SOSIAL MEDIA CAMPAIGN WUJUD KEPEDULIAN MENANGGULANGI MENTAL HEALTH PADA REMAJAERRYKAYUSNITARAHMADA
Penelitian menunjukkan bahwa media sosial sangat erat hubungannya dengan remaja,
apalagi penggunaan internet merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Tetapi, penggunaan
media sosial yang tidak bijak dapat meningkatkan risiko gangguan mental terutama pada remaja.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah pemahaman mengenai pentingnya kesehatan mental dan cara
penggunaan media sosial yang baik. Penyebaran informasi tersebut dilakukan adalah dengan
memanfaatkan media sosial sebagai sarana komunikasi dan edukasi, salah satu metode penyebaran
gagasan adalah kampanye. Kampanye daring dapat berupa foto atau video penjelasan pada media
sosial yang menyajikan informasi visual maupun audio yang mudah diakses dan dipahami. Tujuan
dari penyebaran foto atau video tersebut agar para remaja membaca dan memahami pesan yang
terkandung sehingga mereka bisa menjadikan informasi tersebut sebagai motivasi dan semangat
untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental.
Berawal dari Program Pemberdayaan Umat (PRODAMAT) yang bertujuan untuk yang pertama memberikan edukasi kepada para remaja dalam bermedia sosial. Tujuan kedua memberikan pelatihan kepada para remaja untuk menyampaikan pendapat di media sosial dengan baik dan bijak sehingga tidak menyinggung pihak lain. Pelatihan ini dilaksanakan di SMK Miftahul Huda Sambungmacan, Sragen dan diikuti oleh 35 siswa dan siswi. Pelatihan dilaksanakan secara luring dalam satu sesi pertemuan. Pengabdian ini ditujukan untuk kaum muda, baik laki-laki maupun perempuan. Pendekatan yang digunakan dalam pengabdian kepada siswa SMK Miftahul Huda Sambungmacan, Sragen ini menggunakan penyampaian materi yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab di akhir acara. Sesi tanya jawab ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya terkait dengan topik konsultasi, tetapi juga untuk bertanya tentang topik di luar topik yang diberikan. Berdasarkan respon dari para siswa setelah pelatihan dilaksanakan menyatakan bahwa 62,9% menyatakan sangat setuju bahwa media sosial bermanfaat bagi sekolah dan kegiatan di luar sekolah. Hasil ini didapatkan dari pemberian pertanyaan kuesioner kepada para siswa setelah pelatihan dilaksanakan.
Pendidikan merupakan dasar pengembangan sumber daya manusia dan pendidikan yang rendah akar masalah dalam meningkatnya permasalahan sosial di masyarakat (Berlian,2017). Indonesia saat ini sedang dihadapi dengan problematika yang sangat rumit di segala bidang baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, moral dsb. Salah satu permasalahannya yaitu rendahnya mutu ketenagakerjaan. Dari hasil survey, latar pendidikan pekerja didominasi lulusan SD ke bawah dengan angka 52,40 juta lulusan SD kebawah; 22,97 SMP; 37,73 SMA; 16,26 diploma dan perguruan tinggi. Survey angkatan kerja nasional 2015 terdapat sebesar 60,52% ketidaksesuaian kualifikasi pekerjaan dengan latar pendidikan (BPS, 2019). Rendahnya mutu pendidikan menyebabkan mentri pendidikan Nadiem Makarim memaparkan program “Merdeka Belajar” berkaitan dengan inovasi konsep masyarakat 5.0 dimana masyarakat berpusat pada manusia (human- centered) dan berbasis teknologi, sehingga diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang bahagia bagi masyarakat.. Untuk mendukung program tersebut, perlu di bangunnya budaya berbagi pengetahuan dan mengajak semua pihak untuk ambil bagian memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan cita-cita yaitu terlibatnya seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai janji kemerdekaan. Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk menciptakan desain pengalaman penguna “Weekend Sharing” yang efektif sebagai sarana bagi volunteer untuk membuat kegiatan sharing knowledge serta untuk peserta mendaftarkan diri dalam event yang telah dibuat oleh volunteer dengan misi “Together Empowerment”. Model pengembangan ini menggunakan metode User-Centered Design yang mengacu pada experience pengguna sehingga dapat membuat aplikasi e-learning ini memiliki nilai usability yang cukup baik untuk digunakan oleh siswa dan pengajar. Disamping itu metode UCD bersifat iteratif yang artinya dapat menggali kebutuhan pengguna end-user yang dapat berubah-ubah secara langsung.
SOSIAL MEDIA CAMPAIGN WUJUD KEPEDULIAN MENANGGULANGI MENTAL HEALTH PADA REMAJAERRYKAYUSNITARAHMADA
Penelitian menunjukkan bahwa media sosial sangat erat hubungannya dengan remaja,
apalagi penggunaan internet merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Tetapi, penggunaan
media sosial yang tidak bijak dapat meningkatkan risiko gangguan mental terutama pada remaja.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah pemahaman mengenai pentingnya kesehatan mental dan cara
penggunaan media sosial yang baik. Penyebaran informasi tersebut dilakukan adalah dengan
memanfaatkan media sosial sebagai sarana komunikasi dan edukasi, salah satu metode penyebaran
gagasan adalah kampanye. Kampanye daring dapat berupa foto atau video penjelasan pada media
sosial yang menyajikan informasi visual maupun audio yang mudah diakses dan dipahami. Tujuan
dari penyebaran foto atau video tersebut agar para remaja membaca dan memahami pesan yang
terkandung sehingga mereka bisa menjadikan informasi tersebut sebagai motivasi dan semangat
untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental.
Berawal dari Program Pemberdayaan Umat (PRODAMAT) yang bertujuan untuk yang pertama memberikan edukasi kepada para remaja dalam bermedia sosial. Tujuan kedua memberikan pelatihan kepada para remaja untuk menyampaikan pendapat di media sosial dengan baik dan bijak sehingga tidak menyinggung pihak lain. Pelatihan ini dilaksanakan di SMK Miftahul Huda Sambungmacan, Sragen dan diikuti oleh 35 siswa dan siswi. Pelatihan dilaksanakan secara luring dalam satu sesi pertemuan. Pengabdian ini ditujukan untuk kaum muda, baik laki-laki maupun perempuan. Pendekatan yang digunakan dalam pengabdian kepada siswa SMK Miftahul Huda Sambungmacan, Sragen ini menggunakan penyampaian materi yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab di akhir acara. Sesi tanya jawab ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya terkait dengan topik konsultasi, tetapi juga untuk bertanya tentang topik di luar topik yang diberikan. Berdasarkan respon dari para siswa setelah pelatihan dilaksanakan menyatakan bahwa 62,9% menyatakan sangat setuju bahwa media sosial bermanfaat bagi sekolah dan kegiatan di luar sekolah. Hasil ini didapatkan dari pemberian pertanyaan kuesioner kepada para siswa setelah pelatihan dilaksanakan.
Pendidikan merupakan dasar pengembangan sumber daya manusia dan pendidikan yang rendah akar masalah dalam meningkatnya permasalahan sosial di masyarakat (Berlian,2017). Indonesia saat ini sedang dihadapi dengan problematika yang sangat rumit di segala bidang baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, moral dsb. Salah satu permasalahannya yaitu rendahnya mutu ketenagakerjaan. Dari hasil survey, latar pendidikan pekerja didominasi lulusan SD ke bawah dengan angka 52,40 juta lulusan SD kebawah; 22,97 SMP; 37,73 SMA; 16,26 diploma dan perguruan tinggi. Survey angkatan kerja nasional 2015 terdapat sebesar 60,52% ketidaksesuaian kualifikasi pekerjaan dengan latar pendidikan (BPS, 2019). Rendahnya mutu pendidikan menyebabkan mentri pendidikan Nadiem Makarim memaparkan program “Merdeka Belajar” berkaitan dengan inovasi konsep masyarakat 5.0 dimana masyarakat berpusat pada manusia (human- centered) dan berbasis teknologi, sehingga diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang bahagia bagi masyarakat.. Untuk mendukung program tersebut, perlu di bangunnya budaya berbagi pengetahuan dan mengajak semua pihak untuk ambil bagian memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan cita-cita yaitu terlibatnya seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai janji kemerdekaan. Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk menciptakan desain pengalaman penguna “Weekend Sharing” yang efektif sebagai sarana bagi volunteer untuk membuat kegiatan sharing knowledge serta untuk peserta mendaftarkan diri dalam event yang telah dibuat oleh volunteer dengan misi “Together Empowerment”. Model pengembangan ini menggunakan metode User-Centered Design yang mengacu pada experience pengguna sehingga dapat membuat aplikasi e-learning ini memiliki nilai usability yang cukup baik untuk digunakan oleh siswa dan pengajar. Disamping itu metode UCD bersifat iteratif yang artinya dapat menggali kebutuhan pengguna end-user yang dapat berubah-ubah secara langsung.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
pengaruh media sosial terhadap komunikasi interpersonal
1. PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL: STUDI KASUS PADA
REMAJA DI INDONESIA
2. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Era digital telah membawa perubahan besar dalam cara kita berinteraksi dan
berkomunikasi. Media sosial, sebagai salah satu pilar utama dari revolusi digital ini, telah
secara signifikan memengaruhi kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan remaja. Media
sosial telah memfasilitasi komunikasi dan interaksi lintas batas. Remaja kini dapat terhubung
dengan orang-orang dari seluruh dunia, berbagi pengalaman, ide, dan minat bersama tanpa
terkendala oleh jarak geografis. Ini membuka peluang untuk pertukaran budaya yang lebih
luas dan pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia di sekitar mereka. Namun, di balik
potensi positifnya, dampak negatif media sosial juga patut diperhatikan. Salah satunya adalah
risiko kesehatan mental. Tekanan untuk tampil sempurna di media sosial dapat memicu
perasaan rendah diri dan kecemasan pada remaja (Imam et al., 2023).
Tren yang menunjukkan bahwa remaja di Indonesia semakin bergantung pada media
sosial untuk berkomunikasi menggambarkan pergeseran besar dalam pola komunikasi dan
interaksi sosial. Penggunaan aplikasi seperti Instagram, Facebook, dan Twitter tidak lagi hanya
sebagai sarana untuk berbagi foto atau pemikiran, tetapi telah menjadi platform utama
tempat remaja berinteraksi dengan teman dan keluarga. Salah satu aspek unik dari fenomena
ini adalah bagaimana media sosial memungkinkan remaja untuk tetap terhubung dan
berkomunikasi secara real-time, terlepas dari jarak geografis. Misalnya, remaja yang terpisah
oleh jarak fisik atau kesibukan harian dapat tetap saling berkomunikasi dan mempererat
hubungan mereka melalui pesan, komentar, atau video call melalui platform-media sosial ini
(Kumar et al., n.d. 2020).
Selain itu, penggunaan media sosial juga menjadi sarana untuk mengekspresikan diri
dan membangun identitas digital. Remaja seringkali menggunakan foto, video, dan tulisan
mereka untuk mengekspresikan minat, gaya hidup, dan pandangan mereka terhadap dunia.
Hal ini mencerminkan bagaimana media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan
sehari-hari mereka, bahkan membentuk bagian dari identitas dan ekspresi diri mereka.
Namun, perlu diingat bahwa ketergantungan yang berlebihan pada media sosial juga
membawa risiko tertentu. Misalnya, penggunaan yang berlebihan dapat mengganggu
keseimbangan antara kehidupan online dan offline, mengganggu kesehatan mental, dan
3. menyebabkan kecanduan digital. Oleh karena itu, penting bagi remaja dan orang tua untuk
memahami batas-batas yang sehat dalam penggunaan media sosial dan mendorong interaksi
sosial di dunia nyata untuk menjaga keseimbangan yang baik dalam kehidupan sehari-hari
(Astuti et al., 2023).
Gambar 1. Persentase Remaja Indonesia Menggunakaan Internet Berdasarkan Tujuan
Sumber: BPS 2023
Anomali yang muncul dari fenomena penggunaan media sosial ini menyoroti
kontradiksi yang menarik antara tujuan awal alat komunikasi digital dan dampak yang terjadi
pada kualitas komunikasi interpersonal. Meskipun media sosial dirancang untuk memfasilitasi
komunikasi yang lebih mudah, cepat, dan global, beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa penggunaan yang berlebihan dapat mengurangi kualitas komunikasi interpersonal
secara langsung. Salah satu aspek yang menjadi perhatian adalah pergeseran fokus dalam
interaksi sosial. Remaja yang terlalu banyak terlibat dalam media sosial cenderung lebih
memprioritaskan komunikasi online daripada interaksi langsung di dunia nyata. Hal ini dapat
mengurangi kemampuan mereka untuk membentuk hubungan yang kuat dan mendalam
secara interpersonal, karena komunikasi melalui media sosial seringkali lebih dangkal dan
kurang emosional dibandingkan dengan interaksi tatap muka (Zakiyuddin, 2021).
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan data dan informasi yang valid dan
relevan bagi para pemangku kepentingan, seperti orang tua, pendidik, dan pembuat
kebijakan. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi landasan untuk meluncurkan kampanye
kesadaran dan edukasi tentang pentingnya keseimbangan antara penggunaan media sosial
dan interaksi sosial di dunia nyata. Dengan demikian, penelitian ilmiah ini tidak hanya
memberikan kontribusi pada pemahaman akademis kita tentang fenomena media sosial,
4. tetapi juga memiliki dampak praktis yang positif dalam upaya kita untuk mengelola
dampaknya secara efektif dalam kehidupan sehari-hari remaja di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan maslaah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh media sosial terhadap komunikasi interpersonal remaja
Indonesia.?
2. Bagaimana media sosial dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal remaja
Indonesia.?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh media sosial terhadap komunikasi interpersonal remaja indonesia.
2. Identifikasi bagaimana media sosial dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal
remaja Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian maka, manfaat yang diperoleh setelah
menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman yang Lebih Baik: Penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang bagaimana media sosial mempengaruhi komunikasi interpersonal di
kalangan remaja Indonesia. Ini dapat membantu individu, orang tua, dan pendidik
untuk memahami dampak positif dan negatif dari penggunaan media sosial.
2. Pengembangan Strategi Komunikasi: Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
mengembangkan strategi komunikasi yang lebih efektif bagi remaja, terutama dalam
konteks penggunaan media sosial.
3. Kebijakan dan Regulasi: Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pembuat kebijakan
dan regulator untuk membuat kebijakan dan regulasi yang lebih baik terkait
penggunaan media sosial oleh remaja. Ini dapat membantu dalam melindungi remaja
dari dampak negatif penggunaan media sosial.
5. BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Teori/Konsep
2.1.1 Media Sosial
Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern,
membentuk lanskap komunikasi yang dinamis dan kompleks. Melalui platform-platformnya
yang beragam seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok, media sosial memungkinkan
individu untuk terhubung, berbagi informasi, dan mengekspresikan diri secara global. Namun,
di balik kemudahan dan koneksi yang ditawarkannya, media sosial juga menghadirkan
tantangan baru. Maraknya berita palsu dan disinformasi dapat membingungkan pengguna
serta mengganggu persepsi tentang realitas. Selain itu, dampak psikologis dari eksposur yang
berlebihan terhadap media sosial, seperti perasaan rendah diri dan kecemasan sosial,
menyoroti perlunya pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana kita berinteraksi
dengan platform ini (Schemer et al., 2021). Bagaimana kita mengelola dan memanfaatkan
media sosial secara bijaksana akan menjadi kunci untuk meminimalkan dampak negatifnya
sambil meraih manfaat positifnya dalam komunikasi dan interaksi sosial kita sehari-hari.
Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern,
membentuk lanskap komunikasi yang dinamis dan kompleks. Melalui platform-platformnya
yang beragam seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok, media sosial memungkinkan
individu untuk terhubung, berbagi informasi, dan mengekspresikan diri secara global. Namun,
di balik kemudahan dan koneksi yang ditawarkannya, media sosial juga menghadirkan
tantangan baru. Maraknya berita palsu dan disinformasi dapat membingungkan pengguna
serta mengganggu persepsi tentang realitas (Valkenburg et al., 2021). Selain itu, dampak
psikologis dari eksposur yang berlebihan terhadap media sosial, seperti perasaan rendah diri
dan kecemasan sosial, menyoroti perlunya pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana
kita berinteraksi dengan platform ini. Pentingnya literasi digital dan kritisitas informasi
menjadi semakin jelas dalam era media sosial ini. Pengguna media sosial perlu dilengkapi
dengan keterampilan untuk mengidentifikasi berita palsu, mengambil keputusan yang bijak
dalam berbagi informasi, dan memfilter konten yang tidak sehat atau merugikan.
6. 2.1.2 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah fondasi dari hubungan manusia, membangun
jaringan emosional, sosial, dan profesional yang kuat di berbagai konteks kehidupan. Ini
melibatkan pertukaran informasi, ide, perasaan, dan tujuan antara individu secara langsung,
baik melalui kata-kata, ekspresi wajah, bahasa tubuh, maupun nada suara. Pentingnya
komunikasi interpersonal terletak pada kemampuannya untuk menciptakan pemahaman
bersama, membangun kepercayaan, dan menciptakan hubungan yang bermakna. Dalam
lingkup pribadi, komunikasi interpersonal membantu kita mengungkapkan perasaan,
menyampaikan kebutuhan, dan menjaga koneksi yang intim dengan orang yang kita sayangi.
Ini melibatkan mendengarkan dengan empati, berbagi pengalaman secara terbuka, dan
membangun rasa saling percaya. Dalam lingkungan profesional, komunikasi interpersonal
memainkan peran penting dalam kolaborasi, negosiasi, dan pengambilan keputusan yang
efektif (Vidal et al., 2020).
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, mengerti perspektif orang lain, dan
bekerja sama secara harmonis menjadi kunci kesuksesan dalam tim dan organisasi. Selain itu,
komunikasi interpersonal juga memainkan peran krusial dalam konteks sosial dan budaya. Ini
membantu kita membangun jejaring sosial, berinteraksi dengan beragam kelompok dan
komunitas, serta memahami perbedaan dan keragaman di antara kita. Dengan memperkuat
keterampilan komunikasi interpersonal, kita dapat memperluas lingkaran sosial,
memperdalam pemahaman tentang dunia di sekitar kita, dan membangun hubungan yang
inklusif dan harmonis di masyarakat. Dengan demikian, komunikasi interpersonal bukan hanya
sekedar pertukaran kata-kata atau informasi, tetapi merupakan fondasi yang mendukung
kualitas kehidupan manusia secara keseluruhan. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan
efektif, empati, dan terbuka tidak hanya meningkatkan hubungan individu, tetapi juga
memperkuat koneksi sosial, profesional, dan budaya yang memperkaya pengalaman hidup
kita (Limaye et al., 2021).
2.2 Penelitian Relevan
Penelitian relevan merupakan penelitian terdahulu yang berhubungan atau mengkaji
tema yang hampir sama dengan tema penelitian ini, nantinya akan membantu dalam
merumuskan kerangka pikir dari penelitian ini.
7. 1. (O’Reilly, 2020) Penelitian ini menemukan bahwa penggunaan media sosial oleh
remaja telah mengubah cara mereka berkomunikasi. Hasil dari wawancara
menunjukkan dampak negatif pada komunikasi dan keterampilan sosial remaja.
2. (Raza et al., 2020) Penelitian ini menemukan bahwa ada dampak positif dan signifikan
dari media sosial pada komunikasi interpersonal, keterampilan sosial, dan harga diri
remaja di Malaysia.
3. (Smith et al., 2021) Penelitian ini menemukan bahwa 60% responden percaya bahwa
media sosial telah memperkuat hubungan interpersonal, sementara 40% lainnya
berpendapat bahwa media sosial telah merusak kualitas hubungan interpersonal.
4. (Webster et al., 2021) Penelitian ini menemukan bahwa penggunaan internet oleh
remaja tampaknya melemahkan ikatan mereka dengan keluarga dan teman dan
memiliki beberapa efek pada kemampuan mereka untuk berkomunikasi satu sama lain
secara langsung.
5. (Limaye et al., 2021) Penelitian ini menggunakan data survei dari 786 responden yang
tinggal di Amerika Serikat, berusia 13 hingga 17 tahun, dan menemukan bahwa
penggunaan media sosial memiliki efek pada kualitas hubungan sosial remaja.
6. (Vidal et al., 2020) Penelitian ini menemukan bahwa interaksi antara pengaruh media
sosial dan pengikutnya telah mempengaruhi perilaku, sikap, dan pilihan remaja.
7. (Valkenburg et al., 2021) Penelitian ini menemukan bahwa remaja Indonesia percaya
bahwa media sosial memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dengan teman dan
keluarga, serta mempengaruhi identitas sosial mereka.
8. (Schemer et al., 2021) Penelitian ini menemukan bahwa remaja yang terlalu
bergantung pada media sosial memiliki dampak signifikan pada komunikasi dan
hubungan interpersonal mereka.
9. (Astuti et al., 2023) Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai budaya
mempengaruhi media sosial dan bagaimana media sosial mempengaruhi identitas
budaya.
10. (Imam et al., 2023) Penelitian ini menemukan bahwa penggunaan media sosial oleh
remaja telah mengubah cara mereka berkomunikasi. Hasil dari wawancara
menunjukkan dampak negatif pada komunikasi dan keterampilan sosial remaja.
8. 2.3 Kerangka Teori
1. Variabel Independen: Penggunaan Media Sosial
Frekuensi Penggunaan Media Sosial: Terdapat hubungan yang signifikan antara
frekuensi penggunaan media sosial dengan pola komunikasi interpersonal
remaja. Semakin sering remaja menggunakan media sosial, semakin besar
kemungkinan mereka mengalami perubahan dalam gaya komunikasi, baik
secara positif maupun negatif.
Jenis Konten yang Dibagikan: Jenis konten yang sering dibagikan, seperti foto,
video, atau teks, dapat memengaruhi cara remaja menyampaikan pesan dan
berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, konten yang bersifat positif dan
mendukung bisa memperkuat komunikasi interpersonal yang positif.
Kegiatan Interaksi: Aktivitas seperti komentar, like, atau share juga memiliki
dampak pada komunikasi interpersonal. Interaksi ini dapat memperluas
jaringan sosial remaja dan memengaruhi cara mereka berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Variabel Dependen: Komunikasi Interpersonal
Keterampilan Komunikasi: Penggunaan media sosial dapat mempengaruhi
keterampilan komunikasi remaja, terutama dalam hal mendengarkan,
menyampaikan ide dengan jelas, dan memahami perasaan orang lain.
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengurangi keterampilan ini
karena kurangnya praktik komunikasi langsung.
Kualitas Hubungan: Interaksi di media sosial dapat memengaruhi kualitas
hubungan interpersonal remaja. Hal ini bisa berdampak positif jika interaksi
online membantu memperdalam hubungan, tetapi juga bisa negatif jika
menyebabkan ketidakmampuan dalam membangun hubungan yang
mendalam di dunia nyata.
Persepsi Diri dan Identitas: Penggunaan media sosial dapat memengaruhi
bagaimana remaja memahami diri mereka sendiri dan membangun identitas.
Perbandingan sosial yang sering terjadi di media sosial bisa memengaruhi
harga diri dan citra diri remaja, yang kemudian berdampak pada cara mereka
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
9. 3. Hubungan Antara Variabel-variabel
Hubungan antara variabel penggunaan media sosial dan komunikasi interpersonal
remaja sangat kompleks. Terdapat interaksi dinamis antara frekuensi penggunaan, jenis
konten yang dibagikan, aktivitas interaksi, dengan keterampilan komunikasi, kualitas
hubungan, dan persepsi diri. Misalnya, penggunaan media sosial yang intensif dengan konten
yang bersifat mendukung dan interaksi yang positif dapat meningkatkan keterampilan
komunikasi dan kualitas hubungan interpersonal (Jatmiko et al., 2020). Namun, jika
penggunaan media sosial tidak seimbang atau konten yang dibagikan bersifat negatif, hal ini
dapat merusak keterampilan komunikasi dan mengganggu hubungan interpersonal yang
sehat (Jatmiko et al., 2020; Jimenez & Morreale, 2015). Pemahaman yang mendalam tentang
hubungan ini dapat memberikan wawasan yang berharga dalam mengembangkan strategi
untuk memanfaatkan media sosial secara positif tanpa mengorbankan kualitas komunikasi
interpersonal remaja.
10. DAFTAR PUSTAKA
Astuti, M. W., Jefri, R., & Novia, L. (2023). The youth’s interpersonal communication with friends and family: The
impacts of social media. International Journal of Humanities and Innovation (IJHI), 6(1), 11–14.
https://doi.org/10.33750/ijhi.v6i1.171
Firdaus Bin Zakiyuddin, M. Z. (2021). Social media and effects on interpersonal skills: An empirical Investigation
on Teenagers from Malaysia. 23, 14–23. https://doi.org/10.9790/487X-2304081423
Imam, E., Tanisha, M., & Info, A. (2023). Role of Social Media in Interpersonal Relationship Among Youth.
International Journal for Modern Trends in Science and Technology, 2023(08), 11–18.
https://doi.org/10.46501/IJMTST0908003
Jatmiko, M. I., Syukron, Muh., & Mekarsari, Y. (2020). Covid-19, Harassment and Social Media: A Study of Gender-
Based Violence Facilitated by Technology During the Pandemic. The Journal of Society and Media, 4(2),
319. https://doi.org/10.26740/jsm.v4n2.p319-347
Jimenez, Y., & Morreale, P. (2015). Social media use and impact on interpersonal communication.
Communications in Computer and Information Science, 529, 91–96. https://doi.org/10.1007/978-3-319-
21383-5_15
Kumar, N., Arora, A., Narang, T., Professor, A., & Jawala Devi, S. (n.d.). THE PLUGGED-IN LIFE OF TEENS: IMPACT
OF SOCIAL MEDIA ON INTERPERSONAL COMMUNICATION AMONG ADOLESCENCES. In Print) International
Journal of Social Science and Humanities Research (Vol. 4). www.researchpublish.com
Limaye, R. J., Holroyd, T. A., Blunt, M., Jamison, A. F., Sauer, M., Weeks, R., Wahl, B., Christenson, K., Smith, C.,
Minchin, J., & Gellin, B. (2021). Social media strategies to affect vaccine acceptance: a systematic literature
review. In Expert Review of Vaccines (Vol. 20, Issue 8, pp. 959–973). Taylor and Francis Ltd.
https://doi.org/10.1080/14760584.2021.1949292
O’Reilly, M. (2020). Social media and adolescent mental health: the good, the bad and the ugly. Journal of Mental
Health, 29(2), 200–206. https://doi.org/10.1080/09638237.2020.1714007
Raza, S. A., Qazi, W., Umer, B., & Khan, K. A. (2020). Influence of social networking sites on life satisfaction among
university students: a mediating role of social benefit and social overload. Health Education, 120(2), 141–
164. https://doi.org/10.1108/HE-07-2019-0034
Schemer, C., Masur, P. K., Geiß, S., Müller, P., & Schäfer, S. (2021). The Impact of Internet and Social Media Use
on Well-Being: A Longitudinal Analysis of Adolescents Across Nine Years. Journal of Computer-Mediated
Communication, 26(1), 1–21. https://doi.org/10.1093/jcmc/zmaa014
Smith, D., Leonis, T., & Anandavalli, S. (2021). Belonging and loneliness in cyberspace: impacts of social media on
adolescents’ well-being. Australian Journal of Psychology, 73(1), 12–23.
https://doi.org/10.1080/00049530.2021.1898914
Valkenburg, P., Beyens, I., Pouwels, J. L., Van Driel, I. I., & Keijsers, L. (2021). Social Media Use and Adolescents’
Self-Esteem: Heading for a Person-Specific Media Effects Paradigm. Journal of Communication, 71(1), 56–
78. https://doi.org/10.1093/joc/jqaa039
Vidal, C., Lhaksampa, T., Miller, L., & Platt, R. (2020). Social media use and depression in adolescents: a scoping
review. In International Review of Psychiatry (Vol. 32, Issue 3, pp. 235–253). Taylor and Francis Ltd.
https://doi.org/10.1080/09540261.2020.1720623
Webster, D., Dunne, L., & Hunter, R. (2021). Association Between Social Networks and Subjective Well-Being in
Adolescents: A Systematic Review. In Youth and Society (Vol. 53, Issue 2, pp. 175–210). SAGE Publications
Inc. https://doi.org/10.1177/0044118X20919589