KH. Wahid Hasyim memperkenalkan teori pendidikan humanis berbasis agama di Pondok Pesantren Tebuireng. Teori ini mencakup penanaman nilai-nilai seperti religius, jujur, disiplin, dan toleransi melalui kegiatan belajar, ibadah, dan keseharian. Penerapannya di Pondok Pesantren Wahid Hasyim berhasil namun juga dihadapkan pada tantangan seperti latar belakang santri.
Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus pdfRulHas SulTra
Mahmud Yunus adalah buah hati dari pasangan Yunus B. Incek dan Hafsah binti Imam Sami’un. Beliau dilahirkan pada hari sabtu tanggal 30 Ramadhan 1316 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 10 Februari 1899 Masehi di desa Sunggayang, Batusangkar, Sumatera Barat. Mahmud Yunus tumbuh dan berkembang dari keluarga sederhana yang taat beragama. Ayahnya seorang petani biasa dari suku Mandahiling dan ibunya yang biasa dipanggil dengan Posa berasal dari suku Chaniago
Sejarah pendidikan adalah, uraian yang sistimatis tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan pada masa lalu sampai masa sekarang baik dari segi ide dan konsefsi maupun segi institusi dan operasionalisasi.
Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus pdfRulHas SulTra
Mahmud Yunus adalah buah hati dari pasangan Yunus B. Incek dan Hafsah binti Imam Sami’un. Beliau dilahirkan pada hari sabtu tanggal 30 Ramadhan 1316 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 10 Februari 1899 Masehi di desa Sunggayang, Batusangkar, Sumatera Barat. Mahmud Yunus tumbuh dan berkembang dari keluarga sederhana yang taat beragama. Ayahnya seorang petani biasa dari suku Mandahiling dan ibunya yang biasa dipanggil dengan Posa berasal dari suku Chaniago
Sejarah pendidikan adalah, uraian yang sistimatis tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan pada masa lalu sampai masa sekarang baik dari segi ide dan konsefsi maupun segi institusi dan operasionalisasi.
1. K.H. A. Wahid Hasyim dilahirkan pada hari jum’at legi, tanggal 15 rabi’ul awal 1333
H bertepatan dengan 1 juni 1914 M di desa Tebuireng, Jombang Jawa Timur. Dia
adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama .
Dari pasangan K.H. M. Hasyim Asy’ari - Nyai Nafiqoh binti Kyai Ilyas Madiun.
Memang sejak kecil sudah ada tanda-tandanya bahwa bayi itu membawa sifat-sifat
istimewa dikelak kemudian harinya. Oleh ayahnya mula-mula dipilih untuk bayi ini
nama Muhammad Asy’ari terambil dari nama neneknya, akan tetapi konon nama itu
tiada serasi, bayi itu tiada tahan memikul nama itu. Oleh karena itu, namanya lalu di
ganti dengan nama Abdul Wahid, pengambilan dari seorang datuknya. Sungguh pun
demikian ibunya kerap kali memanggilnya dengan nama Muddin, sedang
kemenakannya yang masih kecil menyebut Pak It.
Sejak kecil Wahid Hasyim sudah masuk Madrasah Tebuireng dan lulus pada usia 12
tahun. Selama bersekolah, ia giat mempelajari il-ilmu kesusastraan dan budaya Arab
secara outodidak. Dia juga mempunyai hobi membaca yang sangat kuat. Dalam
sehari, dia membaca minimal lima jam. Dia juga hafal banyak syair Arab yang
kemudian disusun menjadi sebuah buku. Ketika berusia 13 tahun, Abdul Wahid
mulai melakukan pengembaraan mencari Ilmu. Awalnya ia belajar di Pondok
Siwalan, Panji, Sidoarjo. Di sana ia mondok dari awal Ramadhan hingga tanggal 25
Ramadhan. Setelah itu pindah ke Pesantren Lirboyo, Kediri, sebuah pesantren yang
didirikan oleh K.H. Abdul Karim, teman dan sekaligus murid ayahnya. Antara umur
13 dan 15 tahun, WahidHasyim menjadi Santri Kelana, pindah dari satu pesantren
ke pesantren lainnya. Akhirnya pada tahun 1929 dia kembali ke Pesantren
Tebuireng. Ketika kembali ke Tebuireng, umurnya baru mencapai 15 tahun dan baru
mengenal huruf latin. Dengan mengenal huruf latin, semangat belajarnya semakin
bertambah. Ia belajar ilmu bumi, bahasa asing, matematika, dll. Dia juga
berlangganan koran dan majalah, baik yang berbahasa Indonesia maupun bahasa
Arab. Wahid Hasyim mulai belajar Bahasa Belanda ketika berlangganan majalah
tiga bahasa, «Sumber Pengetahuan» Bandung. Tetapi dia hanya mengambil dua
bahasa saja, yaitu Bahasa Arab dan Belanda. Setelah itu dia mulai belajar Bahasa
Inggris.
Beliau mempelajari bahasa Asing berkat dorongan dari Ibunya yang ingin Wahid
Hasyim tumbuh menjadi seorang yang pintar secara ilmu umum dan agama. Ibunya
mengikutkan Wahid Hasyim kursus bahasa Asing serta beliau juga pendengar aktif
radio BBC sehingga membuka pemikiran beliau yang luas. Pada pertengahan tahun
1932 Wahid Hasyim pergi ke tanah suci.
Di samping untuk menunaikan rukun Islam, juga untuk memperdalam berbagai ilmu
agama. Kepergiannya ke Mekkah ditemani saudara sepupunya, Muhammad Ilyas
yang kelak dikenal sebagai K.H. Muhammad Ilyas dan menjadi menteri agama pada
pertengahan tahun 1950-an. Sepupunya yang lebih tua tiga tahun ini memiliki jasa
yang besar dalam membimbing Wahid Hasyim yang dikenal fasih berbahasa Arab.
Meskipun sekitar dua tahun menuntut ilmu di Mekkah, tampaknya Wahid Hasyim
memanfaatkan betul kesempatan yang langka dan berharga ini. sehingga, hasil
yang diperolehnya tidak kalah dengan mereka yang jauh lebih lama berada di sana.
Sekembalinya dari Mekkah pada akhir tahun 1933, ia pun mulai bergerak setahap
2. demi setahap. Ia terjun di masyarakat serta mulai memimpin dan mendidik para
santri di Pondok Tebuireng. Pesantren asuhan ayahnya ini menjadi laboratorium
pertama baginnya, tempat dia menguji coba gagasan-gagasan dan pemikiran-
pemikirannya. Sejarah membuktikan bahwa ia memainkan peranpenting bagi
modernisasi Tebuireng. Dalam usia sekitar 20-an tahun, Wahid Hasyim telah sering
membantu KH.
Hasyim Asy’ari menyiapkan kurikulum dalam pesantren dan menjawab surat-surat
atas nama ayahandanya dalam Bahasa Arab yang ditujukan kepada banyak ulama
di berbagai pelosok tanak air yang menanyakan masalah-masalah hukum Islam
yang up to date. Dengan modal kecerdasan, daya tangkap, dan kekuatan
hafalannya, serta didorong oleh semangatnya untuk maju, dalam usia belia ia telah
menjadi calon kyai muda di bawah asuhan langsung ayahandanya.
B.Teori Pendidikan KH.Wahid Hasyim
Teori pendidikan KH. Abdul Wahid Hasyim melakukan proses pendidikan nilai
humanis dipesantren dengan menggunakan metode pembelajaran, kurikulum
pendidikan, evaluasi, menanamkan sifat insan kamil kepada santri. Selanjutnya tidak
ada satupun yang secara khusus mengkaji tentang pembaruan pendidikan Islam
dalam perspektif KH.Abdul Wahid Hasyim baik dari segi pembaruan pendidikan
pesantren maupun pembaruan pendidikan nasional.
Kemudian adanya Konsep pendidikan KH Hasyim Asy‟ari yang terdapat dalam kitab
Adab Al-alim wa Al-muta‟allim yang terdiri dari 8 bab yang berisi tentang kelebihan
ilmu dan ilmuan, etika yang harus dicamkan dalam diri peserta didik,etika seorang
peserta pendidik terhadap pendidik, etika seorang peserta terhadap pelajaran, etika
pendidik terhadap perserta didik, etika pendidik dan peserta didik terhadap buku.
Pendekatan pendidikan Islam menurut KH Hasyim Asy‟ari yaitu lebih
memperhatikan kepada perpaduan antara teoritis dan praktis. Sebagai teoritis,
terlihat pada gagasan dan pemikiran nya yang didasarkan pada kebutuhan
masyarakat serta situasi kultural pada zamannya Sedangkan sebagai praktis, terlihat
dari upaya melaksanakan gagasan dan pemikirannya tersebut bahwa dengan
pemikirannya KH. Abdul Wahid Hasyim melakukan konsep pendidikan yang terdapat
dalam kitab Adab Al-alim wa Al-muta‟allim, serta melakukan pendekatan pendidikan
Islam yang lebih memperhatikan kepada perpaduan antara teoritis dan praktis.
Selanjutnya hasil pemikirannya tidak ada satupun yang secara khusus mengkaji
tentang pembaruan pendidikan Islam dalam perspektif KH.Abdul Wahid Hasyim baik
dari segi pembaruan pendidikan pesantren maupun pembaruan pendidikan nasional.
Dengan demikian kajian ini masih menemukan relevansi dan signifikasi untuk
dilakukan.
C.Penerapan Teori Pendidikan KH. Wahid Hasyim
Proses proses pendidikan nilai humanis pada pendidikan KH. Wahid Hasyim ini
menanamkan Pendidikan humanis berbasis religius, Pendidikan humanis berbasis
nilai budaya, Pendidikan humanis berbasis lingkungan, Pendidikan humanis
berbasis potensi diri yang dilaksanakan melalui sikap dan keseharian seperti
menjalankan ibadah, siraman rohani, membersihkan lingkungan, memberikan
bimbingan keterampilan.
3. Dalam contoh pengaplikasian/ penerapan Nilai humanisini yang diambil yaitu pondok
pesantren wahid hasyim. Nilai humanisini yang di tekankan di Pondok Pesantren
Wahid Hasyim yaitu nilai religius, jujur, disiplin, toleransi, mandiri, demokratis, rasa
ingin tau, semangat kebangsaan, cinta tanah air, tanggung jawab. Proses
Pendidikan dalam menekankan nilai humanis di Pondok Pesantren Wahid Hasyim
yaitu melalui perencanaan kegiatan Pendidikan, pelaksanaan Pendidikan
menggunakan metode, media dan materi Pendidikan, evaluasi Pendidikan.
Faktor pendukung dalam proses pendidikan nilai humanis di Pondok Pesantren
Wahid Hasyim adalah kondisi lingkungan pondok pesantren yang nyaman
mendukung proses pembelajaran serta kemampuan pendidik dalam pembelajaran
yang kompeten membantu santri dalam proses pendidikan nilai humanis.
Sedangkan faktor penghambat dalam proses pendidikan nilai humanis adalah asal
mula santri tidak berasal dari lingkungan yang membuat karakter mereka baik,
kebiasaan di lingkungan rumah mereka yang kurang mendukung adanya Pendidikan
humanis di kaenakan mereka anak yatim piatu, atau yatim, dan piatu. Yang menjadi
hambatan dalam penekanan Pendidikan humanis adalah lingkungan awal santri
yang menjadi hambatan sehingga anak terbiasa dengan lingkungan asa, sehingga
pengasuh merasa kualahan dalam mendidik anak yang ada di pondok pesantren.
Cara mengatasi hambatan dalam menanamkan Pendidikan humanis adalah
pengasuh bekerja sama dengan pihak bimbingan konseling yang membantu dan
mengarahkan anak dalam kebiasaan yang lebih baik.