Material that provides an explanation of the relationship or relationship between politics and business. by understanding these relationships, we can understand interrelated politics and business
2. Pertantayaan Relasi Bisnis dan Politik
• Pertama, berkaitan dgn keterlibatan
pemerintah (negara, politik) dalam bisnis
(pasar):
Sejauh mana pemerintah terlibat dalam
mekanisme pasar? Memperlancar atau
menghambat? (Mc.Intyre, 1994:2)
• Kedua, berkaitan dengan keterlibatan
bisnis (pasar) dalam kehidupan politik
(pemerintah, negara)
Sejauhmana kelompok bisnis itu memiliki
pengaruh dalam proses politik?
Apakah keterlibatan tersebut membawa
negara ke arah suasana yang lebih
demokratis, atau tidak? (Gilpin, 1987: 8)
3. Peran Negara: Studi Developmental State
Negara memiliki peran sangat penting
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Melalui kekuasaan dan otoritasnya
negara bisa membuat kebijakan mikro
(tax holiday) & makro (moneter dan
fiskal) (penganut state-centred
approach).
Pentingnya peran negara dalam
ekonomi disebut Teori Negara
Pembangunan (TNP) atau
Developmental State.
4. FAKTOR2 YANG MEMPENGARUHI TNP:
Dua Gagasan Besar Mempengaruhi:
Gagasan pertama: Industrialisasi
terlambat Negara dibutuhkan untuk
mengejar (catch up) ketertinggalan
pembangunan dari negara2 maju.
Industri manufactur dan yg terkait
hanya dapat diperoleh melalui jalur
kekuasaan negara (Frederich List,
1985:175).
Negara dipandang memiliki
kemampuan untuk mengarahkan
(diregism) proses industrialisasi melalui
serangkaian kebijakan bagi industri2
yang baru berkembang (Alexander
Gerchenkron) .
5. Gagasan kedua, tentang “Negara
Otonomi” (State Autonomy):
Negara dilihat memiliki kepentingannya
tidak dikendalikan klas-klas tertentu.
Negara dapat memiliki kepentingan
sendiri dalam memproduksi dan
mereproduksi kapital.
Argumen pokoknya TNP (Teori Negara
Pembangunan) adalah: negara memiliki
peran dan posisi sangat menentukan
dalam pembangunan.
Peran seperti ini terjadi karena negara
memiliki otonomi dan kemampuan
(capability) untuk melakukannya.
6. Prakteknya NP (developmental state)
sangat bervariasi, di Taiwan orientasi
kebijakan industri pada SMEs (small and
medium enterprises). Di Korea Selatan
pada pengembangan industri besar
(chaebol).
KARAKTERISTIK DASAR NP sbb.:
(Linda Weiss)
Berkaitan dengan prioritas kebijakan,
Berkaitan dengan penataan organisasi
pemerintah,
Adanya keterkaitan kelembagaan
antara aktor2 ekonomi yang
terorganisasi
7. YANG DIBUTUHKAN NEGARA
PEMBANGUNAN: (Andrian Leftwich)
a. Developmental elite (elit pembangunan)
yg punya komitmen kuat dlm
pembangunan. Contoh: Lee Kuan Yew
(Singapura); Mahatir Mohammad
(Malaysia); Soeharto (Indonesia).
b. Negara yang relatif otonom. Artinya,
negara memiliki independensi thd
berbagai kepentingan yg ada dlm
masyarakat. Namun tidak berarti
kelompok2 tadi tidak mendapatkan
keuntungan dari kebijakan negara.
Contoh: Klp Bumiputera di Malaysia;
Pemilik peternakan besar di Botswana.
8. Relatif otonomnya negara tidak berarti
negara terlepas sama sekali dari
kepentingan2 yang ada dalam
masyarakat.
Peter Evans: menjelaskan dalam konsep
embedded autonomy (1995): ada relasi
dinamis antara negara dan kekuatan2
yang ada dalam masyarakat.
Negara memiliki keterkaitan (embedded)
dengan kekuatan non state dan aktor2
lain, baik eksternal maupun internal.
Dalam NP dibutuhkan penopang berupa
Birokrasi Rasional (Chibber, 2002), yang
berfungsi menjadikan NP lebih efektif
dalam merumuskan dan
mengimplementasikan kebijakan2 industri
9. • Bagi penganut market-centred
approach, peran negara yang terlalu
besar di bidang ekonomi justru menjadi
penghalang bagi bergeraknya kegiatan
ekonomi atau disebut dengan
goverment failure.
• Argumen pokoknya: mekanisme pasar
seharusnya dibiarkan berjalan sendiri.
• Keterlibatan negara di bidang ekonomi
justru dipandang sebagai perusak
jalannya mekanisme pasar yang
berjalan.
10. • Kapitalisme itu sendiri yang
memiliki asumsi bahwa kompetisi
itu pada akhirnya bisa melahirkan
efisiensi dan inovasi, sekaligus
menghasilkan adanya distribusi
kekayaan yang rasional.
• Alokasi berbagai sumber yang
ada dalam masyarakat akan
berlangsung secara efisien
manakala berkaitan dengan
kekuatan-kekuatan pasar Ruth
McVey (1992:10)
11. UPAYA PEMERINTAH MENDORONG
INDUSTRI:
1. Mengurangi bea masuk dan keluar
(barang dan modal),
2. Mendorong investasi modal
(domestik dan asing),
3. Inward-looking oriented,
industrialization—mengembangkan
industri substitusi impor,
4. Outward-looking oriented
industrialization—impor modal dan
barang.
12. TIPOLOGI SISTEM KAPITALISME
Sumber: Hutchcroft (1994:217)
Aparatur Negara Relatif
lebih Kuat. Vis a Vis
kepentingan bisnis
Aparatur Negara
Relatif lebih lemah.
Vis a Vis kepentigan
bisnis
Negara lebih
Legal –
Rasional
Kapitalisme Negara
(Developmental State)
Kapitalisme Pasar
(regulatory State)
Negara lebih
Patrimonial
Kapitalisme Birokratisk
(Patrimonial Administrative
State)
Kapitalisme Rente
(Patrimonila
Oligarkhi State)
13. ERA ORDE BARU
• Pertanian—Industri (new industrialised
country)—gagal sebagai
developmental state seperti Singapura,
Korea selatan dan Taiwan karena
kekuasaan patrimonial. Kekuasaan di
bidang ekonomi tidak hanya untuk
memajukan perekonomian tapi untuk
kemajuan usaha kelompok yg dekat
dengan penguasa.
• Resep lembaga donor (IMF) setelah
perekonomian Indonesia krisis yaitu dg
LIBERALISASI EKONOMI (market-
centred approach)
14. EKSISTENSI NEGARA INDONESIA
PASCA ORBA:
• Yahya Muhaimin : Antara th 1950 s/d
1980-an kebijakan bercorak patronage.
Era Soekarno, pengusaha pribumi lebih
diuntungkan, era Soeharto juga, misal,
Liem Sioe Liong kroni Soeharto
• Berikutnya perekonomian Indonesia
mengalami krisis. Saran lembaga donor
keuangan (IMF) Indonesia harus
melakukan liberalisasi ekonomi (market
shared).
• Deregulasi dan debirokratisasi
merupakan bukti, sedikit demi sedikit
bergerak kearah liberalisasi ekonomi.
15. Perubahan Kekausaan
• Pemenang pemilu 1999 PDIP, pemilu
2004 GOLKAR, pemilu 2009 Partai
Demokrat.
• Konsekuensinya: Pengendali kekuasaan
tidak leluasa membuat keputusan-
keputusan politik maupun ekonomi,
sebagaimana pada era Orde Baru.
• Sejak 2001 Pemerintah
mengimplementasikan kebijakan Otonomi
Daerah & Desentralisasi, sehingga
kebijakan/urusan2 pemerintahan tidak
terkonsentrasi di pemerintah pusat
melainkan di pemerintah daerah.
• Kekuasaan negara menjadi terbatas.
16. PENGUASA VERSUS PENGUSAHA?
Pasca Orde Baru
• Negara punya otoritas dalam mengatur
kehidupan ekonomi, pemilikan dan
penguasaan BUMN. Relasi Penguasa-
Pengusaha menguat, namun posisi
negara tidak sekuat era Orde Baru.
• PERSEPSI:
• Politisi harus kaya dulu, agar dapat
optimal memperjuangkan nasib rakyat,
• Proses demokratisasi menuntut adanya
keterbukaan dalam proses rekruitmen
elit politik (dari semua kalangan)
17. • Faktor mahalnya political cost menjadi
kendala, oleh sebab itu hanya yang
punya “modal” (modal dapat berupa
modal material, modal sosial, ataupun
modal politik);
• Masuknya pengusaha ke ranah politik,
merubah corak patrimonial
administrative state ke patrimonial
oligarchic state;
• Jika sebelumnya pola berbagai
kebijakan berpusat pada negara, setelah
(pasca Orde Baru) berpusat pada
kekuatan2 ekonomi tertentu yg ada
didalam pasar.
18. MASALAH EMBEDDEDNESS
AUTONOMY
• DUA KARAKTER NEGARA KUAT:
(Richard Doner, 1992:399)
Pertama, negara harus memiliki kebebasan dari
tekanan (insulated) dan dari kekuatan2 yg ada
dalam masyarakat. Jadi memungkinkan negara
dapat merumuskan kebijakan2 yang dapat
diterima oleh berbagai pihak.
Kedua, negara secara organisasi memiliki
kemampuan yg cukup dan terkoordinasi untuk
mengimplementasikan kebijakan2 yg telah dibuat.
Jadi negara hrs memiliki kapasitas dan tdk
tergantung serta tdk dibawah dominasi
klas tertentu.
19. TENTANG EMBEDDED AUTONOMY,
Peter Evan, menyatakan:
Negara harus memiliki kapasitas dan
tidak tergantung serta tidak dibawah
dominasi kelas tertentu, meskipun
tidak lepas sama sekali dari
keterkaitannya dengen kelompok-
kelompok yang ada dalam
masyarakat.
• Dua karakter di atas sulit terjadi di
Indonesia karena pasca Orde Baru
Indonesia terfragmentasi dan
terdesentralisasi.
20. Adanya kebijakan-kebijakan pro
pasar dan cenderung pro
kelompok bisnis memang bisa
secara mudah ditafsirkan:
bahwa kebijakan2 ekonomi
Indonesia tidak lagi terbebas
dari tekanan kelompok tertentu.
Contoh: UU Migas dan UU
Penanaman Modal,
dipandang sebagai
produk yang
menguntungkan
kelompok bisnis.
21. Disisi lain pemerintah tidak bisa
mengabaikan tuntutan kaum buruh
tatkala ada upaya merevisi UU
No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, pada bulan
maret 2006. (issue: buruh kontrak
dan pesangon).
Pengusaha menilai UU tersebut
terlalu memanjakan kaum buruh,
sementara buruh menilai upah
buruh di Indonesia terlalu murah.
22. PETUTUP
• Peran Negara Indonesia pasca Orde Baru
dari sudut pandang ekonomi politik terdapat
pergeseran, tidak sekuat sebelumnya.
• Kekuasaan negara terfragmentasi seiring
dengan diimplementasikannya kebijakan
otonomi daerah.
• Seiring dengan adanya kecenderungan
pasar demokrasi, kekuatan-kekuatan yang
memiliki modal besar pada akhirnya lebih
berpengaruh daripada kekuatan-kekuatan
lainnya.
• Melemahnya peran negara dan menguatnya
kekuatan-kekuatan di luar negara telah
menjadikan Indonesia cenderung kearah
Patrimonial Oligarchic State, di mana
kekuatan2 yang mengendalikan pasar
tertentu memperoleh keuntungan yg lebih
besar daripada yg lain.