SlideShare a Scribd company logo
SELAYANG PANDANG KOTA JAMBI
PERKEMBANGAN BUDAYA DAN MASYARAKATNYA
Oleh :
Drg Irawati Sukandar ,Mkes
Sekretaris Badan Pemberdayaan Masyarakat
Kota Jambi
TAHUN 2014
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Letak Geografis
1.3. Sejarah Kota Jambi
1.4. Peninggalan Sejarah dan Budaya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Istilah Jambi
2.2. Penduduk Kota Jambi
2.3. Pemerintahan
2.4. StartifikasiSosial
2.5. Masuknya Budaya India
2.5.1. Teori Arus lawan
2.6. Agama Budha Hinayana
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota Jambi merupakan ibukota provinsi Jambi dengan batasan sebelah utara,
barat, selatan dan timur berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi, dengan kata
lain Kota Jambi dikelilingi oleh Kabupaten Muaro Jambi. Budaya dan masyarakatnya
telah berkembang pada saat ini dengan heterogenitas suku , adat, budaya, agama
dll.
Perkembangan budaya dan masyarakatnya memang perlu disikapi dengan
bijaksana tanpa mengurangi nilai nilai asli budaya ,adat istiadat, dan sejarah yang
menyertainya . Maka perlu sekali kita memahami sejarah budaya dan masyarakat
Kota Jambi dari masa ke masa agar pengetahuan dan pemahaman ini menjadi dasar
kecintaan kita kepada Kota Jambi sebagai tempat dimana kita tinggal dan mencari
penghidupan demi mengejar cita cita masa depan pribadi dan keturunan kita dimasa
yang akan datang.
Buku ini akan membahas budaya dan masyarakatnya dari masa ke masa yang
dimulai dari sejarah mulai terbentuknya kerajaan sampai dengan perkembangan
Kota Jambi pada saat ini.Dan sebagai bahan kajian penulisan dengan mengumpulkan
hasil hasil penelitian orang lain dan penulisan penulisan buku tentang Kota Jambi
yang dimulai dari sejarah dan perkembangannya dan dilengkapi dengan gambar dan
ilustrasi yang dapat memperkaya pengetahuan pembaca.
1.2. Letak Geografis
Kota Jambi berada pada ketinggian rata rata 10 sampai 60 meter diatas
permukaan laut. Secara geografis posisi Kota Jambi berada pada 01030’2,98’ -
01040’1,07 Lintang Selatan dan 10340’1,67’ – 10340’0,22’ Bujur Timur. Dimana luas
wilayah Kota Jambi adalah 205,38 km2 terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan dan 62
kelurahan yang dapat dilihat secara mendetail pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1.
Luas wilayah, Jumlah RT, KK dan penduduk per Kecamatan dalam wilayah
Kota Jambi tahun 2013
NO KECAMATAN KM2 JML RT KK PENDUDUK KET
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kota Baru
Jambi Selatan
Jelutung
Pasar Jambi
Telanaipura
Danau Teluk
Pelayangan
Jambi Timur
77,78
34,07
7,92
4,02
30,39
15,70
15,29
20,21
316
248
231
58
268
43
43
219
42.357
38.315
18.694
4.423
31.417
3.895
3.907
27.235
Jumlah/Total 205,38 1.426
Sumber :Bappeda Kota jambi,2013
1.3. Sejarah Kota Jambi
Kerajaan Jambi mempunyai wilayah kekuasaan seperti tertuang dalam
pepatah adat “Pucuk Jambi Sembilan Lurah, Batangnyo Alam Rajo”. Pucuk yaitu ulu,
dataran tinggi. Sembilan Lurah yaitu Sembilan negeri atau wilayah. Batangnyo alam
rajo yaitu teras kerajaan yg terdiri atas 12 suku atau daerah.(Giyarto, 2008)
Sutan Thaha Saifuddin adalah pemimpin Kerajaan Jambi yang sangat dicintai
rakyatnya. Beliau memerintah mulai tahun 1855 menggantikan Abdurrahman
Nazaruddin. Dimana tiga tahun memimpin Kerajaan Jambi, Belanda menyerang dan
menduduki kerajaan ini. Sebelumnya antara Kesultanan Jambi dan Belanda , namun
karena keserakahan Belanda, terjadilah perang ini. Bersama pengikut setianya Sultan
Thaha mengobarkan perang gerilya sampai gugur pada tanggal 27 April 1904.
( Sejarah munculnya tanggal 17 Mei sebagai hari jadi pemerintah Kota Jambi
dan PERDA ….2014 tentang hari jadi Kota jambi )
1.4. Peninggalan Sejarah dan Budaya
Dalam sejarah Jambi terdapat perkembangan kerajaan kerajaan dari kerajaan
Melayu, kerajaan Sriwijaya dan terakhir adalah kesultanan Tanah Melayu atau
kesultanan Jambi. Perubahan dan perkembangan kerajaan yang memerintah Jambi
meninggalkan bekas kebesarannya yaitu situs purbakala dan budaya di dalam
masyarakat. Sebahagian sisa kebesaran sejarah masa lalu terdapat di dalam wilayah
Kota Jambi. (Saudagar dkk, 1992)
Situs purbakala yang terdapat di wilayah Kota Jambi adalah situs Solok Sipin.
Situs purbakala ini memiliki areal 10 km2 yang di dalamnya terdapat sisa sisa
peninggalan masa lampau dari kerajaan Melayu, Sriwijaya dan kesultanan Jambi. Di
lokasi situs Solok Sipin terdapat peninggalan peninggalan penting ( Saudagar ,1990):
a. Candi Sekarabah
b. Candi Kuto
c. Candi Solok Sipin
d. Candi Sausekip
e. Pemakaman benteng
f. Rumah Tuo Pacinan
g. Perahu Kuno
Diantara peninggalan tersebut sudah tidak sempurna lagi ada yang telah
runtuh bahkan berada dibawah pondasi rumah penduduk.
Disamping peninggalan sejarah, masyarakat Jambi mewariskan kebudayaan
yang tinggi. Peninggalan kebudayaan tersebut berupa sistem kemasyarakatan ( sosial
system) dan kebudayaan fisik yang dapat dinikmasti secara langsung , antara lain
upacara pernikahan, upacara kematian, kekerabatan, benda benda kesenian dan lain
lain.
Lokasi pemukiman kuno di wilayah Kota Jambi terdapat di lokasi Solok Sipin,
berdasarkan data antropologi budaya ( Saudagar 1992) penduduk Jambi dihuni oleh
tiga suku bangsa besar yaitu bangsa Kerinci, suku bangsa Melayu dan Suku bangsa
Kubu (anak dalam). Suku bangsa Kerinci adalah suku bangsa terdahulu memasuki
wilayah pedalaman Jambi dan termasuk salah satu suku bangsa tertua di Sumatera (
Saudagar,1990). Pada periode 10.000 sebelum Masehi sampai 2000 sebelum Masehi
suku bangsa Kerinci memasuki kaldera paradaban yang tinggi yaitu beradaban
rangguk.
Beberapa hasil budaya dari peradaban rangguk ini antara lain adalah bahasa
Kerinci yang memiliki lebih dari 200 dialek bahasa. Bahasa kerinci memiliki system
huruf Encung atau Rancung artinya huruf miring. Ada dugaan bahasa Kerinci
berinduk kepada bahasa sSansekerta, karena di daerah Kerinci banyak sekali tambo
yang berbahasa Sansekerta.
Suku bangsa Melayu adalah suku yang berasal dari Ras Mongoloid, rumpun
bahasa Malayan Mongoloid. Suku bangsa Melayu ini mulai memasuki wilayah pantai
Timur dan pedalaman Jambi, pada periode perpindahan antara tahun 2000 sebelum
Masehi sampai tahun 500 sebelum Masehi. Mereka berasal dari daratan Asia
Tenggara yaitu dari Negeri Junan di Indo China.Dan mereka mengembangkan
peradaban yang tinggi yaitu peradaban Melayu, perkembangan peradaban Melayu
mencapai puncaknya pada zaman kerajaan Melayu, zaman kerajaan Sriwijaya dan
zaman kesultanan Tanah Melayu. Sisa atau situs bekas kebesaran peradaban masa
lampau terdapat di situs Solok Sipin , situs Muaro Jambi dan Muaro Tembesi.
Suku Anak Dalam atau Suku Kubu Jambi masih termasuk ras Mongoloid dari
rumpun bahasa Melayan Mongoloid. Mereka mendiami wilayah dataran rendah di
Kabupaten Batanghari, Kabupaten Sarolangun, Bangko , Bungo , Tebodan Kabupaten
Tanjung Jabung. Menurut bahasa percakapan sehari hari mereka menggunakan tiga
macam dialek bahasa. Suku bangsa Kubu yang mendiami Kabupaten Batanghari dan
Tanjung Jabung memakai bahasa percakapan dialek Palembang. Suku bangsa Kubu
yang mendiami Kabupaten Bungo Tebo memakai dialek bahasa Minang kabau dan
suku bangsa Kubu yang mendiami kabupaten Sarolangun memakai dialek bahasa
Rejang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Istilah Jambi
Hasil penelitian terhadap kondisi sosial budaya masyarakat Jambi ,
maka istilah Jambi dapat ditelusuri ke dalam beberapa makna
(Saudagar,1990). Sebuah cap peninggalan kesultanan Tanah melayu Jambi
tertulis istilah Jambi dengan huruf Pallawa. Huruf Pallawa menunjukkan
perkembangan huruf pada abad ke VII Masehi.
Jambi sebagai nama Desa , di kecamatan Sekernan terdapat dua desa
kuno yang bernamakan Jambi yaitu desa Jambi Tulo dan Jambi Kecil. Masing
masing desa ini berada 10 km dan 15 km sebelah barat situs percandian
Muaro jambi dimana dipinggiran kedua desa mengalir kanal tua peninggalan
kerajaan Sriwijaya yaitu kanal Amburan Jalo dan kanal Jambi kecil dan sungai
Terusan.
Jambi sebagai sahabat dimana dalam bahasa Arab terdapat kata
Bijanibi artinya secara harfiah adalah serambi atau samping. Pendapat ini
secara figuurlijk artinya sahabat. Pendapat ini dikembangkan dari cerita atau
legenda Saudagar Chaniago sehingga sulit ditelesuri kebenarannya (
Nasruddin,1969)
Jambi sebagai toponim Tchan – pei dimana dalam catatan Cina pada
Dinasti Sung (960 – 1.260 masehi ) dinyatakan bahwa raja San-Fo-Tsi
(Sriwijaya) bersemayam di Chan-pi atau Tchan-pei (Mulyana, 1981), maka ada
dua pendapat tentang penafsiran istilah Tchan-pei sebagai tempat
bersemayamnya raja San-Fo-Tsi. Pendapat pertama mengatakan bahwa
Tchan-pei adalah tempat tinggal (istana raja San-Fo-Tsi atau Sriwijaya)
disemayamkan atau meninggal ( Risnal,1991). Pendapat kedua mengatakan
bahwa Tchan-pei adalah tempat tinggal raja San-Fo-Tsi (Sriwijaya). Baik
pendapat pertama maupun kedua memungkinkan salah satunya areal situs
Solok Sipin adalah tempat yang dimaksud diatas.
Jambi sebagai nama tumbuhan dalam laporan penelitian Sejarah
Berdirinya Kota Jambi (Bappeda Kota jambi dan UNJA,1992) , dalam bahasa
Jawa kuno terdapat istilah Janbe atinya pohon pinang, hasil penelitian
terhadap arti pinang bagi masyarakat adat Jambi di desa Sungai Duren dan
desa Muara Jambi maka dapat ditelusuri kedalam beberapa makna :
1. Pinang sebagai lambang cinta
Buah pinang bila menyatu dengan daun sirih dan kapur maka dikenal sirih
pinang untuk konsumsi makan sirih. Manakala sirih, pinang, dan kapur
dimasukkan kedalam sebuah tongkang (cerana) terbuat dari tembaga,
lalu diserahkan oleh keluarga pemudi maka resmi menjadi tunangan
(peminangan) antara dua sejoli yang sedang dimabuk asmara. Dan tak
lama kemudian dilanjutkan ke jenjang perkawinan, taka da pinang taka da
acara pertunangan di masyarakat Jambi.Pinang sebagai lambang
kecantikan atau keindahan
Sebilan orang gadis penari cantik penari sekapur sirih dari kerajaan
melayu/ Sriwijaya memakai hiasan indah dari bunga atau mayang pinang.
Untaian karangan bunga pinang menghiasi bagian leher dan kepala para
penari menimbulkan kesan bahwa penari adalah gadis cantik jelita. Gadis
Jambi terkenal cantiknya , misalnya dara Jingga,Dara Putih, Tuan putri
Selaras Pinang Masak, Putri Mayang Mangurai dan lain lain.
2. Pinang sebagai lambang kehormatan
Tari sekapur sirih sebagai tarian tradisional masyarakat Jambi
biasanya dibawakan oleh Sembilan orang penari, salah seorang
diantaranya membawa sebuah tongkang yang berisi persembahan sirih
pinang. Sirih nan sekapur, pinang nan selayang beserta rokok nan
sebatang, ini persembahan pertanda putih hati masyarakat menerima
tamu atau pendatang dari luar. Kebiasaan ini sejak zaman melayu,
Sriwijaya Kesultanan tanah melayu, hingga sekarang tetap lestari sebagai
peninggalan budaya bangsa.
2.2. Penduduk Kota Jambi
Diantara tahun 1500 sampai tahun 1630 Jambi menjadi pelabuhan
pengekspor lada nomor dua setelah Acah di Sumatera. Jambi memiliki
syahbandar, suatu jabatan yang oleh penguasa Melayu biasa diberkan pada
saudagar asing yang terkemuka untuk memberikan jaminan bahwa protocol
diperhatikan dan bea pelabuhan dibayar oleh saudagar asing yang dating
melalui laut. Disebutkan DR. Lindayati ,2014 dalam bukunya “Menyibak
Sejarah” Tanah Pilih Pusako Betuah bahwa sekitar tahun 1512 pemegang
jabatan syahbandar di Jambi adalah orang IslamCina.
Perkampungan saat itu berada di sepanjang Sungai Batanghari dengan
penduduk jarang.Hal ini dapat dibuktikan dari peta Arend de roever dan bea
Bommer,Grote Atlas van de Verenigde Oost-Indishe Compagnie,Mission to
the East Coast of Sumatera 1823, Caledonian Mercury Press.( Lindayati,2014)
Kota Jambi terbagi menjadi kampung kampung, yaitu perkampungan
yang terletak di sebelah kiri Sungai Batanghari, perkampungan di sbelah
kanan sungai Batanghari. Perkampungan di seberang kiri sungai Batanghari
adalh Tanjung Johor, Tahtul Yaman, Arab melayu, Mudung Laut dan Jelmu,
Kampung Tengah, Olak Kemang dan Ulu Gedong, Tanjung Pasir, Tanjung
Raden dan Pasir Panjang.Menurut cerita masyarakat setempat dahulu
perkampungan ini didiami orang-orang Cina yang beragama Islam dan
tokohnya yang masih dikenal sampai sekarang adalah datuk Sin Tay.
Kota Jambi yang dimaksud dalam penelitian UNJA,1992 adalah
tempat pemukiman penduduk pada ratusan tahun yang lampau. Dimana
dalam Giyanto,2008 disebutkan bahwa suku Melayu Jambi merupakan suku
mayoritas yang menghuni Provinsi Jambi,sebagian hidup di pusat pusat
pemerintahan ada pula yang mentap di bantaran sungai atau pesisir pantai.
Suku yang disebut dengan nama Orang Jambi ini tergolong dalam Melayu
Baru.
Bahasa keseharian suku Melayu baru adalah bahasa Melayu Jambi
dengan berbagai dialek. Budayanya dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu
yang bernuansa Islami. Meski juga ditemui budaya Minang.berbagai suku
atau komunitas suku asli Jambi tersebar di provinsi Jambi dan penyebaran
beberapa suku tersebut di beberapa kabupaten dalam wilayah provinsi
Jambi, sedangkan penyebaran suku pendatang terpusat di daerah perkotaan
dan pesisir pantai.beberapa pendatang membaur dengan suku asli misalnya
suku Jawa yang berasal dari pemukiman transmigran, dalam pergaulan sehari
hari kebanyakan suku pendatang menggunakan bahasa Melayu Jambi.
Bahasa daerah asal hanya digunakan ketika berada dalam kelompoknya
sendiri.(Giyanto,2008)
Menurut Djakfar,1958 dalam penelitian UNJA,1992 menyebutkan
bahwa tiap tiap dusun berpenghulu dan penghuninya disebut anak buah.
Sayarat bagi penghuninya adalah berhalaman, berkorong, berkampung,
berjamban, bertepian dan sengseko. Sengseko misalnya
sislang,pedang,durian,tebat dan tanaman.
Tiap tiap rumah bertengganai, tiap tiap kampung bertua dan tiap tiap
rantau berbatin (berjenang). Maka tiap tiap penghuni rumah (anak buah)
bermufakat ke tengganai, tiap tiap tengganai bermufakat ke tua-tua dan dari
tua-tua bermufakat ke Batin atau Jenang.
Sebagai pusat pemukiman kuno Kota Jambi adalah Bandar
perdagangan dan keagamaan. Menurut berita Cina , mata dagangan diperjual
belikan pada 7 – 12 Masehi adalah emas, damar, lada,gading, cula badak,
buah pinang hutan . Di kota Jambi tempat yang berfungsi sebagai lokasi
penimbunan barang atau gudang adalah Desa Ulu Gedong dan Gedong
terbakar zaman VOC. Berbagai jenis perahu dan berbagai ukuran yang dikenal
adalah jenis biduk, perahu, jukung, layar dan yang terbesar yaitu Dendang
(ukuran 100 ton ke atas), Sebagai pusat perdagangan, kota Jambi secara
arkeologis memiliki sisa sisa bangunan suci keagamaan (Budha) di lokasi suci
keagamaan situs Solok Sipin dalam hal keagamaan yang tidak dapat
dipisahkan dengan situs percandian Muaro Jambi.
2.3. Pemerintahan
Sistem pemerintahan asli masyarakat Jambi tidak banyak berbeda
sejak dari kerajaan Melayu, Sriwijaya sampai zaman kesultanan Jambi.
Kerajaan disusun atas dasar adat, pada zaman kesultanan, adat bersendi
syarak dan syarak bersendi kitabullah. Bentuk dan struktur pemerintahan
kerajaan adalah berjenjang naik bertangga turun ( Nasruddin,1989 dalam
UNJA,1992)Azas demokrasi berdasar kepribadian seorang raja yang tercermin
dalam pepatah ‘raja adil disembah, raja zalim raja disangkal”.
Dalam perkembangan penduduk Jambi, orang orang yang menduduki
jabatan dikenal dengan sebutan suku bangsa XII atau XII bangsa. Kedua belas
suku bangsa di Jambi adalah sebagai berikut (Djakfar,1980) :
a. Bangsa atau Kalbu IX Koto, bertugas sebagai angkatan perang kerajaan,
mereka bermukim di kampong Baru tanah Pedalaman ( Tanah Pilih –
Kampung Solok) pimpinan bergelar Temenggung.
b. Bangsa atau Petajen, sebagai petugas dalam urusan pembangunan
kerajaan, mereka bermukim di betung bedara, Pimpinan bergelar Pasirah.
c. Bangsa Marosebo, sebagai petugas kerajaan dalam bidang keamanan
dalam negeri, mereka bermukim di Kembang Seri, pimpinannya bergelar
Kademang.
d. Bangsa Jebus Raja Seri, sebagai petugas kerajaan yang membidangi
urusan pengangkatan raja atau sultan, mereka bermukim di Kampung
Baru pedalaman,bergelat Temenggung.
e. Bangsa atau Kalbu Air hitam, sebagai petugas kerajaan di bidang belanja
keratin, mereka bermukim di Lubuk kepayang, pimpinannya bergelar
Pasirah.
f. Bangsa atau Kalbu Awin, sebagai petugas kerajaan yang membidangi
urusan pengawal belakang raja yang memakai tombak, mereka bermukim
di Dusun Pulau Kayu Aro, pimpinannya bergelar Ngebih.
g. Bangsa atau Kalbu Penagan, sebagai petugas kerajaan yang membidangi
urusan pengawal duduk di depan raja, mereka bermukim di Dusun Kuap,
pimpinannya bergelar Ngebih.
h. Bangsa Kalbu Miji, sebagai petugas kerajaan yang membidangi urusan
kesehatan dan kamar tidur raja, mereka bermukim di Sekernan,
pimpinannya bergelar Temenggung.
i. Bangsa atau Kalbu Pinokawan Tengah, sebagai petugas kerajaan yang
membidangi urusan perhubungan (kurir), mereka bermukim di Dusun
Sungai Duren, pimpinannya bergelar Ngebih.
j. Bangsa atau Kalbu Mestong, sebagai petugas kerajaan yang mebidangi
urusan persenjataan kerajaan, mereka bermukim di Dusun Sarang
Burung, pimpinannya bergelar Ngebih.
k. Bangsa atau Kalbu Kebalen, sebagai petugas kerajaan yang bertugas
mengawal sebelah kiri dan kanan raja, mereka bermukim di Dusun
terusan, pimpinannya bergelar Jago Patih (Patih).
l. Bangsa atau Kalbu Pemayung, sebagai petugas yang membidangi urusan
memayungi raja keluar keratin, mereka bermukim di kampong Gedang
Pedalaman dan Dusun Teluk, pimpinan bergelar Temenggung, wakilnya
bergelar Kedemang yang berkedudukan di Dusun Teluk.
Penyelenggaraan pemerintahan kerajaan di daerah berbentuk distick,
pemerinah didaerah diselenggarakan oleh jenang yang diangkat atas
persetujuan raja atau sultan. Para jenang membawahi beberapa orang rio
dan Ngebih sebagai pimpinan Batin. Pemerintahan Batin ini membawahi
bebrapa orang kepala Dusun yang bergelar Penghulu. Tiap dusun terdiri dari
kelompok orang orang yang dipimpin oleh ketua kelompok yang bergelar
Tengganai atau Tua-tua Tengganai.
Menurut Djakfar,1958 dalam UNJA,1992 bahwa pejabat pejabat yang
memerintah diluar keratin dapat dibedakan ke dalam dua bentuk menurut
asal usul, pertama para pejabat kerajaan yang berasal dari keturunan bangsa
XII dan kedua adalah yang berasal dari luar bangsa XII atai mesyarakat rantau.
Pejabat kerajaan berasal dari Bangsa XII disebut orang penghulu, sedangkan
pejabat kerajaan berasal dari luar bangsa XII disebut orang biasa.
Dalam Surat keputusan Walikotamadya Kepala daerah Tingkat II Jambi
pada akhir masa bhaktinya tahun 1984, panitia berkesimpulan bahwa hari
jadi Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Jambi jatuh pada tanggal 17
Mei 1946.
2.4. StartifikasiSosial
Menurut Tideman, 1937 dalam UNJA,1992 menyatakan bahwa
pelapisan sosial masyarakat asli daerah Jambi sejak berdirinya kerajaan
Melayu, Sriwijaya dan Kesultanan Jambi terbagi ke dalam beberapa lapisan
masyarakat, paling tidak ada lima lapisan masyarakat :
a. Golongan orang Penghulu
b. Golongan pembesar Kerajaan
c. Penduduk Jelata
d. Golongan Buruh
e. Golongan Budak belian
Golongan paling atas adalah orang penghulu yang berstatus sebagai
kaum bangsawan Jambi. Kaum bangsawan adalah cikal bakal Bangsa XII dan
orang yang mempunyai pertalian darah dengan raja atau sultan, kaum
bangsawan Jambi menurut tingkatannya ada lima macam :
a. Kelompok Keraton
b. Kelompok Perban
c. Kelompok Raja Empat Puluh
d. Kelompok kedipan
e. Kelompok Kemas
Golongan pembesar kerajaan adalah orang orang yang berasal dari
keturunan pejabat pejabat kerajaan misalnya keturunan para jenang,
penghulu dll. Penduduk jelata adalah rakyat biasa yang patuh dan taat
kepada raja atau sultan. Golongan buruh adalah orang orang yang tidak
mampu membayar dan atau ganti rugi, sedang golongan budak belian adalah
orangyang mempunyai keslahan berat dalam adat dann kejahatan
pelanggaran misal zina. Keturunan mereka menjadi budak raja.
2.5. Masuknya Budaya India
Dalam menyebutkan kebudayaan India, maka kebudayaan tersebut
adalah Hinduisme dan Budhisme. Kedua kebudayaan ini sulit dipisahkan
karena telah menjadi ciri pengaruh India diluar negeri. Disamping itu dari segi
kepercayaan keduanya dapat dipisahkan. Ada beberapa teori yang berlaku di
Indonesia ada 4 (empat) teori namun hanya 1 (satu) teori yang dapat
dikemukan disini yaitu menurut Bosch (1941) eksponen pendukung
penyebaran kebudayaan India di Indonesia adalah oleh kaum Cendikiawan.
Para pendeta (Biksu) kedua belah pihak aktif (secara bilateral) dalam
penyebaran kebudayaan India.
2.5.1. Teori Arus lawan
Hinduisme dan Budhisme memasuki Indonesia (daerah Jambi) melalui
dua jalur, yaitu jalur Utara dan jalur Tenggara dan Selatan. Jalur Utara dan
jalur Sutra adalah jalur tradisional yang melewati pegunungan Himalaya,
Tibet, China, Anam, Burma dan Thailand ( Sumuintardjo,1978). Jalur ke
Tenggara Selatan atau jalur lautan melewati Srilanka, Kamboja dan Indonesia.
Agama Budha yang berkembang melalui jalur Utara pada umumnya adalah
aliran Budha Mahayana, sedangkan agama yang berkembang melalui jalur
Selatan pada umumnya adalah aliran Budha Hinayana.
Pengaruh India baik Hinduisme maupun Budhisme memberi corak
dan warna tersendiri bagi perkembangan kebudayaan Indonesia. Pengaruh
India sebelum Islamsangat mendalam bagi bangsa Indonesia, antara lain :
a. Sistem kepercayaan
b. Filsafat hidup
c. Seni bangunan
d. Seni ukir patung
Budhisme pertama kali diajarkan oleh Siddarta Gautama kepada lima
orang muridnya ketika berusia 35 tahun (Widyadharma,1988). Setelah sang
Budha mangakt di Kusinara dalam usia 80 tahun maka timbul beberapa aliran
seperti sekte Hinayana atau Therawada dan sekte Mahaayana. Masing
masing sekte mengalami perkembangan di wilayah Asia daratan dan Asia
lautan atau kepulauan. Di Indonesia kedua sekte ini banyak dianut di
Sumatera dan Jawa.
2.6. Agama Budha Hinayana
Agama Budha yang berkembang di daerah Jambi adalah aliran
Hinayana kemudian aliran Budha Mahayana berkembang pula. Diperkirakan
agama Budha memasuki wilayah Jambi sejak awal abad Masehi, zaman Gupta
(abad ke IV masehi) dan berlangsung hingga zaman Harsa (abad ke VII
masehi). Tidak salah bila wilayah Timur pulau Sumatera adalah wilayah
pertama kali yang mendapat pengaruh Budhisme di Nusantara. Jadi Jambi
termasuk wilayah yang di[pengaruhi oleh agama Budha. Menjelang akhir
abad VI Masehi situs Muaro jambi mulai berfungsi sampai menjelang akhir
abad !! masehi (Saudagar,1991).
Selayang pandang kota jambi
Selayang pandang kota jambi

More Related Content

Similar to Selayang pandang kota jambi

Nilai penting kawasan percandian muarajambi;PROVINSI JAMBI
Nilai penting  kawasan percandian muarajambi;PROVINSI JAMBINilai penting  kawasan percandian muarajambi;PROVINSI JAMBI
Nilai penting kawasan percandian muarajambi;PROVINSI JAMBI
Dadang DjokoKaryanto
 
Makalah liangkabori
Makalah liangkaboriMakalah liangkabori
Makalah liangkabori
Septian Muna Barakati
 
Makalah sejarah liangkabori dan metanduno
Makalah sejarah liangkabori dan metandunoMakalah sejarah liangkabori dan metanduno
Makalah sejarah liangkabori dan metanduno
Septian Muna Barakati
 
Kabupaten Mojokerto
Kabupaten MojokertoKabupaten Mojokerto
Kabupaten Mojokerto
Risal Fahmi
 
Sedikit cerita dari pemangkat
Sedikit cerita dari pemangkatSedikit cerita dari pemangkat
Sedikit cerita dari pemangkat
PT. Radio Muara Utama Jaya
 
ARTI LAMBANG KOTA JAMBI.docx
ARTI LAMBANG KOTA JAMBI.docxARTI LAMBANG KOTA JAMBI.docx
ARTI LAMBANG KOTA JAMBI.docx
igasakinah1
 
Wisata Budaya Yogyakarta
Wisata Budaya YogyakartaWisata Budaya Yogyakarta
Wisata Budaya Yogyakarta
Hanas Yordi
 
Makalah liangkabori (4)
Makalah liangkabori (4)Makalah liangkabori (4)
Makalah liangkabori (4)
Operator Warnet Vast Raha
 
Jakarta, Indonesia
Jakarta, IndonesiaJakarta, Indonesia
Jakarta, Indonesia
Dilma Alfida Alfida
 
Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram KunoKerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno
X-MIA5 SMANCIL
 
LAPORAN KELOMPOK UIN WALISONGO SEMARANG
LAPORAN KELOMPOK UIN WALISONGO SEMARANGLAPORAN KELOMPOK UIN WALISONGO SEMARANG
LAPORAN KELOMPOK UIN WALISONGO SEMARANG
Nila Fauziah
 
TOWEA PULAU TERLUPAKAN
TOWEA PULAU TERLUPAKANTOWEA PULAU TERLUPAKAN
TOWEA PULAU TERLUPAKAN
Laode Syawal Fapet
 
Sejarah bengkulu
Sejarah bengkuluSejarah bengkulu
Sejarah bengkulu
Satriyo Ribowo
 
M1(1) zaman pra sejarah
M1(1) zaman pra sejarahM1(1) zaman pra sejarah
M1(1) zaman pra sejarah
santhiya perisamy
 
create
createcreate
create
createcreate
123777380 seni-budaya-macanegara-nama-nurhani-kelas-xii-ipa-1
123777380 seni-budaya-macanegara-nama-nurhani-kelas-xii-ipa-1123777380 seni-budaya-macanegara-nama-nurhani-kelas-xii-ipa-1
123777380 seni-budaya-macanegara-nama-nurhani-kelas-xii-ipa-1
Warnet Raha
 
DIMENSI SOSIO CULTURE DALAM PENGEMBANGAN PARAWISATA DANAU TOBA
DIMENSI SOSIO CULTURE DALAM PENGEMBANGAN PARAWISATA DANAU TOBADIMENSI SOSIO CULTURE DALAM PENGEMBANGAN PARAWISATA DANAU TOBA
DIMENSI SOSIO CULTURE DALAM PENGEMBANGAN PARAWISATA DANAU TOBA
Prof.M.Sorimangaraja Sitanggang
 

Similar to Selayang pandang kota jambi (20)

Nilai penting kawasan percandian muarajambi;PROVINSI JAMBI
Nilai penting  kawasan percandian muarajambi;PROVINSI JAMBINilai penting  kawasan percandian muarajambi;PROVINSI JAMBI
Nilai penting kawasan percandian muarajambi;PROVINSI JAMBI
 
Makalah liangkabori
Makalah liangkaboriMakalah liangkabori
Makalah liangkabori
 
Makalah sejarah liangkabori dan metanduno
Makalah sejarah liangkabori dan metandunoMakalah sejarah liangkabori dan metanduno
Makalah sejarah liangkabori dan metanduno
 
Kabupaten Mojokerto
Kabupaten MojokertoKabupaten Mojokerto
Kabupaten Mojokerto
 
Sedikit cerita dari pemangkat
Sedikit cerita dari pemangkatSedikit cerita dari pemangkat
Sedikit cerita dari pemangkat
 
ARTI LAMBANG KOTA JAMBI.docx
ARTI LAMBANG KOTA JAMBI.docxARTI LAMBANG KOTA JAMBI.docx
ARTI LAMBANG KOTA JAMBI.docx
 
Wisata Budaya Yogyakarta
Wisata Budaya YogyakartaWisata Budaya Yogyakarta
Wisata Budaya Yogyakarta
 
Makalah liangkabori (4)
Makalah liangkabori (4)Makalah liangkabori (4)
Makalah liangkabori (4)
 
Potensi dan Peluang Investasi Kota Singkawang
Potensi dan Peluang Investasi Kota SingkawangPotensi dan Peluang Investasi Kota Singkawang
Potensi dan Peluang Investasi Kota Singkawang
 
Jakarta, Indonesia
Jakarta, IndonesiaJakarta, Indonesia
Jakarta, Indonesia
 
Madiun
MadiunMadiun
Madiun
 
Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram KunoKerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno
 
LAPORAN KELOMPOK UIN WALISONGO SEMARANG
LAPORAN KELOMPOK UIN WALISONGO SEMARANGLAPORAN KELOMPOK UIN WALISONGO SEMARANG
LAPORAN KELOMPOK UIN WALISONGO SEMARANG
 
TOWEA PULAU TERLUPAKAN
TOWEA PULAU TERLUPAKANTOWEA PULAU TERLUPAKAN
TOWEA PULAU TERLUPAKAN
 
Sejarah bengkulu
Sejarah bengkuluSejarah bengkulu
Sejarah bengkulu
 
M1(1) zaman pra sejarah
M1(1) zaman pra sejarahM1(1) zaman pra sejarah
M1(1) zaman pra sejarah
 
create
createcreate
create
 
create
createcreate
create
 
123777380 seni-budaya-macanegara-nama-nurhani-kelas-xii-ipa-1
123777380 seni-budaya-macanegara-nama-nurhani-kelas-xii-ipa-1123777380 seni-budaya-macanegara-nama-nurhani-kelas-xii-ipa-1
123777380 seni-budaya-macanegara-nama-nurhani-kelas-xii-ipa-1
 
DIMENSI SOSIO CULTURE DALAM PENGEMBANGAN PARAWISATA DANAU TOBA
DIMENSI SOSIO CULTURE DALAM PENGEMBANGAN PARAWISATA DANAU TOBADIMENSI SOSIO CULTURE DALAM PENGEMBANGAN PARAWISATA DANAU TOBA
DIMENSI SOSIO CULTURE DALAM PENGEMBANGAN PARAWISATA DANAU TOBA
 

Selayang pandang kota jambi

  • 1. SELAYANG PANDANG KOTA JAMBI PERKEMBANGAN BUDAYA DAN MASYARAKATNYA Oleh : Drg Irawati Sukandar ,Mkes Sekretaris Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Jambi TAHUN 2014
  • 2. DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Letak Geografis 1.3. Sejarah Kota Jambi 1.4. Peninggalan Sejarah dan Budaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Istilah Jambi 2.2. Penduduk Kota Jambi 2.3. Pemerintahan 2.4. StartifikasiSosial 2.5. Masuknya Budaya India 2.5.1. Teori Arus lawan 2.6. Agama Budha Hinayana BAB III PEMBAHASAN BAB IV KESIMPULAN BAB I
  • 3. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jambi merupakan ibukota provinsi Jambi dengan batasan sebelah utara, barat, selatan dan timur berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi, dengan kata lain Kota Jambi dikelilingi oleh Kabupaten Muaro Jambi. Budaya dan masyarakatnya telah berkembang pada saat ini dengan heterogenitas suku , adat, budaya, agama dll. Perkembangan budaya dan masyarakatnya memang perlu disikapi dengan bijaksana tanpa mengurangi nilai nilai asli budaya ,adat istiadat, dan sejarah yang menyertainya . Maka perlu sekali kita memahami sejarah budaya dan masyarakat Kota Jambi dari masa ke masa agar pengetahuan dan pemahaman ini menjadi dasar kecintaan kita kepada Kota Jambi sebagai tempat dimana kita tinggal dan mencari penghidupan demi mengejar cita cita masa depan pribadi dan keturunan kita dimasa yang akan datang. Buku ini akan membahas budaya dan masyarakatnya dari masa ke masa yang dimulai dari sejarah mulai terbentuknya kerajaan sampai dengan perkembangan Kota Jambi pada saat ini.Dan sebagai bahan kajian penulisan dengan mengumpulkan hasil hasil penelitian orang lain dan penulisan penulisan buku tentang Kota Jambi yang dimulai dari sejarah dan perkembangannya dan dilengkapi dengan gambar dan ilustrasi yang dapat memperkaya pengetahuan pembaca. 1.2. Letak Geografis Kota Jambi berada pada ketinggian rata rata 10 sampai 60 meter diatas permukaan laut. Secara geografis posisi Kota Jambi berada pada 01030’2,98’ - 01040’1,07 Lintang Selatan dan 10340’1,67’ – 10340’0,22’ Bujur Timur. Dimana luas wilayah Kota Jambi adalah 205,38 km2 terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan dan 62 kelurahan yang dapat dilihat secara mendetail pada tabel berikut ini : Tabel 1.1. Luas wilayah, Jumlah RT, KK dan penduduk per Kecamatan dalam wilayah Kota Jambi tahun 2013 NO KECAMATAN KM2 JML RT KK PENDUDUK KET LAKI-LAKI PEREMPUAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kota Baru Jambi Selatan Jelutung Pasar Jambi Telanaipura Danau Teluk Pelayangan Jambi Timur 77,78 34,07 7,92 4,02 30,39 15,70 15,29 20,21 316 248 231 58 268 43 43 219 42.357 38.315 18.694 4.423 31.417 3.895 3.907 27.235 Jumlah/Total 205,38 1.426 Sumber :Bappeda Kota jambi,2013 1.3. Sejarah Kota Jambi
  • 4. Kerajaan Jambi mempunyai wilayah kekuasaan seperti tertuang dalam pepatah adat “Pucuk Jambi Sembilan Lurah, Batangnyo Alam Rajo”. Pucuk yaitu ulu, dataran tinggi. Sembilan Lurah yaitu Sembilan negeri atau wilayah. Batangnyo alam rajo yaitu teras kerajaan yg terdiri atas 12 suku atau daerah.(Giyarto, 2008) Sutan Thaha Saifuddin adalah pemimpin Kerajaan Jambi yang sangat dicintai rakyatnya. Beliau memerintah mulai tahun 1855 menggantikan Abdurrahman Nazaruddin. Dimana tiga tahun memimpin Kerajaan Jambi, Belanda menyerang dan menduduki kerajaan ini. Sebelumnya antara Kesultanan Jambi dan Belanda , namun karena keserakahan Belanda, terjadilah perang ini. Bersama pengikut setianya Sultan Thaha mengobarkan perang gerilya sampai gugur pada tanggal 27 April 1904. ( Sejarah munculnya tanggal 17 Mei sebagai hari jadi pemerintah Kota Jambi dan PERDA ….2014 tentang hari jadi Kota jambi ) 1.4. Peninggalan Sejarah dan Budaya Dalam sejarah Jambi terdapat perkembangan kerajaan kerajaan dari kerajaan Melayu, kerajaan Sriwijaya dan terakhir adalah kesultanan Tanah Melayu atau kesultanan Jambi. Perubahan dan perkembangan kerajaan yang memerintah Jambi meninggalkan bekas kebesarannya yaitu situs purbakala dan budaya di dalam masyarakat. Sebahagian sisa kebesaran sejarah masa lalu terdapat di dalam wilayah Kota Jambi. (Saudagar dkk, 1992) Situs purbakala yang terdapat di wilayah Kota Jambi adalah situs Solok Sipin. Situs purbakala ini memiliki areal 10 km2 yang di dalamnya terdapat sisa sisa peninggalan masa lampau dari kerajaan Melayu, Sriwijaya dan kesultanan Jambi. Di lokasi situs Solok Sipin terdapat peninggalan peninggalan penting ( Saudagar ,1990): a. Candi Sekarabah b. Candi Kuto c. Candi Solok Sipin d. Candi Sausekip e. Pemakaman benteng f. Rumah Tuo Pacinan g. Perahu Kuno Diantara peninggalan tersebut sudah tidak sempurna lagi ada yang telah runtuh bahkan berada dibawah pondasi rumah penduduk. Disamping peninggalan sejarah, masyarakat Jambi mewariskan kebudayaan yang tinggi. Peninggalan kebudayaan tersebut berupa sistem kemasyarakatan ( sosial system) dan kebudayaan fisik yang dapat dinikmasti secara langsung , antara lain upacara pernikahan, upacara kematian, kekerabatan, benda benda kesenian dan lain lain. Lokasi pemukiman kuno di wilayah Kota Jambi terdapat di lokasi Solok Sipin, berdasarkan data antropologi budaya ( Saudagar 1992) penduduk Jambi dihuni oleh tiga suku bangsa besar yaitu bangsa Kerinci, suku bangsa Melayu dan Suku bangsa Kubu (anak dalam). Suku bangsa Kerinci adalah suku bangsa terdahulu memasuki
  • 5. wilayah pedalaman Jambi dan termasuk salah satu suku bangsa tertua di Sumatera ( Saudagar,1990). Pada periode 10.000 sebelum Masehi sampai 2000 sebelum Masehi suku bangsa Kerinci memasuki kaldera paradaban yang tinggi yaitu beradaban rangguk. Beberapa hasil budaya dari peradaban rangguk ini antara lain adalah bahasa Kerinci yang memiliki lebih dari 200 dialek bahasa. Bahasa kerinci memiliki system huruf Encung atau Rancung artinya huruf miring. Ada dugaan bahasa Kerinci berinduk kepada bahasa sSansekerta, karena di daerah Kerinci banyak sekali tambo yang berbahasa Sansekerta. Suku bangsa Melayu adalah suku yang berasal dari Ras Mongoloid, rumpun bahasa Malayan Mongoloid. Suku bangsa Melayu ini mulai memasuki wilayah pantai Timur dan pedalaman Jambi, pada periode perpindahan antara tahun 2000 sebelum Masehi sampai tahun 500 sebelum Masehi. Mereka berasal dari daratan Asia Tenggara yaitu dari Negeri Junan di Indo China.Dan mereka mengembangkan peradaban yang tinggi yaitu peradaban Melayu, perkembangan peradaban Melayu mencapai puncaknya pada zaman kerajaan Melayu, zaman kerajaan Sriwijaya dan zaman kesultanan Tanah Melayu. Sisa atau situs bekas kebesaran peradaban masa lampau terdapat di situs Solok Sipin , situs Muaro Jambi dan Muaro Tembesi. Suku Anak Dalam atau Suku Kubu Jambi masih termasuk ras Mongoloid dari rumpun bahasa Melayan Mongoloid. Mereka mendiami wilayah dataran rendah di Kabupaten Batanghari, Kabupaten Sarolangun, Bangko , Bungo , Tebodan Kabupaten Tanjung Jabung. Menurut bahasa percakapan sehari hari mereka menggunakan tiga macam dialek bahasa. Suku bangsa Kubu yang mendiami Kabupaten Batanghari dan Tanjung Jabung memakai bahasa percakapan dialek Palembang. Suku bangsa Kubu yang mendiami Kabupaten Bungo Tebo memakai dialek bahasa Minang kabau dan suku bangsa Kubu yang mendiami kabupaten Sarolangun memakai dialek bahasa Rejang. BAB II
  • 6. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Istilah Jambi Hasil penelitian terhadap kondisi sosial budaya masyarakat Jambi , maka istilah Jambi dapat ditelusuri ke dalam beberapa makna (Saudagar,1990). Sebuah cap peninggalan kesultanan Tanah melayu Jambi tertulis istilah Jambi dengan huruf Pallawa. Huruf Pallawa menunjukkan perkembangan huruf pada abad ke VII Masehi. Jambi sebagai nama Desa , di kecamatan Sekernan terdapat dua desa kuno yang bernamakan Jambi yaitu desa Jambi Tulo dan Jambi Kecil. Masing masing desa ini berada 10 km dan 15 km sebelah barat situs percandian Muaro jambi dimana dipinggiran kedua desa mengalir kanal tua peninggalan kerajaan Sriwijaya yaitu kanal Amburan Jalo dan kanal Jambi kecil dan sungai Terusan. Jambi sebagai sahabat dimana dalam bahasa Arab terdapat kata Bijanibi artinya secara harfiah adalah serambi atau samping. Pendapat ini secara figuurlijk artinya sahabat. Pendapat ini dikembangkan dari cerita atau legenda Saudagar Chaniago sehingga sulit ditelesuri kebenarannya ( Nasruddin,1969) Jambi sebagai toponim Tchan – pei dimana dalam catatan Cina pada Dinasti Sung (960 – 1.260 masehi ) dinyatakan bahwa raja San-Fo-Tsi (Sriwijaya) bersemayam di Chan-pi atau Tchan-pei (Mulyana, 1981), maka ada dua pendapat tentang penafsiran istilah Tchan-pei sebagai tempat bersemayamnya raja San-Fo-Tsi. Pendapat pertama mengatakan bahwa Tchan-pei adalah tempat tinggal (istana raja San-Fo-Tsi atau Sriwijaya) disemayamkan atau meninggal ( Risnal,1991). Pendapat kedua mengatakan bahwa Tchan-pei adalah tempat tinggal raja San-Fo-Tsi (Sriwijaya). Baik pendapat pertama maupun kedua memungkinkan salah satunya areal situs Solok Sipin adalah tempat yang dimaksud diatas. Jambi sebagai nama tumbuhan dalam laporan penelitian Sejarah Berdirinya Kota Jambi (Bappeda Kota jambi dan UNJA,1992) , dalam bahasa Jawa kuno terdapat istilah Janbe atinya pohon pinang, hasil penelitian terhadap arti pinang bagi masyarakat adat Jambi di desa Sungai Duren dan desa Muara Jambi maka dapat ditelusuri kedalam beberapa makna : 1. Pinang sebagai lambang cinta Buah pinang bila menyatu dengan daun sirih dan kapur maka dikenal sirih pinang untuk konsumsi makan sirih. Manakala sirih, pinang, dan kapur dimasukkan kedalam sebuah tongkang (cerana) terbuat dari tembaga, lalu diserahkan oleh keluarga pemudi maka resmi menjadi tunangan (peminangan) antara dua sejoli yang sedang dimabuk asmara. Dan tak lama kemudian dilanjutkan ke jenjang perkawinan, taka da pinang taka da
  • 7. acara pertunangan di masyarakat Jambi.Pinang sebagai lambang kecantikan atau keindahan Sebilan orang gadis penari cantik penari sekapur sirih dari kerajaan melayu/ Sriwijaya memakai hiasan indah dari bunga atau mayang pinang. Untaian karangan bunga pinang menghiasi bagian leher dan kepala para penari menimbulkan kesan bahwa penari adalah gadis cantik jelita. Gadis Jambi terkenal cantiknya , misalnya dara Jingga,Dara Putih, Tuan putri Selaras Pinang Masak, Putri Mayang Mangurai dan lain lain. 2. Pinang sebagai lambang kehormatan Tari sekapur sirih sebagai tarian tradisional masyarakat Jambi biasanya dibawakan oleh Sembilan orang penari, salah seorang diantaranya membawa sebuah tongkang yang berisi persembahan sirih pinang. Sirih nan sekapur, pinang nan selayang beserta rokok nan sebatang, ini persembahan pertanda putih hati masyarakat menerima tamu atau pendatang dari luar. Kebiasaan ini sejak zaman melayu, Sriwijaya Kesultanan tanah melayu, hingga sekarang tetap lestari sebagai peninggalan budaya bangsa. 2.2. Penduduk Kota Jambi Diantara tahun 1500 sampai tahun 1630 Jambi menjadi pelabuhan pengekspor lada nomor dua setelah Acah di Sumatera. Jambi memiliki syahbandar, suatu jabatan yang oleh penguasa Melayu biasa diberkan pada saudagar asing yang terkemuka untuk memberikan jaminan bahwa protocol diperhatikan dan bea pelabuhan dibayar oleh saudagar asing yang dating melalui laut. Disebutkan DR. Lindayati ,2014 dalam bukunya “Menyibak Sejarah” Tanah Pilih Pusako Betuah bahwa sekitar tahun 1512 pemegang jabatan syahbandar di Jambi adalah orang IslamCina. Perkampungan saat itu berada di sepanjang Sungai Batanghari dengan penduduk jarang.Hal ini dapat dibuktikan dari peta Arend de roever dan bea Bommer,Grote Atlas van de Verenigde Oost-Indishe Compagnie,Mission to the East Coast of Sumatera 1823, Caledonian Mercury Press.( Lindayati,2014) Kota Jambi terbagi menjadi kampung kampung, yaitu perkampungan yang terletak di sebelah kiri Sungai Batanghari, perkampungan di sbelah kanan sungai Batanghari. Perkampungan di seberang kiri sungai Batanghari adalh Tanjung Johor, Tahtul Yaman, Arab melayu, Mudung Laut dan Jelmu, Kampung Tengah, Olak Kemang dan Ulu Gedong, Tanjung Pasir, Tanjung Raden dan Pasir Panjang.Menurut cerita masyarakat setempat dahulu perkampungan ini didiami orang-orang Cina yang beragama Islam dan tokohnya yang masih dikenal sampai sekarang adalah datuk Sin Tay. Kota Jambi yang dimaksud dalam penelitian UNJA,1992 adalah tempat pemukiman penduduk pada ratusan tahun yang lampau. Dimana
  • 8. dalam Giyanto,2008 disebutkan bahwa suku Melayu Jambi merupakan suku mayoritas yang menghuni Provinsi Jambi,sebagian hidup di pusat pusat pemerintahan ada pula yang mentap di bantaran sungai atau pesisir pantai. Suku yang disebut dengan nama Orang Jambi ini tergolong dalam Melayu Baru. Bahasa keseharian suku Melayu baru adalah bahasa Melayu Jambi dengan berbagai dialek. Budayanya dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu yang bernuansa Islami. Meski juga ditemui budaya Minang.berbagai suku atau komunitas suku asli Jambi tersebar di provinsi Jambi dan penyebaran beberapa suku tersebut di beberapa kabupaten dalam wilayah provinsi Jambi, sedangkan penyebaran suku pendatang terpusat di daerah perkotaan dan pesisir pantai.beberapa pendatang membaur dengan suku asli misalnya suku Jawa yang berasal dari pemukiman transmigran, dalam pergaulan sehari hari kebanyakan suku pendatang menggunakan bahasa Melayu Jambi. Bahasa daerah asal hanya digunakan ketika berada dalam kelompoknya sendiri.(Giyanto,2008) Menurut Djakfar,1958 dalam penelitian UNJA,1992 menyebutkan bahwa tiap tiap dusun berpenghulu dan penghuninya disebut anak buah. Sayarat bagi penghuninya adalah berhalaman, berkorong, berkampung, berjamban, bertepian dan sengseko. Sengseko misalnya sislang,pedang,durian,tebat dan tanaman. Tiap tiap rumah bertengganai, tiap tiap kampung bertua dan tiap tiap rantau berbatin (berjenang). Maka tiap tiap penghuni rumah (anak buah) bermufakat ke tengganai, tiap tiap tengganai bermufakat ke tua-tua dan dari tua-tua bermufakat ke Batin atau Jenang. Sebagai pusat pemukiman kuno Kota Jambi adalah Bandar perdagangan dan keagamaan. Menurut berita Cina , mata dagangan diperjual belikan pada 7 – 12 Masehi adalah emas, damar, lada,gading, cula badak, buah pinang hutan . Di kota Jambi tempat yang berfungsi sebagai lokasi penimbunan barang atau gudang adalah Desa Ulu Gedong dan Gedong terbakar zaman VOC. Berbagai jenis perahu dan berbagai ukuran yang dikenal adalah jenis biduk, perahu, jukung, layar dan yang terbesar yaitu Dendang (ukuran 100 ton ke atas), Sebagai pusat perdagangan, kota Jambi secara arkeologis memiliki sisa sisa bangunan suci keagamaan (Budha) di lokasi suci keagamaan situs Solok Sipin dalam hal keagamaan yang tidak dapat dipisahkan dengan situs percandian Muaro Jambi. 2.3. Pemerintahan Sistem pemerintahan asli masyarakat Jambi tidak banyak berbeda sejak dari kerajaan Melayu, Sriwijaya sampai zaman kesultanan Jambi. Kerajaan disusun atas dasar adat, pada zaman kesultanan, adat bersendi syarak dan syarak bersendi kitabullah. Bentuk dan struktur pemerintahan kerajaan adalah berjenjang naik bertangga turun ( Nasruddin,1989 dalam
  • 9. UNJA,1992)Azas demokrasi berdasar kepribadian seorang raja yang tercermin dalam pepatah ‘raja adil disembah, raja zalim raja disangkal”. Dalam perkembangan penduduk Jambi, orang orang yang menduduki jabatan dikenal dengan sebutan suku bangsa XII atau XII bangsa. Kedua belas suku bangsa di Jambi adalah sebagai berikut (Djakfar,1980) : a. Bangsa atau Kalbu IX Koto, bertugas sebagai angkatan perang kerajaan, mereka bermukim di kampong Baru tanah Pedalaman ( Tanah Pilih – Kampung Solok) pimpinan bergelar Temenggung. b. Bangsa atau Petajen, sebagai petugas dalam urusan pembangunan kerajaan, mereka bermukim di betung bedara, Pimpinan bergelar Pasirah. c. Bangsa Marosebo, sebagai petugas kerajaan dalam bidang keamanan dalam negeri, mereka bermukim di Kembang Seri, pimpinannya bergelar Kademang. d. Bangsa Jebus Raja Seri, sebagai petugas kerajaan yang membidangi urusan pengangkatan raja atau sultan, mereka bermukim di Kampung Baru pedalaman,bergelat Temenggung. e. Bangsa atau Kalbu Air hitam, sebagai petugas kerajaan di bidang belanja keratin, mereka bermukim di Lubuk kepayang, pimpinannya bergelar Pasirah. f. Bangsa atau Kalbu Awin, sebagai petugas kerajaan yang membidangi urusan pengawal belakang raja yang memakai tombak, mereka bermukim di Dusun Pulau Kayu Aro, pimpinannya bergelar Ngebih. g. Bangsa atau Kalbu Penagan, sebagai petugas kerajaan yang membidangi urusan pengawal duduk di depan raja, mereka bermukim di Dusun Kuap, pimpinannya bergelar Ngebih. h. Bangsa Kalbu Miji, sebagai petugas kerajaan yang membidangi urusan kesehatan dan kamar tidur raja, mereka bermukim di Sekernan, pimpinannya bergelar Temenggung. i. Bangsa atau Kalbu Pinokawan Tengah, sebagai petugas kerajaan yang membidangi urusan perhubungan (kurir), mereka bermukim di Dusun Sungai Duren, pimpinannya bergelar Ngebih. j. Bangsa atau Kalbu Mestong, sebagai petugas kerajaan yang mebidangi urusan persenjataan kerajaan, mereka bermukim di Dusun Sarang Burung, pimpinannya bergelar Ngebih. k. Bangsa atau Kalbu Kebalen, sebagai petugas kerajaan yang bertugas mengawal sebelah kiri dan kanan raja, mereka bermukim di Dusun terusan, pimpinannya bergelar Jago Patih (Patih). l. Bangsa atau Kalbu Pemayung, sebagai petugas yang membidangi urusan memayungi raja keluar keratin, mereka bermukim di kampong Gedang Pedalaman dan Dusun Teluk, pimpinan bergelar Temenggung, wakilnya bergelar Kedemang yang berkedudukan di Dusun Teluk. Penyelenggaraan pemerintahan kerajaan di daerah berbentuk distick, pemerinah didaerah diselenggarakan oleh jenang yang diangkat atas persetujuan raja atau sultan. Para jenang membawahi beberapa orang rio dan Ngebih sebagai pimpinan Batin. Pemerintahan Batin ini membawahi bebrapa orang kepala Dusun yang bergelar Penghulu. Tiap dusun terdiri dari
  • 10. kelompok orang orang yang dipimpin oleh ketua kelompok yang bergelar Tengganai atau Tua-tua Tengganai. Menurut Djakfar,1958 dalam UNJA,1992 bahwa pejabat pejabat yang memerintah diluar keratin dapat dibedakan ke dalam dua bentuk menurut asal usul, pertama para pejabat kerajaan yang berasal dari keturunan bangsa XII dan kedua adalah yang berasal dari luar bangsa XII atai mesyarakat rantau. Pejabat kerajaan berasal dari Bangsa XII disebut orang penghulu, sedangkan pejabat kerajaan berasal dari luar bangsa XII disebut orang biasa. Dalam Surat keputusan Walikotamadya Kepala daerah Tingkat II Jambi pada akhir masa bhaktinya tahun 1984, panitia berkesimpulan bahwa hari jadi Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Jambi jatuh pada tanggal 17 Mei 1946. 2.4. StartifikasiSosial Menurut Tideman, 1937 dalam UNJA,1992 menyatakan bahwa pelapisan sosial masyarakat asli daerah Jambi sejak berdirinya kerajaan Melayu, Sriwijaya dan Kesultanan Jambi terbagi ke dalam beberapa lapisan masyarakat, paling tidak ada lima lapisan masyarakat : a. Golongan orang Penghulu b. Golongan pembesar Kerajaan c. Penduduk Jelata d. Golongan Buruh e. Golongan Budak belian Golongan paling atas adalah orang penghulu yang berstatus sebagai kaum bangsawan Jambi. Kaum bangsawan adalah cikal bakal Bangsa XII dan orang yang mempunyai pertalian darah dengan raja atau sultan, kaum bangsawan Jambi menurut tingkatannya ada lima macam : a. Kelompok Keraton b. Kelompok Perban c. Kelompok Raja Empat Puluh d. Kelompok kedipan e. Kelompok Kemas Golongan pembesar kerajaan adalah orang orang yang berasal dari keturunan pejabat pejabat kerajaan misalnya keturunan para jenang, penghulu dll. Penduduk jelata adalah rakyat biasa yang patuh dan taat kepada raja atau sultan. Golongan buruh adalah orang orang yang tidak mampu membayar dan atau ganti rugi, sedang golongan budak belian adalah orangyang mempunyai keslahan berat dalam adat dann kejahatan pelanggaran misal zina. Keturunan mereka menjadi budak raja. 2.5. Masuknya Budaya India Dalam menyebutkan kebudayaan India, maka kebudayaan tersebut adalah Hinduisme dan Budhisme. Kedua kebudayaan ini sulit dipisahkan
  • 11. karena telah menjadi ciri pengaruh India diluar negeri. Disamping itu dari segi kepercayaan keduanya dapat dipisahkan. Ada beberapa teori yang berlaku di Indonesia ada 4 (empat) teori namun hanya 1 (satu) teori yang dapat dikemukan disini yaitu menurut Bosch (1941) eksponen pendukung penyebaran kebudayaan India di Indonesia adalah oleh kaum Cendikiawan. Para pendeta (Biksu) kedua belah pihak aktif (secara bilateral) dalam penyebaran kebudayaan India. 2.5.1. Teori Arus lawan Hinduisme dan Budhisme memasuki Indonesia (daerah Jambi) melalui dua jalur, yaitu jalur Utara dan jalur Tenggara dan Selatan. Jalur Utara dan jalur Sutra adalah jalur tradisional yang melewati pegunungan Himalaya, Tibet, China, Anam, Burma dan Thailand ( Sumuintardjo,1978). Jalur ke Tenggara Selatan atau jalur lautan melewati Srilanka, Kamboja dan Indonesia. Agama Budha yang berkembang melalui jalur Utara pada umumnya adalah aliran Budha Mahayana, sedangkan agama yang berkembang melalui jalur Selatan pada umumnya adalah aliran Budha Hinayana. Pengaruh India baik Hinduisme maupun Budhisme memberi corak dan warna tersendiri bagi perkembangan kebudayaan Indonesia. Pengaruh India sebelum Islamsangat mendalam bagi bangsa Indonesia, antara lain : a. Sistem kepercayaan b. Filsafat hidup c. Seni bangunan d. Seni ukir patung Budhisme pertama kali diajarkan oleh Siddarta Gautama kepada lima orang muridnya ketika berusia 35 tahun (Widyadharma,1988). Setelah sang Budha mangakt di Kusinara dalam usia 80 tahun maka timbul beberapa aliran seperti sekte Hinayana atau Therawada dan sekte Mahaayana. Masing masing sekte mengalami perkembangan di wilayah Asia daratan dan Asia lautan atau kepulauan. Di Indonesia kedua sekte ini banyak dianut di Sumatera dan Jawa. 2.6. Agama Budha Hinayana Agama Budha yang berkembang di daerah Jambi adalah aliran Hinayana kemudian aliran Budha Mahayana berkembang pula. Diperkirakan agama Budha memasuki wilayah Jambi sejak awal abad Masehi, zaman Gupta (abad ke IV masehi) dan berlangsung hingga zaman Harsa (abad ke VII masehi). Tidak salah bila wilayah Timur pulau Sumatera adalah wilayah pertama kali yang mendapat pengaruh Budhisme di Nusantara. Jadi Jambi termasuk wilayah yang di[pengaruhi oleh agama Budha. Menjelang akhir abad VI Masehi situs Muaro jambi mulai berfungsi sampai menjelang akhir abad !! masehi (Saudagar,1991).