Teks ini berisi curahan hati seseorang yang memutuskan untuk melepaskan orang yang dicintainya agar bahagia tanpa dirinya, meskipun hal itu sangat menyakitkan. Ia berpura-pura tegar di hadapan orang tersebut padahal tidak sanggup menahan rasa sedih dan rindu. Ia berharap suatu hari nanti orang itu dapat bahagia dan mengerti mengapa ia melakukan ini.
Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah keluar dari hidupnya, sekarang. Terlebih saat dia mengatakan, dan sikapnya juga menunjukan bahwa dia sudah tidak menginginkaku disaat-saat sekarang. Aku tidak akan melupakan dirinya, tapi aku harus melupakan perasaanku padanya, walau pun itu berarti aku harus menghabiskan sisa hidupku hanya untuk melupakannya, sebab dia adalah satu-satunya yang aku miliki dan yang paling aku cintai sekarang. Tapi pasti butuh waktu lama sebelum aku bisa menatapnya tanpa merasakan apa yang kurasakan setiap kali aku melihat dan berada dekat dengannya. Mungkin suatu hari ---- aku tidak tahu kapan ---- rasa sakit ini akan hilang, dan saat itu kami baru akan bertemu lagi.
Feb 19, 2015. Friday
05.17pm
Dear : Diary
Apakah ada yang tahu rasanya mencintai seseorang yang sulit untuk dicintai? “aku tahu rasanya”. Aku memang baru mengenalnya, tapi rasanya aku sudah mengenalnya seumur hidup. Dan tiba-tiba saja aku sadar, dia telah menjadi bagian yang sangat penting dalam hidupku.
Aku pertama kali bertemu dengannya di “studio musik”. Lalu aku bertemu dengannya lagi untuk kedua kalinya. Salah seorang temanku mempertemukan aku dengannya dan mengenalkannya kepadaku. Selama ini aku tidak pernah percaya pada yang namanya kebetulan, tetapi ini seperti takdir. Karena akhirnya aku mendapatkan kesempatan untuk mengenalnya dan aku mencintainya, aku juga berharap dia merasakan hal yang sama denganku
Saat itu juga aku memutuskan untuk mencoba keberuntunganku, dalam urusan percintaan tentunya. Dan akhirnya aku bertemu dengannya.
Bintang keberuntunganku ternyata sedang bersinar terang saat itu. Aku bertemu dengannya lagi dan lagi, dia selalu datang menghampiri dan menyapaku. Harus aku akui, aku begitu terpana, sampai-sampai mendadak bisu sesaat. Aku tahu aku harus menepati janjiku sendiri. Aku mengajaknya ke tempat dimana aku pernah merasakan jatuh cinta dan kemudian patah hati, aku mengajaknya makan di salah satu kedai sederhana favoriteku, tapi aku berharap hal ini tidak terjadi dengan hubunganku bersamanya.
Hidup ini sungguh aneh dan tidak adil. Suatu kali hidup melambungkanku sangat tinggi, setinggi langit. Kali lainnya hidup menghempaskanku begitu keras ke bumi. Ketika aku menyadari bahwa dialah satu-satunya yang paling aku butuhkan dalam hidupku, dan aku sudah terlanjur mencintainya begitu dalam, kenyataan berteriak begitu keras padaku. Bahwa dia adalah orang yang hampir sulit bahkan tidak boleh kudapatkan. Kata-kataku memang terdengar tidak masuk akal, tapi percayalah bahwa aku rela melakukan apa saja, melepaskan apa saja, asal bisa bersamanya. Tapi apakah manusia bisa mengubah kenyataan???
Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah keluar dari hidupnya, sekarang. Terlebih saat dia mengatakan, dan sikapnya juga menunjukan bahwa dia sudah tidak menginginkaku disaat-saat sekarang. Aku tidak akan melupakan dirinya, tapi aku harus melupakan perasaanku padanya, walau pun itu berarti aku harus menghabiskan sisa hidupku hanya untuk melupakannya, sebab dia adalah satu-satunya yang aku miliki dan yang paling aku cintai sekarang. Tapi pasti butuh waktu lama sebelum aku bisa menatapnya tanpa merasakan apa yang kurasakan setiap kali aku melihat dan berada dekat dengannya. Mungkin suatu hari ---- aku tidak tahu kapan ---- rasa sakit ini akan hilang, dan saat itu kami baru akan bertemu lagi.
Sejujurnya, sekarang.. saat ini saja aku ingin bersikap egois, untuk beberapa detik saja aku ingin melupakan semua orang, mengabaikan dunia, dan melupakan asal-usul latar belakangku dan dirinya. Tanpa beban, tuntutan atau harapan, aku ingin mengaku, “aku mencintainya... aku sangat mencintainya.. aku pun sangat merindukannya”.
1. Sekali lagi, karena mencintai seseorang adalah membiarkannya salah paham . daripada
membuatnya semakin terluka jika mengetahui yang sebenarnya.
.jadi biarlah, cukup aku yang menanggungnya. biar saja aku menjadi orang yg begitu cuek
dihadapannya, padahal sebenarnya aku tak bisa mengacuhkannya.
.aku berlagak sok tegar dihadapannya, padahal aku gak bisa ngelakuin ini.
.berusaha untuk tidak nunjukin rasa sedih ini, padahal aku tak mampu lagi menahan tangis
ini.
.aku membiarkanmu sendiri tanpaku, tak perduli berapa kali kau katakan untuk tak
meninggalkanmu.
.tetapi kali ini, terpaksa harus kulakukan, tak peduli jika kao mengganggapku orang yang
jahat , tak peduli jika pada akhirnya kao membenciku sekalipun.
.mungkin, suatu hari kau mampu mengerti .
.maaf jika aku telah melukaimu, maaf tak mampu menjadi apa yang kao mau.
.kamu harus bisa menjalani hidupmu tanpaku. jangan bergantung kepadaku seperti
sebelumnya kao mengenalku. aku tau kao bisa.
.pernah aku berfikir, bersama orang ini, apakah aku bisa melupakan masa lalu itu ? bersam
aorang ini, bisakah aku mengurangi dosaku ? jika dapat bertemu dengan cara yang lain
masih bisakah untuk diperbaiki ?
.sekali lagi, menyembunyikan perasaan memang lebih menyakitkan, daripada tak tahu apa
yang sedang kao rasakan.
.kali ini, ada rasa sakit yang tak bisa kutahan. tak tahu harus berbagi dengan siapa.
.aku telah kehilangan arah. kepada siapa aku menyandarkan tangisku ?
.sekali lagi, kuminta bahagialah tanpaku. terimakasih telah menjadi warna dalam hidupku.
.besok, besoknya lagi, besok-besoknya lagi, dan sampai kapanpun, aku takkan pernah lupa.
bahwa kao adalah orang yang mampu mengajariku menjadi mandiri .
.tersenyumlah untukku, dan cobalah untuk bahagia TANPAKU . :’)