Peraturan terkait bangunan gedung mengatur fungsi, persyaratan penyelenggaraan, peran masyarakat, dan sanksi. Dokumen tersebut membahas pedoman teknis pembangunan, persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung.
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)Imm Ida
Laporan ini merangkum hasil kajian penyelenggaraan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan. Kajian ini bertujuan menyelaraskan pembangunan infrastruktur dengan kebijakan lingkungan melalui tinjauan regulasi, identifikasi dampak pembangunan, analisis masalah, dan rekomendasi strategi. Hasilnya diharapkan dapat meningkatkan kontribusi infrastruktur terhadap lingkungan s
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulPenataan Ruang
Dokumen tersebut merupakan peraturan daerah Kabupaten Bantul tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul periode 2010-2030. Peraturan ini bertujuan untuk mengatur penataan ruang di Kabupaten Bantul agar pembangunan dapat berjalan terpadu, lestari, optimal, seimbang dan serasi dengan karakteristik wilayah serta mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) merupakan perizinan baru untuk memfasilitasi kemudahan berusaha di Kecamatan Selo sesuai dengan Undang-Undang Cipta Kerja. PBG menggantikan Izin Mendirikan Bangunan dan diperlukan untuk membangun, mengubah, memperluas, mengurangi, atau merawat bangunan. SLF diterbitkan setelah konstruksi selesai untuk menyata
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)Imm Ida
Laporan ini merangkum hasil kajian penyelenggaraan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan. Kajian ini bertujuan menyelaraskan pembangunan infrastruktur dengan kebijakan lingkungan melalui tinjauan regulasi, identifikasi dampak pembangunan, analisis masalah, dan rekomendasi strategi. Hasilnya diharapkan dapat meningkatkan kontribusi infrastruktur terhadap lingkungan s
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulPenataan Ruang
Dokumen tersebut merupakan peraturan daerah Kabupaten Bantul tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul periode 2010-2030. Peraturan ini bertujuan untuk mengatur penataan ruang di Kabupaten Bantul agar pembangunan dapat berjalan terpadu, lestari, optimal, seimbang dan serasi dengan karakteristik wilayah serta mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) merupakan perizinan baru untuk memfasilitasi kemudahan berusaha di Kecamatan Selo sesuai dengan Undang-Undang Cipta Kerja. PBG menggantikan Izin Mendirikan Bangunan dan diperlukan untuk membangun, mengubah, memperluas, mengurangi, atau merawat bangunan. SLF diterbitkan setelah konstruksi selesai untuk menyata
Dokumen tersebut membahas pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007. Dokumen tersebut menjelaskan definisi bangunan gedung dan bangunan gedung negara, dasar hukum dan pengaturan penyelenggaraannya, komponen biaya pembangunan, persyaratan dokumen perencanaan, dan penggunaan penyedia jasa manajemen konstruksi.
Pengertian ruang luar - lansekap - taman - Grace Katuuk
Dokumen tersebut membahas tentang konsep ruang luar dan hubungannya dengan manusia. Ruang luar didefinisikan sebagai ruang yang dibatasi oleh alam hanya pada lantai dan dindingnya, tanpa atap. Tujuan perancangan ruang luar adalah menata ruang agar memenuhi kebutuhan dasar manusia. Konsep ruang luar mencakup bentuk ruang (form) dan ruang itu sendiri (space), serta hubungan antara manusia dan ruang luar yang
01. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan 2020-2024 (Roem Indranin...arif129194
Dokumen tersebut membahas kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan tahun 2020-2024 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tujuannya adalah meningkatkan akses masyarakat terhadap rumah layak melalui kolaborasi. Strateginya meliputi optimalisasi program sejuta rumah, meningkatkan koordinasi antar stakeholder, dan mempercepat penyediaan rumah melalui inovasi.
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkunganinfosanitasi
Peraturan Menteri ini menetapkan pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada berbagai jenis bangunan gedung dan lingkungannya agar dapat diakses dan digunakan oleh semua orang termasuk penyandang cacat dan lansia. Pedoman ini mencakup aspek perencanaan, konstruksi, dan pemanfaatan bangunan gedung secara inklusif.
Kebijakan Perumahan dan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Oswar Mungkasa
Dokumen tersebut membahas kebijakan perumahan dan penanganan permukiman kumuh perkotaan di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan kriteria permukiman kumuh, masalah yang dihadapi, dan konsep kebijakan untuk mencapai kota bebas kumuh melalui pendekatan terpadu yang berbasis hak asasi manusia dan melibatkan berbagai instansi pemerintah.
Dokumen tersebut membahas tentang peraturan zonasi dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang. Ia menjelaskan pengertian, fungsi, ketentuan penyusunan, dan kewajiban pemerintah dalam peraturan zonasi. Peraturan zonasi merupakan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona.
Arahan Implementasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Provinsi Banten ...Andes Asmuni
Dokumen tersebut membahas arahan implementasi kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang di Provinsi Banten untuk mewujudkan tertib tata ruang. Dibahas pula tantangan pengendalian pemanfaatan ruang, instrumen pengendalian seperti peraturan zonasi dan perizinan, serta pelaksanaan pengawasan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur KotaRabiyatul Adawiyah
Perancangan kota adalah sebuah konsep design yang dapat menatur maupun mengubah fisik lingkungan kota agar menjadi lebih baik melalui sebuah proses perkembangan.
Persetujuan Bangunan Gedung - Sertifikat Laik FungsiEra Wibowo
Dokumen tersebut membahas tentang Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021. Ringkasannya adalah:
1. PBG digunakan untuk membangun atau mengubah Bangunan Gedung sesuai standar, sedangkan SLF diperlukan sebelum Bangunan Gedung dimanfaatkan.
2. Penyelenggaraan PBG dan SLF dilakukan melalui Sistem
Peraturan Menteri PUPR No. 02/2015 mengatur tentang Bangunan Gedung Hijau, yang didefinisikan sebagai bangunan gedung yang memenuhi persyaratan bangunan gedung dan memiliki kinerja terukur secara signifikan dalam penghematan energi, air, dan sumber daya lainnya melalui penerapan prinsip bangunan gedung hijau. Peraturan ini mengatur lingkup pengaturan, persyaratan, dan pelaksanaan bangunan gedung hijau.
Dokumen tersebut membahas pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007. Dokumen tersebut menjelaskan definisi bangunan gedung dan bangunan gedung negara, dasar hukum dan pengaturan penyelenggaraannya, komponen biaya pembangunan, persyaratan dokumen perencanaan, dan penggunaan penyedia jasa manajemen konstruksi.
Pengertian ruang luar - lansekap - taman - Grace Katuuk
Dokumen tersebut membahas tentang konsep ruang luar dan hubungannya dengan manusia. Ruang luar didefinisikan sebagai ruang yang dibatasi oleh alam hanya pada lantai dan dindingnya, tanpa atap. Tujuan perancangan ruang luar adalah menata ruang agar memenuhi kebutuhan dasar manusia. Konsep ruang luar mencakup bentuk ruang (form) dan ruang itu sendiri (space), serta hubungan antara manusia dan ruang luar yang
01. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan 2020-2024 (Roem Indranin...arif129194
Dokumen tersebut membahas kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan tahun 2020-2024 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tujuannya adalah meningkatkan akses masyarakat terhadap rumah layak melalui kolaborasi. Strateginya meliputi optimalisasi program sejuta rumah, meningkatkan koordinasi antar stakeholder, dan mempercepat penyediaan rumah melalui inovasi.
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkunganinfosanitasi
Peraturan Menteri ini menetapkan pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada berbagai jenis bangunan gedung dan lingkungannya agar dapat diakses dan digunakan oleh semua orang termasuk penyandang cacat dan lansia. Pedoman ini mencakup aspek perencanaan, konstruksi, dan pemanfaatan bangunan gedung secara inklusif.
Kebijakan Perumahan dan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Oswar Mungkasa
Dokumen tersebut membahas kebijakan perumahan dan penanganan permukiman kumuh perkotaan di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan kriteria permukiman kumuh, masalah yang dihadapi, dan konsep kebijakan untuk mencapai kota bebas kumuh melalui pendekatan terpadu yang berbasis hak asasi manusia dan melibatkan berbagai instansi pemerintah.
Dokumen tersebut membahas tentang peraturan zonasi dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang. Ia menjelaskan pengertian, fungsi, ketentuan penyusunan, dan kewajiban pemerintah dalam peraturan zonasi. Peraturan zonasi merupakan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona.
Arahan Implementasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Provinsi Banten ...Andes Asmuni
Dokumen tersebut membahas arahan implementasi kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang di Provinsi Banten untuk mewujudkan tertib tata ruang. Dibahas pula tantangan pengendalian pemanfaatan ruang, instrumen pengendalian seperti peraturan zonasi dan perizinan, serta pelaksanaan pengawasan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur KotaRabiyatul Adawiyah
Perancangan kota adalah sebuah konsep design yang dapat menatur maupun mengubah fisik lingkungan kota agar menjadi lebih baik melalui sebuah proses perkembangan.
Persetujuan Bangunan Gedung - Sertifikat Laik FungsiEra Wibowo
Dokumen tersebut membahas tentang Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021. Ringkasannya adalah:
1. PBG digunakan untuk membangun atau mengubah Bangunan Gedung sesuai standar, sedangkan SLF diperlukan sebelum Bangunan Gedung dimanfaatkan.
2. Penyelenggaraan PBG dan SLF dilakukan melalui Sistem
Peraturan Menteri PUPR No. 02/2015 mengatur tentang Bangunan Gedung Hijau, yang didefinisikan sebagai bangunan gedung yang memenuhi persyaratan bangunan gedung dan memiliki kinerja terukur secara signifikan dalam penghematan energi, air, dan sumber daya lainnya melalui penerapan prinsip bangunan gedung hijau. Peraturan ini mengatur lingkup pengaturan, persyaratan, dan pelaksanaan bangunan gedung hijau.
Permen 26 2008 Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Ged...Ido JH Simatupang
Peraturan Menteri ini mengatur persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan. Terdiri dari akses dan pasokan air pemadam kebakaran, sarana penyelamatan, sistem proteksi pasif dan aktif, pencegahan kebakaran, pengelolaan sistem proteksi, dan pengawasan. Peraturan ini berlaku untuk penyelenggara bangunan gedung dalam rangka menjamin keamanan dari bahaya kebakaran.
Dokumen tersebut membahas tentang teknis pemeriksaan norma konstruksi bangunan, listrik, dan penanggulangan kebakaran. Terdapat penjelasan mengenai ruang lingkup K3 konstruksi, peraturan terkait, prinsip-prinsip pemeriksaan, serta buku akte pengawasan ketenagakerjaan konstruksi.
Modul ini membahas pengertian pekerjaan konstruksi dan K3 pada pekerjaan konstruksi. Pekerjaan konstruksi meliputi seluruh tahapan proyek mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan hingga pembongkaran bangunan. Modul ini juga menjelaskan jenis-jenis kegiatan utama pada masing-masing tahapan tersebut."
Dokumen tersebut membahas tentang pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara yang mencakup pengertian, pengaturan penyelenggaraan, dasar peraturan, penjelasan umum, persyaratan bangunan gedung negara, penyelenggaraan, sistematika pembiayaan, kegiatan pembangunan, dasar perhitungan biaya, dan proses pembangunan bangunan gedung baru.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen proyek konstruksi bangunan. Terdapat informasi mengenai pengertian proyek konstruksi, jenis-jenis proyek konstruksi, tahapan proyek konstruksi, pentingnya manajemen proyek, dan pengendalian sumber bahaya di tempat konstruksi.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas persyaratan administrasi dan teknis yang harus dipenuhi dalam pembangunan Bangunan Gedung Negara (BGN) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Persyaratan tersebut mencakup status hak atas tanah, perizinan, dokumentasi, tata bangunan dan lingkungan, keandalan bangunan, serta spesifikasi teknis.
Peraturan Pemerintah ini mengatur pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Dokumen ini menjelaskan definisi istilah-istilah yang digunakan dalam penyelenggaraan bangunan gedung seperti bangunan gedung, izin mendirikan bangunan gedung, perencanaan teknis, serta peran dan tanggung jawab berbagai pihak terkait seperti pemilik, pengguna, penyedia jasa konstruksi, dan pemerintah
Dokumen tersebut merupakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. Dokumen ini mengatur tentang fungsi, klasifikasi, dan persyaratan teknis bangunan gedung yang meliputi persyaratan tata bangunan dan lingkungan serta persyaratan keandalan bangunan gedung.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
2. UU28/2002
Bangunan Gedung
UU06/2017
Arsitek
PP36/2005
UU20/2011
Rumah Susun
PP73/2011
Bangunan Gedung Negara
Permen PU 29/2006 Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
Permen PU 05/2007 Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi.
Permen PU 25/2007 Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung.
Permen PU 24/2008 Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.
Permen PU 25/2008 Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran.
Permen PU 26/2008 Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan dan Lingkungan.
Permen PU 20/2009 Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran Di Perkotaan.
Permen PU 16/2010 Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung.
Permen PU 17/2010 Pedoman Teknis Pendataan Bangunan Gedung.
Permen PU 18/2010 Pedoman Revitalisasi Kawasan.
Permen PU 11/2014 Pengelolaan Air Hujan pada Bangunan Gedung dan Persilnya.
Permen PUPR 01/2015 Bangunan Gedung Cagar Budaya yang Dilestarikan.
Permen PUPR 02/2015 Bangunan Gedung Hijau.
Permen PUPR 06/2017 Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor:
05/PRT/M/2016 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung.
Permen PUPR 14/2017 Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung
SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2016 Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung dan Sertifikat Laik Fungsi
Bangunan Gedung untuk Bangunan Gedung Usaha Menegah Kecil dan Mikro Seluas 1.300 M2 dengan
Menggunakan Desain Prototipe.
SE Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR nomor 86/SE/DC/2016 tanggal 29 Desember 2016 tentang
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Hijau.
5. memantau dan menjaga ketertiban
penyelenggaraan;
memberi masukan kepada Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah dalam
penyempurnaan peraturan, pedoman, dan
standar teknis di bidang bangunan gedung;
menyampaikan pendapat dan pertimbangan
kepada instansi yang berwenang terhadap
penyusunan rencana tata bangunan dan
lingkungan, rencana teknis bangunan gedung
tertentu, dan kegiatan penyelenggaraan yang
menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan;
melaksanakan gugatan perwakilan terhadap
bangunan gedung yang mengganggu,
merugikan, dan/atau membahayakan
kepentingan umum.
PERAN MASYARAKAT
Pemerintah menyelenggarakan pembinaan
bangunan gedung secara nasional untuk
meningkatkan pemenuhan persyaratan dan
tertib penyelenggaraan bangunan gedung.
Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan
penyelenggaraan bangunan gedung
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di
daerah.
Sebagian penyelenggaraan dan pelaksanaan
pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) dilakukan bersama-sama
dengan masyarakat yang terkait dengan
bangunan gedung.
Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam
melaksanakan pembinaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3)
melakukan pemberdayaan masyarakat yang
belum mampu untuk memenuhi persyaratan
6. peringatan tertulis,
pembatasan kegiatan pembangunan,
penghentian sementara atau tetap pada
pekerjaan pelaksanaan pembangunan,
penghentian sementara atau tetap pada
pemanfaatan bangunan gedung;
pembekuan izin mendirikan bangunan
gedung;
pencabutan izin mendirikan bangunan
gedung;
pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan
gedung;
pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan
gedung; atau
perintah pembongkaran bangunan
gedung.
SANKSI
administratif
• mengakibatkan bangunan tidak laik fungsi
dapat dipidana kurungan
dan/atau pidana denda
pidana
7. Peraturan Menteri PU 29/2006
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
bangunan gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, andal, serasi, selaras
dengan lingkungannya
selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi penghuni dan/atau
pengguna bangunan gedung, serta efisien, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
Persyaratan
Tata Bangunan
Peruntukan lokasi dan intensitas bangunan gedung;
Arsitektur bangunan gedung;
Pengendalian dampak lingkungan;
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di
bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum.
• Persyaratan keselamatan
• Persyaratan kesehatan
• Persyaratan kenyamanan
• Persyaratan kemudahan
Persyaratan
Keandalan Bangunan
10. Itensitas bangunan
menjaga keseimbangan
daya dukung lahan
mencerminkan
keserasian bangunan
dengan lingkungan
menjamin kesehatan dan
kenyamanan pengguna
serta masyarakat pada
umumnya.
JLB
KDB KLB
Koefisien Dasar Bangunan
Jumlah Lantai Bangunan
Koefisien Lantai Bangunan
11. Arsitektur Bangunan Gedung
memperhatikan bentuk dan
karakteristik arsitektur
lingkungan yang ada di
sekitarnya
Keserasian dengan bangunan
yang dilestarikan tersebut
Penampilan Bangunan Gedung
Keseimbangan, Keserasian
dan Keselarasan dengan
Lingkungan Bangunan
Gedung
Tata Ruang-dalam
Penempatan dinding-dinding
penyekat dan lubang-lubang
pintu/jendela diusahakan sedapat
mungkin simetris terhadap
sumbu-sumbu denah bangunan
mengantisipasi terjadinya
kerusakan akibat gempa
Ruangan dalam bangunan harus
mempunyai tinggi yang cukup
untuk fungsi yang diharapkan
Bangunan atau bagian bangunan
yang mengalami perubahan
perbaikan, perluasan,
penambahan, tidak boleh
menyebabkan berubahnya
fungsi/penggunaan utama
Keseimbangan, keserasian dan
keselarasan dengan lingkungan
bangunan gedung adalah
perlakuan terhadap lingkungan di
sekitar bangunan gedung yang
menjadi pertimbangan
penyelenggaraan bangunan
gedung baik dari segi sosial,
budaya, maupun dari segi
ekosistem
RTH, RTHP, GSB, Parkir, Sirkulasi,
Signage, dst
12.
13.
14. Persyaratan Keandalan Bangunan
Persyaratan keselamatan bangunan gedung;
beban muatan,
bahaya kebakaran,
bahaya petir
bahaya kelistrikan.
Umum
Struktur Bangunan Gedung
kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi
persyaratan keselamatan (safety), serta memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability)
selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan
gedung, lokasi, keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
beban muatan tetap maupun beban muatan sementara yang timbul akibat gempa, angin,
pengaruh korosi, jamur, dan serangga perusak
Perencanaan konstruksi
mengacu kepada SNI
yang berlaku
Sistem proteksi kebakaran pasif dan aktif
15. Ruang Pusat Pengendali Kebakaran
ruang untuk pengendalian dan pengarahan selama berlangsungnya operasi
penanggulangan kebakaran atau penanganan kondisi darurat
pada bangunan gedung yang tinggi efektifnya lebih dari 50 meter harus merupakan
ruang terpisah
konstruksi penutupnya dari beton, dinding atau sejenisnya mempunyai kekokohan
yang cukup terhadap keruntuhan akibat kebakaran
Mempunyai luas lantai tidak kurang dari 10
Memiliki fasilitas Pencahayaan darurat
16. Persyaratan kesehatan bangunan gedung;
Persyaratan Sistem Penghawaan
Persyaratan Sistem Pencahayaan
Setiap bangunan gedung harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi
mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya
Setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan harus
mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan
darurat sesuai dengan fungsinya.
Persyaratan Sanitasi
Sistem plumbing, penyaluran air hujan, pembuangan air kotor, sampah
Persyaratan Penggunaan Bahan Bangunan Gedung
Bahan bangunan gedung yang digunakan harus aman bagi kesehatan pengguna
bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Bahan bangunan yang mengandung racun, memantulkan cahaya secara berlebihna, dsb.
17. Persyaratan kenyamanan bangunan gedung;
kenyamanan ruang gerak dan hubungan antarruang, kenyamanan termal dalam ruang,
kenyamanan pandangan (visual), serta kenyamanan terhadap tingkat getaran dan
kebisingan
18. Persyaratan kemudahan bangunan gedung.
Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam
bangunan gedung, serta kelengkapan fasilitas prasarana dan sarana dalam
pemanfaatan bangunan gedung
Permen PUPR No.14 Tahun 2017
Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung
29. DOKUMEN PERENCANAAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen perencanaan, yang dihasilkan
dari proses perencanaan teknis, baik yang dihasilkan oleh Penyedia Jasa Perencana
Konstruksi, Tim Swakelola Perencanaan, atau yang berupa Disain Prototipe.
LINGKUP DOKUMEN PERENCANAAN
Gambar rencana teknis (arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, serta tata
lingkungan);
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), yang meliputi persyaratan umum, administratif,
dan teknis bangunan
Rencana anggaran biaya pembangunan;
Laporan-laporan terkait:
1) laporan arsitektur;
2) laporan perhitungan struktur termasuk laporan penyelidikan tanah (soil test);
3) laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal;
4) laporan perhitungan IT (Informasi & Teknologi);
5) laporan tata lingkungan..
30. LINGKUP TANGGUNG JAWAB PERENCANA
Tenaga Ahli perencanaan disesuaikan dengan lingkup dan kompleksitas pekerjaan:
• Tenaga Ahli Arsitektur;
• Tenaga Ahli Struktur;
• Tenaga Ahli Utilitas (M&E);
• Tenaga Ahli Estimasi Biaya;
• Tenaga Ahli lainnya.
konsep perencanaan
pra-rencana
Value engineering
pengembangan rencana
rencana detail
• Gambar detil
• rencana kerja dan syarat-syarat
• rincian volume pelaksanaan pekerjaan,
• rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi
pengawasan berkala