Undip dengan cepat mengamankan 5 poster dan spanduk yang bertuliskan "Garudaku Kafir" yang dipasang di kampusnya karena dianggap provokatif dan anti-Pancasila. Poster-poster tersebut hanya dipasang oleh 4-5 mahasiswa untuk mempromosikan seminar yang akan diadakan pada hari Kebangkitan Nasional, meski cara promosinya dinilai memancing perhatian dengan gambar-gambar provokatif. Polisi juga telah dimintai bantuan
1. Undip Amankan 5 Poster dan Spanduk ‘Garudaku Kafir’
SINDONEWS.com, Sabtu, 20 Mei 2017 – 08:33 WIB
emasangan poster bernada provokatif “Garudaku Kafir” di
lingkungan kampus Universitas Diponegoro (Undip) mengundang reaksi beragai
kalangan. Pihak kampus bergerak cepat dengan mencopot seleruh poster dan
mengidentifikasi pemasangnya.
“Poster itu dipasang sekitar jam 7 malam memanfaatkan kondisi sepi
karena kampus sebenarnya dalam masa isolasi menjelang SNMPTN dan
SBMPTN. Meski demikian, sekitar jam 8 malam poster-poster itu sudah berada
di tangan kami, “kata Wakil Rektor Undip, Muhammad Zaenuri kepada awak
media di kampus Tembalang, Jumat 19 Mei 2017.
Wakil Rektor Bidang
Kemahasiswaan itu
menyampaikan, poster-poster
dipasang pada majalah dinding
(mading) di area Kampus FISIP.
Setelah melakukan penulusuran,
akhirnya pihak kampus berhasil
menemukan oknum mahasiswa
yang memasang poster.
“Poster hanya 4-5 lembar saja. Untuk membuat poster kan biayanya
cukup mahal, sehingga mahasiswa akan berat jika membuat poster dalam jumlah
banyak. Sementara spanduk itu belum sempat dipasang” katanya.
Dia
menambahkan,
berdasarkan keterangan
pelaku, poster-poster itu
hanya untuk memancing
perhatian mahasiswa
lainnya agar terlihat
dalam acara seminar
yang akan digelar pada
Sabtu 20 Mei atau
bertepatan dengan
peingatan Hari
Kebangkian Nasional.
1
Taufiqul Fatih / MPI 2C
P
2. Sekedar diketahui, poster provokatif di Undip itu mengundang keprihatian
banyak pihak karena dianggap anti-Panacasila. Bahkan, polisi telah bergerak untuk
memburu pemasang poster dengan warna dominan merah tersebut.
“Kegiatan yang direncanakan itu memang bertujuan sebagai sumbangan
pemikiran keutuhan NKRI dan Kebhinekaan. Namun pada prosesnya ternyata
malah mengambil pola-pola yang ingin memancing perhatian dengan
menggunakan gambar-gambar provokatif,” jelasnya.