Ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan, pertambangan, dan industriNiakhairani
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup yang kita pergunakan disini adalah merupakan terjemahan dari “suistainable development” yang sangat populer dipergunakan di negara-negara Barat
Ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan, pertambangan, dan industriNiakhairani
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup yang kita pergunakan disini adalah merupakan terjemahan dari “suistainable development” yang sangat populer dipergunakan di negara-negara Barat
Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...JanuriaSafitri
Kumpulan Artikel
1. Kontradiksi Dan Titik Temu Antara Ekosentrisme Dan Antroposentrisme
2. Peran Sosiologi Lingkungan Dan Ekologi Manusia Di Dalam Konsep Dan
Implementasi Sustainable Development
3. Determinisme Karakteristik Lingkungan Alam Terhadap Corak Interaksi
Komunitas
LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTANSeger Sugiyanto
Lingkungan hidup sebagai bagian dari kehidupan yang patut untuk kita jaga. dengan pembangunan berkelanjutan diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan.
Hubungan Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan BerkelanjutanIpin Okehzz
A. PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP Lingkungan hidup merupakan semua benda dan kondisi dalam ruang (spasial) yang memengaruhi kehidupan manusia.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup dinyatakan bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia, dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
pelajaran geografi kelas 10
Geografi pada hakekatnya mempelajari permukaan bumi melalui pendekatan keruangan yang mengkaji keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan kewilayahannya. Pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan melalui media peta, hal ini karena peta merupakan media yang sangat penting dalam pem-belajaran geografi. Pembelajaran Geografi pada materi “Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi” merasa belum mampu mengoptimalkan aktivitas siswa khususnya kemampuan membaca peta sehingga ber-pengaruh pada perolehan hasil belajar. Guru merasa kesulitan mem-belajarkan konsep-konsep geografi pada siswa. Hasil identifikasi awal, ditemukan beberapa indikator penyebab diantaranya: (1) minimnya kemampuan siswa menunjukkan letak suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) kurangpahamnya siswa tentang orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3) minimnya kemampuan siswa dalam mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, dan (4) kemampuan siswa mengungkap informasi yang ada pada peta sangat kurang. Pelatihan melengkapi peta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca peta sehingga ada peningkatan pada hasil belajar geografi.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta. Kemampuan membaca peta tersebut meliputi: (1) kemampuan menunjukkan letak suatu tempat/ lokasi geografis tertentu, (2) kemampuan mengartikan/ membaca simbol-simbol yang ada pada peta, dan (3) kemampuan memahami orientasi peta (menentukan arah pada peta).
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis Taggart 1999. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus ”Gain Score” yaitu membandingkan data sebelum tindakan dengan data sesudah dilakukan tindakan. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan test. Instrumen penelitian adalah peneliti dan pedoman atau pengumpul data.
Hasil penelitian dalam tindakan siklus I, II, dan III pada pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) melalui pelatihan melengkapi peta setelah dilakukan refleksi, evaluasi serta analisis statistik deskriptif ternyata memperoleh peningkatan dalam hal; pertama, kemampuan membaca peta pada pra tindakan hanya memperoleh nilai 50% akan tetapi setelah dilakukan tindakan dalam setiap siklus ternyata mengalami peningkatan yaitu 56% (siklus I), 63% (siklus II), dan 72% (siklus III); kedua, proses pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rubaru melalui pelatihan melengkapi peta pada setiap siklus juga memperoleh peningkatan yaitu 63% (siklusI), 65% (siklus II), dan 70% (siklus III); ketiga, aktivitas belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu 50% (siklus I), 65% (siklus II), dan 75% (siklus III).
Temuan penelitian ini mendukung teori perkembangan yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky bahwa pros
Januria safitri, sosiologi lingkungan, prodi sosiologi, dr. taufiq ramdani, s...JanuriaSafitri
Kumpulan Artikel
1. Kontradiksi Dan Titik Temu Antara Ekosentrisme Dan Antroposentrisme
2. Peran Sosiologi Lingkungan Dan Ekologi Manusia Di Dalam Konsep Dan
Implementasi Sustainable Development
3. Determinisme Karakteristik Lingkungan Alam Terhadap Corak Interaksi
Komunitas
LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTANSeger Sugiyanto
Lingkungan hidup sebagai bagian dari kehidupan yang patut untuk kita jaga. dengan pembangunan berkelanjutan diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan.
Hubungan Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan BerkelanjutanIpin Okehzz
A. PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP Lingkungan hidup merupakan semua benda dan kondisi dalam ruang (spasial) yang memengaruhi kehidupan manusia.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup dinyatakan bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia, dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
pelajaran geografi kelas 10
Geografi pada hakekatnya mempelajari permukaan bumi melalui pendekatan keruangan yang mengkaji keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan kewilayahannya. Pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan melalui media peta, hal ini karena peta merupakan media yang sangat penting dalam pem-belajaran geografi. Pembelajaran Geografi pada materi “Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi” merasa belum mampu mengoptimalkan aktivitas siswa khususnya kemampuan membaca peta sehingga ber-pengaruh pada perolehan hasil belajar. Guru merasa kesulitan mem-belajarkan konsep-konsep geografi pada siswa. Hasil identifikasi awal, ditemukan beberapa indikator penyebab diantaranya: (1) minimnya kemampuan siswa menunjukkan letak suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) kurangpahamnya siswa tentang orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3) minimnya kemampuan siswa dalam mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, dan (4) kemampuan siswa mengungkap informasi yang ada pada peta sangat kurang. Pelatihan melengkapi peta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca peta sehingga ada peningkatan pada hasil belajar geografi.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta. Kemampuan membaca peta tersebut meliputi: (1) kemampuan menunjukkan letak suatu tempat/ lokasi geografis tertentu, (2) kemampuan mengartikan/ membaca simbol-simbol yang ada pada peta, dan (3) kemampuan memahami orientasi peta (menentukan arah pada peta).
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis Taggart 1999. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus ”Gain Score” yaitu membandingkan data sebelum tindakan dengan data sesudah dilakukan tindakan. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan test. Instrumen penelitian adalah peneliti dan pedoman atau pengumpul data.
Hasil penelitian dalam tindakan siklus I, II, dan III pada pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) melalui pelatihan melengkapi peta setelah dilakukan refleksi, evaluasi serta analisis statistik deskriptif ternyata memperoleh peningkatan dalam hal; pertama, kemampuan membaca peta pada pra tindakan hanya memperoleh nilai 50% akan tetapi setelah dilakukan tindakan dalam setiap siklus ternyata mengalami peningkatan yaitu 56% (siklus I), 63% (siklus II), dan 72% (siklus III); kedua, proses pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rubaru melalui pelatihan melengkapi peta pada setiap siklus juga memperoleh peningkatan yaitu 63% (siklusI), 65% (siklus II), dan 70% (siklus III); ketiga, aktivitas belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu 50% (siklus I), 65% (siklus II), dan 75% (siklus III).
Temuan penelitian ini mendukung teori perkembangan yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky bahwa pros
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdf
tugas Etika Lingkungan -Rev1.docx
1. Tugas Individu UTS
(OPINI)
ANTROPOSENTRIME PADA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
Di Ajukan Untuk Menuhi Mata Kuliah
Etika Lingkungan
Di Susun oleh
Tedy Meilyanto ( E2A022011 )
Dosen Pengampu :
Dr. Suharyanto, S.Pt. M.Si
PROGRAM STUDI MAGISTER PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
2022
2. (OPINI)
ANTROPOSENTRIME PADA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
LATAR BELAKANG
Apa itu Antroposentrisme?
Antoposentrisme dimaknai sebagai bagian dari teori etika lingkungan yang memandang
manusia adalah pusat alam semesta. Sehingga berorientasi pada kepentingan manusia, kebutuhan
manusia menentukan dalam pengambilan kebijakan berkaitan dengan alam secara langsung atau
tidak. Cara pandang antroposentris menganggap manusia berada di luar, terpisah dari alam.
Manusia dipanggap sebagai penguasa atas alam dan boleh melakukan apa saja terhadap alam. Cara
pandang tersebut melahirkan sikap dan perilaku merusak (destruktif) serta eksploitasi dan terhadap
alam maupun lingkungan, ini menmbuat manusia menguras alam demi memenuhi kepentingan
dan kehidupannya tanpa memperhatikan kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem.
Dan cara pandang ini sudah dimulai sejak era Yunani kuno, terutama di era zaman para filsuf
modern dan Aristoteles di abad pertengahan
Dalam pandangan antroposentrisme, etika, prinsip-prinsip dari moral dan nilai moral, hanya
berlaku bagi manusia dan bahwa kebutuhan dan kepetingan manusia mempunyai nilai tertinggi
dan paling penting diantara mahkuk hidup lainnya, dengan arti bahwa manusia dan pemenuhan
kepentingannya dianggap paling berhak dalam menentukan tatanan lingkungan ekosistem dan
berhak dalam menetukan kebijakan yang diambil berkaitan dengan alam, baik langsung maupun
tak langsung.
Falsafah bahwa nilai tertinggi di Alam ini adalah manusia dan kepentingannya, hanya manusia
yang mempunyai nilai dan menjadi perhatian, segala keberadaan di alam hanya akan bernilai
sejauh menunjang kepentingan manusia. Oleh karena ciri-ciri tersebut, maka cara pandang
Antroposentrisme dianggap sebagai sebuah etika lingkungan yang dangkal dan sempit (Shallow
environmental ethics).
Antroposentrisme dianggap sebagai sebuah cara pandang yang mendasarkan argumentasi pada
keyakinan bahwa manusia adalah penguasa dan penentu realitas yang akan menentukan apa yang
menjadi dan terjadi pada dirinya. Oleh karena itu segala sesuatu yang berada di luar diri manusia
akan diperlakukan sebagai objek yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dirinya
(Kuntowijoyo, 1998).
Definisi dari Pembangunan yang berkelanjutan
Pembanguan yang berkelanjutan menurut Wikipedia adalah : pembangunan yang
memenuhi kebutuhan hidup masa sekarang dengan mempertimbangkan pemenuhan hidup
generasi mendatang. Prinsip utama dalam pembangunan berkelanjutan ialah pertahanan kualitas
hidup bagi seluruh manusia pada masa sekarang dan pada masa depan secara berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan dilaksanakan dengan prinsip kesejahteraan ekonomi, keadilan
sosial, dan pelestarian lingkungan (Wikipedia). Pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah
dilakukan sejak 1980-an. Saat itu semua agenda politik lingkungan dipusatkan pada pembangunan
berkelanjutan.
Istilah pembangunan berkelanjutan, muncul pertama kali dalam World Conservation of
Nature yang dipakai oleh salah satu pakar, Lester R Brown. Semenjak saat itu, istilah
pembangunan berkelanjutan menjadi populer dan mengarah pada refleksi tentang konsekuensi
masalah lingkungan hidup untuk ekonomi.
Menurut Emil Salim Definisi pembangunan berkelanjutan atau suistanable development
adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam dan
3. manusia. Pengoptimalan tersebut dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam
pembangunan.
Menurut Ignas Kleden Pembangunan berkelanjutan sebagai jenis pembangunan yang di satu
pihak mengacu pada pemanfaatan sumber-sumber alam maupun sumber daya manusia secara
optimal. Di lain pihak serta pada saat yang sama memelihara keseimbangan optimal di antara
berbagai tuntutan yang saling bertentangan terhadap sumber daya tersebut.
Menurut Rogers (2008: 42) Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah
konsep yang menggali keterkaitan antara pembangunan ekonomi, kualitas lingkungan dan
keadilan sosial.
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan
aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan masa depan.
Dapat disimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) adalah
“ Suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan manusia
secara serasi dan seimbang yang menggali keterkaitan antara pembangunan ekonomi, kualitas
lingkungan dan keadilan sosial, serta menjamin keutuhan lingkungan hidup, keselamatan,
kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi kini dan masa depan.”
URAIAN PEMBAHASAN
Paham Antroposentrisme pada Fenomena Krisis lingkungan
Sejak akhir abad ke-20, Antroposentrisme dipandang sebagai biang keladi dari porak-
porandanya lingkungan hidup, sehingga dibutuhkan suatu cara berpikir baru yang dapat mengatasi
segala kerusakan itu. Akibat dari cara pandang Antroposentrisme ini adalah memungkinkan
penguasaan manusia atas alam demi kepentingannya semata, menyebabkan krisis lingkungan yang
terjadi seperti saat ini tak dapat dihindari.
Hubungan manusia dengan alam tersebut cenderung bersifat egoistis, karena hanya
mengutamakan kepentingan manusia. Sedangkan kepentingan lingkungan ekologi dan ekosistem
serta makluk hidup lainnya, tidak menjadi pertimbangan moral. Paradigma Antroposentrisme yang
memandang alam hanya sebagai alat dan besifat egoistis tersebut, mendorong manusia untuk
mengeksploitasi dan menguras alam demi kepentingannya, tanpa memberikan perhatian serius
bagi kelestarian lingkungan. Kepentingan manusia disini, sering kali diartikan sebagai
kepentingan yang bersifat jangka pendek, sehingga menjadi sumber dari berbagai krisis pada
lingkungan.
Fenomena Krisis Lingkungan
Krisis lingkungan berasal dari dua suku kata yaitu “krisis” dan “lingkungan”. Krisis
diambil dari bahaya yunani “κρίσις” dalam bentuk kata sifat berarti kritis atau kemelut suatu
peristiwa yang sedang atau akan terjadi yang mengarah pada suatu situasi tidak stabil dan
berbahaya yang mempengaruhi individu, kelompok, komunitas, atau seluruh masyarakat.
Makna dari Krisis lingkungan dapat didefinisikan sebagai persitiwa atau situasi kritis yang tidak
stabil dan berbahaya yang akan menimbulkan degradasi lingkungan serta ekosistem alam atau
dengan kata lain disebut juga sebagai kerusakan lingkungan.
Menurut Richard Steward dan James E Krier, krisis lingkungan yang sudah mengglobal
dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal: pertama, pencemaran lingkungan (pollution); kedua,
pemanfaatan lahan yang salah (land mis-use); ketiga, eksploitasi sumberdaya alam yang
menyebabkan habisnya sumberdaya (natural resource depletion) (Steward & Krier, 1978).
4. Tiga hal ini dapat dipahami dalam satu rangkaian bahwa turunnya kualitas lingkungan
hidup yang mewujud dalam berbagai bentuk kerusakan lingkungan merupakan konsekuensi dari
pemanfaatan sumberdaya alam secara sembrangan dan tak terkontrol.
The Ecologist dan The Limits to Growth tulisan E. Golsmith dan Dennis L. Mesdows, dkk
(1972) juga mengingatkan bahwa bahaya terbesar bagi umat manusia di masa depan adalah
rusaknya lingkungan hidup yang sangat cepat. Kerusakan lingkungan yang terjadi ini ternyata
tidak lagi bersifat lokal, namun telah berubah menjadi persoalan regional bahkan global.
Berbagai kejadian bencana alam ini menunjukkan tentang gagalnya upaya dalam melakukan
konservasi sumber daya alam dan lingkungan dalam mengimbangi cepatnya gerakan
mengeksploitasi sumber daya alam yang didukung oleh berbagai peralatan canggih hasil rekayasa
teknologi modern.
Kemajuan dunia, dengan adanya teknologi malah menjadi pembunuh berantai dalam
kehidupan manusia. Tak bisa dipungkiri manusia pada hakekatnya kini mereka lebih mengejar
akan kehidupan yang sejahtera tanpa peduli lingkungannya.
Perubahan iklim global yang ekstrim yang terjadi dapat mempengaruhi hidup manusia, munculnya
polusi yang mengakibatkan krisis lingkungan hidup menyebabkan para pakar dari berbagai
disiplin ilmu mencurahkan perhatian untuk membahas dan meneliti dampak yang diakibatkan oleh
kemajuan teknologi dan industri yang telah meracuni udara, air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan.
Polusi ini selanjutnya memengaruhi fisik manusia melalui makanan dan minuman yang telah
tercemar oleh bahan bahan kimia buatan.
Cara pandang Antroposentrisme inilah yang menjadi awal kerusakan lingkungan pada saat
ini menganggap bahwa alam beserta isinya merupakan sebuah instrumen ataupun alat bagi
pemenuhan kebutuhan manusia dan lumrah bila dieksploitasi.
Dilema Konsep Pembangunan berkelanjutan dan Kerusakan Lingkungan
Berbagai bentuk eksploitasi manusia terhadap sumberdaya alam telah mengarah pada
kondisi ekploitasi berlebihan (over exploitation) yang menyebabkan alam tidak mampu melakukan
recovery kembali guna memulihkan daya dukungnya. Kondisi ini jika dibiarkan terus menerus
maka akan menyebabkan ekosistem menjadi tidak seimbang dan dapat menyebabkan munculnya
berbagai bencana yang membahayakan umat manusia.
Pada tahapan selanjutnya munculah konsep sustainable development. Gagasan ini
dipandang sebagai sebuah terobosan yang mampu memunculkan konsensus atas krusialnya isu
lingkungan hidup dalam pengelolaan sumberdaya. Konsep pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) merupakan sebuah perspektif baru dalam melihat apa dan bagaimana
pembangunan. Perspektif ini muncul dari kegelisahan atas apa yang telah dilakukan manusia
terhadap alam untuk mencapai kemajuan (progress) sebagai cita-cita pembangunan
Aspek Pembangunan Berkelanjutan
Sustainable development (SD) atau Pembangunan berkelanjutan merupakan model
pembangunan yang berusaha mengintegrasikan tiga aspek pembangunan yakni keberlanjutan
pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan kesejahteraan
sosial.
Namun apa yang terjadi krisis ekologi bahkan semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Pemanasan global, kerusakan lapisan ozon akibat emisi karbon dan efek rumah kaca, mencairnya
es di kutub, kenaikan permukaan air laut, pencemaran industri adalah sekian banyak contoh kasus
yang semakin mencuat dalam 20 tahun lebih sejak ditetapkannya paradigma pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) sebagai pedoman pembangunan seluruh bangsa di dunia.
Contoh dampak kuantitatif paling ekstrim dari dominasi manusia terhadap alam hampir diseluruh
dunia adalah berupa terjadinya erosi, banjir, kekeringan, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan,
polusi udara, hujan asam.
Keberadaan sustainable development itupun bukan tanpa persoalan. Gagasan ini oleh
banyak environmentalis dianggap tidak jelas keberpihakannya serta masih berkutat pada logika
5. untung-rugi yang sejatinya berdasar pada filosofi utilitarianisme, oleh karena itu tidak
mengherankan apabila selalu muncul dilema dalam praktik sustainable development terkait
dengan orientasi atas nilai yang diinginkan untuk terus berkelanjutan
Kelemahan pada Paradigma Pembangunan Berkelanjutan
1. Tidak ada sebuah tiitk kurun waktu yang jelas dan terukur yang menjadi sasaran pembangunan
berkelanjutan. Hanya merupakan sebuah komitmen, yang sulit diukur kapan tercapainya
2. Asumsi paradigma pembangunan berkelanjutan didasarkan cara pandang antroposentris (alam
sbg alat pemenuhan kebutuhan), pembangunan ekonomi sebagai yang utama dan
pembangunan sosial budaya dan lingkungan sebagai pendukung.
3. Asumsi yang ada dibalik paradigma ini adalah manusia bisa menentukan daya dukung
ekosistem lokal dan regional. Seakan manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui
batas alam dan manusia mampu mengeksploitasi SDA itu dalam batas wajar sesuai daya
dukung alam tadi. Padahal manusia lupa bahwa alam memiliki kompleksitas yang rumit jauh
melampaui ilmu pengetahuan manusia.
4. Paradigma pembanguan berkelanjutan bertumpu pada ideologi materealisme yang tak diuji
secara kritis tetapi diterima begitu saja secara benar. Semua negara dianjurkan untuk
mengikuti jalan yang selama ini ditempuh negara-negara maju.
Mengacu pada definisi sustainable development yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya bahwa sustainable development adalah sebuah proses yang berupaya
menyeimbangkan perhatian atas kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang atas segala
bentuk pemanfaatan maupun eksploitasi sumberdaya alam, investasi, penggunaan teknologi
maupun perubahan institusi maka sesungguhnya secara implisit konsep ini mencoba untuk
membawa kondisi pengelolaan lingkungan menjadi lebih ke arah ekosentris.
Namun demikian, yang perlu dipahami adalah metode kompromi yang dipakai oleh
sustainable development, yaitu dengan keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan kelestarian
lingkungan hidup, seringkali bertumpu pada persoalan praktis. Sehingga muncul banyak
perdebatan dalam mengaplikasikan konsep ini, sangat tergantung pada sisi mana yang ingin
ditonjolkan, apakah pertimbangan ekonomi atau lingkungannya. Padahal dalam praktiknya dua
hal tersebut nyaris tak pernah dapat berkompromi. Yang banyak terjadi kemudian adalah beberapa
indikator kelestarian lingkungan yang dibuat cenderung dikemas semata-mata untuk kebutuhan
ekonomi.
Kebutuhan manusia yang sangat dinamis dan sangat beragam dalam kemanjuan industri
dan paradigma developmentalisme, melahirkan bentuk bentuk tindakan yang kurang bertanggung
jawab terhadap lingkungannya. Eksploitasi terhadap sumberdaya alam dan lingkungan terlihat
hanya berarah pada pertumbuhan ekonomi semata dan mengabaikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan. Sehingga ukuran standar kualitas hidup dan kelayakan hidup lebih ditandai
dari sisi kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan industri dalam melakukan
berbagai kegiatan pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Berdasarkan proses kemunculannya, maka logika awal yang dibangun oleh sustainable
development tidak terpisah dari logika aliran/ faham modernis (antroposentris), tidak
mengherankan apabila mekanisme yang ditawarkan oleh sustainable development cenderung
teknosentris. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam upaya mendesain ulang pasar dan proses
produksi untuk disesuaikan dengan logika bekerjanya alam. Selain itu juga sustainable
development menggunakan mekanisme pasar dan akumulasi kapital untuk melakukan prediksi
atas kondisi alam di masa yang akan datang. Kestabilan stok kapital dari alam menjadi syarat
utama bagi tercapainya kondisi lestari (Banerjee, 1999). Kritik Banerjee ini jelas menunjukkan
bahwa orientasi sustainable development sesungguhnya belum bergeser dari titik pijak
antroposentrisme.
Oleh karena hal itu sesungguhnya konsep dari sustainable development ternyata tetap
berpijak pada konsep antroposentrisme, yaitu menjadikan manusia sebagai sentralnya. Semua
6. faktor dimasukkan kemudian dihitung dalam suatu perhitungan matematis untuk kemudian
dijumlahkan mana yang mampu memberikan keuntungan terbesar dengan resiko dampak minimal.
Pada berbagai studi kebijakan disimpulkan bahwa melalui mekanisme kalkulasi cost-
benefit mampu diperoleh keunggulan relatif, terutama dalam konteks ekonomi. Hal ini tentu
memberikan harapan positif bagi negara-negara yang memang mengejar pertumbuhan ekonomi
seperti negara negara berkemnbang seperti Indonesia, namun menjadi malapetaka tatkala dilihat
dari aspek keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Hal ini disebab karena kecenderungan
perhitungan yang hanya mengarah pada sekedar perhitungan nilai-nilai real dan mengabaikan
nilai-nilai yang bersifat normatif. Hal ini yang sesungguhnya menjadi tantangan terbesar dalam
mengaplikasi konsep sustainable development.
Di sisi yang lain, apabila kebutuhan hanya dimaknai sebagai segi kemanfaatan dalam
kerangka pertumbuhan ekonomi, maka berbagai pilihan tindakan maupun kebijakan ataupun
regulasi yang disusun yang pada akhirnya tetap bermuara pada titik kepentingan untuk memuaskan
hasrat eksploitasi manusia dan mengejar target pertumbuhan ekonomi dan konsumsi semata.
Pilihan orientasi ini bisa saja dibungkus dengan mekanisme-mekanisme yang sepertinya
mendukung kelestarian lingkungan, namun pada akhirnya hal tersebut hanya berhenti dalam
konstelasi formalitas belaka, dengan tanpa menyentuh substansi persoalan yang sesungguhnya.
Sebagai contoh adalah diwajibkannya setiap pelaku usaha ungtuk melakukan kajian
dokumen lingkungan hidup sepertri AMDAL dan memenuhi Aspek KLHS (Kajian Lingkungan
hidup Strategis) Provinsi dan sebelum pelaku usaha akan membangun kegaiatan atau industri di
wilayah tertentu. Peran kajian AMDAL seharusnya dapat digunakan sebagai mekanisme
pengawasan dan alat kontrol bagi pemerintah pada berbagai kegitan industri yang layak
berkembang ataupun tidak. Namun sampai sejauh ini, keberadaan AMDAL hanya dimaknai
sebatas bagian dari pemenuhan perizinan usaha yang bersifat formal tanpa ada mekanisme
evaluasi dan kontrol secara tegas, jelas, dan kontinyu. Kelemahan-kelemahan semacam ini juga
banyak terjadi pada berbagai sektor pengelolaan lingkungan lainnya semisal kehutanan,
perkebunan, dan pertambangan. Hal ini mengindikasikan bahwa sustainable development pada
praktiknya kemudian terhenti sebatas slogan karena masih dominannya kalkulasi kemanfaatan
dalam jangka pendek oleh berbagai pihak terkait.
Besar dan masifnya kepentingan para kaum kapitalis sebagai penyandang dana
menyebabkan rancangan pembangunan berkelanjutan menjadi terjebak pada hanya sekedar urusan
praktik (metode) dan menjadi samar untuk secara nyata berpihak pada usaha mengedapankan
kelestarian lingkungan sebagai nilai kemanfaatan yang ingin dituju. Ketika pembanguan
berkelanjutan masih menitikberatkan pada sektor pembangunan ekonomi saja maka itu menjadi
rancangan pembangunan yang besifat konvensional.
Pembangunan konvensional terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi
gagal dalam memperlihatkan keseimbangan sosial dan lingkungan. Hal ini terjadi karena
pembangunan konvensional meletakkan pembangunan ekonomi pada pusat persoalan
pertumbuhan dan menempatkan aspek sosial dan keberlanjutan lingkungan pada posisi yang tidak
substansial akibatnya tetap terjadi kerusakan lingkungan padahal kita berpendapat dan merasa
telah menjalankan konsep Pembangunan Berkelanjutan, disini terlihat ada yang salah dalam
memahami konsep pembangunan berkelanjutan tersebut.
Kita harus meninjau ulang konsep pembangunan berkelanjutan yang lebih
menitikberatkan pada aspek keberlanjutan ekonomi, dan melupakan keberlanjutan ekologi
dan keseimbangan ekosistem, yang justru menjadikan konsep pembangunan yang tidak
bergeser dari etika antroposentrisme itu sendiri .
7. KESIMPULAN
Bagaimana Harusnya Sikap Etika Lingkungan pada Pembangunan Berkelanjutan
Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk memperbaiki taraf
hidupnya, melindungi dan meningkatkan kehidupan secara keseluruhan. Sebaliknya manusia juga
memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menimbulkan bencana dalam kehidupan manusia serta
merusak tatanan kehidupan di bumi secara keseluruhan. Dominasi manusia yang sangat kuat
terhadap lingkungan alamnya merupakan cara pandang antroposentrisme yang menganut paham
bahwa nilai prinsif moral hanya berlaku bagi manusia, dan bahwa kebutuhan dan kepentingan
manusia mempunyai nilai yang paling tinggi dan paling penting.
Etika Lingkungan sebagai tuntunan moral bagi setiap manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungannya tidak dapat begitu saja diyakini dan diamalkan oleh tiap orang, etika lingkungan
butuh proses internalisasi yang sungguh sungguh dari berbagai pihak. Internalisasi etika
lingkungan inilah yang diharapkan mampu merubah mindset para perencana dan pelaku
pembangunan terhadap lingkungan. Perubahan mindset ini diharapkan dapat berdampak pada
perubahan sikap (afektif) dan tata laku (psikomotor) dan memberikan kontrol internal (kejiwaan)
bagi seseorang.
Etika lingkungan ini harus merupakan syarat mutlak untuk terlaksananya pembangunan
yang berkelanjutan. Etika lingkungan yang terinternalisasi dalam diri seseorang akan dapat
mengendalikan tindakan manusia terhadap lingkungan dengan penuh kesadaran.
Suatu upaya pembangunan berkelanjutan yang tidak berbasis pada etika, maka ketika
lemahnya penegakan dan pengawasan suatu regulasi/aturan, maka cenderung akan terjadi
pengabaian karena tidak adanya nilai yang mengikat, maka pembangunan berkelanjutan hanya
akan menjadi konsep diatas kertas
Dasar pikiran seperti ini menjelaskan persoalan tentang peran manusia dalam menentukan
kecenderungan penguasaannya terhadap alam. Baik pembangunan berkelanjutan maupun
keberlanjutan ekologi adalah dua alternatif yang bisa diterapkan oleh setiap negara termasuk
Indonesia, karena mempunyai sasaran yang sama yaitu integrasi ketiga aspek diantaranya aspek
pembangunan ekonomi, social-budaya dan lingkungan. bedanya hanya terletak pada prioritas
perhatian, namun sejauh ketiga aspek itu bisa diintegrasikan dengan secara baik, paradigma
pembangunan apapun tidak menjadi masalah
“There is a sufficiency in the world for man’s need but not for man’s greed “
‘’Ada kecukupan di dunia ini untuk kebutuhan manusia, tetapi tidak untuk keserakahan manusia’’
DAFTAR PUSTAKA
1. Keraf, A.S., 2010. Etika Lingkungan Hidup. PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta
2. Lailiy Muthmainnah dkk, Jurnal Filsafat, ISSN: 0853-1870 (print); 2528-6811(online) Vol.
30, No. 1 (2020), p. 23-45, doi: 10.22146/jf.49109
3. Djaelani, M.S., Maret 2011.Etika Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Ecosains-
Vomume IX, Nomor 1.
4. Hadi, B.S., 2006. Membangun Etika Lingkungan sebagai basis Pembangunan Berkelanjutan.
Geomedia, Vol 4, No. 2 (2006)
5. Sukarna,R.M., 2020. Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam perspektif Antroposentrisme,
Antropologi dan Ekosentrisme. Jurnal Hutan Tropika e-ISSN: 2656-9736 / p-ISSN: 1693-
7643 Vol. 16 No.1 / Juni 2021 Hal. 83-100
6. Ihsan, A. F, Suryawan, A., (2019). Ekoliterasi sebagai antitesis paradigma pembangunan
anthroposentris dalam SDGs., Seminar Nasional Pertemuan Ilmiah Tahunan – Ilmu
Lingkungan Hidup,. Magister Ilmu Lingkungan – Universitas Padjajaran