Beberapa tokoh nasional sudah dikenal luas oleh pemilih, terutama Megawati yang dikenal oleh 93,7% responden. Tokoh lain yang dikenal oleh lebih dari 50% responden antara lain Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla, Wiranto, dan Hatta Rajasa, meskipun belum pernah ikut pemilihan presiden. Tokoh-tokoh lain masih relatif kurang dikenal.
Press Rilis "STAGNASI KEPUASAN PUBLIK TERHADAP KINERJA PEMERINTAHAN SBY-BOEDI...
Tantangan Calon Presiden Populer
1. TANTANGAN CALON PRESIDEN
POPULER
Dua tahun menjelang Pilpres 2014
Temuan Survei 20 - 30 Juni 2012
Jl. Kusumaatmaja No. 59, Menteng, Jakarta Pusat 10340
kontak@saifulmujani.com | www.saifulmujani.com
2. • Pemilihan presiden 2014 masih sekitar 2 tahun lagi
dari sekarang tapi sudah ada partai yang
mencalonkan tokohnya. Sebut saja Wiranto oleh
Hanura, Hatta Rajasa oleh PAN, Aburizal Bakrie oleh
Golkar, dan Prabowo oleh Gerindra.
• Jusuf Kalla juga disebut-sebut akan dicalonkan
misalnya oleh PPP.
• Sejumlah partai lain belum menyebut calon
presidennya secara lebih jelas: Demokrat, PDIP, PKS,
PKB, dan partai-partai lainnya yang mungkin bisa
mencalonkan pada 2014 nanti.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 2
3. Lanjutan…
• Walapun masih dua tahun lagi, sejumlah tokoh
sebenarnya sudah populer, sudah dikenal oleh
mayoritas pemilih.
• Mereka sudah dikenal luas di masyarakat karena
pernah menjadi presiden (Megawati), menjadi wakil
presiden (Jusuf Kalla), menjadi calon presiden
(Wiranto), menjadi calon wakil presiden (Prabowo),
atau sudah melakukan sosialisasi cukup intensif
(Aburizal dan Hatta Rajasa).
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 3
4. Lanjutan…
• Pertanyaan krusialnya adalah apakah mereka yang
sudah populer tersebut diterima atau disukai
pemilih atau tidak. Bila popularitas seorang calon
berbanding lurus dengan kediterimaannya oleh
pemilih nasional maka ia potensial dipilih oleh
rakyat bila maju sebagai calon presiden.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 4
5. Lanjutan…
• Selanjutnya, apakah tokoh-tokoh yang populer itu
dipilih? Seberapa besar popularitasnya berpengaruh
terhadap kedipilihannya?
• Kalau mereka yang sudah populer itu ternyata kurang
banyak dipilih, mengapa mereka kurang dipilih?
• Karena Aburizal satu-satunya tokoh yang secara
resmi telah dicalonkan oleh partainya, dan terlihat
sudah lebih intensif melakukan sosialisasi dalam
setahun terakhir ini, maka menjadi menarik
mencermati mengapa popularitasnya belum cukup
efisien secara elektoral.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 5
6. Lanjutan…
• Banyak pengamat berpendapat bahwa sejumlah
masalah sosial menghambat Aburizal, terutama
masalah lumpur Lapindo. Apakah betul pendapat
tersebut?
• Banyak pengamat berpandangan bahwa Prabowo juga
sulit mendapat dukungan luas di masyarakat karena
treck-record-nya kurang mendukung. Ia seorang
perwira TNI yang diberhentikan karena terbukti
bertanggung jawab atas penculikan sejumlah aktivis
pada 1997. Apakah betul ini merupakan persoalan
elektoral?
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 6
7. Lanjutan…
• Megawati sulit menang dalam persaingan Pilpres
karena ia dinilai kurang kompeten. Apakah betul
demikian?
• Survei nasional perilaku memilih yang akan kami
paparkan hasilnya di sini dapat menjawab sebagian
dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 7
8. • Untuk tujuan itu sejumlah pertanyaan pokok diajukan:
• Awareness dan sikap positif atau negatif:
• 1) Tahu atau tidak tahu masing-masing tokoh.
• 2) Suka atau tidak suka masing-masing tokoh yang diketahuinya.
• Intensi Memilih:
• 1) Siapa yang akan dipilih bila pemilihan presiden diadakan sekarang
ini? [Bentuk pertanyaan terbuka]. Ini terutama untuk melihat
seberapa kuat seorang tokoh diinginkan rakyat untuk menjadi
presiden.
• 2) Siapa yang akan dipilih dari nama-nama berikut bila pemilihan
presiden diadakan sekarang? [Pertanyaan semi-terbuka dengan
daftar 26 nama tokoh, dan dibuka kesempatan menyebut nama lain
di luar 26 tokoh itu]
• 3) Siapa yang akan dipilih dari nama-nama berikut bila pemilihan
presiden diadakan sekarang? [Pertanyaan tertutup: Megawati-
Aburizal-Prabowo]
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 8
9. Lanjutan…
• Kriteria paling penting yang harus dimiliki seorang calon
presiden: integritas (bisa dipercaya), komptensi (pintar atau
berwawasan luas), empathy (perhatian pada orang lain), dan
decisiveness ( tegas, mampu memutuskan dalam situasi sulit
apapun).
• Tokoh-tokoh yang memenuhi kriteria kualitas personal.
• Masalah-masalah yang potensial dapat menghambat dua
tokoh populer secara elektoral:
• 1) Prabowo Subianto:
• Treck-record: Pemberhentian sebagai perwira tinggi militer
karena keterlibatan dalam penghilangan aktivis Demokrasi 1997.
• 2) Aburizal Bakrie:
• Opini tentang luapan lumpur Lapindo
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 9
10. Metodologi
• Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak
pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun
atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
• Sampel: Sampel asli 1230. Jumlah sampel yang dapat dianalisis 1.219.
Berdasar jumlah sampel ini, diperkirakan margin of error sebesar +/-3%
pada tingkat kepercayaan 95%.
• Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang
telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang
terdiri hanya dari 10 responden
• Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random
sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi
responden terpilih (spot check). Juga quality control secara random
sebesar 50% responden lewat telpon. Responden yang baru selesai
wawancara dilaporkan ke superviser untuk dikonfirmasi.
• Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
• Waktu wawancara lapangan 20-30 Juni 2012.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 10 10
11. Stratifikasi 1 = populasi dikelompokan menurut provinsi,
dan masing-masing provinsi diberi kuota sesuai dengan
total pemilih di masing-masing provinsi.
Stratifikasi 2: populasi dikelompokan menurut jenis
kelamin: 50% laki-laki, dan 50% perempuan.
Stratifikasi 3: populasi dikelompokan ke dalam kategori
yang tinggal di pedesaan (desa, 51%) dan perkotaan
(kelurahan, 49%).
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 11
12. Cluster 1: Di masing-masing provinsi ditentukan jumlah
pemilih sesuai dengan populasi pemilih masing-masing
provinsi. Atas dasar ini, dipilih desa dan kelurahan secara
random sebagai primary sampling unit. Berapa desa atau
kelurahan? Tergantung jumlah pemilih di masing-masing
provinsi. Ditetapkan untuk setiap desa dipilih 10 pemilih (5
laki-laki, dan 5 perempuan) secara random. Bila di Jawa Barat
prosentase pemilih 18%, dan di NTB 2%, maka kalau di Jabar
dipilih 18 desa/kelurahan maka di NTB dipilih hanya 2
desa/kelurahan, dst.
Cluster 2: Di masing-masing desa terpilih, kemudian didaftar
populasi RT atau yang setingkat. Kemudian dipilih secara
random 5 RT dengan ketentuan di masing-masing RT akan
dipilih secara random dua Keluarga.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 12
13. Cluster 3: Di masing-masing RT terpilih, populasi keluarga
didaftar, kemudian dipilih secara random 2 keluarga.
Di masing-masing keluarga terpilih, kemudian didaftar
seluruh anggota keluarga yang punya hak pilih laki-laki atau
perempuan, dan kemudian dipilih secara random siapa yang
akan menjadi responden di antara mereka.
Bila pada keluarga pertama yang dipilih adalah responden
perempuan, maka pada keluarga berikutnya harus laki-laki.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 13
14. Flow chat penarikan sampel
Populasi desa/kelurahan
tingkat Nasional
Prov 1 Prov k Desa/kelurahan di tingkat
… Provinsi dipilih secara random dengan
… jumlah proporsional
Ds 1 … Ds m
Ds 1 … Ds n
RT1 RT2 RT3 …. RT5 Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5
RT dengan cara random
Di masing-masing RT/Lingkungan
KK1 KK2 dipilih secara random dua KK
Di KK terpilih dipilih secara random
Laki-laki Perempuan Satu orang yang punya hak pilih
laki-laki/perempuan
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 14
15. PROFIL DEMOGRAFI RESPONDEN
KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS
GENDER AGAMA
Laki-laki 50.0 50.3 Islam 88.2 87.5
Perempuan 50.0 49.7 Katolik/Protestan 8.3 9.9
DESA-KOTA Lainnya 3.5 2.6
Pedesaan 50.9 50.2 ETNIS*
Perkotaan 49.1 49.8 Jawa 44.1 41.6
Sunda 17.8 15.4
Melayu 2.5 3.4
Madura 3.3 3.4
Bugis 3.0 2.5
Betawi 2.1 2.5
Minang 1.9 2.7
Lainnya 25.3 28.5
* Belum ada data sensus etnis mutakhir. Data populasi etnis menggunakan hasil sensus tahun 2000.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 15
21. Ada 8 nama tokoh nasional yang dikenal cukup luas, yakni
oleh di atas 50% pemilih.
Dari 8 nama itu, yang paling dikenal luas adalah Megawati.
Tiga nama yang tidak pernah bersaing dalam Pilpres dan
sudah dikenal luas (di atas 50%) adalah Aburizal, Sultan, Anas
Urbaningrum, dan Hatta Rajasa.
Di luar nama-nama itu seperti Kristiani Herawati Yudhoyno,
Pramono Edhie Wibowo, Dahlan Iskan, Sri Mulyani, Djoko
Suyanto, Mahfud MD, Endiartono Sutarto, dll., belum dikenal
luas (masih di bawah 50%). Ini logis karena mereka tidak
pernah bersaing dalam Pilpres, dan tidak melakukan
sosialisasi sebagai calon presiden, atau hanya menjadi
pembicaraan di kalangan terbatas.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 21
22. Dari semua nama yang sudah dikenal luas, yang
menunjukkan sudah serius akan maju adalah Aburizal,
Prabowo, Wiranto, dan Hatta Rajasa. Mungkin juga Megawati.
Walapun belum menjadi magnet yang kuat bagi pemilih,
potensi mereka setidaknya dapat dilihat dari tingkat
penerimaan pemilih pada mereka. Dalam hal ini indikasinya
dapat dilihat dari tingkat kesukaan pemilih pada mereka
seperti terlihat di bawah.
Bila tingkat kesukaan dari yang sudah dikenal di atas tingkat
kedikenalan atau poularitas maka kualitas popularitasnya
bagus. Sebaliknya bila kedisukaannya di bawah tingkat
popularitas maka kualitas popularitasnya buruk. Semakin
rendah tingkat kesukaan pada yang populer maka kualitas
popularitasnya semakin buruk.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 22
24. Dari 8 nama yang sudah dikenal luas, dan kemungkinan akan
maju sebagai calon presiden secara lebih sungguh-sungguh,
Prabowo adalah nama yang paling baik tingkat
penerimaannya di masyarakat.
Setelah Prabowo adalah Sultan, kemudian Kalla dan Megawati.
Sementara yang paling rendah tingkat kediterimaannya oleh
publik nasional adalah Anas dan Aburizal dibanding nama-
nama lainnya.
Aburizal sebagai calon yang paling serius bahkan lebih
rendah tingkat diterimanya dibanding Jusuf Kalla yang
sempat diperbincangkan sebagai calon alternatif dari Golkar.
Apakah tingkat popularitas dan penerimaan masyarakat
(suka) tersebut tercermin dalam pilihan dalam pemilihan
presiden bila pemilihan diadakan sekarang?
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 24
29. Pada dasarnya belum ada tokoh yang kuat secara elektoral.
Tidak ada tokoh yang secara spontan dipilih sebagai presiden
oleh pemilih dengan jumlah yang cukup besar, misalnya di
atas 20% seperti dialami SBY dua tahun menjelang pemilihan
presiden 2009. Atau dibandingkan dengan Mega menjelang
2009.
Ini mengindikasikan untuk sementara ini belum ada tokoh
yang kuat secara elektoral.
Popularitas tokoh-tokoh yang sudah cukup atau bahkan
sangat kuat tersebut secara umum bermasalah. Tidak ada
tokoh yang populer mampu menerjemahkan popularitasnya
ke dalam tindakan elektoral secara berarti.
Keadaan ini membuka peluang bagi calon alternatif yang
belum melakukan sosialisasi dan karena itu belum populer.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 29
34. Belum adanya tokoh yang kuat secara elektoral
tersebut juga terlihat ketika sejumlah nama disebut.
Dengan simulasi semi-terbuka pun, tidak ada nama
yang dipilih oleh lebih dari 20%.
Bahkan dengan simulasi 3 namapun tidak ada tokoh
yang dipilih oleh suara mayoritas.
Semua ini mengindikasikan bahwa kita belum punya
tokoh yang kuat secara elektoral untuk menjadi
presiden.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 34
35. Lanjutan…
Seperti akan ditunjukan di bawah, sejumlah tokoh
nasional tidak dipilih bukan karena mereka tidak
dikenal tapi tidak mampu menjadi magnet elektoral
dominan bagi umumnya pemilih (50% plus).
Mengapa mereka yang sudah populer itu tidak
menarik secara elektoral? Berikut observasi
difokuskan pada Aburizal karena sudah menjadi
calon resmi, kepada Megawati karena paling
populer, dan Prabowo karena terlihat relatif lebih
kuat secara elektoral dibanding tokoh-tokoh lain.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 35
36. Aburizal telah secara resmi dicalonkan Partai Golkar.
Hampir sejak terpilih sebagai ketua Golkar, Aburizal
telah melakukan sosialisasi dirinya secara lebih
massif dibanding tokoh-tokoh lain untuk dikenal
publik secara luas dan untuk membangun simpati,
terutama lewat berbagai atribut.
Tapi belum terlihat elektabilitasnya naik secara
berarti, dan juga belum terlihat kuat afeksi positif
(suka) terhadapnya.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 36
37. Lanjutan…
Banyak pengamat menilai Aburizal susah mendapat
dukungan pemilih karena sejumlah masalah yang
diasosiasikan dengannya, setidaknya dalam bentuk
persepsi publik. Kasus yang biasa disebut terkait
dengan Aburizal adalah luapan lumpur Lapindo.
Aapakah betul kasus ini menghambat Aburizal?
Untuk itu observasi terhadap masalah ini dilakukan
untuk mengetahui efek kasus tersebut secara
empirik.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 37
38. Apakah ibu/bapak tahu ada kejadian luapan lumpur Lapindo
yang telah menenggelamkan daerah Porong dan sekitarnya di
Jawa Timur?
Bila “Ya tahu”, ada yang berpendapat bahwa luapan lumpur
itu karena bencana alam, tapi ada juga yang menilai bahwa
luapan lumpur itu karena kesalahan pengeboran perusahaan
Minarak Lapindo? Bagaimana menurut pendapat Ibu/Bapak
sendiri? Bencana alam atau kesalahan pengeboran?
Apakah Ibu/Bapak tahu siapa pemilik perusahaan yang
melakukan pengeboran itu? Tahu, keluaarga Bakrie atau
keluarga Bakrie dan pengusaha lain, atau bukan keluarga
Bakrie.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 38
39. Lanjutan…
Bila keluarga Bakrie atau keluarga Bakrie dan pengusaha lain,
apakah menurut Ibu/Bapak keluarga Aburizal Bakrie harus
bertanggung jawab atas bencana lumpur Lapindo tersebut?
Ya atau tidak.
Bila “ya”, apakah menurut Ibu/Bapak keluarga Aburizal Bakrie
harus bertanggung jawab atas bencana lumpur Lapindo
tersebut? Ya, atau tidak.
Bila “ya”, apakah sejauh ini keluarga Aburizal Bakrie telah
menyelesaikan tanggung jawabnya tersebut? Sudah, atau
belum
Bila “Belum”, apakah menurut Ibu/Bapak keluarga Aburizal
Bakrie punya niat baik untuk menyelesaikan tanggung
jawabnya tersebut atau tidak? Punya, atau tidak
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 39
46. Masyarakat secara nasional umumnya aware dengan
luapan lumpur Lapindo.
Yang aware umumnya menilai bahwa luapan tersebut
karena kesalahan pengeboran, bukan bencana alam.
Hampir sebagian dari yang menilai kejadian itu
karena pengeboran melihat perusahaan pengeboran
itu milik keluarga Bakrie.
Hampir semua yang mengaitkan perusahaan itu
dengan Bakrie menilai bahwa Bakrie harus
bertanggung jawab terhadap musibah tersebut.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 46
47. Hampir semua yang menilai Bakrie harus
bertanggung jawab berpendapat bahwa Bakrie belum
menyelesaikan tanggung jawabnya.
Dari yang menilai Bakrie belum memenuhi tanggung
jawab tersebut, 43.2% menilai Bakrie tidak punya niat
baik untuk menyelesaikan tanggung jawabnya
tersebut, dan lebih sedikit yang mengatakan
sebaliknya (37.8%). Selebihnya menyatakan “tidak
tahu.”
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 47
48. Pertanyaannya kemudian bagaimana efek opini
tentang hubungan antara Bakrie dan luapan lumpur
Lapindo tersebut terhadap elektabilitas Bakrie
dibanding tokoh-tokoh lain, terutama pesaing
utamanya untuk sementara ini, yakni Prabowo dan
Megawati.
Analisis di bawah menunjukan efek opini tentang
Lapindo tersebut terhadap elektibalitas Bakrie
dibanding elektabilitas Mega dan Prabowo.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 48
50. Lebih banyak warga yang menilai Bakrie tidak punya
niat baik, dibanding yang menilai sebaliknya, untuk
menyelesaikan tanggung jawabnya dalam masalah
Lapindo.
Efek perbedaan penilian tersebut terhadap
elektabilitas Aburizal dibanding terhadap Megawati
dan Prabowo sangat signifikan.
Yang mengatakan bahwa Bakrie punya niat baik
untuk menyelesaikan masalah Lapindo tersebut
memilih Aburizal sebesar 27.6%.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 50
51. Sementara yang mengatakan bahwa Bakrie tidak
punya niat baik untuk menyelesaikan masalah
Lapindo tersebut yang memilih Aburizal hanya 9.7%,
dan Pilpres (bila calonnya Aburizal, Mega, dan
Prabowo) kemungkinan akan dimenangkan Prabowo
hanya dalam satu putaran (51%) bila semua pemilih
menilai Bakrie tidak punya niat baik menyelesaikan
masalah Lapindo tersebut.
Juga penting dicatat bahwa Prabowo, bukan
Megawati, yang mengambil untung dari opini
negatif tentang Bakrie dalam hubungannya dengan
masalah Lapindo tersebut.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 51
52. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi pemilih memilih seorang
tokoh untuk menjadi presiden. Ini juga berlaku bagi siapapun
termasuk Aburizal.
Di antara faktor-faktor itu bagi Aburizal, persepsi positif tentang
hubungannya dengan Lapindo dapat meningkatkan peluang
kedipilihan Bakrie sebagai Presiden. Sebaliknya, persepsi negatif
dapat menekan atau menurunkan peluang Aburizal untuk dipilih
menjadi presiden.
Di samping itu, bila persepsi negatif tentang Bakrie dalam
hubungannya dengan Lapindo tidak hilang maka pencalonan
Aburizal akan membantu Prabowo menjadi presiden bila ia nanti
menjadi calon.
Prabowo juga akan berpeluang menang dalam Pilpres bila yang
maju menjadi pesaingnya Megawati.
Dengan kata lain, pencalonan Aburizal dan Megawati saja, tanpa
ada calon alternatif, akan membantu Prabowo menjadi presiden.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 52
53. Mengapa Prabowo lebih berpeluang padahal Prabowo juga
punya masalah, yang sebenarnya bisa dikatakan lebih berat
secara politik, yakni diberhentikannya oleh Dewan
Kehormatan ABRI karena bertanggung jawab atas penculikan
sejumlah aktivis demokrasi pada 1997.
Apakah masyarakat pada umumnya tidak tahu dengan treck-
record Prabowo tersebut?
Dalam survei ini kami menanyakan persisnya seperti berikut
ini:
“Apakah Ibu/Bapak tahu atau pernah mendengar Prabowo
Subianto diberhentikan dari jabatannya sebagai perwira TNI
karena terbukti bertanggung jawab atas penghilangan
sejumlah aktivis pro-demokrasi pada tahun 1997?” Jawab:
Ya, atau tidak
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 53
55. Fakta menunjukan bahwa hanya 27,2% atau sekitar 3 dari 10 warga
Indonesia yang punya hak pilih tahu bahwa Prabowo diberhentikan
sebagai perwira TNI karena terbukti bertanggung jawab atas
peculikan sejumlah aktivis pada 1997.
Dengan kata lain, treck-record Prabowo tersebut tidak diketahui
oleh umumnya masyarakat kita. Karena itu isu ini terlihat belum
signifikan.
Sebabnya bisa macam-macam mengapa pemilih nasional tidak
aware dengan treck-record Prabowo tersebut: Mungkin karena
peristiwanya sudah relatif lama; Kita sebagai bangsa mudah lupa
dengan peristiwa hitam seperti itu; masalah tersebut kurang
melibatkan secara nyata kepentingan rakyat langsung; kurang atau
tidak ada sosialisasi yang cukup masif tentang masalah tersebut;
kita sebagai bangsa mungkin kurang menghargai nyawa manusia,
atau masalah HAM.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 55
56. Namun demikian, Prabowo pun bukan magnit elektoral
dominan meskipun sudah dikenal luas.
Seperti tokoh-tokoh lainnya, popularitas Prabowo kurang
efisien. Mengapa?
Salah satunya kemungkinan berkaitan dengan kualitas
personal tokoh-tokoh yang sudah populer tersebut.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 56
58. Seseorang bisa dinilai pantas menjadi pemimpin
nasional bila memenuhi kriteria kualitas personal
tertentu.
Kriteria kualitas personal tersebut dalam riset
perilaku memilih presiden mencakup integrity,
competency, empathy, dan decisiveness (Miller dan
Shanks 1996).
Secara empiris dalam studi pemilihan presiden,
integity biasa dikur dari penilaian orang apakah
orang itu bisa dipercaya, jujur, satu dalam kata dan
perbuatan, lurus, tidak cacat moral dan apa lagi
hukum.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 58
59. Kompetensi biasa diukur dari penilian pemilih apakah
seseorang dinilai pintar, berwawasan luas, dll.
Empathy biasa diukur dari penilian apakah seseorang
bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, peduli
atau perhatian pada orang lain atau rakyat, dll.
Decesiveness biasa difahami sebagai penilaian
apakah seseorang punya kemampuan mengambil
keputusan dalam keadaan sulit, tegas, berani ambil
resiko, dll.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 59
60. PENGUKURAN
Di antara kriteria untuk seorang presiden Indonesia
berikut ini mana yang menurut Ibu/Bapak paling
penting?
◦ 1. Pintar, berpengetahuan luas
◦ 2. Jujur, bisa dipercaya, satu dalam kata dan perbuatan,
tidak cacat hukum maupun moral
◦ 3. Tegas atau mampu memutuskan dalam situasi sulit
apapun
◦ 4. Mendengarkan pendapat orang lain, perhatian pada
orang lain
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 60
61. Apakah menurut Ibu/Bapak ada di antara nama-nama
berikut yang memenuhi kriteria tersebut?
Kalau ada, siapakah dia?
1. Aburizal Bakrie 2. Agus Martowardoyo
3. Anas Urbaningrum 4. BoedionO
5. Chaerul Tandjung 6. Dahlan Iskan
7. Djoko Suyanto 8. Endiartono Sutarto
9. Gita Wiryawan 10. Hary Tanoesoedibjo
11. Hatta Rajasa 12. Hidayat Nur Wahid
13. M. Jusuf Kalla 14. Kristiani Herawati Yudhoyono (Ibu Ani)
15. Machfud MD 16. Megawati Soekarnoputri
17. muhaimin iskandar 18. Prabowo Subianto
19. PRAMONO EDI WIBOWO 20. Puan Maharani
21. suryadarma ali 22. Sri Mulyani Indrawati
23. Surya Paloh 24. Sri Sultan Hamengku Buwono X
25. sutiyoso 26. Wiranto
27. lainnya: ………..
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 61
63. Nama lain 14 nama, dan umumnya belum dikenal publik.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 63
64. Pemilih pada umumnya memandang integritas (bisa
dipercaya) sebagai kriteria paling penting. Setelah itu
kemudian ketegasan, empati, dan kompetensi.
Rakyat menginginkan pemimpin yang bisa dipercaya
atau punya integritas, dan saat ini tidak ada tokoh
populer yang dominan dalam kualitas ini.
Megawati memang mendapat penilian paling banyak
dalam soal integritas dan empati, tapi inipun masih
jauh dari dominan (hanya sekitar 25-26%). Megawati
terutama lemah dalam kompetensi dan ketegasan.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 64
65. Prabowo memang cukup menonjol dalam ketegasan,
tapi inipun masih jauh dari dominan. Apalagi
ketegasan bukan kriteria utama yang dipilih paling
banyak pemilih. Prabowo lemah dalam integritas dan
empati dibanding Megawati.
Sementara Aburizal sebagai calon presiden yang
paling serius sampai hari ini dalam persepsi pemilih
dinilai lemah di hampir semua kualitas personal
tersebut kalau dibandingkan dengan Megawati
maupun Prabowo. Bahkan secara rata-rata kualitas
personalnya di bawah Jusuf Kalla.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 65
66. Kita pasti punya banyak tokoh nasional yang cukup ideal
untuk menjadi presiden. Tapi tokoh-tokoh ini tidak atau
belum punya kesempatan dikenali rakyat secara nasional.
Sementara yang sudah dikenal luas, secara elektoral lemah.
Mereka sangat populer tapi jauh lebih sedikit yang
memilihnya dibanding popularitasnya.
Umumnya pemilih (60%) belum melihat ada tokoh yang
pantas jadi presiden.
Tidak ada tokoh yang sudah dikenal luas (dikenal oleh 50%
lebih pemilih) mampu menjadi magnit elektoral, mampu
menarik pemilih secara dominan.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 66
67. Tidak ada satupun di antara tokoh yang populer mendapat
dukungan lebih dari 15 persen secara kuat (rakyat memilih
secara spontan).
Ini menunjukan bahwa tokoh-tokoh yang sudah populer
punya masalah sehingga sedikit yang memilih masing-
masing tokoh itu.
Belum adanya tokoh yang meyakinkan mayoritas pemilih
terlihat dari indikasi masih belum adanya tokoh yang
mendapat suara mayoritas mutlak sekalipun jumlah calon
hanya tiga dan masing-masing sudah sangat populer
(Megawati, Prabowo, dan Aburizal).
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 67
68. Kesimpulan kami dari temuan survei ini adalah tokoh-tokoh
yang sudah populer itu bermasalah.
Masalahnya berkaitan dengan integritas, empathy,
kompetansi, dan decisiveness (tegas atau bisa
memutusakan).
Tidak ada tokoh yang secara dominan dinilai punya integritas
untuk memimpin, atau dapat dipercaya, jujur, atau bersih;
punya empati kepada orang lain atau kepada keadaan atau
pendertaan yang dialami rakyat, punya ketegasan, dan punya
kompetensi untuk memimpin bangsa.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 68
69. Temuan ini juga mengindikaskan bahwa rakyat sedang
menunggu tokoh yang dinilai lebih bisa dipercaya, lebih tegas
dalam memimpin, lebih punya empati kepada rakyat, dan
lebih kompeten untuk memimpin.
Karena itu kewajiban politik dan moral kelompok yang
mengerti dan tahu atau elite untuk memberitahukan kepada
rakyat adanya putra atau putri bangsa yang lebih memenuhi
kualitas itu. Harus ada pendidikan dan sosialisasi politik
untuk orang tersebut agar publik secara luas mengenal dan
memahaminya.
Bila tidak ada upaya tersebut maka rakyat akan dipaksa
memilih tokoh-tokoh yang buruk sebab dalam prakteknya
pemilihan presiden harus terjadi meskipun calon-calon yang
maju dan ditawarkan kepada publik tidak ada yang memnuhi
harapan mayoritas publik.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 69
70. Keadaan ini sebenarnya bisa ditangkap sebagai kesempatan
dan peluang yang diberikan oleh rakyat agar elite politik,
terutama partai, mencari dan menawarkan calon terbaik
sebagaimana diharapkan pemilih, bukan sebaliknya memaksa
rakyat untuk memilih orang atau calon yang tidak mereka
kehendaki.
Dua tahun adalah waktu yang cukup untuk membantu rakyat
punya alternatif calon presiden yang lebih baik dari yang
sedang ditawarkan elite sekarang.
SMRC: Survei Nasional Juni 2012 70