1. Nama Kelompok:
1. Septian Dwi Cahyo (27)
2. Suryantoro Nauli Dwi Putra (28)
3. Susi Kurniawati (29)
4. Vani Asrofi (30)
5. Wahid Nurrahman (31 )
6. Wicaksana Try Yudanto (32)
SISTEM PENGISIAN
Materi
I. Teori Dasar
II. Fungsi & Komponen System
III. Alternator
IV. Regulator
V. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional
VI. Perbaikan
2. Teori Dasar Sistem Pengisian
Hukum Faraday
Bila sebuah konduktor digerakkan didalam medan
magnet, maka akan timbul arus induksi pada
konduktor tersebut.
3. Hukum Tangan Kanan Fleming
Apabila sebuah penghantar
bergerak keluar memotong
garis gaya magnet, maka
gaya gerak listrik akan
mengalir ke kiri.
4. 3 Hal Yang Mempengaruhi Sistem Pengisian
1. Harus ada medan magnet.
2. Ada kumparan yang memotong medan magnet.
3. Ada gerak putar yang menyebabkan terjadinya perpotongan
antara kumparan dan medan magnet.
5. Pengertian 1 Phase & 3 Phase
a. Listrik 1 Phase
Adalah listrik 1 phasa terdiri dari dua kabel yaitu 1 bertegangan dan 1 netral. Umumnya listrik 1 phasa
bertegangan 220 volt yang digunakan banyak orang. Biasanya listrik 1 phasa digunakan untuk listrik perumahan.
Konstruksi motor induksi 1 fasa terdiri atas dua komponen yaitu rotor dan stator.
Stator adalah bagian dari motor yang tidak bergerak dan rotor adalah bagian yang bergerak pada bantalan
poros, sedangkan rotor berfungsi membangkitkan gaya listrik akibat adanya gaya aliran srus listrik bolak balik
1 fasa.
Rangkaian Ekivalen Motor Induksi 1 Fasa
Kumparan stator dan motor masing-masing terdiri
parameter resistensi 'R' reaktansi 'jX' lilitan penguat "N"
rangkaian ekivalen dari motor induksi satu fasa.
6. Prinsip Kerja motor induksi 1 fasa
Motor induksi 1 fasa jika di aliri arus bolak balik satu fasa maka akan dibangkitkan medan yang
berputar dengan kecepatan putaran. Medan magnet bergerak memotong lilitan motor sehingga menginduksi
tegangan listrik pada kumparan. Interaksi medan stator dan rotor akan membangkitakan torsi yang
menggerakkan rotor berputar searah dengan arah putar nedan magnet.
Hubungan Toersi dan Slip Pada Motor
Berubah-ubah kecepatan motor induksi akan mengakibatkan harga slip dari 100% pada star
0% pada saat motor diam. Perubahan pembebanan dapat terjadi dengan naiknya nilai tegangan dan arus
pada rotor.
7. b. Listrik 3 Fasa
Motor induksi 3 fasa adalah alat penggerak yang paling banyak digunakan dalam dunia industri.
Motor induksi memiliki parameter yang bersifat non-linier , terutama resistansi rotor, yang memiliki nilai
bervariasi untuk kondisi operasi yang berbeda.
Konstruksi Motor Listrik 3 Fasa
Motor listrik 3 fasa memiliki komponen dasar yaitu stator dan
rotor.
Motor tersusun oleh beberapa batngan logam yang dimasukkan
melalui slot-slot yang ada pada motor-motor induksi, kemudian
setiap bagian disatukan oleh cincin sehingga membuat batangan
logam terhubung singkat dengan batangan logam yang lain.
8. Prinsip Kerja Motor Listrik 3 fasa
• Medan putar stator tersebut akan memotong batang
konduktor pada rotor.
• Timbul GGL induksi pada batang konduktor dari rotor.
• GGL menghasilkan arus (I) adanya arus (I) di dalam
medan magnet yang menimbulkan gaya (F) pada rotor.
• Agar GGL induksi tersebut timbul perlu adanya
perbedaan relatif antara kecepatan putaran rotor (ns)
dengan kecepatan rotor (nr).
•Hubungan antara beban, kecepatan dan torsi (torque)
Motor mulai menyala ternyata terdapat arus start yang tinggi
akan tetapi torquenya rendah
•Saat motor mencapai 80% dari kecepatan penuh, torquenya
mencapai titik tertinggi dan arus mulai menurun
•Pada saat motor mencapai kecepatan penuh aruis torque dan
stator turun ke nol.
Grafik Hubungan Antara Beban & Torque
9. Keuntungan motor 3 fasa
•Konstruksi sangat kuat dan sederhana bila motor
dengan rotor sangkar
•Harganya relatif murah
•Efisiensi relatif tinggi
•Biaya pemeliharaan rendah
Kerugian motor 3 fasa
•Kecepatan tidak mudah di kontrol
•power faktor rendah pada beban ringan
•Arus start biasanya 5 sampai 7 kali dari arus nominal
10. Keuntungan Listrik 3 phasa yaitu :
1. Menyediakan daya listrik yang besar ( biasanya pada industri menengah dan besar ). Industri atau
hotel memerlukan daya listrik yang besar sehingga memerlukan line yang banyak. Tapi pada output
terakhir untuk pemakaian hanya memerlukan satu phasa ( memilih salah satu dari 3 phasa ). Listrik 3
phasa biasanya diperlukan untuk menggerakkan motor industri yang memerlukan daya besar.
2. Karena menggunakan tegangan yang lebih tinggi maka arus yang akan mengalir akan lebih rendah
untuk daya yang sama. Sehingga untuk daya yang besar, kabel yang digunakan bisa lebih kecil.
3. Untuk motor induksi, listrik 3 phasa tidak memerlukan kapasitor.
11. Fungsi & Komponen Sistem Pengisian
1. Baterai
Baterai berfungsi untuk menyimpan arus saat mesin menyala. Dan
menjadi sumber tegangan untuk membuat rotor coil pada alternator
menjadi megnet saat mesin akan dinyalakan.
2. Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan aliran
arus listrik ke system berikutnya (system pengisian).
3. Fuse (Sekering)
Sebagai pengaman jika terjadi kelebihan arus pada system
pengisian / jika terjadinya korsleting (hubungan pendek arus listrik)
12. 4.VoltageRegulator
4. Voltage Regulator
Komponen ini adalah komponen yang berfungsi mengatur output
tegangan dari alternator agar tetap stabil pada putaran mesin yang
berbeda – beda.
5. Alternator
Alternator adalah komponen system pengisian yang berfungsi untuk
pembangkit listrik berdasarkan putaran mesin. Komponen ini adalah komponen
yang dapat mengubah putaran mesin menjadi energy listrik berdasarkan
prinsip kerja generator.
13. Komponen & Fungsi Alternator
1. Pulley
1) Pulley
Berfungsi untuk menerima putaran mesin melalui
sabuk belt (v- belt).
2) Stator
Berfungsi untuk membangkitkan arus
listrik bolak balik / AC (Alternating Current)
3) Rectifier
Berfungsi untuk merubah arus AC menjadi DC
Alternator
Berfungsi untuk mengubah energi mekanis yang didapatkan dari mesin tenaga listrik, menghasilkan
arus bolak-balik, alternator memsuplai kebutuhan listrik pada mobil sewaktu mesin hidup. Tetapi apabila jumlah
pemakaian listrik lebih besar daripada yang dihasilkan alternator, maka baterai lkut memikul beban kelistrikan
tersebut.
Komponen-komponen Alternator :
14. 6) End Frame
Berfungsi untuk memegang bagian bagian alternator.
4) Rotor
Berfungsi untuk membangkitkan medan magnet dengan prinsip elektromagnet
5) Brush (Sikat)
Berfungsi untuk menghubungkan arus listrik dari voltage regulator ke slip
ring dan menghubungkan slip ring satunya ke massa.
15. Regulator
Regulator berfungsi untuk mengatur besar arus listrik yang masuk ke dalam
kumparan rotor, sehingga tegangan yang dihasilkan oleh alternator tetap (konstan)sesuai
dengan harga yang telah ditentukan, walaupun putaran mesin yang menggerakkan
berubah-ubah.
Regulator juga berfungsi pengisian pada baterai apabila baterai
telah penuh dan alternator sudah dapat menyuplai arus listrik sendiri ke bagian yang
memerlukan arus listrik.
16. 1. Tipe Konvensional
Sistem Pengisian Konvensional merupakan
salah satu sistem pengisian dengan menggunakan
sebuah relay sebagai pengatur tegangan yang masuk
ke baterai. Relay tesebut berfungsi memutus,
menyambung, memperbesar, dan memperkecil
tegangan yang masuk ke batrai dari alternator, Relay
tersebut sering disebut Regulator. Regulator
terpasang terpisah dengan alternator sehingga
rangkaian lebih rumit
17. Sistem Pengisian Elektronik
merupakan salah satu jenis sistem
pengisian yang dalam aktualnya
menggunakan elektronik yang didalamnya
terdapat mickro controler (IC) untuk
mengatur tegangan yang akan menuju ke
batrai. Mikro controler ini terpasang
langsung pada alternator sehingga sistem
alitan tegangan lebih mudah.
Gambar Rangkaian Sistem Pengisian Elektronik
2. Tipe Elektronik
18. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional
1. Saat Kunci Kontak “ON” Mesin Mati
22. Perawatan & Perbaikan
1. Perawatan baterai
Perawatan baterai meliputi dua hal, yaitu:
Membersihkan terminal baterai dari karat atau kotoran yang lain.
Memeriksa jumlah dan berat jenis elektrolit.
Pembersihan terminal baterai dilakukan dengan cara:
1. Kendorkan baut pengikat baterai sesuai dengan kontruksi baterai.
2. Bila terminal tersebut melekat dengan kuat pada pos baterai, jangan
memukul atau mencungkil terminal baterai untuk melepaskannya. Ini dapat
merusak posnya atau terminal baterai. Gunakan obeng untuk melebarkan
terminal, kemudian tarik dengan traker khusus.
3. Bersihkan terminal baterai menggunakan amplas atau sikat khusus.
Melepas terminal Baterai
Membersihkan terminal Baterai
23. 4. Oleskan grease atau vet pada terminal dan konektor, kemudian pasang terminal dan kencangkan baut
pengikatnya.
Memeriksa Tahanan terminal Baterai
5. Lakukan pemeriksaan tahanan pada terminal baterai
dengan menggunakan volt meter. Caranya: Colok ukur positip
dihubungkan terminal pisitip baterai dan colok ukur negatip
dihubungkan konektor baterai Lakukan starter mesin, dan
tegangan pada volt meter harus tetap Nol, bila volt meter
menunjukkan tegangan maka terdapat tahanan pada terminal
baterai.
24. 2. Memeriksa jumlah dan berat jenis elektrolit
Dalam pemeriksaan elektrolit ada dua hal yang dilakukan yaitu: pemeriksaan jumlah elektrolit dan berat jenis
elektrolit.
Jumlah elektrolit di dalam baterai dapat berkurang karena beberapa hal, seperti:
1. Cairan elektrolit menguap, Selama proses pengisian maupun pengosongan listrik pada baterai terjadi efek
panas sehingga eletrolit baterai menguap sehingga jumlah elektrolit berkurang. Jumlah elektrolit yang baik
adalah diantara tanda batas Upper Level dengan Lower Level. Jumlah elektrolit yang kurang menyebabkan
sel baterai cepat rusak, sedang jumlah elektrolit berlebihan menyebabkan tumpahnya elektrolit saat
batarai panas akibat pengisian atau pengosongan berlebihan. Untuk menambah jumlah elektrolit yang
kurang cukup dengan menambah H2O atau terjual dengan nama Air Accu.
2. Over Charging, Penyebab elektrolit cepat berkurang dapat disebabkan oleh overcharging, oleh karena bila
berkurangnya elektrolit tidak wajar maka periksa dan setel arus pengisian.
3. Baterai retak, Keretakan baterai dapat pula menyebabkan elektrolit cepat berkurang, selain itu cairan
elektrolit dapat mengenai bagian kendaraan, karena cairan bersifat korotif maka bagian kendaraan yang
terkena elektrolit akan korosi.
25. 3. Pemeriksaan V-Belt
Langkah-langkah dalam pemeriksaan V belt, yaitu:
1. Lepas V belt dari kemungkinan retak, rip lepas retak atau cacat
2. Pasang kembali dan setel tegangan V belt dengan menekan dengan
kekuatan 10 kg, standar defleksi untuk belt lama = 7-10mm dan untuk belt
baru = 5-7 mm.
Untuk jenis v belt juga harus memeriksa
pemasangannya terhadap pully. Pemeriksaan Belt tipe
multi V. Besar difleksi untuk belt lama sebesar 7-8 mm,
sedangkan belt baru 5-7 mm dengan tegangan belt 45-
55 kg untuk belt baru dan 20-35 kg untuk belt lama.
Editor's Notes
Cara Kerja saat Kunci Kontak “ON” Mesin Mati
1. Arus mengalir dari baterai ke Fusible link (FL), ke kunci kontak (KK) ke fuse ke
Charge Warning Lamp (CWL) ke L ke P0 ke P1 ke massa. Akibatnya lampu
pengisian menyala.
2. Pada saat yang sama, arus dari baterai juga mengalir ke FL ke KK ke fuse ke Ig
ke Pl1 ke Pl0 ke terminal F regulator ke F alternator ke rotor coil (RC) ke massa.
Akibatnya pada RC timbul medan magnet.
Cara Kerja saat Mesin Hidup Putaran Lambat :
1. Tegangan dari terminal N alternator mengalir ke N regulator , ke kumparan voltage
relay, ke massa. Akibatnya pada kumparan voltage relay timbul meda n magnet,
sehingga terminal P0 tertarik dan menempel dengan P2. Akibatnya lampu
pengisian menjadi padam karena tidak mendapat massa.
2. Output dari SC disalurkan ke diode dan disearahkan menjadi arus searah (DC)
kemudian mengalir ke B alternator kemudian ke baterai. Terjadi pengisian baterai.
3. Arus dari terminal B juga mengalir ke B reg ke P2 ke P0 ke kumparan voltage
regulator ke massa. Akibatnya terjadi medan magnet pada kumparan voltage
regulator.
4. Karena putaran rendah, tegangan output alternator cenderung rendah. Bila
tegangan B kurang dari 13,8 medan magnet pada kumparan voltage regulator
lemah dan Pl0 tetap menempel ke Pl1 (karena adanya pegas pada Pl 0).
5. Akibatnya arus yang besar mengalir dari Ig , ke Pl1, ke Pl0, ke F regulator, ke F
alternator ke RC ke massa, maka arus yang mengalir ke RC besar dan medan
magnet pada RC kuat. Jadi, meskipun putaran lambat, output alternator tetap
cukup untuk mengisi baterai karena medan magnet pada RC kuat.
Cara Kerja saat Mesin Hidup Putaran Sedang :
1. Tegangan output alternator
di terminal B akan naik dan arusnya mengalir ke B regulator ke P2 ke P0 ke
kumparan voltage regulator, ke massa.
2. Akibatnya, medan magnet pada kumparan voltage regulator menjadi makin kuat
dan menarik Pl0 sehingga lepas dari Pl1 (Pl0 mengambang).
3. Akibatnya, arus dari B alternator mengalir ke Ig ke resistor (R) ke F regulator ke F
alternator ke RC ke massa. Kemagnetan pada RC melemah karena arus
melewati resistor.
4. Meskipun kemagnetan pada RC melemah, namun putaran naik ke putaran sedang
sehingga output alternator tetap cukup untuk mengisi baterai (tegangan antara
13,8 sampai 14,8 volt).
Cara Kerja saat Mesin Hidup Putaran Tinggi :
1. Tegangan output pada terminal B
alternator akan cenderung makin tinggi. Bila tegangan tersebut melebihi 14,8 volt,
maka kemagnetan pada kumparan voltage regulator semakin kuat sehingga
kontak Pl0 tertarik dan menempel dengan pl2.
2. Akibatnya arus yang berasal dari Ig mengalir ke R ke Pl0 ke Pl2 ke massa (tidak
mengalir ke RC). Hal ini menyebabkan medan magnet pada RC drop.
3. Output dari terminal B alternator menjadi turun. Bila tegangan output kurang dari
tegangan standar (13,8 – 14,8 V) maka kemagnetan pada voltage regulator
melemah lagi, sehingga Pl0 lepas lagi dari Pl2.
4. Arus dari Ig ke R kembali mengalir ke RC ke massa, sehingga medan magnet
pada RC kembali menguat sehingga tegangan output alternato r naik lagi.
5. Bila tegangan di B naik lagi dan melebihi 14,8 volt, maka prosesnya berulang ke
proses no 13 di atas secara berulang -ulang dan Pl0 lepas dan menempel dengan
Pl2 secara periodik sehingga output alternator menjadi stabil.