Dokumen tersebut membahas penggunaan teknologi informasi dalam cyber terrorism. Secara umum, dibahas mengenai pengertian, bentuk, motif, cara kerja, dan peralatan yang digunakan para pelaku cyber terrorism. Juga dibahas mengenai kasus dan analisis kasus cyber terrorism di Indonesia serta aspek hukum yang berlaku.
1. PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI
DALAM CYBER TERRORISM
KELOMPOK D
KELAS 12.4C.02
DOSEN :
Bpk. SYAIFUL ANWAR M.KOM
Ady Wibowo 12131525
Supriyadi 12133355
Achmad Faqih A 12131424
Efno Destiandi 12133790
Imam Sahuri 12130770
Darneli Bella P 12131059
Fitriyana Manulang 12131567
2. PENDAHULUAN
Kejahatan (crime) merupakan perkembangan
kehidupan masyarakat, yang secara langsung
maupun tidak atau sedang menggugat kondisi
masyarakat, bahwa di dalam kehidupan masyarakat
niscaya ada celah kerawanan yang potensial
melahirkan individu-individu berperilaku menyimpang.
Di dalam diri masyarakat ada pergulatan kepentingan
yang tidak selalu dipenuhi dengan jalan yang benar,
artinya ada cara-cara tidak benar dan melanggar
hukum yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang guna memenuhi kepentingannya.
Bella
3. Lanjutan..
Ancaman kejahatan lintas negara,
transnasional, telah menjadi salahsatu
keprihatinan utama dunia. Kawasan Asia
Tenggara atau Asia Timur, didalamnya termasuk
Indonesia secara keseluruhan tergolong rawan
terhadap ancaman kejahatan transnasional,
seperti gerakan terorisme, sindikat narkoba,
penjualan senjata gelap, perompakan di laut,
mafia pencucian uang, dan kejahatan melalui
internet (cyber crime).
Bella
4. Secara umum pengertian cyber terrorism
adalah “suatu bentuk kegiatan terencana yang
termotivasi secara politis yang berupa serangan
terhadap informasi, sistim komputer, program
komputer dan data sehingga mengakibatkan
kerugian besar serta jatuhnya korban tak berdosa
yang dilakukan oleh satu kelompok grup atau
perorangan.”.
PENGERTIAN CYBER TERRORISM Bella
5. Bentuk terorisme beralih dari terorisme yang
dilakukan didunia nyata (fisik) kedalam bentuk
terorisme melalui dunia maya (cyber). Internet
digunakan untuk merancang dan melaksanakan
serangan terhadap objek-objek sasaran didunia
nyata yang memiliki hubungan sistem komputer
di mana target dan kerusakan terjadi didunia
nyata .
UMUM
Faqih
6. Secara garis besar, Cyber terrorism dapat
dibagi menjadi dua bentuk atau karakteristik,
yaitu sebagai berikut :
• Cyber terrorism yang memiliki karakteristik
sebagai tindakan teror terhadap sistem komputer,
jaringan, dan/atau basis data dan informasi yang
tersimpan didalam komputer.
• Cyber terrorism berkarakter untuk pemanfaatan
Internet untuk keperluan organisasi dan juga
berfungsi sebagai media teror kepada pemerintah
dan masyarakat.
Karakteristik Cyber terrorism Faqih
7. • Unauthorized Access to Computer System
dan Service.
Merupakan kajahatan yang dilakukan
dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu
sistem jaringan komputer secara tidak sah,
tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari
pemilik sistem jaringan komputer.
• Carding
merupakan tindakan memanfaatkan kartu
kredit orang lain untuk berbelanja di toko-toko
online guna membeli peralatan terrorisme dan
pembiayaan operasional.
Bentuk-bentuk Cyber terrorism Imam
8. Lanjutan..
• Email
Teroris dapat menggunakan email untuk
menteror, mengancam dan menipu,
sapmming dan menyebar virus ganas yang
fatal, menyampaikan pesan terhadap
kelompok lain.
• Cyber Espionage
merupakan kejahatan yang
memanfaatkan jaringan internet untuk
melakukan keegiatan mata-mata terhadap
pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan
komputer (computer network system) pihak
sasaran.
Imam
9. Lanjutan..
• Cyber Sabotage and
Kejahatan ini dilakukan dengan membuat
gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap
suatu data, program komputer atau sistem jaringan
komputer yang terhubung internet.
• Phreaker
kelompok yang berusaha mempelajari dan
menjelajah seluruh aspek sistem telepon misalnya
melalui nada-nada frekuensi tinggi (system multy
frequency).
• Hacking
untuk merusak sistem dilakukan melalui tahap
mencari sistem komputer dan mengumpulkan
informasi untuk menyusup.
Imam
10. Motif dilakukannya cyberte rrorism menurut Zhang ada
lima sebab, yaitu :
• Psychological Warfare
Motif ini tidak berbeda dengan motif terorisme
konvensional, dimana sasaran utama terorisme
adalah menimbulkan rasa ketakutan.
• Propaganda
kelompok teroris dapat melakukan propaganda
tanpa banyak hambatan seperti sensor informasi,
karena sifat Internet yang terbuka.
Motif dilakukannya Cyber terrorism Imam
11. Lanjutan.....
• Fundraising
khususnya tindakan penyadapan dan pengambilalihan
harta pihak lain untuk kepentingan organisasi.
• Communication
Kelompok teroris telah secara aktif memanfaatkan Internet
sebagai media komunikasi yang efektif dan jauh lebih aman
dibandingkan komunikasi konvensional.
• Information Gathering
Kelompok teroris memiliki kepentingan terhadap
pengumpulan informasi untuk keperluan teror, seperti informasi
mengenai sasaran teror.
Imam
12. • Spoofing
yaitu sebuah bentuk kegiatan pemalsuan User
untuk login kedalam satu jaringan komputer
seolah-olah seperti user yang asli.
• Scanner
merupakan sebuah program yang secara
otomatis akan mendeteksi kelemahan sebuah
komputer di jaringan komputer lokal ataupun
jaringan komputer dengan lokasi berjauhan.
• Sniffer
adalah kata lain dari Network Analyser yang
berfungsi sebagai alat untuk memonitor jaringan
komputer
CARA KERJA PARA CYBER TERRORISM Efno
13. • Password Cracker
adalah sebuah program yang dapat
membuka enkripsi sebuah password atau
sebaliknya malah dapat mematikan sistim
pengamanan password itu sendiri.
• Destructive Devices
merupakan sekumpulan program-program
virus yang dibuat khusus untuk melakukan
penghancuran data-data
Lanjutan..... Efno
14. • Mengalahkan organisasi teroris dengan
menghancurkan persembunyiannya, pemimpinnya,
komando, kontrol, komunikasi, serta dukungan materi
dan keuangan; kemudian mengadakan kerjasama
dan mengembangkan kemitraan baik dari dalam dan
luar negeri untuk mengisolasi teroris; mendorong
instansi terkait untuk mengembangkan upaya
penegak hukum dengan didukung intelejen dan
instansi terkait lainnya serta mengembangkan
mekanisme penanganan aksi teror dalam suatu
sistem terpadu dan koordinasi yang efektif.
Strategi Nasional Pemberantas Terorisme Efno
15. Lanjutan..
• Meningkatkan kesiagaan dan kewaspadaan semua
komponen bangsa terhadap ancaman terorisme
untuk mencegah dijadikannya wilayah tanah air
Indonesia sebagai tempat persembunyian para
teroris dan tempat tumbuh suburnya ideologi
terorisme.
• Menghilangkan faktor – faktor korelatif yang dapat
dieksploitasi menjadi alasan pembenar aksi teroris
seperti kesenjangan sosial, kemiskinan, konflik
politik dari SARA.
• Melindungi bangsa, warga negara dan kepentingan
nasional.
Efno
16. • SATAN (Security Administrator’s Tool for Analysing
Network), peralatan yang dibutuhkan untuk
melakukan analisa sistim jaringan komputer secara
menyeluruh sehingga performance sekaligus titik
kelemahan dari jaringan komputer tersebut dapat
diketahui.
• TCP Wrapper untuk memonitor jaringan komputer
(trafficking) terutama dalam hal lalu lintas paket data
dalam jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP
(internet protocol) sehingga paket data yang lewat
dapat dipantau dengan baik.
Peralatan Penangkal Cyber Terrorism Efno
17. Lanjutan..
• Crack untuk melakukan password security testing
dimana manfaatnya untuk mengetahui kelemahan
dari password para pengguna, karena tidak semua
pengguna tahu cara membuat password yang aman.
Bahkan ada yang tidak menggunakannya sama
sekali.
• Firewall, adalah sebuah sistim proteksi untuk
melaksanakan pengawasan lalu lintas paket data
yang menuju atau meninggalkan sebuah jaringan
komputer. Sehingga paket data yang telah diperiksa
dapat diterima atau ditolak bahkan dimodifikasi
terlebih dahulu sebelum memasuki atau
meninggalkan jaringan tersebut.
Efno
18. Hukum positif yang dapat digunakan untuk menjerat
pelaku cyber terrorism adalah Undang-undang Nomor 15
Tahun 2003 Pasal 6, Pasal 7, Pasal 9, Pasal 11 dan Pasal 12,
Menyatakan bahwa seseorang dianggap melakukan aksi
terorisme dan dapat di jatuhi hukuman walaupun tindak pidana
teroris belum terjadi atau baru hanya sampai pada tahap
dengan maksud atau dengan tujuan atau merencanakan tindak
pidana terorisme.
Pasal 27 Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 yang
menyatakan berbagai macam alat-alat bukti berupa informasi
yang diucapkan, dikirim atau di simpan secara elektronik
dengan alat optik atau yang serupa dengan itu, data rekaman
atau informasi yang dapat di lihat, di baca dan/ atau di dengar.
ASPEK HUKUM Supriyadi
19. Imam Samudra tereksekusi mati kasus
peledakan Bom Bali I (2002), yang mana Imam
Samudra kala itu ternyata masih sempat
mengendalikan jaringannya dengan seperangkat
notebook saat masih ditahan di Lembaga
Permasyarakatan Krobokan di Denpasar Bali. Imam
mulai aktif di dunia maya menjelang peledakan Bom
Bali II tahun 2005, sejak Juli 2005 hingga dipindah
ke Nusa Kambangan. Dari penyelidikan kepolisian,
polisi akhirnya menangkap dua tersangka cyber
terorism, yang selama ini membantu pengelolaan
jaringan terorisme melalui internet. Keduanya yakni
Agung Setyadi dan Mohammad Agung Prabowo alias
Max Fiderman di Semarang, Jawa Tengah.
ANALISA KASUS Supriyadi
20. Max merupakan pihak yang selama ini banyak memberikan
bimbingan teknologi kepada Agung Setyadi dan Imam Samudra.
Max terkenal akan kemampuannya dalam carding, cracking, dan
hacking. Di sini telah terjadi pergeseran modus operandi dalam
penggalangan dana untuk aksi terorisme mereka. Dulu sempat
diduga mendapat dari kucuran dana Al Qaeda, lalu dengan
merampok. Kini, penggalangan dana dengan memanfaatkan
kemampuan teknologi informasi (internet). Meski demikian, polisi
belum dapat memprediksi berapa besar dana yang berhasil
diperoleh pelaku teror melalui cyber crime. Domain situs
teroris http://www.anshar.net dibeli dari kartu kredit curian (hasil
carding)., ”Max Fiderman” menggunakan Matrix untuk online, IP
Address–nya adalah 202.152.162.x dan 202.93.x. Matrix adalah
salah satu jenis kartu telepon seluler GSM pascabayar yang
dikeluarkan oleh PT. Indosat.
Lanjutan..... Supriyadi
21. Imam Samudra menggunakan nama sandi Al Irhab di dunia
maya. Setelah memperoleh notebook di penjara, Imam Samudra
bertemu dengan Max saat chatting di provider MiRC melalui
channel cafeislam dan ahlussunah. Max sempat hendak dibaiat,
namun dia menolak. Secara ideologis, Max bukan tipe yang taat
atau fanatik. Namun, dia bersedia membimbing dan membantu
secara teknologi saja. Itu kepuasan Max sebagai seorang hacker.
Max sempat juga berperan dalam penggarapan situs
www.anshar.net atas permintaan Noordin M.Top. Max diminta
untuk mendaftarkan hosting situs tersebut di
www.openhosting.co.uk (Inggris) dengan biaya 300 poundsterling.
Max lalu juga mendaftarkan domainnya di www.joker.com
(Jerman) dengan biaya 60 dollar Amerika. Ongkos itu, menurut
seorang penyidik, diperolehnya dengan kejahatan carding.
Lanjutan..... Supriyadi
22. Lanjutan..
Max selama ini melakukan kejahatan carding
untuk membiayai sekolahnya serta biaya di warung
internet. Domain situs
teroris http://www.anshar.net dibeli dari kartu kredit
curian (hasil carding)., ”Max Fiderman”
menggunakan Matrix untuk online, IP Address–nya
adalah 202.152.162.x dan 202.93.x. Matrix adalah
salah satu jenis kartu telepon seluler GSM
pascabayar yang dikeluarkan oleh PT. Indosat.
Supriyadi
23. Terdakwa pembuat situs diancam hukuman UU RI No.15
Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
Pasal 6 : Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror
atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau
menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara
merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda
orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran
terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup
atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan
pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun.
Penyelesaian Kasus ( Pembuatan situs jaringan teroris
dalam kasus Bom
Bali ) Cyber Terrorism
Fitri
24. Lanjutan..
Pasal 7 : Setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau
rasa takut terhadap orang secara meluas atau
menimbulkan korban yang bersifat massal dengan
cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa
atau harta benda orang lain, atau untuk menimbulkan
kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek
vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau
fasilitas publik, atau fasilitas internasional, dipidana
dengan pidana penjara paling lama seumur hidup.
Fitri
25. Terdakwa pembuat situs diancam hukuman UU
RI No.15 Thn 2003 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme. Penggunaan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE, belum berlaku
untuk kasus ini, karena pada tahun 2004, belum
adanya pengesahan untuk Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang ITE.
Lanjutan..... Fitri
26. Era globalisasi dan perkembangan teknologi informasi
membawa pengaruh terhadap munculnya bentuk kejahatan yang
sifatnya baru seperti cyber terrorism. Sebagai salah satu bentuk
terorisme, aksi kejahatan ini harus ditanggapi dengan sungguh-
sungguh sebagai musuh bagi bangsa Indonesia. Ketiadaan
Undang-undang yang mengatur masalah cyber terrorism
merupakan salah satu faktor yang memicu maraknya aksi tindak
pidana cyber terrorism. Oleh karena itu untuk mencegah dan
memberantas cyber terrorism perlu diadakan perubahan
terhadap Kitab Undang-undang Hukum Pidana Nasional (KUHP)
secara menyeluruh maupun parsial dengan meyusun Undang-
undang pemberantasan tindak pidana terorisme dan Undang-
undang tentang Teknologi Informasi.
KESIMPULAN Ady
27. Kejahatan internet di dunia kian marak, dari
pornografi sampai terorisme membawa dampak
yang sangat buruk, apalagi apabila diakses oleh
anak-anak. Untuk mengantisipasi dampak buruk
internet bagi anak-anak khususnya, peran orang tua
untuk mendampingi anak saat mereka surfing di
internet sangatlah penting. Selain itu, hendaknya
pemerintah juga melakukan tindakan dengan
memblokir situs-situs yang dianggap tidak pantas
dengan budaya Indonesia, dengan demikian
kejahatan lewat internet dapat diminimalisir.
SARAN Ady