Sebagai seorang yang berhajat kepada ilmu, selayaknya kita meletakkan
diri sebagai seorang faqir yang sangat-sangat mengharapkan pemberian.
Berkata Fudhail bin Iyyadh rahmatullah alaih, “Puncak adab menurut kami
adalah seseorang yang mengetahui kadar dirinya”. Apabila kita menuntut ilmu
tanpa memerhatikan adab-adab yang selayaknya, dikhuatiri akan dijauhkan
daripada keberkatan ilmu tersebut.
Sebagai seorang yang berhajat kepada ilmu, selayaknya kita meletakkan
diri sebagai seorang faqir yang sangat-sangat mengharapkan pemberian.
Berkata Fudhail bin Iyyadh rahmatullah alaih, “Puncak adab menurut kami
adalah seseorang yang mengetahui kadar dirinya”. Apabila kita menuntut ilmu
tanpa memerhatikan adab-adab yang selayaknya, dikhuatiri akan dijauhkan
daripada keberkatan ilmu tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang keutamaan mengadakan majelis ilmu berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW. Hadis tersebut meriwayatkan bahwa kaum muslimin yang berkumpul untuk membaca Alquran dan mempelajarinya akan mendapatkan ketenangan, rahmat Allah, dikelilingi malaikat, dan dipuji Allah di hadapan makhluk-Nya. Dokumen tersebut juga menjelaskan biografi singkat periwayat hadis tersebut, y
Adab Murid Dengan Syeikh [Pengantar Tawasuf (EP 20713)]akmalmustafakamal
Dokumen tersebut memberikan penghargaan kepada Allah atas segala nikmat dan ilmu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas. Dokumen ini juga mengucapkan terima kasih kepada pembimbing serta keluarga, teman, dan doa dari mereka yang membantu penulis menyelesaikan tugas ini.
Dokumen tersebut membahas tentang keutamaan mengadakan majelis ilmu berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW. Hadis tersebut meriwayatkan bahwa kaum muslimin yang berkumpul untuk membaca Alquran dan mempelajarinya akan mendapatkan ketenangan, rahmat Allah, dikelilingi malaikat, dan dipuji Allah di hadapan makhluk-Nya. Dokumen tersebut juga menjelaskan biografi singkat periwayat hadis tersebut, y
Adab Murid Dengan Syeikh [Pengantar Tawasuf (EP 20713)]akmalmustafakamal
Dokumen tersebut memberikan penghargaan kepada Allah atas segala nikmat dan ilmu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas. Dokumen ini juga mengucapkan terima kasih kepada pembimbing serta keluarga, teman, dan doa dari mereka yang membantu penulis menyelesaikan tugas ini.
Power point akhlaq materi 2 putaran 10 kelompok 12Suciaviatus
Dokumen tersebut membahas tentang adab guru ketika mengajar ilmu. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain guru hendaknya mengajar dengan niat mendapatkan ridho Allah dan menyebarkan ilmu, serta menghindari sikap tidak mau mengajar murid yang tidak tulus niatnya. Guru juga diimbau bersemangat dalam menyampaikan pemahaman kepada murid dengan meringkas penjelasan. Hadis-hadis yang dikutip m
Tiga hal penting yang perlu diperhatikan pelajar dalam menuntut ilmu adalah memilih ilmu yang tepat, memilih guru yang baik, dan memilih teman yang bermanfaat. Pelajar juga harus memiliki sifat sabar dan taat kepada gurunya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Akhlak dan adab terhadap guru menurut agama meliputi perilaku hormat, patuh, dan taat kepada guru seperti memuliakan, mendengarkan penjelasan, bertanya dengan baik, hadir dalam pelajaran, serta mendoakan guru.
Tiga prinsip utama dalam meletakkan landasan menuntut ilmu adalah: (1) menuntut ilmu agama yang dibutuhkan untuk melaksanakan ibadah adalah kewajiban individu, (2) menuntut ilmu lain di luar itu adalah kewajiban bersama, dan (3) ilmu yang dimaksud dalam ayat dan hadis adalah ilmu agama.
Teks menjelaskan tentang keutamaan ahli ilmu menurut pendapat seorang ulama besar bernama Imam Ayub Kaysan. Ia menyatakan bahwa pada masanya, obrolan lebih banyak daripada ilmu. Teks juga menjelaskan pentingnya menuntut ilmu bagi umat Islam dan memilih guru yang baik. Selain itu, menghormati dan memuliakan ulama merupakan adab yang harus diterapkan.
Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri guru impian menurut Islam. Tiga ciri utama adalah akidah yang mantap, akhlak yang baik, dan ilmu yang luas berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Guru seperti ini akan menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman bagi murid untuk belajar dan berakhlak mulia.
Dokumen tersebut membahas tentang tanggung jawab dan etika seorang guru dalam mengajar. Guru diharapkan memperlakukan murid dengan penuh kasih sayang, tidak mengharapkan imbalan atas pengajaran, serta menyampaikan ilmu sesuai tingkat kemampuan murid.
Hadits menjelaskan tentang pentingnya mencari ilmu pengetahuan dan menjadi guru. Peserta didik diimbau untuk menuntut ilmu sejak pagi hari agar menjadi orang yang terpelajar. Proses pendidikan yang terjadi antara peserta didik dan guru sangat diutamakan dalam agama Islam.
Hadits-Hadits Pilihan Seputar Agama Dan Akhlak membahas 3 topik utama dalam 3 kalimat:
1) Keutamaan menuntut ilmu agama dan berwara', 2) Pahala amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa, tetap ada meski sudah meninggal, 3) Bahaya berdusta atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dokumen ini membahas tentang pengertian adab secara etimologi dan menurut KH. Hasyim Asy'ari, yaitu kebaikan budi pekerti dan kesopanan. Juga membahas tentang adab santri kepada guru seperti tidak duduk di atas sajadah guru dan mengawali salam ketika bertemu guru. Terdapat juga hadis tentang menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
Power point akhlaq materi 2 putaran 10 kelompok 12Suciaviatus
Dokumen tersebut membahas tentang adab guru ketika mengajar ilmu. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain guru hendaknya mengajar dengan niat mendapatkan ridho Allah dan menyebarkan ilmu, serta menghindari sikap tidak mau mengajar murid yang tidak tulus niatnya. Guru juga diimbau bersemangat dalam menyampaikan pemahaman kepada murid dengan meringkas penjelasan. Hadis-hadis yang dikutip m
Tiga hal penting yang perlu diperhatikan pelajar dalam menuntut ilmu adalah memilih ilmu yang tepat, memilih guru yang baik, dan memilih teman yang bermanfaat. Pelajar juga harus memiliki sifat sabar dan taat kepada gurunya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Akhlak dan adab terhadap guru menurut agama meliputi perilaku hormat, patuh, dan taat kepada guru seperti memuliakan, mendengarkan penjelasan, bertanya dengan baik, hadir dalam pelajaran, serta mendoakan guru.
Tiga prinsip utama dalam meletakkan landasan menuntut ilmu adalah: (1) menuntut ilmu agama yang dibutuhkan untuk melaksanakan ibadah adalah kewajiban individu, (2) menuntut ilmu lain di luar itu adalah kewajiban bersama, dan (3) ilmu yang dimaksud dalam ayat dan hadis adalah ilmu agama.
Teks menjelaskan tentang keutamaan ahli ilmu menurut pendapat seorang ulama besar bernama Imam Ayub Kaysan. Ia menyatakan bahwa pada masanya, obrolan lebih banyak daripada ilmu. Teks juga menjelaskan pentingnya menuntut ilmu bagi umat Islam dan memilih guru yang baik. Selain itu, menghormati dan memuliakan ulama merupakan adab yang harus diterapkan.
Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri guru impian menurut Islam. Tiga ciri utama adalah akidah yang mantap, akhlak yang baik, dan ilmu yang luas berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Guru seperti ini akan menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman bagi murid untuk belajar dan berakhlak mulia.
Dokumen tersebut membahas tentang tanggung jawab dan etika seorang guru dalam mengajar. Guru diharapkan memperlakukan murid dengan penuh kasih sayang, tidak mengharapkan imbalan atas pengajaran, serta menyampaikan ilmu sesuai tingkat kemampuan murid.
Hadits menjelaskan tentang pentingnya mencari ilmu pengetahuan dan menjadi guru. Peserta didik diimbau untuk menuntut ilmu sejak pagi hari agar menjadi orang yang terpelajar. Proses pendidikan yang terjadi antara peserta didik dan guru sangat diutamakan dalam agama Islam.
Hadits-Hadits Pilihan Seputar Agama Dan Akhlak membahas 3 topik utama dalam 3 kalimat:
1) Keutamaan menuntut ilmu agama dan berwara', 2) Pahala amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa, tetap ada meski sudah meninggal, 3) Bahaya berdusta atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dokumen ini membahas tentang pengertian adab secara etimologi dan menurut KH. Hasyim Asy'ari, yaitu kebaikan budi pekerti dan kesopanan. Juga membahas tentang adab santri kepada guru seperti tidak duduk di atas sajadah guru dan mengawali salam ketika bertemu guru. Terdapat juga hadis tentang menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
1. Pintu bagi Penuntut Ilmu
Cetakan Pertama
Ramadhan 1442 H April 2021 M
Penyusun
Abu Muhammad Al-Mujtaba
Disemak oleh
Hj Othman bin Ngah
2. Kata Pengantar Penyusun
َ ْ
يهمَلـــاَعال ه
بهر ه ه
لِلُدْمَحلا
˛
َنْيهدلاَو اَيْنُّادل هروُمُأ َ
َلَع َ ْ
يهعَت ْ
سَن هههبَو
˛
للا
ُه
م
َص
هل
َو
َس
ْه
ل
َو
ب
َـــ
هرا
ْك
َع
َ
َل
َس
هي
هد
َن
ُم
َح
م
د
ُّنال
ْو
هر
ال
ا
ه
ت
َو
ه ه
الس
الس
ـــ
هرا
ي
ه
ف
َس
ـــ
هئا
هر
ألا
َ ْ
س
ــ
هءا
َو
ا
ل
هص
َف
ــ
ه
ات
َو
َع
َ
َل
ه ه
لأ
َو
ْ َ
ص
هب
هه
َو
َس
ْه
ل
Amma Ba’du
Sayyidina Ali R.A berkata:
ه ُ
ك ُعاَبْتأأ ٌعاَعَر ٌجَ ََهَو ،اةَ ََن ههيلب َس َ
َلَع ٌ ه
لَعَتُمَو ،ٌّ ه
ِنَّبَر ٌمهلاَعَف :ٌةَث َ
َلَث ُ
اسالن
يهر ه ُ
ك َعَم َونُليهمَي ،قهع َن
Maksudnya: “Manusia ada tiga jenis: Seorang alim rabbani (yang takut kepada Allah
s.w.t.) dan seorang murid (pelajar) yang ingin selamat, dan selain itu rakyat jelata
pengikut tiap suara seruan, condong mengikut arah angin.
Orang-orang yang berilmu merupakan hamba-hamba Allah s.w.t. yang
terpilih kerana melalui ilmu kita mampu memahami jalan kenabian seterusnya
menempuh jalan ma’rifah kepada Allah s.w.t..
Antara tanda membesarkan ilmu adalah membesarkan orang yang
mengajarkan ilmu.
Sebagai seorang yang berhajat kepada ilmu, selayaknya kita meletakkan
diri sebagai seorang faqir yang sangat-sangat mengharapkan pemberian.
Berkata Fudhail bin Iyyadh rahmatullah alaih, “Puncak adab menurut kami
adalah seseorang yang mengetahui kadar dirinya”. Apabila kita menuntut ilmu
tanpa memerhatikan adab-adab yang selayaknya, dikhuatiri akan dijauhkan
daripada keberkatan ilmu tersebut.
3. Dikatakan bahawa, ruh kepada terhasilnya sesuatu natijah yang diingini
adalah dengan melalui cara yang sahih dan juga dengan menghindari setiap
perkara yang ditegah. Begitu juga dalam memperolehi keberkatan ilmu, perlu
untuk memperhatikan cara-cara dan menjauhi perkara-perkara yang dapat
menjauhkan kita daripada mendapat keberkatan ilmu.
Imam al-Ghazali rahmatullah alaih berkata di dalam Ihya’, “Ilmu itu
memerangi orang yang tinggi diri seperti mana banjir memerangi tempat yang
tinggi”. Ibnu Mas’ud radhiyaAllahu a’nhuma berkata, “Ilmu itu bukanlah
banyaknya periwayatan tetapi adalah cahaya yang dimasukkan ke dalam qalbu.
Oleh yang demikian, risalah ini disusun sebagai peringatan buat diri saya
sendiri yang sangat-sangat berhajat kepada keampunan Allah s.w.t. dan
kerberkatan daripada ilmu, juga sebagai maudhu’ muzakarah bagi teman-
teman seperjalanan agar dapat diperhatikan dan dapat dijadikan amalan
daripada nasihat-nasihat mulia dan amalan para pendahulu kita dalam
menuntut ilmu.
Sebenarnya terlalu banyak adab-adab zahir dan batin yang perlu
diperhatikan oleh seseorang murid terhadap gurunya. Adapun risalah ini
hanya mengumpulkan sebahagian kecil daripada kata-kata, amalan dan adab-
adab seorang murid terhadap guru.
Semoga Allah s.w.t. memberi taufiq kepada diri ini dan sekalian
penuntut ilmu untuk mengikuti jalan para pendahulu kita dan beradab dengan
sebaik-baik adab terutama terhadap para guru, masyaikh dan juga orang-orang
yang menempuh jalan akhirat.
Abu Muhammad Al-Mujtaba
8 Ramadhan 1442 H
4. ISI KANDUNGAN
▪ Kata Pengantar
▪ Keutamaan Adab
▪ Kedudukan Guru
▪ Ta’zhim Dan Sangka Baik Terhadap Guru
▪ Tanda-Tanda Ilmu Yang Bermanfaat
▪ Guru Dalam Tasawuf
▪ Kesan Kurangnya Adab Terhadap Guru
▪ Rujukan
5.
6. KEUTAMAAN ADAB
Allah s.w.t. telah berfirman terhadap kekasihnya,
Baginda Rasulullah ;ﷺ
ْ
يهظَع قُلُخ َ
َلَعَل َكن
ِ
اَو
Maksudnya: Dan sesungguhnya engkau (wahai Muhammad)
benar-benar diatas akhlak yang agung (mulia).
Rasulullah ﷺ bersabda;
هقََلْخألا َمهر ََكَم َمهَمتُ ه
ل ُ
ْتثهعُب اَمن
ِ
ا
Maksudnya: Sesungguhnya Aku diutus untuk
menyempurnakan kemuliaan-kemuliaan akhlak.
Di dalam sebuah syair disebut, jadilah kamu anak
siapapun, akan tetapi pelajarilah adab, nescaya kemuliaan
mencukupimu daripada silsilah keturunan.
7. Al-Allamah Al-Arif billah Al-Habib Zein bin Ibrahim bin
Sumaith Al-Madani hafizahullah ta’ala mengatakan bahawa
adab yang mulia itu adalah asas yang menjadi panduan.
Seseorang pelajar tidak akan mendapatkan rahsia suatu
amalan melainkan dengan adab dan tidak akan sampai
kepada kedudukan yang tinggi melainkan dengan adab.
Al-Imam Abdul Rahman Al-Qosim rahmatullah alaih
berkata, “Daku belajar dan berkhidmat kepada Imam Malik
rahmatullah alaih selama dua puluh tahun. Selama dua tahun
daripada waktu tersebut daku gunakan untuk mempelajari
ilmu dan lapan belas tahun daku gunakan untuk mempelajari
adab. Maka daku menyesal mengapa seluruh waktu tersebut
tidak daku gunakan untuk mempelajari adab”.
Sesetengah ulama berkata, meninggalkan adab dapat
mengakibatkan seseorang itu terusir.
Al-Imam Hassan al-Basri rahmatullah alaih mengatakan,
barang siapa yang tidak mempunyai adab maka dia tidak
mempunyai ilmu.
8. Para cendikiawan Islam sering mengatakan bahawa
barang siapa yang mempermudahkan-mudahkan adab maka
akan kehilangan yang sunat, barang siapa yang
mempermudah-mudahkan yang sunat maka akan kehilangan
yang fardhu, dan barangsiapa yang mempermudah-
mudahkan yang fardhu akan kehilangan pahala akhirat.
Dan yang dimaksudkan dengan adab itu bukanlah pada
zahirnya sahaja iaitu dengan duduk diam dan menundukkan
kepala tetapi adab yang sebenar-benarnya adalah adab hati.
Imam al-Ghazali rahmatullah alaih berkata, “Adapun
penghormatan batin itu adalah tidak mengingkari segala yang
didengarnya, baik ucapan maupun perbuatan, agar tidak
bersifat munafik”.
Para salafussoleh mengatakan bahawa satu
qiroth(timba) daripada adab lebih baik daripada lautan ilmu
tanpa adab.
9.
10. KEDUDUKAN GURU
Rasulullah ﷺ bersabda:
َةنَجْلا ُهاَوْأَمَف هللا َمَرْكأأ ْنَمَو هللا َمَرْكأأ ْدَقَف ه
ِنَمَرْكأأ ْنَمَو ه
ِنَمَرْكأأ ْدَقَف اًمهلاَع َمَرْكأأ ْنَم
Maksudnya: Barangsiapa yang memuliakan orang yang berilmu
sesungguhnya dia telah memuliakanku. Sesiapa yang
memuliakanku sesungguhnya dia telah memuliakan Allah s.w.t.,
sesiapa yang memuliakan Allah s.w.t., tempatnya ialah syurga.
Dalam sebuah syair diungkapkan:
نم َّنإف
نيدلإيفوكباوهفنيدلإيفهيلإ إجتحتإَّممًإفرح َكم
َّلع
Sesungguhnya orang yang mengajarkanmu satu huruf
yang engkau perlukan dalam perkara agama, maka dia
adalah bapa engkau di dalam perkara agama.
11. Imam al-Ghazali rahmatullah alaih telah menempatkan
martabat guru lebih tinggi kedudukannya dibandingkan
dengan ibu bapa kerana gurulah yang menjadi perantara
seorang murid mendapat kebahagiaan akhirat, sedangkan ibu
bapa hanya terbatas pada kebahagiaan dunia. Adapun ibu
bapa pun akan memiliki keutamaan seorang guru jika
mengajarkan hal-hal yang menjadi sebab kebahagiaan
akhirat kepada anak-anak.
Saiyyidina Ali bin Abi Talib karamallahu wajhah berkata,
“Aku adalah hamba abdi bagi orang yang mengajarkanku
walau satu huruf”.
Syu’bah rahmatullah alaih berkata, “Jika aku mendengar
sebuah hadis daripada seseorang maka aku akan menjadi
hambanya seumur hidupku”.
Kiyai Haji Abdullah Maksum Jauhari rahmatullah alaih
berkata, “Di dunia ini terdapat dua orang yang dianggap
keramat; Yang pertama adalah guru dan kedua adalah
ibubapa. Barang siapa yang ingin mendapat keberkatan
12. dalam hidupnya maka janganlah sekali-kali membuat mereka
murka dan lakukanlah apa yang membuat mereka redha
kerana martabat doa seorang guru bagi anak murid dan
martabat doa ibubapa bagi anaknya seperti martabat doanya
seorang nabi bagi umatnya”.
13.
14. KEPENTINGAN TA’ZHIM &
SANGKA BAIK TERHADAP GURU
Sebahagian ulama hakikat mengatakan, bahagian besar
daripada ilmu itu diperoleh oleh sebab kuatnya hubungan
(kerohanian, adab dan baik sangka) di antara murid dengan
gurunya.
Di dalam kitab Ta’allim al-Muta’allim As-Sheikh
Burhanuddin Az-Zarnuji berkata, “Seseorang tidak akan
mendapatkan ilmu dan manfaat daripada ilmunya melainkan
apabila ia memuliakan ilmu dan ahlinya serta menghormati
serta menta’zhimkan gurunya”.
Imam Nawawi rahmatullah alaih berkata di dalam al-
Majmu’, “Seorang murid hendaklah melihat gurunya dengan
pandangan penghormatan. Hendaklah dia meyakini keahlian
gurunya berbanding yang lain. Kerana perkara itu akan
menjadikan seorang murid dapat mengambil banyak manfaat
darinya, dan lebih dapat memberi kesan dalam hati terhadap
apa yang dia dengar dari gurunya tersebut”.
15. Adapun amalan khusus beliau (Imam An-Nawawi) ketika
hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di
perjalanan dan berdoa, "Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan
guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak
seorangpun yg menyampaikan kekurangan guruku
kepadaku". (Lawaqih al-Anwar al-Qudsiyyah).
Beliau juga berkata, “Selayaknya bagi seorang murid
merendahkan diri kepada gurunya dan beradab kepadanya
meskipun sang guru lebih muda, tidak masyhur, rendah nasab
dan kesolehannya daripada murid tersebut kerana ilmu dapat
diperolehi dengan kerendahan diri daripada seorang murid”.
Imam Abu Madyan rahmatullah alaih di dalam syairnya
berkata, “Dan janganlah kamu melihat keaiban itu melainkan
kamu yakin bahawa ianya ada pada dirimu”.
Al-Imam Ali bin Hasan al-Athos rahmatullah alaih
mengatakan, “Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya adalah
16. sesuai kadar adabmu bersama gurumu. Kadar besarnya
gurumu di hatimu, maka demikian pula kadar besarnya dirimu
di sisi Allah s.w.t. tanpa ragu”. Yang dimaksudkan cahaya
adalah terbukanya hijab-hijab batinnya. (Al-Manhaj As-Sawiy)
Syeikh Salamah Abi Abdul Hamid rahmatullah alaih
mengatakan di dalam syairnya; “Murid itu wajib taat kepada
gurunya, menurut apa yang diperintahkan guru di dalam
perkara yang halal dan wajib menta’zimkan gurunya”.
Al-Allamah Al-Habib Abdullah al-Haddad rahmatullah
alaih berkata, “Sebaiknya seorang murid dihadapan gurunya
seperti mayat di hadapan orang yg memandikannya”.
(Ghayah al-Qasd wa al-Murad)
Abd Al-Rahman bin Harmalah Al-Aslami rahmatullah
alaih berkata “Tiada seorangpun yang berani bertanya
kepada Sa’id Al-Musayyib rahmatullah alaih sehingga
meminta izinnya terlebih dahulu seperti seorang rakyat
meminta izin kepada pemerintah”.
17. Sebahagian Ulama mengatakan, barangsiapa yang
mengatakan "kenapa?" kepada gurunya, maka dia tidak akan
bahagia selamanya. (Al-Fatawa Al-Hadisiyyah). Adapun apa
yang difahami daripada “mengatakan "kenapa?" adalah
mempertikaikan kata-kata guru dengan tidak memperhatikan
adab adab yang selayaknya.
Kiyai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari pengasas
Nahdatul Ulama Indonesia berkata, “Sesungguhnya kehinaan
seorang pelajar di hadapan gurunya merupakan suatu
kemuliaan. Kepatuhan terhadapnya merupakan suatu
kebanggaan dan kerendahan hati terhadapnya adalah suatu
keluhuran”.
Hadhrat ‘Atha’ rahmatullah alaih berkata, “Ada seorang
pemuda sedang meriwayatkan sebuah hadits. Maka aku
mendengarkannya seolah aku belum pernah mendengar
hadits tersebut, padahal aku telah mendengarnya sebelum
dia dilahirkan.” Peristiwa yang sama berlaku terhadap Al-
Imam Abu Hanifah rahmatullah alaih.
18. Termasuk dalam adab bagi seorang pelajar adalah ketika
gurunya sedang menyampaikan ilmu, menjelaskan sebuah
pelajaran, atau membahas sesuatu perkara hendaklah ia
mendengarkan dengan baik dan menumpukan sepenuh
perhatian walaupun boleh jadi murid itu sudah mengetahui
tentang ilmu tersebut.
Dalam kitab Minhajul Qashidin disebut bahawa Sayyidina
Ali karamallahu wahjah berkata, “Antara hak orang alim yang
mesti kamu tunaikan ialah hendaklah kamu memberi salam
kepada orang ramai secara umum tetapi memberi salam
kepada orang alim secara khusus. Hendaklah kamu duduk di
hadapannya dan jangan menggerak-gerakkan tangan ketika
berada di sisinya. Jangan sekali-kali kamu mengerdipkan
mata di hadapannya, jangan terlalu banyak bertanya
kepadanya, jangan cuba membantunya dalam memberikan
sesuatu jawapan, jangan kamu mendesaknya dan jangan
berulang-ulang kali mengajaknya jika dia enggan”.
19.
20. TANDA-TANDA ILMU YANG BERMANFAAT
Al-Allamah Al-Ḥabib Umar bin Ḥafidz hafizahullah ta’ala
berkata, “Tanda-tanda bahawa ilmu itu bermanfaat adalah
meningkatnya rasa takut kepada Allah s.w.t. dan tanda-tanda
bahawa amal itu telah diterima adalah meningkatnya sifat
tawadhuk. Adapun tanda-tanda bahawa amal itu ditolak
adalah peningkatan kesombongan dan kebanggaan”.
Al-Imam Ibnu Athoillah Al-Sakandari rahmatullah alaih
mengatakan bahawa seseorang murid janganlah melihat
dirinya mempunyai hal dan maqal(perkataan), maka pasti
akan terhapus segala halangan baginya. Dan apabila
sentiasa mengiktiraf kehinaan diri, nescaya akan mencapai
setinggi-tinggi darjat.
Hadhrat Yusuf bin Asbad rahmatullah alaih berkata,
“Rendah hati (tawadhuk) meskipun sedikit menyamai
banyaknya mujahadah dalam ibadah”.
21. Hadhrat Fudhail rahmatullah alaih mengatakan bahawa
Tawadhuk adalah kamu tunduk dan mahu menerima
kebenaran meskipun daripada mulut anak kecil.
Di dalam sebuah syair di sebut, “sesungguhnya
merendahkan diri itu adalah daripada bahagian orang yang
bertaqwa, dan dengannya (seseorang) naik ke tingkat yang
tinngi”.
Ibn al-Mu’taz rahmatullah alaih berkata, “Penuntut ilmu
yang tawadhuk dan selalu merendah diri sudah pasti akan
mendapat banyak ilmu umpama tanah yang rendah akan
mengalir kepadanya air yang lebih banyak”.
Kiyai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari rahmatullah alaih
berkata, “Salah satu petunjuk utama amal ibadah seseorang
diterima atau tidak ialah melalui sejauh mana adab-adab
dihidupkan dalam setiap amal perbuatan termasuklah dalam
belajar dan mengajar”.
22.
23. KESAN KURANGNYA ADAB TERHADAP GURU
Di dalam surah al-A’raf ayat 146 Allah s.w.t. berfirman;
ِ
قَْ
اْل ِْ
ْيَغِب ِ
ضْ
َرألا ِ
ِف َ
نْ
وَُّ
َّبَ
كَتَي َ
نْيِ
ذَّلا َ
ِ
ِتَ
آَي ْ
نَ
ع ُ
فِ
رْ
ُصأَ
س
Maksudnya: Akan Daku palingkan daripada ayat-ayatKu
orang-orang yang menyombongkan dirinya di bumi tanpa
alasan yang benar.
Sebahagian ulama menafsirkan yakni akan diangkat
pemahaman Al-Quran daripada hati mereka.
Al-Imam An-Nawawi rahmatullah alaih berkata di dalam
kitab At-Tahdzibnya, “Derhaka kepada orang tua dosanya
boleh dihapuskan melalui taubat, tetapi derhaka kepada guru
tidak ada satupun yang dapat menghapuskannya”.
24. Ibnu Qudamah rahmatullah alaih di dalam Minhajul
Qashidin mengatakan selagi murid merasa sombong dengan
tidak mahu mengambil manfaat dari orang yang tidak terkenal
maka dia adalah bodoh.
Syeikh Ibn Athoillah Al-Sakandari rahmatullah alaih
mengatakan, “Sekiranya kamu berhimpun dengan Qutub
pada zaman kamu sekalipun tetapi tidak beradab
terhadapnya maka ia tidak akan menjadi manfaat keadamu
bahkan kemudharatannya akan lebih banyak”.
Al-Habib Abdullah Al-Haddad rahmatullah alaih di dalam
kitab Adab Suluk Al-Murid mengatakan, “Paling bahaya bagi
seorang murid adalah berubahnya hati gurunya kepadanya.
Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin
memperbaiki keadaan si murid itu, nescaya tidak akan
mampu kecuali gurunya telah redha kembali”.
25. Al-Habib Ahmad bin Zein Al-Habsyi rahmatullah alaih di
dalam Syarah Al-Ainiyyah mengatakan jenis kesombongan
yang terburuk adalah enggan menuntut ilmu atau
menerimanya, dan juga enggan menerima kebenaran dan
mematuhinya.
Al-Imam As-Syafie berkata, “Bagi orang yang
meremahkan jasa gurunya maka Allah s.w.t. akan
menimpakan tiga bala iaitu; lupa akan ilmunya, ditumpulkan
lisannya dan diberikan kefakiran pada akhir hidupnya”.
26.
27. ADAB BERGURU DALAM TASAWUF
Perasaan kasih sayang terhadap guru merupakan asas
utama dalam mendidik ruhani murid. Sebahagian ulama
menegaskan bahawa ia adalah sangat dituntut (mu’akkad).
Ibn Athoillah Al-Sakandari rahmatullah alaih berkata,
“Janganlah kamu berkasih kecuali dengan orang yang
memajukan kamu dengan halnya dan menunjukkan kamu
kepada Allah s.w.t. dengan perkataannya”.
Menurut Tuan Guru Haji Jahid bin Haji Sidek
hafizahullahu ta’ala, “Selayaknya pada iktikad murid, melalui
perantaraan mencintai dan menta’zhimkan guru tersebut
seseorang murid itu akan dikasihi dan dicintai oleh Allah
s.w.t.”.
28. Di dalam kitab Al-Taufiq fi Adab al-Tariq dinyatakan
bahawa perdampingan diantara seorang murid dan guru yang
didasari rasa cinta akan memberikan kelazatan dalam
perjalanan menuju kepada Allah s.w.t. Di antara perkara
lainnya adalah;
o Keredhaan guru yang membimbing (mursyid) itu
dikhususkan bagi orang yang selalu hadir bersama
mereka dalam keadaan seseorang murid itu telah
keluar daripada kediriannya dan juga telah
menghiasi dirinya dengan sifat kehinaan dan
kerendahan diri.
o Adapun bagi seeorang murid yang ingin dibimbing
rohaninya oleh Sang guru hendaklah memahami
bahawa bersuhbah kepada guru itu adalah
seumpama jasad dan adab pula merupakan ruhnya.
Apabila Allah s.w.t. telah mengumpulkan diantara
jasad dan ruh, maka seseorang murid akan
mencapai faedah daripada perdampingan tersebut.
29. o Diantara adab yang terpenting dalam bersuhbah
kepada guru adalah dengan meninggalkan segala
keinginan diri di belakang dan janganlah keinginan
itu diarahkan melainkan untuk melaksanakan
suruhan-suruhan guru. Pada keadaan ini, akan
tersingkap banyak rahsia-rahsia kerohanian
daripada Sang guru.
o Begitu juga dengan melazimi sifat diam (lisan
mahupun hati) dan sentiasa menutup diri dengan
kejahilan, binaan kerohanian seseorang murid akan
bertambah tinggi dan akan dibukakan bagi murid
tersebut pintu ladunni yakni ilmu yang diajarkan
secara langsung daripada Allah s.w.t.
Wallahu’alam..
30.
31. Al-Bakri, Zulkifli Mohamad (2016). Adab dan Ilmu, Pengajaran Kisah Nabi Musa
dan Nabi Khidir. Nilai: Pustaka Cahaya Kasturi Sdn Bhd.
Al-Dusuqi, Abu Al-Baqir (2009). Amalan dan Petua Ulama Silam. Kota Bharu:
Al-Baqir Enterprise.
Al-Ghazali, Abu Hamid (2010). Mukasyafah al-Qulub. Batu Caves: Thinker’s
Library.
Al-Ghazali, Abu Hamid (2011). Ihya’ Ulum al-Din. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Al-Habsyi, Ahmad bin Zein (2008). Syarh al-Ainiyyah. Surabaya: Cahaya Ilmu
Publisher.
Al-Zarnuji, Burhanuddin (2013). Terjemahan Ta’lim al-Muta’allim. Johor Bahru:
Perniagaan Jahabersa.
Al-Zarnuji, Burhanuddin (2016). Ta’lim al-Muta’allim Thariqa al-Ta’allum. Kota
Bharu: Jabal Maraqy Sdm. Bhd.
Asy’ari, KH Muhammad Hasyim (2011). Faktor Adab dalam Meraih Berkat Ilmu.
Bangi: Pelima Media Sdn Bhd.
Idrus, S. M. A. (2015). Kitab Al-Adab. Jawa Timur: Pustaka Syeikh Abu Bakar
bin Salim.
Omar, S. H. S. (2011). Dimensi Baru dalam Amalan Rabitah Tokoh Sufi
Kontemporari Malaysia. Jurnal Islam dan Masyarakat Kontemporari,
Keluaran Khas, 125-134.
Qari Siddiq Ahmad (T.t). Adab Al-Mua’llimin. Kuala Terengganu: Dewan
Pengarang dan Penterjemah Madrasatul Quran Kubang Bujuk.
Tokku Pasir Gudang (2013). Wasiat Imam al-Ghazali. Johor Bahru: Pustaka
Azhar.