SlideShare a Scribd company logo
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 0 
METODE PENELITIAN 
DAKWAH 
& 
KOMUNIKASI
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 1 
METODE 
PENELITIAN 
DAKWAH DAN KOMUNIKASI 
Oleh: Syarifudin
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 2 
Syarifudin 
METODE PENELITIAN: Dakwah dan Komunikasi 
@ 
Edisi Pertama, Cetakan Ke-II 
Kencana, 2011 009 
Hak Penerbitan Pada wad@akomsmart 
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini 
dengan cara apapun termasuk dengan cara fotocopy, 
tanpa izin sah dari penerbit 
Cover : Dinograf 
Percetakan : wadakomsmart offset 
Lay-out : Khuzainil 
Perpustakaan Nasional : Katolog dalam tahun terbitan (KDT) 
Syarifudin, M.Sos.I 
METODE PENELITIAN:Dakwah dan Komunikasi 
Ambon: www.hhttp; wadakomsmart 
Ed. I Cet. I; 148 halaman: 21.5X15.5 cm 
ISBN: 1973-0617-062-0 
Cetakan ke I; 17 Juni 2011 
wadakomsmart Ambon-Indonesia
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 3 
Kata Pengantar 
Berkat iradah dan karunia-Nya Allah swt sehingga mendapatkan sebuah 
perbendaharaan yang paling indah dalam metode penelitian dakwah dan 
komunikasi. Ilmu ini sifatnya ringan dibawa, dan bersinar jikala sepi serta 
membantu jika susah, ia adalah ilmu. Buku ini termasuk serpihan dari 
jutaan kajian ilmu sehingga memilih salah satu bidang kajian yakni metode 
penelitian dakwah dan komunikasi kontemporer sebagai bahan pelengkap 
bacaan bagi praktisi dan ilmuan dakwah dan komunikasi. 
Penulis harus jujur bahwa karya ini bukan murni pemikiran dari penulis 
sendiri tetapi, karya banyak orang. Kerena tidak ada karya seseorang yang 
tak lepas dari bantuan pemikiran orang lain. Penulis dibantu oleh berbagai 
pandangan dan karya penulis sebelumnya terutama pemikiran Ali Mahfuz} 
pendiri ilmu dakwah di Mesir, Muhammad Ali Aziz(ilmuan dakwah, 
Sugiono, Sutrisno Hadi, Buku Panduan karya Ilmiah UIN Makassar tahun 
2009, Mustarin Singke, Deddy Mulyana, Jalaluddin Rahmat, Stephen 
Littlejhon(ahli komunikasi), Bogdan, Denis McQuwail, Lexy Moleong, 
Burhan Bungin, Sapian Faisal, Robert K.Yin. Inovasi dan inspirasi dari 
berbagai literatur inilah yang penulis kemas menjadi metode penelitian 
dakwah dan komunikasi yang selama ini masih langkah dibahas secara 
spesifik oleh ilmuan dakwah dan komunikasi. 
Metode penelitian dakwah dan komunikasi dalam sarat dengan 
perspektif, paradigma, citarasa dan metode penelitian sosial yang dapat 
memudahkan mengungkap problematika Dakwah dan Komunikasi dan 
kajian sosial lainnya. Buku ini lahir dari kelangkahan buku rujukan metode 
penelitian dakwah dan komunikasi. 
Buku ini sulit hadir didepan anda tanda bantuan para Dosen yang ahli 
dibidangnya sehingga kami minta keikhlasan ilmunya sebagai guru, serta 
ucapkan terima kasih kepada: 
1. Dr. Firdaus Muhammad, M.A dan Dr. Amar Ahmad, M.A (Dosen 
Komunikasi Islam).
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 4 
2. Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.A dan Dr. Suf Kasman, M.A 
(Jurnalistik Dakwah). 
3. Dr. Arfah Siddiq, M.A dan Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.A (Media 
Dakwah Kontemporer). 
4. Kepada Ibunda tercinta yang selalu mendoakan saya serta Istri dan 
anakku Khuzainil Ardiansyah, Abdul Raihan, dan Andi Wahyuni 
Ardani yang lucu sebagai inspirator dalam kesulitan moga dibalas 
dengan karuniah yang lebih besar lagi. 
Dengan demikian, hanya kepada Allah swt kami mengharap bimbingan, 
hidayah, intuisi dan penalaran yang tajam sehingga panca indra kami dapat 
merekam pesan-pesan Allah yang sifatnya tampak maupun yang tidak 
tampak. Akhirnya hidupku, matiku dan seluruh perbuatanku aku pasrahkan 
kehadirat Allah swt sebagai penguasa alam semesta, dan hanya Allah yang 
Maha mengetahui dan Maha bijaksana melalui contoh dari Sunnah 
Rasullullah saw. 
Penulis 
Syarifudin
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 5 
DAFTAR ISI 
Kata Pengantar ......................................................................................... iii-iv 
Daftar isi ..................................................................................................... v-vi 
BAB 1 PENDAHULUAN 
A. Latarbelakang ............................................................................ 1 
B. Identifikasi Permasalahan .......................................................... 3 
BAB 2 LANDASAN FILOSOFIS 
A. Ilmu Dakwah dan Komunikasi ................................................. 6 
B. Pengertian penelitian ................................................................. 6 
C. Landasan Normatif. ................................................................... 6 
D. Manusia dan masalahnya ........................................................... 8 
E. Kajian Filosofis ........................................................................ 20 
1. Ontologi .............................................................................. 24 
2. Epistemologi ....................................................................... 28 
3. Aksiologi............................................................................. 39 
F. Berpikir reflektif ...................................................................... 40 
G. Penelitian Natural/Kualitatif ................................................... 47 
BAB 3 TEORI DAKWAH DAN KOMUNIKASI 
A. Pengertian ................................................................................ 50 
B. Ruang lingkup Kajian Teori .................................................. 52 
C. Kajian Teori ............................................................................. 54 
1. Dakwah ............................................................................... 54 
2. Komunikasi ......................................................................... 56 
D. Jenis Karya Tulis Ilmiah .......................................................... 59 
E. Bahasa Karya Tulis Ilmiah ...................................................... 62 
BAB 4 METODE PENELITIAN 
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 65 
B. Teknik mengungkap pakta (eksplanasi) .................................. 74 
C. Proses Pengambilan Data ....................................................... 78
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 6 
D. Skala Pengukuran Istrumen. .................................................... 81 
E. Teknik Analisa Data. ............................................................... 85 
1. Teknik Analisis Data kuantitatif ...................................... 85 
2. Teknik Analisis Data kualitatif ........................................ 87 
BAB 5 MODEL ANALISIS DAN PENDEKATAN 
A. Pengertian ................................................................................ 89 
B. Analisis teks dan bahasa .......................................................... 89 
1. Konten Analisis (analisis isi) .............................................. 91 
2. Analisis Bingkai (Framing analysis) .................................. 92 
3. Analisis Semiotik ............................................................... 93 
4. Analisis Hermeneutika ....................................................... 96 
C. Analisis tema-tema budaya ..................................................... 96 
1. Analisis kinerja dan individual ........................................... 97 
2. Analisis Focus Group Discussion (FGD) ........................... 98 
3. Analisis Studi Kasus ........................................................... 98 
4. Analisis teknik biografi .................................................... 100 
5. Analisis SWOT ................................................................. 100 
6. Analisis dokumenter ........................................................ 103 
7. Analisis Digital forensip ................................................... 104 
BAB 6 PETA DAKWAH DAN KOMUNIKASI 
A. Pengertian .............................................................................. 105 
B. Ruang lingkup penelitian ....................................................... 109 
C. Peta Dakwah dan Komunikasi ............................................... 111 
D. Sinopsis Penelitian Kualitatif ............................................... 113 
BAB 7 TEKNIK PENULISAN 
A. Teks (Bagian Tubuh Tulisan) ................................................ 128 
B. Kutipan dalam Teks ............................................................... 131 
C. Pustaka ................................................................................... 151 
TEKNIK PENULISAN Artikel Internasional
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 7 
A. Latar belakang 
BAB 1 
PENDAHULUAN 
Spirit penelitian ilmu komunikasi adalah firman Allah swt 
menjelaskan dalam Al-Quran surah Al-Imran ayat 190 yang menyuruh 
manusia menelah, meneliti, dan menggunakan potensi akal untuk membaca 
tanda-tanda pergantian siang dan malam seabgai objek penelitian. Perintah 
penelitian ini Allah informasikan dalam QS Al-Imran/3: 190. 
            
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya 
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. 
Ayat ini memberikan perintah untuk meneliti proses pergantian 
siang dan malam sebagai khazanah dan kekayaan fenomena yang perlu 
diperhatikan secara cermat dengan menggunakan metodologi yang 
sistematis dan akurat sehingga tidak keliru dalam menentukan kebijakan 
dan kesimpulan. 
Salah satu tanda-tanda kebesaran Allah swt ketika cermat dan 
sistematis membaca tanda-tanda perubahan sosial. Hal ini bisa terwujud 
ketika para calon peneliti memiliki 3 fasilitas: 
1. Calon penelitia cerdas membaca tanda fenomena sosial dan peka 
terhadap sebab perubahan sosial. 
2. Calon peneliti memiliki kecerdasan memahami tanda sebagai objek 
penelitian, mampu memahami kronologis mulai dari awal sampai saat 
ini. Analoginya dari sebutir benih menjadi pohon yang besar. 
a. Model pertama dalam memahami objek penelitian bisa 
menggunakan panca indra baik lahir maupun batin. Caranya baca 
sabbhisma rabbikal ‘ala.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 8 
b. Model kedua baca bismillah niatkan dalam hati moga apa yang 
dipahami dari kebesaran Allah bisa mendapatkan hikmah yang 
besar bagi kemaslahatan umat manusia. 
c. shalat sunat minta pentunjuk pada Allah kemudian baru 
memahami objek yang akan diteliti. 
PERBEDAAN JENIS RISET/PENELITIAN 
Penelitian Sehari-Hari Penelitian Ilmiah 
1. Intuisi 
2. Anggapan Umum(Common 
Sence). 
3. Tidak ada aturan dalam 
memahami, menjelaskan, dan 
memberi nilai. 
4. Dilakukan setiap saat dan pilih-pilih 
(selektif). 
5. Kebetulan 
6. Lebih fokus pada kebutuhan 
pribadi. 
1. Menelaah, menjelaskan, dan 
memberi nilai objek penelitian 
berdasarkan teori. 
2. Sistematis, terstruktur, dan bisa 
diferifikasi kembali dengan metode 
yg diterapkan. 
3. Memiliki rencana 
4. Objektif, tidak memihak apalagi 
menghakimi objek penelitian. 
Menggambarkan apa adanya 
dengan menawarkan gagasan dan 
ide baru yang manfaatnya lebih 
besar bagi umat manusia. 
5. Fokus pada bidang keilmuan yang 
digunakan untuk memahami 
realitas. 
CIRI DAN KARAKTERISTIK METODE ILMIAH 
1. Bersifat Publik a. Tergantung pada informasi/realitas yang 
ada. 
b. Memberitahukan hasil risetnya pada orang 
lain. 
c. Sangat terbukan terhadap koreksi dan 
ferifikasi untuk mendapatkan ide dan 
gagasan yang lebih baik. 
2. Objektif a. Di atur dalam metodologi yang telah 
disepakati secara ilmiah. 
b. Berhubungan dengan fakta-fakta tidak 
memihak karena sifatnya pada kemaslahan 
umat manusia.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 9 
3. Empirikal a. Sifat penelitian dapat diukur dengan 
pengetahuan manusia. 
b. Menolak penelitian yang sifatnya tidak bisa 
dideteksi oleh panca indra. 
c. Konsep harus didefinisikan secara jelas 
untuk memudahkan orang lain memahami 
apa yg dimaksudkan. 
4. Sistematis/Kumulatif a. Review literatur; artinya menelaah literatur 
yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan 
publik. 
b. Ide dan gagasan berpotensi memberikan 
regulasi yang lebih banyak manfaatnya. 
c. Memiliki konsistensi(istiqamah) yg tinggi 
agar tidan menimbulkan tafsiran yang 
berganda terhadap istilah yang digunakan 
5. Prediktif a. Hasil penelitian dapat dijadikan kebijakan 
dan mampu memprediksi kejadian masa 
depan yang akan terjadi. 
6. Dapat difevikasi kembali Metode yang digunakan terus berkembangan 
dan diperbaiki untuk lebih mendalam dan 
akurat prediksi penelitian yang dilakukan. 
Metode penelitian ini lahir akibat dari kemajuan kemampuan cara 
berpikir manusia untuk memperbaiki, memudahkan, dan menyelesaikan 
permasalahan kehidupan manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Cara 
mengungkap fakta tersebut berdasarkan pengamatan melalui realitas (data-data) 
yang didapatkan melalui ketajaman dan kecerdasan indrawi menelaah 
realitas sosial. 
Ketajaman analisis sebuah masalah dan keluasan kegunaan sebuah 
penelitian akan melahirkan perbedaan antara strata kajian S1, S2 dan S3. 
Oleh karena itu calon peneliti perlu memilih, memilah, dan menetapkan 
masalah yang dianggap dapat dikaji berdasarkan fakta dan referensi yang 
dapat mendukung temuan anda. Penelitian yang bermutu tinggi akan tetap 
menjadi rujukan calon peneliti dan akan tetap bertahan sepanjang masa. 
Hasil penelitian itulah yang akan menjadi amal jariah secara on line,
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 10 
sebagaimana James Watt menemukan energy listrik sampai sekarang ini 
tetap digunakan untuk kemaslahatan umat manusia moderen dewasa ini. 
Seni mendapatkan informasi dan memproduksi informasi dalam 
penelitian dakwah dan komunikasi termasuk seni dokumentasi data dari 
hasil temuan peneliti. Data yang valid adalah data yang diperoleh 
bedasarkan kaidah-kaidah ilmiah yakni metode pengumpulan data dan 
analisis serta dilandasi oleh motivasi (niat) yang jujur dan objektif untuk 
kemaslahatan umat manusia. 
Kejujuran peneliti dan objetifitas pengambilan data baik pustaka dan 
data lapangan dibutuhkan kredibilitas peneliti sendiri. Karena hal ini 
berhubungan dengan keabsahan data yang akan dijadikan sebagai pendapat 
atau hujjah dalam melakukan dakwah dan komunikasi. Dengan demikian 
kejujuran peneliti yang professional harus dilandasi oleh sifat: 
1. Siddiq (dapat dipercaya), 
2. Tablig (Memiliki kecerdasan menyampaikan pesan) 
3. Amanah (bertanggungjawab) 
4. Fat}anah (cerdas berpikir, menyampaikan argumentasi, dan cerdas 
prilaku sebagai tada keilmuannya. 
Keempat kriteria sifat yang harus dimiliki oleh seorang peneliti. Sifat ini 
akan berhubungan dengan validitasi data yang sesuai kriteria ilmiah seperti: 
1. Data dapat dipertanggungjawabkan. 
2. Memiliki sistematika dan mekanisme yang dapat diikuti oleh orang 
lain. 
3. Kebenaran data bersifat universal 
4. Tidak bertentangan dengan akal/Rasio 
5. Dapat diferifikasi 
6. Dapat dicernah oleh indra 
7. Tidak bertentangan dengan Agama
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 11 
Metodologi penelitian dakwah dan komunikasi termasuk mekanisme dan 
cara menghimpun data sama dengan metode penelitian pada umumnya 
yakni mengumpulkan data, menganalisis data dan mengambil kesimpulan. 
Kesimpulan yang valid jika didukung oleh data yang lengkap dan memiliki 
kualitas data yang kredibel. Kredibilitas data yang valid jika harus didukung 
oleh teori ilmu pengetahuan Ontologi (ilmu tentang wujud/yang ada), 
Epistemologi (ilmu tentang cara menyusun Ilmu), dan Aksiologi (nilai etika 
dan estetika ilmu). 
Metode penelitian dakwah dan komunikasi terus mengalami 
perkembangan sesuai dengan ledakan jumlah penduduk, dan perkembangan 
teknologi canggih sebagai instrumen kemajuan ilmiah. Fummel (1958) 
menegaskan bahwa kajian akademik terus mengalami kemajuan cara 
menyelesaikan permasalahan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah. 
Kajian akademik khususnya metode penelitian dakwah dan komunikasi 
sampai saat ini masih mendapat problematika yang cukup signifikan. Kajian 
ilmu tidak terbatas ia berjalan terus sesuai perkembangan manusia dalam 
mencari kebenaran baik kebenaran positifistik, kebenaran relatifitas dan 
kebenaran Mutlak yaitu Allah swt. Akhir dari ilmu adalah membentuk 
prilaku manusia menjadi insan, dan akhlaqul qarimah dalam 
menyebarluaskan ilmu untuk mencapai rahmat bagi alam semesta. 
B. Identifikasi Permasalahan 
Metode dakwah dan komunikasi jika melihat hasil penelitin yang ada 
masih jauh dari apa yang diharapkan banyak problematika ilmu dakwah dan 
komunikasi yang sampai sekarang ini belum banyak disentuh oleh para 
praktisi dan ilmuan dakwah dan komunikasi khususnya penyebaran 
informasi kepada lapisan-lapisan masyarakat. 
Dengan demikian perlu di indentifikasi problematika tersebut untuk 
menelaah, menyelidiki dan memahami bagaimana metode penelitian yang 
kredibel berdasarkan pada teori ilmu pengetahuan yaitu ontologi,
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 12 
epistemologi dan aksiologi sebagai instrument ferfikasi metode penelitian 
dakwah dan komunikasi. 
Metode penelitian dakwah dan komunikasi sampai saat ini jika belum 
maksimal memberikan kontribusi signifikan akibat permasalahan sebagai 
berikut: 
1. Pemerintah belum menjadi hasil kajian ilmiah sebagai informasi 
yang penting dalam membuat kebijakan. 
2. Banyak hasil penelitian yang tidak layak menjadi penentu kebijakan. 
Peneliti dalam melakukan penelitian kurang mempertimbangkan 
azas manfaat, baik manfaat akademik maupun manfaat praktis. 
3. Mekanisme pengambilan data cenderung belum maksimal memenuhi 
kaidah-kaidah penelitian sehingga peneliti kerap kali mengambil 
jalan pintas sehingga hasil penelitiannya kurang kredibel. 
4. Peneliti belum menjadi sebuah instrument Pemerintah untuk 
membuat kebijakan yang strategis tetapi lebih pada kepentingan 
pribadi. 
5. Jasa peneliti belum dihargai oleh Pemerintah sesuai profesionalisme 
dalam mengungkap probelmatika. 
6. Peneliti di bidang akademik cenderung mulai sifat instan, yang 
penting cepat selesai sehingga melakukan hal-hal yang kerap kali 
bertentangan dengan kaidah metodologi penelitian. 
7. Kurangnya panduan peneliti dalam bidang Dakwah dan komunikasi. 
Rumpun ilmuan dakwah dan komunikasi khususnya di Kementrian 
agama kurang memiliki para ahli sehingga perkembangannya kurang 
signifikan. 
Dari identifikasi permasalahan tersebut, maka perlu buku panduan 
peneliti khusus bagi konsentrasi dakwah dan komunikasi untuk 
memudahkan para ilmuan dan praktisi dakwah dan komunikasi dapat 
maksimal melakukan penelitian yang dapat memberikan kontribusi serta
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 13 
solusi berupa rekomendasi dan kebijakan strategis pada kementrian agama 
dan instansi lain yang terkait sehingga, terjadi perubahan sosial yang lebih 
baik di Indonesia. 
Perubahan sosial dapat terjadi jika ada temuan seperti contoh penemuan 
media teknologi komunikasi telah terbukti telah melakukan perubahan 
sosial yang sangat cepat terhadap masyarakat dunia. Temuan ini, termasuk 
penemuan yang spektakuler dari hasil analisis dan pendekatan ilmiah yang 
mendalam. 
Selain analisis dan pendekatan metode penelitian dakwah dan 
komunikasi yang tidak kalah penting menurut Mustarin Singke adalah 
tulisan itu harus runtut adalah dan memiliki satu kesatuan yang tak 
terpisahkan sebagai contoh: 
1. Pemilihan masalah harus jeli melihat hubungan dan batasan masalah 
tersebut. 
2. Relevansi antara Masalah dengan judul. 
3. Relevansi antara judul bab dengan sub masalah. 
4. Relevansi antara Bab dengan Bab. 
5. Hubungan submasalah dengan tujuan, saran dan rekomendasi. 
6. Hubungan kesimpulan dan sub-sub masalah 
7. Relevansi antara kesimpulan, masalah dan abstrak. 
Inilah yang akan menjadi perhatian serius dalam buku metodologi 
penelitian dakwah dan komunikasi. 
A. Pengertian penelitian 
BAB 2 
LANDASAN FILOSOFIS 
Metode penelitian dalam bahasa inggris disebut sebagai science research 
method metodologi berasal dari kata metodologi maknanya ilmu yang 
menyelidiki, menelaah, cara pencarian, penyusunan, pengejaran, atau
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 14 
penelitian. Research artinya melakukan pencarian. Berarti metodologi 
penelitian adalah seperangkat ilmu pengetahuan tentang langkah-langkah, 
sistematis logis, tentang mekanisme pencarian data yang berkenan dengan 
masalah tertentu untuk diolah, dianalisis kemudian diambil kesimpulan dan 
rekomendasi demi kemaslahatan umat manusia. 
B. Landasan Normatif. 
Penelitian yang baik perlu memiliki landasan kebenaran korenspodensi, 
koherensi, pragmatis, khusuli dan khuduri. Sejak awal prinsip ini perlu 
dibangun untuk menentukan instrument (alat ukur kebenaran) dalam 
melihat problematika berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Bagi kaum 
positifisme kebenaran empiris yang menjadi alat ukur, tetapi untuk rumpun 
ilmu dakwah dan komunikasi Islam melakukan kolaborasi antara khusuli 
dan hudhuri dengan aliran empirisme, positifisme, dan idealisme. 
Metode penelitian yang telah dianalisis perlu memperhatikan nilai-nilai 
etika dan estetika keilmuan sehingga dapat dikategorikan sebagai ilmu. 
Pemberlakuan unsur-unsur tersebut biasanya ditetapkan secara khusus 
untuk konteks lingkungan akademik yang tertentu. Walaupun begitu, secara 
umum, unsur-unsur di bawah ini dipandang berlaku umum dalam setiap 
penulisan karya tulis ilmiah. 
1. Memelihara kejujuran, ini berarti tulisan yang disajikan bukan 
merupakan milik orang lain. Penulis karya tulis ilmiah harus secara 
jujur membedakan antara pendapatnya dan pendapat orang lain yang 
dikutip. Pengutipan pernyataan dari orang lain harus diberi kredit, 
pengakuan atau penghargaan dengan cara menyebutkan sumbernya. 
2. Menunjukkan sikap rendah hati (tawa>d}u‘). Karya tulis ilmiah, misal-nya, 
tidak perlu mengobral kata-kata atau istilah-istilah asing dalam 
konteks yang tidak tepat dan perlu karena penulis bermaksud mema-merkan 
kemampuannya dalam bahasa asing yang bersangkutan. 
Biasanya, penulisan kata-kata asing diperlukan jika padanannya
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 15 
dalam bahasa Indonesia belum ada atau dianggap belum tepat. Begitu 
juga pengutipan dan perujukan silang (cross reference), baik dalam 
catatan kaki maupun dalam daftar pustaka, sebaiknya tidak memuat 
literatur-literatur yang tidak relevan dengan topik karya tulis ilmiah, 
sebab yang demikian itu dianggap hanya memamerkan kekayaan 
literatur dan kemampuan bahasa (asing) penulisnya saja. 
3. Bertanggung jawab atas informasi dan analisis yang diungkapkan, 
serta tidak melemparkan kesalahan yang terdapat dalam karya tulis 
itu kepada orang lain, atau pihak lain. 
4. Bersikap terbuka, dalam arti memberikan kesempatan kepada pihak 
lain untuk memeriksa kembali kesahihan data dan fakta yang 
dikemukakan dalam karya tulis ilmiah itu. 
5. Bersikap cermat dalam mengemukakan data, pernyataan, penulisan 
nama orang, nama tempat, ejaan, dan lain-lain. Kesemberonoan dan 
kemalasan dalam melakukan pengecekan ulang terhadap data yang 
dikemukakan menunjukkan rendahnya etika dan tradisi ilmiah sese-orang. 
6. Bersikap objektif dalam menyajikan uraian. Salah satu faktor yang 
menunjang sikap objektif dalam mengemukakan argumentasi dalam 
sebuah uraian adalah pemahaman yang memadai tentang aturan-aturan 
berpikir yang benar, yang dikenal dengan logika. Pemahaman 
terhadap bidang pengetahuan ini memungkinkan seseorang 
menghindari prosedur dan cara-cara berpikir yang salah (logical 
fallacies). 
C. Manusia dan masalahnya 
Kesulitan-kesulitan dalam menghadapi masalah disebabkan oleh dua 
faktor yaitu pertama; orang kurang tahu caranya memecahkan masalah yang 
dihadapi itu. Kedua; orang kurang ilmu atau informasi tentang cara 
menyelesaikan permasalahan tersebut. Semakin banyak masalah yang
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 16 
dihadapi seseorang semakin sedikit ilmunya dalam menyelesaikan 
permasalahan tersebut. 
Orang yang memiliki banyak cara menyelesaikan permasalahan 
hidupnya secara praktis umumnya cerdas keluar dari masalah yang dihadapi, 
pengetahuan semacam ini disebut ilmu praktis/terapan. Ilmu adalah 
kumpulan pengalaman-pengalaman kebenaran yang telah dirasakan secara 
kontinyu oleh manusia dihimpung dalam satu struktur kalimat. 
Cara penyelesaikan seseorang membutuhkan standar kebenaran sebagai 
panduan penyelesaian masalah sebagai kebenaran yang disepakati yang 
tertuang dalam bentuk aturan normatif oleh masing-masing komunitas 
sesuai agama, budaya, dan idiologinya. Dalam kajian dakwah dan 
komunikasi ukuran ilmiah berangkat dari kebenaran korespondesi, 
koherensi, pragmatis, khusuli dan khuduri. 
Dalam menyelesaikan permasalah menurut ilmu pengetahuan yang telah 
ditemukan oleh para ilmuan yaitu cara berpikir analistik dan cara berpikir 
sintetik. Filosofi Penelitian Kualitatif Sanapiah Faisal menganalogikan 
metodologi penelitian kualitatif seperti lampu lalulintas (traffic lights) yang 
berfungsi sebagai pengatur arus gerak kendaraan bermotor yang melintas di 
persimpangan jalan. Jika lampu mera menyala maka kendaraanpun 
berhenti. 
Pertanyaannya adalah apakah arus gerak kendaraan itu termasuk bersifat 
mekanistik? atau bersifat otomatiskah prilaku para pengendara kendaraan 
tersebut? atau pengedara kendaraan itu mencerminkan mekanisme kausal? 
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut ternyata tidak tunggal. 
Jawabannya sangat bergantung pada aliran pemikiran atau tradisi 
pemikiran atau idiologi kebenaran yang dianut. Jawabannya tergantung 
pada pemikiran filsafat yang dianut khususnya tentang mekanisme dalam 
proses ontologi, epistemologi dan aksiologi. 
Dalam kajian metode dakwah dan Komunikasi Islam ini lahir untuk 
memperkaya dan memberi nilai etika dan estetika kepada teori-teori
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 17 
komunikasi moderen yang berkembang di Eropa dan di Indonesia yang 
tampaknya indah dipandang mata tetapi kering dengan nilai-nilai moral 
keilmuan. Dampak ini akibat kekeliruan membangun aksiologi keilmuan 
dari warisan pemikiran Ibnu Rus, Ibnu Sina yang diadopsi oleh dunia Eropa 
kurang memahami proses penerapan ilmu sehingga dapat memicu pola pikir 
praktisi ilmuan menilai manusia hanya sekedar materi belaka. 
Kekeliruan tersebut berpengaruh terhadap bangunan epistemologi 
keilmuan, sehingga melahirkan eksplotasi terhadap alam, pelacuran sumber-sumber 
energi tanpa ada program konservasi alam. 
Orientasi epistemologi keilmuan melahirkan idiologi kapitalis, 
materialisme, positifisme dan pragmatisme yang berdampak pada teori ilmu 
komunikasi. Hemat penulis ini telah menyalahi adab/etika keilmuan yang 
merubah pola pikir manusia menjadi bijaksana, cinta alam dan berbakti 
pada Tuhan sebagai sumber ilmu. Dalam mendapatkan ilmu tradisi eropa 
tidak memiliki adab/etika dalam mendapatkan ilmu sehingga ilmu yang 
diproduksi cenderung liar dan tidak bisa di jinakkan. Sehingga lahirlah 
produk demokrasi sebagai bentuk produk ilmu yang semata-mata mencari 
kemenangan tetapi tidak mencari kebenaran inilah fakta dari ilmu yang 
kering dengan nilai-nilai etika dan estetika. 
Gregori Bateson juga memberikan sanggahan yang sangat tegas oleh 
sebagian ilmuan barat yang beridiologi empirisme, materialism, dan 
idialisme juga telah menyalahi kaidah-kaidah epistemologi yang 
bertentangan dengan nilai-nilai h}ikmah. 
Implikasi epistemologi yang keliru tersebut, berkorespondesi terhadap 
produk teknologi dan komunikasi moderen yang menyebabkan rusaknya 
lapisan-lapisan alam, insektisida, polusi, lapisan ozom rusak, jalur lalu-lintas 
pesawat terbang, jarahan radioaktif, lalu-lintas informasi dan 
menopoli satelit. Semua ini diakibatkan oleh kekeliruan membangun 
epistemologi ilmu pengetahuan karena motivasi kapitalisme yang tidak
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 18 
terkenali dijadikan idiologi dalam keilmuan yang berdampak pada 
penerapan ilmu itu. 
Hemat penulis inilah prediksi Ali bin Abi Thalib yang dikutip Amsal 
Baktiar bahwa celakalah orang yang tidak mengetahui apa hakikat ilmu 
pengetahuan tetapi tidak pernah bersujud pada pemberi ilmu pengetahuan 
itu. ilmu ruhani akan hilang meninggalkan materi ilmu. Kelihatan hanya 
jazat ilmu yang tampak menarik dipermukaan tetapi kering dengan nilai 
kearifan, melainkan ia bringas laksana beringasnya harimau lapar. 
Kebringasan itu tampak pada pencitraan negara Timur Tengah dan asia 
tenggara dicitrakan lewat propaganda komunikasi lewat teknologi informasi 
guna merusak citra masyarakat Timur Tengah sesama ciptaan Tuhan yang 
diberi ruang untuk hidup diplanet bumi. Sikap yang sama juga diprediksikan 
oleh Bacon mengenai ciri epistemologi keilmuan Barat yang mendewakan 
materialisme dan sekularisme yang ingin menguasai alam adalah mustahil. 
Bacon menilai bahwa epistemologi ilmu pengetahuan era sekarang hanya 
menarik secara bentuk tetapi kurang memiliki jiwa perbaikan akibat proses 
epistemologi yang keliru. Produk epistemologi ilmu komunikasi cenderung 
memengaruhi, menjajah dalam berbagai macam produk keilmuan seperti, 
demokrasi, budaya, teknologi dan eksploitasi sumber daya alam baik laut, 
maupun udara karena idiologi yang dibangun adalah idiologi materialisme 
yang berlebihan. Dampak negatif dari kekeliruan epitemologi tersebut, 
melahirkan gempa dimana-mana serprti Aceh tahun 2003 Jepang tahun 
2011, kerusakan alam, polisi udara, darat semua ini tidak terlepas dari 
kekeliruan membangun epistemologi ilmu pengetahuan. 
Gejolak penjajahan keilmuan barat tersebut sehingga perlu diberikan 
nilai aksiologi Islam yang berbasis pada Al-Quran dan Sunnah sehingga 
nilai informasi itu memiliki unsur ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qana>ah. ada 
titik temu antara ilmu langit dan ilmu alam. Doktrin sumber komunikasi 
Islam yang tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw merupakan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 19 
sumber primer materi pengetahuan yang perlu didesain menjadi ilmu 
pengetahuan yang memiliki fungsi kearifan antar sesama manusia. 
Wacana komunikasi Islam disusun kemudian direalitaskan dalam bentuk 
Aqidah, syariah dan Akhlaq dalam tataran implementatif trilogi ini harus 
menyatu dalam membangun disiplin ilmu komunikasi Islam yang permanen. 
Al-Quran, Sunnah Rasulullah, Fenonema alam wadah kajian ontologi yang 
dapat mengungkap wujud sumber pengetahuan yang tersirat dalam Al- 
Quran dan Sunnah perlu dieksplorasi menjadi materi keilmuan bagi 
konsentrasi dakwah dan komunikasi. 
Disiplin ilmu komunikasi Islam di Fakutas Dakwah dan Komunikasi di 
seluruh Indonesia belum menjadi konsumsi permanen tetapi hanya sebatas 
wacana pengetahuan semata belum menjadi sebuah disiplin ilmu yang dapat 
diferifikasi secara ilmiah. Kajian ini menjadi penting untuk mendapatkan 
format komunikasi Islam yang berasal dari perpaduan antara komunikasi 
murnih yang bercorak bottom up dan komunikasi Islam yang bercorak top 
douwn serta bagaimana model integrasinya dengan disiplin ilmu dakwah 
dan komunikasi murnih. 
Al-Quran dan Sunnah sebagai wujud pengetahuan tersebut, perlu 
didialogkan dengan fakta empiris tentang proses komunikasi sesama umat 
manusia yang sesuai nilai-nilai Al-Quran dan Sunnah. Untuk mendialogkan 
Al-Quran dan Sunnah tersebut membutuhkan teori ilmu pengetahuan untuk 
mendapatkan sumber materi kemudian disusun secara sistematis sesuai 
kaidah-kaidah logika matriil filsafat ilmu pengetahuan berdasarkan pada 
aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi. 
Hal ini sangat memungkinkan dengan adanya sumber pengetahuan 
dalam Al-Quran dan Sunnah jika melihat objek pengguna komunikasi Islam 
yang berjumlah 5 Milyar jiwa, yang berbeda-beda suku etnis, agama, 
budaya secara naluri membutuhkan pola komunikasi yang dapat 
menyehatkan jiwa, serta meminimalisasi terjadinya konflik maka peran 
komuniksi Islam sangat dibutuhkan.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 20 
Untuk menjadikan materi pengetahuan yang telah ditemukan dalam ayat 
Al-Quran dan Sunnah tersebut, perlu diproses lewat epistemologi sebagai 
teori ilmu pengetahuan yang mengkaji dan menyelidiki secara sistematis 
wujud materi yang telah didapatkan dari penelusuran ayat Al-Quran, 
Sunnah dan fakta empiris yang dapat cernah oleh akal dan panca indra 
menjadi sebuah bangunan keilmuan yang mandiri. 
Setelah telah disusun materi pengetahuan tersebut di dalam mesin 
epistemologi secara sistematis maka proses selanjutnya ilmu tersebut dinilai 
manfaat bagi kemaslahatan umat dalam teori ilmu pengetahuan yakni 
aksiologi. Teori ilmu ini menyelidiki, mengkaji dan menelaah nilai etika dan 
estetika dari materi ilmu tersebut. 
Permasalahannya adalah komunikasi Islam masih bersifat parsial belum 
berdiri menjadi satu disiplin tersendiri. Pertanyaan adalah bagaimana cara 
komunikasi Islam dapat menjadi disiplin ilmu yang mandiri, dan bagaimana 
pola integrasinya dengan disiplin ilmu dakwah dan komunikasi. Dalam 
makalah ini penulis rumuskan menjadi 3 pokok masalah yaitu: 
1. Apa materi Dakwah dan komunikasi Islam dalam kajian ontologi, 
epistemologi, dan aksiologi? 
2. Bagaimana menyusun teori kebenaran menurut Dakwah dan 
komunikasi Islam dalam kajian ontologi, epistemologi, aksiologi? 
3. Mengapa harus ada proses integrasi komunikasi Islam dakwah dan 
komunikasi? 
Untuk menghindari pemahaman yang keliru terhadap judul makalah ini, 
maka perlu penulis jelaskan makna leksikal dan gramatikal kalimat dari 
judul makalah ini. Hal ini dilatarbelakangi banyaknya pemahaman makna 
lain dari kata dan kalimat dalam judul makalah di atas. 
Pengertian Komunikasi Islam: Ilmu yang menyelidiki dan mempelajari 
secara sistematis, analitis, proses pengiriman pesan dan penerimaan 
informasi yang dapat merubah prilaku manusia menjadi lebih baik
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 21 
berdasarkan sifat komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di 
wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq. Definisi komunikasi Islam 
di atas maka proses selanjutnya adalah mendesain materi komunikasi Islam 
baik objek formal (materi keilmuan) dan objek informasi (Prilaku 
komunikasi manusia). Semua ini diferifikasi dalam mesin teori ilmu yakni 
ontologi, epistemologi dan aksiologi. 
Komunikasi Islam adalah: disiplin ilmu yang menyelidiki, mempelajari, 
dan menelaah secara kritis sistematis, proses komunikasi dengan Allah, 
manusia dan alam baik yang bersifat rasional maupun metarasional, 
menurut sifat, tujuan fungsi dan metodenya. Metarasional juga adalah 
sebuah realitas yang dapat dirasakan serta dapat berpengaruh pada objek 
yang matriil (prilaku manusia). 
Komunikasi Islam bersumber dari Al-Quran dan Sunnah yang 
mengungkap cara berkomunikasi para Nabi dan Rasul Allah, khususnya 
sifat komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. manusia dan alam 
semesta. Adab penyebaran dan penerimaan informasi melalui komunikasi 
Islam dalam mengekspresikan informasi lebih menekankan pada perubahan 
prilaku yang dapat memacu suasana kebatinan untuk gemar melakukan 
komunikasi secara baik (ah}san). Tradisi dan prinsip dasar komunikasi Islam 
adalah gemar berkomunikasi yang dapat menyehatkan jiwa menjadi baik. 
Menyehatkan jiwa termasuk fungsi komunikasi Islam yakni, didasari 
oleh niat baik dalam mengubah sikap, memengaruhi, mendidik, 
memperbaiki prilaku komunikasi yang dalam bentuk interpersonal, 
antarpersonal, kelompok maupun secara massa. Fungsi komunikasi Islam 
mencerahkan, menginformasikan, menghibur, dan memperbaiki masyarakat. 
Kegemaran berkomunikasi dengan baik inilah yang perlu 
diimplementasikan dalam bentuk empiris. 
Mekanisme prilaku empiris dakwah dan komunikasi dapat dilakukan 
melalui metode komunikasi Islam dengan berbagai macam cara yaitu 
Teknik jurnalis Islam, Hablum minallah, Hablum minannas, kaligrafi,
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 22 
komputer grafis, desain komunikasi visual Islam, khabar, jadilhum, dan 
arsitektur teknologi informasi Islam. Dan analisis sistem informasi Islam. 
Dengan demikian komunikasi Islam merupakan suatu sistem dari sumber 
Al-Quran dan As-Sunnah, serta perenungan ekperimen rasional dan 
metarasional yang memiliki satu kesatuan secara sitematis berdasarkan 
kaidah-kaidah normatif yang dapat difahami lewat Al-Quran dan As- 
Sunnah. Pemikiran komunikasi Islam menyatu dengan pemikiran teori 
komunikasi Islam. 
Sejarah komunikasi Islam tidak terlepas dari pergumulan dengan warisan 
teologi klasik yang Pergolakan studi pemikiran Islam klasik melahirkan 
faham besar yang menguasai pemikiran dunia Islam yakni faham 
kejabariahan dan keqadariahan. Perdebatan teologi ini melahirkan cara 
pandang dalam memahami komunikasi Islam dan alam realitas. Warisan 
peradaban keilmuan klasik sangat menentukan target kemajuan ilmu 
pengetahuan pada masa yang akan datang. 
Paradigma komunikasi Islam ini tentunya membutuhkan kajian ilmiah, 
yang menjadi under line adalah faham kejabariahan dan keqadariahan 
tersebut telah menjadi kekayaan khazanah pemikiran komunikasi Islam 
dalam pengembangan keilmuan. Hemat penulis faham kejabariahan dan 
keqadariahan secara empiris yang menguasai pola pikir keilmuan 
komunikasi Islam dewasa ini. 
Perkembangan tiga mazhab teologi besar yakni, Mu’tazilah, Asy’ariyah 
dan Maturidiyah peletak dasar konstruksi pemikiran komunikasi Islam yang 
memiliki wawasan keislaman dan corak komunikasi yang berbeda-beda 
secara teologis. Perbedaan ini lahir dari proses komunikasi yang panjang 
sehingga menghasilkan wawasan dialektika komunikasi Islam hingga 
sekarang. Perdebatan dalan sejarah peradaban Islam klasik ini hemat penulis 
satu kekayaan intelektual dalam bidang komunikasi Islam. 
Dari proses ontologi para ilmuan baik filosof maupun agamawan sangat 
memengaruhi pola pengembangan keilmuan Komunikasi Islam khususnya
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 23 
dalam membangun idiologi kebenaran. Semua ini akan berdampak pada 
pengembangan keilmuan. Hemat penulis dalam bangunan teori dalam 
komunikasi Islam harus lahir dari rahim akumulasi Al-Quran, Sunnah, dan 
peradaban keilmuan yang ada di dunia barat dan timur. Karena ilmu itu 
otoritas Tuhan yang ditempelkan pada diri manusia yang lemah, kemudian 
dengan ilmu manusia dapat berbuat kebajikan, kesejahteraan dalam 
memenuhi kebutuhan dasarnya dan kemaslahatan seluruh makhluk Tuhan di 
permukaan bumi ini. 
Untuk menghindari hal tersebut, kajian komunikasi Islam harus lahir dari 
rahim Al-Quran dan Sunnah yang didesain berdasarkan kaidah dialektika 
logika yang baik, kemudian dikonfirmasikan dengan fakta empiris. Adapun 
ciri dari ilmu pengetahuan komunikasi Islam yaitu ada perbedaan ontologi, 
epsietemologis dan aksiologis dengan ilmu komunikasi murni. dibangun ada 
beberapa kriteria proses ontologi yang perlu menjadi pertimbangan dalam 
mendesain ilmu pengetahuan. 
Banyak terminologi Al-Quran yang memiliki potensi sumber ilmu 
pengetahuan disiplin ilmu komunikasi Islam yang bercorak perumpamaan 
(Ams}al). terlebih dahulu perlu diketahui apa hakikat manusia sebagai 
makhluk yang diberi kuasa oleh Allah menjadi khalifah yang diberi amanah 
membangun peradaban dunia berdasarakan kekuatan akal sehingga dapat 
mengungkap yang abstrak menjadi nyata. 
Selain itu unsur yang perlu ada dalam sebuah bangunan ilmu adalah 
aspek objeknya, darimana sumber materi pengetahuan tersebut, apa 
hakikatnya, bagaimana cara menyusunnya sehingga menjadi satu disiplin 
ilmu baru, mungkinkah manusia dapat memahaminya, sampai dimana 
batasannya, apa manfaatnya dan mengapa ilmu ini harus lahir. 
Manusia sebagai penemu ilmu diciptakan memiliki peran memakmurkan 
dunia ini berdasarkan informasi wahyu langsung maupun tidak langsung 
serta batas kekuatan, kelemahan, hal yang diketahui, yang tidak dapat 
diketahui yang diberikan kepada Allah. Manusia sebagai makhluk
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 24 
komunikasi Al-Quran menginformasikan dengan menggunakan huruf alif, 
nun dan sin semacam insan, ins, nas, atau unas, basyar, bani adam dan 
zurriat Adam. Kata basyara di ambil dari kata basyarah yang artinya kulit 
yang indah yang berbeda dengan kulit binatang lain. Dalam QS Al- 
Kahfi/18: 110 Allah menginformasikan 
Terjemahnya: 
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang 
diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah 
Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan 
Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan 
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada 
Tuhannya". 
Ayat ini memberikan isyarat bahwa dari sisi basyar manusia semua 
sama secara anatomi diproses berdasarkan sunnahtullah yang sama. Hal ini 
membuktikan bahwa yang akan membedakan manusia yang satu dengan 
lain adalah kreatifitas mendapatkan ilmu. Semakin berkembang peradaban 
keilmuan seseorang semakin canggih budipekerti dan kesejahteraan 
hidupnya. 
Semakin banyak ilmu kebaikan yang diinput melalui panca indra 
semakin arif dalam melakukan tata tertib cara berkomunikasi, semakin 
banyak menginput informasi negatif semakin tinggi kecendrungan 
berkomunikasi yang tidak Islami. 
Potensi manusia dalam menemukan ilmu banyak diinformasikan dalam 
Al-Quran seperti: QS At-Tin/95:5, Al-Isra/17: 70, QS Ibrahim/14: 34, QS 
Al-Kahfi/18: 54. Potensi untuk mengetahui nama dan fungsi benda alam, 
manusia terdiri dari Jazat : ( Unsur: Jiwa, Naps, Akal, Hati, dan fuad). ( 
Unsur Sifat: Air, Api, Tanah dan Angin (AATA/Hamba) Unsur cosmos 
kemudian Allah fasilitasi rahasianya (Ruh), semua kekuatan yang Allah 
berikan kepada manusia ini memiliki potensi melakukan rekayasa wujud-
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 25 
wujud yang ada sesuai kadar yang telah ditentukan Allah swt dalam 
menjelajahi alam semesta ini. 
Arip Tiro dalam bukunya bagaimana aku berfikir. Ia menjelaskan 
pentingnya dialektika berfikir unruk mendapatkan pengetahuan yang 
melalui panca idra yang diberikan Tuhan. sesuai kemampuan panca indra 
dalam menginterpretasi simbol-silmbol alam semesta ini sebagaimana di 
informasikan dalam QS Al-Baqarah/2: 31-33. 
Terjemahnya: 
31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) 
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu 
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu 
mamang benar orang-orang yang benar. 
32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui 
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya 
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 
33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama 
benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama 
benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan 
kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan 
bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu 
sembunyikan. 
TerjemahanQS Al-Baqarah / 2 : 31 yakni memberikan penjelasan proses 
pancaindra merekam peristiwa terhadap terhadap tanda/simbol alam yang 
dapat ditangkap oleh panca indra. Memperhatikan geonologi benda dan 
fenomena yang tampak pada diri manusia dan alam dalam melakukan 
komunikasi. Dalam tafsiran lain terjemahan hakim dengan Maha Bijaksana 
kurang tepat, karena arti hakim ialah: yang mempunyai hikmah. Hikmah 
ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan 
faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana karena dianggap arti 
tersebut hampir mendekati arti Hakim.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 26 
F. Kajian Filosofis 
Komunikasi Islam dalam makalah ini akan diwarnai oleh tradisi filsafat 
Islam di mana ada 3 mazhab dominan di dalamnya yakni mazhab 
peripatetik dengan tokoh Al-Farabi dan Ibnu Sina mudah dengan warna 
rasionalistik Aristotelian yang begitu khas, mazhab illuminasionis (isyraqi) 
dengan tokoh Suhrawardi Al-Maktul dengan corak sintesis antara 
rasionalisme Aristotelian dengan intuisi neo-Platonisme, sehingga mazhab 
Isyraq menggabungkan antara pemikiran rasional dengan pemikiran intuitif 
yang bersumber dari wujud sang filosof melalui metode riyadhah. 
Mazhab yang ketiga adalah al-Hikmah al-Muta’alliyah dengan tokoh 
Mulla Shadra, mazhab ini bercorak Isyraqi hanya saja Mulla Shadra 
menambahkan dimensi wahyu sebagai sumber sah gagasan filosofis. Dari 
uraian ini terlihat bahwa pertentangan antara pengetahuan filsafat dan 
pengetahuan mistik hanya terjadi pada mazhab peripatetik sedangkan pada 
mazhab isyraqi dan Al-hikmah Al-muta’alliyah, filsafat justru dijadikan 
lidah bagi pengungkapan pengetahuan-pengetahuan batin. 
1. Sumber pengetahuan: Pengetahuan mistis bersumber dari kedalaman 
wujud sang mistikus, ini berdasarkan kaidah ke-aku-an. Pengetahuan 
adalah wujud itu sendiri, sepanjang hal-hal ilusif ke-dia-an yang 
memakai topeng ke-aku-an tidak ditanggalkan, maka 
wujud/pengetahuan akan tetap bercampur dengan 
ketiadaan/kebodohan. Ke-dia-an (identitas ilusif aksidental yang 
menempel dan terpahami sebagai hakikat-esensial seperti pangkat, 
harta, garis darah) mesti dilebur, seperti emas yang dibakar agar logam 
selain-emas bisa sirna, kedalam identitas sejati yakni kebergantungan 
dan kefakiran itu sendiri terhadap Wujud Wajib, yakni Kekasih Sejati. 
2. Alat/medium pengetahuan: Pengetahuan mistis diperoleh melalui hati 
atau jiwa yang dibersihkan dari hal-hal yang menempelinya seperti 
hasrat dan ketamakan, kebencian dan permusuhan, serta hal-hal yang 
tidak adil lainnya (ifrat dan tafrid). Keadaan yang mesti digapai sang
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 27 
mistikus adalah keadaan washatan atau pertengahan, yang berkonotasi 
terhadap keadilan atau menempatkan sesuatu pada tempatnya. 
3. Objek pengetahuan:Pengetahuan mistis juga menjadikan wujud sebagai 
objek kajiannya, hanya saja dalam perkembangan selanjutnya, para 
mistikus menganggap bahwa wujud hakiki hanya milik Tuhan semata, 
dan seluruh mahluk hanya memiliki wujud metaforis belaka, seperti 
pohon dan bayangannya atau matahari dan sinarnya. Keduanya, 
matahari dan pohon, eksis hakiki. Sedangkan bayangan pohon dan 
sinar matahari eksis hanya sebagai efek atau subordinasi dari pohon 
dan matahari. 
4. Cara memperoleh pengetahuan: Sang mistikus melakukan apa yang 
disebut olah batin atau riyadhah yang disebut juga aktifitas untuk 
menyingkirkan segala `ke-dia-an` sehingga yang tinggal hanya aku di 
mana aku adalah `engkau` itu sendiri, ini berdasarkan hadist dari Nabi 
Suci Saw. Bahwa Barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal 
Tuhannya`. Riyadhah bisa berbentuk zikir, shalat, puasa, atau aktivitas-aktivitas 
manapun yang dianggap bisa meleburkan ego-rendah ke 
dalam Ego-Ilahiyah. Poin lain yang mesti dicatat dalam cara 
pengetahuaan mistik diperoleh adalah penekanan pada otoritas dan 
tradisi, sehingga kehadiran pembimbing spiritual (mursyid) adalah 
sesuatu yang vital. 
Teori kebenaran yang paling kuno adalah teori pengetahuan ontologi, 
epiatemologi dan aksiologi yang pertama kali digunakan oleh Thales. 
Sumber ilmu pengetahuan komunikasi Islam didapatkan dari berbagai 
sumber ilmu yaitu dari Al-Quran dan Sunnah dan fenomena alam yang 
saling melengkapi dan tidak bertentangan dengan usaha mencari kebenaran. 
Corak dan watak ilmu pengetahuan menurut Basman kerap kali 
dipengaruhi oleh aliran subjektivitas dan objektivitas para ilmuan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 28 
berdasarkan fakta empiris dan standar kebenaran yang dibangun, sesuai 
dengan kekuatan referensi yang ditelaah oleh panca indra. 
Masalah Pokok yang dibahas dalam filsafat komunikasi Islam:Ontologi 
(Wujud Metafisika): Mengkaji, menyelidiki tentang wujud Teologi, 
Kosmologi dan Antropologi komunikasi Islam. Epistemologi: Cara 
mengetahui wujud mengkaji, menyelidiki tentang hakikat pengetahuan, 
sumber pengetahuan dan metode pengetahuan komunikasi Islam. Aksiologi: 
Mengkaji, menyelidiki tentang etika (akhlaq natural dan akhlaq teologis), 
dan Estetika (keindahan natural dan keindahan teologis) komunikasi Islam. 
Ontologi: berasal dari bahasa Yunany yaitu ontos dan logos. Ontos 
artinya: Sesuatu yang ada. Ontologis adalah teori ilmu tentang hakikat yang 
ada yang menyelidiki apek teologis, kosmologi dan antropologi. Hal ini juga 
diteguhkan oleh Neong Muhajir dalam bukunya filsafat ilmu ontologi 
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh wujud tetapi ia adalah 
inti materi yang bersifat universal. 
Epistemologi: berasal dari bahasa Yunani yakni episteme dan logos. 
episteme artinya pengetahuan atau kebenaran, logos artinya:pikiran kata 
atau teori. Cara menyusun secara sistematis sumber pengetahuan yang telah 
diproses oleh teori wujud pengetahuan (ontologi) menjadi sebuah bangun 
ilmu pengetahuan yang bebas tekanan psikologi. 
Aksiologi: berasal dari bahasa Yunani axios berarti nilai dan logos 
berarti teori. Cara pengelolaan ilmu dengan menelaah aspek etika dan 
estetika dari objek materi ilmu tersebut. Integrasi komunikasi Islam dengan 
Dakwah dan Komunikasi murnih adalah penulis menggunakan terminology 
Firdaus yaitu penyatuan displin ilmu tetapi tidak merubah jenis materi ilmu 
tersebut. 
Ketiga teori ilmu pengetahuan ini merupakan hal penting yang harus 
dimiliki oleh setiap praktisi ilmuan dalam mendesain disilpin ilmu. Ilmu 
yang mandiri memiliki struktur, sistematika yang bersifat universal, dapat 
diferifikasi dan dapat dicernah oleh indra manusia. Konsep teori ini yang
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 29 
berkembang didunia barat dan hampir seluruh lembaga akademik. Tapi 
penulis memilih 3 teori kebenaran yaitu kebenaran empiris, kebenaran 
relatifis, kebenaran pragmatis, yang bersifat linier dan unlinier (meta 
empiris) inilah yang akan menjadi standar kebenaran ilmu komunikasi Islam 
dalam kajian makalah ini. 
1. Ontologi 
Aspek kajian ontologi komunikasi Islam meliputi wujud teologi, 
kosmologi dan antropologi. Para filosof pada masa pemerintahan Mu’tazila 
selain melakukan proses kontenplasi, juga mengembangkan dan 
memaksimalkan fungsi rasionalisme dan empirisme sebagai cara 
mendapatkan pengetahuan untuk mengetahui alam realitas dengan 
melakukan investasi ilmu dengan menerjemahkan buku-buku filsafat 
Yunani kedalam bahasa Persia dan Arab. 
Pada prinsipnya sumber pengetahuan komunikasi Islam bersifat top 
down maka difahami dalam Al-Quran QS Ar-rahman/55: 1-5 Allah 
menginformasikan lewat wahyu-Nya mengajarkan manusia pandai 
berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal lewat simbol-simbol 
qaulia dan kauniah yang dapat dicernah oleh panca indra oleh manusia. 
Al-Quran dan Sunnah banyak menginformasikan wujud komunikasi 
Islam lisan dan menggunakan media pena, tinta dan al-Qalam. Wujud 
komunikasi Islam dalam Al-Quran dan Sunnah yang akan menjadi sumber 
teori dalam komunikasi Islam adalah sebagai berikut: 
 Komunikasi bi al-Lisan, (Verbal) bi al-Qalam (NonVerbal) dan bi al- 
Hal (Bodi Language/Komunikasi Tindakatan nyata). 
 Komunikasi Islam bentuk ilmu al-Badi (ilmu tentang cara mengatur 
keindahan bahasa), ilmu al-Ma’ani (ilmu tentang cara memberikan 
pemahaman) dan al-Bayan yakni (ilmu yang memberikan penjelasan).
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 30 
 Komunikasi Islam bentuk. Ams}al Musarrahah, adalah yang 
didalamnya dijelaskan dengan lafadz masal atau sesuatu yang 
menunjukkan tasybih. 
 Amtsal Kaminah, yaitu yang didalamnya tidak disebutkan dengan 
jelas lafadz tamsil (pemisalan), tetapi ia menunjukkan makna-makna 
yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya, dan mempunyai 
pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada orang yang serupa 
dengannya. Ams}al Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak 
menggunakan lafaz} tasybih secara jelas. 
 Komunikasi Qaulan baligan, Qaulan kariman QS Al-Isra/17: 23, 
Qaulan layyinan QS Taha/20:44, Qaulan Ma’rufan QS Al-Baqarah/2: 
235, QS An-Nisa/4:5, Al-Ahzab/33: 32. Qaulan maisyura QS Al- 
Isra/17: 28 Qaulan Sadidan. 
Instrumen Al-Quran di atas sebagai bentuk-bentuk metode komunikasi 
Islam dan termasuk materi komunikasi Islam yang membutuhkan 
epistemologi yang rapih sehingga memberi manfaat dan kemudahan bagi 
praktisi keilmuan dalam bidang komunikasi Islam. 
Cara Allah swt memberikan informasi kepada umat manusia yang dpat 
dijadikan sebagai sumber pengetahuan (bahan mentah ilmu) yang kelak di 
konstruksi menjadi ilmu pengetahuan hemat penulis perlu bantuan ilmuan 
tafsir dan ahli komunikasi Islam dalam membangun khazanah komunikasi 
Islam yang lebih konprehensip sehingga dapat menjelajahi pesan-pesan 
komunikasi Islam dalam memahami Al-Quran dan Sunnah. Berikut ini 
penulis kutip ayat dalam QS Arhman/ 55: 1-5 yang ditejermahkan secara 
sederhana berikut ini. 
Terjemahnya: 
1. (tuhan) yang Maha pemurah, 2. yang telah mengajarkan Al Quran. 3. 
Dia menciptakan manusia. , 4. mengajarnya pandai berbicara.5. matahari 
dan bulan (beredar) menurut perhitungan. 
Terjemahnya:
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 31 
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran 
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya 
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari 
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat 
petunjuk. (QS An-Nahl/16:125). 
Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan 
antara yang hak dengan yang bathil. Sumber pengetahuan komunikasi Islam 
secara lisan dalam ayat tersebut memberikan gambaran bahwa banyak 
materi pengetahuan (firman Allah swt) yang perlu dikomunikasikan dengan 
fakta empiris yang selama ini belum digaraf tuntas oleh para ilmuan 
komunikasi murni yang lahir di dunia Eropa. 
Sumber pengetahuan komunikasi Islam dalam bentuk verbal dan non 
verbal penulis dapatkan dalam Al-Quran dan Sunnah berupa pena, tinta 
dalam Al-Quran dan Sunnah berulan menyebutkan keutamaan pena dan 
tinta. Salah satu aspek komunikasi Islam yang terdapat dalam QS Al- 
Fussilat/41:33 
Terjemahnya: 
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru 
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: 
"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" 
Ayat ini memberikan informasi bahwa manusia itu dikukur pada 
lisannya. Sebaik-baik lisannya maka orang tersebut termasuk dalam 
manusia yang ahsan(baik). Hal ini sesuai dengan makna ) علم ( ain, lam, dan 
mim. Simbol ‘ain berbentuk mulut bermakna menghimpun ilmu sebanyak-banyaknya, 
simbol lam menjulang ke atas bermakna memanjatkan ilmu itu 
kepada Allah sehingga ilmu itu berberkah, dan simbol mim bermakna ilmu 
harus pragmatis (bermanfaat bagi kemaslahatan umat) serta berbekas 
perbaikan setiap melakukan hamblum minannas kepada sesama manusia 
dan alam.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 32 
Sumber pengetahuan juga dalam Sunnah Rasul saw berulang 
menyebutkan keutamaan pena dan tinta yang dikeluarkan oleh Abu Hatim 
dari riwayat Abu Khurairah r.a menyebutkan bahwa Rasulullah saw 
bersabda: Allah telah menciptakan nun yakni dawat . Dalam hadis yang lain 
Rasulullah saw memberikan informasi kepada manusia yang diriwayatkan 
oleh Inbu Jarir dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah saw bersabda: 
Setelah Allah menciptakan nun, yakni dawat dan telah menciptakan 
qalam, Allah bertitah: Tulislah! Ya Rabbi, apa yang hamba tulis, jawab 
Allah: Tulislah semua yang ada sampai hari kiamat. 
Dua hadis di atas memberikan isyarat bahwa kata nun dalam QS Al- 
Qalam/68: 1 tiada lain adalah dawat atau tinta walaupun sebagian ulama 
menginterpretasikan pada makna lain. Karena salah satu kehebatan sumber 
Al-Quran dan Sunnah para ilmuan diberikan banyak pilihan kebenaran 
sesuai kebutuhan dan motivasinya masing-masing dari kajian ilmuan dalam 
mendapatkan sumber-sumber ilmu pengetahuan. 
2. Epistemologi 
Ketergantungan manusia pada pengetahuan komunikasi Islam adalah 
sesuatu yang natural. Ini karena manusia adalah mahluk yang 
berpengetahuan dalam arti kemanapun dan dimanapun manusia berada, 
maka ia senantiasa membawa pengetahuan komunikasi Islam bersama 
dirinya, namun lebih dari itu, kebahagiaan manusia bergantung sepenuhnya 
pada pengetahuannya; sejauh mana pengetahuannya bersesuaian dengan 
realitas, maka sejauh itu pula kebahagiaan yang bisa digapainya, sebab 
pengetahuanlah komunikasi Islam yang menjadikan manusia mampu 
mengenali realitas dan bertindak sesuai dengan realitas. 
Sampai pada poin ini, kesesuaian pengetahuan dengan realitas adalah 
lapis luar dalam analisis kita. Lapis pertama, tentu saja, adalah pertanyaan 
berikut, apakah pegetahuan itu mungkin? dalam arti sejauh mana 
pengetahuan itu layak disebut pengetahuan? Tidakkah ia berpeluang
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 33 
menipu? Analisis kita, jika kedua pertanyaan ini telah terjawab, akan 
berlanjut pada pertanyaan dengan media apa kita mengetahui? serta apa 
saja sumber pegetahuan itu? 
Demikianlah sekelumit pertanyaan yang akan menyapa siapapun yang 
akan menelisik persoalan epistemologi. Epistemologi berasal dari kata 
episteme yang berarti pengetahuan, serta logos‘ yang juga berarti 
pengetahuan, hanya saja yang disebut belakangan ini memiliki nuansa 
struktural, sistematis dan teleologis. Jadi secara etimologis, epistemologi 
berarti pengetahuan terstuktur tentang pengetahuan. Untuk lebih gayanya, 
kita sebut saja epistemologi sebagai teori pengetahuan. 
Secara terminologis, epistemologi bermakna cabang filsafat yang 
meneliti pengetahuan dan apa-apa saja yang berkenaan dengannya, semisal 
sumber pengetahuan, medium/alat pengetahuan, objek pengetahuan dan 
cara memperoleh pengetahuan. Defenisi lain epistemologi blia diajukan, 
sebagai bidang ilmu yang membahas pengetahuan manusia, dalam berbagai 
jenis dan ukuran kebenarannya. Posisi epistemologi sebagai cabang filsafat 
sangat istimewa, khususnya dalam filsafat Islam. 
Kecanggihan epistemomologi komunikasi Islam yang dikemas para 
ilmuan menjadi titik aksentuasi validitas ilmu pengetahuan. Perbedaan titik 
tekan pada epistemologi memiliki pengaruh terhadap hasil teori yang akan 
digunakan. proses epistemologi komunikasi Islam Al-Gazali mensintesakan 
rasionalisme, empirisme, dan kasyf-nya atau hanya mengadalkan kekuatan 
rasio dan indra saja. 
Jika dipelajari histografi pergulatan komunikasi Islam yang diwariskan 
oleh para teolog klasik memberikan inspirasi wawasan yang sangat kaya 
dengan unsur-unsur metode atau cara melakukan komunikasi khususnya 
yang berhubungan dengan persoalan eksistensi ketuhanan dan alam kosmos. 
Konflik pemikiran dan metode dakwah dan komunikasi Islam para 
teolog klasik ini sangat memengaruhi alam pikiran umat Islam dewasa ini. 
Tetapi kekeliruan yang dipelihara adalah munculnya pembenaran, klaim
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 34 
kebenaran terhadap kelompok tertentu dan aliran cenderung alam 
pikirannya yang paling benar. Hemat penulis ini adalah kekeliruan yang 
kurang mengungtunkan dalam membangun konstruksi epistemologi dakwah 
dan komunikasi Islam. 
Tetapi harus kritis melihat perdebatan para teolog klasik ini, maka 
banyak hikmah, pelajaran dan kekayaan epitemologi komunikasi Islam yang 
dapat dipilih untuk membangun arsitektur konstruksi epistemologi 
komunikasi Islam permanen yang dapat memberikan kontribusi dan 
pelajaran bagi pengembangan komunikasi Islam dewasa ini. 
Hemat penulis komunikasi Islam yang bersumber dari Al-Quran dan 
Sunnah serta warisan kekayaan intelektual para teolog klasik serta 
fenomena alam semesta perlu dikomunikasi dengan fakta empiris dewasa 
ini, bagaimana proses komunikasi profetik, komunikasi spiritual, 
komunikasi telepati, intrapribadi, antar individu, antar kelompok, massa, 
antar budaya sesama bangsa dan antar negara sekalipun. 
Karunia Allah swt yang paling besar adalah diberi kekuatan berpikir dan 
kepekaan rasa sehingga dapat menangkap pesan atau tanda-tanda kebesaran 
Tuhan kemudian melakukan ekperimen-eksperimen teknologi yang dapat 
memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. 
Hemat penulis unsur-unsur media perakam ilmu pengetahuan manusia 
adalah sebagai berikut: unsur-unsur pendeteksi materi pengetahuan dalam 
dakwah dan komunikasi Islam. 
a. Ruh (rahasia Allah) 
b. Akal (Logika) 
c. Al-Sama’u 
(Pendengaran) 
d. Al-Absa>ru 
(Penglihatan) 
e. An-Naps (Napsu) 
f. Al-Fu’a>du (Hati) 
Semua fasilitas yang Allah berikan ini, sebagai alat pendeteksi, perekam, 
fenomena alam untuk melahirkan kebenaran dan proses penyusunan 
pengetahuan menjadi sebuah bangunan ilmu pengetahuan. Unsur-unsur
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 35 
primer (penyebab pertama) lahirnya komunikasi Islam yang bersumber dari 
Allah yang Esa. Manusia diciptakan berasal dari sumber 4 anasir yaitu: Air, 
Api, tanah dan Angin kemudian Allah tempelkan 
rahasianya(ruh)/integrasikan dengan 4 anasir menjadi 5 unsur tersebut 
sehingga membentuk namanya manusia yang fitrah. Kata fitra berasal dari 
al-fatar (bayangan pencipta) sehingga sangat memungkinkan menjadi 
khalifah di Bumi. 
Dalam komuniksi Islam banyak inspirasi metode tomunikasi yang dapat 
dijaidkan sebagai pedoman dala melakukan komunikasi untuk menghindari 
terjadinya komunikasi yang tidak efektif adalah sebagai berikut: 
1. Taqwallah Lugah (Takut berkomunikasi yang salah) 
2. Da’wat al-Na>s bi al-Lisa>n (Berkomunikasi secara verbal). 
3. H{usn al-Istima> wa al-Ins}a>t (Adab mendengar dan memusatkan 
perhatian). 
4. Al-Tadabbur (Komunikasi analisis) 
5. Al-Muja>dalat bi allati> hiya Ah}san (Komunikasi sharing tingkat 
tinggi) 
6. Husn al-Qawl (pemilihan kata yang baik). 
7. Isti’ma>l al-H{awa>s (memaksimalkan panca indra sebagai respon 
terhadap aksi simbol). Bi H{ikmah wa al-Mau’zah al-H{asanah 
(Mengungkap hikmah dalam proses komunikasi Islam dalam 
Nasehat yang baik). 
8. Al-Tadarruj fi> ta’dil al-sulu>k (tahapan Komunikasi Islam). 
9. Tauzi> Al-Ta’allum (berproses Komunikasi Islam) 
10. Al-Intiba>h (menarik Perhatian), Al-Tikra>r (Pengulangan-pengulangan) 
11. Al-Qudwah Al-H{asanah (Memiliki nilai entertainer), Al-H{iwa>r 
(Dialog) 
12. Darb al- Amsal wa al-Tawd}ih} al-Hiss>i li al-Ma’ani> (Membuat 
analog-analog yang mudah dicernah panca indra manusia).
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 36 
13. Al-Targhi>b wa al-Tarhi>b (Motivasi dan Inovasi) 
14. Al-Qissi (Realitaskan dalam bentuk cerita/Kisah Cerita) 
15. Al-Ibrah wa Maw’iz}at al-H{asanah (Komunikasi Produktif yang 
mengadung nilai pelajaran), Al-S|awa>b wa al-‘Iqa>b (Memberikan 
komunikasi yang sifatnya dapat menekan psikologi). 
16. Al-Mumarasah al-Amaliyyah (Pagelaran/Gebyar Komunikasi) 
17. Al-Rihlah al-Ilmiyyah (Komunikasi Ilmiyah). 
18. Al-Ta’allum Mada> al-H{ayat (Komunikasi sepanjang masa) 
19. Fastabiq Al-Khaira>t (kompetisi komunikasi yang baik) 
20. Ijad al-Bi’ah al-Islamiyyah (Menciptakan suasana komunikasi yang 
Islami). 
Penduduk dunia yang tersebar di planet bumi ini dari sisi basyariah 
manusia adalah makhluk komunikasi sebagai dasar naluri manusia secara 
universal. Petunjuk Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber pokok materi 
pengetahuan perlu pengkajian secara sistematis untuk memudahkan proses 
desain ilmu pengetahuan bidang komunikasi Islam. Komunikasi Islam yang 
lahir Top douwn sedangkan komunikasi murnih lahir secara bottom up. Hal 
ini menarik dialogkan kedua disiplin ilmu tersebut sehingga mendapatkan 
corak baru dalam pengembangan ilmu pengetahuan baru dari 
pengembangan konsentrasi dakwah dan komunikasi. 
Secara ontologi banyak term Al-Quran yang dapat dijadikan sumber 
pengetahuan yang kelak dijadikan sebagai ilmu pengetahuan dalam 
komunikasi Islam seperti yang tersurat dalam QS An-Nisa/4: 63, Qaulan 
baligan, Qaulan kariman QS Al-Isra/17: 23, Qaulan layyinan QS 
Taha/20:44, Qaulan Ma’rufan QS Al-Baqarah/2: 235, QS An-Nisa/4:5, Al- 
Ahzab/33: 32. Qaulan maisyura QS Al-Isra/17: 28 Qaulan Sadidan QS An- 
Nisa/4: 9, QS Al-Ahzab/33: 70-71. 
Informasi sumber pengetahuan dalam Al-Quran tersebut akan menjadi 
komponen utama bagi desain ilmu Komunikasi Islam. Sumber pengetahuan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 37 
yang terpelihara secara lisan (hafalan) maupun secara konseptual ini adalah 
objek kajian ontologis bagi desain pengembangan ilmu komunikasi Islam. 
Untuk mengungkap persoalan metafisik yang ada kaintannya dengan 
sumber material ilmu komunikasi Islam dalam Al-Quran hemat penulis 
perlu kesucian jiwa, dan motivasi (niat) yang suci dengan semata-mata 
mengharap ridha dari Allah sebagai penguasa ilmu dilandasi oleh keahlian 
dalam bidang ilmu tafsir dan ilmu komunikasi Islam. 
Karena luasnya khazanah nilai dalam Al-Quran dan substansi pelajaran 
komunikasi Islam yang tersirat maupun tersurat maka perlu pejelajahan dan 
pemetaan sumber ilmu pengetahuan yang relevan dengan struktur ilmu 
komunikasi Islam. Hal ini untuk melakukan pemetaan secara tematik 
sumber pengetahuan komunikasi Islam dengan melakukan klasifikasi dan 
spesialiasi dari ayat yang telah ditakrij secara tematik. 
Komunikasi Islam adalah disiplin ilmu yang membawahi beberapa ilmu-ilmu 
pengembangan yang erat kaintannya dengan kebutuhan dasar manusia 
dalam melakukan interkasi khususnya cara berkomunikasi yang bewawasan 
Islam antara lain seperti: 
1. Komunikasi Spiritual: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari 
komunikasi Islam yang dilakukan seara ritual seperti: shalat, haji, 
puasa, zakat dan tasawuf. 
2. Komunikasi Islam Human Realtion dan Public Relation 
mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam cara 
membagun jaringan (Hablum minallah, Hablun Minannas dan 
Alam). 
3. Komunikasi Profetik: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari 
komunikasi Islam yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul dalam 
menyampaikan pesan agama dan kehidupan sosial sesuai 
zamannya masing-masing. 
4. Komunikasi Ulil Albab: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari 
komunikasi Islam yang dilakukan secara intrapersonal melalui
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 38 
penjelajahan berfikir yang mendalam baik yang dilakukan secara 
qiaman, waqu’udan, dan wajunubihim. 
5. Teknologi Komunikasi Islam : Media cetak dan Elektromik (TV, 
Radio,Hp, Internet baik yang sifatnya global maupun bersifat 
LANI (Lokal Areal Network Islam). 
6. Desain Komunikasi Visual Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan 
efek dari komunikasi Islam yang dilakukan secara visualisasi 
tanda dan simbol-simbol Islam (semiotika Islam) seperti 
kaligrafi, gambar mekah/kabbah yang bergerak maupun yang 
tidak bergerak. 
7. Komunikasi Global Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek 
dari komunikasi Islam yang dilakukan sistem telekomunikasi 
(komunikasi jarak jauh) antara provinsi, antar negara, antar 
bangsa seperti OKI dan sejenisnya. 
8. Komunikasi Telepati: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari 
komunikasi Islam seperti ilmu magic, hipnotis dan sejenisnya. 
9. Komunikasi Penyiaran Islam; mengkaji, menyelidiki cara dan 
efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep dan 
pola penyebaran informasi yang dilakukan dengan cara bi al- 
Lisan, bi al-Qalam, bi al-Hal dengan menggunakan media 
teknologi informasi. 
10. Analogi Komunikasi dalam Al-Quran: mengkaji, menyelidiki cara 
dan efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep 
dan pola penyebaran informasi dengan menggunakan 
perumpamaan. Biasanya dalam kajian ini hal persoalan abstrak 
yang direalitaskan. 
11. Manajemen Sistem Informasi Islam: mengkaji, menyelidiki cara 
dan efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep 
pembelajaran kepemimpinan diri dan industri masyarakat, 
manajemen pengembangan sumber daya masyarakat Islam
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 39 
berdasarkan disiplin ilmu dan keterampilan yang dimiliki sesuai 
kebutuhan jaman. 
12. Psikologi Komunikasi Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan 
efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep 
tentang prilaku komunikasi Islam baik sesama suku, bahasa, 
agama, bangsa dan budaya. 
13. Sejarah, dan Filsafat Ilmu Komunikasi Islam serta metode 
pengembangan dan proses integrasi dengan displin ilmu lain. 
14. Komputer grafis Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari 
komunikasi Islam dari program komputerisasi bidang desain dan 
arsitektur seperti merancang masjid yang ASRI (Aman, Senang/ 
Sejahterah, Ramah dan Indah) dan mendesain pola pencitraan 
Islam baik bidang cetak maupun bidang animasi, grafika (Dunia 
Percetakan) dengan menggunakan software 3 D Max, Adop 
Premier, Corel Draw, Adobe Photosoft dan pelajaran tentang 
bidang digital printing yang profesional . 
15. Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat Islam: mengkaji, 
menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang dapat 
merubah masyarakat dari prilaku yang kurang baik menjadi 
prilaku yang gemar berbuat baik. 
Adanya motivasi yang kuat dalam diri manusia untuk mencapai 
kebenaran sehingga manusia berlomba-lomba mencari kebenaran tersebut. 
Berbagai macam pola kebenaran yang lahir dari manusia seperti kebenaran 
wahyu, kebenaran akal dan kebenaran perasaan. Selain itu ada kebenaran 
ontologis (kebenaran hakikat), epistemologi (kebenaran berdasarkan 
pengetahuan manusia yang difahami melalui wahyu dan pengalaman 
empiris), kebenaran aksiologi (kebenaran berdasarkan etika dan Akhlaq). 
Banyaknya pemahaman kebenaran inilah sehingga para filosof (ahli hikmah)
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 40 
mendorong lahirnya epistemologi untuk mendeteksi mana yang mendekati 
kebenaran hakiki. 
Motivasi awal proses berpikir manusia adalah untuk mencapai kebenaran 
yang sedapat mungkin pasti. Tetapi realitas dari hasil pikiran yang 
dihasilkan belum tentu pasti kebenarannya. Dengan demikian perlu ada 
ukuran kebenaran untuk menguji proposisi, pendapat berupa pengetahuan 
yang diproses oleh cara panca indra merespon tanda dari fenomena yang 
dicernah oleh panca indra manusia. Untuk mengindari konflik pemikiran 
kebenaran maka perlu standar kebenaran untuk menguji kebenaran yang 
dihasilkan dari proses ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dalam kajian 
komunikasi Islam ada 3 teori yang perlu diketahui yaitu: 
1. Teori kebenaran bercorak top douwn (kebenaran wahyu) memiliki 
model komunikasi komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. 
Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq. 
2. Teori kebenaran bercorak bottom up (kebenaran empiris) yang 
sesuai dengan akal (logis), rasional untuk menguji kebenaran suatu 
pemikiran. Karakter kebenaran ini sifatnya kebenaran yang hanya 
dapat dicernah oleh panca indra dan cenderung propaganda. 
3. Kriteria kebenaran ilmiah yang dianggap benar bagi para ilmuan 
Eropa dan sebagian perguruan tinggi Islam di Indonesia, yang 
berlaku secara umum di dunia akademik diseluruh dunia yang 
menjadi ukuran dalam mendesain kajian penelitian: 
a. Sistematis, objektif , Dapat dipertanggungjawabkan 
b. Bersifat universal, Dapat diferifikasi, Tidak bertentangan 
dengan akal, 
c. Memiliki objek formal, Mempunyai metodologi 
4. Kriteria kebenaran ilmiah menurut komunikasi Islam: 
a. Mempunyai metodologi, Sistematis, objektif, Dapat 
dipertanggungjawabkan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 41 
b. Bersifat universal, Dapat diferifikasi, Tidak bertentangan 
dengan akal 
c. Memiliki objek formal dan Infomal, dengan nilai materi 
informasi bersifat ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di 
wadahi oleh prinsip Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq. 
3. Aksiologi 
Istilah aksiologi sebenarnya berasal dari kata axios dan logos. Axios 
artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori. Aksiologi 
artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status 
metafisik dari nilai.1 Dalam pemikiran Yunani studi mengenai nilai 
pemikiran Plato tentang idea tantang kebaikan, atau yang lebih dikenal 
dengan summon bonum (kebaikan 
tertinggi).http://mbasong.blogspot.com/2008/04/aksiologi-ushul-fiqh.html 
- _ftn2 Diakui, bahwa dengan adanya ilmu pengetahuan, manusia banyak 
mendapatkan manfaatnya, seperti kemajuan teknologi, kemudahan 
komunikasi, kelancaran produksi, dan lainya. Pendek kata, ilmu mengabdi 
kepada masyarakat sehingga menjadi sarana kemajuan guna menemukan 
harta-harta ciptaan Tuhan. Berdasarkan perspektif filsafat, dapat dikatakan 
bahwa fungsi dan kegunaan (aksiologi) suatu ilmu adalah untuk 
memecahkan persoalan yang dihadapi 
manusia.http://mbasong.blogspot.com/2008/04/aksiologi-ushul-fiqh.html - 
_ftn3 
Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya "Filsafat Ilmu", mendefinisikan 
aksiologi dalam dua tahap. Tahap pertama, ilmu yang otonom terbebas dari 
segenap nilai yang bersifat dogmatic (bebas nilai) maka dengan leluasa ilmu 
dapat mengembangkan dirinya (fungsi internal). Tahap kedua, ilmu juga 
bertujuan memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut 
1Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu 
Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 95.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 42 
untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Berbekal konsep 
mengenai kaitan antara hutan gundul dan banjir, umpamanya ilmu 
mengembangkan teknologi untuk mencegah banjir. 
Pamor Aksiologi sebagai salah satu bidang kajian filsafat ternyata belum 
mendapat tempat yang layak bagi para ilmuan dan filsuf ilmu, khususnya 
dalam kajian filsafat Ilmu. Selama ini, yang sering mendapat perhatian 
adalah aspek Ontologis dan Epistemologis ilmu. 
D. Berpikir reflektif 
Kasih sayang Allah kepada umatnya diberi karunia berupa kemampuan 
berpikir, melihat, mendengar, merasa, dan memperhatikan tanda-tanda 
kebesaran Tuhan yang dibentangkan di alam semesta ini. Prinsip ilmu 
pengetahuan dialetika (seni berpikir) untuk mendapatkan materi 
pengetahuan yang ada dilangit dan alam semesta. Substansi dari kreatifitas 
berpikir adalah menjadi orang bijaksana dalam menelaah permasalahan yang 
ada. 
Berpikir adalah proses mengenal sesuatu sehingga menghasilkan 
‚pengetahuan‛ yang bakal menjadi ilmu pengetahuan inilah proses ontologi 
yang digunakan oleh praktisi ilmuan mulai dari Thales, aristoteles, Plato 
Al-Farabi, Thomas Aquinus dan tokoh-tokoh ilmuan lainnya sampai pada 
aliran rasionalis yang melahirkan aliran moderen sebagai warisan seni 
berpikir oleh para ilmu di masa moderen yang akrab dikenal dengan aliran 
strukturalime dan pragmatisme. 
Dari gambaran aliran strukturalime dan pragmatisme para tokoh filosof 
ini, dapat dipahami bahwa berpikir adalah seni mengolah pesan dari proses 
komunikasi intrapersonal melalui pengalaman hidup yang direspon oleh 
panca indra kemudian dikemas secara sistematik sehingga menghasilkan 
ilmu pengetahuan yang berguna bagi orang lain. Dalam seni berpikir ada 
beberapa kategori cara berfikir, hal ini menunjukkan tidak semua kerja
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 43 
berpikir ini dapat menjadi pengetahuan, tetapi ada kaidah-kaidah yang 
ditemukan oleh para ilmuan. 
Pandangan seni berpikir ini terbagi menjadi dua yaitu seni berpikir yang 
dilakukan oleh para filosof dan seni berpikir yang dilakukan oleh ilmua 
agama. Dalam pembahasan ini penulis mengkaji ilmuan secara umum dan 
ilmuan agama dalam menangkap pesan-pesan atau tanda-tanda fenomena 
alam dibentangkan Tuhan lewat fenomena alam semesta ini. sebagai 
berikut: Cara Berpikir reflektif menurut para filosof: 
a. John Dewey mendefinisikan berpikir reflektif adalah: proses 
interpretasi simbol yang direkam oleh mata dan dikonsultasikan oleh 
otak kemudian lahirlah pengetahuan. Seperti contoh jika melihat 
seekor burung terbang kemudian secara reflektif burung itu dilihat 
dengan panca indra mata manusia maka rekaman proses tersebut 
disebut proses berfikir reflektif. 
b. Berfikir Kreatif: Proses olah otak dalam menangkap gejala kemudian 
memberikan pengertian terhadap simbol yang dilihat kemudian 
dicernah oleh otak. Dari cara berpikir inilah melahirkan teknologi 
untuk memudahkan manusia memberika makna setiap perubahan 
yang ada disekitarnya maupun diluar pikirannya. Seperti manusia 
menciptakan alat recorder cahaya, (kamera), recorder audio (suara), 
recorder inframera dan teknologi komputer yang sekarang ini 
digunakan manusia. 
c. Berfikir tepat: proses berpikir seperti ini disebut dengan pemikiran 
logis artinya semua yang ditangkap oleh panca indra harus sesuai 
dengan cara kerja akal yang penulis istilakan berfikir linier. Logika 
ini dijadikan sebagai rumusan berpikir kebenaran. Menurut aliran 
filosof barat yang berkembang pada abad ke 18-20 didominasi oleh 2 
aliran besar yaitu Idialisme yang berkembang di Jerman, dan aliran 
empirisme berkembanga di Inggris. Tokoh aliran idialisme di jerman 
adalah Ficte (1762-1814), Hegel (1770-1831), Scheling (1775-1854).
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 44 
Tokoh aliran empirisme di Inggris John Lucke (1632-1704), David 
Hume (1711-1776), Herbert Spencer(1820-1903). Kedua aliran 
memiliki takaran kebenaran masing-masing dalam kajian ilmiah. 
Kebenaran menurut aliran idealisme mengatakan bahwa kebenaran 
itu harus sesuai dengan takaran logika, sedangkan menurut aliran 
empirisme kebenaran itu harus sesuai dengan pengalaman yang 
dialami oleh panca indra manusia. Dan kebenaran relativisme yang 
ditemukan oleh Albert Enstein yang berpendapat bahwa semua 
kebenaran itu bersifat relatif dalam kajian ilmiah. Dan masih banyak 
lagi definisi kebenaran para ilmuan barat tetapi setidaknya penulis 
pilih 3 aliran ini karena aliran inilah yang menguasai idiologi 
kebenaran para ilmuan barat dalam melakukan kajian ilmiah. 
Cara berfikir reflektif ini dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu cara 
berfikir rasional dan gabungan rasional-metarasional. Metode berpikir ini 
dapat lihat pada pihak agamawan khususnya umat Islam mendapatkan 
kebenaran bersifat top douwn (melalui wahyu) pesan yang di bersumber 
pada Proses respon dari perjalan spiritual yang difahami lewat wahyu dan 
warisan teologi klasik para ilmu muslim sehingga mendapatkan kebenaran. 
Aliran-aliran dalam kaidah berpikir reflektif ini adalah: Mu’tazila, 
Khawarij, Murjiah, Jabariah, Qadariah, Maturidiyah Syi’ah, dan ahlu 
Sunnah waljamaah. Semua aliran ini memengaruhi dalam mendesain 
kebenaran bagi ilmuan bercorak agama khususnya di dunia Islam. 
a. Berfikir tepat: Semua fenomena alam adalah kebenaran mutlak dari 
Tuhan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Panca indra 
manusia menangkap pesan berupa tanda dan simbol-simbol yang 
dibentangkan oleh alam langsung direkam oleh otak kemudian 
dikonfirmasi oleh wahyu. karena Allah yang membuka mata hati, 
mata fisik, dan pendengaran. Tokohnya adalah Ibnu Rusy, Ibnu Sina, 
Al-Faraby, Al-Kindi.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 45 
b. Berfikir Kreatif: Cara berpikir dengan cara melakukan penapsiran 
terhadap wahyu komunikasi dikomunikasikan atau didialogkan 
dengan fakta empirik yang dikontrol oleh akal, kemudian 
disistematiskan oleh logika sebagai metode dialiektika dalam 
mendesain sebuah pengetahuan. 
c. Berpikir reflektif: bentuk berpikir seperti ini lebih banyak didapatkan 
lewat faham-faham jabariah. Menurut faham ini bahwa semua 
fenomena alam yang tampak ini tidak terlepas dari remout control 
Tuhan. Sementara aliran qadariah berpendapat bahwa rafleksi 
berpikir adalah merupakan sunnatullah yang telah di instal pada diri 
manusia tinggal memaksimalkan saja. Semua aliran Islam di atas 
menggunakan takaran kebenaran yang difahami lewat wahyu. 
Proses integrasi komunikasi Islam dakwah dan komunikasi. 
Setelah melewati pertarungan dialogis dari institusi satu ke institusi 
yang lain mulai dari abad 19-20 dengan berbagai macam stereotype, 
prejudice antara science dan agama mulai nampak pertemuan dalam 
berbagai aspek baik aspek metodologis maupun pembuktian secara ilmiah. 
Kecendrungan informasi-informasi agama mulai didialogkan dengan 
temuan-temuan ilmiah. Misalnya ahli fisika, ahli biologi dan ahli tasawuf 
bertemu pada titik kekaguman Allah atas semua ciptaannya. Walaupun 
cara bersyukur dan berkontemplasi berbeda tetapi betemu pada pentauhidan 
Allah swt. 
Benturan antara ilmu agama dan ilmu terapan dewasa ini tidak lagi 
menjadi wacana yang produktif, mulai saling menungjang dan 
mengokohkan antara satu dengan yang lain. Hal ini tampak pada ilmu hadis 
misalnya menggunakan ilmu sosiologi dan antropologi sebagai ilmu bantu 
dalam mengungkap peristiwa sosial dan prilaku manusia pada hadis 
dibukukan. Hal ini menunjukkan perkembangan ilmu komunikasi Islam 
kedepan memiliki masa depan yang cerah karena komunikasi Islam bersifat
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 46 
universal karena setiap orang dalam melakukan interaksi senang 
berkomunikasi dengan cara yang sopan, santun dan dapat dipercaya. Sifat 
komunikasi Islam itu memiliki unsur ama>nah, fat}a>nah, siddiq, dan qanaah. 
Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq. 
Komunikasi Islam salah satu bentuk ilmu baru yang berusaha 
mengkomunikasi cara-cara komunikasi kenabian (profetik) mulai 
didialogkan dengan cara komunikasi manusia. Hal ini menunjukkan kajian 
komunikasi Islam akan menjadi kajian yang menarik dari ssisi 
pengembangan ilmu pengetahuan karena banyak sekali ilmu langit yang 
perlu dikomunikasi dengan kondisi di bumi inilah signifikansinya kajian 
komunikasi Islam. 
Pertemuan ilmu yang berbeda yang disebut integrasi keilmuan adalah 
juga termasuk sunattulah dari pengembangan keilmuan. Intergrasi yang 
dimaksudkan dalam kajian komunikasi Islam ini bersatu tetapi tetap 
berbeda laksana suami istri perbedaan yang diikat oleh satu akad nikah 
(ikatan kuat) sehingga hidup menjadi lebih kokok. Begitupula ilmu 
komunikasi Islam dengan ilmu dakwah dan komunikasi murni. Karena harus 
diakui pengembangan ilmu bumi telah sampai pada puncaknya dengan 
ditemukannya teori relativisme. Cara mengukur kebenaran teori ini dalam 
kajian ilmu empiris bahwa ilmu yang ada di planet bumi ini dicernah panca 
indra bersifat relatif kebenarannya. 
Dalam artian semua kebenaran berdasarkan fakta yang dilihat pada saat 
itu, jika 100 tahun kemudiam lebih berkembang lagi berarti terjadi 
perubahan cara menentukan kebenaran lagi inilah corak cara kerja teori 
relatifisme. Sampai sekarang ini belum ada teori yang dapat menggugurkan 
teori realtifisme tersebut. 
Jika dianalogikan dengan warisan teologi klasik Jabariah lebih 
mengandalkan kekuatan Tuhan semata sedangkan Qadariayah 
mengandalkan sunnah Allah yang telah diciptakan untuk dipergunakan 
semaksimalkan akal dan perlakuan ekperimen dan kajian-kajian untuk
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 47 
mengetahui sunnatullah yang dihamparkan di planet bumi ini. Atau dapat 
diartikan lain bahwa jabariah lebih banyak mengkaji ketahuidan tetapi 
Jabarian lebih banyak mengkaji ciptaan Tuhan. 
Begitupula komunikasi Islam dengan komunikasi murni saling 
melengkapi antara satu dengan yang lain. Karena memang lahir dari rahim 
tradisi ontologi dan epistemologi yang berbeda tetapi menuju pada satu 
titik yakni berusaha melakukan komunikasi yang efektif dan antar sama 
umat manusia yang berbeda-beda agama, ras, budaya dan bahasa. 
Prinsipnya Komunikasi Islam dalam penyebaran informasi memiliki 
indikator informasi seperti ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di 
wadahi oleh prinsip Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq. Jika keluar dari kriteria 
ini maka proses komunikasi tersebut tidak masuk pada wilayah komunikasi 
Islam. Wallhu wa’lam 
1. Sumber ilmu berasal dari satu sumber yaitu Dari Allah Panca indra 
adalah wadah mendapatkan ilmu. Bentuk komunikasi Islam dalam 
kajian ontologi, epistemologi, dan aksiologi menggali ide ilmu dari 
Al-Quran dan Sunnah dengan memaksimalkan panca Indra dan 
intuisi yang suci untuk mendaptakan ilmu yang suci pula. Semakin 
suci suasana kebatinan seseorang semakin berkompeten menelaah 
ayat Qauliah dan Qauniah. 
2. Teori kebenaran menurut komunikasi Islam dalam kajian ontologi, 
epistemologi, aksiologi, Khusuli dan khuduri. inilah kebenaran yang 
dianut oleh sistem komunikasi Islan memiliki indikator informasi 
seperti ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di wadahi oleh 
prinsip Aqidah (Keyakinan kokoh pada pencipta Ilmu), Syari’ah 
(tata tertib kuat dalam berpikir), dan Akhlaq (Kecerdasan 
budipekerti yang luhur). Inilah kriteria atau indikator komunikasi 
Islam. 
3. Proses integrasi komunikasi Islam, dakwah, dan komunikasi. 
Setiap ilmu berwatak saling mendukung dan mengkokohkan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 48 
sehingga dalam tahap implementatif ilmu komunikasi Islam, ilmu 
dakwah dan ilmu komunikasi memiliki keterpaduan metodologis 
sehingga melahirkan banyak premis, paradigma dan citarasa dalam 
mengungkap, menelaah, memetakan, setiap probelamatika yang 
dihadapi oleh manusia. 
E. Penelitian Natural/Kualitatif 
Mendeskripkan tradisi penelitian kualitatif dalam ilmu sosial dapat 
diambil analogi ‚arus gerak kendaraan dijalan raya yang dikendalikan oleh 
lampu merah, hijau dan kuning. Pertanyaannya adalah: 
a. Adakah teraturan pola arus gerak lalulintas kendaraan paa setiap 
persimpangan? 
b. Adakah regularitas arus gerak kendaraan bersifat menistik(seperti 
mesin)? 
c. Bersifat otomatikah arus kendaraan tersebut? 
d. Apakah arus gerak kendaraan pada persimpangan jalan itu bersifat 
kausalitas? 
Jawaban atas pertanyaan ini ternyata tidak tunggal berdasarkan 
mekanisme ilmiah masing sesuai aliran idiologi kebenaran, paradigma, 
pemikiran yang dianut oleh sang peneliti. Jawabannya tergantung pada cara 
merekonstruksi data, menyusun data, pendekatan, idiologi kebenaran, 
dalam mengungkap objek yang diteliti sesuai tingkat kejujuran, kridibilitas, 
dan kekuatan panca indra menangkap setiap fenomena yang dilihat 
dilapangan. 
Dalam kajian ilmiah disepakati beberapa aliran berpikir yang dibagi 
menjadi beberapa aliran: 
1. Inggris dan Perancis: paham kebenarannya harus bersifat: empiris, 
behaviorisme, naturalism, dan saintisme, positifisme. Pemikiran ini 
dipengaruhi oleh ilmu-ilmu kealaman atau dikenal dengan istilah
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 49 
pengaruh Aristotelian. Ia berpandangan bahwa hakikat itu bersifat 
materi atau kealaman. 
2. Jerman dan Amerika: Tradisi pemikiran kebenaran dari Jerman 
bersifat: Humanistik, relatifitas menganggap manusia adalah 
segalanya. Pemikiran ini dipengaruhi oleh filsafat rasional (idealisme) 
Platonis. Pemuka aliran ini seperti: Imanuel Kan, Hegel, David Hum 
Albert Eistein sehingga mereka terkenal dengan gelaran 
fenomenologisme. 
3. Timur Tengah/Asia Tenggara: Aqidah (idiologi kebenaran mutlak, 
Syariah (empiris, rasional, humanis, idealisme, behaviorisme, 
naturalism) dan Akhlaq (khuduri dan ushuli). Ketiga ini menjadi 
parameter dalam menetapkan kebenaran sehingga dapat 
menghasilkan ilmu yang memberikan rahmat bagi seluruh alam. 
Aliran-aliran inilah yang mewarnai mekanisme dalam membingkai 
standar kebenaran, realitas, dalam memetakan permasalahan sekaligus 
jawaban. 
Penelitian natural inilah yang membedakan dengan penelitian kuantitatif 
yang sifatnya serba kepastian pada kebenaran empiris. Sementara kualitatif 
lebih pada metode berpikir induktif. Penelitian kualitatif tidak 
menggunakan rumus statistik dalam menyimpulkan kebenaran tetapi 
menggunakan berbagai macam analisis kontens, interasionis simbolik, 
fenomenologi, analisis komparatif, analisis interaktif (simultan bolak balik 
sampai mendapatkan kebenaran hakikat). dan pendekatan dalam 
menetapkan kesimpulan. 
Desain penelitian natural/kualitatif atau format penelitian kualitatif 
pada umunya sama tergantung target pencapaian dalam mengungkap hal-hal 
yang abstrak terhadap ketimpangan yang ada pada masyarakat menjadi 
kenyataan lewat penelitian ilmiah yang dilakukan dalam rangka 
memberikan solusi dari permasalahan yang krusial sehingga pola kehidupan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 50 
ini lebih berkualitas dan memiliki dampak perbaikan hidup lebih bermakna 
demi kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. 
Penelitian kuantitatif menurut Burhan Bungin (penelitan kualitatif: 
2009: 74) lebih menonjolkan hubungan dan pengaruh antar variabel serta 
jenis pengukuran yang akan dilakukan serta judulnya bersifat pasti. 
Penelitian kualitatif lebih mengekspos femonena yang berhubungan 
dengan variabel yang akan di diteliti serta mengungkap semua faktor yang 
dapat memengaruhi variabel yang akan diteliti. Judul penelitian kualitatif 
tidak bersifat final. Merancang konsep penelitian kualitatif bersifat kognitif 
sosiologis dengan menimbah semua data yang berhubungan dengan tema 
penelitian kita yang didapatkan di lapangan. 
BAB 3 
TEORI DAKWAH DAN 
KOMUNIKASI 
Penulisan karya ilmian tidak bisa terlepas dari kajian teori karena 
teorilah yang digunakan sebagai pemandu dalam menelaah permasalahan 
yang dihadapi dalam penelitian. Pentingnya kajian teori sehingga perlu 
penulis deskripsikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian 
dakwah dan komunikasi. Urgensi teori kajain ilmiah memiliki peran 
strategis. 
A. Pengertian Teori 
Sebelum mengkaji kegunaan teori dalam penelitian dan dakwah dan 
komunikasi perlu diberi apa itu teori. Teori berasal dari bahasa Yunani, 
theoria, teori, diartikan sebagai suatu hipotesa yang digunakan untuk 
menggambarkan fakta tentang keteraturan alam. Contoh teori yang telah 
dihasilkan oleh para ilmuan seperti: 
1. Teori Dakwah Ali Mahfuz} tentang pencitraan bahwa kredibilitas 
adalah wajib dimiliki oleh setiap informan.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 51 
2. Teori Gravitasi Bumi: Setiap benda yang dilemparkan keatas maka 
pasti jatuh kebumi kembali. 
3. Teori Relatifisme: semua yang ada didunia ini serba realitf. 
4. Teori Respon balas: setiap simbol yang dilihat manusia pasti 
direspon oleh panca indra. 
5. Teori Media McLuhan adalah: Media merupakan perpanjangan 
panca indra manusia. 
Terminologi teori menurut Istilah: 
1. Teori kamus Istilah (2006: 270) karya ilmiah popular Yooke 
Tjuparma adalah: sebagai kumpulan dalil-dalil atau hipotesa 
sebagai landasan berpikir. 
2. Wilbur Schramm (1982: 10) teori adalah: Suatu perangkat 
pernyataan yang saling berkaitan pada abstransi dengan kadar 
yang tinggi dan proposisi yang telah teruji secara ilmiah. 
3. Stephen W. Littlejohn Teori adalah: Kumpulan eksperimen 
manusia yang telah teruji kebenarannya. 
4. Richard Laningan (1987 : 390) Teori adalah: Studi tentang alam 
realitas. Atau kumpulan pemikiran untuk mengetahui hubungan 
antara manusia dengan manusia dan alam. 
5. Joseph A. DeVito teori adalah: Hasil pemikiran kebenaran yang 
didapatkan berdasarkan kajian empiris yang telah diuji 
objetifitasnya. 
6. Jujun Sumantri (2005: 63) teori adalah proposisi tentang cara 
mengetahui keberadaan zat, pikiran, dan peran manusia di bumi. 
7. Deddy Mulayana Teori adalah: Pengalaman eksperimen yang telah 
dilakukan oleh orang yang ahli dibidannya dan terbukti secara 
faktual kebenarannya secara terus menerus
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 52 
8. Jalaluddin Rahmat teori adalah: Proposisi yang telah teruji 
manfaatnya kepada manusia. 
9. Syarifudin teori adalah kumpulan pengalaman ilmiah yang telah 
diuji kebenarannya dipanggung akademik. 
B. Ruang lingkup Kajian Teori 
Setiap teori memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga perlu 
kecerdasan calon peneliti memilih teori yang paling relevan dengan objek 
yang dikaji. Ruanglingkup kajiannya penting diberikan batasan untuk 
memudahkan calon peneliti menyelesaikan permasalahan sesuai waktu, 
biaya dan kemampuan yang dimiliki. 
Menyusun karya tulis ilmiah merupakan rangkaian kegiatan 
menuangkan hasil pemikiran, pendapat dalam bentuk tulisan dengan 
memenuhi kriteria, etika dan kaidah ilmiah. Seorang penulis 
mengeksplorasi hasil pemikirannya dalam bentuk tulisan, terlebih dahulu 
harus mengetahui kriteria dan etika penyusunan karya tulis ilmiah 
berdasarkan teori-teori dakwah dan komunikasi yang telah diuji 
kebenarannya sesuai kajian ilmiah dakwah dan komunikasi. 
Kajian Ilmu Dakwah:dimulai pada tahun tahun 1912 di Mesir oleh Ali 
Mahfuz} telah banyak memberikan kontribusi pencerahan umat dewasa ini. 
Hal itu tampak pada perkembangan umat Islam sekarang ini tersebar 
keseluruh penjuruh dunia yang berjumlah kurang lebih 1,7 milyar. 
Perkembangan jumlah ini terus meningkat sehingga peranan pengembangan 
keilmuan dakwah perlu diperluas. Dewasa ini rumpun ilmu dakwah telah 
berkembang menjadi beberapa bidang ilmu seperti: 
 Ilmu Dakwah, Managemen Dakwah 
 Psikologi Dakwah, Bimbingan Penyuluhan 
 Pemberdayaan masyarakat Islam 
 Komunikasi Penyiaran Islam 
 Teknologi Informasi Dakwah (Media Kontemporer)
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 53 
 Studi Naskah Dakwah 
 Sosiologi Dakwah 
 Antropologi Dakwah. 
 Sistem Informasi Dakwah. 
 Semiotika Dakwah 
 Jurnalistik Dakwah 
Inilah rumpun ilmu dakwah yang menjadi kajian ilmiah dipanggung 
akademik konsentrasi dakwah dan komunikasi khususnya Universitas, IAIN 
dan STAIN dibawa naungan kementrian agama. 
Selain Ilmu Dakwah di Universitas, IAIN dan STAIN dibawa naungan 
kementrian agama di Ilmu Komunikasi juga menjadi konsentrasi bidang 
kajian ilmiah yang diintegrasikan dengan ilmu Dakwah. Ilmu komunikasi 
yang bercorak profetik yang lahir dari para ahli dakwah sehingga 
melahirkan satu ilmu baru yakni komunikasi Islam. 
Sebagai calon peneliti perlu mengetahui perkembangan teori komunikasi 
yang sangat pesat. Hal ini dipercepat dengan ditemukannya teknologi 
informasi. Histografi perkembangan komunikasi tidak terlepas dari jasa-jasa 
ilmuan eropa yang dipelopori oleh perintis komunikasi masa awal yaitu: 
 Harol Lasswel 
 Kurt Lewin 
 Paul Lazarsfeld 
 Carl Hovland 
 Wilbur Schramm 
Perkembangan jumlah ini terus meningkat sehingga peranan 
pengembangan keilmuan dakwah perlu diperluas. Dewasa ini rumpun ilmu 
komunikasi telah berkembang menjadi beberapa bidang ilmu seperti: 
 Komunikasi pembangunan 
 Komunikasi Massa 
 Psikologi Komunikasi 
 Ilmu Komunikasi
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 54 
 Komunikasi Islam ( komunikasi yang dilakukan dengan 
menggunakan unsur Amanah, siddiq, fat}anah, dan qanaah. 
 Komunikasi Kesehatan(ilmu yang mempelajari tentang cara 
melakukan komunikasi yang dapat menyehatkan suasana spiritual 
dan jasat manusia). 
 Komunikologi (Berkomunikasi dengan alam) 
 Komunikasi Data (Jenis komunikasi jarak jauh dengan menggunakan 
jasa elektronik pengantar data pada mad’u yang di tuju). 
Dari ruanglingkup kajian dan rumpun ilmu dakwah dan komunikasi di 
atas, perlu penulis deskripsikan kajian teori dakwah dan komunikasi 
sehingga dapat memudahkan calon peneliti memilih teori, sesuai 
permasalahan yang dihadapi di lokasi penelitian baik penelitian pustaka 
maupun penelitian lapangan. 
C. Kajian Teori 
1. Teori Dakwah 
Pada hakikat dakwah Islam adalah merupakan aktualisasi iman yang 
dimanisvestasikan dalam satu ekosistem kegiatan manusia beriman, dalam 
bidang kemasyarakatan. Sehingga perlu teori sebagai panduan dalam 
melakukan dakwah yang efektif dan efisien: 
 Teori Siqaah (Krediblitas Informan) 
 Teori Medan dakwah 
 Teori Proses dakwah 
 Teori Tahapan dakwah 
 Teori Badi (keindahan tata bahasa) 
 Teori Bayan (Kecerdasan menjelaskan) 
 Taori Mani (keindahan artikulasi bahasa) 
 Teori Qaula>n Layyinan (Lelembutan Berdakwah) 
 Teori Sadidan: 
 Teori Qaula>n Bali>g>a (Informasi yang berbekas pada hati seseorang): 
Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang mudah
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 55 
diterima dan sangat pantas bagi audiens diperdengarkan informasi 
itu. 
 Teori Qaula>n Maisyura(berasal dari kata Yasara artinya mudah): 
Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang mudah 
diterima dan sangat pantas bagi audiens diperdengarkan informasi 
itu. 
 Teori Ma’rufa: Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang 
baik sesuai takaran budaya masyarakat setempat yang diajak 
berbicara. 
 Teori Qaula>n Kari>ma>n : Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat 
yang muliya dan penuh kebajikan sesuai takaran budaya 
masyarakat setempat yang diajak berbicara. 
 Teori Qaula>n Sadi>da> : Cara kerja teori ini: informan perlu 
meneguhkan nilai-nilai ketaqwaan dengan perkataan yang 
berdasarkan pada wahyu yang dipahami dlam Al-Quran dan Sunnah. 
 Teori Uswatun Hasanah: Cara kerjanya seorang informan menjadi 
garda terdepan mentradisikan melakukan komunikasi yang santun 
kepada orang lain. 
 Teori Dakwah Syekh Mursyid: sistem dakwah amar ma’ruf 
nahimunkar. 
 Teori Dakwah Ali Mahfuz: Teori Pencitraan. 
2. Teori Komunikasi 
Para tokoh ini cukup memberikan warna dalam bidang kajian ilmiah 
ilmu komunikasi dewasa ini. Dengan karya mereka sehingga para ilmuan 
kontemporer dapat mengembangkan teori yang telah ditancapkan oleh 
pendahulu mereka. Kajian teori komunikasi melahirkan teori sebagai 
berikut: 
a) Teori masa awal pda tahun (1984):
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 56 
- Laswel Model: who says what in which channel to whom with what 
effect (Siapa mengatakan apa, melalui saluran apa kepada siapa, 
dengan efek apa. 
- S-O-R Teori: Stimulus Organisation Respon 
- S-M-C-R Model: Source, Message, Channel, Receiver . 
- The Matematical theory of communication oleh Claude Shannon dan 
Weaver unsur-unsur teorinya: (Source, Message, Signal, Receiver, 
Destination). 
- The Osgood and Schramm Circular Model 
- Dances’s Helical Model: sistem komunikasi mulai dari kecil sehingga 
membesar. 
- New Comb ABX Model 
- The Teory of Cognitive Disonance 
- Inoculation Theory 
- The bullet Theori of Communication: teori peluruh atau teori ini 
ibarat jarum hipordemik pesan laksana obat yang disuntikkan 
kemudia obat bekerja dalam tubuh manusia. 
b) Teori masa awal pada tahun (1950-an) 
- Four Theories of the press 
- Individual Differences Theory 
- Social Categoris Theory 
- Social Relatioship Theory 
- Cultural Norms Theory 
- Social Norms Theory 
- Social Learning Theory 
- Diffusion of Innovation Model 
- Agenda Setting Model 
- Uses and Gratification Model 
- Clozentropy Theori 
c) Teori masa awal pada tahun (1980-an)
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 57 
- Theory difusi inovasi oleh Rogers, 1983 teori ini dalam penyebaran 
informasi dengan berbagai kemasan informasi dalam memengaruhi 
masyarakat. 
- Teori Kulvitasi oleh Gerbner, Morgan pandangan teori ini bahwa 
masyarakat adalah pecandu televisi sehingga tercipta realitas. 
- Teory gatekeepers oleh Hiebert, dikembangkan dari teori Kurt Lewin 
(palang pintu): setiap informasi yang didengar setiap hari akal 
sebagai penentu (palang pintu) akhir diteri atau tidak 
- Teory penyusunan agenda oleh: Agee, emery (1988) kemampuan 
media memengaruhi masyarakat dengan cara mengarahkan perhatian 
dengan mengkostruksi berita tertentu. 
- Teori Motivasi 
- Teori Defisiensi Motivasi 
- Teori Heirarki 
- Teori ERG 
- Teori Kesehatan /Motivator 
- Teori Harapan dan Motivasi 
- Teori ESQ, SQ, IQ: Teori komunikasi yang pesannya lebih pada 
penekanan pada emosional spirit seseorang. 
- Teori Dissonansi Kognitif: dikembangkan oleh Leo Festinger. Cara 
kerja teori ini bersifat kognitif, informasi yang dikeluarkan oleh 
informan dianalisa oleh komunikan pesan itu dilakukan atau tidak. 
- Teori Pertukaran Sosial 
- Teori kredibilitas: Informasi itu dapat dipercaya jika informan 
bersifat siddiq (dapat dipercaya atau telah ketahu jarang berbohong). 
Dikembangan oleh Ali Mafuz} adalah Mesir. 
- Teori Inokulasi: Cara kerja teori ini informasi disuntikan kepada 
audiens kemudian dan informasi itu akan bekejra pada diri audiens 
sehingga dapat merubah prilaku audiens. Dikembangkan oleh 
McGuire (1964)
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

More Related Content

What's hot

54206147 tarbiyah2
54206147 tarbiyah254206147 tarbiyah2
54206147 tarbiyah2Niswa Sweet
 
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...
nuni puspita
 
(B) lembar pengesahan
(B) lembar pengesahan(B) lembar pengesahan
(B) lembar pengesahanYocta Rahman
 
Kti arun apriliani natasya r.
Kti arun apriliani natasya r.Kti arun apriliani natasya r.
Kti arun apriliani natasya r.
Operator Warnet Vast Raha
 
Metodologi penelitian-komprehensif
Metodologi penelitian-komprehensifMetodologi penelitian-komprehensif
Metodologi penelitian-komprehensif
Pustaka Literasi
 
Kti sinar hasri akbid paramata raha
Kti sinar hasri akbid paramata rahaKti sinar hasri akbid paramata raha
Kti sinar hasri akbid paramata raha
Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (6)

54206147 tarbiyah2
54206147 tarbiyah254206147 tarbiyah2
54206147 tarbiyah2
 
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...
 
(B) lembar pengesahan
(B) lembar pengesahan(B) lembar pengesahan
(B) lembar pengesahan
 
Kti arun apriliani natasya r.
Kti arun apriliani natasya r.Kti arun apriliani natasya r.
Kti arun apriliani natasya r.
 
Metodologi penelitian-komprehensif
Metodologi penelitian-komprehensifMetodologi penelitian-komprehensif
Metodologi penelitian-komprehensif
 
Kti sinar hasri akbid paramata raha
Kti sinar hasri akbid paramata rahaKti sinar hasri akbid paramata raha
Kti sinar hasri akbid paramata raha
 

Similar to Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2Syarifudin Amq
 
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2Syarifudin Amq
 
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin Amq
 
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin Amq
 
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin Amq
 
Profil : Ki manteb soedharsono
Profil : Ki manteb soedharsonoProfil : Ki manteb soedharsono
Profil : Ki manteb soedharsono
Rachardy Andriyanto
 
PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN kuantitatif
PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN kuantitatifPENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN kuantitatif
PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN kuantitatif
CARNAWICARNAWI
 
Perbedaan Telepon dan Telepon Seluler
Perbedaan Telepon dan Telepon SelulerPerbedaan Telepon dan Telepon Seluler
Perbedaan Telepon dan Telepon SelulerMateri Kuliah Online
 
KBK SD 04. matematika
KBK SD 04. matematikaKBK SD 04. matematika
KBK SD 04. matematikaJasmin Jasin
 
Kti prilo
Kti priloKti prilo
Kti prilo
prilopradana28
 
Kbk sd 05. pengetahuan alam
Kbk sd 05. pengetahuan alamKbk sd 05. pengetahuan alam
Kbk sd 05. pengetahuan alamJasmin Jasin
 
Kbk sd 08. t i & k
Kbk sd 08. t i & kKbk sd 08. t i & k
Kbk sd 08. t i & kJasmin Jasin
 
Kelas 10 sosiologi_1_suhardi_sri_sunarti
Kelas 10 sosiologi_1_suhardi_sri_sunartiKelas 10 sosiologi_1_suhardi_sri_sunarti
Kelas 10 sosiologi_1_suhardi_sri_sunartiRizal Ferdiand
 
RAHMIATI_BUKU_STATISTIKA KEPENDIDIKAN_OK.pdf
RAHMIATI_BUKU_STATISTIKA KEPENDIDIKAN_OK.pdfRAHMIATI_BUKU_STATISTIKA KEPENDIDIKAN_OK.pdf
RAHMIATI_BUKU_STATISTIKA KEPENDIDIKAN_OK.pdf
ROFIFAHM
 
SMP-MTs Kelas09 bahasa dan sastra indonesia 3 maryati sutopo
SMP-MTs Kelas09 bahasa dan sastra indonesia 3 maryati sutopoSMP-MTs Kelas09 bahasa dan sastra indonesia 3 maryati sutopo
SMP-MTs Kelas09 bahasa dan sastra indonesia 3 maryati sutoposekolah maya
 
SD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendySD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendysekolah maya
 
Kelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiati
Kelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiatiKelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiati
Kelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiatiw0nd0
 
SD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umi
SD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umiSD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umi
SD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umisekolah maya
 
SD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendySD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendysekolah maya
 
Kbk sma 15. t i & k
Kbk sma 15. t i & kKbk sma 15. t i & k
Kbk sma 15. t i & kJasmin Jasin
 

Similar to Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2 (20)

Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
 
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
 
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakom
 
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakom
 
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakom
 
Profil : Ki manteb soedharsono
Profil : Ki manteb soedharsonoProfil : Ki manteb soedharsono
Profil : Ki manteb soedharsono
 
PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN kuantitatif
PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN kuantitatifPENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN kuantitatif
PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN kuantitatif
 
Perbedaan Telepon dan Telepon Seluler
Perbedaan Telepon dan Telepon SelulerPerbedaan Telepon dan Telepon Seluler
Perbedaan Telepon dan Telepon Seluler
 
KBK SD 04. matematika
KBK SD 04. matematikaKBK SD 04. matematika
KBK SD 04. matematika
 
Kti prilo
Kti priloKti prilo
Kti prilo
 
Kbk sd 05. pengetahuan alam
Kbk sd 05. pengetahuan alamKbk sd 05. pengetahuan alam
Kbk sd 05. pengetahuan alam
 
Kbk sd 08. t i & k
Kbk sd 08. t i & kKbk sd 08. t i & k
Kbk sd 08. t i & k
 
Kelas 10 sosiologi_1_suhardi_sri_sunarti
Kelas 10 sosiologi_1_suhardi_sri_sunartiKelas 10 sosiologi_1_suhardi_sri_sunarti
Kelas 10 sosiologi_1_suhardi_sri_sunarti
 
RAHMIATI_BUKU_STATISTIKA KEPENDIDIKAN_OK.pdf
RAHMIATI_BUKU_STATISTIKA KEPENDIDIKAN_OK.pdfRAHMIATI_BUKU_STATISTIKA KEPENDIDIKAN_OK.pdf
RAHMIATI_BUKU_STATISTIKA KEPENDIDIKAN_OK.pdf
 
SMP-MTs Kelas09 bahasa dan sastra indonesia 3 maryati sutopo
SMP-MTs Kelas09 bahasa dan sastra indonesia 3 maryati sutopoSMP-MTs Kelas09 bahasa dan sastra indonesia 3 maryati sutopo
SMP-MTs Kelas09 bahasa dan sastra indonesia 3 maryati sutopo
 
SD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendySD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendy
 
Kelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiati
Kelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiatiKelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiati
Kelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiati
 
SD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umi
SD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umiSD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umi
SD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umi
 
SD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendySD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendy
 
Kbk sma 15. t i & k
Kbk sma 15. t i & kKbk sma 15. t i & k
Kbk sma 15. t i & k
 

More from Syarifudin Amq

Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin Amq
 
Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin Amq
 
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin Amq
 
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin Amq
 
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin Amq
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin Amq
 
Syarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin Amq
 
Syarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin Amq
 
Syarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin Amq
 
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin Amq
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin Amq
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin Amq
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin Amq
 

More from Syarifudin Amq (20)

Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasi
 
Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.
 
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013
 
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
 
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
 
Syarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain cover
 
Syarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwah
 
Syarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan media
 
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
 
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
 
Syarifudin,zakat
Syarifudin,zakatSyarifudin,zakat
Syarifudin,zakat
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
 
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
 

Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2

  • 1. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 0 METODE PENELITIAN DAKWAH & KOMUNIKASI
  • 2. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 1 METODE PENELITIAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI Oleh: Syarifudin
  • 3. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 2 Syarifudin METODE PENELITIAN: Dakwah dan Komunikasi @ Edisi Pertama, Cetakan Ke-II Kencana, 2011 009 Hak Penerbitan Pada wad@akomsmart Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dengan cara apapun termasuk dengan cara fotocopy, tanpa izin sah dari penerbit Cover : Dinograf Percetakan : wadakomsmart offset Lay-out : Khuzainil Perpustakaan Nasional : Katolog dalam tahun terbitan (KDT) Syarifudin, M.Sos.I METODE PENELITIAN:Dakwah dan Komunikasi Ambon: www.hhttp; wadakomsmart Ed. I Cet. I; 148 halaman: 21.5X15.5 cm ISBN: 1973-0617-062-0 Cetakan ke I; 17 Juni 2011 wadakomsmart Ambon-Indonesia
  • 4. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 3 Kata Pengantar Berkat iradah dan karunia-Nya Allah swt sehingga mendapatkan sebuah perbendaharaan yang paling indah dalam metode penelitian dakwah dan komunikasi. Ilmu ini sifatnya ringan dibawa, dan bersinar jikala sepi serta membantu jika susah, ia adalah ilmu. Buku ini termasuk serpihan dari jutaan kajian ilmu sehingga memilih salah satu bidang kajian yakni metode penelitian dakwah dan komunikasi kontemporer sebagai bahan pelengkap bacaan bagi praktisi dan ilmuan dakwah dan komunikasi. Penulis harus jujur bahwa karya ini bukan murni pemikiran dari penulis sendiri tetapi, karya banyak orang. Kerena tidak ada karya seseorang yang tak lepas dari bantuan pemikiran orang lain. Penulis dibantu oleh berbagai pandangan dan karya penulis sebelumnya terutama pemikiran Ali Mahfuz} pendiri ilmu dakwah di Mesir, Muhammad Ali Aziz(ilmuan dakwah, Sugiono, Sutrisno Hadi, Buku Panduan karya Ilmiah UIN Makassar tahun 2009, Mustarin Singke, Deddy Mulyana, Jalaluddin Rahmat, Stephen Littlejhon(ahli komunikasi), Bogdan, Denis McQuwail, Lexy Moleong, Burhan Bungin, Sapian Faisal, Robert K.Yin. Inovasi dan inspirasi dari berbagai literatur inilah yang penulis kemas menjadi metode penelitian dakwah dan komunikasi yang selama ini masih langkah dibahas secara spesifik oleh ilmuan dakwah dan komunikasi. Metode penelitian dakwah dan komunikasi dalam sarat dengan perspektif, paradigma, citarasa dan metode penelitian sosial yang dapat memudahkan mengungkap problematika Dakwah dan Komunikasi dan kajian sosial lainnya. Buku ini lahir dari kelangkahan buku rujukan metode penelitian dakwah dan komunikasi. Buku ini sulit hadir didepan anda tanda bantuan para Dosen yang ahli dibidangnya sehingga kami minta keikhlasan ilmunya sebagai guru, serta ucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Firdaus Muhammad, M.A dan Dr. Amar Ahmad, M.A (Dosen Komunikasi Islam).
  • 5. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 4 2. Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.A dan Dr. Suf Kasman, M.A (Jurnalistik Dakwah). 3. Dr. Arfah Siddiq, M.A dan Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.A (Media Dakwah Kontemporer). 4. Kepada Ibunda tercinta yang selalu mendoakan saya serta Istri dan anakku Khuzainil Ardiansyah, Abdul Raihan, dan Andi Wahyuni Ardani yang lucu sebagai inspirator dalam kesulitan moga dibalas dengan karuniah yang lebih besar lagi. Dengan demikian, hanya kepada Allah swt kami mengharap bimbingan, hidayah, intuisi dan penalaran yang tajam sehingga panca indra kami dapat merekam pesan-pesan Allah yang sifatnya tampak maupun yang tidak tampak. Akhirnya hidupku, matiku dan seluruh perbuatanku aku pasrahkan kehadirat Allah swt sebagai penguasa alam semesta, dan hanya Allah yang Maha mengetahui dan Maha bijaksana melalui contoh dari Sunnah Rasullullah saw. Penulis Syarifudin
  • 6. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 5 DAFTAR ISI Kata Pengantar ......................................................................................... iii-iv Daftar isi ..................................................................................................... v-vi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latarbelakang ............................................................................ 1 B. Identifikasi Permasalahan .......................................................... 3 BAB 2 LANDASAN FILOSOFIS A. Ilmu Dakwah dan Komunikasi ................................................. 6 B. Pengertian penelitian ................................................................. 6 C. Landasan Normatif. ................................................................... 6 D. Manusia dan masalahnya ........................................................... 8 E. Kajian Filosofis ........................................................................ 20 1. Ontologi .............................................................................. 24 2. Epistemologi ....................................................................... 28 3. Aksiologi............................................................................. 39 F. Berpikir reflektif ...................................................................... 40 G. Penelitian Natural/Kualitatif ................................................... 47 BAB 3 TEORI DAKWAH DAN KOMUNIKASI A. Pengertian ................................................................................ 50 B. Ruang lingkup Kajian Teori .................................................. 52 C. Kajian Teori ............................................................................. 54 1. Dakwah ............................................................................... 54 2. Komunikasi ......................................................................... 56 D. Jenis Karya Tulis Ilmiah .......................................................... 59 E. Bahasa Karya Tulis Ilmiah ...................................................... 62 BAB 4 METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................ 65 B. Teknik mengungkap pakta (eksplanasi) .................................. 74 C. Proses Pengambilan Data ....................................................... 78
  • 7. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 6 D. Skala Pengukuran Istrumen. .................................................... 81 E. Teknik Analisa Data. ............................................................... 85 1. Teknik Analisis Data kuantitatif ...................................... 85 2. Teknik Analisis Data kualitatif ........................................ 87 BAB 5 MODEL ANALISIS DAN PENDEKATAN A. Pengertian ................................................................................ 89 B. Analisis teks dan bahasa .......................................................... 89 1. Konten Analisis (analisis isi) .............................................. 91 2. Analisis Bingkai (Framing analysis) .................................. 92 3. Analisis Semiotik ............................................................... 93 4. Analisis Hermeneutika ....................................................... 96 C. Analisis tema-tema budaya ..................................................... 96 1. Analisis kinerja dan individual ........................................... 97 2. Analisis Focus Group Discussion (FGD) ........................... 98 3. Analisis Studi Kasus ........................................................... 98 4. Analisis teknik biografi .................................................... 100 5. Analisis SWOT ................................................................. 100 6. Analisis dokumenter ........................................................ 103 7. Analisis Digital forensip ................................................... 104 BAB 6 PETA DAKWAH DAN KOMUNIKASI A. Pengertian .............................................................................. 105 B. Ruang lingkup penelitian ....................................................... 109 C. Peta Dakwah dan Komunikasi ............................................... 111 D. Sinopsis Penelitian Kualitatif ............................................... 113 BAB 7 TEKNIK PENULISAN A. Teks (Bagian Tubuh Tulisan) ................................................ 128 B. Kutipan dalam Teks ............................................................... 131 C. Pustaka ................................................................................... 151 TEKNIK PENULISAN Artikel Internasional
  • 8. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 7 A. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Spirit penelitian ilmu komunikasi adalah firman Allah swt menjelaskan dalam Al-Quran surah Al-Imran ayat 190 yang menyuruh manusia menelah, meneliti, dan menggunakan potensi akal untuk membaca tanda-tanda pergantian siang dan malam seabgai objek penelitian. Perintah penelitian ini Allah informasikan dalam QS Al-Imran/3: 190.             Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Ayat ini memberikan perintah untuk meneliti proses pergantian siang dan malam sebagai khazanah dan kekayaan fenomena yang perlu diperhatikan secara cermat dengan menggunakan metodologi yang sistematis dan akurat sehingga tidak keliru dalam menentukan kebijakan dan kesimpulan. Salah satu tanda-tanda kebesaran Allah swt ketika cermat dan sistematis membaca tanda-tanda perubahan sosial. Hal ini bisa terwujud ketika para calon peneliti memiliki 3 fasilitas: 1. Calon penelitia cerdas membaca tanda fenomena sosial dan peka terhadap sebab perubahan sosial. 2. Calon peneliti memiliki kecerdasan memahami tanda sebagai objek penelitian, mampu memahami kronologis mulai dari awal sampai saat ini. Analoginya dari sebutir benih menjadi pohon yang besar. a. Model pertama dalam memahami objek penelitian bisa menggunakan panca indra baik lahir maupun batin. Caranya baca sabbhisma rabbikal ‘ala.
  • 9. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 8 b. Model kedua baca bismillah niatkan dalam hati moga apa yang dipahami dari kebesaran Allah bisa mendapatkan hikmah yang besar bagi kemaslahatan umat manusia. c. shalat sunat minta pentunjuk pada Allah kemudian baru memahami objek yang akan diteliti. PERBEDAAN JENIS RISET/PENELITIAN Penelitian Sehari-Hari Penelitian Ilmiah 1. Intuisi 2. Anggapan Umum(Common Sence). 3. Tidak ada aturan dalam memahami, menjelaskan, dan memberi nilai. 4. Dilakukan setiap saat dan pilih-pilih (selektif). 5. Kebetulan 6. Lebih fokus pada kebutuhan pribadi. 1. Menelaah, menjelaskan, dan memberi nilai objek penelitian berdasarkan teori. 2. Sistematis, terstruktur, dan bisa diferifikasi kembali dengan metode yg diterapkan. 3. Memiliki rencana 4. Objektif, tidak memihak apalagi menghakimi objek penelitian. Menggambarkan apa adanya dengan menawarkan gagasan dan ide baru yang manfaatnya lebih besar bagi umat manusia. 5. Fokus pada bidang keilmuan yang digunakan untuk memahami realitas. CIRI DAN KARAKTERISTIK METODE ILMIAH 1. Bersifat Publik a. Tergantung pada informasi/realitas yang ada. b. Memberitahukan hasil risetnya pada orang lain. c. Sangat terbukan terhadap koreksi dan ferifikasi untuk mendapatkan ide dan gagasan yang lebih baik. 2. Objektif a. Di atur dalam metodologi yang telah disepakati secara ilmiah. b. Berhubungan dengan fakta-fakta tidak memihak karena sifatnya pada kemaslahan umat manusia.
  • 10. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 9 3. Empirikal a. Sifat penelitian dapat diukur dengan pengetahuan manusia. b. Menolak penelitian yang sifatnya tidak bisa dideteksi oleh panca indra. c. Konsep harus didefinisikan secara jelas untuk memudahkan orang lain memahami apa yg dimaksudkan. 4. Sistematis/Kumulatif a. Review literatur; artinya menelaah literatur yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan publik. b. Ide dan gagasan berpotensi memberikan regulasi yang lebih banyak manfaatnya. c. Memiliki konsistensi(istiqamah) yg tinggi agar tidan menimbulkan tafsiran yang berganda terhadap istilah yang digunakan 5. Prediktif a. Hasil penelitian dapat dijadikan kebijakan dan mampu memprediksi kejadian masa depan yang akan terjadi. 6. Dapat difevikasi kembali Metode yang digunakan terus berkembangan dan diperbaiki untuk lebih mendalam dan akurat prediksi penelitian yang dilakukan. Metode penelitian ini lahir akibat dari kemajuan kemampuan cara berpikir manusia untuk memperbaiki, memudahkan, dan menyelesaikan permasalahan kehidupan manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Cara mengungkap fakta tersebut berdasarkan pengamatan melalui realitas (data-data) yang didapatkan melalui ketajaman dan kecerdasan indrawi menelaah realitas sosial. Ketajaman analisis sebuah masalah dan keluasan kegunaan sebuah penelitian akan melahirkan perbedaan antara strata kajian S1, S2 dan S3. Oleh karena itu calon peneliti perlu memilih, memilah, dan menetapkan masalah yang dianggap dapat dikaji berdasarkan fakta dan referensi yang dapat mendukung temuan anda. Penelitian yang bermutu tinggi akan tetap menjadi rujukan calon peneliti dan akan tetap bertahan sepanjang masa. Hasil penelitian itulah yang akan menjadi amal jariah secara on line,
  • 11. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 10 sebagaimana James Watt menemukan energy listrik sampai sekarang ini tetap digunakan untuk kemaslahatan umat manusia moderen dewasa ini. Seni mendapatkan informasi dan memproduksi informasi dalam penelitian dakwah dan komunikasi termasuk seni dokumentasi data dari hasil temuan peneliti. Data yang valid adalah data yang diperoleh bedasarkan kaidah-kaidah ilmiah yakni metode pengumpulan data dan analisis serta dilandasi oleh motivasi (niat) yang jujur dan objektif untuk kemaslahatan umat manusia. Kejujuran peneliti dan objetifitas pengambilan data baik pustaka dan data lapangan dibutuhkan kredibilitas peneliti sendiri. Karena hal ini berhubungan dengan keabsahan data yang akan dijadikan sebagai pendapat atau hujjah dalam melakukan dakwah dan komunikasi. Dengan demikian kejujuran peneliti yang professional harus dilandasi oleh sifat: 1. Siddiq (dapat dipercaya), 2. Tablig (Memiliki kecerdasan menyampaikan pesan) 3. Amanah (bertanggungjawab) 4. Fat}anah (cerdas berpikir, menyampaikan argumentasi, dan cerdas prilaku sebagai tada keilmuannya. Keempat kriteria sifat yang harus dimiliki oleh seorang peneliti. Sifat ini akan berhubungan dengan validitasi data yang sesuai kriteria ilmiah seperti: 1. Data dapat dipertanggungjawabkan. 2. Memiliki sistematika dan mekanisme yang dapat diikuti oleh orang lain. 3. Kebenaran data bersifat universal 4. Tidak bertentangan dengan akal/Rasio 5. Dapat diferifikasi 6. Dapat dicernah oleh indra 7. Tidak bertentangan dengan Agama
  • 12. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 11 Metodologi penelitian dakwah dan komunikasi termasuk mekanisme dan cara menghimpun data sama dengan metode penelitian pada umumnya yakni mengumpulkan data, menganalisis data dan mengambil kesimpulan. Kesimpulan yang valid jika didukung oleh data yang lengkap dan memiliki kualitas data yang kredibel. Kredibilitas data yang valid jika harus didukung oleh teori ilmu pengetahuan Ontologi (ilmu tentang wujud/yang ada), Epistemologi (ilmu tentang cara menyusun Ilmu), dan Aksiologi (nilai etika dan estetika ilmu). Metode penelitian dakwah dan komunikasi terus mengalami perkembangan sesuai dengan ledakan jumlah penduduk, dan perkembangan teknologi canggih sebagai instrumen kemajuan ilmiah. Fummel (1958) menegaskan bahwa kajian akademik terus mengalami kemajuan cara menyelesaikan permasalahan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah. Kajian akademik khususnya metode penelitian dakwah dan komunikasi sampai saat ini masih mendapat problematika yang cukup signifikan. Kajian ilmu tidak terbatas ia berjalan terus sesuai perkembangan manusia dalam mencari kebenaran baik kebenaran positifistik, kebenaran relatifitas dan kebenaran Mutlak yaitu Allah swt. Akhir dari ilmu adalah membentuk prilaku manusia menjadi insan, dan akhlaqul qarimah dalam menyebarluaskan ilmu untuk mencapai rahmat bagi alam semesta. B. Identifikasi Permasalahan Metode dakwah dan komunikasi jika melihat hasil penelitin yang ada masih jauh dari apa yang diharapkan banyak problematika ilmu dakwah dan komunikasi yang sampai sekarang ini belum banyak disentuh oleh para praktisi dan ilmuan dakwah dan komunikasi khususnya penyebaran informasi kepada lapisan-lapisan masyarakat. Dengan demikian perlu di indentifikasi problematika tersebut untuk menelaah, menyelidiki dan memahami bagaimana metode penelitian yang kredibel berdasarkan pada teori ilmu pengetahuan yaitu ontologi,
  • 13. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 12 epistemologi dan aksiologi sebagai instrument ferfikasi metode penelitian dakwah dan komunikasi. Metode penelitian dakwah dan komunikasi sampai saat ini jika belum maksimal memberikan kontribusi signifikan akibat permasalahan sebagai berikut: 1. Pemerintah belum menjadi hasil kajian ilmiah sebagai informasi yang penting dalam membuat kebijakan. 2. Banyak hasil penelitian yang tidak layak menjadi penentu kebijakan. Peneliti dalam melakukan penelitian kurang mempertimbangkan azas manfaat, baik manfaat akademik maupun manfaat praktis. 3. Mekanisme pengambilan data cenderung belum maksimal memenuhi kaidah-kaidah penelitian sehingga peneliti kerap kali mengambil jalan pintas sehingga hasil penelitiannya kurang kredibel. 4. Peneliti belum menjadi sebuah instrument Pemerintah untuk membuat kebijakan yang strategis tetapi lebih pada kepentingan pribadi. 5. Jasa peneliti belum dihargai oleh Pemerintah sesuai profesionalisme dalam mengungkap probelmatika. 6. Peneliti di bidang akademik cenderung mulai sifat instan, yang penting cepat selesai sehingga melakukan hal-hal yang kerap kali bertentangan dengan kaidah metodologi penelitian. 7. Kurangnya panduan peneliti dalam bidang Dakwah dan komunikasi. Rumpun ilmuan dakwah dan komunikasi khususnya di Kementrian agama kurang memiliki para ahli sehingga perkembangannya kurang signifikan. Dari identifikasi permasalahan tersebut, maka perlu buku panduan peneliti khusus bagi konsentrasi dakwah dan komunikasi untuk memudahkan para ilmuan dan praktisi dakwah dan komunikasi dapat maksimal melakukan penelitian yang dapat memberikan kontribusi serta
  • 14. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 13 solusi berupa rekomendasi dan kebijakan strategis pada kementrian agama dan instansi lain yang terkait sehingga, terjadi perubahan sosial yang lebih baik di Indonesia. Perubahan sosial dapat terjadi jika ada temuan seperti contoh penemuan media teknologi komunikasi telah terbukti telah melakukan perubahan sosial yang sangat cepat terhadap masyarakat dunia. Temuan ini, termasuk penemuan yang spektakuler dari hasil analisis dan pendekatan ilmiah yang mendalam. Selain analisis dan pendekatan metode penelitian dakwah dan komunikasi yang tidak kalah penting menurut Mustarin Singke adalah tulisan itu harus runtut adalah dan memiliki satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai contoh: 1. Pemilihan masalah harus jeli melihat hubungan dan batasan masalah tersebut. 2. Relevansi antara Masalah dengan judul. 3. Relevansi antara judul bab dengan sub masalah. 4. Relevansi antara Bab dengan Bab. 5. Hubungan submasalah dengan tujuan, saran dan rekomendasi. 6. Hubungan kesimpulan dan sub-sub masalah 7. Relevansi antara kesimpulan, masalah dan abstrak. Inilah yang akan menjadi perhatian serius dalam buku metodologi penelitian dakwah dan komunikasi. A. Pengertian penelitian BAB 2 LANDASAN FILOSOFIS Metode penelitian dalam bahasa inggris disebut sebagai science research method metodologi berasal dari kata metodologi maknanya ilmu yang menyelidiki, menelaah, cara pencarian, penyusunan, pengejaran, atau
  • 15. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 14 penelitian. Research artinya melakukan pencarian. Berarti metodologi penelitian adalah seperangkat ilmu pengetahuan tentang langkah-langkah, sistematis logis, tentang mekanisme pencarian data yang berkenan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis kemudian diambil kesimpulan dan rekomendasi demi kemaslahatan umat manusia. B. Landasan Normatif. Penelitian yang baik perlu memiliki landasan kebenaran korenspodensi, koherensi, pragmatis, khusuli dan khuduri. Sejak awal prinsip ini perlu dibangun untuk menentukan instrument (alat ukur kebenaran) dalam melihat problematika berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Bagi kaum positifisme kebenaran empiris yang menjadi alat ukur, tetapi untuk rumpun ilmu dakwah dan komunikasi Islam melakukan kolaborasi antara khusuli dan hudhuri dengan aliran empirisme, positifisme, dan idealisme. Metode penelitian yang telah dianalisis perlu memperhatikan nilai-nilai etika dan estetika keilmuan sehingga dapat dikategorikan sebagai ilmu. Pemberlakuan unsur-unsur tersebut biasanya ditetapkan secara khusus untuk konteks lingkungan akademik yang tertentu. Walaupun begitu, secara umum, unsur-unsur di bawah ini dipandang berlaku umum dalam setiap penulisan karya tulis ilmiah. 1. Memelihara kejujuran, ini berarti tulisan yang disajikan bukan merupakan milik orang lain. Penulis karya tulis ilmiah harus secara jujur membedakan antara pendapatnya dan pendapat orang lain yang dikutip. Pengutipan pernyataan dari orang lain harus diberi kredit, pengakuan atau penghargaan dengan cara menyebutkan sumbernya. 2. Menunjukkan sikap rendah hati (tawa>d}u‘). Karya tulis ilmiah, misal-nya, tidak perlu mengobral kata-kata atau istilah-istilah asing dalam konteks yang tidak tepat dan perlu karena penulis bermaksud mema-merkan kemampuannya dalam bahasa asing yang bersangkutan. Biasanya, penulisan kata-kata asing diperlukan jika padanannya
  • 16. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 15 dalam bahasa Indonesia belum ada atau dianggap belum tepat. Begitu juga pengutipan dan perujukan silang (cross reference), baik dalam catatan kaki maupun dalam daftar pustaka, sebaiknya tidak memuat literatur-literatur yang tidak relevan dengan topik karya tulis ilmiah, sebab yang demikian itu dianggap hanya memamerkan kekayaan literatur dan kemampuan bahasa (asing) penulisnya saja. 3. Bertanggung jawab atas informasi dan analisis yang diungkapkan, serta tidak melemparkan kesalahan yang terdapat dalam karya tulis itu kepada orang lain, atau pihak lain. 4. Bersikap terbuka, dalam arti memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk memeriksa kembali kesahihan data dan fakta yang dikemukakan dalam karya tulis ilmiah itu. 5. Bersikap cermat dalam mengemukakan data, pernyataan, penulisan nama orang, nama tempat, ejaan, dan lain-lain. Kesemberonoan dan kemalasan dalam melakukan pengecekan ulang terhadap data yang dikemukakan menunjukkan rendahnya etika dan tradisi ilmiah sese-orang. 6. Bersikap objektif dalam menyajikan uraian. Salah satu faktor yang menunjang sikap objektif dalam mengemukakan argumentasi dalam sebuah uraian adalah pemahaman yang memadai tentang aturan-aturan berpikir yang benar, yang dikenal dengan logika. Pemahaman terhadap bidang pengetahuan ini memungkinkan seseorang menghindari prosedur dan cara-cara berpikir yang salah (logical fallacies). C. Manusia dan masalahnya Kesulitan-kesulitan dalam menghadapi masalah disebabkan oleh dua faktor yaitu pertama; orang kurang tahu caranya memecahkan masalah yang dihadapi itu. Kedua; orang kurang ilmu atau informasi tentang cara menyelesaikan permasalahan tersebut. Semakin banyak masalah yang
  • 17. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 16 dihadapi seseorang semakin sedikit ilmunya dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Orang yang memiliki banyak cara menyelesaikan permasalahan hidupnya secara praktis umumnya cerdas keluar dari masalah yang dihadapi, pengetahuan semacam ini disebut ilmu praktis/terapan. Ilmu adalah kumpulan pengalaman-pengalaman kebenaran yang telah dirasakan secara kontinyu oleh manusia dihimpung dalam satu struktur kalimat. Cara penyelesaikan seseorang membutuhkan standar kebenaran sebagai panduan penyelesaian masalah sebagai kebenaran yang disepakati yang tertuang dalam bentuk aturan normatif oleh masing-masing komunitas sesuai agama, budaya, dan idiologinya. Dalam kajian dakwah dan komunikasi ukuran ilmiah berangkat dari kebenaran korespondesi, koherensi, pragmatis, khusuli dan khuduri. Dalam menyelesaikan permasalah menurut ilmu pengetahuan yang telah ditemukan oleh para ilmuan yaitu cara berpikir analistik dan cara berpikir sintetik. Filosofi Penelitian Kualitatif Sanapiah Faisal menganalogikan metodologi penelitian kualitatif seperti lampu lalulintas (traffic lights) yang berfungsi sebagai pengatur arus gerak kendaraan bermotor yang melintas di persimpangan jalan. Jika lampu mera menyala maka kendaraanpun berhenti. Pertanyaannya adalah apakah arus gerak kendaraan itu termasuk bersifat mekanistik? atau bersifat otomatiskah prilaku para pengendara kendaraan tersebut? atau pengedara kendaraan itu mencerminkan mekanisme kausal? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut ternyata tidak tunggal. Jawabannya sangat bergantung pada aliran pemikiran atau tradisi pemikiran atau idiologi kebenaran yang dianut. Jawabannya tergantung pada pemikiran filsafat yang dianut khususnya tentang mekanisme dalam proses ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dalam kajian metode dakwah dan Komunikasi Islam ini lahir untuk memperkaya dan memberi nilai etika dan estetika kepada teori-teori
  • 18. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 17 komunikasi moderen yang berkembang di Eropa dan di Indonesia yang tampaknya indah dipandang mata tetapi kering dengan nilai-nilai moral keilmuan. Dampak ini akibat kekeliruan membangun aksiologi keilmuan dari warisan pemikiran Ibnu Rus, Ibnu Sina yang diadopsi oleh dunia Eropa kurang memahami proses penerapan ilmu sehingga dapat memicu pola pikir praktisi ilmuan menilai manusia hanya sekedar materi belaka. Kekeliruan tersebut berpengaruh terhadap bangunan epistemologi keilmuan, sehingga melahirkan eksplotasi terhadap alam, pelacuran sumber-sumber energi tanpa ada program konservasi alam. Orientasi epistemologi keilmuan melahirkan idiologi kapitalis, materialisme, positifisme dan pragmatisme yang berdampak pada teori ilmu komunikasi. Hemat penulis ini telah menyalahi adab/etika keilmuan yang merubah pola pikir manusia menjadi bijaksana, cinta alam dan berbakti pada Tuhan sebagai sumber ilmu. Dalam mendapatkan ilmu tradisi eropa tidak memiliki adab/etika dalam mendapatkan ilmu sehingga ilmu yang diproduksi cenderung liar dan tidak bisa di jinakkan. Sehingga lahirlah produk demokrasi sebagai bentuk produk ilmu yang semata-mata mencari kemenangan tetapi tidak mencari kebenaran inilah fakta dari ilmu yang kering dengan nilai-nilai etika dan estetika. Gregori Bateson juga memberikan sanggahan yang sangat tegas oleh sebagian ilmuan barat yang beridiologi empirisme, materialism, dan idialisme juga telah menyalahi kaidah-kaidah epistemologi yang bertentangan dengan nilai-nilai h}ikmah. Implikasi epistemologi yang keliru tersebut, berkorespondesi terhadap produk teknologi dan komunikasi moderen yang menyebabkan rusaknya lapisan-lapisan alam, insektisida, polusi, lapisan ozom rusak, jalur lalu-lintas pesawat terbang, jarahan radioaktif, lalu-lintas informasi dan menopoli satelit. Semua ini diakibatkan oleh kekeliruan membangun epistemologi ilmu pengetahuan karena motivasi kapitalisme yang tidak
  • 19. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 18 terkenali dijadikan idiologi dalam keilmuan yang berdampak pada penerapan ilmu itu. Hemat penulis inilah prediksi Ali bin Abi Thalib yang dikutip Amsal Baktiar bahwa celakalah orang yang tidak mengetahui apa hakikat ilmu pengetahuan tetapi tidak pernah bersujud pada pemberi ilmu pengetahuan itu. ilmu ruhani akan hilang meninggalkan materi ilmu. Kelihatan hanya jazat ilmu yang tampak menarik dipermukaan tetapi kering dengan nilai kearifan, melainkan ia bringas laksana beringasnya harimau lapar. Kebringasan itu tampak pada pencitraan negara Timur Tengah dan asia tenggara dicitrakan lewat propaganda komunikasi lewat teknologi informasi guna merusak citra masyarakat Timur Tengah sesama ciptaan Tuhan yang diberi ruang untuk hidup diplanet bumi. Sikap yang sama juga diprediksikan oleh Bacon mengenai ciri epistemologi keilmuan Barat yang mendewakan materialisme dan sekularisme yang ingin menguasai alam adalah mustahil. Bacon menilai bahwa epistemologi ilmu pengetahuan era sekarang hanya menarik secara bentuk tetapi kurang memiliki jiwa perbaikan akibat proses epistemologi yang keliru. Produk epistemologi ilmu komunikasi cenderung memengaruhi, menjajah dalam berbagai macam produk keilmuan seperti, demokrasi, budaya, teknologi dan eksploitasi sumber daya alam baik laut, maupun udara karena idiologi yang dibangun adalah idiologi materialisme yang berlebihan. Dampak negatif dari kekeliruan epitemologi tersebut, melahirkan gempa dimana-mana serprti Aceh tahun 2003 Jepang tahun 2011, kerusakan alam, polisi udara, darat semua ini tidak terlepas dari kekeliruan membangun epistemologi ilmu pengetahuan. Gejolak penjajahan keilmuan barat tersebut sehingga perlu diberikan nilai aksiologi Islam yang berbasis pada Al-Quran dan Sunnah sehingga nilai informasi itu memiliki unsur ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qana>ah. ada titik temu antara ilmu langit dan ilmu alam. Doktrin sumber komunikasi Islam yang tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw merupakan
  • 20. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 19 sumber primer materi pengetahuan yang perlu didesain menjadi ilmu pengetahuan yang memiliki fungsi kearifan antar sesama manusia. Wacana komunikasi Islam disusun kemudian direalitaskan dalam bentuk Aqidah, syariah dan Akhlaq dalam tataran implementatif trilogi ini harus menyatu dalam membangun disiplin ilmu komunikasi Islam yang permanen. Al-Quran, Sunnah Rasulullah, Fenonema alam wadah kajian ontologi yang dapat mengungkap wujud sumber pengetahuan yang tersirat dalam Al- Quran dan Sunnah perlu dieksplorasi menjadi materi keilmuan bagi konsentrasi dakwah dan komunikasi. Disiplin ilmu komunikasi Islam di Fakutas Dakwah dan Komunikasi di seluruh Indonesia belum menjadi konsumsi permanen tetapi hanya sebatas wacana pengetahuan semata belum menjadi sebuah disiplin ilmu yang dapat diferifikasi secara ilmiah. Kajian ini menjadi penting untuk mendapatkan format komunikasi Islam yang berasal dari perpaduan antara komunikasi murnih yang bercorak bottom up dan komunikasi Islam yang bercorak top douwn serta bagaimana model integrasinya dengan disiplin ilmu dakwah dan komunikasi murnih. Al-Quran dan Sunnah sebagai wujud pengetahuan tersebut, perlu didialogkan dengan fakta empiris tentang proses komunikasi sesama umat manusia yang sesuai nilai-nilai Al-Quran dan Sunnah. Untuk mendialogkan Al-Quran dan Sunnah tersebut membutuhkan teori ilmu pengetahuan untuk mendapatkan sumber materi kemudian disusun secara sistematis sesuai kaidah-kaidah logika matriil filsafat ilmu pengetahuan berdasarkan pada aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini sangat memungkinkan dengan adanya sumber pengetahuan dalam Al-Quran dan Sunnah jika melihat objek pengguna komunikasi Islam yang berjumlah 5 Milyar jiwa, yang berbeda-beda suku etnis, agama, budaya secara naluri membutuhkan pola komunikasi yang dapat menyehatkan jiwa, serta meminimalisasi terjadinya konflik maka peran komuniksi Islam sangat dibutuhkan.
  • 21. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 20 Untuk menjadikan materi pengetahuan yang telah ditemukan dalam ayat Al-Quran dan Sunnah tersebut, perlu diproses lewat epistemologi sebagai teori ilmu pengetahuan yang mengkaji dan menyelidiki secara sistematis wujud materi yang telah didapatkan dari penelusuran ayat Al-Quran, Sunnah dan fakta empiris yang dapat cernah oleh akal dan panca indra menjadi sebuah bangunan keilmuan yang mandiri. Setelah telah disusun materi pengetahuan tersebut di dalam mesin epistemologi secara sistematis maka proses selanjutnya ilmu tersebut dinilai manfaat bagi kemaslahatan umat dalam teori ilmu pengetahuan yakni aksiologi. Teori ilmu ini menyelidiki, mengkaji dan menelaah nilai etika dan estetika dari materi ilmu tersebut. Permasalahannya adalah komunikasi Islam masih bersifat parsial belum berdiri menjadi satu disiplin tersendiri. Pertanyaan adalah bagaimana cara komunikasi Islam dapat menjadi disiplin ilmu yang mandiri, dan bagaimana pola integrasinya dengan disiplin ilmu dakwah dan komunikasi. Dalam makalah ini penulis rumuskan menjadi 3 pokok masalah yaitu: 1. Apa materi Dakwah dan komunikasi Islam dalam kajian ontologi, epistemologi, dan aksiologi? 2. Bagaimana menyusun teori kebenaran menurut Dakwah dan komunikasi Islam dalam kajian ontologi, epistemologi, aksiologi? 3. Mengapa harus ada proses integrasi komunikasi Islam dakwah dan komunikasi? Untuk menghindari pemahaman yang keliru terhadap judul makalah ini, maka perlu penulis jelaskan makna leksikal dan gramatikal kalimat dari judul makalah ini. Hal ini dilatarbelakangi banyaknya pemahaman makna lain dari kata dan kalimat dalam judul makalah di atas. Pengertian Komunikasi Islam: Ilmu yang menyelidiki dan mempelajari secara sistematis, analitis, proses pengiriman pesan dan penerimaan informasi yang dapat merubah prilaku manusia menjadi lebih baik
  • 22. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 21 berdasarkan sifat komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq. Definisi komunikasi Islam di atas maka proses selanjutnya adalah mendesain materi komunikasi Islam baik objek formal (materi keilmuan) dan objek informasi (Prilaku komunikasi manusia). Semua ini diferifikasi dalam mesin teori ilmu yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi. Komunikasi Islam adalah: disiplin ilmu yang menyelidiki, mempelajari, dan menelaah secara kritis sistematis, proses komunikasi dengan Allah, manusia dan alam baik yang bersifat rasional maupun metarasional, menurut sifat, tujuan fungsi dan metodenya. Metarasional juga adalah sebuah realitas yang dapat dirasakan serta dapat berpengaruh pada objek yang matriil (prilaku manusia). Komunikasi Islam bersumber dari Al-Quran dan Sunnah yang mengungkap cara berkomunikasi para Nabi dan Rasul Allah, khususnya sifat komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. manusia dan alam semesta. Adab penyebaran dan penerimaan informasi melalui komunikasi Islam dalam mengekspresikan informasi lebih menekankan pada perubahan prilaku yang dapat memacu suasana kebatinan untuk gemar melakukan komunikasi secara baik (ah}san). Tradisi dan prinsip dasar komunikasi Islam adalah gemar berkomunikasi yang dapat menyehatkan jiwa menjadi baik. Menyehatkan jiwa termasuk fungsi komunikasi Islam yakni, didasari oleh niat baik dalam mengubah sikap, memengaruhi, mendidik, memperbaiki prilaku komunikasi yang dalam bentuk interpersonal, antarpersonal, kelompok maupun secara massa. Fungsi komunikasi Islam mencerahkan, menginformasikan, menghibur, dan memperbaiki masyarakat. Kegemaran berkomunikasi dengan baik inilah yang perlu diimplementasikan dalam bentuk empiris. Mekanisme prilaku empiris dakwah dan komunikasi dapat dilakukan melalui metode komunikasi Islam dengan berbagai macam cara yaitu Teknik jurnalis Islam, Hablum minallah, Hablum minannas, kaligrafi,
  • 23. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 22 komputer grafis, desain komunikasi visual Islam, khabar, jadilhum, dan arsitektur teknologi informasi Islam. Dan analisis sistem informasi Islam. Dengan demikian komunikasi Islam merupakan suatu sistem dari sumber Al-Quran dan As-Sunnah, serta perenungan ekperimen rasional dan metarasional yang memiliki satu kesatuan secara sitematis berdasarkan kaidah-kaidah normatif yang dapat difahami lewat Al-Quran dan As- Sunnah. Pemikiran komunikasi Islam menyatu dengan pemikiran teori komunikasi Islam. Sejarah komunikasi Islam tidak terlepas dari pergumulan dengan warisan teologi klasik yang Pergolakan studi pemikiran Islam klasik melahirkan faham besar yang menguasai pemikiran dunia Islam yakni faham kejabariahan dan keqadariahan. Perdebatan teologi ini melahirkan cara pandang dalam memahami komunikasi Islam dan alam realitas. Warisan peradaban keilmuan klasik sangat menentukan target kemajuan ilmu pengetahuan pada masa yang akan datang. Paradigma komunikasi Islam ini tentunya membutuhkan kajian ilmiah, yang menjadi under line adalah faham kejabariahan dan keqadariahan tersebut telah menjadi kekayaan khazanah pemikiran komunikasi Islam dalam pengembangan keilmuan. Hemat penulis faham kejabariahan dan keqadariahan secara empiris yang menguasai pola pikir keilmuan komunikasi Islam dewasa ini. Perkembangan tiga mazhab teologi besar yakni, Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidiyah peletak dasar konstruksi pemikiran komunikasi Islam yang memiliki wawasan keislaman dan corak komunikasi yang berbeda-beda secara teologis. Perbedaan ini lahir dari proses komunikasi yang panjang sehingga menghasilkan wawasan dialektika komunikasi Islam hingga sekarang. Perdebatan dalan sejarah peradaban Islam klasik ini hemat penulis satu kekayaan intelektual dalam bidang komunikasi Islam. Dari proses ontologi para ilmuan baik filosof maupun agamawan sangat memengaruhi pola pengembangan keilmuan Komunikasi Islam khususnya
  • 24. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 23 dalam membangun idiologi kebenaran. Semua ini akan berdampak pada pengembangan keilmuan. Hemat penulis dalam bangunan teori dalam komunikasi Islam harus lahir dari rahim akumulasi Al-Quran, Sunnah, dan peradaban keilmuan yang ada di dunia barat dan timur. Karena ilmu itu otoritas Tuhan yang ditempelkan pada diri manusia yang lemah, kemudian dengan ilmu manusia dapat berbuat kebajikan, kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan kemaslahatan seluruh makhluk Tuhan di permukaan bumi ini. Untuk menghindari hal tersebut, kajian komunikasi Islam harus lahir dari rahim Al-Quran dan Sunnah yang didesain berdasarkan kaidah dialektika logika yang baik, kemudian dikonfirmasikan dengan fakta empiris. Adapun ciri dari ilmu pengetahuan komunikasi Islam yaitu ada perbedaan ontologi, epsietemologis dan aksiologis dengan ilmu komunikasi murni. dibangun ada beberapa kriteria proses ontologi yang perlu menjadi pertimbangan dalam mendesain ilmu pengetahuan. Banyak terminologi Al-Quran yang memiliki potensi sumber ilmu pengetahuan disiplin ilmu komunikasi Islam yang bercorak perumpamaan (Ams}al). terlebih dahulu perlu diketahui apa hakikat manusia sebagai makhluk yang diberi kuasa oleh Allah menjadi khalifah yang diberi amanah membangun peradaban dunia berdasarakan kekuatan akal sehingga dapat mengungkap yang abstrak menjadi nyata. Selain itu unsur yang perlu ada dalam sebuah bangunan ilmu adalah aspek objeknya, darimana sumber materi pengetahuan tersebut, apa hakikatnya, bagaimana cara menyusunnya sehingga menjadi satu disiplin ilmu baru, mungkinkah manusia dapat memahaminya, sampai dimana batasannya, apa manfaatnya dan mengapa ilmu ini harus lahir. Manusia sebagai penemu ilmu diciptakan memiliki peran memakmurkan dunia ini berdasarkan informasi wahyu langsung maupun tidak langsung serta batas kekuatan, kelemahan, hal yang diketahui, yang tidak dapat diketahui yang diberikan kepada Allah. Manusia sebagai makhluk
  • 25. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 24 komunikasi Al-Quran menginformasikan dengan menggunakan huruf alif, nun dan sin semacam insan, ins, nas, atau unas, basyar, bani adam dan zurriat Adam. Kata basyara di ambil dari kata basyarah yang artinya kulit yang indah yang berbeda dengan kulit binatang lain. Dalam QS Al- Kahfi/18: 110 Allah menginformasikan Terjemahnya: Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". Ayat ini memberikan isyarat bahwa dari sisi basyar manusia semua sama secara anatomi diproses berdasarkan sunnahtullah yang sama. Hal ini membuktikan bahwa yang akan membedakan manusia yang satu dengan lain adalah kreatifitas mendapatkan ilmu. Semakin berkembang peradaban keilmuan seseorang semakin canggih budipekerti dan kesejahteraan hidupnya. Semakin banyak ilmu kebaikan yang diinput melalui panca indra semakin arif dalam melakukan tata tertib cara berkomunikasi, semakin banyak menginput informasi negatif semakin tinggi kecendrungan berkomunikasi yang tidak Islami. Potensi manusia dalam menemukan ilmu banyak diinformasikan dalam Al-Quran seperti: QS At-Tin/95:5, Al-Isra/17: 70, QS Ibrahim/14: 34, QS Al-Kahfi/18: 54. Potensi untuk mengetahui nama dan fungsi benda alam, manusia terdiri dari Jazat : ( Unsur: Jiwa, Naps, Akal, Hati, dan fuad). ( Unsur Sifat: Air, Api, Tanah dan Angin (AATA/Hamba) Unsur cosmos kemudian Allah fasilitasi rahasianya (Ruh), semua kekuatan yang Allah berikan kepada manusia ini memiliki potensi melakukan rekayasa wujud-
  • 26. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 25 wujud yang ada sesuai kadar yang telah ditentukan Allah swt dalam menjelajahi alam semesta ini. Arip Tiro dalam bukunya bagaimana aku berfikir. Ia menjelaskan pentingnya dialektika berfikir unruk mendapatkan pengetahuan yang melalui panca idra yang diberikan Tuhan. sesuai kemampuan panca indra dalam menginterpretasi simbol-silmbol alam semesta ini sebagaimana di informasikan dalam QS Al-Baqarah/2: 31-33. Terjemahnya: 31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar. 32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan. TerjemahanQS Al-Baqarah / 2 : 31 yakni memberikan penjelasan proses pancaindra merekam peristiwa terhadap terhadap tanda/simbol alam yang dapat ditangkap oleh panca indra. Memperhatikan geonologi benda dan fenomena yang tampak pada diri manusia dan alam dalam melakukan komunikasi. Dalam tafsiran lain terjemahan hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, karena arti hakim ialah: yang mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti Hakim.
  • 27. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 26 F. Kajian Filosofis Komunikasi Islam dalam makalah ini akan diwarnai oleh tradisi filsafat Islam di mana ada 3 mazhab dominan di dalamnya yakni mazhab peripatetik dengan tokoh Al-Farabi dan Ibnu Sina mudah dengan warna rasionalistik Aristotelian yang begitu khas, mazhab illuminasionis (isyraqi) dengan tokoh Suhrawardi Al-Maktul dengan corak sintesis antara rasionalisme Aristotelian dengan intuisi neo-Platonisme, sehingga mazhab Isyraq menggabungkan antara pemikiran rasional dengan pemikiran intuitif yang bersumber dari wujud sang filosof melalui metode riyadhah. Mazhab yang ketiga adalah al-Hikmah al-Muta’alliyah dengan tokoh Mulla Shadra, mazhab ini bercorak Isyraqi hanya saja Mulla Shadra menambahkan dimensi wahyu sebagai sumber sah gagasan filosofis. Dari uraian ini terlihat bahwa pertentangan antara pengetahuan filsafat dan pengetahuan mistik hanya terjadi pada mazhab peripatetik sedangkan pada mazhab isyraqi dan Al-hikmah Al-muta’alliyah, filsafat justru dijadikan lidah bagi pengungkapan pengetahuan-pengetahuan batin. 1. Sumber pengetahuan: Pengetahuan mistis bersumber dari kedalaman wujud sang mistikus, ini berdasarkan kaidah ke-aku-an. Pengetahuan adalah wujud itu sendiri, sepanjang hal-hal ilusif ke-dia-an yang memakai topeng ke-aku-an tidak ditanggalkan, maka wujud/pengetahuan akan tetap bercampur dengan ketiadaan/kebodohan. Ke-dia-an (identitas ilusif aksidental yang menempel dan terpahami sebagai hakikat-esensial seperti pangkat, harta, garis darah) mesti dilebur, seperti emas yang dibakar agar logam selain-emas bisa sirna, kedalam identitas sejati yakni kebergantungan dan kefakiran itu sendiri terhadap Wujud Wajib, yakni Kekasih Sejati. 2. Alat/medium pengetahuan: Pengetahuan mistis diperoleh melalui hati atau jiwa yang dibersihkan dari hal-hal yang menempelinya seperti hasrat dan ketamakan, kebencian dan permusuhan, serta hal-hal yang tidak adil lainnya (ifrat dan tafrid). Keadaan yang mesti digapai sang
  • 28. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 27 mistikus adalah keadaan washatan atau pertengahan, yang berkonotasi terhadap keadilan atau menempatkan sesuatu pada tempatnya. 3. Objek pengetahuan:Pengetahuan mistis juga menjadikan wujud sebagai objek kajiannya, hanya saja dalam perkembangan selanjutnya, para mistikus menganggap bahwa wujud hakiki hanya milik Tuhan semata, dan seluruh mahluk hanya memiliki wujud metaforis belaka, seperti pohon dan bayangannya atau matahari dan sinarnya. Keduanya, matahari dan pohon, eksis hakiki. Sedangkan bayangan pohon dan sinar matahari eksis hanya sebagai efek atau subordinasi dari pohon dan matahari. 4. Cara memperoleh pengetahuan: Sang mistikus melakukan apa yang disebut olah batin atau riyadhah yang disebut juga aktifitas untuk menyingkirkan segala `ke-dia-an` sehingga yang tinggal hanya aku di mana aku adalah `engkau` itu sendiri, ini berdasarkan hadist dari Nabi Suci Saw. Bahwa Barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya`. Riyadhah bisa berbentuk zikir, shalat, puasa, atau aktivitas-aktivitas manapun yang dianggap bisa meleburkan ego-rendah ke dalam Ego-Ilahiyah. Poin lain yang mesti dicatat dalam cara pengetahuaan mistik diperoleh adalah penekanan pada otoritas dan tradisi, sehingga kehadiran pembimbing spiritual (mursyid) adalah sesuatu yang vital. Teori kebenaran yang paling kuno adalah teori pengetahuan ontologi, epiatemologi dan aksiologi yang pertama kali digunakan oleh Thales. Sumber ilmu pengetahuan komunikasi Islam didapatkan dari berbagai sumber ilmu yaitu dari Al-Quran dan Sunnah dan fenomena alam yang saling melengkapi dan tidak bertentangan dengan usaha mencari kebenaran. Corak dan watak ilmu pengetahuan menurut Basman kerap kali dipengaruhi oleh aliran subjektivitas dan objektivitas para ilmuan
  • 29. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 28 berdasarkan fakta empiris dan standar kebenaran yang dibangun, sesuai dengan kekuatan referensi yang ditelaah oleh panca indra. Masalah Pokok yang dibahas dalam filsafat komunikasi Islam:Ontologi (Wujud Metafisika): Mengkaji, menyelidiki tentang wujud Teologi, Kosmologi dan Antropologi komunikasi Islam. Epistemologi: Cara mengetahui wujud mengkaji, menyelidiki tentang hakikat pengetahuan, sumber pengetahuan dan metode pengetahuan komunikasi Islam. Aksiologi: Mengkaji, menyelidiki tentang etika (akhlaq natural dan akhlaq teologis), dan Estetika (keindahan natural dan keindahan teologis) komunikasi Islam. Ontologi: berasal dari bahasa Yunany yaitu ontos dan logos. Ontos artinya: Sesuatu yang ada. Ontologis adalah teori ilmu tentang hakikat yang ada yang menyelidiki apek teologis, kosmologi dan antropologi. Hal ini juga diteguhkan oleh Neong Muhajir dalam bukunya filsafat ilmu ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh wujud tetapi ia adalah inti materi yang bersifat universal. Epistemologi: berasal dari bahasa Yunani yakni episteme dan logos. episteme artinya pengetahuan atau kebenaran, logos artinya:pikiran kata atau teori. Cara menyusun secara sistematis sumber pengetahuan yang telah diproses oleh teori wujud pengetahuan (ontologi) menjadi sebuah bangun ilmu pengetahuan yang bebas tekanan psikologi. Aksiologi: berasal dari bahasa Yunani axios berarti nilai dan logos berarti teori. Cara pengelolaan ilmu dengan menelaah aspek etika dan estetika dari objek materi ilmu tersebut. Integrasi komunikasi Islam dengan Dakwah dan Komunikasi murnih adalah penulis menggunakan terminology Firdaus yaitu penyatuan displin ilmu tetapi tidak merubah jenis materi ilmu tersebut. Ketiga teori ilmu pengetahuan ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap praktisi ilmuan dalam mendesain disilpin ilmu. Ilmu yang mandiri memiliki struktur, sistematika yang bersifat universal, dapat diferifikasi dan dapat dicernah oleh indra manusia. Konsep teori ini yang
  • 30. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 29 berkembang didunia barat dan hampir seluruh lembaga akademik. Tapi penulis memilih 3 teori kebenaran yaitu kebenaran empiris, kebenaran relatifis, kebenaran pragmatis, yang bersifat linier dan unlinier (meta empiris) inilah yang akan menjadi standar kebenaran ilmu komunikasi Islam dalam kajian makalah ini. 1. Ontologi Aspek kajian ontologi komunikasi Islam meliputi wujud teologi, kosmologi dan antropologi. Para filosof pada masa pemerintahan Mu’tazila selain melakukan proses kontenplasi, juga mengembangkan dan memaksimalkan fungsi rasionalisme dan empirisme sebagai cara mendapatkan pengetahuan untuk mengetahui alam realitas dengan melakukan investasi ilmu dengan menerjemahkan buku-buku filsafat Yunani kedalam bahasa Persia dan Arab. Pada prinsipnya sumber pengetahuan komunikasi Islam bersifat top down maka difahami dalam Al-Quran QS Ar-rahman/55: 1-5 Allah menginformasikan lewat wahyu-Nya mengajarkan manusia pandai berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal lewat simbol-simbol qaulia dan kauniah yang dapat dicernah oleh panca indra oleh manusia. Al-Quran dan Sunnah banyak menginformasikan wujud komunikasi Islam lisan dan menggunakan media pena, tinta dan al-Qalam. Wujud komunikasi Islam dalam Al-Quran dan Sunnah yang akan menjadi sumber teori dalam komunikasi Islam adalah sebagai berikut:  Komunikasi bi al-Lisan, (Verbal) bi al-Qalam (NonVerbal) dan bi al- Hal (Bodi Language/Komunikasi Tindakatan nyata).  Komunikasi Islam bentuk ilmu al-Badi (ilmu tentang cara mengatur keindahan bahasa), ilmu al-Ma’ani (ilmu tentang cara memberikan pemahaman) dan al-Bayan yakni (ilmu yang memberikan penjelasan).
  • 31. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 30  Komunikasi Islam bentuk. Ams}al Musarrahah, adalah yang didalamnya dijelaskan dengan lafadz masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih.  Amtsal Kaminah, yaitu yang didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamsil (pemisalan), tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada orang yang serupa dengannya. Ams}al Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz} tasybih secara jelas.  Komunikasi Qaulan baligan, Qaulan kariman QS Al-Isra/17: 23, Qaulan layyinan QS Taha/20:44, Qaulan Ma’rufan QS Al-Baqarah/2: 235, QS An-Nisa/4:5, Al-Ahzab/33: 32. Qaulan maisyura QS Al- Isra/17: 28 Qaulan Sadidan. Instrumen Al-Quran di atas sebagai bentuk-bentuk metode komunikasi Islam dan termasuk materi komunikasi Islam yang membutuhkan epistemologi yang rapih sehingga memberi manfaat dan kemudahan bagi praktisi keilmuan dalam bidang komunikasi Islam. Cara Allah swt memberikan informasi kepada umat manusia yang dpat dijadikan sebagai sumber pengetahuan (bahan mentah ilmu) yang kelak di konstruksi menjadi ilmu pengetahuan hemat penulis perlu bantuan ilmuan tafsir dan ahli komunikasi Islam dalam membangun khazanah komunikasi Islam yang lebih konprehensip sehingga dapat menjelajahi pesan-pesan komunikasi Islam dalam memahami Al-Quran dan Sunnah. Berikut ini penulis kutip ayat dalam QS Arhman/ 55: 1-5 yang ditejermahkan secara sederhana berikut ini. Terjemahnya: 1. (tuhan) yang Maha pemurah, 2. yang telah mengajarkan Al Quran. 3. Dia menciptakan manusia. , 4. mengajarnya pandai berbicara.5. matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Terjemahnya:
  • 32. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 31 Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An-Nahl/16:125). Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Sumber pengetahuan komunikasi Islam secara lisan dalam ayat tersebut memberikan gambaran bahwa banyak materi pengetahuan (firman Allah swt) yang perlu dikomunikasikan dengan fakta empiris yang selama ini belum digaraf tuntas oleh para ilmuan komunikasi murni yang lahir di dunia Eropa. Sumber pengetahuan komunikasi Islam dalam bentuk verbal dan non verbal penulis dapatkan dalam Al-Quran dan Sunnah berupa pena, tinta dalam Al-Quran dan Sunnah berulan menyebutkan keutamaan pena dan tinta. Salah satu aspek komunikasi Islam yang terdapat dalam QS Al- Fussilat/41:33 Terjemahnya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" Ayat ini memberikan informasi bahwa manusia itu dikukur pada lisannya. Sebaik-baik lisannya maka orang tersebut termasuk dalam manusia yang ahsan(baik). Hal ini sesuai dengan makna ) علم ( ain, lam, dan mim. Simbol ‘ain berbentuk mulut bermakna menghimpun ilmu sebanyak-banyaknya, simbol lam menjulang ke atas bermakna memanjatkan ilmu itu kepada Allah sehingga ilmu itu berberkah, dan simbol mim bermakna ilmu harus pragmatis (bermanfaat bagi kemaslahatan umat) serta berbekas perbaikan setiap melakukan hamblum minannas kepada sesama manusia dan alam.
  • 33. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 32 Sumber pengetahuan juga dalam Sunnah Rasul saw berulang menyebutkan keutamaan pena dan tinta yang dikeluarkan oleh Abu Hatim dari riwayat Abu Khurairah r.a menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda: Allah telah menciptakan nun yakni dawat . Dalam hadis yang lain Rasulullah saw memberikan informasi kepada manusia yang diriwayatkan oleh Inbu Jarir dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah saw bersabda: Setelah Allah menciptakan nun, yakni dawat dan telah menciptakan qalam, Allah bertitah: Tulislah! Ya Rabbi, apa yang hamba tulis, jawab Allah: Tulislah semua yang ada sampai hari kiamat. Dua hadis di atas memberikan isyarat bahwa kata nun dalam QS Al- Qalam/68: 1 tiada lain adalah dawat atau tinta walaupun sebagian ulama menginterpretasikan pada makna lain. Karena salah satu kehebatan sumber Al-Quran dan Sunnah para ilmuan diberikan banyak pilihan kebenaran sesuai kebutuhan dan motivasinya masing-masing dari kajian ilmuan dalam mendapatkan sumber-sumber ilmu pengetahuan. 2. Epistemologi Ketergantungan manusia pada pengetahuan komunikasi Islam adalah sesuatu yang natural. Ini karena manusia adalah mahluk yang berpengetahuan dalam arti kemanapun dan dimanapun manusia berada, maka ia senantiasa membawa pengetahuan komunikasi Islam bersama dirinya, namun lebih dari itu, kebahagiaan manusia bergantung sepenuhnya pada pengetahuannya; sejauh mana pengetahuannya bersesuaian dengan realitas, maka sejauh itu pula kebahagiaan yang bisa digapainya, sebab pengetahuanlah komunikasi Islam yang menjadikan manusia mampu mengenali realitas dan bertindak sesuai dengan realitas. Sampai pada poin ini, kesesuaian pengetahuan dengan realitas adalah lapis luar dalam analisis kita. Lapis pertama, tentu saja, adalah pertanyaan berikut, apakah pegetahuan itu mungkin? dalam arti sejauh mana pengetahuan itu layak disebut pengetahuan? Tidakkah ia berpeluang
  • 34. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 33 menipu? Analisis kita, jika kedua pertanyaan ini telah terjawab, akan berlanjut pada pertanyaan dengan media apa kita mengetahui? serta apa saja sumber pegetahuan itu? Demikianlah sekelumit pertanyaan yang akan menyapa siapapun yang akan menelisik persoalan epistemologi. Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan, serta logos‘ yang juga berarti pengetahuan, hanya saja yang disebut belakangan ini memiliki nuansa struktural, sistematis dan teleologis. Jadi secara etimologis, epistemologi berarti pengetahuan terstuktur tentang pengetahuan. Untuk lebih gayanya, kita sebut saja epistemologi sebagai teori pengetahuan. Secara terminologis, epistemologi bermakna cabang filsafat yang meneliti pengetahuan dan apa-apa saja yang berkenaan dengannya, semisal sumber pengetahuan, medium/alat pengetahuan, objek pengetahuan dan cara memperoleh pengetahuan. Defenisi lain epistemologi blia diajukan, sebagai bidang ilmu yang membahas pengetahuan manusia, dalam berbagai jenis dan ukuran kebenarannya. Posisi epistemologi sebagai cabang filsafat sangat istimewa, khususnya dalam filsafat Islam. Kecanggihan epistemomologi komunikasi Islam yang dikemas para ilmuan menjadi titik aksentuasi validitas ilmu pengetahuan. Perbedaan titik tekan pada epistemologi memiliki pengaruh terhadap hasil teori yang akan digunakan. proses epistemologi komunikasi Islam Al-Gazali mensintesakan rasionalisme, empirisme, dan kasyf-nya atau hanya mengadalkan kekuatan rasio dan indra saja. Jika dipelajari histografi pergulatan komunikasi Islam yang diwariskan oleh para teolog klasik memberikan inspirasi wawasan yang sangat kaya dengan unsur-unsur metode atau cara melakukan komunikasi khususnya yang berhubungan dengan persoalan eksistensi ketuhanan dan alam kosmos. Konflik pemikiran dan metode dakwah dan komunikasi Islam para teolog klasik ini sangat memengaruhi alam pikiran umat Islam dewasa ini. Tetapi kekeliruan yang dipelihara adalah munculnya pembenaran, klaim
  • 35. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 34 kebenaran terhadap kelompok tertentu dan aliran cenderung alam pikirannya yang paling benar. Hemat penulis ini adalah kekeliruan yang kurang mengungtunkan dalam membangun konstruksi epistemologi dakwah dan komunikasi Islam. Tetapi harus kritis melihat perdebatan para teolog klasik ini, maka banyak hikmah, pelajaran dan kekayaan epitemologi komunikasi Islam yang dapat dipilih untuk membangun arsitektur konstruksi epistemologi komunikasi Islam permanen yang dapat memberikan kontribusi dan pelajaran bagi pengembangan komunikasi Islam dewasa ini. Hemat penulis komunikasi Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah serta warisan kekayaan intelektual para teolog klasik serta fenomena alam semesta perlu dikomunikasi dengan fakta empiris dewasa ini, bagaimana proses komunikasi profetik, komunikasi spiritual, komunikasi telepati, intrapribadi, antar individu, antar kelompok, massa, antar budaya sesama bangsa dan antar negara sekalipun. Karunia Allah swt yang paling besar adalah diberi kekuatan berpikir dan kepekaan rasa sehingga dapat menangkap pesan atau tanda-tanda kebesaran Tuhan kemudian melakukan ekperimen-eksperimen teknologi yang dapat memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Hemat penulis unsur-unsur media perakam ilmu pengetahuan manusia adalah sebagai berikut: unsur-unsur pendeteksi materi pengetahuan dalam dakwah dan komunikasi Islam. a. Ruh (rahasia Allah) b. Akal (Logika) c. Al-Sama’u (Pendengaran) d. Al-Absa>ru (Penglihatan) e. An-Naps (Napsu) f. Al-Fu’a>du (Hati) Semua fasilitas yang Allah berikan ini, sebagai alat pendeteksi, perekam, fenomena alam untuk melahirkan kebenaran dan proses penyusunan pengetahuan menjadi sebuah bangunan ilmu pengetahuan. Unsur-unsur
  • 36. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 35 primer (penyebab pertama) lahirnya komunikasi Islam yang bersumber dari Allah yang Esa. Manusia diciptakan berasal dari sumber 4 anasir yaitu: Air, Api, tanah dan Angin kemudian Allah tempelkan rahasianya(ruh)/integrasikan dengan 4 anasir menjadi 5 unsur tersebut sehingga membentuk namanya manusia yang fitrah. Kata fitra berasal dari al-fatar (bayangan pencipta) sehingga sangat memungkinkan menjadi khalifah di Bumi. Dalam komuniksi Islam banyak inspirasi metode tomunikasi yang dapat dijaidkan sebagai pedoman dala melakukan komunikasi untuk menghindari terjadinya komunikasi yang tidak efektif adalah sebagai berikut: 1. Taqwallah Lugah (Takut berkomunikasi yang salah) 2. Da’wat al-Na>s bi al-Lisa>n (Berkomunikasi secara verbal). 3. H{usn al-Istima> wa al-Ins}a>t (Adab mendengar dan memusatkan perhatian). 4. Al-Tadabbur (Komunikasi analisis) 5. Al-Muja>dalat bi allati> hiya Ah}san (Komunikasi sharing tingkat tinggi) 6. Husn al-Qawl (pemilihan kata yang baik). 7. Isti’ma>l al-H{awa>s (memaksimalkan panca indra sebagai respon terhadap aksi simbol). Bi H{ikmah wa al-Mau’zah al-H{asanah (Mengungkap hikmah dalam proses komunikasi Islam dalam Nasehat yang baik). 8. Al-Tadarruj fi> ta’dil al-sulu>k (tahapan Komunikasi Islam). 9. Tauzi> Al-Ta’allum (berproses Komunikasi Islam) 10. Al-Intiba>h (menarik Perhatian), Al-Tikra>r (Pengulangan-pengulangan) 11. Al-Qudwah Al-H{asanah (Memiliki nilai entertainer), Al-H{iwa>r (Dialog) 12. Darb al- Amsal wa al-Tawd}ih} al-Hiss>i li al-Ma’ani> (Membuat analog-analog yang mudah dicernah panca indra manusia).
  • 37. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 36 13. Al-Targhi>b wa al-Tarhi>b (Motivasi dan Inovasi) 14. Al-Qissi (Realitaskan dalam bentuk cerita/Kisah Cerita) 15. Al-Ibrah wa Maw’iz}at al-H{asanah (Komunikasi Produktif yang mengadung nilai pelajaran), Al-S|awa>b wa al-‘Iqa>b (Memberikan komunikasi yang sifatnya dapat menekan psikologi). 16. Al-Mumarasah al-Amaliyyah (Pagelaran/Gebyar Komunikasi) 17. Al-Rihlah al-Ilmiyyah (Komunikasi Ilmiyah). 18. Al-Ta’allum Mada> al-H{ayat (Komunikasi sepanjang masa) 19. Fastabiq Al-Khaira>t (kompetisi komunikasi yang baik) 20. Ijad al-Bi’ah al-Islamiyyah (Menciptakan suasana komunikasi yang Islami). Penduduk dunia yang tersebar di planet bumi ini dari sisi basyariah manusia adalah makhluk komunikasi sebagai dasar naluri manusia secara universal. Petunjuk Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber pokok materi pengetahuan perlu pengkajian secara sistematis untuk memudahkan proses desain ilmu pengetahuan bidang komunikasi Islam. Komunikasi Islam yang lahir Top douwn sedangkan komunikasi murnih lahir secara bottom up. Hal ini menarik dialogkan kedua disiplin ilmu tersebut sehingga mendapatkan corak baru dalam pengembangan ilmu pengetahuan baru dari pengembangan konsentrasi dakwah dan komunikasi. Secara ontologi banyak term Al-Quran yang dapat dijadikan sumber pengetahuan yang kelak dijadikan sebagai ilmu pengetahuan dalam komunikasi Islam seperti yang tersurat dalam QS An-Nisa/4: 63, Qaulan baligan, Qaulan kariman QS Al-Isra/17: 23, Qaulan layyinan QS Taha/20:44, Qaulan Ma’rufan QS Al-Baqarah/2: 235, QS An-Nisa/4:5, Al- Ahzab/33: 32. Qaulan maisyura QS Al-Isra/17: 28 Qaulan Sadidan QS An- Nisa/4: 9, QS Al-Ahzab/33: 70-71. Informasi sumber pengetahuan dalam Al-Quran tersebut akan menjadi komponen utama bagi desain ilmu Komunikasi Islam. Sumber pengetahuan
  • 38. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 37 yang terpelihara secara lisan (hafalan) maupun secara konseptual ini adalah objek kajian ontologis bagi desain pengembangan ilmu komunikasi Islam. Untuk mengungkap persoalan metafisik yang ada kaintannya dengan sumber material ilmu komunikasi Islam dalam Al-Quran hemat penulis perlu kesucian jiwa, dan motivasi (niat) yang suci dengan semata-mata mengharap ridha dari Allah sebagai penguasa ilmu dilandasi oleh keahlian dalam bidang ilmu tafsir dan ilmu komunikasi Islam. Karena luasnya khazanah nilai dalam Al-Quran dan substansi pelajaran komunikasi Islam yang tersirat maupun tersurat maka perlu pejelajahan dan pemetaan sumber ilmu pengetahuan yang relevan dengan struktur ilmu komunikasi Islam. Hal ini untuk melakukan pemetaan secara tematik sumber pengetahuan komunikasi Islam dengan melakukan klasifikasi dan spesialiasi dari ayat yang telah ditakrij secara tematik. Komunikasi Islam adalah disiplin ilmu yang membawahi beberapa ilmu-ilmu pengembangan yang erat kaintannya dengan kebutuhan dasar manusia dalam melakukan interkasi khususnya cara berkomunikasi yang bewawasan Islam antara lain seperti: 1. Komunikasi Spiritual: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang dilakukan seara ritual seperti: shalat, haji, puasa, zakat dan tasawuf. 2. Komunikasi Islam Human Realtion dan Public Relation mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam cara membagun jaringan (Hablum minallah, Hablun Minannas dan Alam). 3. Komunikasi Profetik: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul dalam menyampaikan pesan agama dan kehidupan sosial sesuai zamannya masing-masing. 4. Komunikasi Ulil Albab: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang dilakukan secara intrapersonal melalui
  • 39. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 38 penjelajahan berfikir yang mendalam baik yang dilakukan secara qiaman, waqu’udan, dan wajunubihim. 5. Teknologi Komunikasi Islam : Media cetak dan Elektromik (TV, Radio,Hp, Internet baik yang sifatnya global maupun bersifat LANI (Lokal Areal Network Islam). 6. Desain Komunikasi Visual Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang dilakukan secara visualisasi tanda dan simbol-simbol Islam (semiotika Islam) seperti kaligrafi, gambar mekah/kabbah yang bergerak maupun yang tidak bergerak. 7. Komunikasi Global Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang dilakukan sistem telekomunikasi (komunikasi jarak jauh) antara provinsi, antar negara, antar bangsa seperti OKI dan sejenisnya. 8. Komunikasi Telepati: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam seperti ilmu magic, hipnotis dan sejenisnya. 9. Komunikasi Penyiaran Islam; mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep dan pola penyebaran informasi yang dilakukan dengan cara bi al- Lisan, bi al-Qalam, bi al-Hal dengan menggunakan media teknologi informasi. 10. Analogi Komunikasi dalam Al-Quran: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep dan pola penyebaran informasi dengan menggunakan perumpamaan. Biasanya dalam kajian ini hal persoalan abstrak yang direalitaskan. 11. Manajemen Sistem Informasi Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep pembelajaran kepemimpinan diri dan industri masyarakat, manajemen pengembangan sumber daya masyarakat Islam
  • 40. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 39 berdasarkan disiplin ilmu dan keterampilan yang dimiliki sesuai kebutuhan jaman. 12. Psikologi Komunikasi Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep tentang prilaku komunikasi Islam baik sesama suku, bahasa, agama, bangsa dan budaya. 13. Sejarah, dan Filsafat Ilmu Komunikasi Islam serta metode pengembangan dan proses integrasi dengan displin ilmu lain. 14. Komputer grafis Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam dari program komputerisasi bidang desain dan arsitektur seperti merancang masjid yang ASRI (Aman, Senang/ Sejahterah, Ramah dan Indah) dan mendesain pola pencitraan Islam baik bidang cetak maupun bidang animasi, grafika (Dunia Percetakan) dengan menggunakan software 3 D Max, Adop Premier, Corel Draw, Adobe Photosoft dan pelajaran tentang bidang digital printing yang profesional . 15. Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang dapat merubah masyarakat dari prilaku yang kurang baik menjadi prilaku yang gemar berbuat baik. Adanya motivasi yang kuat dalam diri manusia untuk mencapai kebenaran sehingga manusia berlomba-lomba mencari kebenaran tersebut. Berbagai macam pola kebenaran yang lahir dari manusia seperti kebenaran wahyu, kebenaran akal dan kebenaran perasaan. Selain itu ada kebenaran ontologis (kebenaran hakikat), epistemologi (kebenaran berdasarkan pengetahuan manusia yang difahami melalui wahyu dan pengalaman empiris), kebenaran aksiologi (kebenaran berdasarkan etika dan Akhlaq). Banyaknya pemahaman kebenaran inilah sehingga para filosof (ahli hikmah)
  • 41. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 40 mendorong lahirnya epistemologi untuk mendeteksi mana yang mendekati kebenaran hakiki. Motivasi awal proses berpikir manusia adalah untuk mencapai kebenaran yang sedapat mungkin pasti. Tetapi realitas dari hasil pikiran yang dihasilkan belum tentu pasti kebenarannya. Dengan demikian perlu ada ukuran kebenaran untuk menguji proposisi, pendapat berupa pengetahuan yang diproses oleh cara panca indra merespon tanda dari fenomena yang dicernah oleh panca indra manusia. Untuk mengindari konflik pemikiran kebenaran maka perlu standar kebenaran untuk menguji kebenaran yang dihasilkan dari proses ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dalam kajian komunikasi Islam ada 3 teori yang perlu diketahui yaitu: 1. Teori kebenaran bercorak top douwn (kebenaran wahyu) memiliki model komunikasi komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq. 2. Teori kebenaran bercorak bottom up (kebenaran empiris) yang sesuai dengan akal (logis), rasional untuk menguji kebenaran suatu pemikiran. Karakter kebenaran ini sifatnya kebenaran yang hanya dapat dicernah oleh panca indra dan cenderung propaganda. 3. Kriteria kebenaran ilmiah yang dianggap benar bagi para ilmuan Eropa dan sebagian perguruan tinggi Islam di Indonesia, yang berlaku secara umum di dunia akademik diseluruh dunia yang menjadi ukuran dalam mendesain kajian penelitian: a. Sistematis, objektif , Dapat dipertanggungjawabkan b. Bersifat universal, Dapat diferifikasi, Tidak bertentangan dengan akal, c. Memiliki objek formal, Mempunyai metodologi 4. Kriteria kebenaran ilmiah menurut komunikasi Islam: a. Mempunyai metodologi, Sistematis, objektif, Dapat dipertanggungjawabkan
  • 42. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 41 b. Bersifat universal, Dapat diferifikasi, Tidak bertentangan dengan akal c. Memiliki objek formal dan Infomal, dengan nilai materi informasi bersifat ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq. 3. Aksiologi Istilah aksiologi sebenarnya berasal dari kata axios dan logos. Axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori. Aksiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status metafisik dari nilai.1 Dalam pemikiran Yunani studi mengenai nilai pemikiran Plato tentang idea tantang kebaikan, atau yang lebih dikenal dengan summon bonum (kebaikan tertinggi).http://mbasong.blogspot.com/2008/04/aksiologi-ushul-fiqh.html - _ftn2 Diakui, bahwa dengan adanya ilmu pengetahuan, manusia banyak mendapatkan manfaatnya, seperti kemajuan teknologi, kemudahan komunikasi, kelancaran produksi, dan lainya. Pendek kata, ilmu mengabdi kepada masyarakat sehingga menjadi sarana kemajuan guna menemukan harta-harta ciptaan Tuhan. Berdasarkan perspektif filsafat, dapat dikatakan bahwa fungsi dan kegunaan (aksiologi) suatu ilmu adalah untuk memecahkan persoalan yang dihadapi manusia.http://mbasong.blogspot.com/2008/04/aksiologi-ushul-fiqh.html - _ftn3 Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya "Filsafat Ilmu", mendefinisikan aksiologi dalam dua tahap. Tahap pertama, ilmu yang otonom terbebas dari segenap nilai yang bersifat dogmatic (bebas nilai) maka dengan leluasa ilmu dapat mengembangkan dirinya (fungsi internal). Tahap kedua, ilmu juga bertujuan memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut 1Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 95.
  • 43. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 42 untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Berbekal konsep mengenai kaitan antara hutan gundul dan banjir, umpamanya ilmu mengembangkan teknologi untuk mencegah banjir. Pamor Aksiologi sebagai salah satu bidang kajian filsafat ternyata belum mendapat tempat yang layak bagi para ilmuan dan filsuf ilmu, khususnya dalam kajian filsafat Ilmu. Selama ini, yang sering mendapat perhatian adalah aspek Ontologis dan Epistemologis ilmu. D. Berpikir reflektif Kasih sayang Allah kepada umatnya diberi karunia berupa kemampuan berpikir, melihat, mendengar, merasa, dan memperhatikan tanda-tanda kebesaran Tuhan yang dibentangkan di alam semesta ini. Prinsip ilmu pengetahuan dialetika (seni berpikir) untuk mendapatkan materi pengetahuan yang ada dilangit dan alam semesta. Substansi dari kreatifitas berpikir adalah menjadi orang bijaksana dalam menelaah permasalahan yang ada. Berpikir adalah proses mengenal sesuatu sehingga menghasilkan ‚pengetahuan‛ yang bakal menjadi ilmu pengetahuan inilah proses ontologi yang digunakan oleh praktisi ilmuan mulai dari Thales, aristoteles, Plato Al-Farabi, Thomas Aquinus dan tokoh-tokoh ilmuan lainnya sampai pada aliran rasionalis yang melahirkan aliran moderen sebagai warisan seni berpikir oleh para ilmu di masa moderen yang akrab dikenal dengan aliran strukturalime dan pragmatisme. Dari gambaran aliran strukturalime dan pragmatisme para tokoh filosof ini, dapat dipahami bahwa berpikir adalah seni mengolah pesan dari proses komunikasi intrapersonal melalui pengalaman hidup yang direspon oleh panca indra kemudian dikemas secara sistematik sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan yang berguna bagi orang lain. Dalam seni berpikir ada beberapa kategori cara berfikir, hal ini menunjukkan tidak semua kerja
  • 44. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 43 berpikir ini dapat menjadi pengetahuan, tetapi ada kaidah-kaidah yang ditemukan oleh para ilmuan. Pandangan seni berpikir ini terbagi menjadi dua yaitu seni berpikir yang dilakukan oleh para filosof dan seni berpikir yang dilakukan oleh ilmua agama. Dalam pembahasan ini penulis mengkaji ilmuan secara umum dan ilmuan agama dalam menangkap pesan-pesan atau tanda-tanda fenomena alam dibentangkan Tuhan lewat fenomena alam semesta ini. sebagai berikut: Cara Berpikir reflektif menurut para filosof: a. John Dewey mendefinisikan berpikir reflektif adalah: proses interpretasi simbol yang direkam oleh mata dan dikonsultasikan oleh otak kemudian lahirlah pengetahuan. Seperti contoh jika melihat seekor burung terbang kemudian secara reflektif burung itu dilihat dengan panca indra mata manusia maka rekaman proses tersebut disebut proses berfikir reflektif. b. Berfikir Kreatif: Proses olah otak dalam menangkap gejala kemudian memberikan pengertian terhadap simbol yang dilihat kemudian dicernah oleh otak. Dari cara berpikir inilah melahirkan teknologi untuk memudahkan manusia memberika makna setiap perubahan yang ada disekitarnya maupun diluar pikirannya. Seperti manusia menciptakan alat recorder cahaya, (kamera), recorder audio (suara), recorder inframera dan teknologi komputer yang sekarang ini digunakan manusia. c. Berfikir tepat: proses berpikir seperti ini disebut dengan pemikiran logis artinya semua yang ditangkap oleh panca indra harus sesuai dengan cara kerja akal yang penulis istilakan berfikir linier. Logika ini dijadikan sebagai rumusan berpikir kebenaran. Menurut aliran filosof barat yang berkembang pada abad ke 18-20 didominasi oleh 2 aliran besar yaitu Idialisme yang berkembang di Jerman, dan aliran empirisme berkembanga di Inggris. Tokoh aliran idialisme di jerman adalah Ficte (1762-1814), Hegel (1770-1831), Scheling (1775-1854).
  • 45. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 44 Tokoh aliran empirisme di Inggris John Lucke (1632-1704), David Hume (1711-1776), Herbert Spencer(1820-1903). Kedua aliran memiliki takaran kebenaran masing-masing dalam kajian ilmiah. Kebenaran menurut aliran idealisme mengatakan bahwa kebenaran itu harus sesuai dengan takaran logika, sedangkan menurut aliran empirisme kebenaran itu harus sesuai dengan pengalaman yang dialami oleh panca indra manusia. Dan kebenaran relativisme yang ditemukan oleh Albert Enstein yang berpendapat bahwa semua kebenaran itu bersifat relatif dalam kajian ilmiah. Dan masih banyak lagi definisi kebenaran para ilmuan barat tetapi setidaknya penulis pilih 3 aliran ini karena aliran inilah yang menguasai idiologi kebenaran para ilmuan barat dalam melakukan kajian ilmiah. Cara berfikir reflektif ini dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu cara berfikir rasional dan gabungan rasional-metarasional. Metode berpikir ini dapat lihat pada pihak agamawan khususnya umat Islam mendapatkan kebenaran bersifat top douwn (melalui wahyu) pesan yang di bersumber pada Proses respon dari perjalan spiritual yang difahami lewat wahyu dan warisan teologi klasik para ilmu muslim sehingga mendapatkan kebenaran. Aliran-aliran dalam kaidah berpikir reflektif ini adalah: Mu’tazila, Khawarij, Murjiah, Jabariah, Qadariah, Maturidiyah Syi’ah, dan ahlu Sunnah waljamaah. Semua aliran ini memengaruhi dalam mendesain kebenaran bagi ilmuan bercorak agama khususnya di dunia Islam. a. Berfikir tepat: Semua fenomena alam adalah kebenaran mutlak dari Tuhan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Panca indra manusia menangkap pesan berupa tanda dan simbol-simbol yang dibentangkan oleh alam langsung direkam oleh otak kemudian dikonfirmasi oleh wahyu. karena Allah yang membuka mata hati, mata fisik, dan pendengaran. Tokohnya adalah Ibnu Rusy, Ibnu Sina, Al-Faraby, Al-Kindi.
  • 46. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 45 b. Berfikir Kreatif: Cara berpikir dengan cara melakukan penapsiran terhadap wahyu komunikasi dikomunikasikan atau didialogkan dengan fakta empirik yang dikontrol oleh akal, kemudian disistematiskan oleh logika sebagai metode dialiektika dalam mendesain sebuah pengetahuan. c. Berpikir reflektif: bentuk berpikir seperti ini lebih banyak didapatkan lewat faham-faham jabariah. Menurut faham ini bahwa semua fenomena alam yang tampak ini tidak terlepas dari remout control Tuhan. Sementara aliran qadariah berpendapat bahwa rafleksi berpikir adalah merupakan sunnatullah yang telah di instal pada diri manusia tinggal memaksimalkan saja. Semua aliran Islam di atas menggunakan takaran kebenaran yang difahami lewat wahyu. Proses integrasi komunikasi Islam dakwah dan komunikasi. Setelah melewati pertarungan dialogis dari institusi satu ke institusi yang lain mulai dari abad 19-20 dengan berbagai macam stereotype, prejudice antara science dan agama mulai nampak pertemuan dalam berbagai aspek baik aspek metodologis maupun pembuktian secara ilmiah. Kecendrungan informasi-informasi agama mulai didialogkan dengan temuan-temuan ilmiah. Misalnya ahli fisika, ahli biologi dan ahli tasawuf bertemu pada titik kekaguman Allah atas semua ciptaannya. Walaupun cara bersyukur dan berkontemplasi berbeda tetapi betemu pada pentauhidan Allah swt. Benturan antara ilmu agama dan ilmu terapan dewasa ini tidak lagi menjadi wacana yang produktif, mulai saling menungjang dan mengokohkan antara satu dengan yang lain. Hal ini tampak pada ilmu hadis misalnya menggunakan ilmu sosiologi dan antropologi sebagai ilmu bantu dalam mengungkap peristiwa sosial dan prilaku manusia pada hadis dibukukan. Hal ini menunjukkan perkembangan ilmu komunikasi Islam kedepan memiliki masa depan yang cerah karena komunikasi Islam bersifat
  • 47. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 46 universal karena setiap orang dalam melakukan interaksi senang berkomunikasi dengan cara yang sopan, santun dan dapat dipercaya. Sifat komunikasi Islam itu memiliki unsur ama>nah, fat}a>nah, siddiq, dan qanaah. Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq. Komunikasi Islam salah satu bentuk ilmu baru yang berusaha mengkomunikasi cara-cara komunikasi kenabian (profetik) mulai didialogkan dengan cara komunikasi manusia. Hal ini menunjukkan kajian komunikasi Islam akan menjadi kajian yang menarik dari ssisi pengembangan ilmu pengetahuan karena banyak sekali ilmu langit yang perlu dikomunikasi dengan kondisi di bumi inilah signifikansinya kajian komunikasi Islam. Pertemuan ilmu yang berbeda yang disebut integrasi keilmuan adalah juga termasuk sunattulah dari pengembangan keilmuan. Intergrasi yang dimaksudkan dalam kajian komunikasi Islam ini bersatu tetapi tetap berbeda laksana suami istri perbedaan yang diikat oleh satu akad nikah (ikatan kuat) sehingga hidup menjadi lebih kokok. Begitupula ilmu komunikasi Islam dengan ilmu dakwah dan komunikasi murni. Karena harus diakui pengembangan ilmu bumi telah sampai pada puncaknya dengan ditemukannya teori relativisme. Cara mengukur kebenaran teori ini dalam kajian ilmu empiris bahwa ilmu yang ada di planet bumi ini dicernah panca indra bersifat relatif kebenarannya. Dalam artian semua kebenaran berdasarkan fakta yang dilihat pada saat itu, jika 100 tahun kemudiam lebih berkembang lagi berarti terjadi perubahan cara menentukan kebenaran lagi inilah corak cara kerja teori relatifisme. Sampai sekarang ini belum ada teori yang dapat menggugurkan teori realtifisme tersebut. Jika dianalogikan dengan warisan teologi klasik Jabariah lebih mengandalkan kekuatan Tuhan semata sedangkan Qadariayah mengandalkan sunnah Allah yang telah diciptakan untuk dipergunakan semaksimalkan akal dan perlakuan ekperimen dan kajian-kajian untuk
  • 48. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 47 mengetahui sunnatullah yang dihamparkan di planet bumi ini. Atau dapat diartikan lain bahwa jabariah lebih banyak mengkaji ketahuidan tetapi Jabarian lebih banyak mengkaji ciptaan Tuhan. Begitupula komunikasi Islam dengan komunikasi murni saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Karena memang lahir dari rahim tradisi ontologi dan epistemologi yang berbeda tetapi menuju pada satu titik yakni berusaha melakukan komunikasi yang efektif dan antar sama umat manusia yang berbeda-beda agama, ras, budaya dan bahasa. Prinsipnya Komunikasi Islam dalam penyebaran informasi memiliki indikator informasi seperti ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq. Jika keluar dari kriteria ini maka proses komunikasi tersebut tidak masuk pada wilayah komunikasi Islam. Wallhu wa’lam 1. Sumber ilmu berasal dari satu sumber yaitu Dari Allah Panca indra adalah wadah mendapatkan ilmu. Bentuk komunikasi Islam dalam kajian ontologi, epistemologi, dan aksiologi menggali ide ilmu dari Al-Quran dan Sunnah dengan memaksimalkan panca Indra dan intuisi yang suci untuk mendaptakan ilmu yang suci pula. Semakin suci suasana kebatinan seseorang semakin berkompeten menelaah ayat Qauliah dan Qauniah. 2. Teori kebenaran menurut komunikasi Islam dalam kajian ontologi, epistemologi, aksiologi, Khusuli dan khuduri. inilah kebenaran yang dianut oleh sistem komunikasi Islan memiliki indikator informasi seperti ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah (Keyakinan kokoh pada pencipta Ilmu), Syari’ah (tata tertib kuat dalam berpikir), dan Akhlaq (Kecerdasan budipekerti yang luhur). Inilah kriteria atau indikator komunikasi Islam. 3. Proses integrasi komunikasi Islam, dakwah, dan komunikasi. Setiap ilmu berwatak saling mendukung dan mengkokohkan
  • 49. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 48 sehingga dalam tahap implementatif ilmu komunikasi Islam, ilmu dakwah dan ilmu komunikasi memiliki keterpaduan metodologis sehingga melahirkan banyak premis, paradigma dan citarasa dalam mengungkap, menelaah, memetakan, setiap probelamatika yang dihadapi oleh manusia. E. Penelitian Natural/Kualitatif Mendeskripkan tradisi penelitian kualitatif dalam ilmu sosial dapat diambil analogi ‚arus gerak kendaraan dijalan raya yang dikendalikan oleh lampu merah, hijau dan kuning. Pertanyaannya adalah: a. Adakah teraturan pola arus gerak lalulintas kendaraan paa setiap persimpangan? b. Adakah regularitas arus gerak kendaraan bersifat menistik(seperti mesin)? c. Bersifat otomatikah arus kendaraan tersebut? d. Apakah arus gerak kendaraan pada persimpangan jalan itu bersifat kausalitas? Jawaban atas pertanyaan ini ternyata tidak tunggal berdasarkan mekanisme ilmiah masing sesuai aliran idiologi kebenaran, paradigma, pemikiran yang dianut oleh sang peneliti. Jawabannya tergantung pada cara merekonstruksi data, menyusun data, pendekatan, idiologi kebenaran, dalam mengungkap objek yang diteliti sesuai tingkat kejujuran, kridibilitas, dan kekuatan panca indra menangkap setiap fenomena yang dilihat dilapangan. Dalam kajian ilmiah disepakati beberapa aliran berpikir yang dibagi menjadi beberapa aliran: 1. Inggris dan Perancis: paham kebenarannya harus bersifat: empiris, behaviorisme, naturalism, dan saintisme, positifisme. Pemikiran ini dipengaruhi oleh ilmu-ilmu kealaman atau dikenal dengan istilah
  • 50. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 49 pengaruh Aristotelian. Ia berpandangan bahwa hakikat itu bersifat materi atau kealaman. 2. Jerman dan Amerika: Tradisi pemikiran kebenaran dari Jerman bersifat: Humanistik, relatifitas menganggap manusia adalah segalanya. Pemikiran ini dipengaruhi oleh filsafat rasional (idealisme) Platonis. Pemuka aliran ini seperti: Imanuel Kan, Hegel, David Hum Albert Eistein sehingga mereka terkenal dengan gelaran fenomenologisme. 3. Timur Tengah/Asia Tenggara: Aqidah (idiologi kebenaran mutlak, Syariah (empiris, rasional, humanis, idealisme, behaviorisme, naturalism) dan Akhlaq (khuduri dan ushuli). Ketiga ini menjadi parameter dalam menetapkan kebenaran sehingga dapat menghasilkan ilmu yang memberikan rahmat bagi seluruh alam. Aliran-aliran inilah yang mewarnai mekanisme dalam membingkai standar kebenaran, realitas, dalam memetakan permasalahan sekaligus jawaban. Penelitian natural inilah yang membedakan dengan penelitian kuantitatif yang sifatnya serba kepastian pada kebenaran empiris. Sementara kualitatif lebih pada metode berpikir induktif. Penelitian kualitatif tidak menggunakan rumus statistik dalam menyimpulkan kebenaran tetapi menggunakan berbagai macam analisis kontens, interasionis simbolik, fenomenologi, analisis komparatif, analisis interaktif (simultan bolak balik sampai mendapatkan kebenaran hakikat). dan pendekatan dalam menetapkan kesimpulan. Desain penelitian natural/kualitatif atau format penelitian kualitatif pada umunya sama tergantung target pencapaian dalam mengungkap hal-hal yang abstrak terhadap ketimpangan yang ada pada masyarakat menjadi kenyataan lewat penelitian ilmiah yang dilakukan dalam rangka memberikan solusi dari permasalahan yang krusial sehingga pola kehidupan
  • 51. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 50 ini lebih berkualitas dan memiliki dampak perbaikan hidup lebih bermakna demi kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Penelitian kuantitatif menurut Burhan Bungin (penelitan kualitatif: 2009: 74) lebih menonjolkan hubungan dan pengaruh antar variabel serta jenis pengukuran yang akan dilakukan serta judulnya bersifat pasti. Penelitian kualitatif lebih mengekspos femonena yang berhubungan dengan variabel yang akan di diteliti serta mengungkap semua faktor yang dapat memengaruhi variabel yang akan diteliti. Judul penelitian kualitatif tidak bersifat final. Merancang konsep penelitian kualitatif bersifat kognitif sosiologis dengan menimbah semua data yang berhubungan dengan tema penelitian kita yang didapatkan di lapangan. BAB 3 TEORI DAKWAH DAN KOMUNIKASI Penulisan karya ilmian tidak bisa terlepas dari kajian teori karena teorilah yang digunakan sebagai pemandu dalam menelaah permasalahan yang dihadapi dalam penelitian. Pentingnya kajian teori sehingga perlu penulis deskripsikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian dakwah dan komunikasi. Urgensi teori kajain ilmiah memiliki peran strategis. A. Pengertian Teori Sebelum mengkaji kegunaan teori dalam penelitian dan dakwah dan komunikasi perlu diberi apa itu teori. Teori berasal dari bahasa Yunani, theoria, teori, diartikan sebagai suatu hipotesa yang digunakan untuk menggambarkan fakta tentang keteraturan alam. Contoh teori yang telah dihasilkan oleh para ilmuan seperti: 1. Teori Dakwah Ali Mahfuz} tentang pencitraan bahwa kredibilitas adalah wajib dimiliki oleh setiap informan.
  • 52. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 51 2. Teori Gravitasi Bumi: Setiap benda yang dilemparkan keatas maka pasti jatuh kebumi kembali. 3. Teori Relatifisme: semua yang ada didunia ini serba realitf. 4. Teori Respon balas: setiap simbol yang dilihat manusia pasti direspon oleh panca indra. 5. Teori Media McLuhan adalah: Media merupakan perpanjangan panca indra manusia. Terminologi teori menurut Istilah: 1. Teori kamus Istilah (2006: 270) karya ilmiah popular Yooke Tjuparma adalah: sebagai kumpulan dalil-dalil atau hipotesa sebagai landasan berpikir. 2. Wilbur Schramm (1982: 10) teori adalah: Suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan pada abstransi dengan kadar yang tinggi dan proposisi yang telah teruji secara ilmiah. 3. Stephen W. Littlejohn Teori adalah: Kumpulan eksperimen manusia yang telah teruji kebenarannya. 4. Richard Laningan (1987 : 390) Teori adalah: Studi tentang alam realitas. Atau kumpulan pemikiran untuk mengetahui hubungan antara manusia dengan manusia dan alam. 5. Joseph A. DeVito teori adalah: Hasil pemikiran kebenaran yang didapatkan berdasarkan kajian empiris yang telah diuji objetifitasnya. 6. Jujun Sumantri (2005: 63) teori adalah proposisi tentang cara mengetahui keberadaan zat, pikiran, dan peran manusia di bumi. 7. Deddy Mulayana Teori adalah: Pengalaman eksperimen yang telah dilakukan oleh orang yang ahli dibidannya dan terbukti secara faktual kebenarannya secara terus menerus
  • 53. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 52 8. Jalaluddin Rahmat teori adalah: Proposisi yang telah teruji manfaatnya kepada manusia. 9. Syarifudin teori adalah kumpulan pengalaman ilmiah yang telah diuji kebenarannya dipanggung akademik. B. Ruang lingkup Kajian Teori Setiap teori memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga perlu kecerdasan calon peneliti memilih teori yang paling relevan dengan objek yang dikaji. Ruanglingkup kajiannya penting diberikan batasan untuk memudahkan calon peneliti menyelesaikan permasalahan sesuai waktu, biaya dan kemampuan yang dimiliki. Menyusun karya tulis ilmiah merupakan rangkaian kegiatan menuangkan hasil pemikiran, pendapat dalam bentuk tulisan dengan memenuhi kriteria, etika dan kaidah ilmiah. Seorang penulis mengeksplorasi hasil pemikirannya dalam bentuk tulisan, terlebih dahulu harus mengetahui kriteria dan etika penyusunan karya tulis ilmiah berdasarkan teori-teori dakwah dan komunikasi yang telah diuji kebenarannya sesuai kajian ilmiah dakwah dan komunikasi. Kajian Ilmu Dakwah:dimulai pada tahun tahun 1912 di Mesir oleh Ali Mahfuz} telah banyak memberikan kontribusi pencerahan umat dewasa ini. Hal itu tampak pada perkembangan umat Islam sekarang ini tersebar keseluruh penjuruh dunia yang berjumlah kurang lebih 1,7 milyar. Perkembangan jumlah ini terus meningkat sehingga peranan pengembangan keilmuan dakwah perlu diperluas. Dewasa ini rumpun ilmu dakwah telah berkembang menjadi beberapa bidang ilmu seperti:  Ilmu Dakwah, Managemen Dakwah  Psikologi Dakwah, Bimbingan Penyuluhan  Pemberdayaan masyarakat Islam  Komunikasi Penyiaran Islam  Teknologi Informasi Dakwah (Media Kontemporer)
  • 54. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 53  Studi Naskah Dakwah  Sosiologi Dakwah  Antropologi Dakwah.  Sistem Informasi Dakwah.  Semiotika Dakwah  Jurnalistik Dakwah Inilah rumpun ilmu dakwah yang menjadi kajian ilmiah dipanggung akademik konsentrasi dakwah dan komunikasi khususnya Universitas, IAIN dan STAIN dibawa naungan kementrian agama. Selain Ilmu Dakwah di Universitas, IAIN dan STAIN dibawa naungan kementrian agama di Ilmu Komunikasi juga menjadi konsentrasi bidang kajian ilmiah yang diintegrasikan dengan ilmu Dakwah. Ilmu komunikasi yang bercorak profetik yang lahir dari para ahli dakwah sehingga melahirkan satu ilmu baru yakni komunikasi Islam. Sebagai calon peneliti perlu mengetahui perkembangan teori komunikasi yang sangat pesat. Hal ini dipercepat dengan ditemukannya teknologi informasi. Histografi perkembangan komunikasi tidak terlepas dari jasa-jasa ilmuan eropa yang dipelopori oleh perintis komunikasi masa awal yaitu:  Harol Lasswel  Kurt Lewin  Paul Lazarsfeld  Carl Hovland  Wilbur Schramm Perkembangan jumlah ini terus meningkat sehingga peranan pengembangan keilmuan dakwah perlu diperluas. Dewasa ini rumpun ilmu komunikasi telah berkembang menjadi beberapa bidang ilmu seperti:  Komunikasi pembangunan  Komunikasi Massa  Psikologi Komunikasi  Ilmu Komunikasi
  • 55. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 54  Komunikasi Islam ( komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan unsur Amanah, siddiq, fat}anah, dan qanaah.  Komunikasi Kesehatan(ilmu yang mempelajari tentang cara melakukan komunikasi yang dapat menyehatkan suasana spiritual dan jasat manusia).  Komunikologi (Berkomunikasi dengan alam)  Komunikasi Data (Jenis komunikasi jarak jauh dengan menggunakan jasa elektronik pengantar data pada mad’u yang di tuju). Dari ruanglingkup kajian dan rumpun ilmu dakwah dan komunikasi di atas, perlu penulis deskripsikan kajian teori dakwah dan komunikasi sehingga dapat memudahkan calon peneliti memilih teori, sesuai permasalahan yang dihadapi di lokasi penelitian baik penelitian pustaka maupun penelitian lapangan. C. Kajian Teori 1. Teori Dakwah Pada hakikat dakwah Islam adalah merupakan aktualisasi iman yang dimanisvestasikan dalam satu ekosistem kegiatan manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan. Sehingga perlu teori sebagai panduan dalam melakukan dakwah yang efektif dan efisien:  Teori Siqaah (Krediblitas Informan)  Teori Medan dakwah  Teori Proses dakwah  Teori Tahapan dakwah  Teori Badi (keindahan tata bahasa)  Teori Bayan (Kecerdasan menjelaskan)  Taori Mani (keindahan artikulasi bahasa)  Teori Qaula>n Layyinan (Lelembutan Berdakwah)  Teori Sadidan:  Teori Qaula>n Bali>g>a (Informasi yang berbekas pada hati seseorang): Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang mudah
  • 56. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 55 diterima dan sangat pantas bagi audiens diperdengarkan informasi itu.  Teori Qaula>n Maisyura(berasal dari kata Yasara artinya mudah): Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang mudah diterima dan sangat pantas bagi audiens diperdengarkan informasi itu.  Teori Ma’rufa: Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang baik sesuai takaran budaya masyarakat setempat yang diajak berbicara.  Teori Qaula>n Kari>ma>n : Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang muliya dan penuh kebajikan sesuai takaran budaya masyarakat setempat yang diajak berbicara.  Teori Qaula>n Sadi>da> : Cara kerja teori ini: informan perlu meneguhkan nilai-nilai ketaqwaan dengan perkataan yang berdasarkan pada wahyu yang dipahami dlam Al-Quran dan Sunnah.  Teori Uswatun Hasanah: Cara kerjanya seorang informan menjadi garda terdepan mentradisikan melakukan komunikasi yang santun kepada orang lain.  Teori Dakwah Syekh Mursyid: sistem dakwah amar ma’ruf nahimunkar.  Teori Dakwah Ali Mahfuz: Teori Pencitraan. 2. Teori Komunikasi Para tokoh ini cukup memberikan warna dalam bidang kajian ilmiah ilmu komunikasi dewasa ini. Dengan karya mereka sehingga para ilmuan kontemporer dapat mengembangkan teori yang telah ditancapkan oleh pendahulu mereka. Kajian teori komunikasi melahirkan teori sebagai berikut: a) Teori masa awal pda tahun (1984):
  • 57. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 56 - Laswel Model: who says what in which channel to whom with what effect (Siapa mengatakan apa, melalui saluran apa kepada siapa, dengan efek apa. - S-O-R Teori: Stimulus Organisation Respon - S-M-C-R Model: Source, Message, Channel, Receiver . - The Matematical theory of communication oleh Claude Shannon dan Weaver unsur-unsur teorinya: (Source, Message, Signal, Receiver, Destination). - The Osgood and Schramm Circular Model - Dances’s Helical Model: sistem komunikasi mulai dari kecil sehingga membesar. - New Comb ABX Model - The Teory of Cognitive Disonance - Inoculation Theory - The bullet Theori of Communication: teori peluruh atau teori ini ibarat jarum hipordemik pesan laksana obat yang disuntikkan kemudia obat bekerja dalam tubuh manusia. b) Teori masa awal pada tahun (1950-an) - Four Theories of the press - Individual Differences Theory - Social Categoris Theory - Social Relatioship Theory - Cultural Norms Theory - Social Norms Theory - Social Learning Theory - Diffusion of Innovation Model - Agenda Setting Model - Uses and Gratification Model - Clozentropy Theori c) Teori masa awal pada tahun (1980-an)
  • 58. Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 57 - Theory difusi inovasi oleh Rogers, 1983 teori ini dalam penyebaran informasi dengan berbagai kemasan informasi dalam memengaruhi masyarakat. - Teori Kulvitasi oleh Gerbner, Morgan pandangan teori ini bahwa masyarakat adalah pecandu televisi sehingga tercipta realitas. - Teory gatekeepers oleh Hiebert, dikembangkan dari teori Kurt Lewin (palang pintu): setiap informasi yang didengar setiap hari akal sebagai penentu (palang pintu) akhir diteri atau tidak - Teory penyusunan agenda oleh: Agee, emery (1988) kemampuan media memengaruhi masyarakat dengan cara mengarahkan perhatian dengan mengkostruksi berita tertentu. - Teori Motivasi - Teori Defisiensi Motivasi - Teori Heirarki - Teori ERG - Teori Kesehatan /Motivator - Teori Harapan dan Motivasi - Teori ESQ, SQ, IQ: Teori komunikasi yang pesannya lebih pada penekanan pada emosional spirit seseorang. - Teori Dissonansi Kognitif: dikembangkan oleh Leo Festinger. Cara kerja teori ini bersifat kognitif, informasi yang dikeluarkan oleh informan dianalisa oleh komunikan pesan itu dilakukan atau tidak. - Teori Pertukaran Sosial - Teori kredibilitas: Informasi itu dapat dipercaya jika informan bersifat siddiq (dapat dipercaya atau telah ketahu jarang berbohong). Dikembangan oleh Ali Mafuz} adalah Mesir. - Teori Inokulasi: Cara kerja teori ini informasi disuntikan kepada audiens kemudian dan informasi itu akan bekejra pada diri audiens sehingga dapat merubah prilaku audiens. Dikembangkan oleh McGuire (1964)