemenuhan kebutuhan energi di dalam
negeri. Sayangnya, berbagai kendala
membuat pemanfaatan sumber daya EBT
berkembang secara lambat.
Energi angin telah dicoba untuk
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik
sejak dulu, namun hingga saat ini hanya
sedikit kisah sukses energi angin yang dapat
diceritakan di Indonesia. Dari data yang ada,
saat ini kapasitas terpasang dari Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB) masih
kurang dari 2 MW, dimana sebagian besar
masih dalam skala penelitian dan uji coba.
Padahal, diperkirakan Indonesia memiliki
potensi energi angin sebesar 9,3 GW.
Angka yang cukup signifikan untuk bisa
berkontribusi pada pemenuhan energi di
dalam negeri.
The high energy demand and the declining of energy
reserves in the country had turned Indonesia into a net
importer of energy in 2004. The domination of fossil
fuel in meeting the energy demand had created an
environment impacts that need to be addressed. In
2010, the CO2
emissions is about 388 million tons and
averagely increased about 7.6 % per year. The CO2
emissions in 2030 is predicted to reach 1,634 million
tons, which mainly produced by the power plant sector
(41%), followed by the energy utilization at energy
sector (28%) and transportation sector (26%).
In response to the situation, the Government of
Indonesia (GoI) encourages the development of NRE as
an alternative energy. Indonesia is known to have huge
reserves of all sorts of renewable energy resources like
solar, geothermal, biomass, biogas, hydro, wind and
ocean energy, which are ready to be developed.
Wind energy had been long time developed as a power
generation in Indonesia. However, only few success
stories that can be told. The total wind energy resources
potential in Indonesia is estimated can generate
electricity about 9.3 GW. Nevertheless, up until now,
the total installed of wind power generation is not
more than 2 MW, and most of them are still for research
purposes.
EnergiAnginWindEnergy
6
Pertama, masih terbatasnya data-data yang lengkap
dan komprehensif mengenai potensi energi angin di
Indonesia. Sebanyak 166 titik lokasi telah dilakukan
pengukuran untuk potensi energi angin, dan seb-
agian besar pengukuran tersebut dilaksanakan oleh
Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN).
Dari pengukuran tersebut, sebagian besar masih ter-
konsentrasi di Indonesia bagian timur seperti kepulauan
Nusa Tenggara dan Maluku, sehingga masih banyak
wilayah-wilayah di Indonesia yang potensi energi
anginnya belum diketahui secara pasti. Terlebih lagi,
pengukuran energi angin memakan biaya yang tidak
sedikit dan membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Kedua, lokasi pemanfaatan energi angin memiliki sifat
yang tergantung pada tempat/lokasi (site specific).
Terkadang wilayah-wilayah dengan potensi energi angin
yang besar tidak terlalu banyak penghuninya, sehingga
kebutuhan energi pun tidak terlalu besar. Hal ini mem-
buat potensi energi angin yang tersedia menjadi tidak
optimal dimanfaatkan.
Ketiga, dari segi harga pembangkitan energi, tentunya
harga energi yang dibangkitkan dengan energi angin
masih relatif tinggi dibanding energi yang dibangkitkan
dengan BBM, khususnya di Jawa dan daerah-daerah
yang telah maju. Besarnya subsidi pemerintah terhadap
BBM membuat harga energi dari sumber EBT menjadi
kurang kompetitif.
Keempat, belum adanya dukungan sumber pendanaan,
khususnya dari dalam negeri. Hal ini juga membuat
perkembangan energi angin menjadi lambat. Hal ini ter-
kait dengan adanya anggapan bahwa teknologi energi
angin memiliki resiko yang tinggi, sehingga perbankan
masih enggan untuk membiayai proyek-proyek energi
angin.
Kelima, sifat angin yang cenderung bertiup secara
fluktuatif, juga menjadi kendala tersendiri khususnya
dalam aplikasi PLTB yang terhubung dengan jaringan
listrik (grid).
Firstly, the limited availability of data and information on the
country’s wind energy potentials which until now comprises only
166 measured points; mostly concentrated in the eastern part
of Indonesia, such as Nusa Tenggara and Maluku. This leaves
other areas in the vast archipelago, which might have reason-
able potentials, unmeasured. Most of the measurements were
conducted by the National Institute of Aeronautics and Space
(LAPAN). Moreover, the development of wind data for several
sites is high cost and it takes a considerable time to establish.
Many barriers had slowed the wind power generation development in the country, such as:
Secondly, the wind energy had a “site specific” characteristic.
Sometimes, the wind energy potency is available in economi-
cally underdeveloped areas where the power/electricity need is
relatively very low. In this situation, the wind energy potency is
not optimally developed.
Thirdly, from the price perspective, the electricity price produced
by the wind power generation is still considered relatively high
compare to the electricity produced by the petroleum, especially
in Java and other big cities in Indonesia. The high subsidy for
petroleum in the country makes the NRE become uncompetitive.
The fourth barrier is the lack of financial support. The wind
energy technology is still considered to have a high risk, which
then makes the banks, especially local banks, reluctant to finance
the wind energy project.
And the fifth barrier is that the wind energy has an intermittent
characteristic. This has become a special challenge from the
technical perspective, especially for the wind power generation
grid-connected system.
Lambatnya perkembembangan pemanfaatan energi angin di Indonesia dapat disebabkan
oleh beberapa kendala, diantaranya adalah:
7Buletin WISE
In order to promote the development of wind energy in
Indonesia, the Energy Technology Center - Agency for
the Assessment and Application of Technology (B2TE-
BPPT) had developed a “Wind Hybrid Power Generation
(WHyPGen) Market Development Initiatives”. This
project is funded by The Global Environment Facility
(GEF) through to United Nations Development
Programme (UNDP), and will be implemented on 2012-
2015.
The Project, currently led by Soni Solistia Wirawan, Head
of Energy Technology Center – B2TE of BPPT – aimed
to find cost-effective and commercially viable on-grid
wind hybrid power generation systems suitable for the
Indonesian wind landscape. The project will help to
reduce GHG emissions in the power sector. The project
has set an initial target of installing a total of 9.4 MW
hybrid systems, capable of generating around 18.115
GWh/year, and it is estimated to reduce CO2
emissions
by 16,050 tons/year. 
Relevant key-stakeholders are involved in the project
implementation through the Project Board. The role
of the Project Board is to provide strategic directions
for the project in achieving the targets. Besides BPPT
and UNDP, the WHyPGen project board members are
consist of the National Development Planning Agency
of Indonesia (BAPPENAS), Directorate General of New
Renewable Energy and Energy Conservation-Ministry of
Energy and Mineral Resources, Ministry of Disadvantage
Region, Ministry of Industry, Ministry of Finance, PT.
Perusahan Listrik Negara (Persero)/PLN, and the
Indonesia Renewable Energy Society (METI).
WHyPGenProjectProyekWHyPGen
Sebagai upaya untuk mempromosikan dan
mendorong pemanfaatan EBT, khususnya
energi angin, Balai Besar Teknologi
Energi – Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (B2TE-BPPT) menjalankan sebuah
proyek “Wind Hybrid Power Generation
(WHyPGen), Market Development
Initiatives”. Proyek ini didanai secara hibah
oleh Global Environment Facility (GEF)
melalui United Nations Development
Programme (UNDP), dilaksanakan selama
tiga tahun (2012-2015).
Proyek yang saat ini dipimpin oleh Soni
Solistia Wirawan selaku National Project
Director, yang juga merupakan Kepala B2TE-
BPPT memiliki tujuan untuk mendorong
komersialisasi Pembangkit Listrik Tenaga
Hibrid (PLTH) berbasis energi angin di
Indonesia. Proyek WHyPGen diharapkan
dapat membantu penurunan emisi gas
rumah kaca di sektor pembangkitan sebesar
16.050 ton CO2
, melalui instalasi 9,4 MW
PLTH berbasis energi angin dan dapat
membangkitkan listrik sebesar 18,115 GWh.
Dalam pelaksanaannya, BPPT tidak berjalan
sendirian dan menggandeng stakeholder
terkait untuk terlibat di dalamnya melalui
wadah Project Board. Ini merupakan forum
tertinggi untuk memberikan arahan-arahan
yang sifatnya strategis terhadap imple-
mentasi dan capaian proyek WHyPGen.
Termasuk di dalam WHyPGen Project
Board adalah: Badan Perencanaan dan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS),
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan
dan Konservasi Energi-Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (DJEBTKE-ESDM),
Kementerian Pembangunan Daerah Ter-
tinggal (KPDT), Kementerian Perindustrian,
Kementerian Keuangan, PT. Perusahaan
Listrik Negara (persero) /PLN dan Masyarakat
Energi Terbarukan Indonesia (METI).
Proyek WHyPGen
WHyPGen Project
8
WHyPGenProjectActivities
WHyPGenProjectActivities
Project Assurance
UNDP
Project Management Unit (PMU)
led by
National Project Manager
Consultants (Experts)
Admin and Finance Associate
WHyPGen Project Board
Senior Beneficiaries:
BAPPENAS, MEMR,
PLN, MoI, MoF, Min of
Disadvantage Region, METI
Executive:
National Project Director -
Agency for the Assessment
and Application of
Technology (BPPT)
Supplier:
UNDP
Kegiatan Proyek WHyPGen
Untuk dapat mencapai target-target yang ditetapkan, WHyPGen memiliki 6 (enam)
komponen kegiatan yang terdiri dari:
Technology Application and Assessment
KegiatanProyekWHyPGen
KegiatanProyekWHyPGen
WHyPGen Project Activities
Through this component, the project will conduct
assessments on the existing wind power generation
and wind hybrid power generation in the country.
The assessment report will be used as reference
on the most suitable wind technology application
in Indonesia. Furthermore, the project expected to
provide knowledge about the wind energy potentials
and the WHyPGen applications by developing new wind
maps and updating those currently existing for areas
identified as having significant wind energy potentials.
Melalui komponen kegiatan ini, Proyek
WHyPGen akan melakukan kajian-kajian
terhadap teknologi-teknologi PLTB maupun
PLTH berbasis energi angin, khususnya
yang telah terpasang di tanah air, kemudian
menjadikannya referensi pembelajaran
mengenai sistem aplikasi teknologi yang
paling sesuai untuk diterapkan di Indonesia.
Masih dalam komponen kegiatan ini juga,
Proyek WHyPGen akan membuat dan atau
memperbaharui peta potensi energi angin
di Indonesia. Termasuk mengidentifikasi
lokasi ataupun daerah mana-mana saja yang
signifikan untuk dikembangkan.
9Buletin WISE
Technology Demostration
Proyek WHyPGen akan memberikan
dukungan-dukungan yang diperlukan oleh
para mitra kerja terkait, khususnya para
calon pengembang dalam membangun
proyek percontohan sistem PLTB/PLTH
di Indonesia. Proyek-proyek percontohan
yang berhasil dibangun dan beroperasi
akan dihitung kontribusinya terhadap
pengurangan emisi CO2
, dan akan
dipromosikan untuk mendorong duplikasi
Financing Initiatives
Relatif tingginya harga proyek-proyek EBT
dan masih kurangnya dukungan pembiayaan
menjadi salah satu kendala berkembangnya
teknologi EBT di Indonesia, termasuk PLTB
dan PLTH. Proyek WHyPGen akan melakukan
peningkatan kapasitas di kalangan
perbankan dan lembaga pembiayaan
nasional mengenai EBT khususnya PLTB.
Selain itu, dukungan teknis dan pembiayaan
pun akan diberikan demi mendorong
terciptanya pasar energi angin di Indonesia.
Policy and Institutional Support
Proyek WHyPGen akan memfasilitasi
perumusan kebijakan yang diperlukan dalam
mendorong terciptanya lingkungan yang
kondusif untuk berkembangnya pasar energi
angin. Kajian-kajian terhadap kebijakan yang
telah ada juga akan dilaksanakan secara
komprehensif untuk kemudian membuat
usulan kerangka kebijakan yang dibutuhkan.
WHyPGen project will support the project proponents,
especially potential project developers, in developing
wind projects in Indonesia, as the demonstration project
for WHyPGen. The CO2
emission reduction from the
successful demonstration project will be counted, and
will be promoted for replications at other sites.
The relatively high initial costs of renewable energy
projects and the lack of trust from financing institutions
hinder the adoption of new technologies such as
WHyPGen in Indonesia. The project intends to provide
technical assistance in facilitating appropriate financing
mechanisms by promoting and demonstrating the
system’s technical viability and economic feasibility to
local financial institutions. In addition, technical and
financial support will also be provided to promote the
wind energy market in Indonesia.
WHyPGen Project will facilitate the promulgation of
government policies and regulations to encourage an
enabling environment for the development of wind
energy market in the country. A thorough existing
related policy will also be conducted, for then followed
by proposing supportive policy frameworks to the
government for WHyPGen development.
10
Promotion
Proyek WHyPGen akan mendesain dan
mengimplementasikan program-program
promosi untuk lebih menyebarluaskan
informasi kepada masyarakat mengenai
potensi energi angin di Indonesia.
Termasuk keuntungan-keuntungan yang
dapat diperoleh dari sistem-sistem
pembangkitan EBT, khususnya PLTB dan
PLTH berbasis energi angin. Promosi
terutama akan ditujukan kepada pihak
pemerintah dan calon pengembang,
sehingga dapat mendorong ketertarikan
untuk berinvestasi di sektor ini.
Dan untuk mendukung pengembangan
sumber daya manusia yang berkualitas,
proyek juga melaksanakan promosi
dan peningkatan kapasitas mengenai
teknologi energi angin pada sekolah
ataupun institusi pendidikan teknis
terpilih.
Meningkatkan kapasitas teknis industri
lokal dalam membuat desain dan sistem
komponen turbin angin. Sekaligus
memiliki keterampilan dalam memasang,
mengoperasikan dan merawat sistem PLTB
ataupun PLTH berbasis energi angin.
Project will support the design and implementation
of an active promotional program to widely spread
the Indonesia wind energy potency, including the
benefits of NRE power generation, especially wind
power generation. The promotions will mainly targeting
the relevant stakeholders, especially the government
and potential project developers to encourage the
investment in the wind energy sector.
In order to provide support for qualified future
engineers, the project will also conduct capacity
building and promotion on the wind energy technology
to the selected engineering schools.
This component activity will mainly engage in building
the capacity of the local industry on designing systems,
have adequate engineering capacity, adequate skills
for installation, operation and maintenance as well as
system components manufacturing capabilities.
Local Industrial Support and Market Development
PLTH di Pandan Simo, Bantul, Yogyakarta
11Buletin WISE
Component
Activity #1:
WHyPGen
Technology
Application and
Assessment
Component
Activity #2:
WHyPGen
Technology
Demonstration
Component
Activity #3:
WHyPGen
Financing
Initiatives
Component
Activity #4: Policy
and Institutional
Support for
WHyPGen
Initiatives
Component
Activity #5:
WHyPGen
Promotion
Component
Activity #6: Local
Industrial Support
and Market
Development
9.4 MW of WHyPGen
installation to
generate 18.115
GWh electricity and
reduce 16,050 mt of
CO2
12
Menghembuskan
Energi Angin
di Indonesia
Blowing the Wind Energy
in Indonesia
By Mr. Soeripno MS, National Project Manager
of WHyPGen Project
13Buletin WISE
E
nergi angin sebagai salah satu Energi
Baru Terbarukan (EBT) merupakan
energi bersih dan tersedia secara
cuma-cuma di alam semesta. Deng-
an menggunakan Sistem Konversi Energi
Angin (SKEA), energi kinetik yang terdapat
pada angin akan dirubah menjadi energi
mekanis yang dapat dimanfaatkan sebagai
sistem pompa ataupun pembangkit listrik.
Namun untuk bisa memanfaatkan energi
angin sebagai pembangkit listrik, diperlukan
persiapan yang sangat matang dan terinci,
mulai dari pengukuran potensi energi angin
yang akurat, pemilihan titik pemasangan
turbin angin dan pemilihan teknologi yang
tepat.
Apabila dibandingkan dengan sumber
EBT lainnya, angin saat ini memiliki jumlah
penetrasi terbesar di dunia. Hal ini erat
kaitannya dengan teknologi yang cukup
sederhana dan mudah diadaptasi. Total
kapasitas terpasang dari Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu/Angin (PLTB) di seluruh dunia
adalah sebesar 282,5 GW. Berdasarkan
data dari Global Wind Energy Association
(GWEA), saat ini Cina merupakan negara
dengan pasar energi angin terbesar di dunia,
dengan total kapasitas terpasang adalah
75,3 GW atau sekitar 26,7% dari total pangsa
pasar dunia. Di nomor dua adalah Amerika
Serikat yang mengambil share sebesar 21,2%
dengan total kapasitas PLTB terpasang
sebesar 60,007 GW. Di posisi ketiga adalah
Jerman dengan total kapasitas PLTB
terpasang 31,308 GW atau sebesar 11,1%
dari pasar energi angin dunia.
BlowingtheWindEnergyinIndonesia
BlowingtheWindEnergyinIndonesiaMenghembuskanEnergiAngindiIndonesia
Wind energy as a one of renewable energy is clean
and free for all, however, its kinetic potential energy
should change to fulfill the need energy consumption
by using Wind Energy Conversion System (WECS) to
generate electricity or other mechanical energy such
for pumping system. Tor realize these, many activity
related to wind energy should be done as wind data
resources assessment, research and development (R
and D) on wind turbine technology and also introducing
and disseminating of using wind energy at several site
selection with good enough wind velocity.
Referring to the simple and adaptable of the
technology, presently the wind power generation
has the biggest capacity in world compare to other
renewables. The world total wind power generation
is about 282.5 GW. Based on the Global Wind Energy
Association (GWEA), China has the biggest wind power
generation market in the world with the total of 75.3
GW or equal with 26.7% from the total world market.
In the second place, is USA with the total wind power
generation installed capacity of 60.007 GW, which took
the share of the world total wind energy market about
21.2%. And in the third place is German with the total
capacity of wind power generation installed is 31.308
GW or equal with 11.1% of the world wind energy.
market.
14
In the South East Asia, Philippine had developed the
wind power generation since 2009; with present total
capacity installed is 33 MW. While in Thailand, the total
capacity installed of wind power generation is 7 MW.
This will soon be boosted with the plan of developing
242 MW wind farm. As the start, a 90 MW wind farm
will be developed at Nakhon Ratchasima this year. In
Thailand, sites with the best wind potential are often
located in the state-owned conservation areas, which
make the land permission become more complex.
In Vietnam, the application of on-grid wind-power
generation is targeted to reach 1GW by 2020 and 6.2
GW by 2030. Studies have estimated that Vietnam has
good wind energy potency. The study conducted by the
World Bank showed that Vietnam’s wind energy potency
is about 521GW. While the study conducted by the
Electricity of Vietnam Group/EVN stated that Vietnam
has the potency of wind energy about 1,785GW.
The implementation of wind energy technology in
Indonesia is still low. The total wind power generation
installed in Indonesia is less than 2 MW of a non-
commercial scale. The implementation of isolated
wind energy systems typically in remote area/location
or islands, and they are frequently installed as part of
development or research project. Several area along
the shore of northern and southern part of Java Island,
eastern part of Madura island, southern and northern
part of Sulawesi Island, and some part of Nusa Tenggara
islands, have applied wind turbine for generating
Sementara di Asia Tenggara, sejak tahun
2009 Filipina telah memanfaatkan energi
angin sebagai salah satu pembangkit listrik
di negaranya dengan total kapasitas 33 MW.
Sementara di Thailand, saat ini terdapat
PLTB dengan total kapasitas terpasang sebe-
sar 7 MW. Namun pemanfaatan energi angin
di Thailand akan segera di dorong dengan
rencana pembangunan sebesar 242 MW
ladang angin (wind farm), dimana sebesar 90
MW ladang angin akan dibangun tahun ini
di Nakhon Ratchasima. Salah satu kendala
yang dihadapi perkembangan energi angin
di Thailand adalah kebanyakan ladang angin
menempati area-area konservasi milik ne-
gara, sehingga proses perizinannya menjadi
cukup kompleks.
Di Vietnam, PLTB dengan aplikasi on-grid
ditargetkan akan mencapai total kapasitas
1 GW pada tahun 2020 dan 6,2 GW pada
tahun 2030. Negara ini memang memiliki
sumber energi angin yang cukup potensial,
berdasarkan kajian sumber energi angin
yang dilaksanakan oleh Bank Dunia, total
kapasitas potensi energi angin yang ada di
Vietnam adalah sebesar 521 GW, sementara
hasil kajian dari Electricity of Vietnam Group
(EVN) menyatakan potensinya sebesar 1.785
GW.
Cerita Indonesia sendiri, pemanfaatan energi
angin dapat dibilang cukup lamban. Hingga
saat ini, total kapasitas terpasang masih
kurang dari 2 MW, dan belum ada yang
diimplementasikan dalam skala komersial.
Kebanyakan adalah instalasi-instalasi pada
skala penelitian yang ditempatkan di daerah-
daerah terisolir ataupun terpencil dan belum
ada sumber energi listrik lainnya. Beberapa
diantaranya terdapat di bagian utara dan
selatan Pulau Jawa, bagian barat Pulau
Madura, bagian utara dan selatan Pulau
Sulawesi, dan sebagian di kepulauan Nusa
Tenggara. Biasanya aplikasi yang diterapkan
15Buletin WISE
PengukuranAngindiIndonesia
adalah sistem hibrid, namun jumlah dan
kualitasnya masih perlu ditingkatkan.
Kapasitas turbin angin terbesar yang
terpasang di Indonesia saat ini adalah
sebesar 100 kW, yang dipasang oleh
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) di Sukabumi, Jawa Barat dan
Selayar, Sulawesi Selatan. Sementara untuk
total kapasitas terpasang terbesar adalah
sebesar 735 kW yang terdapat di Nusa
Penida, Bali yang merupakan kerjasama
antara Pemda Klungkung, Bali, Kementerian
ESDM dan PT. PLN (Persero). Aplikasi
ini terpasang secara terhubung dengan
jaringan listrik PLN.
WindMeasurementinIndonesiaPengukuranAngindiIndonesia
Pengukuran Angin di
Indonesia
Wind Measurement in Indonesia
I
su paling krusial dalam pemanfaatan
teknologi PLTB adalah pengukuran. Tanpa
adanya metode pengukuran yang tepat,
maka data energi angin yang diperoleh
pun menjadi tidak valid. Ini akan berdampak
pada pemilihan teknologi yang akan diguna-
kan untuk membangkitkan energi listrik.
Kegiatan pengukuran angin di Indonesia
telah dilaksanakan sejak 15 tahun yang lalu,
dan kebanyakan dilaksanakan oleh Lembaga
Antariksa dan Penerbangan Nasional
(LAPAN). Selain itu, ada juga pengukuran
yang dilaksanakan oleh Badan Meterologi
dan Geofisika (BMG), maupun oleh
konsultan-konsultan asing seperti Winrock
International Amerika Serikat, Wind Guard
Jerman (bekerja sama dengan pemerintah
daerah), Soluziona (bekerja sama dengan
Kementerian ESDM), Nip-SA – Spanyol dan
lainnya. Dari hasil data yang terkumpul,
sebanyak 166 titik lokasi di Indonesia telah
dilakukan pengukuran, dan 35 diantaranya
merupakan lokasi dengan potensi energi
angin yang cukup bagus untuk dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik, yaitu dengan
kecepatan angin rata-rata di atas 6 m/s.
Dan sebanyak 34 lokasi memiliki kecepatan
angin rata-rata antara 4 – 5 m/s yang juga
masih cukup potensial untuk dikembangkan
sebagai PLTB.
The biggest capacity of wind turbine unit installed in
Indonesia at the moment is 100kW, which installed by
the Ministry of Energy and Mineral Resources (MEMR)
at Sukabumi-West Java and Selayar-South Sulawesi.
However, up to present, the largest wind power
generation facility is installed at Nusa Penida-Bali, with
the total capacity of 735 kW. This on-grid wind power
generation facility is a collaboration between the local
government of Klungkung, Bali, MEMR and PT. PLN
(Persero).the moment is 100kW, which installed by
the Ministry of Energy and Mineral Resources (MEMR)
at Sukabumi-West Java and Selayar-South Sulawesi.
However, up to present, the larget wind power
generation facility is installed at Nusa Penida-Bali, for
the total capacity of 735kW. This on-grid wind power
generation facility is collaboration between the local
government of Klungkung, Bali, MEMR and PT. PLN
(Persero).
15Buletin WISE
16
One of the most important issue in developing wind
energy is the measurement. An exact measurement
methode had to be conducted in order to have a valid
data on wind energy, especially for the wind speed. This
is a very crucial for the technology selection that will be
used to generate the electricity.
The measurement of wind energy in Indonesia had
been conducted more than 15 years ago. Most of it was
conducted by the National Institute of Aeronautics and
Space (LAPAN). Others are conducted by the National
Meteorological Agency (BMG), and consultant from
Winrock International - USA, Wind Guard – Germany
(in collaboration with local government), Soluziona (in
collaboration with MEMR), NipSA_Spain and other
relevant institution at several areas in Indonesia.
Resources
potential
Wind Speed at
50 m , (m/s)
Wind Power
dencity, at 50
m , (W/m2)
Number of
sites
Provinces
Marginal 3.0 – 4.0 <75 84
Maluku, Papua,
Sumba, Mentawai,
Bengkulu, Jambi,
East and West
Nusa Tenggara,
South and North
Sulawesi North
Sumatera, Central
Java, Maluku,
DIY, Lampung,
Kalimantan
Fair 4.0 – 5.0 75 - 150 34
Central and East
Java, DIY, Bali,
Bengkulu, East
and West Nusa
Tenggara, South
and North Sulawesi
good > 5.0 > 150 35
Banten, DKI,
Central and West
Java, DIY, East
and West Nusa
Tenggara, South
and North Sulawesi,
Maluku
Indonesia wind data summary
Based on the data collected, about 166 sites in Indo-
nesia had been measured for the wind energy potency.
And the result showed that 35 sites have good potential
wind energy, with the average of annual wind speed is
above 6 m/s. In addition, about 34 sites also have suff-
icient wind energy to be developed, with the average of
annual wind speed is ranging between 4 – 5 m/s
Source : LAPAN Wind Data
17Buletin WISE
WindResourcesAssessment(WRA)
WindResourcesAssessment(WRA)KajianPotensiAngin(WRA)
Wind Resources Assessment (WRA)
Kajian Potensi Angin (WRA)
Wind Resources Assessment (WRA) is performed in
order to predict the wind energy potency in a region.
It requirs the wind climate secondary data for meso-
scale and primary data for the micro-scale. WHyPGen
project had conducted WRA in 11 sites, using both data
from the satellite and field visit survey. The WRA are
located in 7 provinces, and the total area assessed is
around 9,936.53 km2 area. By using a 55 m diameter of
wind turbine (or about 750 kW capacity), the simulation
resulted that the wind energy in these locations can
generate electricity about 2.745 GW or about 55.184
GWh/year.
The data satellite from 3TIER shows that wind energy
resources are available in the south coast of Java Island,
eastern part of Indonesia (NTT, Maluku) and south
part of Sulawesi Island. Nevertheless, some part of
Sumatera, Kalimantan and Papua, especially the islands,
also had resources for wind energy which can be utilized
to generate electricity.
From the assessments, some locations had been
identified to have a good potency to be developed
as a commercial grid-connected wind farm. The site
selection and capacity generated will not only depend
on the average wind speed, but also the area wide.
K
ajian Potensi Angin (Wind Resources
Assessment/WRA) dilakukan untuk
memprediksikan potensi energi
angin di suatu daerah. Data yang
diperlukan untuk melaksanakan WRA mini-
mal berupa data-data yang diperoleh dari
satelit. Proyek WHyPGen hingga saat ini
telah melaksanakan WRA di 11 lokasi yang
telah teridentifikasi sebelumnya memiliki
energi angin yang potensial. WRA dilaksana-
kan baik menggunakan data satelit maupun
survey langsung ke lokasi. Kesebelas lokasi
tersebut tersebar di 7 propinsi dengan total
luas area yang telah dikaji adalah sebesar
9.936,53 km², dengan menggunakan turbin
angin berdiameter 55 m atau memiliki
kapasitas sekitar 750 kW sebagai simulasi.
Dari hasil sebesar WRA tersebut diperoleh
perkiraan bahwa listrik yang dapat dibang-
kitkan adalah sekitar 2,745 GW atau sekitar
55,184 GWh per tahun.
Berdasarkan data-data satelit yang diper-
oleh melalui 3TIER, terlihat bahwa potensi
energi angin terdapat di pantai selatan
Pulau Jawa, Bagian Timur Indonesia (NTT
dan Maluku) serta bagian utara dari Pulau
Sulawesi. Tampak juga adanya lokasi-lokasi
dengan potensi angin yang perlu dikaji
lebih mendalam di beberapa bagian Pulau
Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Dari hasil kajian yang telah dilaksanakan di
beberapa lokasi tesebut, beberapa lokasi
telah teridentifikasi memiliki potensi yang
cukup bagus untuk dikembangkan sebagai
wind farm skala komersial dan terhubung
dengan jaringan listrik PLN. Penentuan
sebuah titik lokasi angin dan besarnya
kapasitas yang dapat dibangkitkan bisa
berdasarkan kecepatan angin dan luas area
atau lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai
wind farm di lokasi tersebut.
source: 3tier
18
Site of Wind Resources Assessment Summary
1 Lebak - Banten 100
2 Sukabumi – West Java 100
3 Garut – West Java 150*)
4 Purworejo – Central Java 67.5
5 Bantul - DIY 50
6 GunungKidul - DIY 15
7 Sirdap – South Sulawesi 100
8 Jeneponto – South Sulawesi 180*)
9 TTS – East Nusa Tenggara 15
10 East Sumba - NTT 15*)
11 Selayar – South Sulawesi 10
12 Others >500
No Potential Site Capacity Install (MW)
Summary of Wind Farm Potential Sites
*) based on data satellite
Site
Vave
m/s
Weibul Parameter Wind Power
Density
W/m2
Calculation
Height
(m)
Calculation
Resolution
(m)
C(m/s) k
Baron DIY 6.13 6.29 2.24 245 50 150
Lebak - Banten 5.58 6.3 2.06 198 50 150
Nusa Penida - Bali 2.73 3.1 1.66 30 20 130
Oelbubuk NTT 6.1 6.9 1.6 301 30 160
Bantul DIY 4 4.7 1.87 91 50 130
Sukabumi West Java 6.27 7.1 2.08 272 50 180
Purworejo Central Java 5.16 5.7 1.5 231 60 150
Garut West Java 6.57 7.4 2.89 268 50 100
Sidrap South Sulawesi 6.43 7.3 2.05 320 50 100
Jeneponto South Sulawesi 7.96 9.0 2.51 491 50 100
Selayar South Sulawesi 4.6 5.2 1.83 143 24 100
19Buletin WISE
WhyWindHybridPowerGeneration?MengapaHibrid?
Why Wind Hybrid Power Generation?
Mengapa Hibrid?
I
ndonesia yang merupakan negara ke-
pulauan besar, terdiri dari 17.000 pulau
dan hingga saat ini terdapat sekitar 5.700
pulau yang berpenghuni. Karakteristik
dari pulau-pulau kecil biasanya memiliki
keterbatasan sumber air bersih dan suplai
listrik. Untuk membangun sumber air bersih
dan jaringan listrik diperlukan biaya yang
relatif tinggi. Belum lagi hambatan kesulitan
untuk pengoperasian dan perawatannya.
Biasanya, pemanfaatan BBM akan menjadi
solusi termudah untuk bisa menerangi
daerah-daerah tersebut. Namun dengan
semakin menipisnya cadangan minyak bumi,
dan semakin gencarnya program penurunan
emisi, maka sudah saatnya untuk melihat
sumber-sumber energi alternatif Energi Baru
Terbarukan (EBT) yang tersedia di suatu
tempat secara lokal.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan di
daerah-daerah yang terpencil atau terisolir
dalam memanfaatkan EBT adalah dengan
menggunakan sistem hibrid. Yakni dengan
menggabungkan beberapa sumber energi
sebagai pembangkit listrik.
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan
energi angin, sistem hibrid dapat dipilih
untuk mengatasi karakteristik angin yang
berubah-ubah dan tidak bertiup sepanjang
hari. Dalam aplikasi sistem hibrid tersebut,
energi angin dapat dikombinasikan dengan
sumber-sumber energi lainnya seperti
surya, hidro, biomass atau bahkan diesel
genset sebagai cadangan. Sistem hibrid ini
sangat tepat untuk digunakan pada lokasi-
lokasi yang belum tersedia jaringan listrik
PLN (off-grid), karena dapat meningkatkan
kehandalan sistem secara komplementer
sehingga dapat beroperasi memenuhi
kebutuhan secara kontinyu.
Indonesia has a large archipelago, which consist of
more than 17,000 islands and around 5,700 islands only
inhabited. Mostly the characteristics of small island
is limited for freshwater and electricity supply. The
installation cost for freshwater and electricity connection
are relatively high. Moreover, there are also barriers in
the operation and maintenance activities. The fossil fuel,
especially petroleum, will become the simpler solution
to electrify the area. However, taking into account
the limited availability of the fossil fuel, and also the
government programme in reducing green house gases
emmision, it is time for us to search and develop the
New Renewable Energy (NRE) that available locally in
the location.
For remote places, a hybrid system power generation
can be implemented by combining two or more NRE
sources as power generation. Wind energy is very much
fluctuates. In some season the wind can blow very hard
while in the other it can barely blowing. To overcome
this fluctuating characteristic of wind energy, a hybrid
system can be applied, especially for the off-grid
application.
Wind power generation can be combined with other
power generation such as solar module (pv) or even
diesel engine. The main function of generating sets is to
take over the supply of electricity during the low of wind
speed. The hybrid systems can complementary increase
the reliability of the system to work continuously.
PV Wind
Baterai
PLTD
Inverter
Dua Arah
AC BUS
Beban
20
Skema PLTH PV-WIND-DIESEL
(off-grid)
Contoh penggunaan baterai di teknologi
pembangkit listrik tenaga hibrid.
21Buletin WISE
22
Wawancara dengan Kepala BPPT
Dr. Ir. Marzan A. Iskandar:
Interview with the Chairman of BPPT,
Dr. Ir. Marzan A. Iskandar
Dalam perbincangan WISE dengan Kepala
BPPT Dr. Ir. Marzan A. Iskandar, terungkap
banyak hal mulai target, tantangan di energi
terbarukan termasuk optimisme beliau.
Simak wawancara lengkapnya.
Melihat perkembangan kebutuhan dan ketersediaan energi saat ini di negara kita,
sejauh apa perkembangan dan peran Energi Terbarukan (ET)?
Semakin disadari bahwa belakangan ini
peran ET semakin tinggi. Dan hal ini telah
dinyatakan dalam Peraturan Presiden
(Perpres) No. 5 Tahun 2006 bahwa ET di-
harapkan mampu berperan minimum 17%
dalam pemenuhan konsumsi energi nasional
di tahun 2025, sehingga telah diakui secara
politik bahwa Indonesia memerlukan
tambahan dari peran ET. Tinggal selanjutnya
adalah bagaimana kita bisa merealisasikan
itu.
Potensi ET Indonesia sangat banyak,
biomasa, panas bumi, surya dan tenaga
angin. Kalau kita kombinasikan dengan
menggunakan teknologi smart grid yang
juga sudah mulai dibuat prototype-nya, ini
akan memungkinkan Indonesia menjadi
salah satu negara yang bisa memanfaatkan
ET secara optimal. Saya optimis kita bisa
The interview with Chairman of BPPT, Dr. Ir. Marzan
A. Iskandar the revealed many things on the targets,
challenges and his confident on the renewable energy.
Check out the full interview:
Looking in to the energy supply and demand in our country, how is the development and role of the
Renewable Energy (RE)?
Lately, it is acknowledged that the role of RE is
increased. This had been stated on the President
Decree No. 5, 2006 that RE is expected can meet 17%
of the national energy consumption in 2025. Thus, the
need of RE role had been politically recognized. Next, is
how are we going to realize it.
Indonesia has so many RE resources, such as biomass,
geothermal, solar and wind power. If all of this
resources are combined in a ‘smart grid’ technology,
which we already developed the prototype’, this will
lead Indonesia to become one of the countries that
can optimally develop the RE. I’m optimistic on this.
Indeed, bigger efforts are required to accelerate the RE
development.
melakukan itu, hanya memang masih
diperlukan upaya-upaya yang lebih besar
dari apa yang sudah kita lakukan sekarang
ini, agar pemanfaatan ET dapat tumbuh
dengan cepat.
Dr.Ir.MarzanA.IskandarWawancaradenganKepalaBPPT
Dr.Ir.MarzanA.Iskandar
InterviewwiththeChairmanofBPPT,
Dr.Ir.MarzanA.Iskandar
23Buletin WISE
Apakah kendala terbesar dalam perkembangan ET di tanah air ?
Kendala terbesarnya adalah kita memberikan
subsidi terlalu besar pada BBM (Bahan
Bakar Minyak). Seharusnya kita mengurangi
secara bertahap sampai tidak ada subsidi
untuk BBM, sehingga kita bisa mulai fokus
untuk memberikan insentif-insentif terhadap
pemanfaatan ET. Itu yang paling mendasar.
Subsidi BBM, membuat semua ET tidak
kompetitif. Jadi memang harus ada
upaya dimana harga BBM secara per-
lahan dinaikkan hingga mencapai nilai
keekonomian, dan kita mulai berpindah
untuk mengalokasikan anggaran pada upaya
mendorong pengembangan teknologi dan
industri ET.
The biggest problem is the high subsidy for oil fuel. We
should gradually reduce the subsidy, then we can start
to focus in providing incentives for RE development.
That’s the most fundamental.
The oil fuel subsidy makes the RE uncompetitive. More
efforts must be directed on this issue. The oil fuel price
must be gradually increased until reach the economic
value. Hence, we can start to allocate budget for the
development of RE technology and industry.
What is the biggest problem in developing the RE in Indonesia?
“Saya Optimis Energi Terbarukan
Optimal di Indonesia”
“I’m optimistic that renewable energy
will be optimal in Indonesia”
24
Kalau kita bicara secara khusus mengenai energi angin, bagaimana pandangan
Bapak terhadap energi angin ini?
What I got in my mind was that the wind energy in
Indonesia is not quiet potential. But it turns out that
the latest information stated that in certain areas
in Indonesia has potential wind energy such as in
Sukabumi which can generate electricity up to 100 MW.
In addition, good wind energy potency can also be
found in Lebak, Banten, and probably in other locations
in the country, which means that these locations can be
developed for wind power generation.
Indeed, the wind power generation must be placed
in windy areas where only be habited by a small
population. It means that this power generation will be
located far away from the habitation, thus it will only
be economically feasible if implemented in a larger
capacity.
Jika bicara mengenai teknologi ET, apakah kita sudah siap?
Kita itu siap, tapi selalu terhenti pada
prototype, dan tidak bisa masuk ke skala
industri atau skala produksi massal, karena
tidak ekonomis. Tentunya membutuhkan
insentif. Kalau semuanya dihitung dengan
cermat, dan semua insentif kita masukkan,
mestinya ET akan tumbuh. Saat ini
semua masih menunggu pada barriers di
skala keekonomian. Semua menunggu
hingga harganya ‘pas’. Selama tidak ada
terobosan, maka lama-lama gagasan,
teknologi, dan prototype tersebut menjadi
tidak relevan lagi dan menjadi tertinggal.
Sementara negara lain sudah maju ke
yang lebih tinggi, tapi kita masih saja
di skala prototype. Untuk itu, harus ada
terobosannya.
Yes, we are ready. However, it is always stopped at the
prototype, and failed to reach the industrial or mass
production scale, as it is not economical. Incentives
are required, indeed. Now, we are all still waiting on
the economic barriers, such as biodiesel manufacture,
wind power generation designs, geothermal.
Everybody is waiting until the price is “fit”. Without
breakthroughs, the ideas, technologies and prototypes
will then become irrelevant and left behind. While
other countries has progressive movement on RE, we
will only stay in the prototype scale. Thus, we need a
breakthrough.
Talking about the RE technology, are we ready yet?
What is your opinion on wind energy chances in Indonesia?
Apa yang ada dalam bayangan saya,
Indonesia tidak begitu besar potensi energi
anginnya. Tapi ternyata informasi terakhir
di wilayah ataupun di lokasi-lokasi tertentu
di Indonesia memiliki potensi energi angin
cukup baik, seperti lokasi di Sukabumi,
mencapai 100 MW, selain itu terdapat
juga potensi angin di Lebak, Banten, dan
mungkin juga daerah lain. Artinya ada
di lokasi-lokasi tertentu yang kecepatan
anginnya memang bagus dan layak
dimanfaatkan.
Memang Pembangkit Listrik Tenaga
Angin/Bayu (PLTB) harus ditempatkan di
lokasi yang banyak anginnya. Namun jika
anginnya banyak biasanya penduduknya
25Buletin WISE
Seperti apakah peranan BPPT terhadap perkembangan ET, khususnya energi
angin? Dan seperti apa harapan ke depannya?
How is BPPT’s role in the RE development, especially for wind energy? And what is the next expectation?
sedikit. Artinya, pembangkit ini akan
berlokasi jauh dari pemukiman sehingga
baru akan ekonomis jika kapasitas yang
dibangkitkannya besar.
Itupun juga harus dilengkapi dengan
skema insentif. ET masih harus dibantu
dari segi pembiayaannya supaya bisa
berkembang, karena jika tidak maka akan
sulit berkembang. Jika skema FIT dianggap
cocok, saya kira perlu segera diterapkan,
karena banyak negara lain juga yang cocok,
seperti contohnya Jerman.
It also must be provided with incentive schemes.
Financing supported is needed to develop the RE,
because otherwise it will be difficult. If the Feed in Tariff
scheme is suitable, thus it should be implemented. Many
other countries have already implemented it, such as
Germany.
For the energy sector, BPPT is designed to develop and
promote the utilization of RE or clean energy. Therefore,
there are no such activities in BPPT that involving oil
fuel or other fossil fuels. Most of them are RE and
clean energy such as biofuel (bioethanol, biodiesel),
solar power generation, ocean currents, and we’ve
also conducted the ocean thermal energy conversion
(OTEC).
BPPT has been using the term of “energy plantation”
since 1983/1984, so BPPT is no longer doubt that
Indonesia had to switch to RE. This vision has never
change. However, based on the past experiences, the
efforts to develop pilot plant and prototype of the
technologies are seems “stuck” and facing so many
barriers. Nevertheless, we are still optimistic. Hopefully,
Indonesia will increase the RE development, and we can
be sure that the energy will sustain and we will not face
shortage in energy. BPPT will focus in supporting the RE
development and energy efficiency.
Di Bidang Energi, sebetulnya BPPT didesain
untuk mengembangkan atau mempromo-
sikan pemanfaatan ET atau lebih akuratnya
energi bersih. Oleh karena itu dari dulu, di
BPPT tidak ada kegiatan pemanfaatan BBM,
ataupun energi fosil lainnya. Semuanya
energi terbarukan, energi bersih seperti
biofuel (bioethanol, biodiesel), pembangkit
listrik tenaga surya (PLTS) kemudian arus laut,
dan dulu kita pernah juga melakukan ocean
thermal energy conversion (OTEC).
Dari tahun 1984/1983 BPPT telah
mengunakan istilah perkebunan energi.
Jadi memang sudah tidak ada lagi
keraguan bahwa Indonesia harus beralih
ke pemanfaatan ET. Visi ini sudah dari dulu
dan tidak berubah sampai sekarang. Namun
berdasarkan pengalaman-pengalaman
selama ini, apa yang menjadi upaya dalam
mengembangkan pilot plant, dan prototype
dari teknologi-teknologi ini semuanya
‘mandek’. Masih banyak kendala. Meski
masih banyak yang harus diperbaiki, kita
masih optimis.
26
In term of wind energy, BPPT has a wind power
generation in Baron, Gunung Kidul, and also at other
locations in east Nusa Tenggara. We are currently lack
of a comprehensive data/map on wind energy, while
in order to develop it we need accurate information.
I’m sure that the technology could be develop rapidly.
We are now still developing the small scale, up to 10
kW. However for bigger scale still have to be further
assessed and developed.
Hopefully WHyPGen can show the relevant
stakeholders in understanding the need of incentives,
tax free, subsidy, and others support for wind energy
development. WHyPGen also need to show the wind
energy potency in Indonesia, the choices of application
such as stand-alone or grid connected, and its
benefits. Therefore, the wind power generation can be
developed.
Mudah-mudahan semakin ke depan,
Indonesia semakin banyak menggunakan ET,
sehingga kita bisa yakin, energi di Indonesia
akan sustain dan tidak mengalami shortage.
BPPT akan fokus untuk mendukung
pengembangan dan pemanfaatan teknologi
ET dan efisiensi energi.
Terkait energi angin, BPPT memiliki unit
PLTB di Baron, Gunung Kidul. Dulu juga
ada beberapa tempat di Nusa Tenggara
Timur. Di perlukan adanya informasi
yang akurat dan komprehensif mengenai
potensi angin. Sementara ini kita belum
memiliki peta potensi angin yang lengkap.
Untuk teknologinya saya yakin bisa cepat
berkembang. Sekarang memang kita masih
mengembangkan skala kecil, saya kira
sampai dengan 10 kW. Tapi untuk yang lebih
besar tentu saja masih harus dikembangkan
lebih lanjut.
Mudah-mudahan WHyPGen bisa mengajak
para stakeholder untuk memahami me-
ngenai pemberian insentive, pembebasan
biaya masuk, subsidi atau yang lainnya.
WHyPGen juga dapat menunjukkan potensi
angin yang ada di Indonesia, serta pilihan
aplikasinya yang berupa stand-alone atau
terkoneksi dengan sistem yang lain pada
satu grid, sekaligus juga keuntungannya.
Dengan demikian, ET, khususnya energi
angin dapat berjalan di Indonesia.
27Buletin WISE
Pimpinan dan staf B2TE-BPPT, UNDP dan WHyPGen mengucapkan
Baron Techno Park-BPPT, Gunung Kidul, Yogyakarta
27
28
Diskusi dan Kunjungan Dirjen
EBTKE ke Baron Techno Park
VisitandDiscussion
VisitandDiscussion
Visit to Baron Techno Park and Discussion with
the Director General of DGNREEC
G
una mendorong pengembangan
dan pemanfaatan energi baru
terbarukan (EBT), khususnya
energi angin, Proyek WHyPGen
menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi
(executive meeting). Pertemuan ini dihadiri
oleh Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi
Informasi Energi dan Material (TIEM), Unggul
Priyanto dan Direktur Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE)
Kementerian ESDM, Rida Mulyana.
Acara yang diselenggarakan pada tanggal
24 Juli 2013 di Yogyakarta membahas isu-
isu strategis terkait pengembangan dan
pemanfaatan energi angin dan konservasi
energi, khususnya teknologi kogenerasi, dan
juga rencana pengembangan Baron Techno
Park. Diskusi kemudian dilanjutkan dengan
kunjungan lapangan ke Baron Techno Park
yang terletak di Pantai Baron, Gunung Kidul,
Yogyakarta.
Segera beralih ke sumber-sumber EBT
merupakan hal yang ditekankan oleh Deputi
TIEM – BPPT Unggul Priyanto dalam pidato
pembukaannya. Ini terkait dengan status
Indonesia yang sudah mulai beralih dari
negara pengekspor energi menjadi negara
pengimpor energi. Ini diperkirakan akan
terjadi pada tahun 2027. Oleh karena itu,
pengembangan energi dari sumber EBT dan
penerapan program konservasi energi perlu
segera ditingkatkan. Selain lebih ramah
lingkungan, kesegeraan ini juga didorong
dengan adanya sumber daya EBT yang
cukup menjanjikan di Indonesia, sehingga
perlu dimanfaatkan secara optimal.
Dalam sambutannya Dirjen EBTKE Rida
Mulyana menyatakan bahwa pertemuan ini
sebagai pertemuan yang istimewa, karena
dihadiri oleh para pejabat kementerian dan
institusi terkait, seperti Staf Ahli Menteri
Lingkungan Global Kementerian Lingkungan
Hidup, Selaku Global Environment Facility
(GEF) focal point, Dana A. Kartakusuma.
Lalu Head of Environment Unit – UNDP
Indonesia, Budhi Sayoko, Direktur Aneka
Energi Baru dan Terbarukan – DJEBTKE,
Alihuddin Sitompul, Direktur Konservasi
Energi – DJEBTKE, Maritje Hutapea, Kepala
Balai Besar Teknologi Energi – BPPT yang
juga merupakan National Project Director
(NPD) dari WHyPGen Project, Soni S
Wirawan, Direktur Pusat Teknologi Konversi
dan Konservasi Energi – BPPT, MAM
Oktaufik serta perwakilan dari Dinas ESDM
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta – Edi.
Kehadiran para pejabat DJEBTKE
dinyatakan juga sebagai suatu bentuk
keseriusan dalam mendorong EBT di
Indonesia. “Sengaja saya mengajak
para direktur kami ini, karena saya ingin
menunjukkan bahwa tanpa bicara pun kami
serius” ujar Dirjen EBTKE Rida Mulyana.
“Serius tidak hanya di meja rapat, tapi kerja
di lapangan agar dapat terasakan oleh
rakyat langsung”, sambungnya.
Hal tersebut terkait erat dengan isu
ketahanan energi yang sudah menjadi
suatu keharusan, energi listrik telah menjadi
bagian dari kebutuhan pokok. Lebih lanjut
ia menambahkan bahwa untuk dapat
mengelola energi dengan lebih baik maka
diperlukan keterlibatan dan kerjasama dari
DiskusidanKunjungan
DiskusidanKunjungan
29Buletin WISE
semua pihak. Untuk itu, diharapkan agar
pertemuan seperti ini dapat dilaksanakan
secara rutin, sehingga kegiatan-kegiatan
yang ada di masing-masing lembaga dapat
disejalankan dan sinergi, khususnya EBT
dapat dikelola secara lebih baik lagi.
Beberapa hal penting yang diutarakan oleh
NPD WHyPGen Soni S Wirawan dalam
pemaparannya adalah dukungan yang akan
diberikan WHyPGen terhadap Pembangkit
Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) angin dan
matahari di Nusa Penida, Bali, hitungan
dan usulan kebijakan harga jual listrik dari
energi angin dalam bentuk skema Feed
in Tariff (FiT), teknologi kogenerasi serta
pengembangan kawasan Baron Techno Park.
FiT yang diusulkan WHyPGen adalah Rp.
1.750 per kWh, dengan IRR sebesar 14% dan
interest rate sebesar 10%. Usulan ini dibuat
berdasarkan hasil diskusi dan simulasi yang
telah dilaksanakan WHyPGen dengan para
calon pengembang dan perbankan. Usulan
ini akan ditindaklanjuti dengan pembuatan
alternatif hitungan dengan menggunakan
interest rate yang lebih rendah, yaitu 6-7 %
dan patokan IRR sebesar 14%, sekaligus juga
alternatif skema FiT dengan model staging
untuk kelas kapasitas pembangkitan PLTB.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan
kunjungan ke Baron Techno Park. Terdapat
PLTH yang terdiri dari tenaga bayu yang
dikombinasikan dengan tenaga matahari
dan genset berbahan bakar nabati.
Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
(PLTB) adalah sebesar 15 kW, dan kapasitas
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
sebesar 36 kWp. Energi yang dihasilkan
dari sistem hibrida ini dimanfaatkan masih
sebatas untuk memenuhi kebutuhan listrik
dari ruang kontrol.
Rencananya akan dikembangkan
pemanfaatannya untuk mensuplai kebutuhan
listrik kawasan Baron Techno Park sesuai
dengan peruntukannya. Koordinasi dengan
Pemda Gunung Kidul, DIY pun telah
dilaksanakan untuk mengembangkan Baron
Techno Park sebagai tempat kunjungan
wisata berbasis “edutainment”, sehingga
manfaatnya dapat dirasakan oleh semua
pihak. Rangkaian acara ini pun ditutup
dengan acara buka puasa bersama.
from left: Budhi Sayoko-Head of Environment Unit UNDP Indonesia, Rida Mulyana-Director Genetal of DGNREEC MEMR,
Unggul Priyanto-Deputy for TIEM BPPT, and Soni S Wirawan NPD of WHyPGen Project
30
To promote the development of New Renewable
Energy (NRE), especially the wind energy, WHyPGen
project had conducted an executive meeting which was
attended by the Deputy for Information Energy and
Material Technology (TIEM) – BPPT, Unggul Priyanto and
the Director General of New Renewable Energy and En-
ergy Conservation (DGNREEC) – MEMR, Rida Mulyana.
The meeting took place in Yogyakarta on the last 24
July 2013. The main agenda was to discuss strategic
issues on the wind energy development in Indonesia,
the cogeneration technology for energy conservation
program, and Baron Techno Park development plan.
After the meeting, a field visit was conducted to Baron
Techno Park at Baron beach, Gunung Kidul, Yogyakarta.
In his opening speech, Deputy for TIEM-BPPT, Unggul
Priyanto was stressed the necessity of transferring to
NRE sources immediately. It is predicted that Indonesia
will become a net energy importer on 2027. Hence, the
NRE development and implementation of energy con-
servation programs need to be accelerated. Indonesia
has promising resources of NRE which can be optimized
for energy demand in the country. Moreover, NRE is
more environmental friendly compare to fossil fuel.
The Director General of DGNREEC stated that it was a
special meeting which attended by Rida Mulyana the
functionary from the related departments or institutions,
such as Ministry of Environment (GEF Focal Point) -
Dana A. Kertakusuma, Head of Environment Unit, UNDP
Indonesia – Budhi Sayoko, Director for VariousNew and
Renewable Energy, DGNREEC – Alihuddin Sitompul,
Director for Energy Conservation – DGNREEC – Maritje
Hutapea, Head of Energy Technology Center, BPPT
(National Project Director/NPD of WHyPGen) – Soni S
Wirawan, Director for Energy Conversion and Conser-
vation, BPPT – MAM Oktaufik, and the representative
from the energy and mineral resources department of
Yogyakarta – Edi.
The presence of DGNREEC functionaries are also can
be seen as seriousness in promoting the NRE in Indo-
nesia. “I did purposely took my directors to show that
we are serious in developing the new renewable energy,
not only in the meeting table but also in field, thus the
impact can directly be perceived by the people” said
the Director General of DGNREEC.
Furthermore, he added that the electricity had become
one of the basics needs; and energy security is a must.
Involvement from all the parties is required to have a
better energy management in the country. Thus it is
expected that the kind of meeting can be held regularly
and all the activities related to the NRE development in
each of the institutions can be in-lined and synergies.
In this meeting, the WHyPGen NPD, Soni S Wirawan
explained the WHyPGen project support on the existing
wind hybrid power generation at Nusa Penida, Bali,
the calculation and proposed policy for electricity price
generated by the wind power (feed in tariff scheme/FiT),
cogeneration technology and the development plan for
Baron Techno Park.
The Project proposed the wind energy FiT for IDR 1,750
per kWh, with IRR of 14% and the interest rate of 10%.
The proposal was based on the simulation and discus-
sion with the project developers and banks. At the end
of the FiT discussion, the project is requested to make
an alternative calculation with a lower interest rate rang-
ing from 6-7%, and IRR of 14%. Moreover, a proposal for
FiT with “staging” formula on the wind power genera-
tion capacity was also requested.
The meeting then continued with a field visit to Baron
Techno Park. In this location there is a hybrid power
generation consist of wind, solar and biofuels. The total
capacity installed of wind power generation is 15 kW
and the solar power generation is 36 kWp. The electric-
ity produced by the hybrid system is utilized to support
the electricity in control room. Next, it is expected that
Baron Techno park can supply all the electricity demand
in the area, which will be developed as an “edutain-
ment” based tourism area. This plan had also been
coordinated with the local government of Gunung
Kidul, Yogyakarta.
The series of executive meeting and field visit were then
ended with break fasting and dinner.
The start of WHyPGen project was initialized by the
“kick-off” meeting held in Yogyakarta on 4 – 5 Oct 2012.
The meeting was officially opened by the Deputy for
Information Energy and Material Technology - BPPT,
Unggul Priyanto, who representing the Chairman
of BPPT. For the first time, the WHyPGen project
board members and relevant key-stakeholders from
government institutions and private sectors gathered
to discuss the project’s plans and targets. Comments
and inputs from the participants will be taken into
consideration for WHyPGen project to revise the targets
and activity plans.
To provide real description and better understanding
for the participants on the wind hybrid power plant
application, a visit was conducted to the one of
existing wind hybrid power plants in Pandansimo,
Bantul, Yogyakarta. In this site, the wind hybrid system
applications are used to support the electricity demand
of 40 houses, public lighting and operation of the ice-
maker machine and water pumps.
31Buletin WISE
WHyPGen Project “Kick-off”
WHyPGenUpdates
WHyPGenUpdates
B
erjalannya proyek WHyPGen
ditandai dengan WHyPGen Project
“Kick-off” meeting. Acara tersebut
dilaksanakan di Yogyakarta pada 4-5
Oktober 2012. Untuk pertama kalinya para
anggota project board saling bertemu dan
membahas mengenai target dan rencana
kegiatan Proyek WHyPGen.
Selain dari institusi pemerintah, para
calon pengembang pun turut diundang
dan hadir sebagai salah satu pemangku
kepentingan utama. Acara pertemuan
dibuka oleh Deputi Kepala BPPT bidang
Teknologi Informasi Energi dan Material,
Unggul Priyanto, mewakili Kepala BPPT
yang berhalangan hadir. Pada pertemuan ini
dipaparkan mengenai target-target proyek
WHyPGen, sekaligus rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan. Komentar dan masukan
yang disampaikan oleh para peserta akan
dijadikan bahan pertimbangan Proyek
WHyPGen untuk melakukan revisi terhadap
target dan kegiatannya.
Pada hari kedua, dilakukan site visit ke
salah satu existing wind hybrid power plant
di Pandansimo, Bantul. Aplikasinya sudah
digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik
sebanyak 40 rumah penduduk, penerangan
umum, pengoperasian mesin pembuat
es dan mesin pompa air. Melalui kegiatan
ini diharapkan Proyek dapat memberikan
gambaran secara langsung kepada
para peserta mengenai aplikasi sistem
Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH)
berbasis energi angin.
WHyPGen Project “Kick-off”
32
Energi Angin dan Pemenuhan
Kebutuhan Energi di Indonesia
Proyek WHyPGen melakukan penanda-
tanganan Memorandum of Understanding
(MoU) dan perjanjian kerja sama dengan
beberapa mitra. Hal ini untuk (PKS)
mendorong pemanfaatan energi angin
sebagai pembangkit listrik di Indonesia.
Melalui kerjasama ini, diharapkan energi
angin dapat lebih dimaksimalkan dalam
memenuhi kebutuhan energi di Indonesia.
Hal ini disampaikan Kepala BPPT Marzan
Azis Iskandar dalam pidato pembukaan di
gedung BPPT, Jakarta tanggal 14 Mei 2013.
Pada kesempatan ini WHyPGen diwakili
National Project Director (NPD) WHyPGen
Soni Solistia Wirawan melakukan
penandatanganan PKS dengan PT. PLN
(persero) Distribusi Bali dalam rangka
Wind Energy and the Energy Needs in Indonesia
To promote the wind energy utilization for power gen-
eration in Indonesia, the WHyPGen project had signed
Memorandum of Understanding (MoU) and Agreement
with several proponents in Jakarta, on 14 May 2013. On
his opening speech, the Chairman of BPPT, Marzan Aziz
Iskandar stated that the collaborations were expected
to maximize the development of wind energy power
generation in meeting the energy demand in the
country.
The National Project Director of WHyPGen, Soni Solistia
Wirawan was representing the project in signing the
agreement with PT. PLN (Persero) Bali Distribution to
repair and improve the wind hybrid power generation
WHyPGenUpdates
WHyPGenUpdates
from left: Soni S. Wirawan-NPD of WHyPGen Project, Andri Doni-Director of PT. Bakrie Power, Ali Herman Ibrahim-President Director of PT. Bakrie
Power, Marzan A. Iskandar-Chairman of BPPT, Unggul Priyanto-Deputy for TIEM BPPT, I.B.G Mardawa Padangratha-General Manager of PT. PLN
(Bali Distribution), Poempida Hidayatulloh-CEO of PT. Viron Energy, and Oma Zulfithansah-Head of BAPPEDA Kayong Utara
33Buletin WISE
Membangun SDM di Bidang Teknologi
Energi Angin
S
alah satu aktivitas WHyPGen
adalah capacity building di bidang
pendidikan, khususnya sekolah
ataupun institusi pendidikan
kejuruan teknis untuk memperkenalkan dan
mempromosikan teknologi pembangkit
listrik tenaga angin. Dalam rangka hal
tersebut, WHyPGen telah melaksanakan
pertemuan dengan beberapa institusi
pendidikan teknis untuk mengumpulkan
informasi mengenai kurikulum energi
terbarukan, khususnya energi angin, yang
telah ada di dalam kurikulum pendidikan
yang diterapkan.
Pertemuan telah dilaksanakan dengan
fakultas teknik dari Sekolah Tinggi Teknologi
(STT) PLN, Universitas Diponegoro,
Human Resources Preparation for Wind
Energy Technology
development at Karimata Islands.
As one of the WHyPGen promotion activities, the
project had conducted meeting and discussion with
several technical/engineering schools. The meeting
was mainly to introduce and build capacity on the
wind hybrid power generation technology, and to
collect information on how far is the renewables topics,
especially wind energy, had been given to the students.
The meeting were conducted with the engineering
faculty of STT PLN, Diponegoro University, Gadjah
Mada University, Indonesia University, Dharama Persada
University, Bandung Polytechnic, and the Technical
Education and Development Center (TEDC) Bandung.
In general, the topic of renewables, including wind
perbaikan unit PLTH angin-surya di Nusa
Penida Bali. Penandatanganan PKS dengan
PT. Bakrie Power adalah dalam rangka
membangun PLTH angin-surya di Pulau
Sumba. Sementara rencana pembangunan
PLTB sebesar 50 MW di Sukabumi dan
50 MW di Banten dituangkan dalam PKS
dengan PT. Viron Energy. Sementara sehari
sebelumnya telah ditandatangani PKS
dengan Pemerintah Kabupaten Kayong
Utara, Kalimantan Barat untuk rencana
pemanfaatan PLTH angin-surya di Kepulauan
Karimata. Dengan adanya kerjasama-
kerjasama tersebut, diharapkan dapat
mempercepat implementasi PLTH maupun
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin
(PLTB) di Indonesia.
at Nusa Penida, Bali. While the development of wind
hybrid power generation at Sumba Island become
the main topic of the agreement between WHyPGen
Project and PT. Bakrie Power.
The project will support the development of 50 MW
wind farm each in Sukabumi, West Java and Banten.
The collaboration is stated in the agreement between
WHyPGen Project and PT. Viron Energy. Furthermore,
through the agreement with the local government of
Kayong Utara regency, West Kalimantan, WHyPGen will
assist the assessment of wind – solar hybrid generation
WHyPGenUpdates
34
Universitas Gadjah Mada. Juga Universitas
Indonesia, Universitas Dharma Persada,
Politeknik Negri Bandung dan P4TK-BMTI
yang dulunya lebih dikenal dengan Technical
Education and Development Center (TEDC).
Saat ini, pendidikan mengenai teknologi
energi angin telah diperkenalkan kepada
para mahasiswa baik pada level pendidikan
sarjana (S1) ataupun diploma (D3). Bukan
hanya itu, bahkan beberapa Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) teknis pun telah
memiliki tenaga pengajar yang telah dibekali
dengan pengetahuan dan keterampilan
mengenai teknologi pembangkit listrik
tenaga angin. Namun khusus untuk SMK,
saat ini energi angin memang masih
dalam usulan untuk dimasukkan ke
dalam kurikulum. Diantara kendala yang
menghambat penerapannya adalah masih
belum adanya lapangan kerja yang tersedia
dari industri PLTB. Tentunya ini terkait erat
dengan belum terciptanya market dari PLTB
itu sendiri.
Hasil diskusi-diskusi tersebut akan dijadikan
masukan oleh WHyPGen untuk menyusun
suatu modul mengenai PLTB dan teknologi
energi angin, untuk dijadikan referensi
pengajaran.
energy technology had been introduced to the students
both in bachelor and diploma degree. In fact, the
introduction of the wind energy technology had been
started in vocational school. Some teachers from several
vocational schools had been trained and equipped with
skills and knowledge on the wind energy technology.
Presently the proposal of wind energy curriculum for
vocational schools is still in the discussion process. One
of the main doubt is the unavailability of employment
in wind power generation industry, which strongly
correlated with the un-developed market of wind
energy in the country.
From the meeting and discussion with the engineering
schools, WHyPGen will develop a wind energy training
module, to become one of the references in introducing
and teaching about wind energy to the students.
WHyPGenUpdates
Workshop PLTH Pandan Simo, Bantul, Yogyakarta
35Buletin WISE
Mendorong Dukungan
Pembiayaan Proyek Energi Angin
B
elum adanya dukungan pembiayaan
terhadap proyek-proyek energi
angin di Indonesia ditengarai
menjadi salah satu penghambat
perkembangan market Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu (PLTB) di Indonesia. Untuk
itu, WHyGen telah mengalokasikan dana
sebesar USD 300.000 untuk memicu
pembangunan dan pemanfaatan PLTB. Dana
ini rencananya akan ditempatkan di salah
satu bank nasional agar dapat diakses oleh
para calon pengembang. Saat ini WHyPGen
masih dalam penjajakan terhadap bank-bank
yang dapat bekerjasama untuk penempatan
dana tersebut.
Diharapkan dana tersebut dapat menjadi
umpan agar perbankan bersedia untuk
memberikan dana yang lebih besar lagi
kepada para pengembang PLTB. Skema
yang akan diterapkan terhadap mekanisme
pendanaan ini pun masih sedang
dalam diskusi lebih lanjut untuk segera
diimplementasikan tahun ini.
Wind Energy Project Financing Initiatives
One of the barriers identified that hindered the wind
energy market development in Indonesia is the lack
of financial support. In response to this situation,
WHyPGen had allocated USD 300.000 to stimulate the
wind power project financing initiatives. The budget will
be placed at the selected national bank, and become
accessible for the potential project development. The
selected bank is expected can leverage the budget for
financing a commercial scale of wind power generation
project. WHyPGen is currently in the process of
discussing the suitable financing schemes and selecting
the potential national bank to become the project’s
partner in implementing the activity this year.
WHyPGenUpdates
PLTH Pandan Simo, Bantul, Yogyakarta
36
Dukungan Terhadap
PLTH Nusa Penida
P
embangkit Listrik Tenaga Hibrid
(PLTH) di Nusa Penida, Bali saat ini
memiliki PLTB dengan kapasitas
terbesar di Indonesia, yaitu sebanyak
sembilan unit dengan total kapasitas
765 kW. Sayangnya, sebagian besar
dari unit-unit PLTB tersebut sudah tidak
beroperasi sebagaimana mestinya. Salah
satu penyebabnya adalah minimnya dana
untuk perawatan dan perbaikan. Dari sejak
dioperasikannya hingga saat ini harga listrik
yang dihasilkan oleh PLTH Nusa penida
hanya dihargai sebesar Rp. 700 per kWh.
Harga ini tidak mencukupi untuk biaya
operasional dan perawatan.
WHyPGen telah melakukan berbagai
aktivitas untuk mendukung perbaikan PLTH
Nusa Penida sebagai proyek demonstrasi,
diantaranya adalah melakukan investigasi
dan kajian mengenai kerusakan-kerusakan
yang ada pada unit-unit PLTB di Nusa
Penida. Termasuk biaya yang dibutuhkan.
Sebuah laporan investigasi pun telah
disampaikan kepada Kementerian ESDM
dan PT. PLN (Persero) Distribusi Bali, selaku
pemilik dari unit-unit tersebut.
Lebih jauh lagi, WHyPGen akan
menyediakan sebuah peralatan angkat
(lifting device) yang dapat digunakan untuk
melakukan perawatan terhadap turbin-
turbin angin yang berada pada ketinggian
rata-rata 30 meter. WHyPGen pun akan
menyediakan alat monitoring, agar apabila
terjadi kerusakan lagi dikemudian hari dapat
cepat teridentifikasi dan diketahui oleh para
penanggung jawab, khususnya yang berada
di kantor pusat.
Support for the Wind Hybrid Power
Generation at Nusa Penida, Bali
The wind power generation total capacity installed at
Nusa Penida Bali is 735 kW, which consist of 9 units
wind turbine. This is the largest capacity of wind power
generation in Indonesia so far. Unfortunately, most of
them are not operating anymore. From the beginning,
the electricity generated from the wind hybrid power
generation in this area is valued at IDR 700 per kWh
which is insufficient to cover the operation and
maintenance cost.
To promote Nusa Penida as one of the wind
projects demonstration, WHyPGen had conducted
several activities, such as investigating the technical
problems. A comprehensive report on the problems,
recommendation actions and required budget
had been submitted to the Ministry of Energy and
Mineral Resources (MEMR) and PT. PLN (Persero) Bali
Distribution, as the owner of the wind power plants.
Furthermore, WHyPGen will provide a lifting device to
support the maintenance activity of the wind turbines
which are in 30 m heights. WHyPGen will also provide
remote monitoring system to monitor the operation of
wind power generation, thus any problems occur can be
shortly identified.
WHyPGenUpdates
PLTH Nusa Penida, Bali
B2TE-BPPT #620, Kawasan Puspiptek, Serpong
Tangerang Selatan,15314 - Indonesia
Telp/Fax : +62 21 756 0940 - +62 21 756 5670
www.whypgen-bppt.com

More Related Content

What's hot

Peran warga negara dalam upaya pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia
Peran warga negara dalam upaya pemenuhan kebutuhan listrik di IndonesiaPeran warga negara dalam upaya pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia
Peran warga negara dalam upaya pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesiamardiansyah313
 
Hemat listrik untuk bumi kita power point
Hemat listrik untuk bumi kita power pointHemat listrik untuk bumi kita power point
Hemat listrik untuk bumi kita power pointDiana Putri
 
Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...
Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...
Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
3 geothermal (pge)
3   geothermal (pge) 3   geothermal (pge)
3 geothermal (pge) shlhrp
 
Kebijakan dan program konservasi energi
Kebijakan dan program konservasi energiKebijakan dan program konservasi energi
Kebijakan dan program konservasi energikhoiril anwar
 
Sinopsis metro tv 23 okt peran energi nuklir
Sinopsis metro tv 23 okt  peran energi nuklirSinopsis metro tv 23 okt  peran energi nuklir
Sinopsis metro tv 23 okt peran energi nuklirTrisakti University
 
1. kebijakan nasional tentang efisiensi energi arif heru kuncoro - esdm
1. kebijakan nasional tentang efisiensi energi   arif heru kuncoro - esdm1. kebijakan nasional tentang efisiensi energi   arif heru kuncoro - esdm
1. kebijakan nasional tentang efisiensi energi arif heru kuncoro - esdmAbraham K Mallisa'
 
Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)
Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)
Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)Verena Puspawardani
 
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesiaPeran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesiaSri Sediaz
 
Peran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesiaPeran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesiarohimsediaz
 
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesiaPeran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesiaSri Sediaz
 
Peran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesiaPeran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesiarohimsediaz
 
Amalan hijau kettha
Amalan hijau ketthaAmalan hijau kettha
Amalan hijau ketthaNurul Zuhada
 
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesiaPeran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesiaSri Sediaz
 
Peran Warga Negara Dalam Mendukung Upaya Pemenuhan Kebutuhan Listrik Bangsa I...
Peran Warga Negara Dalam Mendukung Upaya Pemenuhan Kebutuhan Listrik Bangsa I...Peran Warga Negara Dalam Mendukung Upaya Pemenuhan Kebutuhan Listrik Bangsa I...
Peran Warga Negara Dalam Mendukung Upaya Pemenuhan Kebutuhan Listrik Bangsa I...nurasifah
 
Rangkuman Peta Jalan Ketenagalistrikan Indonesia
Rangkuman Peta Jalan Ketenagalistrikan Indonesia Rangkuman Peta Jalan Ketenagalistrikan Indonesia
Rangkuman Peta Jalan Ketenagalistrikan Indonesia Gandabhaskara Saputra
 

What's hot (17)

Peran warga negara dalam upaya pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia
Peran warga negara dalam upaya pemenuhan kebutuhan listrik di IndonesiaPeran warga negara dalam upaya pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia
Peran warga negara dalam upaya pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia
 
Hemat listrik untuk bumi kita power point
Hemat listrik untuk bumi kita power pointHemat listrik untuk bumi kita power point
Hemat listrik untuk bumi kita power point
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...
Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...
Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...
 
3 geothermal (pge)
3   geothermal (pge) 3   geothermal (pge)
3 geothermal (pge)
 
Kebijakan dan program konservasi energi
Kebijakan dan program konservasi energiKebijakan dan program konservasi energi
Kebijakan dan program konservasi energi
 
Sinopsis metro tv 23 okt peran energi nuklir
Sinopsis metro tv 23 okt  peran energi nuklirSinopsis metro tv 23 okt  peran energi nuklir
Sinopsis metro tv 23 okt peran energi nuklir
 
1. kebijakan nasional tentang efisiensi energi arif heru kuncoro - esdm
1. kebijakan nasional tentang efisiensi energi   arif heru kuncoro - esdm1. kebijakan nasional tentang efisiensi energi   arif heru kuncoro - esdm
1. kebijakan nasional tentang efisiensi energi arif heru kuncoro - esdm
 
Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)
Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)
Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)
 
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesiaPeran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
 
Peran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesiaPeran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesia
 
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesiaPeran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
 
Peran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesiaPeran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam mendukung upaya kebutuhan listrik bangsa indonesia
 
Amalan hijau kettha
Amalan hijau ketthaAmalan hijau kettha
Amalan hijau kettha
 
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesiaPeran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam pemenuhan kebutuhan listrik bangsa indonesia
 
Peran Warga Negara Dalam Mendukung Upaya Pemenuhan Kebutuhan Listrik Bangsa I...
Peran Warga Negara Dalam Mendukung Upaya Pemenuhan Kebutuhan Listrik Bangsa I...Peran Warga Negara Dalam Mendukung Upaya Pemenuhan Kebutuhan Listrik Bangsa I...
Peran Warga Negara Dalam Mendukung Upaya Pemenuhan Kebutuhan Listrik Bangsa I...
 
Rangkuman Peta Jalan Ketenagalistrikan Indonesia
Rangkuman Peta Jalan Ketenagalistrikan Indonesia Rangkuman Peta Jalan Ketenagalistrikan Indonesia
Rangkuman Peta Jalan Ketenagalistrikan Indonesia
 

Similar to Buletin Wise 001 2013

Bppt outlook energi indonesia 2013
Bppt   outlook energi indonesia 2013Bppt   outlook energi indonesia 2013
Bppt outlook energi indonesia 2013Rattapong Rattahayo
 
Kilas balik badan diklat esdm 2015
Kilas balik badan diklat esdm 2015Kilas balik badan diklat esdm 2015
Kilas balik badan diklat esdm 2015dani hidayat
 
Buku_Energi_Outlook_2022_Versi_Bhs_Indonesia.pdf
Buku_Energi_Outlook_2022_Versi_Bhs_Indonesia.pdfBuku_Energi_Outlook_2022_Versi_Bhs_Indonesia.pdf
Buku_Energi_Outlook_2022_Versi_Bhs_Indonesia.pdfagungsudarsono1
 
Proposal program kreativitas mahasiswa- Penelitian
Proposal program kreativitas mahasiswa- PenelitianProposal program kreativitas mahasiswa- Penelitian
Proposal program kreativitas mahasiswa- PenelitianRenny Lidya
 
pkm kc Kipas angin tungku sate kate
pkm kc Kipas angin tungku sate kate pkm kc Kipas angin tungku sate kate
pkm kc Kipas angin tungku sate kate jujuntugistan
 
Kipas angin tungku sate kate pkm kc
Kipas angin tungku sate kate pkm kcKipas angin tungku sate kate pkm kc
Kipas angin tungku sate kate pkm kcjujuntugistan
 
Buletin PEI Vol 8 No. 4 - 2022 Ver. Web-compressed.pdf
Buletin PEI Vol 8 No. 4 - 2022 Ver. Web-compressed.pdfBuletin PEI Vol 8 No. 4 - 2022 Ver. Web-compressed.pdf
Buletin PEI Vol 8 No. 4 - 2022 Ver. Web-compressed.pdfagungsudarsono1
 
Outlook energi-indonesia-2019
Outlook energi-indonesia-2019Outlook energi-indonesia-2019
Outlook energi-indonesia-2019EdwarenMajolelo
 
Mengurangi tantangan pembangkit hijau di indonesia
Mengurangi tantangan pembangkit hijau di indonesia Mengurangi tantangan pembangkit hijau di indonesia
Mengurangi tantangan pembangkit hijau di indonesia Gandabhaskara Saputra
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdftamihakim
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfGbpGugun
 
20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf
20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf
20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdfPutri426595
 
Energi Terbarukan Kemendagri 09/2015
Energi Terbarukan Kemendagri 09/2015Energi Terbarukan Kemendagri 09/2015
Energi Terbarukan Kemendagri 09/2015Teguh Prayogo
 
PPT EdNergi Final.pptx
PPT EdNergi Final.pptxPPT EdNergi Final.pptx
PPT EdNergi Final.pptxIbadurrahman18
 
Majalah Energi - 1 - 2025 Indonesia Pemimpin Panas Bumi Dunia
Majalah Energi - 1 - 2025 Indonesia Pemimpin Panas Bumi DuniaMajalah Energi - 1 - 2025 Indonesia Pemimpin Panas Bumi Dunia
Majalah Energi - 1 - 2025 Indonesia Pemimpin Panas Bumi DuniaIrsyad Nashirul Haq
 
Peran warga negara dalam upaya mendukung kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam upaya mendukung kebutuhan listrik bangsa indonesiaPeran warga negara dalam upaya mendukung kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam upaya mendukung kebutuhan listrik bangsa indonesiarohimsediaz
 
5_6309834491477099083 ppt marketing plan
5_6309834491477099083 ppt marketing plan5_6309834491477099083 ppt marketing plan
5_6309834491477099083 ppt marketing planHilalNabilAbdillah
 
Energy 101 Just Energy Transition Youth Camp
Energy 101 Just Energy Transition Youth CampEnergy 101 Just Energy Transition Youth Camp
Energy 101 Just Energy Transition Youth CampAri W Adipratomo
 
Artikel potensi energi baru terbarukan
Artikel potensi energi baru terbarukan Artikel potensi energi baru terbarukan
Artikel potensi energi baru terbarukan Bima67
 
Kelistrikan mimpi gelap indonesia hadapi mea 2015
Kelistrikan mimpi gelap indonesia hadapi mea 2015Kelistrikan mimpi gelap indonesia hadapi mea 2015
Kelistrikan mimpi gelap indonesia hadapi mea 2015Suhadi Sastra
 

Similar to Buletin Wise 001 2013 (20)

Bppt outlook energi indonesia 2013
Bppt   outlook energi indonesia 2013Bppt   outlook energi indonesia 2013
Bppt outlook energi indonesia 2013
 
Kilas balik badan diklat esdm 2015
Kilas balik badan diklat esdm 2015Kilas balik badan diklat esdm 2015
Kilas balik badan diklat esdm 2015
 
Buku_Energi_Outlook_2022_Versi_Bhs_Indonesia.pdf
Buku_Energi_Outlook_2022_Versi_Bhs_Indonesia.pdfBuku_Energi_Outlook_2022_Versi_Bhs_Indonesia.pdf
Buku_Energi_Outlook_2022_Versi_Bhs_Indonesia.pdf
 
Proposal program kreativitas mahasiswa- Penelitian
Proposal program kreativitas mahasiswa- PenelitianProposal program kreativitas mahasiswa- Penelitian
Proposal program kreativitas mahasiswa- Penelitian
 
pkm kc Kipas angin tungku sate kate
pkm kc Kipas angin tungku sate kate pkm kc Kipas angin tungku sate kate
pkm kc Kipas angin tungku sate kate
 
Kipas angin tungku sate kate pkm kc
Kipas angin tungku sate kate pkm kcKipas angin tungku sate kate pkm kc
Kipas angin tungku sate kate pkm kc
 
Buletin PEI Vol 8 No. 4 - 2022 Ver. Web-compressed.pdf
Buletin PEI Vol 8 No. 4 - 2022 Ver. Web-compressed.pdfBuletin PEI Vol 8 No. 4 - 2022 Ver. Web-compressed.pdf
Buletin PEI Vol 8 No. 4 - 2022 Ver. Web-compressed.pdf
 
Outlook energi-indonesia-2019
Outlook energi-indonesia-2019Outlook energi-indonesia-2019
Outlook energi-indonesia-2019
 
Mengurangi tantangan pembangkit hijau di indonesia
Mengurangi tantangan pembangkit hijau di indonesia Mengurangi tantangan pembangkit hijau di indonesia
Mengurangi tantangan pembangkit hijau di indonesia
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
 
20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf
20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf
20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf
 
Energi Terbarukan Kemendagri 09/2015
Energi Terbarukan Kemendagri 09/2015Energi Terbarukan Kemendagri 09/2015
Energi Terbarukan Kemendagri 09/2015
 
PPT EdNergi Final.pptx
PPT EdNergi Final.pptxPPT EdNergi Final.pptx
PPT EdNergi Final.pptx
 
Majalah Energi - 1 - 2025 Indonesia Pemimpin Panas Bumi Dunia
Majalah Energi - 1 - 2025 Indonesia Pemimpin Panas Bumi DuniaMajalah Energi - 1 - 2025 Indonesia Pemimpin Panas Bumi Dunia
Majalah Energi - 1 - 2025 Indonesia Pemimpin Panas Bumi Dunia
 
Peran warga negara dalam upaya mendukung kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam upaya mendukung kebutuhan listrik bangsa indonesiaPeran warga negara dalam upaya mendukung kebutuhan listrik bangsa indonesia
Peran warga negara dalam upaya mendukung kebutuhan listrik bangsa indonesia
 
5_6309834491477099083 ppt marketing plan
5_6309834491477099083 ppt marketing plan5_6309834491477099083 ppt marketing plan
5_6309834491477099083 ppt marketing plan
 
Energy 101 Just Energy Transition Youth Camp
Energy 101 Just Energy Transition Youth CampEnergy 101 Just Energy Transition Youth Camp
Energy 101 Just Energy Transition Youth Camp
 
Artikel potensi energi baru terbarukan
Artikel potensi energi baru terbarukan Artikel potensi energi baru terbarukan
Artikel potensi energi baru terbarukan
 
Kelistrikan mimpi gelap indonesia hadapi mea 2015
Kelistrikan mimpi gelap indonesia hadapi mea 2015Kelistrikan mimpi gelap indonesia hadapi mea 2015
Kelistrikan mimpi gelap indonesia hadapi mea 2015
 

More from visionsaga

Panduan Dasar Mikroblog Tumblr
Panduan Dasar Mikroblog TumblrPanduan Dasar Mikroblog Tumblr
Panduan Dasar Mikroblog Tumblrvisionsaga
 
Proposal Ekspedisi Nusantara
Proposal Ekspedisi NusantaraProposal Ekspedisi Nusantara
Proposal Ekspedisi Nusantaravisionsaga
 
Company Profile VISIONSAGA
Company Profile VISIONSAGACompany Profile VISIONSAGA
Company Profile VISIONSAGAvisionsaga
 
Batavia Motor Company Profile
Batavia Motor Company ProfileBatavia Motor Company Profile
Batavia Motor Company Profilevisionsaga
 
Logo Raja Dimsum
Logo Raja DimsumLogo Raja Dimsum
Logo Raja Dimsumvisionsaga
 
Finezto logo design
Finezto logo designFinezto logo design
Finezto logo designvisionsaga
 
Ekspedisi Nusantara Aplications
Ekspedisi Nusantara AplicationsEkspedisi Nusantara Aplications
Ekspedisi Nusantara Aplicationsvisionsaga
 
Nusantara Identity
Nusantara IdentityNusantara Identity
Nusantara Identityvisionsaga
 
Virgin Voters of Indonesia 2014
Virgin Voters of Indonesia 2014Virgin Voters of Indonesia 2014
Virgin Voters of Indonesia 2014visionsaga
 
Prestigio Bojongsari
Prestigio BojongsariPrestigio Bojongsari
Prestigio Bojongsarivisionsaga
 
Prestigio Pondokcabe
Prestigio PondokcabePrestigio Pondokcabe
Prestigio Pondokcabevisionsaga
 
Indonesia Quality Award Proposal
Indonesia Quality Award ProposalIndonesia Quality Award Proposal
Indonesia Quality Award Proposalvisionsaga
 
PT. Indotruck Utama
PT. Indotruck UtamaPT. Indotruck Utama
PT. Indotruck Utamavisionsaga
 
VISIONSAGA Portofolio
VISIONSAGA PortofolioVISIONSAGA Portofolio
VISIONSAGA Portofoliovisionsaga
 
PT. Sinka Sinye Agrotama Singkawang
PT. Sinka Sinye Agrotama SingkawangPT. Sinka Sinye Agrotama Singkawang
PT. Sinka Sinye Agrotama Singkawangvisionsaga
 
Sinka Sinye Agrotama
Sinka Sinye AgrotamaSinka Sinye Agrotama
Sinka Sinye Agrotamavisionsaga
 
Spreading the Moment
Spreading the MomentSpreading the Moment
Spreading the Momentvisionsaga
 
Proposal dan Profil Website J-Rocks
Proposal dan Profil Website J-RocksProposal dan Profil Website J-Rocks
Proposal dan Profil Website J-Rocksvisionsaga
 
Pistol GBB Airsoft KJWORKS
Pistol GBB Airsoft KJWORKSPistol GBB Airsoft KJWORKS
Pistol GBB Airsoft KJWORKSvisionsaga
 

More from visionsaga (20)

Panduan Dasar Mikroblog Tumblr
Panduan Dasar Mikroblog TumblrPanduan Dasar Mikroblog Tumblr
Panduan Dasar Mikroblog Tumblr
 
Proposal Ekspedisi Nusantara
Proposal Ekspedisi NusantaraProposal Ekspedisi Nusantara
Proposal Ekspedisi Nusantara
 
Company Profile VISIONSAGA
Company Profile VISIONSAGACompany Profile VISIONSAGA
Company Profile VISIONSAGA
 
Batavia Motor Company Profile
Batavia Motor Company ProfileBatavia Motor Company Profile
Batavia Motor Company Profile
 
Logo Raja Dimsum
Logo Raja DimsumLogo Raja Dimsum
Logo Raja Dimsum
 
Finezto logo design
Finezto logo designFinezto logo design
Finezto logo design
 
Ekspedisi Nusantara Aplications
Ekspedisi Nusantara AplicationsEkspedisi Nusantara Aplications
Ekspedisi Nusantara Aplications
 
Nusantara Identity
Nusantara IdentityNusantara Identity
Nusantara Identity
 
Virgin Voters of Indonesia 2014
Virgin Voters of Indonesia 2014Virgin Voters of Indonesia 2014
Virgin Voters of Indonesia 2014
 
Prestigio Bojongsari
Prestigio BojongsariPrestigio Bojongsari
Prestigio Bojongsari
 
Prestigio Pondokcabe
Prestigio PondokcabePrestigio Pondokcabe
Prestigio Pondokcabe
 
Indonesia Quality Award Proposal
Indonesia Quality Award ProposalIndonesia Quality Award Proposal
Indonesia Quality Award Proposal
 
PT. Indotruck Utama
PT. Indotruck UtamaPT. Indotruck Utama
PT. Indotruck Utama
 
Pestway
PestwayPestway
Pestway
 
VISIONSAGA Portofolio
VISIONSAGA PortofolioVISIONSAGA Portofolio
VISIONSAGA Portofolio
 
PT. Sinka Sinye Agrotama Singkawang
PT. Sinka Sinye Agrotama SingkawangPT. Sinka Sinye Agrotama Singkawang
PT. Sinka Sinye Agrotama Singkawang
 
Sinka Sinye Agrotama
Sinka Sinye AgrotamaSinka Sinye Agrotama
Sinka Sinye Agrotama
 
Spreading the Moment
Spreading the MomentSpreading the Moment
Spreading the Moment
 
Proposal dan Profil Website J-Rocks
Proposal dan Profil Website J-RocksProposal dan Profil Website J-Rocks
Proposal dan Profil Website J-Rocks
 
Pistol GBB Airsoft KJWORKS
Pistol GBB Airsoft KJWORKSPistol GBB Airsoft KJWORKS
Pistol GBB Airsoft KJWORKS
 

Buletin Wise 001 2013

  • 1. Wind for Indonesia, a more Suistainable Energy EDISI 001/2013 Menghembuskan Energi Angin di Indonesia Blowing the Wind Energy in Indonesia Mengapa Hibrid? Why Wind Hybrid Power Generation? Wawancara dengan Kepala BPPT Dr. Ir. Marzan A. Iskandar: Interview with the Chairman of BPPT Dr. Ir. Marzan A. Iskandar
  • 2. Mendorong Dukungan Pembiayaan Proyek Energi Angin Wind Energy Project Financing Initiatives 1Buletin WISE Sambutan dari NPD Diskusi dan Kunjungan Dirjen EBTKE ke Baron Techno Park Wawancara dengan Kepala BPPT Dr. Ir. Marzan A. Iskandar Menghembuskan energi angin di indonesia Kajian Potensi Angin (WRA) Pengukuran Angin di Indonesia Mengapa Hybrid? Wind Hybrid Power Generation (WHyPGen), Market Development Initiatives Energi Angin Proyek WHyPGen Kegiatan Proyek WHyPGen Technology Application and Assessment Technology Demostration Financing Initiatives Policy and Institutional Support Promotion Local Industrial Support and Market Development Preface Visit to Baron Techno Park and Discussion with the Director General of DGNREEC Interview with the Chairman of BPPT Dr. Ir. Marzan A. Iskandar Blowing the Wind Energy in Indonesia Wind Resources Assessment (WRA) Wind Measurement in Indonesia Why Wind Hybrid Power Generation? Wind Hybrid Power Generation (WHyPGen), Market Development Initiatives WHyPGen Project WHyPGen Project Activities Technology Application and Assessment Technology Demostration Financing Initiatives Policy and Institutional Support Promotion Local Industrial Support and Market Development Wind Energy WHyPGen Updates WHyPGen Updates 2 4 5 7 8 12 15 17 19 22 28 31 Daftar Isi Table of Content 8 9 9 9 10 10 31 32 33 35 36 Energi Angin dan Pemenuhan Kebutuhan Energi di Indonesia Wind Energy and the Energy Needs in Indonesia Membangun SDM di Bidang Teknologi Energi Angin Human Resources Preparation for Wind Energy Technology Dukungan Terhadap PLTH Nusa Penida Support for the Wind Hybrid Power Generation at Nusa Penida, Bali Advisor: Dr. Ir. Soni S. Wirawan, M.Eng Board of Editors: Dr. Edi Hilmawan, Dr. Gatot Dwianto Chief Editor: Ir. Soeripno Martosaputro, MT Writers: Ir. Soeripno Martosaputro. MT, Nila Murti, Malik Ibrochim Supports: Didik Eko K, Roofi Mulyana B2TE-BPPT #620, Kawasan Puspiptek, Serpong Tangerang Selatan,15314 - Indonesia Telp/Fax : +62 21 756 0940 - +62 21 756 5670 www.whypgen-bppt.com
  • 3. Para Pembaca yang terhormat, W ind Hybrid Power Generation (WHyPGen) Project adalah dukungan dari Balai Besar Teknologi Energi – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (B2TE-BPPT) untuk program pemerintah di bidang pemanfaatan energi terbarukan dan penurunan emisi gas rumah kaca. Mendorong dan mempromosikan pemanfaatan energi hibrid angin sebagai pembangkit listrik. Hampir setahun proyek ini telah berjalan dan mengadakan kegiatan untuk menyosialisasikan Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB) di Indonesia. Bukan suatu hal yang mudah, terlebih dengan adanya banyak keraguan mengenai keberadaan potensi energi angin di negeri kita yang terletak di daerah khatulistiwa. Namun, ini menjadi tantangan tersendiri bagi WHyPGen. Salah satu kendala yang dihadapi perkembangan energi angin di Indonesia adalah belum adanya kebijakan khusus yang mengatur harga jual listrik yang dihasilkan oleh energi angin. Ini menciptakan suatu ‘ketidakpastian’ bagi para calon pengembang maupun investor dalam berinvestasi di PLTB. WHyPGen telah memfasilitasi pertemuan mengenai harga jual listrik yang dihasilkan dari energi angin dalam skema feed in tariff (FiT). Kerjasama dan kolaborasi yang cukup erat pun telah dijalin dengan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai penanggung jawab penyediaan dan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Kegiatan promosi dan peningkatan kapasitas juga terus diupayakan. Hasilnya cukup signifikan, publikasi mengenai potensi energi angin pun menjadi semakin luas. WHyPGen juga menerbitkan Bulletin “WISE” (Wind for Indonesia, a more Sustainable 2 Sambutan dari NPD Preface Dr. Ir. Soni Solistia Wirawan, M.Eng National Project Director of WHyPGen Project
  • 4. perkembangan ET secara nasional. Saran dan masukan sangat kami apresiasi, silahkan kirim surel ke info@whypgen-bppt. com. Selamat membaca... 3Buletin WISE PrefaceSambutandariNPD Energy) untuk mempromosikan energi angin. Bulletin yang direncanakan akan terbit setiap semester ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi tentang energi angin dan energi terbarukan lainnya. Edisi pertama ini, dibahas Proyek WHyPGen serta kegiatan dan target yang diusungnya, sekaligus perkembangan energi angin secara umum. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada Bapak Marzan A. Iskandar selaku Kepala BPPT, Bapak Unggul Priyanto selaku Deputi Ka. BPPT Bidang TIEM, dan Bapak Rida Mulyana selaku Dirjen EBTKE, atas diskusi yang disampaikan mengenai Preface Dear Readers, For almost one year, The Energy Technology Center – The Agency for The Assessment and Application of Technology (B2TE-BPPT) had implemented the Wind Hybrid Power Generation (WHyPGen) Project to pro- mote the wind hybrid power generation in Indonesia. This is in-lined with the Government of Indonesia (GoI) programs in developing the renewables energy and reducing the Green House Gas (GHG) emission. Looking into Indonesia’s geographical position around the equator line, doubts on the availability of the wind energy potency had become a special challenge for the project in promoting the Wind Power Generation (WPG) in the country. One of the barriers identified that hindered the wind energy project development in Indonesia is the non- existing price policy of the electricity produced by the wind energy, which then created an “uncertain” situation for investing in the wind energy sector. In response to the situation, WHyPGen project had facilitated meetings for related key-stakeholders to discuss the pricing policy for wind energy in a “feed in tariff” scheme. Furthermore, the project also conducts collaboration and intense coordination with the Directorate General of New, Renewable Energy and Energy Conservation (DGNRE-EC), the Ministry of Energy and Mineral Resources (MEMR), as the responsible party for the new and renewable energy development in the country. A wide publication on wind energy potency in Indonesia had been achieved through promotion and capacity building activities conducted by the project team. Moreover, WHyPGen will also release the “WISE” magazine (Wind for Indonesia, a more Sustainable Energy) every semester. WISE is expected to become one of information sources for renewable energy development in Indonesia, especially the wind energy. In this first edition, WISE will mainly discuss the project’s activities and targets, and wind energy development in Indonesia. Special thanks are dedicated for Mr. Marzan A. Iskandar (Chairman of BPPT), Mr. Unggul Priyanto (Deputy for Information Energy and Material Technology of BPPT), and Mr. Rida Mulyana (Director General of DGNRE-EC), for the discussion on the renewables development in Indonesia. For improvement in our next edition, please share your comments and inputs through email: info@whypgen- bppt.com. Happy reading…
  • 5. 4 Pembangkit EBT (NRE) PLTA (hydro) I ndonesia memiliki jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara. Juga terbesar nomor empat di dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Tingginya jumlah pertumbuhan penduduk ini diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang membawa peningkatan terhadap konsumsi energi nasional. Dalam Indonesia Energy Outlook 2012 (IEO) yang diterbitkan oleh Badan Pengkajian dan penerapan Teknologi (BPPT), konsumsi energi Indonesia mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,09% per tahun sejak tahun 2000 sampai dengan 2010 hingga mencapai 1.012 juta SBM. Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) mendominasi, yakni sebesar 31%. Sementara di sektor pembangkitan listrik, penggunaan energi didominasi oleh batubara sebesar 96,32 SBM. Total kapasitas pembangkit lisrik di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 31,6 GW, yang terdiri dari kapasitas pembangkit listrik PLN dan IPP (Independent Power Producer). Bauran kapasitas terpasang pembangkit PLN didominasi oleh PLTU sebesar 35%, PLTGU sebesar 26%, PLTA sebesar 12% dan 9% oleh pembangkit Energi Baru Tebarukan (EBT) lainnya. Lainnya: 18% Pembangkit EBT: 9% PLTA: 12% PLTGU: 26% PLTU: 35% Bauran Pembangkit PLN, 2010 Lainnya (others) PLTGU (steam-gas) PLTU (coal) WHyPGenWHyPGen Wind Hybrid Power Generation (WHyPGen), Market Development Initiatives Wind Hybrid Power Generation (WHyPGen), Market Development Initiatives Indonesia has the largest population in South East Asia and world’s fourth largest population after China, India and United States. The rapid growth of the population is followed by a significant economic growth which then increases the national energy consumption level. According to the Indonesia Energy Outlook 2012 (IEO) released by the Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT), the total of Indonesia’s final energy consumption in 2010 reached 1,012 million BOE, with an average growth of 3.09 % per year between the years 2000-2010. The final energy consumption is dominated by the oil fuel, reaching up to 31%. While in the power plant, energy consumption is dominated by coal, about 96.23 BOE. In 2010, the total power plant capacity in Indonesia reached about 31.6 G, consisting of PLN’s and IPP (independent power producer). The installed power plant mix (PLN) is dominated by coal (35%), steam-gas (26%), hydro (12%) and other New Renewable Energy/ NRE (9%).
  • 6. 5Buletin WISE Kombinasi antara cadangan energi yang semakin menipis dan tingginya kebutuhan energi di dalam negeri, membuat Indonesia bertransisi menjadi negara pengimpor energi (net importer) pada tahun 2004. Tingginya penggunaan bahan bakar fosil pada pemenuhan kebutuhan energi mengakibatkan dampak lingkungan yang juga perlu ditanggulangi. Tahun 2010 emisi CO2 adalah sebesar 388 juta ton dan meningkat rata-rata sebesar 7,6% per tahun. Diperkirakan emisi CO2 pada tahun 2030 adalah sebesar 1.634 juta ton. Emisi terbesar dihasilkan sektor pembangkit listrik yaitu 41%, diikuti oleh penggunaan energi di sektor energi sebesar 28% dan sektor transportasi sebesar 26%. Energi Angin Wind Energy K ondisi-kondisi tersebut mendorong pemerintah untuk terus melakukan upaya-upaya pengembangan dan pemanfaatan energi alternatif dari sumber-sumber Energi Baru Terbarukan (EBT). Indonesia memiliki sumber EBT yang cukup melimpah. Mulai dari energi surya, geothermal, biomassa, biogas, hidro, angin dan juga laut, yang menunggu untuk didayagunakan secara optimal untuk pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri. Sayangnya, berbagai kendala membuat pemanfaatan sumber daya EBT berkembang secara lambat. Energi angin telah dicoba untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik sejak dulu, namun hingga saat ini hanya sedikit kisah sukses energi angin yang dapat diceritakan di Indonesia. Dari data yang ada, saat ini kapasitas terpasang dari Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB) masih kurang dari 2 MW, dimana sebagian besar masih dalam skala penelitian dan uji coba. Padahal, diperkirakan Indonesia memiliki potensi energi angin sebesar 9,3 GW. Angka yang cukup signifikan untuk bisa berkontribusi pada pemenuhan energi di dalam negeri. The high energy demand and the declining of energy reserves in the country had turned Indonesia into a net importer of energy in 2004. The domination of fossil fuel in meeting the energy demand had created an environment impacts that need to be addressed. In 2010, the CO2 emissions is about 388 million tons and averagely increased about 7.6 % per year. The CO2 emissions in 2030 is predicted to reach 1,634 million tons, which mainly produced by the power plant sector (41%), followed by the energy utilization at energy sector (28%) and transportation sector (26%). In response to the situation, the Government of Indonesia (GoI) encourages the development of NRE as an alternative energy. Indonesia is known to have huge reserves of all sorts of renewable energy resources like solar, geothermal, biomass, biogas, hydro, wind and ocean energy, which are ready to be developed. Wind energy had been long time developed as a power generation in Indonesia. However, only few success stories that can be told. The total wind energy resources potential in Indonesia is estimated can generate electricity about 9.3 GW. Nevertheless, up until now, the total installed of wind power generation is not more than 2 MW, and most of them are still for research purposes. EnergiAnginWindEnergy
  • 7. 6 Pertama, masih terbatasnya data-data yang lengkap dan komprehensif mengenai potensi energi angin di Indonesia. Sebanyak 166 titik lokasi telah dilakukan pengukuran untuk potensi energi angin, dan seb- agian besar pengukuran tersebut dilaksanakan oleh Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN). Dari pengukuran tersebut, sebagian besar masih ter- konsentrasi di Indonesia bagian timur seperti kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku, sehingga masih banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang potensi energi anginnya belum diketahui secara pasti. Terlebih lagi, pengukuran energi angin memakan biaya yang tidak sedikit dan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Kedua, lokasi pemanfaatan energi angin memiliki sifat yang tergantung pada tempat/lokasi (site specific). Terkadang wilayah-wilayah dengan potensi energi angin yang besar tidak terlalu banyak penghuninya, sehingga kebutuhan energi pun tidak terlalu besar. Hal ini mem- buat potensi energi angin yang tersedia menjadi tidak optimal dimanfaatkan. Ketiga, dari segi harga pembangkitan energi, tentunya harga energi yang dibangkitkan dengan energi angin masih relatif tinggi dibanding energi yang dibangkitkan dengan BBM, khususnya di Jawa dan daerah-daerah yang telah maju. Besarnya subsidi pemerintah terhadap BBM membuat harga energi dari sumber EBT menjadi kurang kompetitif. Keempat, belum adanya dukungan sumber pendanaan, khususnya dari dalam negeri. Hal ini juga membuat perkembangan energi angin menjadi lambat. Hal ini ter- kait dengan adanya anggapan bahwa teknologi energi angin memiliki resiko yang tinggi, sehingga perbankan masih enggan untuk membiayai proyek-proyek energi angin. Kelima, sifat angin yang cenderung bertiup secara fluktuatif, juga menjadi kendala tersendiri khususnya dalam aplikasi PLTB yang terhubung dengan jaringan listrik (grid). Firstly, the limited availability of data and information on the country’s wind energy potentials which until now comprises only 166 measured points; mostly concentrated in the eastern part of Indonesia, such as Nusa Tenggara and Maluku. This leaves other areas in the vast archipelago, which might have reason- able potentials, unmeasured. Most of the measurements were conducted by the National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN). Moreover, the development of wind data for several sites is high cost and it takes a considerable time to establish. Many barriers had slowed the wind power generation development in the country, such as: Secondly, the wind energy had a “site specific” characteristic. Sometimes, the wind energy potency is available in economi- cally underdeveloped areas where the power/electricity need is relatively very low. In this situation, the wind energy potency is not optimally developed. Thirdly, from the price perspective, the electricity price produced by the wind power generation is still considered relatively high compare to the electricity produced by the petroleum, especially in Java and other big cities in Indonesia. The high subsidy for petroleum in the country makes the NRE become uncompetitive. The fourth barrier is the lack of financial support. The wind energy technology is still considered to have a high risk, which then makes the banks, especially local banks, reluctant to finance the wind energy project. And the fifth barrier is that the wind energy has an intermittent characteristic. This has become a special challenge from the technical perspective, especially for the wind power generation grid-connected system. Lambatnya perkembembangan pemanfaatan energi angin di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa kendala, diantaranya adalah:
  • 8. 7Buletin WISE In order to promote the development of wind energy in Indonesia, the Energy Technology Center - Agency for the Assessment and Application of Technology (B2TE- BPPT) had developed a “Wind Hybrid Power Generation (WHyPGen) Market Development Initiatives”. This project is funded by The Global Environment Facility (GEF) through to United Nations Development Programme (UNDP), and will be implemented on 2012- 2015. The Project, currently led by Soni Solistia Wirawan, Head of Energy Technology Center – B2TE of BPPT – aimed to find cost-effective and commercially viable on-grid wind hybrid power generation systems suitable for the Indonesian wind landscape. The project will help to reduce GHG emissions in the power sector. The project has set an initial target of installing a total of 9.4 MW hybrid systems, capable of generating around 18.115 GWh/year, and it is estimated to reduce CO2 emissions by 16,050 tons/year.  Relevant key-stakeholders are involved in the project implementation through the Project Board. The role of the Project Board is to provide strategic directions for the project in achieving the targets. Besides BPPT and UNDP, the WHyPGen project board members are consist of the National Development Planning Agency of Indonesia (BAPPENAS), Directorate General of New Renewable Energy and Energy Conservation-Ministry of Energy and Mineral Resources, Ministry of Disadvantage Region, Ministry of Industry, Ministry of Finance, PT. Perusahan Listrik Negara (Persero)/PLN, and the Indonesia Renewable Energy Society (METI). WHyPGenProjectProyekWHyPGen Sebagai upaya untuk mempromosikan dan mendorong pemanfaatan EBT, khususnya energi angin, Balai Besar Teknologi Energi – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (B2TE-BPPT) menjalankan sebuah proyek “Wind Hybrid Power Generation (WHyPGen), Market Development Initiatives”. Proyek ini didanai secara hibah oleh Global Environment Facility (GEF) melalui United Nations Development Programme (UNDP), dilaksanakan selama tiga tahun (2012-2015). Proyek yang saat ini dipimpin oleh Soni Solistia Wirawan selaku National Project Director, yang juga merupakan Kepala B2TE- BPPT memiliki tujuan untuk mendorong komersialisasi Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) berbasis energi angin di Indonesia. Proyek WHyPGen diharapkan dapat membantu penurunan emisi gas rumah kaca di sektor pembangkitan sebesar 16.050 ton CO2 , melalui instalasi 9,4 MW PLTH berbasis energi angin dan dapat membangkitkan listrik sebesar 18,115 GWh. Dalam pelaksanaannya, BPPT tidak berjalan sendirian dan menggandeng stakeholder terkait untuk terlibat di dalamnya melalui wadah Project Board. Ini merupakan forum tertinggi untuk memberikan arahan-arahan yang sifatnya strategis terhadap imple- mentasi dan capaian proyek WHyPGen. Termasuk di dalam WHyPGen Project Board adalah: Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi-Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (DJEBTKE-ESDM), Kementerian Pembangunan Daerah Ter- tinggal (KPDT), Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, PT. Perusahaan Listrik Negara (persero) /PLN dan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI). Proyek WHyPGen WHyPGen Project
  • 9. 8 WHyPGenProjectActivities WHyPGenProjectActivities Project Assurance UNDP Project Management Unit (PMU) led by National Project Manager Consultants (Experts) Admin and Finance Associate WHyPGen Project Board Senior Beneficiaries: BAPPENAS, MEMR, PLN, MoI, MoF, Min of Disadvantage Region, METI Executive: National Project Director - Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT) Supplier: UNDP Kegiatan Proyek WHyPGen Untuk dapat mencapai target-target yang ditetapkan, WHyPGen memiliki 6 (enam) komponen kegiatan yang terdiri dari: Technology Application and Assessment KegiatanProyekWHyPGen KegiatanProyekWHyPGen WHyPGen Project Activities Through this component, the project will conduct assessments on the existing wind power generation and wind hybrid power generation in the country. The assessment report will be used as reference on the most suitable wind technology application in Indonesia. Furthermore, the project expected to provide knowledge about the wind energy potentials and the WHyPGen applications by developing new wind maps and updating those currently existing for areas identified as having significant wind energy potentials. Melalui komponen kegiatan ini, Proyek WHyPGen akan melakukan kajian-kajian terhadap teknologi-teknologi PLTB maupun PLTH berbasis energi angin, khususnya yang telah terpasang di tanah air, kemudian menjadikannya referensi pembelajaran mengenai sistem aplikasi teknologi yang paling sesuai untuk diterapkan di Indonesia. Masih dalam komponen kegiatan ini juga, Proyek WHyPGen akan membuat dan atau memperbaharui peta potensi energi angin di Indonesia. Termasuk mengidentifikasi lokasi ataupun daerah mana-mana saja yang signifikan untuk dikembangkan.
  • 10. 9Buletin WISE Technology Demostration Proyek WHyPGen akan memberikan dukungan-dukungan yang diperlukan oleh para mitra kerja terkait, khususnya para calon pengembang dalam membangun proyek percontohan sistem PLTB/PLTH di Indonesia. Proyek-proyek percontohan yang berhasil dibangun dan beroperasi akan dihitung kontribusinya terhadap pengurangan emisi CO2 , dan akan dipromosikan untuk mendorong duplikasi Financing Initiatives Relatif tingginya harga proyek-proyek EBT dan masih kurangnya dukungan pembiayaan menjadi salah satu kendala berkembangnya teknologi EBT di Indonesia, termasuk PLTB dan PLTH. Proyek WHyPGen akan melakukan peningkatan kapasitas di kalangan perbankan dan lembaga pembiayaan nasional mengenai EBT khususnya PLTB. Selain itu, dukungan teknis dan pembiayaan pun akan diberikan demi mendorong terciptanya pasar energi angin di Indonesia. Policy and Institutional Support Proyek WHyPGen akan memfasilitasi perumusan kebijakan yang diperlukan dalam mendorong terciptanya lingkungan yang kondusif untuk berkembangnya pasar energi angin. Kajian-kajian terhadap kebijakan yang telah ada juga akan dilaksanakan secara komprehensif untuk kemudian membuat usulan kerangka kebijakan yang dibutuhkan. WHyPGen project will support the project proponents, especially potential project developers, in developing wind projects in Indonesia, as the demonstration project for WHyPGen. The CO2 emission reduction from the successful demonstration project will be counted, and will be promoted for replications at other sites. The relatively high initial costs of renewable energy projects and the lack of trust from financing institutions hinder the adoption of new technologies such as WHyPGen in Indonesia. The project intends to provide technical assistance in facilitating appropriate financing mechanisms by promoting and demonstrating the system’s technical viability and economic feasibility to local financial institutions. In addition, technical and financial support will also be provided to promote the wind energy market in Indonesia. WHyPGen Project will facilitate the promulgation of government policies and regulations to encourage an enabling environment for the development of wind energy market in the country. A thorough existing related policy will also be conducted, for then followed by proposing supportive policy frameworks to the government for WHyPGen development.
  • 11. 10 Promotion Proyek WHyPGen akan mendesain dan mengimplementasikan program-program promosi untuk lebih menyebarluaskan informasi kepada masyarakat mengenai potensi energi angin di Indonesia. Termasuk keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem-sistem pembangkitan EBT, khususnya PLTB dan PLTH berbasis energi angin. Promosi terutama akan ditujukan kepada pihak pemerintah dan calon pengembang, sehingga dapat mendorong ketertarikan untuk berinvestasi di sektor ini. Dan untuk mendukung pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, proyek juga melaksanakan promosi dan peningkatan kapasitas mengenai teknologi energi angin pada sekolah ataupun institusi pendidikan teknis terpilih. Meningkatkan kapasitas teknis industri lokal dalam membuat desain dan sistem komponen turbin angin. Sekaligus memiliki keterampilan dalam memasang, mengoperasikan dan merawat sistem PLTB ataupun PLTH berbasis energi angin. Project will support the design and implementation of an active promotional program to widely spread the Indonesia wind energy potency, including the benefits of NRE power generation, especially wind power generation. The promotions will mainly targeting the relevant stakeholders, especially the government and potential project developers to encourage the investment in the wind energy sector. In order to provide support for qualified future engineers, the project will also conduct capacity building and promotion on the wind energy technology to the selected engineering schools. This component activity will mainly engage in building the capacity of the local industry on designing systems, have adequate engineering capacity, adequate skills for installation, operation and maintenance as well as system components manufacturing capabilities. Local Industrial Support and Market Development PLTH di Pandan Simo, Bantul, Yogyakarta
  • 12. 11Buletin WISE Component Activity #1: WHyPGen Technology Application and Assessment Component Activity #2: WHyPGen Technology Demonstration Component Activity #3: WHyPGen Financing Initiatives Component Activity #4: Policy and Institutional Support for WHyPGen Initiatives Component Activity #5: WHyPGen Promotion Component Activity #6: Local Industrial Support and Market Development 9.4 MW of WHyPGen installation to generate 18.115 GWh electricity and reduce 16,050 mt of CO2
  • 13. 12 Menghembuskan Energi Angin di Indonesia Blowing the Wind Energy in Indonesia By Mr. Soeripno MS, National Project Manager of WHyPGen Project
  • 14. 13Buletin WISE E nergi angin sebagai salah satu Energi Baru Terbarukan (EBT) merupakan energi bersih dan tersedia secara cuma-cuma di alam semesta. Deng- an menggunakan Sistem Konversi Energi Angin (SKEA), energi kinetik yang terdapat pada angin akan dirubah menjadi energi mekanis yang dapat dimanfaatkan sebagai sistem pompa ataupun pembangkit listrik. Namun untuk bisa memanfaatkan energi angin sebagai pembangkit listrik, diperlukan persiapan yang sangat matang dan terinci, mulai dari pengukuran potensi energi angin yang akurat, pemilihan titik pemasangan turbin angin dan pemilihan teknologi yang tepat. Apabila dibandingkan dengan sumber EBT lainnya, angin saat ini memiliki jumlah penetrasi terbesar di dunia. Hal ini erat kaitannya dengan teknologi yang cukup sederhana dan mudah diadaptasi. Total kapasitas terpasang dari Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB) di seluruh dunia adalah sebesar 282,5 GW. Berdasarkan data dari Global Wind Energy Association (GWEA), saat ini Cina merupakan negara dengan pasar energi angin terbesar di dunia, dengan total kapasitas terpasang adalah 75,3 GW atau sekitar 26,7% dari total pangsa pasar dunia. Di nomor dua adalah Amerika Serikat yang mengambil share sebesar 21,2% dengan total kapasitas PLTB terpasang sebesar 60,007 GW. Di posisi ketiga adalah Jerman dengan total kapasitas PLTB terpasang 31,308 GW atau sebesar 11,1% dari pasar energi angin dunia. BlowingtheWindEnergyinIndonesia BlowingtheWindEnergyinIndonesiaMenghembuskanEnergiAngindiIndonesia Wind energy as a one of renewable energy is clean and free for all, however, its kinetic potential energy should change to fulfill the need energy consumption by using Wind Energy Conversion System (WECS) to generate electricity or other mechanical energy such for pumping system. Tor realize these, many activity related to wind energy should be done as wind data resources assessment, research and development (R and D) on wind turbine technology and also introducing and disseminating of using wind energy at several site selection with good enough wind velocity. Referring to the simple and adaptable of the technology, presently the wind power generation has the biggest capacity in world compare to other renewables. The world total wind power generation is about 282.5 GW. Based on the Global Wind Energy Association (GWEA), China has the biggest wind power generation market in the world with the total of 75.3 GW or equal with 26.7% from the total world market. In the second place, is USA with the total wind power generation installed capacity of 60.007 GW, which took the share of the world total wind energy market about 21.2%. And in the third place is German with the total capacity of wind power generation installed is 31.308 GW or equal with 11.1% of the world wind energy. market.
  • 15. 14 In the South East Asia, Philippine had developed the wind power generation since 2009; with present total capacity installed is 33 MW. While in Thailand, the total capacity installed of wind power generation is 7 MW. This will soon be boosted with the plan of developing 242 MW wind farm. As the start, a 90 MW wind farm will be developed at Nakhon Ratchasima this year. In Thailand, sites with the best wind potential are often located in the state-owned conservation areas, which make the land permission become more complex. In Vietnam, the application of on-grid wind-power generation is targeted to reach 1GW by 2020 and 6.2 GW by 2030. Studies have estimated that Vietnam has good wind energy potency. The study conducted by the World Bank showed that Vietnam’s wind energy potency is about 521GW. While the study conducted by the Electricity of Vietnam Group/EVN stated that Vietnam has the potency of wind energy about 1,785GW. The implementation of wind energy technology in Indonesia is still low. The total wind power generation installed in Indonesia is less than 2 MW of a non- commercial scale. The implementation of isolated wind energy systems typically in remote area/location or islands, and they are frequently installed as part of development or research project. Several area along the shore of northern and southern part of Java Island, eastern part of Madura island, southern and northern part of Sulawesi Island, and some part of Nusa Tenggara islands, have applied wind turbine for generating Sementara di Asia Tenggara, sejak tahun 2009 Filipina telah memanfaatkan energi angin sebagai salah satu pembangkit listrik di negaranya dengan total kapasitas 33 MW. Sementara di Thailand, saat ini terdapat PLTB dengan total kapasitas terpasang sebe- sar 7 MW. Namun pemanfaatan energi angin di Thailand akan segera di dorong dengan rencana pembangunan sebesar 242 MW ladang angin (wind farm), dimana sebesar 90 MW ladang angin akan dibangun tahun ini di Nakhon Ratchasima. Salah satu kendala yang dihadapi perkembangan energi angin di Thailand adalah kebanyakan ladang angin menempati area-area konservasi milik ne- gara, sehingga proses perizinannya menjadi cukup kompleks. Di Vietnam, PLTB dengan aplikasi on-grid ditargetkan akan mencapai total kapasitas 1 GW pada tahun 2020 dan 6,2 GW pada tahun 2030. Negara ini memang memiliki sumber energi angin yang cukup potensial, berdasarkan kajian sumber energi angin yang dilaksanakan oleh Bank Dunia, total kapasitas potensi energi angin yang ada di Vietnam adalah sebesar 521 GW, sementara hasil kajian dari Electricity of Vietnam Group (EVN) menyatakan potensinya sebesar 1.785 GW. Cerita Indonesia sendiri, pemanfaatan energi angin dapat dibilang cukup lamban. Hingga saat ini, total kapasitas terpasang masih kurang dari 2 MW, dan belum ada yang diimplementasikan dalam skala komersial. Kebanyakan adalah instalasi-instalasi pada skala penelitian yang ditempatkan di daerah- daerah terisolir ataupun terpencil dan belum ada sumber energi listrik lainnya. Beberapa diantaranya terdapat di bagian utara dan selatan Pulau Jawa, bagian barat Pulau Madura, bagian utara dan selatan Pulau Sulawesi, dan sebagian di kepulauan Nusa Tenggara. Biasanya aplikasi yang diterapkan
  • 16. 15Buletin WISE PengukuranAngindiIndonesia adalah sistem hibrid, namun jumlah dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Kapasitas turbin angin terbesar yang terpasang di Indonesia saat ini adalah sebesar 100 kW, yang dipasang oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Sukabumi, Jawa Barat dan Selayar, Sulawesi Selatan. Sementara untuk total kapasitas terpasang terbesar adalah sebesar 735 kW yang terdapat di Nusa Penida, Bali yang merupakan kerjasama antara Pemda Klungkung, Bali, Kementerian ESDM dan PT. PLN (Persero). Aplikasi ini terpasang secara terhubung dengan jaringan listrik PLN. WindMeasurementinIndonesiaPengukuranAngindiIndonesia Pengukuran Angin di Indonesia Wind Measurement in Indonesia I su paling krusial dalam pemanfaatan teknologi PLTB adalah pengukuran. Tanpa adanya metode pengukuran yang tepat, maka data energi angin yang diperoleh pun menjadi tidak valid. Ini akan berdampak pada pemilihan teknologi yang akan diguna- kan untuk membangkitkan energi listrik. Kegiatan pengukuran angin di Indonesia telah dilaksanakan sejak 15 tahun yang lalu, dan kebanyakan dilaksanakan oleh Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN). Selain itu, ada juga pengukuran yang dilaksanakan oleh Badan Meterologi dan Geofisika (BMG), maupun oleh konsultan-konsultan asing seperti Winrock International Amerika Serikat, Wind Guard Jerman (bekerja sama dengan pemerintah daerah), Soluziona (bekerja sama dengan Kementerian ESDM), Nip-SA – Spanyol dan lainnya. Dari hasil data yang terkumpul, sebanyak 166 titik lokasi di Indonesia telah dilakukan pengukuran, dan 35 diantaranya merupakan lokasi dengan potensi energi angin yang cukup bagus untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, yaitu dengan kecepatan angin rata-rata di atas 6 m/s. Dan sebanyak 34 lokasi memiliki kecepatan angin rata-rata antara 4 – 5 m/s yang juga masih cukup potensial untuk dikembangkan sebagai PLTB. The biggest capacity of wind turbine unit installed in Indonesia at the moment is 100kW, which installed by the Ministry of Energy and Mineral Resources (MEMR) at Sukabumi-West Java and Selayar-South Sulawesi. However, up to present, the largest wind power generation facility is installed at Nusa Penida-Bali, with the total capacity of 735 kW. This on-grid wind power generation facility is a collaboration between the local government of Klungkung, Bali, MEMR and PT. PLN (Persero).the moment is 100kW, which installed by the Ministry of Energy and Mineral Resources (MEMR) at Sukabumi-West Java and Selayar-South Sulawesi. However, up to present, the larget wind power generation facility is installed at Nusa Penida-Bali, for the total capacity of 735kW. This on-grid wind power generation facility is collaboration between the local government of Klungkung, Bali, MEMR and PT. PLN (Persero). 15Buletin WISE
  • 17. 16 One of the most important issue in developing wind energy is the measurement. An exact measurement methode had to be conducted in order to have a valid data on wind energy, especially for the wind speed. This is a very crucial for the technology selection that will be used to generate the electricity. The measurement of wind energy in Indonesia had been conducted more than 15 years ago. Most of it was conducted by the National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN). Others are conducted by the National Meteorological Agency (BMG), and consultant from Winrock International - USA, Wind Guard – Germany (in collaboration with local government), Soluziona (in collaboration with MEMR), NipSA_Spain and other relevant institution at several areas in Indonesia. Resources potential Wind Speed at 50 m , (m/s) Wind Power dencity, at 50 m , (W/m2) Number of sites Provinces Marginal 3.0 – 4.0 <75 84 Maluku, Papua, Sumba, Mentawai, Bengkulu, Jambi, East and West Nusa Tenggara, South and North Sulawesi North Sumatera, Central Java, Maluku, DIY, Lampung, Kalimantan Fair 4.0 – 5.0 75 - 150 34 Central and East Java, DIY, Bali, Bengkulu, East and West Nusa Tenggara, South and North Sulawesi good > 5.0 > 150 35 Banten, DKI, Central and West Java, DIY, East and West Nusa Tenggara, South and North Sulawesi, Maluku Indonesia wind data summary Based on the data collected, about 166 sites in Indo- nesia had been measured for the wind energy potency. And the result showed that 35 sites have good potential wind energy, with the average of annual wind speed is above 6 m/s. In addition, about 34 sites also have suff- icient wind energy to be developed, with the average of annual wind speed is ranging between 4 – 5 m/s Source : LAPAN Wind Data
  • 18. 17Buletin WISE WindResourcesAssessment(WRA) WindResourcesAssessment(WRA)KajianPotensiAngin(WRA) Wind Resources Assessment (WRA) Kajian Potensi Angin (WRA) Wind Resources Assessment (WRA) is performed in order to predict the wind energy potency in a region. It requirs the wind climate secondary data for meso- scale and primary data for the micro-scale. WHyPGen project had conducted WRA in 11 sites, using both data from the satellite and field visit survey. The WRA are located in 7 provinces, and the total area assessed is around 9,936.53 km2 area. By using a 55 m diameter of wind turbine (or about 750 kW capacity), the simulation resulted that the wind energy in these locations can generate electricity about 2.745 GW or about 55.184 GWh/year. The data satellite from 3TIER shows that wind energy resources are available in the south coast of Java Island, eastern part of Indonesia (NTT, Maluku) and south part of Sulawesi Island. Nevertheless, some part of Sumatera, Kalimantan and Papua, especially the islands, also had resources for wind energy which can be utilized to generate electricity. From the assessments, some locations had been identified to have a good potency to be developed as a commercial grid-connected wind farm. The site selection and capacity generated will not only depend on the average wind speed, but also the area wide. K ajian Potensi Angin (Wind Resources Assessment/WRA) dilakukan untuk memprediksikan potensi energi angin di suatu daerah. Data yang diperlukan untuk melaksanakan WRA mini- mal berupa data-data yang diperoleh dari satelit. Proyek WHyPGen hingga saat ini telah melaksanakan WRA di 11 lokasi yang telah teridentifikasi sebelumnya memiliki energi angin yang potensial. WRA dilaksana- kan baik menggunakan data satelit maupun survey langsung ke lokasi. Kesebelas lokasi tersebut tersebar di 7 propinsi dengan total luas area yang telah dikaji adalah sebesar 9.936,53 km², dengan menggunakan turbin angin berdiameter 55 m atau memiliki kapasitas sekitar 750 kW sebagai simulasi. Dari hasil sebesar WRA tersebut diperoleh perkiraan bahwa listrik yang dapat dibang- kitkan adalah sekitar 2,745 GW atau sekitar 55,184 GWh per tahun. Berdasarkan data-data satelit yang diper- oleh melalui 3TIER, terlihat bahwa potensi energi angin terdapat di pantai selatan Pulau Jawa, Bagian Timur Indonesia (NTT dan Maluku) serta bagian utara dari Pulau Sulawesi. Tampak juga adanya lokasi-lokasi dengan potensi angin yang perlu dikaji lebih mendalam di beberapa bagian Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua. Dari hasil kajian yang telah dilaksanakan di beberapa lokasi tesebut, beberapa lokasi telah teridentifikasi memiliki potensi yang cukup bagus untuk dikembangkan sebagai wind farm skala komersial dan terhubung dengan jaringan listrik PLN. Penentuan sebuah titik lokasi angin dan besarnya kapasitas yang dapat dibangkitkan bisa berdasarkan kecepatan angin dan luas area atau lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai wind farm di lokasi tersebut. source: 3tier
  • 19. 18 Site of Wind Resources Assessment Summary 1 Lebak - Banten 100 2 Sukabumi – West Java 100 3 Garut – West Java 150*) 4 Purworejo – Central Java 67.5 5 Bantul - DIY 50 6 GunungKidul - DIY 15 7 Sirdap – South Sulawesi 100 8 Jeneponto – South Sulawesi 180*) 9 TTS – East Nusa Tenggara 15 10 East Sumba - NTT 15*) 11 Selayar – South Sulawesi 10 12 Others >500 No Potential Site Capacity Install (MW) Summary of Wind Farm Potential Sites *) based on data satellite Site Vave m/s Weibul Parameter Wind Power Density W/m2 Calculation Height (m) Calculation Resolution (m) C(m/s) k Baron DIY 6.13 6.29 2.24 245 50 150 Lebak - Banten 5.58 6.3 2.06 198 50 150 Nusa Penida - Bali 2.73 3.1 1.66 30 20 130 Oelbubuk NTT 6.1 6.9 1.6 301 30 160 Bantul DIY 4 4.7 1.87 91 50 130 Sukabumi West Java 6.27 7.1 2.08 272 50 180 Purworejo Central Java 5.16 5.7 1.5 231 60 150 Garut West Java 6.57 7.4 2.89 268 50 100 Sidrap South Sulawesi 6.43 7.3 2.05 320 50 100 Jeneponto South Sulawesi 7.96 9.0 2.51 491 50 100 Selayar South Sulawesi 4.6 5.2 1.83 143 24 100
  • 20. 19Buletin WISE WhyWindHybridPowerGeneration?MengapaHibrid? Why Wind Hybrid Power Generation? Mengapa Hibrid? I ndonesia yang merupakan negara ke- pulauan besar, terdiri dari 17.000 pulau dan hingga saat ini terdapat sekitar 5.700 pulau yang berpenghuni. Karakteristik dari pulau-pulau kecil biasanya memiliki keterbatasan sumber air bersih dan suplai listrik. Untuk membangun sumber air bersih dan jaringan listrik diperlukan biaya yang relatif tinggi. Belum lagi hambatan kesulitan untuk pengoperasian dan perawatannya. Biasanya, pemanfaatan BBM akan menjadi solusi termudah untuk bisa menerangi daerah-daerah tersebut. Namun dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi, dan semakin gencarnya program penurunan emisi, maka sudah saatnya untuk melihat sumber-sumber energi alternatif Energi Baru Terbarukan (EBT) yang tersedia di suatu tempat secara lokal. Salah satu solusi yang dapat diterapkan di daerah-daerah yang terpencil atau terisolir dalam memanfaatkan EBT adalah dengan menggunakan sistem hibrid. Yakni dengan menggabungkan beberapa sumber energi sebagai pembangkit listrik. Dalam kaitannya dengan pemanfaatan energi angin, sistem hibrid dapat dipilih untuk mengatasi karakteristik angin yang berubah-ubah dan tidak bertiup sepanjang hari. Dalam aplikasi sistem hibrid tersebut, energi angin dapat dikombinasikan dengan sumber-sumber energi lainnya seperti surya, hidro, biomass atau bahkan diesel genset sebagai cadangan. Sistem hibrid ini sangat tepat untuk digunakan pada lokasi- lokasi yang belum tersedia jaringan listrik PLN (off-grid), karena dapat meningkatkan kehandalan sistem secara komplementer sehingga dapat beroperasi memenuhi kebutuhan secara kontinyu. Indonesia has a large archipelago, which consist of more than 17,000 islands and around 5,700 islands only inhabited. Mostly the characteristics of small island is limited for freshwater and electricity supply. The installation cost for freshwater and electricity connection are relatively high. Moreover, there are also barriers in the operation and maintenance activities. The fossil fuel, especially petroleum, will become the simpler solution to electrify the area. However, taking into account the limited availability of the fossil fuel, and also the government programme in reducing green house gases emmision, it is time for us to search and develop the New Renewable Energy (NRE) that available locally in the location. For remote places, a hybrid system power generation can be implemented by combining two or more NRE sources as power generation. Wind energy is very much fluctuates. In some season the wind can blow very hard while in the other it can barely blowing. To overcome this fluctuating characteristic of wind energy, a hybrid system can be applied, especially for the off-grid application. Wind power generation can be combined with other power generation such as solar module (pv) or even diesel engine. The main function of generating sets is to take over the supply of electricity during the low of wind speed. The hybrid systems can complementary increase the reliability of the system to work continuously.
  • 21. PV Wind Baterai PLTD Inverter Dua Arah AC BUS Beban 20 Skema PLTH PV-WIND-DIESEL (off-grid)
  • 22. Contoh penggunaan baterai di teknologi pembangkit listrik tenaga hibrid. 21Buletin WISE
  • 23. 22 Wawancara dengan Kepala BPPT Dr. Ir. Marzan A. Iskandar: Interview with the Chairman of BPPT, Dr. Ir. Marzan A. Iskandar Dalam perbincangan WISE dengan Kepala BPPT Dr. Ir. Marzan A. Iskandar, terungkap banyak hal mulai target, tantangan di energi terbarukan termasuk optimisme beliau. Simak wawancara lengkapnya. Melihat perkembangan kebutuhan dan ketersediaan energi saat ini di negara kita, sejauh apa perkembangan dan peran Energi Terbarukan (ET)? Semakin disadari bahwa belakangan ini peran ET semakin tinggi. Dan hal ini telah dinyatakan dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 5 Tahun 2006 bahwa ET di- harapkan mampu berperan minimum 17% dalam pemenuhan konsumsi energi nasional di tahun 2025, sehingga telah diakui secara politik bahwa Indonesia memerlukan tambahan dari peran ET. Tinggal selanjutnya adalah bagaimana kita bisa merealisasikan itu. Potensi ET Indonesia sangat banyak, biomasa, panas bumi, surya dan tenaga angin. Kalau kita kombinasikan dengan menggunakan teknologi smart grid yang juga sudah mulai dibuat prototype-nya, ini akan memungkinkan Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa memanfaatkan ET secara optimal. Saya optimis kita bisa The interview with Chairman of BPPT, Dr. Ir. Marzan A. Iskandar the revealed many things on the targets, challenges and his confident on the renewable energy. Check out the full interview: Looking in to the energy supply and demand in our country, how is the development and role of the Renewable Energy (RE)? Lately, it is acknowledged that the role of RE is increased. This had been stated on the President Decree No. 5, 2006 that RE is expected can meet 17% of the national energy consumption in 2025. Thus, the need of RE role had been politically recognized. Next, is how are we going to realize it. Indonesia has so many RE resources, such as biomass, geothermal, solar and wind power. If all of this resources are combined in a ‘smart grid’ technology, which we already developed the prototype’, this will lead Indonesia to become one of the countries that can optimally develop the RE. I’m optimistic on this. Indeed, bigger efforts are required to accelerate the RE development. melakukan itu, hanya memang masih diperlukan upaya-upaya yang lebih besar dari apa yang sudah kita lakukan sekarang ini, agar pemanfaatan ET dapat tumbuh dengan cepat. Dr.Ir.MarzanA.IskandarWawancaradenganKepalaBPPT Dr.Ir.MarzanA.Iskandar InterviewwiththeChairmanofBPPT, Dr.Ir.MarzanA.Iskandar
  • 24. 23Buletin WISE Apakah kendala terbesar dalam perkembangan ET di tanah air ? Kendala terbesarnya adalah kita memberikan subsidi terlalu besar pada BBM (Bahan Bakar Minyak). Seharusnya kita mengurangi secara bertahap sampai tidak ada subsidi untuk BBM, sehingga kita bisa mulai fokus untuk memberikan insentif-insentif terhadap pemanfaatan ET. Itu yang paling mendasar. Subsidi BBM, membuat semua ET tidak kompetitif. Jadi memang harus ada upaya dimana harga BBM secara per- lahan dinaikkan hingga mencapai nilai keekonomian, dan kita mulai berpindah untuk mengalokasikan anggaran pada upaya mendorong pengembangan teknologi dan industri ET. The biggest problem is the high subsidy for oil fuel. We should gradually reduce the subsidy, then we can start to focus in providing incentives for RE development. That’s the most fundamental. The oil fuel subsidy makes the RE uncompetitive. More efforts must be directed on this issue. The oil fuel price must be gradually increased until reach the economic value. Hence, we can start to allocate budget for the development of RE technology and industry. What is the biggest problem in developing the RE in Indonesia? “Saya Optimis Energi Terbarukan Optimal di Indonesia” “I’m optimistic that renewable energy will be optimal in Indonesia”
  • 25. 24 Kalau kita bicara secara khusus mengenai energi angin, bagaimana pandangan Bapak terhadap energi angin ini? What I got in my mind was that the wind energy in Indonesia is not quiet potential. But it turns out that the latest information stated that in certain areas in Indonesia has potential wind energy such as in Sukabumi which can generate electricity up to 100 MW. In addition, good wind energy potency can also be found in Lebak, Banten, and probably in other locations in the country, which means that these locations can be developed for wind power generation. Indeed, the wind power generation must be placed in windy areas where only be habited by a small population. It means that this power generation will be located far away from the habitation, thus it will only be economically feasible if implemented in a larger capacity. Jika bicara mengenai teknologi ET, apakah kita sudah siap? Kita itu siap, tapi selalu terhenti pada prototype, dan tidak bisa masuk ke skala industri atau skala produksi massal, karena tidak ekonomis. Tentunya membutuhkan insentif. Kalau semuanya dihitung dengan cermat, dan semua insentif kita masukkan, mestinya ET akan tumbuh. Saat ini semua masih menunggu pada barriers di skala keekonomian. Semua menunggu hingga harganya ‘pas’. Selama tidak ada terobosan, maka lama-lama gagasan, teknologi, dan prototype tersebut menjadi tidak relevan lagi dan menjadi tertinggal. Sementara negara lain sudah maju ke yang lebih tinggi, tapi kita masih saja di skala prototype. Untuk itu, harus ada terobosannya. Yes, we are ready. However, it is always stopped at the prototype, and failed to reach the industrial or mass production scale, as it is not economical. Incentives are required, indeed. Now, we are all still waiting on the economic barriers, such as biodiesel manufacture, wind power generation designs, geothermal. Everybody is waiting until the price is “fit”. Without breakthroughs, the ideas, technologies and prototypes will then become irrelevant and left behind. While other countries has progressive movement on RE, we will only stay in the prototype scale. Thus, we need a breakthrough. Talking about the RE technology, are we ready yet? What is your opinion on wind energy chances in Indonesia? Apa yang ada dalam bayangan saya, Indonesia tidak begitu besar potensi energi anginnya. Tapi ternyata informasi terakhir di wilayah ataupun di lokasi-lokasi tertentu di Indonesia memiliki potensi energi angin cukup baik, seperti lokasi di Sukabumi, mencapai 100 MW, selain itu terdapat juga potensi angin di Lebak, Banten, dan mungkin juga daerah lain. Artinya ada di lokasi-lokasi tertentu yang kecepatan anginnya memang bagus dan layak dimanfaatkan. Memang Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB) harus ditempatkan di lokasi yang banyak anginnya. Namun jika anginnya banyak biasanya penduduknya
  • 26. 25Buletin WISE Seperti apakah peranan BPPT terhadap perkembangan ET, khususnya energi angin? Dan seperti apa harapan ke depannya? How is BPPT’s role in the RE development, especially for wind energy? And what is the next expectation? sedikit. Artinya, pembangkit ini akan berlokasi jauh dari pemukiman sehingga baru akan ekonomis jika kapasitas yang dibangkitkannya besar. Itupun juga harus dilengkapi dengan skema insentif. ET masih harus dibantu dari segi pembiayaannya supaya bisa berkembang, karena jika tidak maka akan sulit berkembang. Jika skema FIT dianggap cocok, saya kira perlu segera diterapkan, karena banyak negara lain juga yang cocok, seperti contohnya Jerman. It also must be provided with incentive schemes. Financing supported is needed to develop the RE, because otherwise it will be difficult. If the Feed in Tariff scheme is suitable, thus it should be implemented. Many other countries have already implemented it, such as Germany. For the energy sector, BPPT is designed to develop and promote the utilization of RE or clean energy. Therefore, there are no such activities in BPPT that involving oil fuel or other fossil fuels. Most of them are RE and clean energy such as biofuel (bioethanol, biodiesel), solar power generation, ocean currents, and we’ve also conducted the ocean thermal energy conversion (OTEC). BPPT has been using the term of “energy plantation” since 1983/1984, so BPPT is no longer doubt that Indonesia had to switch to RE. This vision has never change. However, based on the past experiences, the efforts to develop pilot plant and prototype of the technologies are seems “stuck” and facing so many barriers. Nevertheless, we are still optimistic. Hopefully, Indonesia will increase the RE development, and we can be sure that the energy will sustain and we will not face shortage in energy. BPPT will focus in supporting the RE development and energy efficiency. Di Bidang Energi, sebetulnya BPPT didesain untuk mengembangkan atau mempromo- sikan pemanfaatan ET atau lebih akuratnya energi bersih. Oleh karena itu dari dulu, di BPPT tidak ada kegiatan pemanfaatan BBM, ataupun energi fosil lainnya. Semuanya energi terbarukan, energi bersih seperti biofuel (bioethanol, biodiesel), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) kemudian arus laut, dan dulu kita pernah juga melakukan ocean thermal energy conversion (OTEC). Dari tahun 1984/1983 BPPT telah mengunakan istilah perkebunan energi. Jadi memang sudah tidak ada lagi keraguan bahwa Indonesia harus beralih ke pemanfaatan ET. Visi ini sudah dari dulu dan tidak berubah sampai sekarang. Namun berdasarkan pengalaman-pengalaman selama ini, apa yang menjadi upaya dalam mengembangkan pilot plant, dan prototype dari teknologi-teknologi ini semuanya ‘mandek’. Masih banyak kendala. Meski masih banyak yang harus diperbaiki, kita masih optimis.
  • 27. 26 In term of wind energy, BPPT has a wind power generation in Baron, Gunung Kidul, and also at other locations in east Nusa Tenggara. We are currently lack of a comprehensive data/map on wind energy, while in order to develop it we need accurate information. I’m sure that the technology could be develop rapidly. We are now still developing the small scale, up to 10 kW. However for bigger scale still have to be further assessed and developed. Hopefully WHyPGen can show the relevant stakeholders in understanding the need of incentives, tax free, subsidy, and others support for wind energy development. WHyPGen also need to show the wind energy potency in Indonesia, the choices of application such as stand-alone or grid connected, and its benefits. Therefore, the wind power generation can be developed. Mudah-mudahan semakin ke depan, Indonesia semakin banyak menggunakan ET, sehingga kita bisa yakin, energi di Indonesia akan sustain dan tidak mengalami shortage. BPPT akan fokus untuk mendukung pengembangan dan pemanfaatan teknologi ET dan efisiensi energi. Terkait energi angin, BPPT memiliki unit PLTB di Baron, Gunung Kidul. Dulu juga ada beberapa tempat di Nusa Tenggara Timur. Di perlukan adanya informasi yang akurat dan komprehensif mengenai potensi angin. Sementara ini kita belum memiliki peta potensi angin yang lengkap. Untuk teknologinya saya yakin bisa cepat berkembang. Sekarang memang kita masih mengembangkan skala kecil, saya kira sampai dengan 10 kW. Tapi untuk yang lebih besar tentu saja masih harus dikembangkan lebih lanjut. Mudah-mudahan WHyPGen bisa mengajak para stakeholder untuk memahami me- ngenai pemberian insentive, pembebasan biaya masuk, subsidi atau yang lainnya. WHyPGen juga dapat menunjukkan potensi angin yang ada di Indonesia, serta pilihan aplikasinya yang berupa stand-alone atau terkoneksi dengan sistem yang lain pada satu grid, sekaligus juga keuntungannya. Dengan demikian, ET, khususnya energi angin dapat berjalan di Indonesia.
  • 28. 27Buletin WISE Pimpinan dan staf B2TE-BPPT, UNDP dan WHyPGen mengucapkan Baron Techno Park-BPPT, Gunung Kidul, Yogyakarta 27
  • 29. 28 Diskusi dan Kunjungan Dirjen EBTKE ke Baron Techno Park VisitandDiscussion VisitandDiscussion Visit to Baron Techno Park and Discussion with the Director General of DGNREEC G una mendorong pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), khususnya energi angin, Proyek WHyPGen menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi (executive meeting). Pertemuan ini dihadiri oleh Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM), Unggul Priyanto dan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana. Acara yang diselenggarakan pada tanggal 24 Juli 2013 di Yogyakarta membahas isu- isu strategis terkait pengembangan dan pemanfaatan energi angin dan konservasi energi, khususnya teknologi kogenerasi, dan juga rencana pengembangan Baron Techno Park. Diskusi kemudian dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke Baron Techno Park yang terletak di Pantai Baron, Gunung Kidul, Yogyakarta. Segera beralih ke sumber-sumber EBT merupakan hal yang ditekankan oleh Deputi TIEM – BPPT Unggul Priyanto dalam pidato pembukaannya. Ini terkait dengan status Indonesia yang sudah mulai beralih dari negara pengekspor energi menjadi negara pengimpor energi. Ini diperkirakan akan terjadi pada tahun 2027. Oleh karena itu, pengembangan energi dari sumber EBT dan penerapan program konservasi energi perlu segera ditingkatkan. Selain lebih ramah lingkungan, kesegeraan ini juga didorong dengan adanya sumber daya EBT yang cukup menjanjikan di Indonesia, sehingga perlu dimanfaatkan secara optimal. Dalam sambutannya Dirjen EBTKE Rida Mulyana menyatakan bahwa pertemuan ini sebagai pertemuan yang istimewa, karena dihadiri oleh para pejabat kementerian dan institusi terkait, seperti Staf Ahli Menteri Lingkungan Global Kementerian Lingkungan Hidup, Selaku Global Environment Facility (GEF) focal point, Dana A. Kartakusuma. Lalu Head of Environment Unit – UNDP Indonesia, Budhi Sayoko, Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan – DJEBTKE, Alihuddin Sitompul, Direktur Konservasi Energi – DJEBTKE, Maritje Hutapea, Kepala Balai Besar Teknologi Energi – BPPT yang juga merupakan National Project Director (NPD) dari WHyPGen Project, Soni S Wirawan, Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi – BPPT, MAM Oktaufik serta perwakilan dari Dinas ESDM Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta – Edi. Kehadiran para pejabat DJEBTKE dinyatakan juga sebagai suatu bentuk keseriusan dalam mendorong EBT di Indonesia. “Sengaja saya mengajak para direktur kami ini, karena saya ingin menunjukkan bahwa tanpa bicara pun kami serius” ujar Dirjen EBTKE Rida Mulyana. “Serius tidak hanya di meja rapat, tapi kerja di lapangan agar dapat terasakan oleh rakyat langsung”, sambungnya. Hal tersebut terkait erat dengan isu ketahanan energi yang sudah menjadi suatu keharusan, energi listrik telah menjadi bagian dari kebutuhan pokok. Lebih lanjut ia menambahkan bahwa untuk dapat mengelola energi dengan lebih baik maka diperlukan keterlibatan dan kerjasama dari DiskusidanKunjungan DiskusidanKunjungan
  • 30. 29Buletin WISE semua pihak. Untuk itu, diharapkan agar pertemuan seperti ini dapat dilaksanakan secara rutin, sehingga kegiatan-kegiatan yang ada di masing-masing lembaga dapat disejalankan dan sinergi, khususnya EBT dapat dikelola secara lebih baik lagi. Beberapa hal penting yang diutarakan oleh NPD WHyPGen Soni S Wirawan dalam pemaparannya adalah dukungan yang akan diberikan WHyPGen terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) angin dan matahari di Nusa Penida, Bali, hitungan dan usulan kebijakan harga jual listrik dari energi angin dalam bentuk skema Feed in Tariff (FiT), teknologi kogenerasi serta pengembangan kawasan Baron Techno Park. FiT yang diusulkan WHyPGen adalah Rp. 1.750 per kWh, dengan IRR sebesar 14% dan interest rate sebesar 10%. Usulan ini dibuat berdasarkan hasil diskusi dan simulasi yang telah dilaksanakan WHyPGen dengan para calon pengembang dan perbankan. Usulan ini akan ditindaklanjuti dengan pembuatan alternatif hitungan dengan menggunakan interest rate yang lebih rendah, yaitu 6-7 % dan patokan IRR sebesar 14%, sekaligus juga alternatif skema FiT dengan model staging untuk kelas kapasitas pembangkitan PLTB. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke Baron Techno Park. Terdapat PLTH yang terdiri dari tenaga bayu yang dikombinasikan dengan tenaga matahari dan genset berbahan bakar nabati. Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah sebesar 15 kW, dan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 36 kWp. Energi yang dihasilkan dari sistem hibrida ini dimanfaatkan masih sebatas untuk memenuhi kebutuhan listrik dari ruang kontrol. Rencananya akan dikembangkan pemanfaatannya untuk mensuplai kebutuhan listrik kawasan Baron Techno Park sesuai dengan peruntukannya. Koordinasi dengan Pemda Gunung Kidul, DIY pun telah dilaksanakan untuk mengembangkan Baron Techno Park sebagai tempat kunjungan wisata berbasis “edutainment”, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak. Rangkaian acara ini pun ditutup dengan acara buka puasa bersama. from left: Budhi Sayoko-Head of Environment Unit UNDP Indonesia, Rida Mulyana-Director Genetal of DGNREEC MEMR, Unggul Priyanto-Deputy for TIEM BPPT, and Soni S Wirawan NPD of WHyPGen Project
  • 31. 30 To promote the development of New Renewable Energy (NRE), especially the wind energy, WHyPGen project had conducted an executive meeting which was attended by the Deputy for Information Energy and Material Technology (TIEM) – BPPT, Unggul Priyanto and the Director General of New Renewable Energy and En- ergy Conservation (DGNREEC) – MEMR, Rida Mulyana. The meeting took place in Yogyakarta on the last 24 July 2013. The main agenda was to discuss strategic issues on the wind energy development in Indonesia, the cogeneration technology for energy conservation program, and Baron Techno Park development plan. After the meeting, a field visit was conducted to Baron Techno Park at Baron beach, Gunung Kidul, Yogyakarta. In his opening speech, Deputy for TIEM-BPPT, Unggul Priyanto was stressed the necessity of transferring to NRE sources immediately. It is predicted that Indonesia will become a net energy importer on 2027. Hence, the NRE development and implementation of energy con- servation programs need to be accelerated. Indonesia has promising resources of NRE which can be optimized for energy demand in the country. Moreover, NRE is more environmental friendly compare to fossil fuel. The Director General of DGNREEC stated that it was a special meeting which attended by Rida Mulyana the functionary from the related departments or institutions, such as Ministry of Environment (GEF Focal Point) - Dana A. Kertakusuma, Head of Environment Unit, UNDP Indonesia – Budhi Sayoko, Director for VariousNew and Renewable Energy, DGNREEC – Alihuddin Sitompul, Director for Energy Conservation – DGNREEC – Maritje Hutapea, Head of Energy Technology Center, BPPT (National Project Director/NPD of WHyPGen) – Soni S Wirawan, Director for Energy Conversion and Conser- vation, BPPT – MAM Oktaufik, and the representative from the energy and mineral resources department of Yogyakarta – Edi. The presence of DGNREEC functionaries are also can be seen as seriousness in promoting the NRE in Indo- nesia. “I did purposely took my directors to show that we are serious in developing the new renewable energy, not only in the meeting table but also in field, thus the impact can directly be perceived by the people” said the Director General of DGNREEC. Furthermore, he added that the electricity had become one of the basics needs; and energy security is a must. Involvement from all the parties is required to have a better energy management in the country. Thus it is expected that the kind of meeting can be held regularly and all the activities related to the NRE development in each of the institutions can be in-lined and synergies. In this meeting, the WHyPGen NPD, Soni S Wirawan explained the WHyPGen project support on the existing wind hybrid power generation at Nusa Penida, Bali, the calculation and proposed policy for electricity price generated by the wind power (feed in tariff scheme/FiT), cogeneration technology and the development plan for Baron Techno Park. The Project proposed the wind energy FiT for IDR 1,750 per kWh, with IRR of 14% and the interest rate of 10%. The proposal was based on the simulation and discus- sion with the project developers and banks. At the end of the FiT discussion, the project is requested to make an alternative calculation with a lower interest rate rang- ing from 6-7%, and IRR of 14%. Moreover, a proposal for FiT with “staging” formula on the wind power genera- tion capacity was also requested. The meeting then continued with a field visit to Baron Techno Park. In this location there is a hybrid power generation consist of wind, solar and biofuels. The total capacity installed of wind power generation is 15 kW and the solar power generation is 36 kWp. The electric- ity produced by the hybrid system is utilized to support the electricity in control room. Next, it is expected that Baron Techno park can supply all the electricity demand in the area, which will be developed as an “edutain- ment” based tourism area. This plan had also been coordinated with the local government of Gunung Kidul, Yogyakarta. The series of executive meeting and field visit were then ended with break fasting and dinner.
  • 32. The start of WHyPGen project was initialized by the “kick-off” meeting held in Yogyakarta on 4 – 5 Oct 2012. The meeting was officially opened by the Deputy for Information Energy and Material Technology - BPPT, Unggul Priyanto, who representing the Chairman of BPPT. For the first time, the WHyPGen project board members and relevant key-stakeholders from government institutions and private sectors gathered to discuss the project’s plans and targets. Comments and inputs from the participants will be taken into consideration for WHyPGen project to revise the targets and activity plans. To provide real description and better understanding for the participants on the wind hybrid power plant application, a visit was conducted to the one of existing wind hybrid power plants in Pandansimo, Bantul, Yogyakarta. In this site, the wind hybrid system applications are used to support the electricity demand of 40 houses, public lighting and operation of the ice- maker machine and water pumps. 31Buletin WISE WHyPGen Project “Kick-off” WHyPGenUpdates WHyPGenUpdates B erjalannya proyek WHyPGen ditandai dengan WHyPGen Project “Kick-off” meeting. Acara tersebut dilaksanakan di Yogyakarta pada 4-5 Oktober 2012. Untuk pertama kalinya para anggota project board saling bertemu dan membahas mengenai target dan rencana kegiatan Proyek WHyPGen. Selain dari institusi pemerintah, para calon pengembang pun turut diundang dan hadir sebagai salah satu pemangku kepentingan utama. Acara pertemuan dibuka oleh Deputi Kepala BPPT bidang Teknologi Informasi Energi dan Material, Unggul Priyanto, mewakili Kepala BPPT yang berhalangan hadir. Pada pertemuan ini dipaparkan mengenai target-target proyek WHyPGen, sekaligus rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Komentar dan masukan yang disampaikan oleh para peserta akan dijadikan bahan pertimbangan Proyek WHyPGen untuk melakukan revisi terhadap target dan kegiatannya. Pada hari kedua, dilakukan site visit ke salah satu existing wind hybrid power plant di Pandansimo, Bantul. Aplikasinya sudah digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik sebanyak 40 rumah penduduk, penerangan umum, pengoperasian mesin pembuat es dan mesin pompa air. Melalui kegiatan ini diharapkan Proyek dapat memberikan gambaran secara langsung kepada para peserta mengenai aplikasi sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) berbasis energi angin. WHyPGen Project “Kick-off”
  • 33. 32 Energi Angin dan Pemenuhan Kebutuhan Energi di Indonesia Proyek WHyPGen melakukan penanda- tanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan perjanjian kerja sama dengan beberapa mitra. Hal ini untuk (PKS) mendorong pemanfaatan energi angin sebagai pembangkit listrik di Indonesia. Melalui kerjasama ini, diharapkan energi angin dapat lebih dimaksimalkan dalam memenuhi kebutuhan energi di Indonesia. Hal ini disampaikan Kepala BPPT Marzan Azis Iskandar dalam pidato pembukaan di gedung BPPT, Jakarta tanggal 14 Mei 2013. Pada kesempatan ini WHyPGen diwakili National Project Director (NPD) WHyPGen Soni Solistia Wirawan melakukan penandatanganan PKS dengan PT. PLN (persero) Distribusi Bali dalam rangka Wind Energy and the Energy Needs in Indonesia To promote the wind energy utilization for power gen- eration in Indonesia, the WHyPGen project had signed Memorandum of Understanding (MoU) and Agreement with several proponents in Jakarta, on 14 May 2013. On his opening speech, the Chairman of BPPT, Marzan Aziz Iskandar stated that the collaborations were expected to maximize the development of wind energy power generation in meeting the energy demand in the country. The National Project Director of WHyPGen, Soni Solistia Wirawan was representing the project in signing the agreement with PT. PLN (Persero) Bali Distribution to repair and improve the wind hybrid power generation WHyPGenUpdates WHyPGenUpdates from left: Soni S. Wirawan-NPD of WHyPGen Project, Andri Doni-Director of PT. Bakrie Power, Ali Herman Ibrahim-President Director of PT. Bakrie Power, Marzan A. Iskandar-Chairman of BPPT, Unggul Priyanto-Deputy for TIEM BPPT, I.B.G Mardawa Padangratha-General Manager of PT. PLN (Bali Distribution), Poempida Hidayatulloh-CEO of PT. Viron Energy, and Oma Zulfithansah-Head of BAPPEDA Kayong Utara
  • 34. 33Buletin WISE Membangun SDM di Bidang Teknologi Energi Angin S alah satu aktivitas WHyPGen adalah capacity building di bidang pendidikan, khususnya sekolah ataupun institusi pendidikan kejuruan teknis untuk memperkenalkan dan mempromosikan teknologi pembangkit listrik tenaga angin. Dalam rangka hal tersebut, WHyPGen telah melaksanakan pertemuan dengan beberapa institusi pendidikan teknis untuk mengumpulkan informasi mengenai kurikulum energi terbarukan, khususnya energi angin, yang telah ada di dalam kurikulum pendidikan yang diterapkan. Pertemuan telah dilaksanakan dengan fakultas teknik dari Sekolah Tinggi Teknologi (STT) PLN, Universitas Diponegoro, Human Resources Preparation for Wind Energy Technology development at Karimata Islands. As one of the WHyPGen promotion activities, the project had conducted meeting and discussion with several technical/engineering schools. The meeting was mainly to introduce and build capacity on the wind hybrid power generation technology, and to collect information on how far is the renewables topics, especially wind energy, had been given to the students. The meeting were conducted with the engineering faculty of STT PLN, Diponegoro University, Gadjah Mada University, Indonesia University, Dharama Persada University, Bandung Polytechnic, and the Technical Education and Development Center (TEDC) Bandung. In general, the topic of renewables, including wind perbaikan unit PLTH angin-surya di Nusa Penida Bali. Penandatanganan PKS dengan PT. Bakrie Power adalah dalam rangka membangun PLTH angin-surya di Pulau Sumba. Sementara rencana pembangunan PLTB sebesar 50 MW di Sukabumi dan 50 MW di Banten dituangkan dalam PKS dengan PT. Viron Energy. Sementara sehari sebelumnya telah ditandatangani PKS dengan Pemerintah Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat untuk rencana pemanfaatan PLTH angin-surya di Kepulauan Karimata. Dengan adanya kerjasama- kerjasama tersebut, diharapkan dapat mempercepat implementasi PLTH maupun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB) di Indonesia. at Nusa Penida, Bali. While the development of wind hybrid power generation at Sumba Island become the main topic of the agreement between WHyPGen Project and PT. Bakrie Power. The project will support the development of 50 MW wind farm each in Sukabumi, West Java and Banten. The collaboration is stated in the agreement between WHyPGen Project and PT. Viron Energy. Furthermore, through the agreement with the local government of Kayong Utara regency, West Kalimantan, WHyPGen will assist the assessment of wind – solar hybrid generation WHyPGenUpdates
  • 35. 34 Universitas Gadjah Mada. Juga Universitas Indonesia, Universitas Dharma Persada, Politeknik Negri Bandung dan P4TK-BMTI yang dulunya lebih dikenal dengan Technical Education and Development Center (TEDC). Saat ini, pendidikan mengenai teknologi energi angin telah diperkenalkan kepada para mahasiswa baik pada level pendidikan sarjana (S1) ataupun diploma (D3). Bukan hanya itu, bahkan beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) teknis pun telah memiliki tenaga pengajar yang telah dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan mengenai teknologi pembangkit listrik tenaga angin. Namun khusus untuk SMK, saat ini energi angin memang masih dalam usulan untuk dimasukkan ke dalam kurikulum. Diantara kendala yang menghambat penerapannya adalah masih belum adanya lapangan kerja yang tersedia dari industri PLTB. Tentunya ini terkait erat dengan belum terciptanya market dari PLTB itu sendiri. Hasil diskusi-diskusi tersebut akan dijadikan masukan oleh WHyPGen untuk menyusun suatu modul mengenai PLTB dan teknologi energi angin, untuk dijadikan referensi pengajaran. energy technology had been introduced to the students both in bachelor and diploma degree. In fact, the introduction of the wind energy technology had been started in vocational school. Some teachers from several vocational schools had been trained and equipped with skills and knowledge on the wind energy technology. Presently the proposal of wind energy curriculum for vocational schools is still in the discussion process. One of the main doubt is the unavailability of employment in wind power generation industry, which strongly correlated with the un-developed market of wind energy in the country. From the meeting and discussion with the engineering schools, WHyPGen will develop a wind energy training module, to become one of the references in introducing and teaching about wind energy to the students. WHyPGenUpdates Workshop PLTH Pandan Simo, Bantul, Yogyakarta
  • 36. 35Buletin WISE Mendorong Dukungan Pembiayaan Proyek Energi Angin B elum adanya dukungan pembiayaan terhadap proyek-proyek energi angin di Indonesia ditengarai menjadi salah satu penghambat perkembangan market Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Indonesia. Untuk itu, WHyGen telah mengalokasikan dana sebesar USD 300.000 untuk memicu pembangunan dan pemanfaatan PLTB. Dana ini rencananya akan ditempatkan di salah satu bank nasional agar dapat diakses oleh para calon pengembang. Saat ini WHyPGen masih dalam penjajakan terhadap bank-bank yang dapat bekerjasama untuk penempatan dana tersebut. Diharapkan dana tersebut dapat menjadi umpan agar perbankan bersedia untuk memberikan dana yang lebih besar lagi kepada para pengembang PLTB. Skema yang akan diterapkan terhadap mekanisme pendanaan ini pun masih sedang dalam diskusi lebih lanjut untuk segera diimplementasikan tahun ini. Wind Energy Project Financing Initiatives One of the barriers identified that hindered the wind energy market development in Indonesia is the lack of financial support. In response to this situation, WHyPGen had allocated USD 300.000 to stimulate the wind power project financing initiatives. The budget will be placed at the selected national bank, and become accessible for the potential project development. The selected bank is expected can leverage the budget for financing a commercial scale of wind power generation project. WHyPGen is currently in the process of discussing the suitable financing schemes and selecting the potential national bank to become the project’s partner in implementing the activity this year. WHyPGenUpdates PLTH Pandan Simo, Bantul, Yogyakarta
  • 37. 36 Dukungan Terhadap PLTH Nusa Penida P embangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) di Nusa Penida, Bali saat ini memiliki PLTB dengan kapasitas terbesar di Indonesia, yaitu sebanyak sembilan unit dengan total kapasitas 765 kW. Sayangnya, sebagian besar dari unit-unit PLTB tersebut sudah tidak beroperasi sebagaimana mestinya. Salah satu penyebabnya adalah minimnya dana untuk perawatan dan perbaikan. Dari sejak dioperasikannya hingga saat ini harga listrik yang dihasilkan oleh PLTH Nusa penida hanya dihargai sebesar Rp. 700 per kWh. Harga ini tidak mencukupi untuk biaya operasional dan perawatan. WHyPGen telah melakukan berbagai aktivitas untuk mendukung perbaikan PLTH Nusa Penida sebagai proyek demonstrasi, diantaranya adalah melakukan investigasi dan kajian mengenai kerusakan-kerusakan yang ada pada unit-unit PLTB di Nusa Penida. Termasuk biaya yang dibutuhkan. Sebuah laporan investigasi pun telah disampaikan kepada Kementerian ESDM dan PT. PLN (Persero) Distribusi Bali, selaku pemilik dari unit-unit tersebut. Lebih jauh lagi, WHyPGen akan menyediakan sebuah peralatan angkat (lifting device) yang dapat digunakan untuk melakukan perawatan terhadap turbin- turbin angin yang berada pada ketinggian rata-rata 30 meter. WHyPGen pun akan menyediakan alat monitoring, agar apabila terjadi kerusakan lagi dikemudian hari dapat cepat teridentifikasi dan diketahui oleh para penanggung jawab, khususnya yang berada di kantor pusat. Support for the Wind Hybrid Power Generation at Nusa Penida, Bali The wind power generation total capacity installed at Nusa Penida Bali is 735 kW, which consist of 9 units wind turbine. This is the largest capacity of wind power generation in Indonesia so far. Unfortunately, most of them are not operating anymore. From the beginning, the electricity generated from the wind hybrid power generation in this area is valued at IDR 700 per kWh which is insufficient to cover the operation and maintenance cost. To promote Nusa Penida as one of the wind projects demonstration, WHyPGen had conducted several activities, such as investigating the technical problems. A comprehensive report on the problems, recommendation actions and required budget had been submitted to the Ministry of Energy and Mineral Resources (MEMR) and PT. PLN (Persero) Bali Distribution, as the owner of the wind power plants. Furthermore, WHyPGen will provide a lifting device to support the maintenance activity of the wind turbines which are in 30 m heights. WHyPGen will also provide remote monitoring system to monitor the operation of wind power generation, thus any problems occur can be shortly identified. WHyPGenUpdates PLTH Nusa Penida, Bali
  • 38. B2TE-BPPT #620, Kawasan Puspiptek, Serpong Tangerang Selatan,15314 - Indonesia Telp/Fax : +62 21 756 0940 - +62 21 756 5670 www.whypgen-bppt.com